bab i pendahuluan - fitk.iainambon.ac.id · 9. pembukuan bendahara adalah kegiatan pencatatan semua...
Post on 03-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbitnya paket perundang-undangan Keuangan Negara seperti UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2005 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) dan peraturan-
peraturan terkait lainnya, membawa konsekuensi berubahnya penyelenggaraan administrasi
keuangan pemerintah yang cukup mendasar. Perubahan tersebut tidak hanya pada sistem
pelaksanaan anggaran saja tetapi juga mulai dari sistem perencanaan sampai dengan
pengawasannya. Perubahan tersebut harus didukung dengan perubahan pola pikir dan cara kerja
serta perilaku para pejabat dan pelaksana di bidang keuangan.
Secara umum beberapa perubahan yang cukup mendasar diantaranya diamanatkan dalam
UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 8 yang menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan
kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun
laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Kemudian pada
Pasal 9 dinyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna
barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Tugas
tersebut juga secara berurutan harus dilaksanakan oleh pejabat di bawahnya sampai dengan para
pemimpin satuan kerja. Semangat perubahan-perubahan itu harus diakomodasi dalam sebuah
perencanaan yang matang, sehingga setiap elemen di satuan kerja dalam hal ini institut –baik
program studi, jurusan, fakultas, ataupun unit kerja lain– harus memahami arah dan kebijakan
keuangan, serta strategi dan prioritas yang akan diambil.
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-undang Keuangan Negara dan Keputusan Presiden, Peraturan Menteri Keuangan,
dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, maka perlu dibuat
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur pelaksanaan anggaran khususnya di
lingkungan InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4301);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214) sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4418);
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330);
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 331/M/V/9/1968 tentang Pedoman Bagi Pegawai
yang diberi tugas melakukan Pemeriksaan Umum Kas pada para Bendahara/Pemegang
Kas;
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan
Cara Mengerjakannya;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 Tentang Sistem Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 Tentang Pedoman Pembayaran
Dalam Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara;
13. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-21/PB/2005 tentang
Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga Tahun Anggaran
2005;
14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara;
15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2006 tentang Penetapan
Sanksi Oleh KPPN Atas Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan Sesuai Dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 Tentang Sistem Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-24/PB/2006 Tentang
Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
C. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Standar Operating Procedur (SOP) Pelaksanaan Anggaran dimaksudkan sebagai
pedoman bagi pengelola keuangan dan pelaksana anggaran pada seluruh unit kerja di
lingkungan IAIN Ambon.
b. Tujuan
Standar Opersional Prosedur (SOP) Pelaksanaan Anggaran bertujuan memberikan
pemahaman yang sama dan sebagai pedoman/acuan bagi pengelola keuangan dan
pelaksana anggaran di lingkungan IAIN AMBON, agar pengelolaan anggaran dilakukan
secara transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar Opersional Prosedur (SOP) Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan
IAIN Ambon meliputi Pejabat Pengelola Anggaran pada seluruh unit kerja yang ada di IAIN
Ambon, yaitu :
a. Rektor sebagai Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Kepala Biro Administrasi, Umum, Anggaran dan Kepegawaian, sebagai Penguji tagihan
kepada Negara dan Penandatangan SPM;
c. Pejabat Pembuat Komitmen;
d. Bendahara Pengeluaran;
e. Staf Pengelola
e. Bendahara Penerimaan;
f. Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK);
BAB II
PENGERTIAN DAN KETENTUAN UMUM
A. Pengertian
Dalam Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Anggaran ini yang dimaksud dengan:
1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN;
2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayarkan seluruh pengeluaran negara;
3. Bendahara Umum Negara (BUN) adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara;
