bab i pendahuluan kebutuhan dasar manusiafik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/kdm.pdfa. mulut...
Post on 28-Feb-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kebutuhan manusia merupakan sesuatu hal yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan darajat kesehatan. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai
lima kebutuhan yang membentuk tingkatan yang dikenal dengan Hirarki Maslow.
Lima kebutuhan Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga
tidak terlalu krusial adapun kebutuhan yang dimaksud meliputi : kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan memiliki,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk melaksanakan
keterampilan dasar praktik klinik dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep, sikap dan keterampilan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan Tentang Kebutuhan Fisik Oksigen
2. Menjelaskan Tentang Nutrisi
3. Menjelaskan Tentang Cairan Elektrolit
4. Menjelaskan Tentang Intake dan Output Cairan
5. Menjelaskan Tentang Eliminasi
6. Menjelaskan Tentang Personal Hygiene
7. Menjelaskan Tentang Body Mekanik Dan Posisi
2
BAB II MATERI
A. Memberikan Bantuan Kebutuhan Dasar
1. Oksigen
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi,
maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak
menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
Proses oksigenasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk
mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
3
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2) Adanya kondisi jalan napas yang baik
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau
permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam
darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2
dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c. Transformasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,
latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
Fungsi pernafasan antara lain :
1) Mengambil O2 (oksigen).
2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sisa pembakaran.
3) Meningkatkan dan melembabkan udara.
4
4) Melindungi sistem pernafasan dan jaringan lain dari serangan patogenik.
5) Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan
menghasilkan suara.
ORGAN-ORGAN PERNAPASAN
1) Hidung (nasal)
Hidung mempunyai 2 (dua) rongga yang dibagi oleh suatu sekat yang disebut
septumnasi. Dinding bagian dalam rongga hidung (capum nasi) terdiri dari
selaput lendir yang berfungsi menetralisir suhu dan kelembaban udara yang
masuk sehingga tidak berbeda dengan suhu tubuh. Dibagian dalam rongga
hidung terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring debu/ kotoran yang
masuk kedalam hidung pada saat bernapas.
2) Tekak (faring)
Merupakan suatu rongga yang menyambung antara cavumnasi dengan laring.
Faring terletak dibelakan rongga hidung, rongga mulut dan didepan kerongkongan
bagian atas. Tekak terbagi atas 3 (tiga) bagian:
a. Bagian atas disebut nasofaring.
b. Bagian tengah disebut orofaring.
c. Bagian bawah disebut laringo faring.
3) Pangkal tenggorokan (laring)
Laring terletak dibawah epiglotis hingga dibawah jakun. Bentuknya seperti pipa
bulat, terdiri dari kepingan-kepingan tulang rawan yang diikat oleh pigmen dan
membran. Pada bagian ini terdapat pita suara. Dinding laring bagian dalam
terdiri dari selaput lendir yang berguna untuk menyesuaikan suhu dan
kelembaban udara yang masuk agar sesuai dengan suhu tubuh.
5
Laring terdiri dari 5 (lima) tulang rawan, sebagai berikut:
a. Kartilago tiroid (1 buah) dengan jakun.
b. Kartilago ariteanoid (2 buah) berbentuk beker.
c. Kartilago krikoid (1 buah) berbentuk cincin.
d. Kartilago epiglotis (1 buah).
4) Batang tenggorokan (trachea)
Bentuknya seperti pipa, terletak dari faring hingga sebatas vertebralis thorakalis
ke 5. Tersusun dari 16 hingga 20 buah cincin tulang rawan yang bagian
belakangnya diikat oleh jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya dilapisi oleh
selaput lendir, yang berguna untuk menyesuaikan udara yang masuk. Pada
trachea terdapat sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
5) Cabang trachea (bronkus)
Ada 2 buah bronkus yaitu bagian kiri dan kanan. Bronkhus kanan lebih pendek
dari bronchus kiri. Bronkhus bercabang lagi menjadi bronchus paru-paru yaitu
bronchus paru atas, bronchus paru tengah dan bronchus paru bawah. Cabang
bronchus yang besar disebut segmenlobus dan cabang selanjutnya disebut segmen
bronchus.
6) Cabang bronkus (bronkhiolus) terdapat didalam paru-paru.
Cabang bronkhiolus banyak sekali dengan garis tengah 1 mm. Diujung
bronkhiolus terdapat suaru kantong udara yang disebut alveoli.
7) Kantong udara (alveoli) merupakan akhir dari bronkhiolus.
Alveoli membentuk kelompok-kelompok yang disebut asinus, yang merupakan
unit fungsional paru-paru. Disini terjadi pertukaran oksigen dari udara dan
6
karbondioksida dari darah. Alveoli dikelilingi pembuluh darah atau kapiler.
8) Paru-paru.
