bab ii kajian pustaka 2.1. buku panduan sebagai … · 2018. 11. 8. · 1 bab ii kajian pustaka ....
Post on 08-Feb-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Buku Panduan Sebagai Pembelajaran PPA
Dalam istilah sehari-hari buku panduan sering
disebut sebagai buku pintar sebab dengan membaca
buku jenis ini orang menjadi seolah-olah pintar akan
sesuatu yang sedang dikerjakannya, termasuk akan
sesuatu yang sebelumnya masih samar-samar. Orang
lain juga sering menyebutnya dengan buku pegangan
(handbook) dan buku petunjuk (manual). Menurut Abdul
Hakim Sudarnoto (2006: 44), buku pegangan (handbook)
merupakan kompilasi berbagai jenis informasi yang
disusun secara padat dan siap pakai, khusus dalam
sebuah bidang seperti handbook of physic. Sementara
buku pedoman (manual book) berisi petunjuk, panduan
atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu secara
bertahap.
Buku panduan lazimnya digunakan sebagai
sarana memeriksa atau menguji data untuk membantu
pemakai dalam tugasnya. Buku panduan dapat dibagi
menjadi buku panduan umum dan buku panduan
khusus. Menurut Permendiknas No 2/2008 tentang
Buku, yang dimaksud dengan buku panduan
pendidikan adalah buku yang memuat prinsip,
prosedur, deskripsi materi pokok, atau model
pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik dalam
-
2
menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai pendidik.
Buku panduan lazimnya digunakan sebagai sarana
memeriksa atau menguji data untuk membantu
pemakai dalam tugasnya. Buku panduan dapat dibagi
menjadi buku panduan umum dan buku panduan
khusus.
Pawit (2009: 418) berpendapat bahwa antara
handbook dan manual, karena sifat dan fungsinya yang
hampir sama, maka sangat sulit membedakannya secara
tegas. Handbook memuat kumpulan fakta yang
dipusatkan pada suatu tema tertentu, yang juga sering
dijuluki sebagai buku pintar. Sementara manual sering
disamakan dengan hal-hal teknis untuk melakukan
sesuatu (how to do it), apakah ini untuk mempersiapkan
pekerjaan ringan ataupun untuk melakukan suatu
pekerjaan yang agak berat seperti pekerjaan otomotif
mobil. Karena sifatnya yang hampir sama maka untuk
menyebut manual dan handbook, yaitu buku pedoman.
Buku pedoman adalah buku yang memuat fakta atau
peristiwa bahkan proses kegiatan secara terperinci dari
suatu bidang tertentu. Karena sifatnya yang demikian
itu, maka buku ini termasuk ke dalam buku-buku
referensi bagi suatu bidang ilmu tertentu secara
terbatas.
Dalam kamus Random House dalam Sujono Trimo
(1997: 101-102). “Handbook” is a book of instruction,
guidance, or information, as for an occupation, travel, or
-
3
reference. “Manual” is a small book, especially one giving
information or instruction, sedangkan guidebook is a book
of direction and information for travelers, tourist, ect.
Artinya buku pegangan adalah buku instruksi,
panduan, atau informasi, seperti untuk pekerjaan,
perjalanan, atau kutipan. Manual adalah sebuah buku
kecil, terutama yang memberi informasi atau instruksi,
sedangkan buku pedoman adalah buku arahan dan
informasi bagi para wisatawan dan lain-lain.
Menurut M. Winchell dalam bukunya Guide to
Reference book yang dikutip oleh Sujono Trimo (1997:
101-102). Handbook is compilation of miscellaneous
information which, in some fields, are particularly
important as reference aids, e.g., in branches of
engineering there are handbook which, although prepared
primarily for the practicing engineer, are useful for
answering reference questions in a library. Literary,
historical and statistical handbook are needed in libraries
of all sizes. Artinya Buku pegangan adalah kumpulan
informasi yang, dalam beberapa bidang, sangat penting
sebagai alat bantu referensi, misalnya, di cabang teknik
buku tersebut sebagai pegangan, yang walaupun
dipersiapkan terutama untuk insinyur praktik, namun
sebenarnya juga berguna untuk menjawab pertanyaan
di bidang perpustakaan.
Mengacu pengertian dari handbook tersebut
maka buku panduan berguna sebagai informasi,
-
4
pegangan, instruksi, referensi, memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan pada bidang yang terkait, yang
diharapkan pemakai buku pegangan mengerjakan
sebuah program secara terarah, sistematis, benar sesuai
petunjuk, dan mudah dalam pencapaian tujuan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat diketahui
bahwa buku panduan adalah sebuah buku teks yang
mengandung unsur-unsur antar lain
a. Terdapat petunjuk
b. Terdapat perintah
c. Sebagai buku pintar.
d. Sebagai referensi
e. Mengandung prinsip, prosedur, dan deskripsi
materi pokok.
f. Terdapat kiat-kiat yang harus dilaksanakan.
g. Terdapat bahan/materi / cara kerja.
h. Memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
pada bidang-bidang terkait.
