bab i pendahuluana-research.upi.edu/operator/upload/d_adp_0907827_chapter1.pdfmanajemen penjaminan...
Post on 27-Jul-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Mutu pendidikan di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian luas berbagai
kalangan, tidak hanya pada kalangan pendidikan, tetapi juga masyarakat luas.
Mereka menginginkan munculnya perubahan signifikan dalam hal usaha
peningkatkan mutu pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita
belum sebagaimana diharapkan.
Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan adanya (1) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) persaingan
global yang semakin ketat, dan (3) kesadaran masyarakat (orang tua siswa) akan
pendidikan yang bermutu semakin tinggi. Selain itu, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membawa dampak
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga permasalahan
dapat dipecahkan dengan mengupayakan penguasaan serta peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
seseorang akan mengalami kesulitan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup
yang selalu berkembang dengan pesat.
Persaingan global dalam era pasar bebas, menyebabkan adanya kompetisi
yang sangat ketat. Untuk dapat berpartisipasi dalam persaingan global tersebut,
seseorang dituntut memiliki kemampuan yang lebih/berkualitas, yaitu memiliki
2
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kecakapan berkomunikasi, memiliki kemampuan menjalin kerjasama, memiliki
keterampilan atau skill tertentu, sebagai individu yang ulet, disiplin, beretos kerja
yang tinggi, pandai menangkap peluang, dan memiliki semangat untuk maju.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menggariskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui satu sistem pendidikan
yang menugaskan tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia. Implikasi dari berlakunya undang-undang ini diantaranya
adalah perlunya suatu standar mutu pendidikan yang bersifat nasional, diantara
upaya untuk menentukan standar secara nasional adalah adanya Standar Nasional
Pendidikan yang lebih dikenal dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 untuk berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Telah banyak dilakukan penelitian oleh pakar manajemen pendidikan
mengenai sekolah yang bermutu. Dalam penelitian sekolah yang bermutu, sering
disebut sekolah yang efektif atau sekolah yang excellent (Sergiovanni, 1987),
atau sekolah yang unggul (Newman, 1988). Sebenarnya ada dua model
pendekatan yang sangat berguna dalam menetapkan sekolah baik atau sekolah
efektif (Hoy & Ferguson, 2008 ), yaitu model pendekatan pencapaian tujuan dan
model pendekatan proses. Pada model pendekatan pencapaian tujuan, model ini
berdasarkan pandangan tradisional organisasi dikatakan efektif apabila mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Sergiovanni, 1987). Di sekolah biasanya dilihat
tingkat pencapaiannya yang ditandai dengan prestasi lulusan sekolah. Dengan
demikian model pendekatan tujuan ini dinyatakan dengan prestasi siswa
3
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merupakan peranan penting yang digunakan dalam menetapkan baik atau tidaknya
sekolah.
Sedangkan model pendekatan proses, model ini memandang organisasi
sebagai sebuah sistem yang terbuka yang terdiri dari masukan transformasi, dan
keluaran (Hoy & Miskel, 2008). Model sistem keefektifan organisasi ini dilihat
bukan dari tingkat pencapaian tujuan melainkan konsistensi internal, efisiensi
penggunaan semua sumber yang ada, dan kesuksesan dalam mekanisme kerjanya
(Hoy & Ferguson, 1985). Ada dua asumsi yang melandasinya, yaitu (1) organisasi
merupakan sebuah sistem terbuka yang harus mampu memanfaatkan dan
merefleksikan lingkungan sekitarnya, (2) organisasi merupakan sistem yang
dinamis dan begitu besar, maka kebutuhannya semakin kompleks, sehingga tidak
mungkin didefinisikan hanya melalui sejumlah kecil tujuan organisasi yang
bermakna.
Sehubungan dengan itu, untuk memberikan gambaran tentang sekolah yang
efektif atau sekolah bermutu , perlu disajikan beberapa kajian atau hasil penelitian
dari pakar manajemen pendidikan tentang sekolah itu efektif atau sekolah
bermutu. Sekolah efektif atau sekolah bermutu memiliki kriteria, ciri-ciri atau
karakteristik tertentu. Ukuran dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk melihat
apakah sekolah itu efektif atau tidak, sekolah itu bermutu atau tidak, Danim
(2006) memberikan kriteria tentang sekolah tersebut sebagai berikut: (1)
mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas bagi siswa, (2) mendorong
aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan
secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar,
4
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(3) mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam
belajar dan perilaku dirinya, (4) mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian
prestasi belajar, (5) menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada
penelitian pendidikan dan suara praktik profesional, (6) mengorganisasikan
sekolah dan kelas untuk mengkreasi lingkungan yang bersifat memberi dukungan
bagi kegiatan pembelajaan, (7) pembuatan keputusan secara demokratis dan
akuntabilitas, (8) menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan
mengakomodasikan lingkungan secara efektif, (9) mempunyai harapan yang
tinggi kepada semua staf, (10) secara aktif melibatkan keluarga di dalam
membantu siswa untuk mencapai sukses, dan (11) bekerja sama atau berpartner
dengan masyarakat dan pihak-pihak lain.