Bentuknya seperti kerucut, berada didalam rongga thorak yang diselaputi oleh
pleural. Diantara paru kanan dan kiri terdapat jantung. Paru-paru terdapat atas
bagian-bagian oleh celah-celah yang disebut lobus.
a. Paru-paru kanan terdiri atas lobus superior, lobus medius dan lobus inferior.
b. Paru-paru kiri terdiri atas lobus superior dan lobus inferior.
Setiap lobus terdiri dari lobula-lobula yaitu kumpulan dari alveoli. Kapasitas
paru-paru Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya. Waktu ekspirasi udara di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter,
sedangkan pada waktu pernapasan tertinggal ± 2 ½ liter.
PROSES TERJADINYA PERNAPASAN
Refleks bernapas diatur oleh pusat pernapasan medulla oblongata.
Inspirasi terjadi jika : Nervus prenikus Rangsangan Muskulus diafragma
mengkerut datar Jarak stratum vertebra semakin lusa dan melebar Rongga
dada membesar sehingga pleura tertarik Tekanan udara berkurang sehingga
udara masuk Ekspirasi terjadi jika : Otot relaksasi Rongga dada menjadi kecil
Udara di dorong keluar.
MACAM-MACAM PERNAPASAN
1) Pernapasan dada
Pada saat bernapas, rangka terbesar bergerak. Ini terjadi pada rangka lunak yaitu
pada orang-orang muda dan perempuan.
2) Pernapasan perut
Pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka biasanya terjadi pada orang
7
tua. Jika tulang rawannya tidak begitu lembek yang disebabkan banyak zat
kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak kelihatan pada pria.
FISIOLOGI PERNAPASAN
1) Pengendalian pernapasan
Proses pernapasan dikendalikan oleh kimiawi dan syaraf. Pada proses kimiawi,
karbondioksida merangsang saraf di medulla oblongata dan disalurkan lewat
saraf phrenikus dan saraf interkostalis yang selanjutnya menuju otot-otot
pernapasan (otot diafragma atau interkostalis). Otot ini berkontraksi sehingga
terjadilah pernapasan.
2) Kecepatan pernapasan
Napas wanita lebih cepat dari pria. Patokan normalnya sebagai berikut
(sumber Fundamental Of Nursing, Lilis Taylor, Lippincott, 1997) :
a. Bayi usia< 1 tahun : 30 – 60 X/Menit.
b. Anak usia 1-5 tahun : 20 – 40 X/Menit
c. Anak usia 6 – 12 tahun : 15 – 25 X/Menit
d. Dewasa : 16 – 20 X/Menit.
3) Kebutuhan tubuh akan oksigen
Oksigen diperlukan oleh tubuh pada tingkat metabolisme sel. Sel tubuh yang
tidak memperoleh oksigen akan mengalami kerusakan dan mati. Bila
seseorang kekurangan oksigen akan terlihat kebiru-biruan pada ujung telunjuk
tangan, bibir serta ujung telinga
PETUNJUK PRAKTIKUM:
LAKUKAN LATIHAN UNTUK TINDAKAN MEMBERIKAN KEBUTUHAN
OKSIGENISASI PADA PASIEN. OBSERVASI KEBUTUHAN OKSIGEN PADA
PASIEN DAN CATAT DI LEMBAR OBSERVASI.
8
OKSIGENASI
Pengertian Pemberian/Inhalasi oksigen merupakan cara pemberian oksigen ke
dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan
alat bantu oksigen (Hidayat & Uliyah, 2005)
Tujuan Menurut Perry and Potter (2006) dalam Budiarti (2014), antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen (mempertahankan PaO2 > 60
mmHg atau SaO2 > 90%
2. Mencegah terjadinya hipoksia
Persiapan
Alat/Bahan
1. Persiapan Tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman untuk
oksigenasi
2. Persiapan Alat/Bahan
Tabung oksigen lengkap dengan manometernya
Pengukur aliran (flow meter)
Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan air
matang atau aquades sampai pada batas untuk melembabkan
Slang zat asam
Kanula hidung ganda (binal kanula) atau pipa endostracheal
atau tenda oksigen atau masker O2
Alat resusitiasi lengkap, bila mungkin disediakan
Air matang / aquades
9
Tisu
Plester
Gunting Plester
Bengkok
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Mendapatkan persetujuan klien
7. Mengatur lingkungan sekitar klien
8. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
Pelaksanaan
9. Ucapkan salam terapeutik
10. Lakukan evaluasi/validasi
11. Terangkan prosedur pada klien
12. Cuci tangan
13. Atur posisi klien yang nyaman, misal semi fowler
14. Bersihkan hidung menggunakan tisu
15. Pemberian oksigen (O2) yang sederhana dengan
10
mempergunakan kedok zat asam atau kanula hidung ganda. Bila
mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasang pada mulut
dan hidung, tali kedok diikatkan kebelakang kepala. Bila
mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan
kedalam hidung, dan tali diikatkan kebelakang kepala
16. Isi tabung diperiksa dan dicoba
17. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula
hidung ganda /masker O2
18. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai kebutuhan
(biasanya 2 sampai 3 meter)
19. Pasien ditanya apakah sesaknya berkurang
20. Pertahankan posisi nasal kanul agar tidak berpindah (beri
plester)
21. Pemberian oksigen dapat dilakukan secara terus menerus,
selang-seling (intermitten) atau dihentikan sesuai dengan
program pengobatan
22. Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau
kanula hidung ganda diangkat dan slang oksigen ditutup
23. Pasien dirapikan lagi
24. Peralatan dibersihkan dibereskan dan dikembalikan ketempat
semula
25. Perhatian :
Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian
oksigen
11
26. Hindarkan tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
27. Melaksanakan evaluasi
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
12
2. NUTRISI
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.
