peran shalat berjama’ah sebagai mediaetd.iain-padangsidimpuan.ac.id/3159/1/10 310 0126.pdf ·...

81
PERAN SHALAT BERJAMA’AH SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN ISLAM DI MASJID AL- ABROR PADANGSIDIMPUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : ZUHANDRI NIM. 10 310 0126 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PADANG SIDIMPUAN 2017

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERAN SHALAT BERJAMA’AH SEBAGAI MEDIA

    PENDIDIKAN ISLAM DI MASJID AL- ABROR

    PADANGSIDIMPUAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat

    Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam

    Oleh :

    ZUHANDRI

    NIM. 10 310 0126

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    PADANG SIDIMPUAN

    2017

  • ABSTRAKSI

    Nama : ZUHANDRI

    NIM : 10. 310 0126

    Judul : Peran Shalat Berjama’ah Sebagai Media Pendidikan Islam Di Masjid Al-

    Abror Padangsidimpuan

    Skripsi ini berjudul “Peran Shalat Berjama’ah Sebagai Media Pendidikan

    Islam Di Masjid Al- Abror Padangsidimpuan’’. Hal ini dilatarbelakangi bahwa

    secara realitas bahwa pelaksanaan shalat berjama’ah, belum seimbang. Terbukti

    banyak masalah yang terjadi di berbagai masjid, khususnya untuk penelitian ini di

    masjid Al- Abror Padangsidimpuan. Tentunya, masalah yang harus dihadapi di

    masjid Al- Abror Padangsidimpuan. Kasus-kasus tersebut tidaklah bisa dilihat

    merupakan kesalahan sepihak, imam atau pun makmum yang shalat berjama’ah di

    masjid Al- Abror harus direalisasikan dengan pendidikan Islam. Kesemuanya itu

    berada dalam satu kesatuan sistem pendidikan yang diterapkan dalam proses

    pembelajaran.

    Rumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah bagaimana konsep Alquran

    dan Hadits tentang peran shalat berjama’ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan,

    dan bagaimana peran shalat berjama’ah sebagai media pendidikan Islam di Masjid

    Al- Abror Padangsidimpuan. Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut maka

    tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep Alquran dan Hadits tentang

    peran shalat berjama’ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan serta untuk

    mengetahui peran shalat berjama’ah.

    Berdasarkan tempat penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif

    terhadap peran shalat berjama’ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan. Objek

    penelitian ini adalah jama’ah yang shalat berjama’ah di masjid Al- Abror

    Padangsidimpuan.

    Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, peran shalat berjama’ah di masjid

    Al- Abror Padangsidimpuan dikategorikan berperan penting dalam pembentukan

    pendidikan Islam. Sehingga dengan adanya penelitian ini shalat berjama’ah tersebut

    mengetahui apa- apa saja nilai- nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam shalat

    berjama’ah.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang dengan berkat rahmat dan

    ‘inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Peran Shalat

    Berjama’ah Sebagai Media Pendidikan Islam Di Masjid Al- Abror Padangsidimpuan ”.

    Kemudian penulis tidak lupa menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad SAW yang telah bersusah payah membimbing ummatnya dari alam kegelapan

    menuju alam yang terang benderang.

    Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dalam menyelesaikan studi dan

    merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,

    disebabkan terbatasnya ilmu pengetahuan dan wawasan. Walaupun demikian berkat bantuan dan

    petunjuk serta bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini selesai ditulis, dengan mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Drs. H. Abdul Sattar Daulay,M. Ag sebagai pembimbing I serta Hamka, M. Hum

    sebagai pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

    hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    2. Ibunda Kami Tercinta Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang senantiasa

    membimbing kami, Semoga beliau diberikan umur yang berkah dan rezki yang barokah.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKADEMIK

    BERITA ACARA UJIAN MUNAQOSYAH

    HALAMAN PENGESAHAN DEKAN FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

    KEGURUAN

    ABSTRAK .................................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

    DAFTAR TABEL DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

    E. Batasan Istilah .................................................................................... 10

    F. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 14

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Peran ............................................................................................ 16

    2. Shalat Berjama’ah ....................................................................... 18

    B. Kajian Tentang Pendidikan Islam

    1. Pengertian Pendidikan .................................................................. 25

    2. Dasar Pendidikan Islam................................................................ 25

    3. Nilai- Nilai Pendidikan Islam Dalam Shalat Berjama’ah ............ 27

    C. Kajian Tentang Shalat Berjama’ah

    1. Pengertian Shalat .......................................................................... 29

  • 2. Pengertian Shalat Berjama’ah ...................................................... 35

    3. Keutamaan Shalat Berjama’ah ..................................................... 36

    4. Wajibnya Shalat Berjama’ah........................................................ 38

    5. Pengaruh Shalat Berjama’ah ........................................................ 39

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode Penelitian............................................................................... 44

    B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 46

    C. Subjek Penelitian Dan Sumber Data .................................................. 46

    D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 48

    E. Teknik Analisa Data ........................................................................... 51

    F. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................ 53

    BAB IV : HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Observasi ................................................................................... 55

    B. Daftar Hasil Wawancara ..................................................................... 56

    1. Analisis Wawancara Jama’ah Shalat Berjama’ah di Masjid Al-

    Abror Padangsidimpuan .............................................................. 56

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 60

    B. Saran- saran ........................................................................................ 60

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Shalat adalah rukun Islam yang teragung setelah dua kalimat

    syahadat”. Kedudukannya menjadi perkara yang penting. Keutamaannya yaitu

    induk seluruh ibadah. Setiap orang Islam wajib melaksanakan shalat wajib 5 (

    lima ) waktu dalam sehari semalam. Setiap muslim yang melaksanakan shalat

    wajib, menjadi manusia yang paling baik akhlaqnya dan membedakannya

    adalah ketaqwaan kepada Allah SWT.1

    Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat

    kelak. “ Mendirikan rukun Islam yang kedua dari kelima rukun Islam adalah

    merupakan tiang agama, amal yang paling dicintai oleh Allah SWT, shalat

    juga merupakan tiang agama, amal yang paling dicintai oleh Alllah SWT,

    shalat yang merupakan tiang agama akan menjadi panutan dari perbuatan baik

    lainnya, apabila bagus perbuatan kita sebagaimana manusia yang selalu

    mengerjakan apa yang diperintah oleh Allah SWT, kalau tidak

    mengerjakannya shalat semuanya akan menjadi sia- sia dalam mengerjakan

    suatu kebaikan itu, maka shalatlah yang menjadi dasar yang terlebih dahulu

    yang akan dihisab.

    1 Shalih bin Ghanim bin Abdullah as-Sadlani, Shalat Al-Jama’ah Hikamuha wa Ahkamuha

    wat Tanbih ‘ala ma Yaqa’u fiiha min bid’ain wa Akhtain, terj. M. Nur Abrari, shalat Berjama’ah

    Panduan Hukum, Adab, Himah, Sunnah, dan Peringatan Penting Tentang Pelaksanaan Shalat

    Berjama’ah, ( Solo : Pustaka Arafah, 2002 ), hlm. 21.

    1

  • 2

    Al- Qur‟an sebagai kita suci umat Islam, mengandung hukum dan

    perintah shalat. Shalat menjadi sebuah kewajiban yang telah ditentukan

    waktunya dan muslim yang mengerjakan akan terhindar dari perbuatan keji

    dan munkar. Umat Islam memang teguh kitab sucinya sebagai sumber hukum

    tertinggi dalam kehidupannya. Dan didalam Al- Qur‟an banyak sekali terdapat

    ayat- ayat yang menjelaskan tentang shalat, baik ia shalat dengan sendiri dan

    shalat berjama‟ah, dan yang paling diutamakan terlebih dahulu adalah shalat

    berjama‟ahnya, karena pahalanya juga lebih besar 27 kali lipat daripada shalat

    sendirian.2

    Adapun dasar kewajiban shalat dan mengenai pelaksanaan shalat akan

    terpengaruh pada akhlaq seorang muslim agar terjaga dari perbuatan keji dan

    munkar. Firman Allah SWT :

    Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat( mu ),

    ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

    Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (

    sebagaimana biasanya ). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang

    ditentukan waktunya atas orang- orang yang beriman. ( QS. An- Nisaa : 103

    ).3

    Shalat merupakan amalan agama yang paling akhir hilang. Oleh

    karena jika shalat hilang dari agama, tidak ada lagi yang tersisa dari agama.

    2 Sentot Haryanto, Psikolog Shalat, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 156.

    3Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahannya

  • 3

    Shalat berjama‟ah merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh orang yang

    beriman ( mukmin ). Apabila kita memperhatikan ayat- ayat perintah di dalam

    Al- Qur‟an terdapatlah ayat-ayat yang memberi pengertian bahwa kita

    diperintahkan melaksanakan shalat berjama‟ah di mesjid- mesjid. Allah SWT

    berfirman :

    Artinya : Dan dirikanlah shalat , tunaikanlah zakat dan ruku‟lah

    beserta orang orang yang ruku‟. ( QS. Al- Baqarah : 43 ).

    Al- Qur‟an QS. Al- Baqarah ayat 43 diatas memberikan landasan

    hukum yang jelas untuk melaksanakan shalat bersama- sama ( berjama‟ah )

    umat Islam diperintahkan ruku‟ beserta orang- orang yang ruku‟ mengandung

    shalat berjama‟ah. Shalat berjama‟ah kedudukannya dalam agama Islam

    menempati tempat utama. Orang Islam yang mengerjakannya secara

    istiqomah mendapat tempat mulia. Islam memasukkannya ke dalam ibadah

    yang penuh tantangan dan ujian. Pahala yang dijanjikan adalah sebanyak 27

    derajat ( tingkatannya ). Maka dari itu shalat berjama‟ah sangat di anjurkan

    kepada umat Islam sehingga kedamaian dalam shalat akan selalu terjaga

    karena shalat berjama‟ah mengajarkan umat Islam untuk saling mengajak

    dalam mengerjakan shalat berjama‟ah tersebut.4

    4 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibarahim Ibn al – Maghiroh Ibn Barzabatin

    al- Ja‟fiyy, Adzkarussholah ( Beirut : Libanon, Daarul Kitab Al- Ilmiyyah, 1992), Juz I, hlm.198.

