bab ii kajian teori 2.1 hakikat model · menurut molenda (1996), ada 2 macam model yang lazim...
Post on 07-Aug-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Model
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya
pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan
keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat
dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori
sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi
dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut
(Udin, 2001).
Banyak pendapat yang mengungkapkan tentang definisi
model. Ming dkk. (2005: 167-168) menyatakan bahwa model
adalah suatu deskripsi naratif untuk menggambarkan
prosedur atau langkah-langkah dalam mencapai satu tujuan
khusus, dan langkah-langkah tersebut dapat dipergunakan
untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan. Model adalah suatu abstraksi yang dapat
digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang tidak
bisa dilihat atau dialami secara langsung sehingga
memudahkan untuk dipahami. Model adalah representasi
realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan
urutan (Seels & Richey, 1994). Sementara Law dan Kelton
(1991:5) dan Sudarman (1998:22) mengemukakan bahwa
model adalah representasi suatu sistem yang dipandang dapat
mewakili sistem yang sesungguhnya.
Model bisa menjadi sarana untuk men-terjemahkan
teori ke dalam dunia kongkret untuk aplikasi ke dalam
praktek. Bisa juga model menjadi sarana memformulasikan
teori berdasarkan temuan praktek. Model merupakan salah
satu tool untuk teorisasi. Arti teorisasi adalah proses empirik
dan rasional yang menggunakan bermacam alat, seperti
prosedur penelitian, model, logika dan alasan. Tujuannya
adalah memberikan penjelasan penuh mengapa suatu
peristiwa terjadi sehingga bisa memandu untuk memprediksi
hasil (Sudrajat, 2010).
Menurut Molenda (1996), ada 2 macam model yang
lazim dikenal dalam pembelajaran, yakni model mikromorf dan
paramorf. Mikromorf adalah model yang visual, nyata secara
fisik, contohya adalah planetarium dan simulasi komputer,
flow chart suatu proses. Paramorf adalah model simbolik yang
biasanya menggunakan deskripsi verbal. Model paramorf
dibagi menjadi 3 macam, yakni (1) model konseptual, (2)
model prosedural, dan (3) model matematik. Model konseptual
sering sekali disamakan dengan teori, model ini merupakan
deskripsi verbal sebuah pandangan atas realitas. Model ini
tidak memberikan penjelasan penuh, tetapi komponen yang
relevan untuk disajikan dan didefinisikan secara penuh.
Model konseptual bersifat deskriptif yang mendeskripsikan
peristiwa relevan berdasarkan proses deduktif dari logika atau
analisis dan juga kesimpulan dari observasi. Salah satu
fungsinya yang penting adalah memberikan landasan untuk
penelitian yang bisa menciptakan teori induktif.
Model prosedural mendeskripsikan langkah-langkah
untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam ilmu pembelajaran,
langkah-langkah ini biasanya berdasarkan pengetahuan yang
memberikan ke-suksesan produk. Model matematik
mendeskripsikan hubungan bermacam-macam komponen
dalam suatu situasi. Model ini menjadi abstrak dibandingkan
model lainnya. Intinya model ini adalah kuantifikasi dari
komponen-komponen yang mempengaruhi produk suatu
peristiwa. Dengan memasukkan data dari situasi baru ke
dalam model matematik, bisa didapatkan suatu hasil.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas
maka dapat dikatakan bahwa suatu model memiliki
karakteristik: (1) merupakan deskriptif naratif; (2) memiliki
prosedur atau langkah-langkah; (3) memiliki tujuan khusus;
(4) digunakan untuk mengukur keberhasilan; dan (5)
merupakan representasi suatu sistem. Dalam penelitian ini
jenis model yang dikembangkan adalah model prosedural
tentang bagaimana pola penyajian hasil belajar berbasis web
dan pola prosedural kegiatan tindak lanjut dari hasil belajar
dalam kelas online.
2.2. Penyajian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu
yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat
diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah
menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh
guru. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan
memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan
kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, jika terjadi
kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi
salah informasi tentang kualitas proses belajar mengajar dan
pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya tidak
akan tercapai. Hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2002)
pada dasarnya “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Sedangkan
menurut Hamalik (2003) menjelaskan bahwa “hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik”. Lebih lanjut
disebutkan oleh Jamil (2014: 37) menjelaskan bahwa “hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui
penampilan siswa (learner’s performance). Jamil (2014:37)
mengatakan secara spesifik bahwa “hasil belajar adalah suatu
kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar
selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku
(unjuk kerja)”.