Hampir serupa apa yang dikemukakan oleh Danim tentang kriteria sekolah
efektif di atas, Sammons (Macbeath & Mortimore, 2005) menganalisis tentang
sekolah yang efektif itu ditentukan 11 faktor penting, yaitu: kepemimpinan
profesional, visi dan tujuan bersama, suatu lingkungan pembelajaran, konsentrasi
pada belajar dan mengajar, harapan tinggi, dorongan positif, memonitor
kemajuan, hak dan kewajiban murid, pengajaran yang mempunyai tujuan, suatu
organisasi pembelajaran, dan kemitraan sekolah rumah.
Sedang Suyanto dalam Elfahmi (2006) menegaskan bahwa sekolah bermutu
memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) memiliki budaya akademik yang kuat, (2)
memiliki kurikulum yang selalu relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, (3) memiliki komunitas sekolah yang selalu menciptakan cara-cara
atau teknik belajar untuk belajar yang inovatif, (4) berorientasi pada
5
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengembangan hard knowlegde dan soft knowlegde secara seimbang, (5) proses
belajar untuk mengembangkan potensi siswa secara holistik, dan (6)
mengembangkan proses pengembangan kemampuan dan kompetensi ber-
komunikasi siswa secara global.
Lezotte (1983) menemukan dalam penelitiannya bahwa sekolah-sekolah yang
unggul itu memiliki karakteristik-karakteristik, yaitu: (1) lingkungan sekolah yang
aman dan tertib; (2) iklim serta harapan yang tinggi; (3) kepemimpinan
instruksional yang logis; (4) misi yang jelas dan terfokuskan; (5) kesempatan
untuk belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan (6) pemantauan yang sering
dilakukan terhadap kemajuan siswa, dan hubungan rumah-sekolah yang bersifat
mendukung. Dalam penelitian ini, tidak disebut-sebut perihal keefektivan guru
secara khusus, demikianpun perihal ganjaran insentif, yang pada penelitian lain
cukup memberikan sumbangan terhadap prestasi siswa di sekolah.
Sedang Austin (Moedjiarto,2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa
sekolah-sekolah yang sukses menunjukkan saling ketergantungan sehubungan
praktik-praktik tertentu dalam organisasi sekolah. Dalam kaitan ini, karakteristik-
karakteristik yang ditemukan dalam sekolah-sekolah unggul, adalah (1)
kepemimpinan instruksional yang kuat; (2) pengembangan program, perencanaan
pengajaran; (3) harapan-harapan performansi yang tinggi; (4) kepercayaan bahwa
semua siswa dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dasar; (5) iklim yang
positif; (6) pengawasan terhadap fungsi-fungsi sekolah, kurikulum dan program
pengembangan staff; (7) dukungan staf yang kuat; (8) pemberian semangat; serta
(9) tanggung jawab dan partisipasi siswa.
6
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan demikian, sekolah dapat disebut sebagai sekolah bermutu bila
memiliki karakteristik keefektivan yang tinggi, yaitu: iklim sekolah yang positif,
proses perencanaan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah, harapan yang
tinggi terhadap prestasi akademik, pemantauan yang efektif terhadap kemajuan
siswa, keefektivan guru, kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada
prestasi akademik, pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah,
kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa yang tinggi di sekolah,
ganjaran dan insentif di sekolah, yang didasarkan pada keberhasilan, tata tertib
dan disiplin yang baik di sekolah, dan pelaksanaan kurikulum yang jelas.