2.2. Program Perlindungan Anak
Sebelum membahas tentang pengembangan buku
panduan program perlindungan anak, perlu
dikemukakan terlebih dahulu tentang program.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 4), program adalah
suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
dalam kurun waktu tertentu. Menurut Jaedun (2010: 5)
-
5
program didefinisikan sebagai sebuah rencana yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk
mencapai tujuan. Sementara, Wirawan (2011: 17)
menyatakan bahwa program adalah kegiatan yang
direncanakan untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan dalam waktu yang lama. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa program merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau organisasi,
dengan melibatkan berbagai unit dalam rangka
mengimplementasikan kebijakan selama kurun waktu
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dari
kesimpulan tersebut unsur-unsur yang terdapat dalam
program antara lain:
1. Adanya rangkaian kegiatan
2. Dilakukan oleh seorang atau organisasi
3. Melibatkan berbagai unit atau unsur
4. Mengimplementasikan sebuah kebijakan
5. Dilakukan dalam kurun waktu tertentu
6. Dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Bila diteliti lebih jauh dari unsur-unsur yang
menggambarkan pengertian program ternyata dalam
program mengandung input, proses maupun produk.
Dari sisi input digambarkan adanya pelaku dalam hal ini
orang atau organisasi. Proses dapat dilihat dari
pelaksanaan, yakni dalam mengimplementasikan
sebuah kebijakan, dan produk dapat dilihat dari
pencapaian sebuah tujuan. Ternyata ketiga hal di atas
-
6
saling terkait tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lain. Selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan program adalah sebuah perencanaan
perlindungan anak yang dilakukan oleh seorang staf
perlindungan anak dan didukung dengan para mentor
untuk mengimplementasikan kebijakan PPA Eklesia
agar anak bisa berkembangan secara sempurna dari sisi
spiritual, emosional, intelektual maupun fisik dalam
rangka pencapaian tujuan yaitu anak terbebas dari
berbagai tindak kekerasan baik fisik maupun mental
baik dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,
maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu
pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal dan
Pendidikan Informal. Pendidikan Formal antara lain
meliputi Pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi. Sedangkan pendidikan non formal meliputi
kursus-kursus, bimbingan belajar, Tempat Pendidikan
Alqur’an, Pusat Pengembangan Anak (PPA) dan lain
sebagainya. Sedangkan pendidikan informal adalah
pendidikan yang diselenggarakan di keluarga. Ketiga
jalur tersebut memperoleh pengakuan secara hukum
oleh negara, hal ini bisa dipahami sebab apabila ketiga
jalur pendidikan ini berjalan dengan baik sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
-
7
Salah satu pendidikan non formal yang menarik
untuk dibahas adalah Pusat Pengembangan Anak (PPA).
Mengacu Buku Panduan Kemitraan Compassion
Indonesia (2007: 2). PPA (Pusat Pengembangan Anak)
merupakan bentuk utama kemitraan antara Yayasan
Compassion Indonesia dangan Gereja Mitra. Melalui PPA
gereja mitra menjangkau dan melayani anak yang
membutuhkan, anak-anak “miskin” dari sisi kognitif,
spiritual, sosio emosional dan fisik. Anak dilayani di PPA
mulai dari usia 3-8 tahun dan selesai pada usia 15-22
tahun. Dengan pelayanan dalam jangka yang cukup
panjang ini menjadi PPA menjadi seperti keluarga kedua
bagi anak-anak setelah keluarga inti mereka. Pelayanan
yang dimaksud bukan saja dalam konteks
pengembangan intelektual, spiritual, sosio emosional
dan fisik, namun juga sampai kepada tataran
perlindungan anak tersebut. PPA Eklesia menjalankan
program perlindungan anak agar anak terhindar dari
berbagai-bagai tindak kekerasan, diskriminasi,
eksploitasi dan penelantaran.
Berdasarkan UU No 23 tahun 2002 pasal 13
dinyatakan bahwa setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun
yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak
mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. Diskriminasi. Anak tidak boleh diperlakukan
berbeda dengan anak yang lain, kalaupun memang
-
8
berbeda baik dari sisi suku, agama, ras, golongan,
tingkat kecerdasan, status sosial orang tua yang
berbeda-beda namun tetap harus diperlakukan
sama. Harus mendapatkan pelayanan yang sama.
b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual. Anak
tidak boleh mengalami pelecehan seksual, anak
tidak boleh dipekerjakan sebelum memasuki usia
kerja.
c. Penelantaran. Anak tidak boleh terlantar baik dari
sisi pendidikan misalnya anak harus mengenyam
pendidikan layak. Anak tidak boleh terlantar dari
sisi ekonomi.
d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan. Anak
tidak boleh mendapat perlakukan keras, kasar
sampai kepada penganiayaan baik penganiayaan
fisik maupun mental.
e. Ketidakadilan. Anak harus diperlakukan adil tidak
boleh ada perlakukan pilih kasih, mengutamakan
seorang dari pada yang lain.
f. Perlakuan salah lainnya.