Saluran Pencernaan :
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua
bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantar gusi, gigi, bibir, dan pipi; serta
bagian dalam yang terdiri dari rongga mulut.
b. Faring dan esophagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung,
mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian
atas yang berjalan hingga vertebrae servikal keenam. Faring langsung
berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang ± 20-25cm yang terletak di belakang trachea dan di depan tulang
punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
Esophagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring
menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2
cm. kedua ujungnya dilindungi oleh sphincter. Dalam keadaan normal
sphincter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke
dalam lambung. Keadaan ini
bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke oragan bagian atas, yaitu
13
esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltic.
c. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas
(disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang horizontal (disebut
antrum pilorik). Lambung ini berhubungan langsung dengan esophagus
melalui orifisium kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik.
Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas.
d. Usus Halus
Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus
halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang ± 2,5 m dalam keadaan
hidup. Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa
nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter yang berfungsi
sebagai pelindung terhadap infeksi.
Pada umumnya, fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chime
dari lambung. Zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus
halus, yakni pada duodenum. Disisni terjadi absorpsi besi, kalsium dengan
bantuan vitamin D; serta vitamin A,D,E dn K dengan bantuan empedu dan
asam folat.
e. Usus Besar
Usur besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus, mulai dari katup
ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya makanan.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorsi air (± 90%), elektrolit, vitamin,
dan sedikit glukosa.
14
f. Organ Asesoris
1). Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh
2). Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah kantong yang terletak di bawah kanan
hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai di pinggiran depan yang
memiliki panjang 8-12 cm, dengan kapasitas 40-60 cm3.
3). Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama dengan kelenjar
ludah dengan memilliki panjang ± 15 cm.
ZAT GIZI
Zat gizi (nutrient) merupakan zat yang terdapat di dalam makanan, yang terdiri atas :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi berbentuk amilum.
b. Lemak
Pencernaan lemak dimlai dalam lambung karena dalam mulut tidak ada enzim
pemecah lemak
c. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease terdapat dalam
lambung.
d. Mineral
mineral tidak menbutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu
sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya.
15
e. Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin
yang larut dalam lemak diserap oleh system transport aktif yang membawa lemak
ke seluruh tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa
variasi mekanisme transport aktif.
f. Air
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri dari kira-
kira 50- 70% air. Asupan air secara teratur sangat penting disbandingkan dengan
supan nutrisi lain.
KESEIMBANGAN ENERGI LAIN
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas yang dapat diukur
melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai
asupan zat gizi diantaranya protein, karbihidrat, lemak, maupun bahan makanan yang
disimpan dalam tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan
sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori dasar/basal, dan tingkat aktivitas.
Rumus = Berat Badan Ideal x 10 KKB
Keterangan KKB = kebutuhan kalori basal Metabolisme Basal
Diet Wanita Hamil
Pada wanita, masa hamil merupakan saat dimana zat gizi diperlukan dalam jumlah
yang lebih banyak, secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan saat tidak
hamil. Asupan zat gizi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan juga
untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan.
16
Diet ibu menyusui
Masa menyusui juga memerlukan asupan gizi yang baik agar dapat
menghasilkan air susu dalam jumlah yang maksimal untuk bayinya.
GANGGUAN/MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN NUTRISI
a. Obesitas
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal
berat badan seseorang.
b. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi
pola konsumsi makan. Hal tersebut dapt disebabkan oleh kurangnya iinformasi,
sehingga dapat terjadi kesalaahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
dapat memengaruhi status gizi seseorang.
Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertantu dapat
juga memengaruhi status gizi.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang
17
dibutuhkan secara cukup.
Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan yang
bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi
dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang
bergizi.