Berdasarkan uraian pengertian hasil belajar, maka
dapat disimpulkan pengertian hasil belajar. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu
pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam
mengikuti program belajar pada waktu tertentu sesuai dengan
kurikulum yang telah ditentukan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaporan
hasil belajar yang dilakukan oleh guru kepada orang tua
diperlukan manajemen yang baik agar fungsi manajemen
sebagai sarana komunikasi dapat berjalan dengan baik. Perlu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
agar proses komunikasi berjalan dengan baik sehingga hasil
belajar yang dilaporkan dapat dimengerti dan ditindak lanjuti
oleh orang tua sesuai tuntutan kompetensi yang telah
ditetapkan.
2.3. Tindak Lanjut Pembelajaran
Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standar proses
bagian pelaksanaan pembelajaran disebutkan bahwa setiap
kali selesai pembelajaran, guru wajib melakukan penilaian
untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil
penilaian ini akan dilaporkan kepada pesera didik dan orang
tua dan digunakan untuk melakukan refleksi dan rencana
tindak lanjut dari hasil tersebut. Tindak lanjut biasanya
dilakukan dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas
baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik.
Dengan demikian yang dimaksud dengan tindak lanjut
adalah kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh guru dari hasil
penilaian dan refleksi pembelajaran dalam bentuk
pembelajaran remedial, pengayaan, layanan konseling dan
pemberian tugas baik individu maupun kelompok. Kegiatan
tersebut didasarkan pada hasil belajar dari masing-masing
peserta didik. Tujuan dari kegiatan tindak lanjut ini dalam
rangka untuk mengantar peserta didik sukses dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan. Pola penyajian yang
dilakukan dengan kegiatan tatap muka maupun dalam
kegiatan online. Dalam penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk kegiatan online yang dikembangkan dengan LMS
moodle. Untuk memberikan jaminan mutu terhadap
pembelajaran online ini maka berikut akan diuraikan syarat
penjaminan mutu pembelajaran online.
2.3.1. Penjaminan Mutu Pembelajaran Online
Seringkali dalam menilai sebuah pembelajaran online
ataupun pembelajaran berbasis teknologi, masing-masing
pengajar memiliki persepsi yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, perlu adanya instrumen standard yang mampu mengukur
hal tersebut. Dalam penelitian ini digunakan rubrik dari
Quality Matters Program (Maryland Online Inc., 2011). Dalam
rubrik tersebut terdapat delapan komponen penilaian utama.
1) Course overview and introduction
Ikhtisar atau ringkasan materi dan perkenalan
merupakan bagian utama yang harus ada dalam
pembelajaran online. Dalam bagian ini ada kejelasan
tentang bagaimana dan dari mana perserta didik mulai
belajar, struktur pembelajarannya, pengetahuan dan
keahlian awal yang harus dimiliki untuk dapat
mengikuti pembelajaran, dan perkenalan antara
pengajar dan peserta didik.
2) Learning objectives (competencies)
Komponen yang kedua adalah tujuan pembelajaran.
Dalam komponen ini, disebutkan dengan jelas tentang
hasil akhir dari pembelajaran materi tersebut yang
dapat dengan mudah diukur. Dalam hal ini, perserta
didik dapat melihat perkembangan hasil belajarnya.
3) Assessment and measurement
Komponen yang berikutnya adalah penilaian dan
pengukuran.Dalam komponen ini diharapkan terdapat
kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan aktifitas
online yang dinilai, materi, dan sumber belajarnya.
Sistem penilaian juga dijelaskan di sini.
4) Instructional materials
Komponen yang keempat adalah materi instruksional.
Dalam hal ini materi yang digunakan dapat membantu
ketercapaian tujuan pembelajaran. Bagaimana materi-
materi tersebut digunakan juga dijelaskan dalam
komponen ini. Semua materi adalah up-to-date atau
terkini serta dapat dipertanggungjawabkan melalui
pemberian referensi atau sumber materi tersebut.