  • 4

    Hal yang menunjukkan keutamaan shalat berjama‟ah, mencintai

    mesjid untuk melaksanakan shalat berjama‟ah. Maka Allahh SWT akan

    memberikan perlindungan pada hari dimana tidak terdapat perlindungan

    kecuali milik-Nya. Namun sekarang banyak muslim yang melupakan shalat

    berjama‟ah, baik di rumah, mesjid atau musholla. Setiap ada panggilan adzan

    yang hadir hanya beberapa orang. Anak atau generasi muda sedikit sekali

    yang mendirikan shalat berjama‟ah.5

    Perubahan tatanan sosial yang tidak berdasarkan asa Islam membuat

    manusia mementingkan diri sendiri atau individualis dan materialis.

    Kehidupan tidak seimbang antara jasmani dan rohani. Sikap- sikap kerohanian

    semakin luntur dan kesucian pola fikir atau pola tingkah laku tidak sesuai

    dengan keseimbangan hidup. Akibatnya secara perlahan tetapi pasti nilai-

    nilai yang ada kan terkikis dan kerusakan alam semakin banyak. Masalah/

    termotivasi yang berkembang saat ini yaitu ada beberapa orang di masyarakat

    Kota Padangsidempuan, yang penulis ketahui banyaknya masyarakat Kota

    Padangsidempuan termotivasi untuk shalat berjama‟ah di mesjid- mesjid

    sebagai pendidikan ibadah di dalam mesjid.

    Mengapa umat Islam malas mendirikan shalat secara berjama‟ah di

    mesjid ? padahal untuk mendirikan tempat ibadah itu membutuhkan usaha

    keras, waktu, dana, tenaga dan fikiran yang tidak sedikit. Sebetulnya shalat

    5 Sentot Haryanto, Op.Cit., hlm. 158

  • 5

    berjama‟ah itu bukan tidak bisa dirumah atau di tempat yang lain yang

    memang tempatnya suci dari najis, hanya saja mesjid dan mushola adalah

    tempat yang lebih afdhal untuk melaksanakan shalat berjama‟ah karena

    mesjid dan mushola adalah rumah Allah SWT akan selalu lebih berkah dan

    damai ketika shalat berjama‟ah dan akan selalu terhindar dari najis.6

    Keadaan semakin sedikitnya muslim yang mendirikan ibadah yang

    utama tersebut menjadi masalah besar, khususnya dalam penegakan syariat

    Islam dan terciptanya hubungan harmonis sesama masyarakat. Sikap acuh tak

    acuh terhadap fenomena tersebut mendasari penurunan keutuhan keimanan

    seseorang dan pada tingkat selanjutnya mempengaruhi keseimbangan

    kehidupan sosial masyarakat. Budaya cinta shalat yang dilaksanakan secara

    bersama- sama ( berjama‟ah ) menjadi penting dalam kehidupan karena

    menjaga nilai dan mendasari terjaganya keberadaan sikap- sikap berisi

    kebaikan nilai- nilai yang menjadi dasar kehidupan masyarakat dalam

    mencapai keharmonisan sosial.

    Penulis melihat masjid yang ada di kota Padangsidimpuan mayoritas

    masyarakatnya menganut agama Islam, sering terlihat kosong pada waktu

    shalat berjama‟ah didirikan. Masjid merupakan tempat terbaik untuk

    pembangunan tempat ibadah yang merupakan simbol umat Islam yang tidak

    6 Asjmuni Abdurrahman, Shalat Berjama’ah, ( Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2003),

    hlm. 14.

  • 6

    sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Permasalahan yang muncul yaitu

    apakah umat Islam belum mengetahui keutamaan shalat berjama‟ah, berupa

    pahala besar dan balasan yang mulia yang dijanjikan oleh Allah SWT. Mereka

    belum mengetahui manfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial

    bagi dirinya dan dalam hidup bermasyarakat.

    Nilai- Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Shalat Berjama’ah :

    1. Pendidikan untuk memelihara,dan meningkatkan kebersihan serta

    kesehatan. Setiap muslim(muslimah) yang akan salat diwajidkan suci

    badan,pakaian,dan tempat salatnya dari najis ia diwajibkan mensucikan diri

    dari hadas besar dengan jalan mandi dan dari hadas kecil dengan jalan

    berwudhu. Kebersihan merupakan sebagian dari iman dan Allah menyenangi

    orang-orang yang senantiasa memelihara kebersihan. Dalam hal ini Rasulullah

    bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman.”(HR Bukhari dan Muslim)

    Firman allah swt dalam Al-Qur'an yang artinya, "Seungguhnya Allah

    menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri

    2. Pendidikan menumbuhkan rasa malu untuk mempertontonkan aurat.

    Kewajiban menutup aurat ketika salat diharapkan dapat menumbuhkan rasa

    malu bagi setiap muslim(muslimah) untuk mempertontonkan auratnya dalam

    pergaulan hidup bermasyrakat. Bukankah mempertontonkan aurat kepada

    orang-orang yang bukan muhrimnya merupakan dosa yang dilarang Allah

  • 7

    swt.? Malu dalam berbuat dosa merupakan salah satu ciri dari orang yang

    beriman. Rasulullah saw bersabda, “Rasa malu dan iman sebenarnya berpadu

    menjadi satu. Bilamana lenyap salah satunya maka hilang pulanglah yang

    lain.”

    3. Pendidikan untuk membina kedislipinan. Shalat lima waktu harus

    dikerjakan pada waktunya dan sesuai dengan ketentuan syarak. Umat islam

    yang tekun mengerjakan shalat akan terbiasa berdisiplin dalam memanfaatkan

    waktu dan menaati peraturan-peraturan ALLAH. Kebiasaan disiplin dalam

    shalat diharapkan membentuk pribadi-pribadi yang berdisiplin juga dalam

    melaksanakan kewajiban-kewajiban yang lain. Misalnya, disiplin dalam

    dalam menta'ati peraturan serta undang-undang.

    4. Pendidikan untuk menumbuhkan sifat sabar ALLAH SWT berfirman,

    “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia

    ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia

    amat kikir,kecuali orang-orang yang mengerjakan salat,yang mereka itu tetap

    mengerjakan shalatnya."

    5. Pendidikan untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Perbuatan keji

    adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian seperti

    menipu,mencuri,merampok,dan membunuh. Sedangkan perbuatan munkar

    adalah perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah swt dan Rasulnya saw

  • 8

    seperti syirik,munafik,dan fasiq. Allah swt berfirman. “Dirikanlah

    shalat,sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar."

    6. Pendidikan untuk mempererat persaudaraan dan mewujudkan persatuan.

    Dalam melaksanakan salat, khususnya salat berjamaah, umat Islam

    menghadap kearah yang sama, membaca bacaan-bacaan yang sama, dan

    melakukan gerakan-gerakan yang sama.(ukhwah Islamiyah) serta

    mewujudkan persatuan. Rasulullah saw bersabda, “Orang mukmin dengan

    orang mukmin lain itu laksana sebauah bangunan,sebagian memperkokoh

    bagian yang lain."

    7. Menghapus dosa Rasulullah saw bersabda. “Shalat lima waktu (sehari

    semalam) dan jum‟at merupakan penembus dosa-dosa yang terjadi di waktu

    itu selama tidak dikerjakan dosa-dosa besar.(H.R. Muslim dari abu hurairah).

    Penulis tertarik untuk meneliti apa saja kendala yang di hadapi ketika

    shalat berjama‟ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan. Dan memberikan

    dampak positif terhadap masyarakat lainnya. Bertitik tolak dari motivasi

    masyarakat dalam mengerjakan shalat berjama‟ah di mesjid, untuk

    mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif diperlukan pendekatan

    ilmiah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian supaya

    masyarakat kota Padangsidempuan ketika shalat berjama‟ah merasakan

    kekhusukan dalam shalat, maka penulis tertarik merangkum sebuah judul

  • 9

    skripsi “ PERAN SHALAT BERJAMA’AH SEBAGAI MEDIA

    PENDIDIKAN ISLAM DI MASJID AL- ABROR

    PADANGSIDIMPUAN“.

    B. Rumusan Masalah

    Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan pokok masalah

    sebagai berikut :

    1. Bagaimana kegiatan shalat berjama‟ah yang dilaksanakan di masjid Al-

    Abror Padangsidimpuan ?

    2. Apa saja nilai- nilai pendidikan yang terdapat di masjid Al- Abror

    Padangsidimpuan ?

    3. Apa kendala yang ditemui dan bagaimana cara mengatasinya ?

    C. Tujuan Penelitian

    Dalam setiap penelitian yang dilakukan akan memiliki tujuan yang

    hendak dicapai. Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui apa saja kegiatan shalat berjama‟ah di masjid Al-Abror

    Padangsidimpuan.

    2. Untuk mengetahui apa- apa saja nilai- nilai pendidikan yang terkandung

    dalam shalat berjama‟ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan.

    3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang di hadapi dalam kegiatan shalat

    berjama‟ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan.