Dengan kata lain anak-anak perlu mendapat
perlindungan agar tidak menerima perlakuan
diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun
seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan
penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah
lainnya. Demikian pula pada penyelenggaraan program
di PPA anak-anak PPA juga perlu mendapat
-
9
perlindungan dari hal-hal tersebut di atas, dengan
harapan anak dapat berkembang secara kognitif,
spiritual, sosio emosional dan fisik secara seimbang dan
sempurna sehingga kelak bisa menjadi anak yang
mandiri dan bertanggung jawab.
Tanggung jawab melaksanakan perlindungan
anak bukan saja menjadi tanggung jawab dari
pemerintah saja, namun juga menjadi tanggung jawab
bersama. Sebab pemilik anak adalah masyarakat secara
keseluruhan. Belajar dari apa yang terjadi di India
ternyata bukan saja pemerintah yang melakukan
kegiatan perlindungan anak namun ada Lembaga
Swadaya Masyarakat yang juga turut ambil bagian
dalam pelaksanaan perlindungan anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Rajeev Seth (2013: 4) yang
menyatakan: A large number of NGOs are working in the
field of child welfare and child protection. However,
because of the huge numbers of children requiring
protection, their efforts can make only a marginal impact.
However, they should coordinate their child welfare
activities and need to work together. They also need to
oversee implementation of various government measures
that are already in place. The crucial ones include basic
right to health, education, infant and young child
development and prevention of child abuse & neglect.
Artinya Sejumlah besar LSM bekerja di bidang
kesejahteraan anak dan perlindungan anak. Namun,
-
10
karena banyaknya anak yang membutuhkan
perlindungan, usaha mereka hanya bisa memberi
minimal. Namun, mereka harus mengkoordinasikan
kegiatan kesejahteraan anak mereka dan perlu bekerja
sama. Mereka juga perlu mengawasi pelaksanaan
berbagai tindakan pemerintah yang sudah ada. Yang
penting termasuk hak dasar untuk kesehatan,
pendidikan, perkembangan bayi dan anak kecil dan
pencegahan pelecehan dan pengabaian anak.
Dengan demikian masyarakat dalam hal ini LSM
turut bertanggung jawab atas perlindungan anak. Sebab
mereka menganggap apabila kegiatan perlindungan
anak hanya diserahkan kepada pemerintah maka sangat
mungkin akan terjadi penelantaran anak, anak tidak
terlayani dengan baik bahkan sangat mungkin terjadi
eksploitasi terhadap anak. Oleh karena itu sangat
dipahami bila di Indonesia terdapat PPA yang memiliki
beban turut serta dalam pelaksanaan program
perlindungan anak sebab dengan semakin banyak pihak
yang turut serta dalam program perlindungan anak
diharapkan anak terbebas dari kekerasan, diskriminasi,
penelantaran, eksploitasi dan tindakan salah lainnya.
Idealnya perlindungan anak juga menjadi
tanggung jawab orang tua anak itu sendiri, sebab secara
biologis anak terlahir dari orang tua, secara sosial anak
lebih banyak bersama orang tua, namun dalam realita
kadang orang tua juga perlu mendapat bantuan dari
-
11
pihak masyarakat. Untuk itu perlu ada lembaga
swadaya masyarakat turut ambil bagian dalam
perlindungan terhadap anak sebagaimana disampaikan
oleh Rajeev Seth (2013: 3): “Ideally, the parents should be
responsible for proper care and protection of their child.
Every birth should be planned and all births registered.
However, the child must not suffer in case the parents
can’t provide care and protection. It is the duty of the
proximate community and the Government at large to
address the issues of care and protection. Artinya
Idealnya, orang tua harus bertanggung jawab untuk
merawat dan melindungi anak mereka dengan baik.
Setiap kelahiran harus direncanakan dan semua
kelahiran terdaftar. Anak tidak boleh menderita
walaupun orang tua tidak dapat memberikan perawatan
dan perlindungan. Dengan demikian tugas komunitas
terdekat dan Pemerintah pada umumnya untuk
menangani masalah-masalah perawatan dan
perlindungan anak ini.
Jadi jelas bahwa walaupun tugas utama dalam
melakukan perlindungan terhadap anak adalah orang
tua anak itu sendiri, namun apabila orang tua
mengalami kendala dan tidak bisa melakukan
perlindungan terhadap anak, maka masyarakat harus
turut ambil bagian dalam perlindungan anak, walaupun
sifatnya hanyalah membantu. Sebagaimana yang terjadi
di PPA, pelaksanaan program perlindungan terhadap
-
12
anak dilakukan dalam upaya menutup kelemahan orang
tua apabila orang tua anak-anak mereka tidak bisa
melaksanakan tugas perlindungan.
