bab ii kajian teori - bina nusantara | library &...
Post on 02-Apr-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 DefinisiRedevelopment
Pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan upaya
penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulumelakukan pembongkaran
sarana dan prasarana pada sebagian atau seluruhkawasan tersebut yang telah
dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagikehadirannya. Biasanya, dalam kegiatan ini
terjadi perubahan secarastruktural terhadap peruntukan lahan, profil sosial ekonomi,
serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yangmengatur intensitas
pembangunanbaru.
2.2 DefinisiWaterfront
Pengertian waterfrontdalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah
di tepi laut,bagian kota yang berbatasan dengan air atau daerah pelabuhan (Echols,
2003). Sedangkan,urbanwaterfrontmempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang
berada di tepi atau dekat wilayahperairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di
kota metropolitan (Wrenn, 1983). Dari keduapengertian tersebut maka definisi
waterfrontadalah suatu daerah atau area yang terletak didekat/berbatasan dengan
kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan danaktivitas pada area
pertemuan tersebut.
Jenis-Jenis Waterfront
Berdasarkan tipe proyeknya, waterfrontdapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu konservasi,pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan
(development).Konservasi adalahpenataan waterfrontkuno atau lama yang masih ada
sampai saat ini dan menjaganya agar tetapdinikmati
masyarakat.Redevelopmentadalah upaya menghidupkan kembali fungsi-
fungsiwaterfrontlama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan
masyarakat dengan mengubah ataumembangun kembali fasilitas-fasilitas yang
ada.Development adalah usaha menciptakan waterfrontyang memenuhi kebutuhan
kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.Berdasarkan
fungsinya, waterfrontdapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu mixed-used
waterfront,recreational waterfront, residential waterfront, dan working
waterfront(Breen, 1996).Mixed-usedwaterfrontadalah waterfrontyang merupakan
kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran,pasar, rumah sakit, dan tempat-
10
tempat kebudayaanRecreational waterfrontadalah semuakawasan waterfrontyang
menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, sepertitaman,
arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.Residential
waterfrontadalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir
perairan dengan fasilitas hidup bagi penghuninya.Working waterfrontadalah tempat-
tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi
fungsipelabuhan.
Dan dalam karya tulis ini terfokus pada pembangunan Residential waterfront
Aspek Perencanaan Waterfront
Dalam perencanaan waterfrontada 3 aspek yang dominan, yaitu aspek
arsitektural, aspek teknik, dan aspek sosial budaya.Aspek arsitektural berkaitan
dengan pembentukan citra (image)dari kawasan waterfrontdan bagaimana
menciptakan kawasan waterfrontyang memenuhi nilai-nilaiestetika.Aspek
keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi
konstruksiyang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan
waterfront, seperti stabilisasiperairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat,
dan sebagainya.Aspek sosial budaya bertujuanuntuk peningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar
kawasanwaterfronttersebut.
2.3 Rumah Susun
Pengertian Rumah Susun
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992 tentang Persyaratan
Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun
adalah :
1) Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang
jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya
secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.
2) Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok susun yang terletak pada
tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem
pelayanan pengelolaan.
3) Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
11
Sehingga dapat disimpulkan, rumah susun dapat diartikan sebagai suatu
bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan
dengan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi
fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana.
Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan
komunitas kampung asalnya.Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas
bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu sendiri
yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah.Mereka diprioritaskan untuk
dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran
ringan (Peraturan Pemerintah RI No 4/1988).
Karakteristik Rumah Susun
Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik rumah susun di Indonesia memiliki
ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) :
1) Satuan Rumah Susun
• Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter.
• Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang
penunjang) di dalam atau diluar ruang utama.
• Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup,
sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta
penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air.
• Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan/atau
sebagian terbuka atau ruang terbuka.
2) Benda Bersama
Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan.
3) Bagian Bersama
Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan
rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu
dengan bangunan rumah susun.
4) Prasarana Lingkungan
Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai
penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun,
tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam
kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya.
12
5) Fasilitas Lingkungan
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan
perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan,
pelayanan umum, serta pertanaman.
Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), rumah susun memiliki karakteristik
yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah susun mengandung dualism sistem
kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang
maupun benda.Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang
masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang dikenal
dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan pemisahan
hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta
pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan
sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.
Tipe unit rumah susun juga beragam.Kisaran luas unit rumah susun pada umumnya
minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.