PEMBERIAN NUTRISI DENGAN VARIASI PILIHAN
MAKANAN SESUAI DENGAN KONDISI DAN
KEBUTUHAN
Pengertian Suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tujuan Membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi, dan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
18
Persiapan
Alat/Bahan
1. Persiapan Tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman
2. Persiapan Alat/Bahan
- Nutrisi
- Buku rekam medis
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
6. Mendapatkan persetujuan klien
7. Mengatur lingkungan sekitar klien
8. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Ucapkan salam terapeutik
2. Lakukan evaluasi/validasi
3. Terangkan prosedur pada klien
4. Cuci tangan sebelum pemberian nutrisi, sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Memberikan penjelasan pada pasien, sesuai dengan
19
kebutuhan pasien.
6. Catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan.
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Cuci tangan sesudah memberikan nutrisi kepada pasien.
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
20
3. CAIRAN ELEKTROLIT
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-
paru dan gastrointestinal
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible
water loss ± 400ml/hari.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan
normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. (ADH), system
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1) Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagia tubuh dengan hampir 90% dari
total berat badan.
a) Cara Perpindahan Cairan Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat
secra bebas atau acak
21
b) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane
semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat
ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya.
c) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif.
Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang
memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membrane sel
2) Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan
Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung.
3) Jenis Cairan Cairan Zat Gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan
nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, n i t r o g e n dan
vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar
antara 200- 1500 kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas :
Karbohidrat dan air
Asam amino
Lemak
22
Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan
volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma
4) Gangguan/ masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a) Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang
Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya
Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada
air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya : Dehidrasi berat
(1) Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
(2) Serum natrium 159-166 mEq/L
(3) Hipotensi
(4) Turgor kulit buruk
(5) Oliguria
(6) Nadi dan pernapasan meningkat
(7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB Dehidrasi sedang
(8) Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
(9) Serum natrium 152-158 mEq/L
23
(10) Mata cekung
(11) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5-2 L
b) Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
5) KEBUTUHAN ELEKTROLIT
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan
ion.
a) Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium : 135- 145 m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 m Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/100ml
b) Pengaturan Elektrolit
(1) Pengaturan Keseimbanga Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
24
osmolaritas dan volume cairan tubuh.
(2) Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma
(cairan ekstrasel). System pengaturannya melalui tiga langkah:
Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron
Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal
Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun
Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
(3) Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan
intrasel
(4) Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat
ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam
darah
(5) Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam
25
tubuh
26
(6) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi
dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
c) Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap. Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik.
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
d) Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
(1) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang
dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
(2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk
dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll
(3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare berkepanjangan.
(4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas
system pencernaan,dll
(5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,
bingung, dll
27
(6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya
nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma
lebih dari 4,3 mEq/L
(7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L
(8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih
dari 2,5 mEq/L
e) KESEIMBANGAN ASAM BASA
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa
dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH
cairan tubuh 7,35-7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan
dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan
tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein.
(1) Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis
dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan
alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan,
sehingga mengurami keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat
28
(H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
yang sangat kompleks.
(2) Gangguan/Masalah Keseimbangan Asam Basa
(a) Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
karena kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari
cairan tubuh
(b) Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi
penumpukan asam.
(c) Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-
paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri ukurang dari 35 mmHg,
pH lebih dari 7,45.
(d) Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau
penambahan cairan basa pada cairan tubuh denganadanya peningkatan
bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
(3) Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor - faktor :
(a) usia.
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ,
sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
(b) Temperature
Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
(c) Diet
29
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan
kebutuhan cairan.
(d) Stress
Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
(e) sakit.
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup.
STÁNDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
(PEMASANGAN INFUS)
Pengertian Infus Intra Vena (IV) adalah instilasi cairan, elektrolit, obat-
obatan, darah, atau zat nutrient kedalam tubuh melalui
pembuluh darah vena.
Tujuan 1. Mengoreksi dan mencegah gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
PETUNJUK PRAKTIKUM :
LAKUKAN LATIHAN UNTUK TINDAKAN MEMBERIKAN
KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT PADA PASIEN. OBSERVASI
KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT PADA PASIEN DAN CATAT DI
LEMBAR OBSERVASI.
30
vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara oral
3. Pemberian obat-obatan intravena
4. Pemberian nutrisi parenteral
5. Perbaikan gangguan keseimbangan asam basa
Persiapan
Alat/Bahan
1. Persiapan Tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman untuk
pasien
2. Persiapan Alat/Bahan
Abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
Selang infuse steril
Torniquet
Kapas Desinfeksi
Alkohol
Kom Tertutup
Baki
Bak instrument
Hipafix/ Plester
Cairan infuse sesuai kebutuhan klien
Standart infuse
Bengkok
Savety box
Larutan klorin
Perlak pengalas
31
Tempat sampah
Perlengkapan cuci tangan
Gunting plester
Bethadine dalam tempatnya
Kassa steril
Sarung tangan bersih
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
6. Mendapatkan persetujuan klien
7. Mengatur lingkungan sekitar klien
8. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
9. Memasang sampiran
Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Ucapkan salam terapeutik
2. Melakukan pengkajian terhadap kondisi umum, status
cairan dan elektrolit klien
32
3. Terangkan prosedur pada klien
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih Atur posisi klien
yang nyaman, misal semi fowler.