  • 10

    D. Manfaat penelitian

    Hasil setiap penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    yang jelas tentang adanya seputar permasalahan dalam shalat berjama‟ah di

    masjid Al Abror Padangsidempuan Utara. Dari informasi tersebut dapat

    memberikan manfaat secara praktis dan teoritis. Yaitu :

    1. Secara praktis, apabila ada hubungan, seorang atau masyarakat dapat

    mengetahui akan arti penting intensitas dalam shalat berjama‟ah. Dengan

    demikian masyarakat Padangsidimpuan paham tentang seluk beluk dalam

    shalat berjama‟ah dan memahami apa- apa saja nilai- nilai pendidikan

    yang terkandung dalam shalat berjama‟ah di masjid Al-Abror

    Padangsidimpuan.

    2. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan solusi kepada masyarakat

    untuk lebih baik melaksanakan shalat berjama‟ah di masjid Al-Abror

    Padangsidimpuan, dan menjadikan diri lebih dekat kepada Allah SWT dan

    memahami arti penting nilai- nilai pendidikan yang terkandung dalam

    shalat berjama‟ah di masjid Al-Abror Padangsidimpuan.

    E. Batasan Istilah

    Sebelum penulis membahas apa saja kegiatan shalat berjama‟ah di

    masjid Al- Abror Padangsidimpuan, maka penulis akan memulai dari

    pengertian peran shalat berjama‟ah.

  • 11

    Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran

    yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

    Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan,

    yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran

    atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan

    yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-

    orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau

    kewajiban-kewajibannya.

    Defenisi peran sudah kita ketahui, sekarang kita akan membahas

    seputar tentang shalat berjama‟ah. Shalat berjama‟ah adalah shalat yang

    dilakukan dalam beberapa orang, yang diantaranya ada yang dijadikan sebagai

    imam dan ada juga sebagai makmum, dan shalat berjama‟ah juga sangat

    dianjurkan nabi Saw kepada umatnya karena pahala shalat berjama‟ah lebih

    banyak daripada shalat sendirian (munfarid). Pahala shalat berjama‟ah

    diganjar sebanyak 27 derajat dibandingkan shalat sendirian. Shalat berjama‟ah

    juga bias dilakukan di berbagai tempat asalkan tempatnya suci dari hadas dan

    kotoran bukan hanya di dalam masjid, akan tetapi shalat berjama‟ah lebih

    afdhal dan lebih efisiensi dilakukan di dalam masjid.

    Penjelasan tentang seputar shalat berjama‟ah sudah di terangkan

    diatas, dan sekarang kita beralih ke peran shalat berjama‟ah sebagai media

    pendidikan Islam. Kata Pendidikan berdasarkan KBBI berasal dari kata

  • 12

    „didik‟ dan kemudian mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟, maka kata ini

    mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Kata Pendidikan

    Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ Pedagogi “ kata

    dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “ dan Juga “ kata Ogogos “ artinya “

    membimbing ”. dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata pedagos

    dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik

    Anak .

    Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

    tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu

    sendiri.

    Kemudian kita berlanjut pada UU tentang adanya pendidikan tersebut,

    Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah sebuah usaha

    yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

    Negara. Undang – undang inilah yang menjadi dasar berdidirinya proses

    pendidikan yang ada di Negara Indonesia.

  • 13

    Pengertian pendidikan menurut para Ahli, sebelum kita mengambil

    pendapat para filosofi pendidikan dari orang barat, maka kita mengambil

    pengertian pendidikan berdasarkan apa yang di sampaikan oleh bapak

    pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara, beliau telah menjelaskan

    tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :

    “ Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,

    adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang

    ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

    masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-

    tingginya.” Ki Hajar Dewantara.7

    Jadi, peran shalat berjama‟ah sebagai media pendidikan Islam dapat di

    artikan bahwa shalat berjama‟ah itu mengajarkan kepada kita semua sebagai

    umat Islam akan selalu beribadah kepada Allah SWT dan shalat berjama‟ah

    itu juga bisa mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Orang yang

    senantiasa melaksanakan shalat berjama‟ah akan selalu mendapatkan

    keuntungan yang banyak, salah satunya dari sesama umat bisa menjalin

    hubungan yang harmonis dan mempererat silaturrahmi.

    Peran shalat berjama‟ah sebagai media pendidikan Islam di masjdi Al-

    Abror Padangsidimpuan dapat dijadikan tolak ukur apa- apa saja nila- nilai

    pendidikan yang terdapat, dan masalah apa saja yang dihadapi ketika shalat

    berjama‟ah di masjid Al- Abror Padangsidimpuan. Maka dari itu disinilah

    penulis melakukan penelitian.

    7 Ki Hajar Dewantara, Psikolog Pendidikan ( Jakarta : PT. Jaya Pustaka, 2007 ) hlm. 12

  • 14

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun dengan

    sistematika sebagai berikut:

    Bab Kesatu berisi yang terdiri dari Pendahuluan, latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

    istilah, sistematika penulisan skripsi.

    Bab Kedua berisi landasan teori, tentang peran shalat berjama‟ah

    sebagai media pendidikan Islam di masjid Al- Abror Padangsidimpuan,

    (kajian tentang nilai- nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam shalat

    berjama‟ah : pengertian peran, pengetian ibadah, pengertian pendidikan

    Ibadah, nilai- nilai pendidikan Islam dalam shalat berjama‟ah, dan penelitian

    terdahulu).

    Bab Ketiga berisi metode penelitian, yang membahas tentang

    penelitian yang meliputi observasi dan wawancara dalam mendapatkan

    keabsahan masalah ketika shalat berjama‟ah di masjid Al- Abror

    Padangsidimpuan.

    Bab Keempat berisi hasil penelitian, yang membahas tentang hasil

    dalam observasi dan wawancara untuk menemukan keabsahan data tentang

    masalah yang dihadapi ketika shalat berjama‟ah di mesjid Al Abror

    Padangsidimpuan.

  • 15

    Bab Kelima berisi dari bab penutup yang merupakan bab terakhir dari

    pembahasan penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran- saran,

    lampiran dan penutup.

  • 16

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Peran

    Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian peran adalah

    aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbaraperan

    adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

    seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh

    keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran

    adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi

    sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa.

    Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas

    sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan

    pengaruh.Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah

    menjalankan suatu peran. kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita

    sulit mengartikan dan definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingk an

    dengan fungsi. Peran dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran

    tanpa kedudukan atau status, begitu pula tidak ada status tanpa peran. Setiap

    orang mempunyai bermacam-macam peran yang dijalankan dalam pergaulan

    hidupnya di masyarakat. Peran menentukan apa yang diperbuat seseorang

    bagi masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-kesempatan yang

    diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma-norma yang

    berlaku.

    16

  • 17

    Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai

    sebuah proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara

    lain..

    Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

    seseorang di dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan yang

    membimbing seseorang dalam masyarakat.

    Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.

    Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial

    masyarakat. Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak

    dalam situasi tertentu adalah persepsi peran (role perception). Berdasarkan

    pada sebuah iterprestasi atas apa yang kita yakini mengenai bagaimana

    seharusnya kita berperilaku, kita terlibat dalam jenis-jenis perilaku tertentu.

    Ekspektasi Peran

    Ekspektasi peran (role expectation) didefinisikan sebagai apa yang

    diyakini orang lain mengenai bagaimana anda harus bertindak dalam suatu

    situasi. Bagaimana anda berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran

    yang didefinisikan dalam konteks dimana anda bertindak.

    Konflik Peran

    Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi peran yang

    berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict). Konflik ini muncul

    ketika seorang individu menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu

    peran dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain.

  • 18

    Peran menurut Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status).

    Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

    kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan

    dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak

    dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan

    sebaliknya. Sedangkan menurut Merton mengatakan bahwa peranan

    didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari

    orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai

    perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah

    kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh

    orang karena menduduki status-status social khusus.

    Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 teori peran ini

    memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam

    organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola

    penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”

    2. Shalat Berjama’ah

    Kata "jama'ah" berarti kumpul. Sholat berjamaah dari segi bahasa

    artinya sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh lebih dari satu orang.

    Sedangkan menurut pengertian syara' adalah sholat yang dikerjakan bersama-

    sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang diantaranya bertindak sebagai

    imam sedangkan lainnya manjadi ma'mum.

    Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang dan dapat

    dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya. Tempat yang

  • 19

    paling utama untuk mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid, demikian

    juga shalat jama'ah. Makin banyak jumlah jama'ahnya makin utama

    dibandingkan dengan shalat jama'ah yang sedikit pesertanya.

    Shalat berjama'ah sangat besar manfaatnya karena di samping dapat

    mempererat persaudaraan juga dapat menambah syiar Islam. Sholat

    berjama'ah juga mempunyai derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    sholat sendirian. Rasulullah SAW bersabda :

    "Shalat berjama'ah melebihi keutamaan sholat sendirian dengan dua

    puluh tujuh derajat." (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).

    Untuk Hukum Shalat Jamaah bagi kaum Laki – Laki maupun

    perempuan ialah Sunah dan Shalat memang lebih baik dilakukan dg

    Berjamaah dari pada sendiri – sendiri, hal ini seperti Sabda Nabi Muhammad

    Saw yg membahas tentang Keutamaan Shalat Berjamaah seperti, ” Shalat

    Berjamaah itu lebih baik dan utama daripada shalat sendirian dg 27 derajat. ”

    dan ” Manusia yg paling besar pahalanya dlm shalat ialah yg paling jauh

    perjalanya, lalu yg selajutnya. Dan seseorang yg menunggu shalat hingga

    melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yg melakukan

    sendirian lalu tidur (HR. Muslim) ”.

    Seringkali tak terpikirkan ibadah yang kita lakukan membawa

    perubahan atau tidak. Terkadang melihatnya hanya dari sisi kulitnya saja,

    tidak isinya. Menyimpan nilai tarbiyah atau tidak. Sedikitpun tak terbersit,

    pikiran ini kosong. Seperti shalat wajib yang lima waktu. Kita hanya

    mengenal nama tapi inti (pelajarannya) tidak. Bahwa sesungguhnya shalat itu

  • 20

    mempunyai "hati" (sumber) yang seharusnya kita kenal, pelajari dan dalami

    sebagai tuntunan. Misalnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan

    mungkar, ketenangan jiwa, dan obat segala macam penyakit.