Tipe Unit Fasilitas
Tipe 18 m2
Tipe 21 m2
Tipe 24 m2
Tipe ini biasanya untuk keluarga
muda atau seseorang yang
belum memiliki keluarga
- 1 kamar tidur
- ruang tamu/keluarga
- kamar mandi
- dapur/pantry
Tipe 30 m2
Tipe 36 m2
Tipe 42 m2
Tipe 50 m2
Tipe ini untuk keluarga yang
sudah memiliki anak
- 2 kamar tidur
- ruang tamu / keluarga
- kamar mandi / WC
- dapur / pantry
- ruang makan
Sesuai dengan jumlah pemukim maka tipe yang akan lebih banyak adalah
tipe 24 bagi keluarga muda dan tipe 50 untuk keluarga yang lebih besar. Dan dalam
Tabel 2. Tipe Unit Rumah Susun
sumber : Rosfian (2009)
13
perkembangan nanti dalam penghuni yang dimana luasan unit menjadi lebih kecil
maka pertumbuhan tersebut harus di tunjang dengan unit lain. Dalam kata lain keluar
dari unit yang lama ke unit yang baru.
Fasilitas Rumah Susun
Rumah susun merupakan hunian vertikal yang menjadi tempat tinggal bagi
sejumlah penduduk yang menjadi penghuninya, sehingga terdapat fasilitas-fasilitas
tertentu yang disediakan guna menunjang kehidupan penghuni didalamnya.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-3004) mengenai Tata Cara
Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, rumah susun haruslah
memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang
antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi),
lapanagan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah
susun atau sesuai rencana tata ruang kota).
Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
menurut Standar Nasional Indonesia adalah :
1) Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya
setempat
2) Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan
gaya hidup di rumah susun
3) Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas
lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu
4) Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok bagi dan segi
besaran sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada
5) Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan
pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya.
Tentunya, pelayanan sarana dan prasarana harus memenuhi kebutuhan
penghuni.Dalam hal ini apabila fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh
fasilitas yang berada diluar lingkungan rumah susun, maka pemenuhan kebutuhan
jenis dan jumlah fasilitas lingkungan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
Perancangan Fasilitas Lingkungan
Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada rumah susun sederhana,
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan penghuni. Hal
14
ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional Indonesia, yaitu bahwa fasilitas
lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun harus memenuhi
kebutuhan sebagai berikut :
1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan
2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun.
Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk fasilitas
lingkungan rumah susun harus diperhatikan. Luas lahan yang diperuntukan sebagai
fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan :
1) Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari luas
seluruhnya
2) Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan,
tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas
lahan fasilitas lingkungan rumah susun
No Jenis Peruntukan
Luas Lahan
Maksimum
(%) Minimum (%)
1 Bangunan untuk hunian 50 -
2 Banguanan fasilitas 10 -
3 Ruang Terbuka - 20
4 Prasarana Lingkungan - 20
Jenis Fasilitas Lingkungan
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dapat
berupa ruang atau bangunan.Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di
lingkungan rumah susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada tabel.
Tabel 4. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
No. Jenis Fasilitas
Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia
1 Fasilitas niaga
- Warung
- Toko-toko perusahaan
dan dagang
sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)
Tabel 3. Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun
15
- Pusat perbelanjaan
2 Fasilitas pendidikan
- Ruang belajar untuk pra
belajar
- Ruang belajar untuk
sekolah dasar
- Ruang belajar untuk
sekolah lanjutan tingkat
pertama
- Ruang belajar untuk
sekolah menengah umum
3 Fasilitas kesehatan
- Posyandu
- Balai pengobatan
- BKIA dan ruamah
bersalin
- Puskesmas
- Praktek dokter
- Apotek
4 Fasilitas peribadatan - Musola
- Masjid kecil
5 Fasilitas pelayanan umum
- Kantor RT
- Kantor/balai RW
- Post hansip/siskamling
- Pos polisi
- Telepon umum
- Gedung serba guna
- Ruang duka
- Kotak Surat
6 Ruang terbuka
- Taman
- Tempat bermain
- Lapangan olah raga
- Peralatan usaha
- Sirkulasi
- Parkir
16
Perumahan
Tumbuhnya perumahan di daerah pusat kota sering menimbulkan
berbagaimasalah, terutama terbentuknya permukiman kumuh (slum) dan
permukiman liar (squatter),mengingat fungsi, dimensi, kualitas dan karakteristik
rumah yang di bangun oleh penghuninya di lapangan cukup bervariasi.
Sehingga beberapa ahli dan pemerintahmendefinisikan rumah dalam
berbagai dimensi. Menurut pandangan John F.C. Turner (1972), pengertian tentang
perumahan ada dua,yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda
perumahan dapat diartikansebagai sebuah komoditi atau produk, sedangkan sebagai
kata kerja perumahan berartisebagai suatu proses atau aktivitas. Pendapat senada
juga dikemukakan oleh Johan Silas(1993), rumah adalah bagian yang utuh dari
permukiman dan bukan semata-mata hasil fisikyang sekali jadi. Perumahan bukan
(kata) benda melainkan merupakan suatu (kata) kerjayang berupa proses berlanjut
dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Perumahan lebih dari
hanya sebagai hunian, terutama berkaitan dengan parapenghuninya.