Pendidikan mencakup semua aktivitas, mulai konsep, visi, misi, institusi,
kurikulum, metodologi, proses belajar mengajar, SDM kependidikan, lingkungan
pendidikan dan lain sebagainya, yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan
nilai-nilai yang dibangun dalam proses semua aktivitas tersebut. Kelembagaan
pendidikan yang efektif tersebut adalah lembaga pendidikan atau sekolah yang
merefleksikan konsep-konsep sekolah yang baik (the good school), sekolah yang
efektif (the effective school), sekolah yang unggul (the exellent school). Menurut
Hasan (2005) ada empat persyaratan yang dapat dikategorikan sebagai
kelembagaan pendidikan yang baik “sekolah bermutu”, yaitu: (1) SDM
kependidikan yang profesional, (2) manajemen yang efektif dan profesional, (3)
lingkungan pendidikan yang kondusif, dan (4) mampu membangun kepercayaan
kepada masyarakat.
Persyaratan pertama, SDM kependidikan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan berdasarkan seleksi yang memenuhi syarat kompetensi personal,
7
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kompetensi profesional, kompetensi moral dan kompetensi sosial, yang mampu
berperan sebagai pengajar, pendidik, dan sekaligus pemimpin di tengah-tengah
peserta didiknya. Selain itu, tenaga kependidikan tersebut memiliki pengalaman
dan ditunjang oleh adanya keunggulan dalam kemampuan intelektual, moral,
keilmuan, ketaqwaan, disiplin dan tanggung jawab, keluasan wawasan
kependidikan, kemampuan pengelolaan, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan
profesional dalam memahami profesi, karakteristik dan masalah perkembangan
peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karier peserta didik
serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum, juga
menguasai bidang agama Islam dan ketaatan dalam beribadah maupun
amaliyahnya.
Manajemen pendidikan diharapkan dapat berperan menjadi pemberdayaan
organisasi (empowering organization). Dalam hal pemberdayaan organisasi,
komponen-komponen yang ada harus didayagunakan sehingga bersinergi
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di antara komponen-komponen
tersebut adalah kurikulum atau pembelajaran, siswa, pegawai, sarana prasarana,
keuangan, dan lingkungan masyarakat (De Roche, 1985). Dalam pelaksanaan
keseluruhan proses manajemen tersebut diupayakan dengan bertumpu pada spirit
manajemen pendidikan, sebagaimana temuan teoritik pada berbagai hasil
penelitian yaitu berwawasan mutu, kemandirian, partisipasi, dan keterbukaan.
Dalam membentuk sekolah bermutu, lembaga pendidikan merupakan sebuah
organisasi. Kultur lembaga pendidikan merupakan kultur organisasi dalam
konteks satuan pendidikan. Dengan demikian, kultur lembaga pendidikan dapat
8
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah lembaga pendidikan yang tumbuh
dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianutnya. Kultur
lembaga pendidikan tersebut akan dapat dikembangkan dengan melalui tenaga
kependidikan yang unggul sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Di samping itu pula, lembaga pendidikan harus mampu menciptakan
lingkungan pendidikan yang kondusif, yang memberikan suasana damai, bersih,
tertib, aman, indah dan penuh kekeluargaan. Lingkungan yang memberikan
kebebasan peserta didik untuk berekspresi, mengembangkan minat dan bakatnya,
berinteraksi sosial dengan sehat dan saling menghormati, dalam atmosfer yang
mencitrakan suasana religius, etis, dan humanis.
Upaya serius pemerintah dalam mewujudkan mutu pendidikan ditunjukkan
dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 91 yang menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan atau
melebihinya, dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal
91 yang menyatakan :(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan
nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. (2) Penjaminan mutu
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan. (3) Penjaminan mutu pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan
terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan
kerangka waktu yang jelas.
9
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun penjabaran lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu
pendidikan seperti dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan penjaminan mutu
pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan pendidikan,
pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Proses penjaminan mutu sangat penting dilakukan karena pengelolaan
persekolahan di Indonesia masih menggunakan pendekatan kategorisasi seperti
adanya sekolah reguler, kategori sekolah rintisan Sekolah Standar Nasional,
Sekolah Standar Nasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional serta
Sekolah Standar Internasional. Dengan katagorisasi tersebut, dimungkinkan
terjadinya disparitas mutu sekolah.
Untuk menghindari terjadinya disparitas mutu sekolah pemerintah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan menerapkan
delapan standar nasional pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan
Sekolah Standar Nasional (SSN). SSN menurut E Mulyasa ( 2006:55) merupakan
sekolah yang memenuhi standar prestasi, standar pengelolaan minimal serta
merupakan program unggulan untuk memberikan jaminan mutu dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat.