    Satu solusi dari penulis yakni "membangun kesadaran" spritual, bahwa

    shalat berjamaah bukan karena peraturan melainkan menyabet makna sejuta

    tarbiyah yang harus diikuti tanpa ada paksaan sedikitpun (ikhlas).

    Salah satu bentuk pengajaran nilai tarbiyah dari shalat berjama'ah

    antara lain:

    Pertama, istiqamah.

    Dalam arti luas, bahwa shalat berjamaah tentu dimulai dengan waktu

    yang konsis (tepat) misalnya di awal waktu shalat, lebih utama (afdhal).

    Dengan ini pasti ada kesepakatan (komitmen) yang harus disadari. Jika tidak,

    dia akan shalat sendirian. Dari sini penting ditanamkan keunggulan shalat

    berjamaah yakni dua puluh derajat bandingannya dengan shalat sendirian,

    sekalipun khusyuk (tenangnya hati). Sehingga kesadaran istiqamah mampu

    mempengaruhi perbuatan yang lain secara sadar.

    Kedua, solidaritas.

    Shalat berjamaah hakikatnya mengajarkan nilai kebersamaan yang

    kokoh, tanpa ada perbedaan kepentingan. Hanya satu tujuannya bersama-sama

    mengahadap Ilahi Rabbi. Dengan ini, pendidikan shalat jamaah sesungghnya

    telah berhasil mengadakan perubahan yaitu manajeman "mobilisasi" massa.

  • 21

    Melalui shalat berjamaah, umat bisa bersatu padu menuju satu kemenangan

    (cita-cita), baik di dunia maupun akhirat kelak.

    Ketiga, kepemimpinan.

    Shalat berjamaah mengajarkan seseorang berjiwa pemimpin. Hal ini

    benar, sebab di dalam shalat berjamaah ada imam (pemimpin) juga ada

    makmum (rakyat). Begitu kira-kira bandingannya. Seorang makmum harus

    taat (ikut) pada imam-nya, jangan sampai mendahului khawatir shalatnya bisa

    menjadi fatal. Disinilah, letak pendidikan shalat berjamaah mengajarkan nilai

    ketaatan pengikut (makmum) pada seorang pemimpin (imam). Begitu juga,

    mememilih seorang pemimpin (imam) harus layak (selektif). Jika tidak, bisa

    kurang kesempurnaan shalatnya. Pilihlah yang fasih bacaannnya, alim, dan

    disenangi makmum (rakyat)-nya. Di area sosial juga bisa dikaitkan, bahwa

    rakyat harus memilih peminpin yang alim (pinter, cerdas, genius lahir-batin)

    dan berjiwa patriotis-kepemimpinan terhadap rakyat-rakyatnya. Dalam arti

    mampu bertanggung jawab dam amanah.

    Keempat, kedisiplinan dan ketertiban.

    Dengan melakukan shalat berjamaah sesungguhnya kita dicekoki nilai-

    nilai kedisiplinan yang cukup tinggi. Misalnya imam mengucapkan takbir,

    seraya makmum menirukannya. Tanpa ada yang mendahului dan lambat lama.

    Maka, dalam shalat ajaran-ajaran "ketaatan" juga disinggung. Dengan

    ketaatan itu, terciptalah kebiasaan hidup disiplin dan tertib.

  • 22

    Kelima, tanggung jawab.

    Dalam arti seorang imam (pemimpin) mempunyai tanggung jawab

    terhadap makmum (rakyat)-nya di hadapan Tuhan. Karena dialah yang

    diamanatkan secara bersama-sama dengan rakyatnya menuju ridla-Nya.

    Sehabis shalat imam harus berdoa dan makmum mengamininya. Memuji-Nya

    dan berdoa bersama-sama atas segala kesalahan serta kekhilafan yang

    dilakukan. Akhirnya lahirlah rasa kesadaran (taubat) yang selalu tersemat di

    hati lubuk imam dan makmun. Dan tidak enggan mengulangi perbuatan

    dosanya. Ala kulli hal, membangun kesadaran sebenarnya sangat mudah.

    Cukuplah ingat terhadap makna tarbiyah shalat, tanpa melihat dhahir-nya saja.

    Karena sesuatu yang "inti" berdampak pada satu bentuk perubahan yang

    memang diimpikan. Sudah pasti ajaran yang mulia ini menyimpan ribuan

    pendidikan yang bisa diaplikasikan dalam ruang kehidupan kita. Berpikirlah

    dan jadilah yang terbaik.

    Mulailah berubah dari kita sendiri. "Ibda' bi Nafsik". Niscaya tiada

    saling tarik ulur kesalahan (kepentingan) di antara kita. Belajarlah merenung

    (muhasabah) melalui mediasi (perantara) shalat berjamaah. Karena itulah

    perbuatan yang sehari-semalam kita dijumpai.

    Melihat sabda Nabi Muhammad Saw tentang Keutamaan Shalat

    Jamaah diatas maka kita menjadi tahu bahwa Shalat Berjamaah memang

    sangat penting sehingga mulai dari sekarang kita diharuskan untuk

    melakukan Shalat secara berjamaah walaupun itu hanya sunah karena

  • 23

    manfaat shalat jamaah dan pahala shalat jamaah akan lebih besar daripada

    kita mengerjakan shalat secara sendirian.

    Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang menghuni bumi dan

    menjadi khalifah di bumi menurut ajaran Agama Islam. Allah SWT adalah

    Tuhan dari semua makhluk di alam semesta. Manusia menjadi hamba Allah

    SWT, beriman kepada Allah SWT dan tunduk patuh secara total kepada-Nya,

    menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Amanah yang

    diberikan Rabb pencipta alam semesta menjadi tonggak awal kehidupan manusia

    untuk bertaqwa dan menjadi makhluk yang berkualitas dalam menghadapi

    kehidupan. Akan tetapi dari awal kehidupan dibumi sampai sekarang masih

    banyak yang lalai dan melupakan fitrah kemanusiaannya untuk beribadah dan

    mencapai kehidupan ukhrawi.1

    Pada abad ke-21 ini, dunia mengalami perubahan/perkembangan yang

    sangat pesat. Perkembangan dunia kehidupan terjadi dalam berbagai bidang.

    Bidang pemikiran dan sosial mengalami kebangkitan yang besar sehingga

    menimbulkan peradaban baru yang beda dari zaman dahulu. Akibat perubahan

    baru tersebut, merebaklah berbagai pemikiran, ideologi, cara pandang, paradigma

    baru dan perubahan sistem nilai masyarakat. Dunia Islam yang berada didunia

    terdapat dua macam yaitu umat yang memegang teguh semua dasar ajaran Islam

    1 Asjmuni Abdurrahman, Shalat Berjama‟ah, ( Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2013),

    hlm.14 13

  • 24

    yang berupa prinsip dan amal, dan ideologi non Islam yang berpijak pada

    landasan peradaban barat.2

    Ajaran Islam mengandung peradaban dan sistem nilai yang universal.

    Segala segi kehidupan tidak terlepas dari kehidupan yang teratur, mapan dan

    penuh penghargaan akan nilai diri setiap manusia. Dasar hukum untuk menjadi

    landasan berpijak pada perbuatan baik adalah kitab suci umat Islam yaitu Al -

    Quran sebagai landasan utama, yang kedua hadits dari nabi Muhammad SAW

    dan juga ijma‟ para ulama. Shalat berjama‟ah merupakan ajaran agama Islam

    yang terbesar setelah aqidah dan merupakan ibadah yang pertama yang akan

    ditanyakan di hari kemudian kelak nantinya untuk dipertanggung jawabkan,

    karena shalat tiang dari perbuatan terpuji lainnya, kalau umat Islam yang

    mengerjakan perbuatan terpuji tetapi shalatnya terputus putus maka sia- sialah

    amal ibadahnya itu.3

    Shalat berjama‟ah menjadi pembeda antara muslim dan mukmin. Umat

    Islam yang mendirikannya secara baik akan menjadi masyarakat yang

    berkualitas. Kehidupan akan menjadi penuh makna dan dinamis sehingga perlu

    ditekankan akan pentingya shalat berjama‟ah dan jika meninggalkannnya berarti

    masalah besar yang akan/sedang menimpa umat Islam dan akan menjadikannya

    cinta pada duniawi. Umat muslim yang selalu mengerjakan shalat berjama‟ah

    akan senantiasa memberikan kedamaian dalam bermasyarakat terutamanya

    2 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mahiroh Ibn Barzabatin al-

    Bukhari al-Ja‟fiyy, Shahih Bukhari, (Beirut – Libanon : Daarul Kitab Ilmiyyah, 1992), juz I, hlm. 198 3 Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary, Fatkh al-Mu‟in bi Syarhi Qurat al-„Aini, (Surabaya :

    Maktabah Muhammad Ibn Ahmad wa Awladah), hlm. 34

  • 25

    menjaga keharmonisan dalam berkeluarga sehingga tercapailah yang namanya

    “Baitul Jannah firridho” ( Rumah surga yang selalu di Ridhoi-Nya).4

    B. Kajian Tentang Pendidikan Islam

    1. Pengertian Pendidikan

    Pengertian pendidikan adalah secara etimologi kata arab adalah “Atturob”

    yang artinya pendidikan, “Secara etimologi, kata pendidikan maksudnya suatu

    proses untuk menunjukkan keabsahan dalam suatu hal”5

    Dari uraian pengertian pendidikan ibadah di atas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa pendidikan ibadah adalah proses membimbing dan

    mengarahkan segala potensi insan (manusia) yang ada pada anak terutama

    potensi kehambaan pada Allah, sehingga akan menimbulkan ketaatan yang

    tertanam kuat dalam hati sebagai pegangan dan landasan hidup di dunia dan di

    akhirat. Sehingga dengan pendidikan ibadah tersebut seseorang dalam

    bertindak dan bertingkah laku didasari atas ketaatan kepada Allah.6

    2. Dasar Pendidikan Islam

    Dasar pendidikan Islam sebernarnya tidak lain dari dasar ajaran Islam,

    yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

    a. Al-Qur‟an

    Al-Qur‟an merupakan landasan sekaligus sumber ajaran Islam,

    secara keseluruhan sebagai pola hidup menjelaskan apa yang harus

    4 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-MaghirahIbn Barzabatin al-

    Bukhari al-Ja‟fiyy, Op.Cit., hal. 193 5 John Dewey, Democracy and Education, (New York: t.pt., 1964), hlm. 10

    6 Nasiruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : al- Ma‟arif, 1984), hlm.44

  • 26

    diperbuat dalam kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia

    dan akhirat.7

    Al-Qur‟an bukanlah hasil rekayasa manusia, ia semata- mata

    Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini

    dinyatakan sendiri oleh Allah SWT. dalam surat al-Maidah ayat 16

    sebagai berikut:

    8

    Artinya : Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang

    mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu

    pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya

    yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke

    jalan yang lurus. (Al-Maidah Ayat 16).

    Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang apabila dipelajari akan

    membantu kita menemukan nilai- nilai yang dapat dijadikan pedoman

    bagi penyelesaian berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan

    diamalakn akan menjadi pikiran, rasa dan karsa dan mengarah kepada

    realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup

    pribadi dan masyarakat.9

    Pendidikan ibadah diterangkan dalam beberapa ayat, diantaranya

    yang penulis jadikan konsepsi pada skripsi ini, yaitu surat Ali-Imran ayat

    56-58. tentang bagaimana nabi Isa mengajak kaumnya untuk menyembah

    7Ibid., hlm. 100

    8 Soenarjo dkk., Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.161

    9 Nasiruddin Razak,. Op.Cit, 52

  • 27

    Allah dan mengikuti ajaran Rasul serta balasan yang diberikan pada orang

    beriman dan yang tidak beriman.

    b. Al-Hadits

    Al-Hadits merupakan penafsiran Al-Qur‟an dalam praktek

    ataupun penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Hal ini

    mengingat bahwa pribadi Nabi SAW merupakan perwujudan dari Al-

    Qur‟an yang ditafsirkan untuk manusia serta ajaran Islam yang dijabarkan

    dalam kehidupan sehari- hari.10

    Dalam lapangan pendidikan, al-hadits mempunyai dua faedah

    yang sangat besar yaitu :

    1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam Al-

    Qur‟an dan menerangkan hal- hal kecil yang tidak terdapat di

    dalamnya.

    2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah saw

    bersama para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak- anak dan

    penanaman keimanan ke dalam jiwa yang dialakukan.11

    3. Nilai- Nilai Pendidikan Islam Pada Shalat Berjama’ah

    Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk-

    makhluk yang lain. Sehingga dalam menjalankan kehidupan selalu sejalan

    yang diridhai oleh Allah dan dapat mengendalikan hawa nafsu, maka

    10

    Muhammad Quraish Shihab,Wawasan al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.13 11

    Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata‟amalu ma‟a as-Sunnah an-Nabawiyyah, terj. M. Al-Baqir,

    Bagaimana Memahami Hadits Nabi saw., (Bandung : karisma, 1993), hlm.17

  • 28

    diperlukan pedoman yang pasti. Pedoman tersebut harus dilandasi sengan

    keimanan dan keyakinan yang mendalam, tertancap dalam hati nurani,

    sehingga tidak mudah goyah dalam berbagai keadaan dan perubahan masa

    sebagai dasar pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT., maka diperlukan

    penanaman aqidah yang benar- benar terhujam dalam hati dan direalisasikan

    melalui amal ibadah.12

    Menurut Endang Syaifuddin Ansari, ibadah itu ada dua macam, yaitu

    ibadah mahdah dalam arti khusus dan ibadah ghairu nahdah dalam arti

    luas.Ibadah dalam arti khusus, yaitu tata cara dan ucapannya telah ditentukan

    secara terperinci dalam al-Qur‟an dan hadits Rasul. Adapun bentuknya seperti

    shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti luas, yaitu sikap,

    gerak- gerik dan tingkah laku atau perbuatan yang mempunyai tiga tanda,

    yaitu :

    1. Niat yang ikhlas sebagai titik tolak

    2. Keridhaan Allah sebagai titik tuju

    3. Amal shaleh sebagai garis amalan.13

    Berdasarkan ungkapan diatas, dapat dipahami bahwa pengertian

    ibadah secara khusus, yaitu berupa bentuk ubudiah, hubungan langsung

    manusia dengan Tuhannya. Ibadah khusus ini telah ditentukan oleh Allah

    tentang tata cara pelaksanaan dan syarat rukunnya. Sedangkan ibadah secara

    12

    Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung : al-Ma‟arif, 1991), hlm.6 13

    Endang Syaifuddin Anshari,Wawasan Islam, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm.28

  • 29

    umum itu berwujud dalam bentuk muamalah, yaitu hubungan horizontal

    antara sesama manusia dengan alam lainnya seperti semua aktifitas manusia

    sehari- hari atau segala perbuatan yang diizinkan Allah yang dikerjakan

    dengan niat ikhlas untuk mengabdi kepada Allah.

    C. Kajian tentang Shalat Berjama’ah

    1. Pengertian Shalat

    a. Pengertian Shalat

    Agama Islam merupakan kepercayaan yang mengandung

    ajaran tentang nilai-nilai universal dan keyakinan tentang ketauhidan (

    mengesakan Allah ). Ajaran yang berdasarkan pada kitab suci Al

    Quran sebagai hukum dasar dan hadits dari nabi Muhammad SAW.

    Sebagai penjelas untuk memahami Al Quran merupakan kesatuan

    pegangan umat manusia untuk hidup di indonesia dan bekal hidup

    dunia dan akhirat. Rukun Islam ada lima (5) dan rukun iman ada enam

    (6). Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun

    yang sangat ditekankan ( utama ) sesudah dua kalimat syahadat.”14

    Shalat adalah penghubung antara hamba dengan Robbnya ”.

    Hamba membutuhkan sarana untuk dapat memanjatkan rasa

    pengabdian dan ketaatan yang berarti tunduk kepada Allah melalui

    shalat. Shalat menurut bahasa berarti berdoa memohon kebaikan .

    Adapun menurut Ahli Fiqih berarti “ perkataan” dan perbuatan

    14

    Ibid.,hlm.69

  • 30

    perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri

    salam.15

    Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan

    tertentu yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan membaca

    salam. Shalat mempunyai beberapa syarat wajib,syarat syah. Rukun

    sunnah dan hal-hal yang membatalkan shalat, juga hal-hal yang

    dimakruhkan. Segala aktivitas shalat didasarkan pada tuntunan hadits

    yang berasal dari nabi Muhammad SAW, sehingga shalat yang

    dikerjakan syah dan benar sehingga tidak ada yang diragukan lagi

    tentang bagaimana tata cara shalat yang baik dan benar seperti yang

    telah diajarkan Nabi SAW.16

    Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk

    dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat adalah proses

    perjalanan spritual yang penuh makna yang dilakukan seorang

    manusia untuk menemui Tuhan semesta alam. “ Shalat dapat

    menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi (

    altered states ofcontiousness ) dan pengalaman puncak ( peak

    experience) ”dalam melaksanakan shalat dengan penuh kekhusukan,

    15

    Muhammad Jawad Mughniyyah, al- Fiqh „ala al- Madzahib al-Khamsah, edisi Indonesia

    Fiqh Lima Madzhab, penerjemah Masykur A. B. Dkk, ( Jakarta : Lentera Basritama, 2002), Cet. II,

    hlm. 142 16

    Ibid,. hlm. 143

  • 31

    dan lahirlah kesadaran dari dalam hati siapa diri ini dan akan selalu

    lupa pada kecintaan duniawi.17

    Shalat secara lahiriah merupakan aktivitas ibadah seluruh

    anggota tubuh, sedangkan secara esensial ia merupakan aktivitas ibdah

    hati, dengan demikian shalat merupakan aktivitas tubuh sekaligus ruh

    yang menerangi hati sipelaku dan menghadapkannya kepada cahaya

    ilahi. Menurut Imam Abi Abdillah, “Sesungguhnya shalat yang

    merupakn rukun Islam yang kedua, menjadi tiang agama dan

    merupakan amalan yang paling dicintai Allah SWT ”. Maka hamba

    yang mengamalkan shalat akan dicintai Allah SWT yang telah

    menjaga tiang agamanya. Shalat merupakan bentuk peribdatan yang

    paling sempurna dan paling bangus “Yang merupakan gabungan dari

    berbagai asas agama oleh Rasulullah sesudah tauhid”dan shalat juga

    merupakan senjata yang paling ampuh dalam memecahkan befrbagai

    masalah dalam kehidupan ini.18

    Shalat adalah anugerah terbesar dari Allah kepada umat

    manusia, kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki

    keinginan untuk melakukannya. Pengertian shalat ada empat (4)

    macam,19

    yaitu :

    a. Ta‟rif yang menggambarkan shurutush shalat adalah rupa shalat yang

    lahir; perkataan shalat dalam bahasa arab ialah “doa” memohon kebaikan

    17

    Asjmuni, Op.Cit., hlm. 133-134 18

    Imam Ibn Abi Abdillah, Op,Cit,. Hlm. 88-90 19

    Asrifin An Nakrawie, Hikmah Dibalik Sajadah,. ( Surabaya : Ikhtiar, 2008 ),. hlm. 28