Konsep perumahan seharusnya selalu satu, utuh dan imbang antara manusia,r
umah, dengan alam sekitarnya.Perumahan bukan rumah karena tidak dapat berdiri
sendiri.Sedang menurut Amos Rapoport (1969), rumah diartikan sebagai suatu
lembaga,dan bukannya hanya sebagai struktur, yang dibuat untuk berbagai
tujuan yang kompleks dankarena membangun suatu rumah merupakan gejala budaya
maka bentuk dan dipengaruhi budaya lingkungan di mana bangunan itu berada.
Dalam hal bentuk,rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik dan faktor
tunggal lainnya, tetapimerupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya
yang terlihat dalam pengertianyang luas.Bentuk rumah dapat berubah menurut
kondisi iklim, metode konstruksi, materialyang tersedia dan teknologi.
Dalam suatu permukiman rumah tidak hanya dipengaruhi oleh factorfisik
semata atau dipengaruhi oleh faktor yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan
akibatdari keseluruhan faktor sosio kultural yang dapat dilihat dari pola-polanya
secara luas.Lingkungan yang terbentuk akan mencoba mencerminkan kekuatan-
kekuatan sosio kultural termasuk kepercayaan, hubungan kekerabatan, organisasi
sosial, cara hidup dan hubungansosial antar individu. Contoh kampung yang ada di
sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)
17
bali, perumahan disana memiliki karakteristik yang mirip. Dengan kultural yang
sama.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
danPermukiman, yang dimaksud dengan :
1. “Rumah” adalah bangunan yang berfungsi sebagaitempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaankeluarga,
2. “Perumahan” adalah kelompokrumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan, dan
3. “Permukiman” adalah bagian darilingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Dilandasi oleh pendapat tiga ahli di atas dan kriteria yang ditetapkan
olehPemerintah diatas, dapat dikatakan bahwa permukiman kumuh (slum) dan
permukiman liar(squatter) seharusnya tidak hanya ditinjau dari sisi aspek fisik
lingkungan permukiman saja,namun harus ditinjau pula dari aspek non-fisik
lingkungan permukiman.Dari aspek fisik lingkungan permukiman, kondisi
perumahan dan permukiman yangkumuh cenderung dikaitkan dengan kelayakan
kualitasnya, penanganan terkait dengan hal iniakan didasarkan pada konsep yang
telah ditetapakan oleh beberapa lembaga internasional dan pendapat ahli terkait
diantaranya :
a. Konsep “rumah layak” menurut ECOSOC PBB pada keputusan Sidang Umum
PBB no. 4tahun 1991, adalah :
1. Jaminan kepemilikan yang dilindungi hukum,
2. Ketersediaanservice, bahan, fasilitas dan prasarana,
3. Kemampuan beli dari masyarakat,
4. Layak hunian atau habitable,
5. Dapat dicapai oleh siapa saja,
6. Lokasinya yang mendukung bagikehidupan dan
7. Kelayakan budaya, termasuk menjalankan keyakinan yang luas
b. The Habitat Agenda yang dihasilkan pada KTT Habitat II di
Istanbul mendifinisikanbahwa “Rumah Layak” terkait dengan :
1. kelayakan privacy,
18
2. ruang,
3. pencapaian atauakses fisik,
4. keamanan,
5. kepemilikan,
6. kestabilan dan ketahanan struktur bangunan,
7. kecukupan penerangan,
8. pemanasan (pendinginan bagi kita), ventilasi, dan PSD (Prasarana dan Sarana
Dasar)seperti ketersediaan air minum, sanitasi dan pengelolaan air buangan.
c. Definisi “rumah layak” layak sebagaimana ketetapan PBB : 12/1988 pada forum
GlobalStrategy for Shelter to the year 2000 (GSS 2000), yaitu :
1. Kelayakan privacy,
2. Kelayakanruang,
3. Kelayakan sekuriti,
4. Kelayakan penerangan dan ventilasi,
5. Kelayakan PSD (Prasarana dan Sarana Dasar ),
6. Kedekatannya terhadap berbagai sarana dasar, dan Semua dalam batas ideal.
Pemilihan lahan untuk tapak dalam pembangunan berada di kawasan Jakarta pusat
Roxy,dimana kawasan ini sudah menjadi daerah yang padat akan penduduk dan
terdapat sungai yang besar seperti Ciliwung yang melintas di kawasan tersebut.Dan
kebutuhan akan tempat yang bisa menjadi kawasan yang berpotensi menjadi
kawasan tempat tinggal yang berbau bisnis dan rekreasi kota waterfront.Karena
adanya pula Roxy Mas dan Roxy Square yang dapat mendukung bahwa kawasan ini
bisa menjadi kawasan bisnis.