5. Memasang perlak dan pengalasnya di bawah daerah yang
akan dipasang infus
6. Memakai sarung tangan
7. Menggantungkan flabot pada tiang infus
8. Membuka kemasan infus set
9. Mengatur klem rol sekitar 2-4cm di bawah bilik drip dan
menutup klem yang ada pada saluran infus
10. Menusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan
mengisi tabung tetesan dengan cara memencet tabung
tetesan infus hingga setengahnya
11. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga
tidak ada udara pada slang infus lalu tutup kembali klem
12. Memilih vena yang akan di pasang infus
13. Meletakkan torniquet 10-12cm di atas tempat yang akan
ditusuk, menganjurkan pasien menggenggam tangannya
14. Melakukan disinfeksi daerah penusukan dengan kapas
alkohol secara sirkular dengan diameter ±5cm
15. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas, dengan menggunakan tangan yang
dominan
33
16. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath
17. Memasukkan abbocath secara pelan-pelan serta menarik
secara pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath,
sehingga plastik abocath masuk semua dalam vena dan
jarum keluar semua
18. Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus
19. Melepaskan torniquet, menganjurkan pasien membuka
tangannya dan melonggarkan klem untuk melihat
kelancaran tetesan
20. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester
21. Mengatur tetesan sesuai kebutuhan
22. Menutup tempat tusukan dengan kasa steril dan direkatkan
dengan plester
23. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya
tidak digerak-gerakkan agar jarum infus tidak bergeser dan
bila perlu memasang spalk
24. Membereskan alat dan merapikan pasien
25. Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin
0,5% selama 10 menit
26. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk bersih
27. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
34
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang
telah dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada
hal – hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
Dokumentasi
1) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
10
4. INTAKE DAN OUTPUT CAIRAN
a. Eliminasi
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air
kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar)
1) KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
a) Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri
atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi
pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
b) Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urine).
c) Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
d) Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).
Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±
250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Komposisi urine :
(1) Air (96%)
(2) Larutan (4%)
Larutan Organik
Urea, ammonia, keratin, dan asam urat
Larutan Anorganik
11
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium,
fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
2) Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi Urine Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urin yang
dibentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
a) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan
urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine
b) Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi.
Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
c) Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah
urine yang diproduksi.
d) Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk
fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinearia dapat menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun.
12
e) Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan
dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia
f) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
mellitus.
g) Sosiokultural
Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air
kecil di tempat tertentu.
h) Kebiasaan seseorang
Seseorng yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
i) Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah
otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan
dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine
j) Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi
urine.
13
k) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan proses perkemihan.
l) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
3) Gangguan / Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a) Retensi urine, merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidak mampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
Tanda klinis retensi :
Ketidaknyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria
Ketidaksanggupan untuk berkemih
Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
Trauma sumsum tulang belakang
Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
Sphincter yang kuat
14
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b) Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
c) Enuresis, merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna.
Faktor penyebab enuresis :
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
Anak-anak yang tiidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun
tidur untuk ke kamar mandi
Vesika urrinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat menampung
urine dalam jumlah besar.
Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya,
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua)
Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaannya tanpa di bantu dengan mendidiknya
Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis system
perkemihan.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
4) Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis,
kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi
15
terdiri atas :
Frekuensi, merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam satu hari
Urgensi, merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesia
jika tidak berkemih
Disuria, merupakan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih
Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
Urinaria supresi, merupakan berhentinya produksi urine secara mendadak.
5) Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah
sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
6) Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang
terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam refleks yang
membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi
parasimpatis.
7) Gangguan / Masalah Eliminasi
a) Alvi Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang
jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
16
Tanda Klinis :
Adanya fefes yang keras
Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
Menurunnya bising usus
Adanya keluhan pada rektum
Nyeri saat mengejan dan defekasi
Adanya perasaaan masih ada sisa feses Kemungkinan Penyebab:
Defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cedera
serebrospinalis, cerebro vascular accident (CVA), dan lain-lain.
Pola defekasi yang tidak teratur
Nyeri saat defekasi karena hemorrhoid
Menurunnya peristaltic karena stress psikologis
Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anestesi
Proses menua (usia lanjut)
b) Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai
kejang usus, mungkin ada rasa mula dan muntah
Tanda Klinis :
Adanya pengeluaran feses cair
Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
Nyeri/kram abdomen
Bising usus meningkat Kemungkinan Penyebab :
Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi
17
Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme
Efek tindakan pembedahan usus
Efek penggunaan obat seperti antasida, laksantif, antibiotic, dan lain-
lain
Stres psikologis
c) Inkontinensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami
perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami
proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai
inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan
sphincter.