Namun, berdasarkan hasil evaluasi keterlaksanaan Sekolah Standar Nasional
(SSN) yang dilakukan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2010 diperoleh data
sekolah yang telah ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat
10
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dikelompokkan dengan hasil : kategori kurang 32 % , Cukup 10 % , Baik 28 %
dan Amat Baik 30 % . Dari data tersebut 45 % kurang dalam standar pengelolaan,
30 % kurang dalam standar sarana prasarana.
Berkaitan dengan belum optimalnya Sekolah Standar Nasional seperti yang
ditunjukan hasil evaluasi dinas pendidikan tahun 2010 terhadap penyelenggaraan
Sekolah standar Nasional tersebut di atas dan sangat strategisnya Sekolah
Menengah Atas kategori Sekolah Standar Nasional dalam menyiapkan Sumber
Daya Manusia yang handal, sudah selayaknya dicari faktor-faktor apa saja yang
merupakan faktor dominan dalam meningkatkan mutu sekolah menengah kategori
Sekolah Standar Nasional. Pertanyaannya adalah faktor-faktor apa yang dapat
dimanipulasi untuk dapat meningkatkan mutu Sekolah Standar Nasional.
B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Banyak hal yang ikut mempengaruhi proses penjaminan mutu
sekolah.berdasarkan hasil riset para pakar faktor faktor yang mempengaruhi
proses penjaminan mutu sekolah diantaranya menurut Gasperzt (2008) adalah (1)
focus pada pelanggan,(2) kepemimpinan, (3) keterlibatan personil, (4) pendekatan
proses dalam mengambil keputusan,(5) pendekatan system, (6)peningkatan
berkelanjutan, (7) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (8) staf
management, strategic planning, staf management, evaluation, academic
supervision, quality culture, keuangan, implemetasai TQM keterlibatan orang tua
siswa ,kepuasan kerja, kurikulum, pengembangan staf, evaluasi sekolah yang
11
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berkesinambungan. Begitu pula menurut MacBeacth & Mortimer (2001)
dipengaruhi oleh Visi misi sekolah yang jelas; Kepala sekolah yang profesional ;
Guru yang profesional; Lingkungan belajar yang kondusif; Ramah siswa;
Manajemen yang kuat; Kurikulum yang luas dan berimbang; penilaian dan
pelaporan prestasi siswa yang bermakna; Pelibatan masyarakat yang tinggi. Sallis
(2010:255) penjaminan mutu sekolah dipengaruhi beberapa faktor antara lain (1)
Leadership, (2) Strategic planning, (3) Staff management,(4) Resources, (5)
Student-focused process, (6) Administrative and operational results, (7) Staff
result (8) Partnership and society results, (9) Key performance result.
Begitu pula Menurut Adeybesan (2011: 150) strategi penjaminan mutu terdiri
dari aspek (1) monitoring (2) Evaluation (3) supervision (4) inspection dan ( 5)
quality Control. Sedangkan penjaminan mutu menurut Arcaro (1995) yang
dikutip oleh Jalal dan Supriadi (2001 : 98 ) dibangun lima pilar, yaitu: (1) Fokus
kepada pelanggan baik internal maupun eksternal; (2) Adanya keterlibatan total;
(3) Adanya ukuran baku; (4) Adanya komitmen; dan (5) Adanya perbaikan yang
berkelanjutan
Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel yang ikut mempengaruhi
proses penjaminan mutu sekolah serta yang menentukan mutu sekolah adalah
sebagaimana disajikan dalam gambar 1.1 berikut
12
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 1.1
2. Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini tidak membahas seluruh permasalahan sebagaimana
dikemukakan pada identifikasi masalah . Kajian ini lebih menekankan pada aspek
kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, pengembangan SDM , supervisi
akademik, penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan yang
berkaitan dengan sistem penjaminan mutu. Oleh karena itu, penelitian mengkaji
Faktor- faktor yang menentukan proses penjaminan mutu sekolah
(diambil dari berberbagai sumber) MacBeacth & Mortimer (2001),
Sallis(2011) Adeybesan(2011) Gaspersz (2008)
Penjaminan mutu
Sekolah
Pendekatan sistem
Keputusan berdasarkan fakta
Strategic planing
Hubungan saling menguntungkan
Quality culture
Key performance result
Academic supervision
Partnership and society result
Adanya ukuran baku
kepemimpinan
Staf management
Manajemen mutu
Power and politic
Focus pada pelanggan
Pendekaan proses
evaluation
Student focus procees
Adanya komitmen
Adanya perbaikan terus
menerus
Quality control
Pengukuran,analisis dan
peningkatan
Realisasi product
13
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
faktor-faktor yang berkaitan dengan penjaminan mutu dalam rangka peningkatan
mutu sekolah. yang didasarkan pada kerangka teori (grand theory) penjaminan
mutu dalam perspektif penjaminan mutu dapat dicapai melalui keterkaitan
berbagai komponen.
