bab ii kdk
Post on 15-Jul-2016
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kedokteran Keluarga
II.1.1. Definisi Dokter Keluarga
Menurut WONCA, 1991 dalam Prasetyawati, dokter keluarga adalah
dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua
orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh
provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa
adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula
bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian
dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa
membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini
berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi,
dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya
pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya.
Sementara menurut Ikatan Dokter Indonesia, dokter keluarga adalah
dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga
dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya
II.1.2. Definisi Pelayanan Dokter Keluarga
The American Academy of Family Physician mendefinisikan pelayanan
dokter keluarga dalam dua rumusan. Rumusan pertama adalah pelayanan
kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada
keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin
pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
Sementara rumusan kedua berbunyi pelayanan dokter keluarga adalah
pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit
dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta
ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang
terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan
karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang
unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah,
pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang
mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.
Rumusan yang pertama, karena menunjuk pada karakteristik
pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan.
Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada penerapan
disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.
II.1.3. Standar Kompetensi Dokter Keluarga
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara Dokter Keluarga dengan
Dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran
keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi kepentingan pasien,
dokter yang bekerja di pelayanan primer diharapkan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga.
Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip – prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip – prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga
adalah memberikan / mewujudkan :
1. Pelayananyangholistikdankomprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka
disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat
disebut menjadi dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar – dasar ilmu biomedik, ilmu klinik,
ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA –
WHO tahun 2003 meliputi :
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal”
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah – masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Ketrampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
II.1.4. Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik yang
menurut para ahli dibedakan dan diuraikan sebagai berikut :
1. Lan R. McWhinney :
a. Lebih mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan,
bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau teknik-
teknik kedokteran tertentu.
b. Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
c. Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu
kesempatan untuk menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit
atau pendidikan kesehatan.
d. Memandang dirinya sebagai masyarakat yang berisiko tinggi.
e. Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan
yang tersedia di masyarakat.
f. Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan
pasiennya.
g. Melayani pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit.
h. Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran.
i. Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai manager
dari sumber - sumber yang tersedia.
2. Ikatan Dokter Indonesia
a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang,
melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik - baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
II.1.5. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas
sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan
tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada
umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota
keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efektif. Bila dibandingkan dengan pelayanan
kedokteran yang lain, pelayanan dokter keluarga memang lebih
efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan pasien
semata, melainkan memandang pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian anggota keluarga dengan
lingkungannya masing-masing. Dengan metode seperti ini
diharapkan penyelesaian masalah kesehatan dapat dilakukan
secara sempurna dan memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efisien. Pelayanan kedokteran keluarga lebih efisien
disebabkan pelayanan kedokteran keluarga lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit yang
diselnggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka
jatuh sakit, yang secara tidak langsung akan menurunkan biaya
kesehatan. Dengan pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan dapat dihindari tindakan atau pemeriksaan
yang berulang-ulang, yang besar peranannya dalam mencegah
penghamburan dana kesehatan yang bersifat tidak terbatas.
II.1.6. Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical
care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan
medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna
(comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative),
pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strat apertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan
pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan
dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan
standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan
dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk
memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan
pasien dan keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan
segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan
pada pasien dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan
segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan
melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
5) Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan
pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan
tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu
akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan
dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan
segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan / atau keluarganya
setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi
fisik, jiwa maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk
memperhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan
mediko legal dan etik kedokteran.
b. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan
pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege
artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan arapan pasien
mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk
dapat menegakkan diagnosis.
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang
menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter
keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu
menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan
efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis
kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan
pendekatan diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga
menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat
keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan
terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan
konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien
(dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau
berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga
lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau
berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan
untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan
di klinik, maupun di tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan
tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan
dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga
melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence
based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan
berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter
keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling
keluarga.
5. Vulvovaginitis Kandidosis
top related