Tanda Klinis :
Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki Kemungkinan Penyebabnya
Gangguan sphincter rectal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain-
lain
Distensi rectum berlebih
Kurangnya control sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan
lain-lain
Kerusakan kognitif
d) Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau usus
18
e) Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah
anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain
f) Fecal Impaction
Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet
rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
8) Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda.
a) Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun
dapat memengaruhinya
b) Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan
kesulitan proses defekasi.
c) Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran
19
proses defekasi
d) Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan
laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
e) Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan
melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika
seseorang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor,
maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
f) Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system
pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
g) Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk
defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomi
h) Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam melakukan defekasi.
PETUNJUK PRAKTIKUM:
LAKUKAN LATIHAN UNTUK TINDAKAN MEMBERIKAN KEBUTUHAN
ELIMINASI PADA PASIEN. OBSERVASI KEADAAN PADA PASIEN DAN
CATAT DI LEMBAR OBSERVASI.
10
MENGUKUR INTAKE DAN OUTPUT CAIRAN
Pengertian Prosedur tindakan mengukur intake dan output cairan adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk mengukur/ menghitung pengeluaran
dan pemasukan cairan pada tubuh pasien
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam tindakan
pencatatan intake dan output cairan
Persiapan
Alat/Bahan
1. Persiapan Tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman untuk
pasien
2. Persiapan Alat/Bahan
Formulir observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
Bahan yang akan diukur
Gelas ukur
Memberi penjelasan kepada pasien/ keluarganya
Prosedur
Tindakan
Tahap Tindakan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
11
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parental
2. Mengukur cairan yang keluar
3. Mencatat hasil tindakan
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
Hal- hal yang perlu diperhatikan
Observasi selama 5-10 menit setelah tindakan perasat
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
10
5. PERSONAL HYGIENE
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik
maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor,
diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan
tentang perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri.
a. JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN WAKTU
PELAKSANAAN
1) Perawatan dini hari.
Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk
melakukan tindakan seperti persiapan dalam pengambilan bahan
pemeriksaan (urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan
pasien untuk melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan
diri seperti mencuci muka dan tangan, serta menjaga kebersihan mulut.
2) Perawatan pagi hari.
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan
melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan
eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi dan mencuci rambut, melakukan
perawatan kulit, melakukan pijitan pada punggung, membersihkan mulut,
membersihkan kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
3) Perawatan siang hari.
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan Perawatan atau permeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai
tindakan perawatan diri yang dapar dilakukan antara lain : mencuci muka dan
11
tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4) Perawataan menjelang tidur.
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar
pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain: pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar
dan kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, serta memijat
daerah punggung.
Tujuan perawatan diri adalah unutk mempertahankan perawatan
diri, baik secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup
sehat/bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan
dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan.
b. JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN TEMPAT
1) Perawatan Diri pada Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan
perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya.
Fungsi Kulit
Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau truma jaringan
bagian dalam sehingga dapat menjaga keutuhan kulit
Mengatur keseimbangan suhu tubuh serta membantu dalam produksi
keringat dan penguapan
12
Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima
rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan suhu.
Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan
Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi
vitamin D dari sinar ultraviolet yang dating dari sinar matahari.
2) Faktor-faktor yang Memengaruhi kulit Usia
Perubahan kulit yang dapat ditentukan oleh usia seseoang. Hal ini dapat
terlihat pada bayi yang berusia relative muda dengan kondisi kulit yang sangat
rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
a) Jaringan kulit
Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit.
Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
b) Kondisi/keadaan lingkungan
Beberapa kondisi atau keadaan lingkungan dapat memengaruhi keadaan
kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan
serta tekanan, dan lain-lain.
PETUNJUK PRAKTIKUM :
LAKUKAN KEGIATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HIGIENE
PADA PASIEN BAIK DIRI SENDIRI MAUPUN LINGKUNGAN YANG
TERDEKAT DENGAN PASIEN
13
SOP PERSONAL HYGIENE
Pengertian Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya
Tujuan 1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman pasien
Persiapan
Alat/Bahan
1. Persiapan Tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman untuk personal
hygiene
2. Persiapan Alat/Bahan
Waskom berisi air
Pasta gigi bersih
Sikat gigi
Waslap
Pakaian Bersih
Sabun dan Tempatnya
Sisir
Sarung tangan bersih
Talk (bila diperlukan)
Handuk pengalas & pengering
14
Gelas berisi air untuk berkumur
Tempat baju kotor
Celemek plastik
Ember tempat pakaian sikat gigi kotor
Jarik
Selimut
Pispot
Bengkok
Bak instrumen sedang tertutup
Perlengkapan cuci tangan
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Memasang sampiran, selimut dan bantal-bantal dipindahkan dari
15
tempat tidur (bila bantal masih dibutuhkan dipakai seperlunya)
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
4. Memakai sarung tangan
5. Membuka pakaian bagian atas dan menutup dengan selimut
mandi/kain penutup (bidan berdiri di sisi kanan pasien)
6. Handuk dibentangkan di bawah kepala
7. Membantu pasien untuk gosok gigi (bila mungkin)
8. Membersihkan muka, telinga, dan leher dengan waslap yang telah
dibasahi air. Tanyakan apakah pasien mau pali sabun atau tidak.