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan kewenangan
untuk menggunakan anggaran dalam DIPA;
6. Pejabat Perbendaharaan adalah pejabat yang diangkat oleh Menteri Agamaatau yang
dikuasakan kepada Rektor selaku Kuasa Pengguna Anggaran, setiap tahun anggaran
untuk mengelola anggaran pada IAIN AMBON, yang terdiri dari:
a. Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Atasan Langsung Bendahara adalah Rektor selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang
diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan terjadinya
pengeluaran anggaran belanja;
c. Pejabat Penguji Tagihan dan Penerbit SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan
untuk menguji, menerbitkan dan menandatangani SPM;
d. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh Rektor selaku Kuasa
Pengguna Anggaran, yang diberi kewenangan sebagai pemilik pekerjaan yang
bertanggung jawab melaksanakan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam DIPA,
menerbitkan keputusan yang berkaitan dengan mengadakan ikatan/perjanjian/kontrak
kepada pihak ketiga dan surat lainnya yang berhubungan dengan tugas pelaksanaan
kegiatan. Dalam menjalankan tugasnya Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung
jawab kepada Kuasa Pengguna Anggaran;
e. Bendahara Penerimaan adalah tenaga kependidikan yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertangungjawabkan PNBP
dalam rangka pelaksanaan penerimaan negara pada IAIN AMBON;
f. Bendahara Pengeluaran adalah tenaga kependidikan yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja negara dalam rangka pelaksanaan pengeluaran negara pada IAIN AMBON;
g. Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK) adalah tenaga kependidikan yang diberi tugas
untuk membantuBendahara Pengeluaran dalam pelaksanaan tugas perbendaharaan;
h. Staf Pengelola adalah staf yang ditunjuk untuk menata dan mengelola Kegiatan
berdasarkan petunjuk dan arahan Pejabat Pembuat Komitmen
7. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
dibuat oleh Rektor selaku Kuasa Pengguna Anggaran, serta disahkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen
pelaksanaan pembiayaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
pemerintah;
8. Pembayaran Langsung (LS) adalah pelaksanaan pembayaran yang dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran kepada pihak ketiga/rekanan melalui penerbitan SPM-LS atas nama
pihak ketiga/rekanan;
9. Pembukuan Bendahara adalah kegiatan pencatatan semua penerimaan danpengeluaran
berupa uang atau barang milik negara yang dilakukan oleh bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran, dalam suatu pembukuan yang terdiri atas: Buku Kas Umum
(BKU), Buku Bank, Buku Kas Harian, BukuUang Muka Kerja, Buku Pajak, dan Buku
Pembantu Lainnya;
10. Pembukuan Anggaran adalah kegiatan pencatatan SPM/SP2D yang diterima dari KPPN,
dengan menggunakan sistem aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
11. SPP adalah Surat Permintaan Pembayaran yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, ditujukan kepada Pejabat Penerbit/Penandatangan SPM untuk diterbitkan
SPM;
12. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penerbit
SPM untuk mencairkan alokasi dana yang sumber dananya dari DIPA, setelah melalui
pengujian atas SPP yang diajukan Pejabat Pembuat Komitmen;
13. SPM-LS adalah Surat Perintah Membayar langsung yang diterbitkan oleh Pejabat
Penerbit SPM kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja (SPK) atau yang
sejenisnya setelah melaluipengujian SPP-LS;
14. Uang Persediaan (UP) adalah sejumlah uang yang disediakan untuk melaksanakan
kegiatanoperasional sehari-hari;
15. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) adalah Surat Perintah Membayar
yang diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SPM yang dananya dipergunakan sebagai uang
persediaan untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari, setelah melalui
pengujian SPP-UP;
16. Surat Perintah Membayar Pengganti Uang Persediaan (SPM-GUP) adalah Surat Perintah
Membayar yang diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SPM atas permintaan anggaran yang
membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan
yang telah dipakai;
17. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP) adalah Surat Perintah
Membayar yang diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SPM karena kebutuhan dananya
melebihi dari pagu uang persediaan yang ditetapkan;
18. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah Surat Perintah Pencairan Dana yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) kepada Bank Persepsi
untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak yang berhak sesuai yang tertera dalam
SP2D.