Peneliti melihat ada beberapa faktor kunci yang meningkatkan mutu sekolah
Sekolah Standar Nasional (SSN) yang dapat dijelaskan secara argumentasi
teoritik sebagai berikut :
Pertama, kepemimpinan pembelajaran : Masalah perilaku kepemimpinan
dalam organisasi ditentukan oleh gaya pemimpin itu sendiri dalam mengelola
organsiasi. Sekolah merupakan organsiasi tempat menggodok para remaja usia
sekolah untuk menimba ilmu maka sudah sewajarnya tipe kepemimpinan yang
diterapkan lebih fokus untuk mencurahkan segenap pikirannya untuk peningkatan
kemampuan peserta didik dalam penguasaan akademik, bukan pemimpin yang
seperti kebanyakan selama ini, hanya merasa puas jika telah mampu membangun
ruangan dan fasilitas sekolah saja. Kepemimpinan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Banyak model
kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai
organisasi/institusi, baik profit maupun nonprofit. Namun, model kepemimpinan
yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah menurut penulis adalah
kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership or leadership for improved
learning). Tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran di sekolah, banyak
penelitian yang menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang memfokuskan
kepemimpinan pembelajaran, menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik
14
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
daripada kepala sekolah yang kurang memfokuskan pada kepemimpinan
pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah tidak menerapkan model
kepemimpinan pembelajaran.
Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi
utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa
depan yang belum diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan yang
sangat turbulen. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi
harus memfokuskan pada pembelajaran (learning-focused schools), yang meliputi
kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (assesmen).
Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap
peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli
pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan
pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Mereka menyimpulkan bahwa:
1) If our schools are to improve, we must redefine the principal’s role
and move instructional leadership to the forefront (Buffie, 1989). 2) If a school is
to be an effective one, it will be because of the instructional leadership of the
principal …. (Findley,1992). 3) Effective principals are expected to be effective
instructional leaders 4). the principal must be knowledgable about curriculum
development, teachers and instructional effectiveness, clinical supervision, staff
development, and teacher evaluation (Hanny, 1987).
15
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari kutipan-kutipan tersebut di atas dapat disarikan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika
hasil belajar siswa ingin dinaikkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada
pembelajaran harus diterapkan. Dengan kepemimpinan pembelajaran, peneliti
berasumsi akan dapat menciptakan budaya organisasi, dimana pemimpin
menerapkan suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa
mengacu pada standar yang telah disepakati.
Kedua, masalah budaya mutu penting jika suatu organisasi dituntut untuk
melakukan sistem pejaminan mutu sebagai wujud dalam mengimplementasikan
peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Budaya mutu penting untuk pemenuhan Standar Nasional
Pendidikan, budaya mutu yang kurang kondusif seperti tidak tumbuhnya
masyarakat pembelajar yang mendukung hasil yang optimal dalam
pengembangan mutu pendidikan. Budaya mutu dimana pemimpin menerapkan
suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa mengacu pada
standar yang telah disepakati, budaya organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
Shein ( 1985 : 114 ) adalah:
……a pattern of shared basic assumption that the group learned as it solved its
problem of exeternal adaptation and internal integration , that has work well
enough to be considered valid an therefore, to be tough tri new member as the
correct way to perceive , think and feel in relation to these problems.
Budaya mutu adalah pola dasar yang dikembangkan oleh sekelompok orang
setelah mereka mempelajari suatu pola yang diyakini kebenarannya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Budaya mutu yang dibangun merupakan suatu
16
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
gabungan berbagai budaya yang dibawa oleh individu- individu dalam suatu
organisasi, sehingga setiap individu harus melakukan adaptasi, karena tanpa
adanya adaptasi, dimungkinkan terjadi konflik, antara sesama individu maupun
individu dengan organisasi.
Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Ohmae pada Robin (1991:62) bahwa
budaya organsiasi berperan penting karena merupakan kunci keberhasilan usaha.