5) Learner interaction and engagement
Komponen yang ke-5 (lima) adalah interaksi perserta
didik dan ketertarikan. Dalam hal ini aktifitas belajar
siswa harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
memberikan kesempatan untuk adanya interaksi untuk
mendukung terjadinya belajar aktif. Waktu untuk
memberi respon dan umpan balik juga dijelaskan.
6) Course technology
Komponen yang ke enam adalah teknologi. Dalam
komponen ini dijelaskan tentang teknologi yang
digunakan untuk mendukung pembelajaran. Teknologi
yang digunakan juga mampu meningkatkan keaktifan
siswa dalam belajar. Tombol navigasinya juga mudah
untuk dikendalikan. Teknologi yang digunakan adalah
terkini dan dapat langsung digunakan oleh perserta
didik
7) Learner support
Komponen yang berikutnya adalah dukungan bagi
perserta didik. Dalam kelas online ini disediakan link
bantuan dan layanan bagi perserta didik yang kesulitan
mengakses pembelajaran online tersebut.
8) Accessibility
Komponen yang berikutnya adalah aksesibilitas. Dalam
komponen ini, desain pembelajaran harus memberikan
panduan untuk kemudahan dalam mengakses dan
membaca dan juga meminimalkan adanya gangguan.
2.3.2. Persiapan Penerapan Pembelajaran Online sebagai
Kegiatan Tindak Lanjutnya
Untuk dapat menerapkan pembelajaran online dengan
model pembelajaran terpadu menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi, maka ada beberapa langkah
persiapan awal yang harus dilakukan sebelum dilaksanakan
pembelajaran.
a. Membuat Silabus dan mempersiapan bahan ajar
Dalam pembuatan silabus mata pelajaran, komponen-
komponen utama yang terdapat dalam rubrik Quality
Matters juga dimasukan dan di unggah ke dalam kelas
online sebagai kegiatan tindak lanjut dari remedial nilai
yang dibuka di dalam LMS sesuai dengan yang
diajarkan langsung dikelas. Semua materi yang
digunakan juga dipersiapkan dan dirancang sedemikian
rupa agar dapat diakses dengan mudah nantinya di
dalam LMS. Materi-materi tersebut berupa materi
multimedia yang dapat berupa kombinasi antara teks
dan audio, teks dan visual, atau teks dan video.
b. Membuat kelas dan desain materi di LMS (Moodle)
Setelah silabus dan bahan ajar dipersiapkan, langkah
berikutnya adalah membuat kelas baru di LMS bagi
mata pelajaran yang menjadi bahan tindak lanjut dari
remedial nilai. LMS yang digunakan untuk membuat
kelas tersebut adalah Moodle. Moodle merupakan open
source program yang dapat digunakan dengan gratis
oleh siapapun. Setelah kelas tersebut dibuat, maka
saatnya untuk mendesain pembelajaran online.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Setting pembelajaran dibuat kedalam Topical Setting
atau diurutkan menurut jumlah topik yang akan
disajikan.
2) Topik pertama berisi sebuah link untuk silabus, dan
link untuk perkenalan.
3) Topik kedua dan seterusnya berisi 4 hal utama.
a) Judul topik atau materi yang akan dipelajari
sebagai tindak lanjut dari remedial nilai.
b) “Ringkasan Materi” berupa link ke website untuk
ringkasan materi dikemas dalam multimedia.
c) “Sumber Belajar” berupa link ke materi-materi
tambahan berkaitan dengan topik.
d) “Tugas” tempat pengumpulan tugas atau
pelaksanaan kegiatan tindak lanjut remedial dari
nilai sebelumnya. Disini diharapkan terjadinya
pembelajaran online yang aktif antar peserta didik
dan guru serta peran orangtua.
c. Mendaftarkan perserta didik yang akan mengikuti
remedial ke dalam kelas online
Setelah dirancang pembelajaran online, langkah
berikutnya adalah mendaftarkan peserta didik kedalam
pembelajaran tersebut. Dalam hal ini pendaftaran dapat
dilakukan secara otomatis dengan menyediakan
enrolment key atau kata kunci bagi para peserta agar
dapat masuk kedalam kelas online tersebut.