B. Ketentuan Umum
1. Seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibebankan pada DIPA IAIN Ambon harus mengikuti
prosedur dan menggunakan dokumen-dokumen seperti yang ada dalam SOP
PelaksanaanAnggaran ini;
2. Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara tertib dengan mempertimbangkan efisiensi
anggaran dan memenuhi ikatan/perjanjian yang ditentukan, baik dalam spesifikasi teknis
maupun dalam jangka waktu penyelesaian;
3. Pejabat yang menandatangani dan atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan
surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN bertanggungjawab
sepenuhnya atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat
bukti/dokumen pengeluaran;
4. Setiap pejabat pengelola anggaran wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan memberikan laporan setiap bulan kepada Kuasa Pengguna
Anggaran (lihat lampiran 1a);
5. Pembayaran pada dasarnya dilakukan secara langsung melalui penerbitan SPM-LS;
6. Untuk keperluan tertentu yang tidak dapat dan/atau tidak memungkinkan dilakukannya
pembayaran secara langsung (menggunakan prosedur SPM-LS), sesuai ketentuan/batasan
yang diatur secara khusus, pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan UP/TUP,
melalui penerbitan SPM-UP atau SPM-TUP;
7. Penggunaan UP/TUP harus dilakukan menurut ketentuan yang berlaku antara lain:
a. TUP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran Belanja Barang pada klasifikasi
belanja Akun 52
b. Setiap pengeluaran tidak boleh melampaui kredit anggaran/pagu yang tersedia dalam
DIPA untuk kegiatan, sub kegiatan, dan jenis belanja yang bersangkutan;
c. Setiap pengeluaran harus dikuatkan dengan surat-surat bukti atau dokumen belanja
yang sah/yang memenuhi syarat-syarat keabsahan.
d. Dalam setiap pembayaran harus dilaksanakan ketentuan mengenai perpajakan, antara
lainmemotong PPh/memungut PPN, menyetorkan dan melaporkannya sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.
8. Batas pemberian Tambahan Uang Persediaan dapat diberikan dalam batas-batas sebesar
keperluan riil sesuai dengan rincian rencana penggunaannya;
9. Jadwal permohonan dan pertanggungjawaban penggunaan dana diatur oleh Bendahara
Pengeluaran dan para PUMK;
10. Untuk memperlancar proses UP/TUP seluruh unit kerja diwajibkan membuat rencana
penarikan dana bulanan, yang dibuat secara rinci sesuai RKA untuk satu tahun; (format
lihat lampiran 1b)
11. Pengadaan barang/jasa, berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Perpres 54 Tahun 2010;
12. Sisa Uang Persediaan yang terdapat pada akhir tahun anggaran harus disetor kembali ke
Rekening Kas Umum Negara melalui Bendahara Pengeluaran selambat-lambatnya
tanggal 31 Desember atau sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh KPPN.
BAB III
TUGAS PEJABAT PENGELOLA ANGGARAN
A. Tugas Kuasa Pengguna Anggaran
1. Mengangkat pejabat pengelola Anggaran pada setiap awal tahun anggaran (Pejabat
penguji dan penanda tangan SPM, PPK, Bendahara Pengeluaran, Staf pengelola, PUMK,
dan Bendahara Penerimaan);
2. Menyusun dan mengumumkan rencana pelaksanaan anggaran sesuai DIPA;
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
4. Mengawasi pelaksanaan anggaran satuan kerja;
5. Mempertanggungjawabkan anggaran (penanggung jawab mutlak) satuan kerja;
6. Memeriksa dan menandatangani BKU bendahara setiap hari;
B. Tugas Pejabat Penerbit SPM
1. Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih
2. Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan
denganikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa
3. Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan
4. Membuat kartu pengawasan atas SPM yang diterbitkan
5. Menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)
6. Menyampaikan nama, specimen tanda tangan dan cap dinas instansi penerbit SPM kepada
KPPN setempat
C. Tugas Pejabat Pembuat Komitmen
1. Membuat keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa antara lain:
a. Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;
b. Menetapkan paket-paket pekerjaan;
c. Menyusun dan menetapkan harga perkiraan sendiri (HPS);
d. Menerbitkan SPPBJ;
e. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan oleh panitia/pejabat pengadaan sesuai
kewenangannya;
f. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak pihak ketiga sesuai ketentuan yang
berlaku;
g. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak ketiga;
h. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kuasa
Pengguna Anggaran KPA ( Rektor );
i. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
j. Menyerahkan Aset hasil pengadaan barang/jasa dan asset lainnya kepada KPA
(Rektor) dengan berita acara penyerahan;
k. Menandatangani Pakta Integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dimulai, Menandatangani bukti pengeluaran di lingkungan kerjanya.