9. Mengeringkan muka dengan handuk
10. Menurunkan selimut mandi, mengangkat atau mempersilahkan
pasien mengangkat kedua tangan ke atas
11. Meletakkan handuk di atas dada dan melebarkan ke samping
kanan dan kiri sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas
handuk
12. Membasahi tangan dengan waslap dan memberi sabun (dimulai
dengan tangan yang jauh dari petugas) dan membilas sampai
bersih kemudaian mengeringkan dengan handuk (bila pasien
terlalu gemuk dilakukan satu persatu dan air kotor segera di
ganti). Melakukan hal yang sama pada tangan yang dekat dengan
petugas
16
13. Menurunkan kain penutup sampai perut bagian bawah, kedua
tangan dikeataskan, mengangkat handuk dan membentangkan
pada sisi pasien
14. Membasahi dan memberi sabun pada ketiak, dada dan perut
kemudian membilas sampai sampai bersih dan mengeringkan
dengan handuk. Bagian ketiak, lipatan leher dan lipatan nammae
pada wanita boleh diberikan talk secara tipis-tipis
15. Mengatur posisi pasien miring ke kiri
16. Membentangkan handuk di bagian bawah punggung sampai
bokong
17. Membasahi bagian punggung sampai bokong dan menyabun
kemudian membilas dengan air bersih
18. Mengeringkan dengan handuk. Menggosok bagian yang menonjol
dengan kamper spritus lalu diberi talk tipis-tipis (bila diperlukan).
19. Mengatur posisi pasien miring ke kanan
20. Membentangkan handuk di bagian bawah punggung
21. Membasahi dan menyabun punggung kiri seperti punggung kanan
dan mengeringkan dengan sabun
22. Mengatur posisi paien telentang dan menaikkan pakaian atas
dengan rapi
23. Mengeluarkan kaki yang terjauh dari selimut mandi dan
membentangkan handuk di bawahnya dan menekuk lutut
24. Membasahi kaki, memberi sabun dan membilas, kemudian
17
meneringkan dengan handuk. Melakukan hal yang sama paka kaki
satunya.
25. Membentangkan handuk di bawah bokong dan bagian bawah
perut
26. Membasahi lipatan paha dan genetalia kemudian menyabun,
membilas dengan air bersih dan mengeringkan dengan handuk.
Memberi talk tipis-tipis pada lipatan paha
27. Mengenakan kembali pakaian pasien bagian bawah dan
mengangkat selimut mandi
28. Memasang selimut pasien kembali dan bantal-bantal diatur,
tempat tidur dan pasien dirapikan kembali
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal – hal
yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
10
6. BODY MEKANIK DAN POSISI
A. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.
a. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu:
1) Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian
tubuh yang lain.
2) Balance (Keseimbangan)
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.
3) Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.
B. Tujuan
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
C. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh berpengaruh terhadap tingkat kesehatan perawat dan klien
11
serta mencegah kecacatan. Misalnya dalam menjalankan tugasnya perawat
menggunakan berbagai kelompok otot seperti berjalan selama ronde
keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, serta
menggerakan objek. Aktivitas tersebut mempengaruhi pergerakan tubuh seorang
perawat. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan
efisiensi tenaga seorang perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu aktivitas perawat.
1) Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
a) Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu
memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat
tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada dipertengahan
tubuh
Garis gravitasi (Line Of gravitasi), merupakan garis imaginer vertikal
melalui pusat gravitasi.
Dasar tumpuan (base of suport), merupakan dasar tempat seseorang
dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
b) Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
c) Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah
12
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh.
2) Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan
aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa
pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya:
a) Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan mampu untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih mudah stabil daripada orang
yang berjalan karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan
dari sisi satu ke sisi yang lain.
b) Menahan (squating)
Dalam menahn sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerak yang akan dilakukan.
c) Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya
ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan
telapak dan tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan
atas dan siku diletakan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d) Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha
bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi
rasa sakit pada tubuh bagian belakang.
13
e) Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada
postur tubuh.
D. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi
1) Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari – hari sehingga dapat mempengaruhi mekanika tubuh.
2) Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh
yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3) Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika
tubuh dan ambulansi yang baik, misalnya seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah, akan mudah
mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4) Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering
14
mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika
tubuh dan ambulasi.
5) Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas
yang dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan
neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika
tubuh.
6) Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang
beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.