2.4. Belajar Mandiri
Pembelajaran mandiri (self directed learning) dapat
diartikan sebagai mata proses, dimana individu mengambil
inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Kegiatan yang
dilakukan oleh individu tersebut adalah mencakup
mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar,
mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan melaksanakan
strategi belajar dan menilai hasil belajar. Haris (2011: 9),
memberikan batasan “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar
aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai
suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan
dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
telah dimiliki.” Belajar mandiri dalam pengertian self regulated
learning menurut Bell dan Akroyd (2006) merupakan bagian
dari teori pembelajaran kognitif yang menyatakan bahwa
perilaku, motivasi, dan aspek lingkungan belajar
mempengaruhi prestasi seorang siswa. Montalvo dan Torres
(2004) berpendapat bahwa mahasiswa yang telah mampu
melakukan self regulated learning akan tercermin dari
kemampuan mereka berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
baik dari segi metakognitif, motivasi dan kesungguhan
perilaku dalam pencapaian tujuan belajar.
Ciri-ciri pebelajar mandiri adalah sebagai berikut:
a. Inisiatif atau dorongan internal.
Konsep belajar mandiri lebih kepada kondisi inisiatif
atau motivasi yang ada pada diri siswa. Belajar mandiri
bukan dalam artian seseorang belajar sendiri. Proses
belajar dapat dilakukan sendiri (seorang diri), atau
dalam kelompok. Siswa mandiri selalu memiliki inisiatif
atau dorongan dari dalam dirinya untuk memulai suatu
proses pembelajaran.
b. Menetapkan tujuan.
Siswa mandiri selalu memiliki tujuan yang ditetapkan
sendiri. Tujuan dari siswa mandiri, peserta didik di
sekolah misalnya, bukan semata-mata untuk memenuhi
kewajiban sebagai peserta didik, yang harus mengikuti
proses belajar mengajar, menyelesaikan tugas-tugas
dari guru. Tujuan siswa mandiri sudah lebih
komprehensif. Ditetapkan dalam kerangka mencapai
tujuan secara mikro dan makro. Tujuan secara mikro,
berkaitan dengan penguasaan kompetensi atas mata
ajar yang diikuti. Tujuan secara makro dalam rangka
mempersiapkan diri mencapai tingkatan tertentu untuk
memaknai peran, tugas dan tanggungjawabnya dalam
kehidupan yang saat ini dan yang akan datang.
c. Aktif dan kreatif mencari sumber belajar
Ketersediaan sumber belajar sering menjadi persoalan
bagi penguasaan kompetensi yang dituntut. Sekolah
seringkali hanya menyediakan sumber belajar yang sangat
terbatas, dan sifatnya sektoral. Pada umumnya sumber
belajar hanya tiga, dan seringkali tidak lengkap, yaitu
perpustakaan, buku pelajaran pegangan siswa, dan lembar
kerja siswa. Penekanan sumber-sumber belajar ini
sektoral, memenuhi tuntutan materi semata. Berbentuk
penguasaan secara kognitif dan terpisah-pisah. Bagi siswa
mandiri, sumber belajar yang demikian akan selalu
dirasakan kurang. Proses penguasaan kompetensi
dilakukan dengan memperbanyak sumber belajar. Siswa
aktif dan kreatif mencari dan memanfaatkan sumber
belajar. Baik sumber belajar yang berbentuk cetak,
elektronik, maupun langsung dari masyarakat. Sumber
belajar cetak dapat berupa buku-buku diperpustakaan
yang secara langsung merujuk pada materi ajar tertentu,
maupun dari tempat lain yang secara luas memberikan
informasi yang terkait, langsung maupun tidak langsung,
dengan materi aja. Sumber elektronik dapat berupa
mutlimedia pembelajaran, sumber internet, atau sumber-
sumber lain. Langsung kepada masyarakat, dapat kepada
orang-orang yang memang mempunyai kompetensi
tertentu, maupun dalam mengamati, menyelidiki dan
menemukan kaitan materi ajar dengan kehidupan riil, dan
menjadi sumber untuk memahami dan menguasai
kompetensi tertentu.
d. Sadar siapa dirinya.