3. Mempertanggungjawabkan pengeluaran anggaran yang menjadi wewenangnya
D. Tugas Bendahara Pengeluaran
1. Menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan
uang negara yang ada dalam penguasaannya;
2. Menyampaikan specimen tanda tangan Bendahara dan Atasan langsung Bendahara,
Pejabat yang diberi kewenangan menandatangani SPM, Pejabat Pembuat Komitmen dan
cap dinas ke KPPN setempat dan Bank Persepsi;
3. Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP-Gaji, SPP-LS, SPP-UP, SPP-TU, SPP-
GU, SPP-GU Nihil);
4. Membayar semua tagihan yang telah dilakukan pengujian sebelumnya, setelah mendapat
persetujuan dari Atasan Langsung;
5. Memungut, menyetorkan dan melaporkan pajak sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku;
6. Menandatangani dan mempertanggungjawabkan semua dokumen pengeluaran yang
dikelolanya;
7. Bendahara hanya diperbolehkan membuka 1 (satu) rekening bank
8. Meneliti dokumen pengeluaran dari PUMK dan mengembalikan dokumen yang tidak
memenuhi syarat untuk dilengkapi;
9. Membuat rekapitulasi pengeluaran anggaran setiap PUMK;
10. Membukukan semua transaksi pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
menutup buku pada setiap akhir bulan berjalan;
11. Uang tunai yang ada dalam brangkas tidak melebihi ketentuan yang berlaku;
12. Menyusun laporan keuangan.
E. Tugas Staf Pengelola
1. Membantu PPK mengelola tugas yang berhubungan dengan Kegiatan;
2. Menata dan mengadministrasikan laporan kegiatan;
3. Menerima Anggaran kegiatan dari Bendahara Pengeluaran;
4. Melaporkan pertanggungjawaban kegiatan dan Anggaran kepada PPK.
F. Tugas Bendahara Penerimaan
1. Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
PNBP yang ada dalam penguasaannya;
2. Menyetorkan PNBP yang diterima sesegera mungkin ke rekening kas Negara;
3. Menandatangani dan mempertanggungjawabkan semua dokumen penerimaan yang
dikelolanya;
4. Membukukan semua transaksi penerimaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
menutup buku pada setiap akhir bulan berjalan;
5. Membuat perhitungan alokasi penerimaan anggaran setiap unit kerja secara periodik
minimal 1 (satu) bulan sekali
6. Membuat laporan rekapitulasi penerimaan PNBP;
G. Tugas Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK)
1. Membantu Bendahara Pengeluaran, mengelola uang persediaan pada unit kerjanya;
2. Mengajukan permohonan permintaan uang kepada Bendahara Pengeluaran setelah
mendapatpersetuan Pejabat Pembuat Komitmen atau Penanggungjawab kegiatan yang
ditunjuk;
3. Membayarkan tagihan sesuai dengan kegiatan yang telah diajukan;
4. Memungut dan menyetorkan pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku;
5. Menyerahkan surat setoran pajak kepada Bendahara Pengeluaran;
6. Melakukan pembukuan sesuai ketentuan yang berlaku;
7. Menyerahkan dokumen pengeluaran/pertanggungjawaban kepada Bendahara
Pengeluaran selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah menerima uang muka
kerja dengan membuat SPTB (Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja);
8. Bertanggungjawab sepenuhnya atas uang yang diambil dari Bendahara Pengeluaran;
BAB IV
KETENTUAN PENGAJUAN SPP DAN PENERBITAN SPM
A. Pengajuan SPP
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM, dibuat dengan menggunakan
formatsebagaimana lampiran 2 dan kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut:
1. SPP-UP (Uang Persediaan)
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk, menyatakan
bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang
menurut ketentuan harus dengan LS.
2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)
a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dari Kuasa Pengguna
Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.
b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk bahwa:
1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan
habisdigunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D;
2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke Rekening Kas Negara;
3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secaralangsung.
c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)
a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran; (format kuitansi UP sebagaimana lampiran 3)
b. SPTB (format sebagaimana lampiran 4)
c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau
pejabat yang ditunjuk.