Dengan demikian variabel budaya organisasi akan menjadikan variabel yang
menarik dan strategik untuk memberikan kontribusi terhadap mutu sekolah.
Sementara Hoy dan Miskel (2008) menjelaskan bahwa sekolah sebagai satuan
pendidikan, merupakan suatu sistem sosial. Sekolah sebagai sistem sosial
memiliki empat elemen atau subsistem penting, yaitu struktur, individu, budaya,
dan politik. Perilaku organisasi merupakan fungsi dari interaksi elemen-elemen
ini dalam konteks pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan juga merupakan
aspek penting dari kehidupan organisasi; lingkungan tidak hanya menyediakan
sumber bagi sistem tersebut tetapi juga menyediakan kendala dan peluang
lainnya. Menurut Hoy dan Miskel (2008) “sekolah harus menjadi lembaga
pembelajaran yang efektif, sekolah harus mencari cara untuk menciptakan struktur
yang secara terus-menerus mendukung pembelajaran dan pengajaran dan
memperkaya adaptasi organisasi; mengembangkan budaya dan iklim organisasi
yang terbuka, dan kolaboratif; menarik individu yang mandiri, efektif, dan
terbuka “.
Ketiga, masalah fokus pada pelanggan sebagai salah satu faktor yang sangat
penting mengingat sekolah sebagai lembaga jasa pendidikan sangat dipengaruhi
17
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sejauh mana layanan manajemen, layanan pembelajaran maupun layanan
pengembangan pribadi siswa dapat dilaksanakan secara optimal seperti yang
dituntut oleh delapan Standar Nasional Pendidikan. Kotler ( 2000: 429)
mengemukakan karakteristik jasa diantaranya ada empat ciri utama antara lain :
1) Tidak berwujud sehingga konsumen tidak dapat mencium, meraba, mendengar
dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi
ketidakpastian maka konsumen mencari informasi jasa tersebut, 2) Tidak
terpisahkan ( inseparability) dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya
yaitu perusahaan jasa, 3) Bervariasi (Variability) dimana jasa sering terjadi
berubah-ubah tergantung siapa, kapan dan dimana menyajikannya, 4) Mudah
musnah (perisshability) jasa tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.
Pendidikan merupakan produk yang berupa jasa, yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut : (1) Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud (more
intangible than tangible), (2) Produksi dan konsumsi bersamaan waktu
(simultananeous production and consumption), (3) Kurang memiliki standar dan
keseragaman (less standardized and uniform). Dari kriteria tersebut, dapat
dikatakan pendidikan merupakan suatu bentuk jasa. Peneliti berasumsi
keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada siapa, kapan, di mana proses
terlaksana. Artinya, siapa yang mengelola pendidikan itulah yang dapat
meningkatkan jasa pendidikan tersebut, maka variabel kepuasan pelanggan
merupakaan suatu variabel yang menarik untuk dikaji bila dikaitkan dengan
kepemimpinan pembelajaran.
18
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keempat, Supervisi khususnya supervisi akedemik mutlak diperlukan dalam
mengukur keterlaksanaan suatu program khususnya dalam peningkatan mutu
sekolah, namun kenyataannya kegiatan supervisi akademik belum secara optimal
dikembangkan. Hal ini terbukti dengan hasil pemetaan yang dilakukan oleh
Lembaga Pemberdayaan dan Peningkatan Kepala Sekolah (LPPKS). Tercatat,
Kepala Sekolah hampir 57,5 % lemah dalam pelaksanaan Supervisi, Satori (2006)
mengartikan supervisi dilihat dari etimologis berasal dari dua kata yaitu super dan
vision kata super mengadung arti lebih dan kata vision mengadung arti visi. Jadi,
kata supervisi mengadung arti visi yang jauh ke depan. Sedangkan Marks et al
(1991 : 2) mendefinisikan sebagai prosedur profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam membantu guru memperbaiki pengajaran untuk
perkembangan peserta didik.
Kelima, penjaminan mutu. Penjaminan mutu adalah “suatu rencana dan
tindakan yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan tertentu” (Elliot 1999). Kebutuhan tersebut merupakan
refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan mutu biasanya membutuhkan
evaluasi secara terus menerus dan digunakan sebagai alat bagi manajemen,
Menurut Gryna (1988) “penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan
bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara
efektif”. Sementara Cartin (1999 : 312) memberikan definisi sebagai berikut :
Quality Assurance is all planed and systematic activities implemented within the
quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or
service will fulfill requirements for quality. Adapun menurut Permendiknas nomor
19
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63 tahun 2009 penjaminan mutu adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan
atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,
pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Dengan demikian penjaminan
mutu dapat diartikan suatu proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen,
dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Adapun yang menjadi
standar dalam penjaminan mutu pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan ( SNP).