Kesadaran dan pengenalan diri sendiri berdampak pada
motivasi belajar pada siswa. Kesadaran diri berkaitan
dengan kemampuan, bakat, dan minat diri atas ilmu
dan pengetahuan, juga terkait dengan tipe belajar yang
paling efektif. Siswa dikenalkan pada tipe belajar visual,
auditori atau kinestetik. Siswa yang memahami
kemampuan, bakat dan minatnya akan termotivasi
mempelajari materi ajar dengan tanpa menghiraukan
hasilnya. Proses belajar menjadi sesuatu yang sangat
bermakna. Karena siswa yang sadar bahwa kemampuan
matematikanya rendah misalnya, tidak akan mengalami
demotivasi belajar matematika, karena sadar bahwa
manfaat belajar matematika akan sangat menentukan
dalam proses belajar selanjutnya. Pengenalan diri atas
tipe belajarnya, akan memaksimalkan usaha siswa
dalam melakukan pembelajaran. Ketika seorang guru
hanya memakai metode ceramah misalnya, seorang
siswa visual akan memanfaatkan buku dan atau
catatan untuk meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajarnya.
Belajar mandiri dikembangkan untuk me-ningkatkan
tanggungjawab siswa dalam proses pembelajaran.
Tanggungjawab siswa dalam proses pembelajaran akan
meningkatkan motivasi (intrisik). Motivasi intrisik dibangun
dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan
sekarang, adalah dalam rangka mempersiapan masa yang
akan datang, sehingga siswa mempunyai keyakinan dan
dorongan kuat untuk mengembangkan dirinya. Motivasi
intrisik membantu siswa membuat pilihan informasi dan
mengambil tanggungjawab untuk memutuskan apa yang
perlu lakukan dalam rangka untuk belajar. Untuk
melakukan ini dan untuk memiliki motivasi belajar
independen, peserta didik harus: (1) percaya diri dalam
mengambil keputusan dan bertindak, (2) menghargai nilai
dalam merefleksikan pembelajaran, (3) memutuskan apakah
pembelajaran telah efektif atau apakah perlu mencoba
pendekatan lain.
2.5. Penelitian yang Relevan
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah
tentang “Sistem Pelaporan Hasil Belajar (SIPENHAJAR) Di
SMK Muhammadiyah 1 Moyudan”. Penelitian ini bertujuan
membangun Perangkat Lunak Sistem Pelaporan Hasil
Belajar (SIPENHAJAR) berbasis web dan mengetahui unjuk
kerja dari segi usability fitur, usability umum, graphic
design, sistem navigasi, content dan compatibility serta
kelayakan perangkat lunak dari segi usability, sistem
navigasi, grapich design, dan content di SMK
Muhammadiyah 1 Moyudan. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kemudahan pihak sekolah
dalam melakukan pengolahan dan penyajian hasil belajar
siswa serta memudahkan siswa dalam melihat nilai hasil
belajarnya (Effendi, 2007).
Penelitian selanjutnya yang pernah dilakukan adalah
tentang “Aplikasi Berbasis Web Sebagai Pendukung
Kurikulum untuk Pelaporan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1
Curup”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem
aplikasi berdasarkan web sebagai pendukung kurikulum
untuk melaporkan hasil studi siswa di SMA Negeri 1 Curup.
Dimana jika kita menggunakan sistem ini, para guru akan
memproses nilai-nilai pemeriksaan siswa secara langsung
dalam jangka waktu tertentu. Selain itu setelah siswa
melakukan pemeriksaan bisa mengetahui hasil pemeriksaan
langsung. Jadi transparansi nilai akan diketahui oleh semua
siswa (Mochammad dan Anggit, 2013).
Kedua penelitian diatas hanya menyajikan hasil belajar
dalam bentuk angka dan deskripsinya, dan hanya
diperuntukkan kepada siswa bukan kepada orang tua.
Disamping itu belum diintegrasikan bagaimana proses
pembelajaran tindak lanjut dari hasil belajar tersebut. Namun
dalam penelitian ini akan disajikan hasil belajar beserta report
dan harus dikerjakan jika ada siswa yang masih belum sesuai
kriteria. Orang tua juga bisa mengetahui bagaimana hasil
belajar anaknya secara periodik dan bisa berperan dalam
proses perbaikan dalam pembelajaran online yang disediakan.