  • 32

    dan pujian. Adapun Ta‟rif yang dikehendaki syara”adalah bebrapa ucapan

    dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan

    salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah SWT menurut syarat-

    syarat yang ditentukan dalam aspek yang ibadah yang sesuai dengan

    panduan dari Al Quran dan Al Hadits. Shalat dalam arti sesungguhnya

    adalah mendekatkan diri kepadaNya dan selalu mengharapkan rahmat dan

    keridhaanNya.

    b. Ta‟rif menggambarkan Haqiqatush shalat atau “sir” (rupanya yang bathin)

    atau hakikatnya: Hakikat shalat ialah melahirkan hajat dan keperluan kita

    kepada Allah SWT yang kita sembah, sehingga dengan rutinitas shalat

    yang telah kita laksanakan akan menjadikan diri kita selalu ingat kepada

    Allah SWT dan masalah yang kita hadapi akan senantiasa teratasi, kalau

    shalat sudah menjadi rutinitas tersendiri bukan hal paksaan memang

    suruhan dari diri sendiri akan menjadikan dunia surganya bagi umat non

    muslim, dan neraka bagi umat muslim, sehingga akan menjadikan dunia

    batu loncatan untuk menjadikan pribadi yang lebih taqwa kepadaNya dan

    selalu mementingkan urusan akhirat dengan meraihnya di dunia yang

    penuh dengan kenistaan ini.

    c. Ta‟rif yang menggambarkan ruhush shalat (jiwa shalat) Ruhush shalat

    adalah berharap kepada Allah SWT dengan khusyu”, ikhlas, baik dalam

    berdo‟a dan baik dalam memuji Allah SWT untuk mencapai

    keridhaanNya, sehingga akan lahirlah bentuk “amar”( suruhan dalam hati)

    untuk selalu mengingatNya dalam memenuhi perintah yang telah

  • 33

    disuruhNya dan menjauhi apa-apa yang telah dilarangNya. Karena

    demikian akan terbangunlah pondasi dari benak kita setiap pekerjaan yang

    kita lakukan hanya selalu mendapatkan keberkahan dan keridhaanNya.

    d. Ta‟rif yang melengkapi hakikat dan jiwa shalat yang melengkapi rupa dan

    hakikat shalat adalah berharap hati (jiwa) kepada AllahSWT. Hadap yang

    mendatangkan takut, menumbuhkan rasa kebesaranNya dan

    kekuasaanNya dengan sepenuh khusyu” dan ikhlas didalam beberapa

    perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

    salam.20

    Umat islam melaksanakan shalat wajib lima waktu karena

    hukumnya adalah fardhu ain, diwajibkan bagi semua umat muslimyang

    baliq dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan yamg telah dikenai

    seruan Nabi Muhammad SAW. Mampu melaksanakannya,dan suci dari

    hadast dan najis. Shalat lima (5) waktu sehari semalam telah diwajibkan

    oleh Allah SWT kepada orang –orang islam guna menyucikan jiwa,

    membersihkan hati, dan menjadikan mereka selalu bersama Allah yang

    maha tinggi lagi maha besar dalam keterikatan dan ingatan yang abadi

    dan kekal. Dalam shalat lima (5) waktu ,ada yang fardhu dan ada yang

    sunnah, adapun yang fardhu total bilangannya ada tujuh belas (17) rakaat

    20

    Ibid,.hlm. 29-30

  • 34

    dalam sehari semalam. Dua rakaat shalat subuh,tiga rakaat shalat magrib,

    dan masing masing empat rakaat pada shalat dzuhur, asyar dan isya.21

    Beberapa syarat-syarat kewajiban shalat yaitu:

    1. Orang islam, artinya orang yang tidak beragama islam tidak

    wajib mengerjakan shalat karena diagaa non islam tidak ada

    suruhan shalat yang sama sesuai dengan Al Quran dan Al hadits.

    2. Baligh, artinya sudah dewasa dengan tanda tandanya sebagai

    berikut:

    a) Telah berumur lima belas tahun.

    b) Telah keluar mani atau telah bermimpi bersetubuh.

    c) Telah keluar haidh bagi perempuan, kira kira umur sembilan

    tahun.22

    Dengan keluarnya haidh bagi perempuan dalam

    ajaran islam sesuai dengan Al Quran dan Al hadits akan

    menandakan telah baligh (dewasa) sehingga perbuatan yang

    akan dilakukannnya kedepan akan menjadi tanggung

    jawabnya.

    3. Berakal, artinya orang yang tidak berakal seerti orang gila,

    pingsan, sedang tidur dan anak-anak yang masih kecil belum

    wajib mengerjakan shalat karena orang berakal yang sudah bisa

    21

    Sentot haryanto, Psikolog Shalat, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010),. Hlm. 44 22

    Ibid., hlm.45

  • 35

    membedakan baik dan benarnya dalm menjalanikehidupan di

    dunia ini, seperti diwajibkannya untuk menunaikan shalat.

    4. Sehat, tidak sakit dalam bentuk ukurannya sehat jasmani dan

    rohani sehingga tidak alasan baginya untuk tidak mengerjakan

    shalat.

    5. Suci dari haidh dan nifas, bagi perempuan yang sedang haidh

    dan nifas baginya tidak diwajibkan shalat, akan tetapi

    perempuan tersebut wajib menggantinya setelahsetelah dia tidak

    lagi haidh dan selesai nifasnya.

    6. Sampainya dakwah islam kepadanya atau seruan Nabi

    Muhammad SAW, perintah shalat pertama kali disampaikan

    kepada Nabi Muhammad SAW, ketika beliau sedang isro‟dan

    mi‟roj langsung dari Allah.

    Shalat sempurna yang didasari oleh ke khusyu”kan (al-khusy”) dan

    ketundukanm diri (al-khudu”) akan menerangi hati dan mendidik jiwa.

    Disamping itu” shalat juga menjadi perhiasan seorang hamba yang

    menjadikannya semakin diperindah oleh kesempurnaan akhlaq, seperti jujur,

    terpercaya, menerima apa adanya, menepati janji, lapang dada, rendah hati,

    adil berbuat baik, menjunjung pemiliknya dan mengarahkannya padahanya

    kepada Allah SWT semata”, sehingga hati akan menjadi damai.23

    23

    Ibn Hajar al-AshQalaniy, Fathul Gurub bissholah,. hlm. 227

  • 36

    2. Pengertian Shalat Berjama’ah

    Kata-kata jama‟ah artinya kumpul. Jadi pengertian “shalat

    jama‟ah” menurut bahasa adalah shalat yang dikerjakan sama-sama lebih

    dari satu orang. Pengertian shalat berjama‟ah menurut pengertian syara”

    ialah shalat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih,

    salah seorang diantaranya bertindak sebagai imam (pemimpin yang harus

    diikuti) sedangkan yang lain disebut makmum, yang harus mengikuti

    imam sesuai dengan perintahnya sehingga tidak mendahului gerakannya

    dan terlambat dalam melaksanakan perintahnya, shalat berjama‟ah

    merupakan perintah Allah SWT.24

    allah memerintahkan kaum muslimin

    untuk mendirikan shalat yang dilakukan secara bersama- sama

    berdasarkan firman Allah dalam Al- Qur‟an menjadi dasar utama dan

    pertama pengambilan hukum agama Islam. Agama Islam akan tegak

    dengan didirikannya shalat berjama‟ah di mesjid- mesjid yang merupakan

    pusat aktivitas umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan

    tempat untuk mengoptimalkan potensi- potensi positif yang dimilikinya.

    3. Keutamaan shalat berjama’ah

    Setiap ibadah mempunyai nilai keutamaan bagi mukmin yang

    mendirikannya, bentuk pahala dan sanjungan dari Allah SWT.25

    Shalat

    berjama‟ah mempunyai beberapa keutamaan yaitu :

    24

    Al-Ghazali, Nihayatussholah, 1979,. hlm. 322 25

    Muhammad Shalaeh Al-Munjied,Shalat Yang Khusu‟ Dan Langkah- Langkah

    Mencapainya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002),. hlm. 5

  • 37

    a) Hati yang tergantung di mesjid berada dibawah naungan Allah SWT.

    Imam Nawawi menjelaskan dalam hadits, artinya: “ dia sangat

    mencintai mesjid dan sangat konsisten melakukan shalat berjama‟ah

    dan yang dimaksud disitu adalah bukan konsisten duduk di mesjid

    akan tetapi dia khusu‟ shalat dan berdzikir.

    b) Keutamaan berjalan ke mesjid untuk menunaikan shalat berjama‟ah

    di dalamnya. Orang yang melangkahkan kaki menuju ke mesjid

    dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat berjama‟ah akan

    mendapat pahala ibadah haji, berada dalam jaminan Allah,

    mendapatkan jamuan dari surga setiap kali ia pergi pada pagi dan

    petang hari hanya untuk mengingat Allah.

    c) Keutamaan shaf yang pertama dan sebelah kanan. Shaf pertama

    seperti shaf para malaikat, shalawat Allah dan para malaikat untuk

    shaf pertama, shalawat Nabi pada shaf pertama dan kedua, dan shaf

    yang ketiga hanya akan mendapat pahala dari shalat berjama‟ahnya.

    d) Keutamaan shalat berjama‟ah dibanding shalat sendirian ( munfarid ).

    Allah akan meninggikan derajatnya berlipat ganda daripada

    shalat sendirian. 27 derajat. Karena shalat berjama‟ah adalah suatu

    ibadah yang dilakukan dengan umat yang berbeda tipikalnya dan

    akan menjadi suatu ikatan jama‟ah yang menimbulkan persaudaraan

    baik, dan akan menjadi suatu sosialitas agama Islam yang saling

    mendukung dan menjulang kepada kebaikan dan kerukunan

    masyarakat.