E. Akibat Body Mekanik yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
1) Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
2) Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang
15
vertebrata.
F. POSISI-POSISI PASIEN
1) Posisi Semi Fowler
Semi Fowler
a) Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
pasien.
b) Tujuan
(1) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
(2) Meningkatkan rasa nyaman
(3) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
(4) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
c) Indikasi
(1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
(2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
10
2) Posisi Sim’s
a) Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan
klavikula.
b) Tujuan
(1) Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
(2) Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
(3) Memasukkan obat supositoria
(4) Mencegah decubitus
c) Indikasi
(1) Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
(2) Pasien yang tidak sadarkan diri
(3) Pasien paralisis
(4) Pasien yang akan dienema
(5) Untuk tidur pada wanita hamil.
10
3) Posisi Trendelenberg
a) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah ke otak.
b) Tujuan
(1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
(2) Pasien shock.
(3) pasien hipotensi.
c) Indikasi
(1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
(2) Pasien shock
(3) Pasien hipotensi
4) Posisi Dorsal Recumben
a) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut
fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
11
b) Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan
ketegangan punggung belakang.
c) Indikasi
(1) Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
(2) Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
5) Posisi Lithotomi
a) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
b) Tujuan
(1) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,
taucher, pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
(2) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,
pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
c) Indikasi
(1) Pada pemeriksaan genekologis
12
(2) Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap
penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.
6) Posisi Genu pectrocal
a) Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
b) Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
c) Indikasi
(1) Pasien hemorrhoid
(2) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
7) Posisi orthopeneic
a) Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang
yang sejajar dada, seperti pada meja.
b) Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas
yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya
bisa pada elevasi sedang.
13
c) Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.
8) Supinasi
a) Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar
tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
b) Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan
terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
c) Indikasi
(1) Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
(2) Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
9) Posisi Pronasi
a) Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah
menghadap ke bantal.
b) Tujuan
(1) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
14
(2) Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
c) Indikasi
(1) Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
(2) Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
10) Posisi lateral
lateral
a) Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian
besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
b) Tujuan
(1) Mempertahankan body aligement
(2) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
(3) Meningkankan rasa nyaman
(4) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap.
c) Indikasi
(1) Pasien yang ingin beristirahat
(2) Pasien yang ingin tidur
(3) Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
(4) Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
15
.
KIE BODY MEKANIK DAN POSISI
Pengertian Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan
aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan
keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi
merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Tujuan Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat/Bahan
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
PETUNJUK PRAKTIKUM :
LAKUKAN KEGIATAN PEMENUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
PASIEN DENGAN MEMPERSIAPKAN ALAT TENUN DAN TEMPAT TIDUR.
16
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
KIE Body Mekanik
1. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan ibu
2. Menjelaskan Pengertian Body Mekanik
3. Menjelaskan tentang Prinsip-prinsip Body Mekanik
4. Menjelaskan tentang Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik
dan Ambulasi
5. Menjelaskan tentang Akibat Body Mekanik yang Buruk
6. Menjelaskan tentang posisi-posisi pasien
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
17
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Tappero, EP and Honeyfield, ME (1993) Physical Assesment of
Newborn Congcress Cataloging in Publication Data (NICU) Link, Petalum
CA, USA
2. Hobs, L (1993) The Independent Midwife : A Guide to independent
Midwifery Practice, UK by Ltd Healthy
3. Bryn, RM (1995) Theory for Midwifery Practice. Macmillan Press, Ltd
Healthy
4. World Health Organization (1996) Learning Material of Nursing :
Chapter 7 : Healthy
5. Parenthood WHO Copenhagen
6. World Health Organization Safe Motherhood List-List All WHO
publication on Safe Motherhood All Free of Charge, WHO, Ganewa
7. WHO SEARO (2000) Standard of Midwifery Practice for Safe Motherhood
8. WHO EURO (2000) Essential Antenatal, Prenatal and Post Partum Care
9. Johnson, R and Taylor, W(2010) skill of Midwifery Practice,
Churchill Livingstone, Edinburg
i
MODUL PRAKTIKUM
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan Modul Praktikum KDM
dengan tepat waktu. Berdasarkan tujuan pendidikan program D III Ilmu Kebidanan,
mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan tiga kemampuan profesional, yaitu
knowledge, skill, dan attitude.
Sebagai upaya dalam mengembangkan kemampuan skill diperlukan suatu proses
pembelajaran praktik dalam rangka menerapkan teori yang telah didapatkan mahasiswa
di kelas dan laboratorium agar nantinya mahasiswa memiliki kemampuan yang tinggi di
lahan praktik dan dapat memberikan pelayanan kebidanan sesuai standar dan prosedur
yang berlaku.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam proses penyusunan buku modul praktikum KDM ini. Semoga Allah
SWT memberikan kebaikan dan kemudahan kepada kita. Amin.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Cover dalam i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Materi 2
Daftar Pustaka 37
top related