2.6. Kerangka Pikir
Hasil belajar merupakan salah satu komponen yang
dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pembelajaran di
kelas. Hasil belajar ini wajib diinformasikan kepada peserta
didik maupun kepada orang tua sebagai bentuk pertanggung
jawaban sekolah kepada mereka. Pola penyajian hasil belajar
sangat beragam perkembangannya. Mulai dari berupa angka
sampai dengan angka dilengkapi dengan deskripsi. Biasanya
disajikan dalam laporan cetak yang diberikan kepada orang
tua.
Cara penyajian ini diberikan setiap tengah semester dan
akhir semester yang kemudian ditanda tangani orang tua.
Sehingga peserta didik dan orang tua hanya melihat saat hasil
itu dibagikan tanpa memahami betul bagaimana arti dari hasil
tersebut. Jika ada yang kurang bagi anaknya, tidak semua
orang tua mampu memberikan dampingan dan/atau
memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Sehingga perlu
disajikan pola penyajian hasil belajar yang diatur dengan pola
manajemen yang baik. Tujuannya peserta didik dan orang tua
mendapat informasi yang lengkap dari hasil tersebut sehingga
dapat melakukan tindakan untuk mengatasi jika ada hasil
anaknya yang belum sesuai kriteria. Tidak hanya memberi
informasi tetapi harus bisa diakses secara mudah, kapan dan
dimana saja. Salah satunya dalam bentuk penyajian berbasis
web.
Selain hasil belajar, report dan petunjuk tindak
lanjutnya, tetapi perlu dikelas kegiatan pembelajaran sebagai
langkah tindak lanjut dalam kelas online untuk membantu
peserta didik belajar mandiri. Fasilitas ini juga akan memberi
wahana bagi orang tua untuk mendampingi dan membantu
siswa belajar secara mandiri. Dengan demikian peserta didik
yang belum mendapat hasil sesuai dengan kriteria dapat
belajar mandiri dan akhirnya mandapatkan hasil sesuai
kriteria.
Secara skematik kerangka pikir dalam penelitian ini
dapat dicermati melalui Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
2.7. Model Hipotetik
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan
hasil pengamatan di lapangan, maka diajukan hipotesis dalam
penelitian ini adalah: “Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis
Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk
Membantu Siswa Belajar Mandiri”. Maka model hipotetik
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Hasil belajar diinformasikan kepada peserta
didik dan orang tua dengan cara konvensional
(laporan cetak)
Perancangan Penyajian Hasil
Belajar Berbasis Web
Perancangan Tindak Lanjut
dalam Kelas Online
1. Dapat diakses dengan
mudah, cepat, dan dimana
saja
2. Mendapat informasi yang
lengkap
3. Informasi berupa remedial/
pengayaan
1. Membuat silabus &
mempersiapkan bahan ajar
2. Membuat kelas & desain
materi di LMS (Moodle)
3. Mendaftarkan peserta didik
ke dalam kelas remedial
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
MENINGKAT
Gambar 2.2. Model hipotetik penelitian
Kegiatan Pembelajaran
di Sekolah
Evaluasi Hasil
Pembelajaran di Sekolah
Desain Pembelajaran
Remedial Online
Penyajian Hasil
Belajar Berbasis Web
Analyze learner (analisis karakteristik
siswa)
State objectives (menetapkan tujuan
pembelajaran)
Select method,
media & materials (memilih metode, media,
& bahan ajar)
Utilize media &
materials (memanfaatkan media &
bahan ajar)
Require learner
participation (melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran)
Evaluated &
revise (evaluasi & revisi)
Memahami Panduan
Guru, Murid &
Orangtua
Penyajian Hasil Nilai
Belajar Berdasarkan
Evaluasi Pembelajaran
Pengelompokan
Hasil Nilai Belajar
Tuntas & Tidak
Tuntas
Kegiatan Tindak
Lanjut Hasil Belajar
yang Tidak Tuntas di
Kelas Online secara
Mandiri
Menyelesaikan Tugas-Tugas dari Guru di
Kelas Online sebagai
Remedial
Nilai Akhir
Ketuntasan Hasil
Belajar
Peran Orangtua mengawasi Progress
Penilaian Hasil Belajar Putra/ Putrinya
top related