Keenam, perencanaan startegis sekolah sebagai sebuah organisasi tidak
hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor eksternal. Sekolah harus
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan, sekolah perlu melakukan penyesuaian agar risiko dapat dihindari
sekecil mungkin. Menurut Denhart (1996:5) “dalam perencanaan strategis sekolah
dapat mengukur kekuatan dan kelemahan yang relatif terhadap peluang dan
ancaman, karena peluang dan ancaman dari pihak eksternal sifatnya tidak dapat
diubah”.
Ketujuh, penilaian kinerja, yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang atau
organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya, fungsi dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja diartikan sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan
tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya (Suryadarma, 2008 : 4).
20
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kedelapan, pengembangan SDM dengan penjaminan mutu adalah mengacu
pada pendapat Santana (2008 : 90) menyatakan bahwa “ pelatihan dan
pengembangan SDM merupakan alat manajemen strategik dalam rangka
penjaminan mutu pendidikan. Lebih lanjut Sallis mengemukakan “pengembangan
staf memerlukan perencanaan mengingat investasi sumberdaya manusia bisa
digunakan sebagai suatu daftar uji untuk menentukan standar yang harus
dipenuhi”.
Kesembilan pemilihan Sekolah Menengah Atas ( SMA) sebagai Sekolah
Standar Nasional karena Sekolah Standar Nasional diasumsikan telah menerapkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri atas delapan standar : 1) Standar
kompetensi lulusan, 2) Isi, 3) Proses, 4) Pendidik dan tenaga kependidikan, 5)
Penilaian, 6) Sarana prasarana, 7) Pengelolaan, dan 8) Pembiayaan. Dengan
demikian, organisasi yang memberikan pelayanan pendidikan mempunyai acuan
pengukuran mutu sekolah yang dilihat dari sejauhmana penerapan ke delapan
SNP tersebut diterapkan. Oleh karena itu, jaminan mutu Sekolah Standar
Nasional dapat dilihat sejauhmana tingkat ketercapaian pelaksanaan kedelapan
standar tersebut.
Penelitian tentang manajemen penjaminan mutu Sekolah Standar Nasonal ini
idealnya didasarkan kepada data yang diperoleh dari berbagai sumber. Seperti
kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, pengawas siswa, orang tua dan
pejabat pemerintah dalam bidang pendidikan. Namun, dalam penelitian ini hanya
menggali data dari pendidikan , sehingga penelitian ini hanya merupakan persepsi
guru terhadap mutu Sekolah Standar Nasional.
21
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan
antara variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
terhadap proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang
terdiri dari kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, supervisi akademik,
penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, pengembangan
SDM dalam proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat,
seperti persepsi guru yang didukung data empirik. Secara khusus rumusan
masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran empirik kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah
Standar Nasional di Jawa Barat.
2. Bagaimana gambaran empirik supervisi akademik SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
3. Bagaimana gambaran empirik perencanaan strategis SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
4. Bagaimana gambaran empirik fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
5. Bagaimana gambaran empirik penilaian kinerja SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
6. Bagaimana gambaran empirik pengembangan SDM SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
7. Bagaimana gambaran empirik budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional
di Jawa Barat.
23
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8. Bagaimana gambaran empirik mutu sekolah SMA Sekolah Standar
Nasional di Jawa Barat.
9. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh
terhadap variabel proses yang terdiri dari budaya mutu, supervisi akademis,
penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM.
10. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel
proses yang terdiri dari fokus pada pelanggan, supervisi akademik, penilaian
kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM sebagai variabel
proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.
11. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai input dan variabel proses
yang terdiri dari pengembangan SDM, supervisi akademik, penilaian kinerja
perencanaan strategis, penilaian kinerja dan budaya mutu sebagai variabel
output berpengaruh terhadap mutu sekolah.