Berdasarkan pembahasan tentang buku
panduan, program, maupun program perlindungan
anak maka dapat disampaikan perlunya penelitian
pengembangan tentang buku panduan program
perlindungan anak. Dalam hal ini PPA Eklesia sangat
memerlukan buku panduan program perlindungan anak
agar PPA bisa menjalankan program perlindungan
dengan baik. Bila selama ini di PPA belum tersedia buku
panduan maka saatnya dikembangkan dan diciptakan
buku panduan tersebut. Dengan diciptakan buku
panduan program perlindungan anak maka diharapkan
PPA Eklesia memiliki peran secara maksimal dalam
proses perlindungan anak. Sebab dalam kenyataan
masih terdapat hambatan yang dialami oleh pemerintah
untuk bisa melaksanakan program perlindungan
terhadap anak secara sempurna, di sisi lain peran orang
tua dalam hal melaksanakan program perlindungan
anak masih terbatas. Oleh karenanya PPA sebagai
sebuah anggota masyarakat perlu menunjukkan
perannya dalam hal pelaksanaan program perlindungan
anak.
2.3. Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan atau Research and
Development (R&D) Menurut Sugiyono (2016: 27),
-
13
adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut. Sedangkan Borg and Gall dikutip oleh
Wahyudi (2011: 1). mendefinisikan penelitian
pengembangan sebagai berikut: Educational Research
and development (R & D) is a process used to develop and
validate educational products. The steps of this process
are usually referred to as the R & D cycle, which consists
of studying research findings pertinent to the product to be
developed, developing the products based on these
findings, field testing it in the setting where it will be used
eventually, and revising it to correct the deficiencies found
in the filed-testing stage. In more rigorous programs of
R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate
that the product meets its behaviorally defined objectives.
Artinya Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R
& D) adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan mengesahkan produk bidang
pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada
umumnya dikenal sebagai siklus R & D, yang terdiri dari:
pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen
pada produk yang akan dikembangkan,
mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian
terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang
dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji
coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari
-
14
kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai
obyektivitas.
Menurut Sujadi (2003:164) Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru, atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu
berbentuk benda atau perangkat keras (hardware),
seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas
atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak
(software), seperti program komputer untuk pengolahan
data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau
laboratorium, ataupun model-model pendidikan,
pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,
manajemen, dll. Menurut Sugiyono (2011:407) Metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut.
Setyosari (2012: 214) “penelitian pengembangan
adalah suatu proses yang dipakai atau diperlukan untuk
mengembangkan dan memvalidasi suatu produk
pendidikan. Dikatakan produk pendidikan apabila
produk yang dihasilkan berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dengan dunia pendidikan”. Dalam
penelitian ini permasalahan didapatkan dari
ketersediaan prasarana yang menunjang kegiatan
-
15
pendidikan di suatu sekolah yang dijadikan subjek
penelitian. Hasil penelitian dikatakan sebagai salah satu
produk pendidikan sebab produk yang dikembangkan
diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan
yang terjadi.
Sedangkan menurut Sukmadinata (2008:190),
mengemukakan penelitian dan pengembangan
merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software,
ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program
pembelajaran ataupun alat bantu belajar. Penelitian dan
pengembangan berbeda dengan penelitian biasa yang
hanya menghasilkan saran-saran bagi perbaikan,
penelitian dan pengembangan menghasilkan produk
yang langsung bisa digunakan. Penelitian dan
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah
produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah
ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk yang
dihasilkan tidak harus berbentuk benda perangkat
keras (hardware) namun juga dapat berupa benda yang
tidak kasat mata atau perangkat lunak (software).
Produk yang dihasilkan (dalam dunia pendidikan) dapat
berupa model pembelajaran, multimedia pembelajaran
atau perangkat pembelajaran, seperti RPP, buku, LKS,
soal-soal dan lain-lain atau bisa juga penerapan teori
pembelajaran dengan menggabungkan pengembangan
-
16
perangkat pembelajaran. Jika penelitian dan
pengembangan bertujuan menghasilkan produk maka
sangat jelas produk ini adalah objek yang diteliti pada
proses awal penelitian sampai akhir, sedangkan jika
dilakukan uji coba dalam kelas peserta didik, maka
peserta didik adalah subjek penelitian (pelaku). Jadi titik
fokus penelitian kita sebenarnya ada pada objek
penelitian (produk), sehingga dalam mengambil
keputusan tidak mengarah kemana-mana yaitu tetap
pada produk yang dikembangkan (objek penelitian).
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui
bahwa penelitian pengembangan mengandung hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengembangkan suatu produk. Langkah ini
meliputi kegiatan penentuan desain produk yang
hendak dikembangkan (desain hipotetik),
penentuan sarana dan prasarana penelitian yang
diperlukan selama kegiatan atau proses penelitian
dan pengembangan, penentuan tahap-tahap
pelaksanaan pengujian desain di lapangan, dan
penentuan deskripsi tugas dari pihak-pihak yang
ikut terlibat di dalam penelitian ini. Termasuk juga
di dalamnya antara lain, pengembangan bahan
pembelajaran, proses pembelajaran serta
instrumen evaluasi.