  • 38

    e) Bertambahnya keutamaan shalat berjama‟ah seiring dengan

    bertambahnya bilangan orang yang shalat.

    f) Keutamaan berjama‟ah pada shalat isya‟, subuh, dan ashar.26

    “Melaksanakan shalat isya” berjama‟ah sama nilainya

    dengan shalat setengah malam dan shalat fajr berjama‟ah sama

    halnya seperti shalat semalam suntuk, dan malaikat yang

    berkumpul di waktu Ashar beristigfar untuk orang yang

    berjama‟ah di waktu ashar. Karenanya kita selalu di perintahkan

    untuk senantiasa shalat berjama‟ah ashar di mesjid.

    4. Wajibnya Shalat Berjama’ah

    Kewajiban shalat berjama‟ah berdasarkan pada dasar hukum dari

    Al Qur‟an dan Al Hadits sehingga perlu diketahui dan di kaji secara

    mendalam, supaya lebih jelas dan tepat. Perlu di ketahui, para Ulama

    sepakat bahwa menegakkan shalat lima waktu di mesjid termasuk ibadah

    teragung. Namun, mereka masih berselisih pendapat tentang hukumnya,

    apakah wajib atau tidak bagi lelaki. Di antara pendapat tersebut ada

    pendapat yang mewajibkan lelaki melaksanakan shalat fardhu berjama‟ah

    di mesjid dan shalatnya tidak sah tanpa berjama‟ah di mesjid, kecuali ada

    udzur. Pendapat ini adalah pendapat sejumlah Ulama, diantaranya adalah

    syekh Islam Ibnu Taimiyyah dalam salah satu pendapat beliau dan ibnul

    26

    Ibid,. hlm. 7

  • 39

    Qayyim. Ini juga pendapat yang dipilih madzhab zahiriyyah dan

    dirajihkan oleh ibn Hazm.27

    Hadits Abu Hurairah radiyallahu „anhu yang diriwayatkan dalam

    shahih al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda :

    “Demi Zat yang menggenggam jiwaku! Aku sempat ingin menyuruh

    (orang-orang) mengumpulkan kayu bakar untuk dinyalakan, kemudian

    menyuruh shalat dengan menyuruh seseorang mengumandangkan] adzan,

    kemudian menyuruh seseorang untuk menjadi imam shalat, kemudian

    mendatangi orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjamaah dan

    membakar rumah mereka. Demi Zat yang menggenggam jiwaku! Jika

    salah seorang di antara mereka mengetahui bahwa ia akan mendapati

    tulang berlemak atau kaki kambing yang lezat, tentu ia akan menghadiri

    shalat Isya. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (644).28

    5. Pengaruh Shalat Berjama’ah

    Umat islam yang mengerjakan shalat, segenap sksistensinya

    terlibat dalam satu peristiwa yang menggetarkan kalbu ketika shalat

    manusia diminta untuk melafadzkan sifat- sifat Agung yang dimiliki-Nya

    dengan sepenuh jiwa, serta memuji Asma-Nya berulang- ulang, pemilik

    sifat- sifat yang terindah. Shalat sebagai ritual, lembaga, dan komitmen

    besar bagi pribadi dan bersama pada ketertiban, ketepatan waktu,

    perubahan dan kesatuan. Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh yang

    27

    Ibn Hajar al-AshQalaniy, Op.Cit,. hlm. 328 28

    Ibid,. hlm. 331

  • 40

    positif.29

    Orang muslim yang mendirikan shalat secara berjama‟ah akan

    menemukan makna kehidupan. Adapun pengaruh mendirikan shalat

    berjama‟ah adalah sebagai berikut :

    a. Aspek Spritual

    Adalah hubungan antara hamba dengan Allah SWT. Sehingga

    mempunyai nilai- nilai berdasarkan firman Allah SWT.

    1) Shalat berjama‟ah 27 kali lipat pahalanya daripada shalat sendirian

    (munfarid), orang yang mengerjakan shalat dengan berjama‟ah

    akan memperoleh pahala 27 derajat dari pada orang yang

    melaksanakan shalat sendiri(munfarid).

    2) Allah SWT telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada

    waktu- waktu tertentu diantaranya adalah yang berlangsung dalam

    1 hari 1 malam. Misalnya shalat 5 waktu. Sebagai sarana untuk

    menjalin hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan penjagaan,

    juga dalam rangka membersihkan diri sekaligus dakwah ke jalan

    Allah SWT, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

    3) Akan meliapat gandakan kebaikan dan memperbesar pahala.

    Berjalan ke tempat shalat berjama‟ah setelah menyempurnakan

    whudu‟ dan menghapus dosa.

    4) Berkumpulnya kaum muslimin di mesjid dengan mengharapkan

    berbagai hal yang ada disisi Allah SWT yang dapat menjadi sarana

    turunnya berbagai macam berkah.

    29

    Imam Musbikin, Misteri Shalat Berjama‟ah ,.( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007), hlm. 21

  • 41

    5) Dengan shalat berjama‟ah, Allah akan memberikan perlindungan

    kepada hambanya dari syaitan.30

    b. Pengaruh Dalam Aspek Kehidupan Sosial dan Beragama

    Tujuan khusus aspek religius dari dimensi shalat berjama‟ah

    yaitu31

    :

    1. Aspek Demokratis

    Aspek demokratis terlihat dari berbagai aktivitas yang

    melingkupi shalat berjama‟ah itu sendiri, antara lain :

    a) Memukul kentongan/ bedug

    Di mesjid, langgar atau mushola terutama di pedesaan

    dan sebagaian di perkotaan ada kentongan atau bedug sebagai

    tanda bahwa shalat sudah masuk. Dalam hal ini siapa saja boleh

    memukul kentongan/ bedug, tentunya harus mengerti aturan

    atau kesepakatan di daerah tersebut. Ini berarti Islam sudah

    menerapkan bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan

    berdasarkan berbagai attribut kemanusiaan.

    b) Mengumandangkan adzan

    Adzan merupakan tanda waktu shalat dan harus

    dikumandangkan oleh muadzin (tukang adzan). Siapa yang

    mengumandangkan adzan tidak dipersoalkan oleh Islam karena

    pada prinsipnya siapa saja boleh. Namun perlu diingat bahwa

    30

    Syekh Musthofa matsur, Berjumpa Allah Dengan Shalat,. ( Jakarta : Gema Insani Press,

    2002),. hlm. 43 31

    Ibid,. hlm. 44

  • 42

    adzan adalah sebagian dari syair Islam, sehingga memang

    benar- benar orang yang mengerti dan diharapkan mempunyai

    suara yang bagus ( lafadznya baik dan benar).

    c) Melantunkan iqomat

    Iqomat adalah sebagai tanda shalat ( berjama‟ah ) akan segera

    dimulai. Iqomat bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus

    yang adzan. Diharapkan jarak antara adzan dan iqomat tidak

    terlalu lama, hal ini sekaligus menggambarkan masalah

    kedisiplinan dan penghargaann terhadap waktu.

    d) Pemilihan atau pengisian shaf

    Dalam hal ini siapa saja boleh menempati shaf atau barisan

    pertama. Dengan kata lain siapa datang terlebih dahulu/ awal

    maka boleh menempati tempat paling terhormat yaitu di

    barisan pertama.

    e) Proses pemilihan imam

    Shalat berjama‟ah harus ada yang menjadi imam dan

    makmum, mesti itu hanya berdua.32

    32

    Muchotob Hamzah, Shalat Jama‟ah, Mahiyah, Kafiyah, Dan Hikmah, ( Jakarta : Gema

    Insani Press, 2004),. hlm. 56

  • 43

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

    jenis penelitian yang berusaha menggali informasi secara mendalam, serta

    terbuka terhadap segala tanggapan dan bukan hanya jawaban ya atau tidak.

    Penelitian ini mencoba untuk meminta orang-orang untuk mengungkapkan

    berbagai pikiran mereka tentang suatu topik tanpa memberi mereka banyak

    arahan atau pedoman bagaimana harus berkata apa.1

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penalitian misalnya perilaku,

    persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain., secara holistik, dan dengan cara

    deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

    alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif

    bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

    pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan

    besarnya populasi atau sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika

    data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang

    diteliti, maka tidak perlu mencari sampling ainnya. Penelitian kualitatif lebih

    menekan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya

    (kuantitas) data.2

    1 Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), hlm,76-77

    2 Nasution, M, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm, 102

    43

  • 44

    Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam

    menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi

    instrument riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian

    kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untuk

    digeneralisasikan. Desain riset dapat berubah atau disesuaikan dengan

    perkembangan riset.3

    Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai

    ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting

    lapangan, periset adalah instrumen pokok riset.

    2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan

    catatan- catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti

    dokumenter.

    3. Analisis data lapangan.

    4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan)

    dan komentar-komentar.

    5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas

    sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang dinamis

    dan sebagai produk konstruksi sosial.

    6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi periset. Periset sebagai

    sarana penggalian interpretasi data.

    7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah

    3 Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hlm. 28-29

  • 45

    8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi

    dan individu-individunya.

    9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth).

    10. Prosedur riset: empiris-rasional dan tidak berstruktur.

    11. Hubungan antara teori, konsep, dan data: data memunculkan

    atau membentuk teori baru.4

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah cakupan wilayah yang menjadi basis

    penelitian.5 Dalam penelitian ini, lokasi di kota Padangsidimpuan ditentukan

    secara sengaja (purposive), karena mungkin ada sedikit banyaknya masalah

    ataupun kendala ketika melaksanakan shalat berjama‟ah di mesjid Al- Abror

    Padangsidimpuan.