19
Gambar 3 Peta Jakarta dan Lokasi
Kawasan berada di perbatasan Jakarta Barat dan Pusat.Bertepatan di jalan Kyai Tapa.
2.4 Studi Banding
Boat Quay di Singapura
Latar belakang
WhiIe Singapore River telah menjadi pusat pembangunan kota sejak abad ke-19,
daerah dikenal sebagai Boat Quay, yang merupakan pemukiman linier 2 sampai 3
lantai ruko sepanjang sungai. Namun, secara bertahap berkurang di daerah dan
kehilangan nya karakteristik.
Usul
Sebuah skema untuk mempertahankan bangunan yang ada danmengembangkan
kembali Boat Quay sebagai budaya lokal dan kompleks rekreasi.Motivasinya adalah
untuk menjamin penyediaan untuk pengaturan yang sesuai untuk kegiatan tradisional
sehingga memperkuat identitas sosial dari orang tersebut.Proposal tersebut mencakup
renovasi dan konversi ruko ke restaurant, foodstalls.Perdagangan tradisional dan
toko-toko kerajinan, dll.Promenadeakanpedestrainised dan relandscaped untuk
mengumpulkan, festival, dan lainnya sosial atau budaya kesempatan.
Konsep
o Pelestarian Architectureyang ada dan Memberikan titik penting daya tarik wisata
o Buat pengaturan untuk dipilih living tradisional kegiatan
20
o Pembuktian kemampuan ekonomi konservasi tanpa subsidi pemerintah
Gambar 4 Boat Quay di Singapura
Sumber : Jurnal Revitalization of Sai Kung Town, diakses Tanggal 20 Maret 2013
Pier 39, Port of San Francisco
Latar Belakang
San Francisco, resort wisata dan pusat komersial dari pantai barat Amerika Serikat,
adalah salah satu yang paling menarik Kota-kota di Amerika Serikat. Banyak
pengunjung datang ke kota baik untuk wisata dan bisnis.
Usul
Pier 39, dibuka oleh pengembang swasta pada tahun 1987, Bentuk konglomerat
fasilitas komersial dibuka di dermaga tua yang direnovasi. Ini mencakup l8 ha
termasuk terhubung tempat dan rumah-rumah, restoran, 120 toko-toko khusus,
fasilitas bermain, sebuah tempat berlabuh kapal kecil dengan 360 tempat, tempat
parkir untuk 1000 mobil, dan tepi sebuah Taman memperluas lebih dari 21.050 sq.m.
Konsep
Atap yang konteks, penggunaan kayu tua, dan kayu deck pejalan kaki diaspal
berfungsi untuk memberikan suasana sebuah pelabuhan tua, sangat berbeda dari
daerah komersial pusat kota. Susunan linear menggunakan fitur dermaga untuk
keuntungan yang terbaik dan memungkinkan paparan maksimum untuk laut.
Gambar 5 Port of San Francisco
21
The River Arno
Latar Belakang
Secara tradisional, sungai Arno di Florence menyediakan ruang untuk kegiatan
rekreasi, seperti berjalan, memancing, berlayar, dll untuk orang-orang yang bertindak
sebagai cara alternatif hidup dari ramai kota pusat.
Usul
Proyek ini merupakan penciptaan kembali taman linier sepanjang sungai bank.
kegiatan ini dari berbagai jenis, seperti warung, kafe, bar, dan fasilitas hiburan
dipromosikan di sepanjang ruang. Skema ini meliputi dari bank, rakit mengambang
di tepi, adopsi tenda, kanopi dan kaca untuk menarik penggunaan tempat.
Konsep
Penekanan dari kedekatan antara masyarakat dan air dapat mendorong apresiasi air
ruang dan pemandangan yang juga merupakan isu penting yang harus menjadi titik
fokus dalam kasus StanJey. Pengalaman yang kaya di sepanjang tepi air juga berlaku
untuk kasus Stanley
Gambar 6The River Arno
Kesimpulan Studi Banding
Dari beberapa studi banding yang ditemukan yang berasal dari beberapa Negara,
dapat disimpulkan bahwa dalam mendesain sebuah kawasan tepian memerlukan
sebuah kepekaan yang lebih terutama wilayah perairan cenderung mengarah kepada
kawasan yang sulit untuk ditata.Apabila penggunaan fungsi lahan digunakan dengan
22
tepat maka potensi yang besar justru terdapat pada kawasan tepian.Solusi desain
yang biasa direncanakan biasanya dibuat tempat wisata ataupun tempat makan yang
bersuasana tepian air dengan mempertahankan suasana yang dulunya ada.
Berdasarkan perencanaannya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5 Studi Banding
top related