2. Memvalidasi produk. Produk yang dihasilkan dari
suatu penelitian R & D ini ada banyak sekali
-
17
jenisnya. Untuk menghasilkan sistem kerja baru,
maka haruslah dibuat rancangan kerja baru
berdasarkan penilaian terhadap system kerja
lama, sehingga bisa ditemukan kelemahan-
kelemahan terhadap sistem tersebut. Disamping
itu, perlu dilakukan penelitian terhadap unit lain
yang dipandang sistem kerjanya baik. Selain itu,
harus dilakukan pengkajian terhadap referensi
mutakhir yang berkaitan dengan sistem kerja yang
modern beserta indikator sistem kerja yang bagus.
Hasil akhir dari kegiatan ini biasanya berupa
desain produk baru yang telah lengkap dengan
spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik,
karena efektivitasnya masih belum terbukti, dan
baru bisa diketahui setelah melewati pengujian -
pengujian. Desain produk haruslah diwujudkan
kedalam bentuk gambar atau bagan, sehingga
bisa dipakai sebagai pegangan guna menilai dan
membuatnya, serta akan memudahkan pihak lain
untuk lebih memahaminya
3. Mempelajari temuan penelitian yang terkait.
Penelitian terkait perlu dipelajari sebagai referensi
pembanding dengan penelitian yang sedang
dilakukan. Bila diketahui hal-hal yang belum
sempurna atau belum ditemukan sesuatu yang
baru maka diharapkan penelitian ini bisa
menyempurnakan penelitian yang terdahulu.
-
18
4. Merevisinya untuk memperbaiki kekurangan
suatu produk. Pengujian produk terhadap sampel
yang terbatas tersebut dapat menunjukkan bahwa
kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik
bila dibandingkan dengan sistem yang lama.
Perbedaan yang sangat signifikan, sehingga sistem
kerja baru tersebut bisa diterapkan atau
diberlakukan.
5. Suatu pengkajian sistematik terhadap
pendesainan, pengembangan dan evaluasi
program. Artinya desain yang sedang diajukan
adalah desain yang sudah dikaji sehingga layak
dijadikan sebagai sebuah usulan desain produk.
6. Harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan,
dan efektifitas. Produk yang dihasilkan adalah
produk yang memiliki kesahihan sehingga bisa
memberikan manfaat secara tepat, efektif
sekaligus bisa dipergunakan dengan mudah.
7. Menambahkan kriteria dapat menunjukkan nilai
tambah. Penelitian perlu memuculkan sesuatu
yang baru, apalagi penelitian pengembangan
harus memiliki kebaruan, tidak hanya sama
dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya
sehingga penelitian ini memiliki nilai tambah
tersendiri.
8. Menyempurnakan produk yang telah ada. Revisi
produk ini dilaksanakan, bila dalam perbaikan
-
19
pada yang kondisi nyata terdapat kelebihan dan
kekurangan. Dalam uji pemakaian produk,
sebaiknya pembuat produk selaku peneliti selalu
mengevaluasi bagaimana kinerja dari produknya
dalam hal ini yaitu sistem kerja.
9. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware), seperti buku,
modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di
laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak
(software), seperti program komputer untuk
pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-
model pendidikan, pembelajaran, pelatihan,
bimbingan, evaluasi, manajemen.
10. Menguji keefektifan produk tersebut. Produk
yang dihasilkan sudah melalui uji efektivitas,
artinya dari pengujian dihasilkan kesimpulan
bahwa produk ini bisa dimanfaatkan secara tepat
guna.
Ada banyak model penelitian pengembangan yang
dapat kita gunakan, misalnya penelitian model Borg and
Gall yang dikutip oleh Catur Ayu Fitri Astuti (2017: 5 )
meliputi sepuluh kegiatan, yaitu:
a. Studi Pendahuluan (Penelitian dan pengumpulan
data). Pengukuran kebutuhan, studi literatur,
penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-
pertimbangan dari segi nilai. Perencanaan
-
20
penelitian. Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang
hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain
atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan
pengujian dalam lingkup terbatas.
b. Pengembangan produk awal. Pengembangan
bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrument evaluasi.
c. Uji coba lapangan awal (terbatas).
d. Revisi hasil uji lapangan terbatas.
e. Uji lapangan lebih luas.
f. Revisi hasil uji lapangan.
g. Uji kelayakan.
h. Revisi hasil uji kelayakan.
i. Diseminasi dan sosialisasi produk akhir.