    C. Subjek Penelitian dan Sumber Data

    1. Subjek Penelitian

    Pemilihan informan didasarkan pada uniqness of the case

    (keunikan kasus). Pemilihan informan dipilih didasarkan hal berikut:

    Sampel harus menghasilkan deskripsi yang dapat dipercaya penjelasan

    (dalam arti yang berlaku untuk kehidupan nyata). Salah satu aspek dari

    validitas penelitian kualitatif berkaitan dengan apakah ia menyediakan benar-

    benar meyakinkan penelitian dan penjelasan tentang apa yang diamati.

    Kriteria ini juga dapat mengangkat isu- isu realibilitas dari sumber informasi

    4 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013),

    hlm. 5-6 5 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo, 2012), hlm. 32

  • 46

    dalam arti apakah mereka tunduk pada biasa penting yang akan

    mempengaruhi jenis penjelasan yang dapat didasarkan atas mereka.6

    Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset.

    Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kausistik, yang berlaku pada waktu

    dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif

    tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau

    subjek riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi

    sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset, bukan objek, karena informan

    dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya

    mengisi kuesioner.7

    2. Sumber Data

    Sejalan dengan penelitian ini sumber data yang digunakan adalah

    sumber data primer. Sumber data primer di dapatkan secara langsung dari

    responden dengan melakukan observasi, wawancara secara langsung yang

    dilakukan dengan jama‟ah Shalat Berjama‟ah di masjid Al-Abror

    Padangsidempuan Utara. Dan setelah mengumpulkan dokumentasi dalam

    mengkuatkan keabsahan data.8 Kriteria pemilihan informan didasarkan pada

    lima hal, yaitu sebagai berikut:

    a) Shalat subuh

    b) Shalat dzuhur

    6 Margono, S, Op.Cit,. hlm. 65

    7 Emzir, metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Raja Grafindo, 2012), hlm. 32-33

    8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : Rineka

    Cipta, 2010), hlm. 12-13

  • 47

    c) Shalat ashar

    d) Shalat maghrib

    e) Shalat „isya

    Informan pada penelitian ini adalah remaja berusia 19 tahun ke atas

    karena usia itu dinilai sudah cukup mampu memberikan pendapat dan

    pernyataan yang tidak berubah-ubah.

    Dalam penelitian kualitatif, data utama diperoleh dari peneliti sendiri

    yang secara langsung mengumpulkan informasi yang didapat dari subjek

    penelitian yaitu 20 jama‟ah yang shalat berjama‟ah di wilayah Kota

    Padangsidempuan Utara dan ditambah dengan bantuan orang lain.

    Penelitian ini dilakukan secara intensif lewat observasi, dokumentasi,

    wawancara dengan informan.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

    digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode

    pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat

    menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada

    tergantung masalah yang dihadapi.9

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian ini

    adalah :

    9 Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Rosdakarya, 2002), hlm. 77-78

  • 48

    1. Observasi

    Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan mengamati dengan

    sistematik fenomena. Fenomena yang diselidiki.10

    Observasi yang penulis

    lakukan adalah dengan menggunakan dokumentasi dan penghitungan obyek,

    yaitu suatu daftar yang berisi nama subyek dan obyek yang melakukan shalat

    berjama‟ah di mesjid tersebut. Metode ini digunakan untuk mencari data

    tentang motivasi obyek yang melaksanakan shalat berjama‟ah di mesjid Al-

    Abror Padangsidempuan Utara. Sesuai dengan observasi yang sudah di

    lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan seberapa banyak obyek yang

    menghadiri mesjid Al- Abror Padangsidempuan untuk meningkatkan motivasi

    shalat berjama‟ah sebagai berikut :

    Daftar Tabel 1

    Informan Keadaan Shalat Berjama’ah

    NO SUBYEK SHALAT BERJAMA‟AH

    MESJID AL ABROR PADANGSIDEMPUAN

    1 Sabtu Subuh Dzuhur Ashar Maghrib „Isya

    2 Minggu 32 43 13 32 97

    3 Senin 26 57 22 40 111

    4 Selasa 35 52 26 43 104

    5 Rabu 31 36 26 21 84

    6 Kamis 29 41 18 27 86

    7 Jum‟at 22 44 23 24 91

    2. Dokumentasi

    Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi menurut Arikunto

    ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen. Pada

    10

    Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 28-29

  • 49

    pelaksanaannya data dokumentasi merupakan data sekunder yaitu data

    informasi yang terkait dengan masalah penelitian yang diperoleh dari buku,

    internet, majalah, surat kabar, dan dokumen-dokumen yang terkait.11

    3. Wawancara

    Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

    menggunakan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

    tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

    yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan

    wawancara, seperti ditegaskan oleh dan Guba dalam, antara lain:

    mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,

    tuntunan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-

    kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan

    kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa

    yang akan datang; memferivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

    dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.12

    Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    wawancara baku terbuka, yakni menggunakan pertanyaan baku. Urutan

    pertanyaan, kata-kata, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap

    responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing)

    terbatas, dan hal itu bergantung situasi wawancara dan kecakapan

    11

    Ibid, hlm. 36 12

    Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 45-46

  • 50

    pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat

    perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara

    seorang terwawancara dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaan tidak

    lain merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadi kekeliruan.

    Secara spesifik agar lebih mudah wawancara digunakan dengan teknik

    wawancara terstruktur karena peneliti menetapkan sendiri masalah dan

    pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.13

    E. Teknik Analisa Data

    Dalam menganalisis data yang diperoleh dari data, baik primer

    maupun sekunder, metode penelitian yang dipergunakan adalah metode

    analisa deskriptif kualitatif dengan metode perbandingan tetap atau Constant

    Comparative Method, karena dalam analisa data, secara tetap membandingkan

    kategori dengan kategori lainnya.14

    1. Reduksi data

    a) Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya

    sesuatu yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang

    memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

    b) Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

    Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap “satuan”,

    agar supaya tetap dapat ditelusuri datanya/satuannya, berasal dari

    13

    Ibid, hlm. 47- 48 14

    Sukardi, Metodologi Peneltian Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 28-29

  • 51

    sumber mana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan kode untuk

    analisis data dengan komputer cara kodingnya lain.15

    2. Kategorisasi

    Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat

    tumpukan yang di susun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, kreteria tertentu.

    a) Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-

    bagian isi yang secara jelas berkaitan

    b) Merumuskan aturan yang menetapkan inklusi setiap kartu pada

    kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data.

    c) Menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan lainnya

    mengikuti prinsip taat asas.16

    3. Sintesisasi

    a) Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan

    kategori lainnya.

    b) Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/label lagi.17

    4. Menyusun Hipotesis Kerja

    Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang

    proporsional. Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori sustantif (yaitu

    teori yang berasal dan masih terkait dengan data), dan perlu diingat bahwa

    15

    Ibid, hml. 31 16

    Ibid, hlm. 32 17

    Ibid, hlm. 33

  • 52

    hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan

    penelitian.18

    Desain penelitian ini pada tahap pembahasan penelitian, akan berisi

    uraian–uraian tentang objek yang menjadi fokus penelitian yang ditinjau

    dari sisi–sisi teori yang relevan dengannya dan tidak menutup kemungkinan

    bahwa desain penelitian ini akan berubah sesuai dengan kondisi atau realita

    yang terjadi di lapangan.19

    F. Pemeriksaan Keabsahan Data

    Dalam penelitian kualitatif, data yang telah berhasil digali,

    dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan

    dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih dan menentukan cara-

    cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara

    pengumpulan data yang beragam tekniknya harus sesuai dan tepat untuk

    menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian.20

    Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

    tertentu. Dalam penelitian ini, validitas dan reabilitas data yang akan

    digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

    1. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan

    18

    Sumardi Subyabrata,Metodologi Penelitian, ( Jakarta : 2008, Raja Grafindo), hlm. 51 19

    Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana,

    2010), hlm.42 20

    Hidayat Shah, Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Verivikatif, (Pekanbaru

    : Suska Press, 2010), hlm. 33

  • 53

    atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lebih spesifik triangulasi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

    Triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek balik

    derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

    yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai salah

    satunya dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara

    narasumber atau informan satu dengan narasumber/informan penelitian

    yang lain.

    2. Menggunakan bahan referensi

    Bahan referensi di sini adalah adanya bahan pendukung untuk

    membuktikan data yang telah kita temukan. Sebagai contoh, data hasil

    wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman/transkrip wawancara,

    foto-foto atau dokumen autentik unntuk mendukung kredibilitas data.

    Selain itu hasil penelitian diperkuat dengan membandingkan hasil

    penelitian terdahulu.21

    21

    Ibid, hlm. 34

  • 54

  • 54

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Observasi

    Daftar Tabel 2

    Gambaran Shalat Berjama’ah di Masjid Al-Abror Padangsidimpuan

    NO SUBYEK DAFTAR JAMA’AH MESJID AL-ABROR

    PADANGSIDIMPUAN

    1. Sabtu Subuh Dzuhur Ashar Maghrib Isya’

    2. Minggu 32 43 37 105 92

    3. Senin 36 67 59 113 128

    4. Selasa 44 52 77 121 91

    5. Rabu 41 56 63 95 102

    6. Kamis 52 61 72 87 96

    7. Jum’at 39 203 69 91 111

    Dari hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa peran shalat

    berjama’ah sebagai media pendidikan Islam di masjid Al- Abror

    Padangsidimpuan diatas dapat dilihat bahwa shalat berjama’ah di masjid Al-

    Abror Padangsidimpuan terlaksana dengan baik. Dan di beberapa waktu

    shalat ada juga penurunan jumlah jama’ah ketika melaksanakan shalat

    berjama’ah di masjid Al-Abror Padangsidimpuan. Maka dari itu disinilah

    penulis melakukan penelitian pendekatan dengan jama’ah yang shalat

    berjama’ah