4. SPP Untuk Pengadaan Tanah
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan melalui mekanisme
pembayaran langsung (LS).Apabila tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS,
dapat dilakukan melalui UP/ TUP.
Pengaturan mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut:
a. SPP-LS (Pembayaran Langsung)
1) Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu)
hektar di kabupaten/ kota;
2) Fotokopi bukti kepemilikan tanah;
3) Kuitansi;
4) SPPT PBB tahun transaksi;
5) Surat persetujuan harga;
6) Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak
sedang dalam agunan;
7) Pelepasan/ penyerahan hak atas tanah/ akta jual beli dihadapan PPAT;
8) SSP PPh final atas pelepasan hak;
9) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan);
10) Penetapan NJOP oleh Panitia A.
b. SPP-UP/TUP
1) Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektar dilengkapi persyaratan
daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA.
2) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan dengan bantuan
panitia pengadaan tanah di kabupaten/kota setempat dan dilengkapi dengan daftar
nominatif pemilik tanah dan besaran harga tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA
dan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).
3) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUP harus terlebih
dahulu mendapat ijin dispensasi dari Kantor Pusat Ditjen PBN/Kanwil Ditjen PBN
sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai ketentuan
yang berlaku.
4) Penetapan NJOP oleh Panitia A
5. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/ vakasi
a. Pembayaran Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Gaji Terusan/Uang Duka
Wafat/Tewas, dilengkapi dengan Daftar Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan
Gaji/Uang Duka Wafat/Tewas, SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK
Jabatan, Kenaikan Gaji Berkala, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan
Masih Menduduki Jabatan, Surat PernyataanMelaksanakan Tugas, Daftar
Keluarga (KP4), Fotokopi Surat Nikah, Fotokopi Akte Kelahiran, SKPP, Daftar
Potongan Sewa Rumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah, Surat
Pindah, Surat Kematian, SSP PPh Pasal 21. Kelengkapan tersebut di atas
digunakan sesuai peruntukannya.
b. Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan lembur
yangditandatangani oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara
Pengeluaran satker yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir
kerja, daftar hadir lembur dan SSP PPhPasal 21.
c. Pembayaran Honor/Vakasi dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian
honor vakasi, daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi yang ditandatangani
oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran yang
bersangkutan, dan SSP PPh Pasal 21.
6. SPP-LS non belanja pegawai
a. Pembayaran pengadaan barang dan jasa:
1) Kontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening rekanan;
2) Surat Pernyataan Kuasa PA mengenai penetapan rekanan;
3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;
5) Berita Acara Pembayaran;
6) Kuitansi yang disetujui oleh Kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk; (format
kuitansi LS sebagaimana lampiran 5);
7) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani Wajib Pajak;
8) Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau
Asuransi yang memiliki fasilitas Surety bond;
9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
10) Ringkasan Kontrak yang dibuat sesuai dengan format lampiran 6. Berita
Acara pada butir 3), 4) dan 5) di atas dibuat sekurang-kurangnya dalam
rangkap lima dan disampaikan kepada:
a) Asli dan satu tembusan untuk penerbit SPM;
b) Masing-masing satu tembusan untuk para pihak yang membuat kontrak;
c) Satu tembusan untuk pejabat pelaksana pemeriksaan pekerjaan.
b. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air):
1) Bukti tagihan daya dan jasa;
2) Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM dll);
3) Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan
secara langsung, satuan kerja yang bersangkutan dapat melakukan
pembayaran dengan UP. Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran
sebelumnya dapat dibayarkan oleh satker setelah mendapat dispensasi/
persetujuan terlebih dahulu dari Kanwil Ditjen PBN sepanjang dananya
tersedia dalam DIPA berkenaan.
c. Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas harus dilengkapi dengan daftar nominatif
pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas, yang berisi antara lain: informasi
mengenai data pejabat (Nama, Pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan,
lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
memerintahkan perjalanan dinas, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di
KPPN. Pembayaran dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran satker yang
bersangkutan kepada para pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas.