Sedangkan model penelitian yang ditawarkan oleh
Sugiyono (2011: 408) langkah-langkah penelitian
pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah. Penelitian ini dapat
berangkat dari adanya potensi atau masalah.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila
didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah
pada produk yang diteliti. Pemberdayaan akan
berakibat pada peningkatan mutu dan akan
meningkatkan pendapatan atau keuntungan dari
produk yang diteliti. Masalah juga bisa dijadikan
-
21
sebagai potensi, apabila kita dapat
mendayagunakannya. Sebagai contoh sampah
dapat dijadikan potensi jika kita dapat
merubahnya sebagai sesuatu yang lebih
bermanfaat. Potensi dan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan
dengan data empirik. Masalah akan terjadi jika
terdapat penyimpangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi
melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat
ditemukan suatu model, pola atau sistem
penanganan terpadu yang efektif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Mengumpulkan Informasi dan Studi Literatur.
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan
secara faktual, maka selanjutnya perlu
dikumpulkan berbagai informasi dan studi
literatur yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep--
konsep atau landasan-landasan teoretis yang
memperkuat suatu produk. Produk pendidikan,
terutama produk yang berbentuk model, program,
sistem, pendekatan, software dan sejenisnya
memiliki dasar-dasar konsep atau teori tertentu.
Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori
-
22
yang mendukung suatu produk perlu dilakukan
kajian literatur secara intensif. Melalui studi
literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk,
keluasan penggunaan, kondisi-kondisi
pendukung agar produk dapat digunakan atau
diimplementasikan secara optimal, serta
keunggulan dan keterbatasannya. Studi literatur
juga diperlukan untuk mengetahui langkah-
langkah yang paling tepat dalam pengembangan
produk tersebut. Produk yang dikembangkan
dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras
seperti alat bantu pembelajaran, buku, modul
atau paket belajar, dll., atau perangkat lunak
seperti program-program pendidikan dan
pembelajaran, model-model pendidikan,
kurikulum, implementasi, evaluasi, instrumen
pengukuran, dll. Beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam memilih produk yang
akan dikembangkan adalah:
a. Apakah produk yang akan dibuat penting
untuk bidang pendidikan?
b. Apakah produk yang akan dikembangkan
memiliki nilai ilmu, keindahan dan
kepraktisan?
c. Apakah para pengembang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
dalam mengembangkan produk ini?
-
23
d. Dapatkah produk tersebut dikembangkan
dalam jangka waktu yang tersedia?
3. Desain Produk. Produk yang dihasilkan dalam
produk penelitian research and development
bermacam-macam. Sebagai contoh dalam bidang
tekhnologi, orientasi produk teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah
produk yang berkualitas, hemat energi, menarik,
harga murah, bobot ringan, ergonomis, dan
bermanfaat ganda. Desain produk harus
diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga
dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai
dan membuatnya serta memudahkan fihak lain
untuk memulainya. Desain sistem ini masih
bersifat hipotetik karena efektivitasya belum
terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui
pengujian-pengujian.
4. Validasi Desain. Validasi desain merupakan
proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara
rasional akan lebih efektif dari yang lama atau
tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi
di sini masih bersifat penilaian berdasarkan
pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli
yang sudah berpengalaman untuk menilai produk
-
24
baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga
selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan
dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti
mempresentasikan proses penelitian sampai
ditemukan desain tersebut, berikut
keunggulannya.
5. Perbaikan Desain. Setelah desain produk,
divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para
ahli lainnya, maka akan dapat diketahui
kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya
dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah
peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.
6. Uji coba Produk. Desain produk yang telah dibuat
tidak bisa langsung diuji coba dahulu. Tetapi
harus dibuat terlebih dahulu, menghasilkan
produk, dan produk tersebut yang diujicoba.
Pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen
yaitu membandingkan efektivitas dan efesiensi
sistem kerja lama dengan yang baru.
7. Revisi Produk. Pengujian produk pada sampel
yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa
kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik
dari sistem lama. Perbedaan sangat signifikan,
-
25
sehingga sistem kerja baru tersebut dapat
diberlakukan.
8. Ujicoba Pemakaian. Setelah pengujian terhadap
produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang
tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk
yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan
dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas.
Dalam operasinya sistem kerja baru tersebut,
tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan
yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi Produk. Revisi produk ini dilakukan,
apabila dalam perbaikan kondisi nyata terdapat
kekurangan dan kelebihan. Dalam uji pemakaian,
sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi
bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah
sistem kerja.
10. Pembuatan Produk Masal. Pembuatan produk
masal ini dilakukan apabila produk yang telah
diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk
diproduksi masal. Sebagai contoh pembuatan
mesin untuk mengubah sampah menjadi bahan
yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila
berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek
teknologi, ekonomi dan lingkungan memenuhi.
Jadi untuk memproduksi pengusaha dan peneliti
harus bekerja sama.
-
26
Dari kesepuluh langkah yang ditawarkan oleh
Sugiyono di atas, maka dalam penelitian ini hanya akan
membatasi sampai kepada tahap yang ke lima yaitu
sampai pada tahap Perbaikan Desain, setelah desain
produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan
para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui
kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba
untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang
bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau
menghasilkan produk tersebut.