12. Bagaimana model Sistem Manajemen Mutu SMA Sekolah Standar Nasional
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis fakta empirik berdasarkan
persepsi guru , tata usaha, orang tua siswa mengenai struktur hubungan variabel
yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap mutu
sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat, yang terdiri dari
kepemimpinan pembalajaran, budaya mutu, supervisi akademik, perencanaan
strategis, penilaiaan kinerja, pengembangan SDM dalam proses penjaminan
24
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mutu sekolah. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi mengenai :
a. kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa
Barat.
b. supervisi akademik SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
c. perencanaan strartegis SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
d. fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
e. penilaian kinerja SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
f. pengembangan SDM SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
g. budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
h. penjaminan mutu SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.
25
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen dan
variabel endogen, meliputi :
a. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh terhadap
variabel proses yang terdiri dari supervisi akademik, penilaian kinerja
dan perencanaan strategis, pengembangan SDM dan Fokus pada
pelanggan.
b. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses
yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan, penilaian
kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM, sebagai variabel
proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.
c. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses
yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan penilaian
kinerja, perencanaan strategis, pengembangan SDM, dan budaya mutu
sebagai variabel output berpengaruh terhadap mutu sekolah.
3. Menemukan model sistem manajemen mutu SMA sekolah standar
Nasional
26
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena secara praktis hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kependidikan dan pengambil
kebijakan. Sedangkan secara teoretis, diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian
dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat penelitian :
1. Secara praktis yang diharapkan berkaitan dengan pelaksanaan dan temuan
dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan pengelolaan sekolah
sehingga kepercayaan terhadap sekolah meningkat,
b. Dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan dan mengembangkan
Akuntabilitas Sekolah Standar Nasional, dan
c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai penelitian serta
menambah pengalaman dalam pengambilan keputusan.
2. Secara teoretis, diharapkan penelitan ini dilanjutkan dengan cakupan lebih luas
dan mendalam. Hasil dari penelitian ini secara teori akan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen pendidikan dan
adminsitrasi pendidikan sebagai alternatif pemecahan dalam dinamika ilmu
administrasi pendidikan yang luas dan berkembang secara terus menerus.
27
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Struktur Organsiasi Penulisan Disertasi
Disertasi dengan judul Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan : Studi
Pengaruh Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja,
Perencanaan Strategis, Fokus pada Pelanggan, Pengembangan SDM, Budaya
Mutu, terhadap Mutu Sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat
terdiri dari lima bab antara lain :
Bab I Pendahuluan yang menguraikan latar belakang alasan mengapa masalah
diteliti, pentingnya masalah itu diteliti, rumusan masalah dari variabel-
variabel yang diteliti, tujuan penelitian yang menguraikan keinginan
yang ingin dicapai setelah penelitian selesai, serta manfaat dari segi
teori maupun secara praktis.
Bab II Kajian pustaka menguraikan kedudukan masalah penelitian ditinjau dari
bidang ilmu yang diteliti seperti: konsep-konsep, teori-teori, hukum-
hukum yang dipakai dalam penelitian ini seperti tentang konsep
penjaminan mutu, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik,
perencanaan strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan,
pengembangan sumberdaya manusia, budaya mutu , dikaitkan dengan
posisi teori-teori tersebut, yaitu: manajemen penjaminan mutu
pendidikan Sekolah Menengah Atas dikaitkan dengan permasalahan
yang diteliti, kemudian dirumuskan dalam bentuk kerangka pemikiran
serta hipotesis penelitian.
28
Tatang Sunendar, 2013 Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bab III Metodologi penelitian yang menguraikan secara rinci lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, definisi operasional tentang mutu
sekolah, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan
strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan, pengembangan
sumberdaya manusia, budaya mutu, populasi dan sampel penelitian
dari SMA negeri dan swasta katagori Sekolah Standar Nasional di
Provinsi Jawa Barat, pengembangan instrumen berupa pengujian
validitas, realibilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasannya menguraikan pengolahan dan
analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, hipotesis, tujuan penelitian serta pembahasan hasil temuan.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif
dengan pembahasan model manajemen penjaminan mutu pendidikan
yang menguraikan tentang alternatif model yang dikembangkan
berdasarkan temuan-temuan penelitian yang ditinjau dari landasan
teoritik serta data empirik dari hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi menguraikan kesimpulan
penelitian yang menjawab rumusan masalah, tujuan penelitian, serta
hipotesis penelitian sejauh mana tingkat signifikannya dari hasil
penelitian, juga menguraikan implikasi dari hasil penelitian yang
mungkin bisa diterapkan dalam tataran praktis dan rekomendasi bagi
lembaga terkait untuk menerapkan hasil penelitian ini.
top related