Bila disederhanakan tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
Gambar 2
Langkah-Langkah Penelitian R & D Sugiyono (216: 298)
Mempelajari langkah-langkah yang ditawarkan
oleh Sugiyono dalam melaksanakan penelitian
pengembangan, maka dalam menciptakan buku
-
27
panduan program perlindungan anak di PPA Eklesia
bisa menerapkan langkah-langah tersebut. Dari
pengkajian potensi masalah di PPA, pengumpulan data,
desain produk sampai kepada Produksi Masal untuk
buku panduan program perlindungan anak di PPA
sangat bisa diterapkan, sebab langkah-langkah ini
mudah diterima dan sistematikanya secara runtut bisa
diikuti. Dengan demikian diharapkan pelaksanaannya
tidak mengalami banyak kendala yang berarti.
2.4. Penelitian Yang Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Cut Misni Mulasisi
dan kawan-kawan (2016: 6), menyatakan bahwa
Pengembangan buku panduan praktik laboratorium
bank mini Karistasari pada program keahlian akuntansi
SMK N 1 Surakarta terbukti efektif untuk diterapkan
sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran praktik
sehingga mampu meningkatkan keterampilan
pencatatan transaksi keuangan peserta didik. Hal
tersebut ditandai dengan nilai rata-rata keterampilan
peserta didik kelas ekperimen X AK mengalami
kenaikan, begitu juga dengan nilai rata-rata
keterampilan peserta didik kelas ekperimen XI AK.
Penelitian yang dilakukan oleh Gustryheny
Kasityadiningrum (2012: 77). menyatakan bahwa buku
panduan permainan edukatif yang telah dikembangkan,
-
28
dinilai kualitasnya dan review. Berdasarkan penilaian
tersebut buku panduan permainan edukatif mempunyai
kualitas sangat baik, oleh karena itu buku panduan
permainan edukatif yang dikembangkan dapat
digunakan sebagai alternatif sumber kepustakaan bagi
pendidik dalam mengoptimalkan pengembangan metode
pembelajaran melalui permainan edukatif pada mata
pelajaran IB SMP/MTs bahkan kajian Kimia. Penelitian
oleh Sri Wahyuni (2013: 7), Penelitian ini telah berhasil
mengembangkan buku panduan praktikum teknik
laboratorium II. Buku panduan ini merupakan buku
penunjang dalam kegiatan praktikum teknik
laboratorium II yang sudah sesuai terhadap komponen
kelayakan isi, komponen kebahasaan, dan komponen
penyajian.
Berdasarkan uraian hasil penelitian oleh Ratna
Imani (2013: 132), dapat dikemukakan simpulan yang
berkaitan dengan pengembangan buku panduan
menulis teks drama berbahasa Jawa untuk siswa SMA
sebagai berikut: Hasil analisis kebutuhan menunjukkan
bahwa siswa dan guru menghendaki adanya buku
khusus yang digunakan sebagai bahan ajar untuk
membantu siswa dalam pembelajaran menulis teks
drama berbahasa Jawa. Bahan ajar tersebut berupa
prototipe buku panduan menulis teks drama berbahasa
Jawa untuk siswa SMA yang dikemas menarik baik dari
-
29
segi isi maupun tampilan, namun mencakup
keseluruhan materi tentang menulis teks drama.
Agus Wijayanti (2011: 162), berdasarkan analisis
terhadap kebutuhan buku panduan, siswa maupun
guru membutuhkan buku panduan menulis surat dinas
berbasis kegiatan siswa SMP. Buku panduan menulis
surat dinas berbasis kegiatan siswa SMP ini sangat
bermanfaat dan dapat membantu siswa maupun guru
SMP dalam kegiatan proses pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Sylfia Rizzana
(…..:181-182), implementasi kebijakan perlindungan
anak jalanan di Kota Malang dinilai belum cukup
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari peran para aktor
pelaksana yang belum maksimal. Beberapa aktor
pelaksana tersebut adalah Dinas Sosial Kota Malang dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dalam
penelitian ini diwakili oleh Lembaga Pemberdayaan Anak
Jalanan (LPAJ) Griya Baca. Dinas Sosial yang
merupakan Dinas yang baru terbentuk pada Januari
2013 lalu belum mempunyai kesiapan yang cukup
untuk mengimplementasikan kebijakan ini dengan
maksimal. Selama ini penanganan anak jalanan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial cenderung pada upaya
pemberdayaan, padahal pada kenyataannya anak
jalanan memerlukan upaya perlindungan yang lebih dari
itu. Selain itu, kerjasama antar aktor dalam
-
30
implementasi kebijakan ini juga belum berjalan dengan
maksimal, seperti halnya antara Dinas Sosial Kota
Malang dan Lembaga Pemberdayaan Anak Jalanan
(Griya Baca) di mana di antara keduanya tidak memiliki
hubungan komunikasi yang baik.
Penelitian Dheny Wahyudhi (2015: 20-21)
menyatakan bahwa perlindungan terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum dengan pendekatan
restorative justice membawa dampak yang positif
terhadap penanganan perkara anak, adanya pemisahan
dan pengaturan yang tegas tentang anak yang
berhadapan dengan hukum yang meliputi anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban
tindak pidana, anak yang menjadi saksi tindak pidana.
Penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan
hukum selama ini proses penyelesaiannya melalui
lembaga peradilan dengan adanya Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak penyelesaian perkara anak dapat diselesaikan di
luar peradilan melalui diversi dengan melibatkan semua
pihak untuk duduk bersama baik itu pihak pelaku,
korban dan saksi dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi dengan menggunakan pendekatan restorative
justice yang mengutamakan pemulihan keadaan dari
pada pembalasan dalam penyelesaian perkara anak
-
31
yang berhadapan dengan hukum dan mengutamakan
kepentingan terbaik bagi anak demi kesejahteraannya.
Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat
diketahui dalam dua hal, pertama buku panduan dari
berbagai keperluan sangat menunjang tercapainya
tujuan yang diharapkan. Misalnya: 1). Cut Misni Buku
Panduan mengatakan bahwa praktik laboratorium bank
mini Karistasari efektif untuk diterapkan sebagai acuan
pembelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan. 2).
Gustryheni Buku panduan permainan edukatif yang
sudah dikembangkan dapat mengoptimalkan metode
pembelajaran melalui permainan edukatif. 3) Sri
Wahyuni mengemukakan bahwa pengembangan buku
Praktikum Teknik Laboratorium II bisa menjadi
penunjang dalam kegiatan praktikum. 4). Ratna Imani
menyimpulkan analisis kebutuhan menunjukkan bahwa
siswa dan guru menghendaki adanya buku khusus yang
digunakan sebagai bahan ajar untuk membantu siswa
dalam pembelajaran menulis teks drama berbahasa
Jawa. 5). Agus Wijayanti mengatakan bahwa buku
panduan menulis surat dinas berbasis kegiatan siswa
SMP ini sangat bermanfaat dan dapat membantu siswa
maupun guru SMP dalam kegiatan proses pembelajaran.
Kedua, dari sisi perlindungan terhadap anak
sangat diperlukan untuk perkembangan anak itu sendiri
di satu sisi dan belum tersedianya perangkat yang
-
32
memadai untuk keperluan perlindungan terhadap anak,
misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sylfia Rizzana
menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan
perlindungan anak jalanan di Kota Malang dinilai belum
cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari peran para
aktor pelaksana yang belum maksimal. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Dheny Wahyudi
perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum dengan pendekatan restorative justice membawa
dampak yang positif terhadap penanganan perkara
anak, adanya pemisahan dan pengaturan yang tegas
tentang anak yang berhadapan dengan hukum yang
meliputi anak yang berkonflik dengan hukum, anak
yang menjadi korban tindak pidana, anak yang menjadi
saksi tindak pidana.
Penelitian-penelitian di atas berbicara tentang
buku panduan dan perlindungan anak, namun belum
ditemukan penelitian tentang pentingnya buku panduan
yang bisa dipergunakan untuk melaksanakan program
perlindungan terhadap anak sehingga anak terhindar
dari berbagai-bagai kekerasan yang ada. Demikian pula
halnya untuk anak-anak PPA juga belum ditemukan
sebuah penelitian tentang buku panduan untuk
program perlindungan anak. Oleh karena itu melalui
penelitian ini akan dikembangkan buku panduan untuk
program perlindungan anak di PPA dengan harapan
-
33
pelaksanaan program perlindungan anak dapat berjalan
secara terarah, terkontrol dan bisa dievaluasi tentang
keberhasilan dari program perlindungan anak tersebut.
2.5. Kerangka Berpikir
Gambar 3: Kerangka Berpikir
Keterangan:
1. Berdasarkan studi pendahuluan PPA Eklesia
belum memiliki buku panduan program
perlindungan anak. Sementara keberadaan buku
panduan program perlindungan anak sangat
penting, sebab dengan adanya buku panduan
maka staf perlindungan anak sebagai pelaksana
program bisa menjalankan program perlindungan
Identifikasi
Kebutuhan
PPA Eklesia
belum mengguna-kan buku
panduan dalam
menjalankan program perlindungan anak
Penyusunan Buku
Pansuan
Melaksana-kan pembuatan buku
panduan
program perlindungan anak
Uji Kelayakan
Buku Panduan
Uji kalayakan buku panduan dilakukan dengan uji 3 pakar, dan uji coba terbatas di lapangan, selanjutnya dilakukan revisi untuk untuk
penyempurnaan
-
34
anak dengan mudah, terarah, terkontrol dan bisa
diketahui hasil yang dicapai
2. Untuk itu maka perlu proses menciptakan buku
panduan program perlindungan anak melalui
tahapan penelitian dan pengembangan.
3. Dengan telah diciptakan buku panduan program
perlindungan anak diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap anak.
Artinya pencapaian tujuan pengembangan empat
bidang yaitu intelektual, spiritual, sosio emosional
dan fisik bisa berjalan lebih baik.
-
35
top related