7. SPP untuk PNBP
a. UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya;
b. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu
PNBP satkeryang bersangkutan dalam DIPA.
c. Permintaan Pencairan PNBP, dilampirkan bersama bukti SSBP tahun berjalan;
B. Penerbitan SPM
Setelah menerima SPP, pejabatpenguji tagihan dan penerbitSPM menerbitkan SPM dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Penerimaan dan pengujian SPP
Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check list
kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan SPP dan
membuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya petugas penerima
SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM.
2. Pejabat penerbit dan penguji SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai berikut:
a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan
bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.
c. Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja yang dicapai
dengan indikator keluaran.
d. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain:
1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,
alamat, nomor rekening, NPWP, dan nama bank);
2) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya dengan
prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam
kontrak);
3) Jadwal waktu pembayaran.
e. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator
keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang
sudah ditetapkan dalam kontrak.
3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP/SPP-GUP/SPP-LS, Pejabat
Penguji SPP dan Penandatangan SPM menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-
GUP/SPM-LS dalam rangkap 4 (empat):
a. Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN.
b. Lembar ketiga disampaikan kepada Rektor selaku Kuasa Pengguna Anggaran;
c. Lembar keempat disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.
4. SPM yang telah diterbitkan SP2D-nya oleh KPPN dan telah dicairkan (telah dilakukan
pendebetan rekening kas negara) tidak dapat dibatalkan.
a. Perbaikan hanya dapat dilakukan terhadap kesalahan administrasi sebagai berikut:
1) Kesalahan pembebanan pada MAK;
2) Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatan dan sub kegiatan;
3) Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uang pada SPM.
b. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh Pejabat Penerbit
SPM. Selanjutnya SPM perbaikan dimaksud dilampiri dengan (Surat Keterangan
Tanggung JawabMutlak yang ditandatangani oleh Rektor selaku Kuasa Pengguna
Anggaran) disampaikan kepada Kepala KPPN.
BAB V
PROSEDUR PELAKSANAAN ANGGARAN
A. Prosedur Permohonan Dana UP/TUP
Entitas No Urut Kegiatan
Unit
Kerja(Pejabat
Pembuat
Komitmen/PPK)
1 PPK mengajukan dokumen permohonan UP/TUP yang berisi Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) untuk setiap kegiatan/sub
kegiatan/jenis belanja yang akan/telah dilakukan, dilampiri
dokumen pendukung sesuai jenis SPP yang diajukan dan
dilengkapi dengan Surat Pengantar (SP), dibuat rangkap 2 (dua),
ditujukan kepada Penguji tagihan dan Penadatangan SPM (Karo
AUAK) : 1 (satu) eksemplar ke Pengujitagihan dan penanda
tangan SPM (Karo AUAK) dan 1 (satu) eksemplar ke Kuasa
Pengguna Anggaran (Rektor)
6a
Menerima kembali dokumen permohonan UP/TUP dari Penguji
tagihan dan penandatangan SPM (Karo AUAK) jika terdapat
kesalahan/ketidaksesuaian dengan dokumen anggaran unit kerja
9a Menerima kembali dan merevisi/melengkapi dokumenpermohonan
UP/TUP dari Penguji tagihan dan penandatangan SPM (Karo
AUAK) jika sisa pagu kegiatan/sub kegiatan tidak mencukupi atau
jika terdapat kesalahan/ketidak lengkapan dokumen permohonan
tersebut
Penguji tagihan
dan Penanda
tangan SPM
(Karo AUAK)
2 Menerima dokumen permohonan SPP UP/TUP unit kerja,
kemudian menguji tagihan permintaan SPP UP/TUP terhadap
Dokumen Anggaran yang tersedia dan memproses penerbitan SPM
UP/TUP melalui Bendahara Pengeluaran;
Atasan
Langsung
Bendahara
(KPA)
19 Menandatangani SPTB (Surat Pernyataan Tanggung jawab
Belanja) UP/TUP atas terbitnya SPM UP/TUP yang telah diparaf
oleh Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penguji tagihan dan
Penanda tangan SPM, dan menyerahkan kembali ke Bendahara
Pengeluaran untuk diteruskan ke KPPN.
BAUAK 3 Menerima dokumen permohonan SPP UP/TUP, kemudian
mendisposisikan kepada Kabag Keuangan untuk menguji SPP
UP/TUP dengan Dokumen Anggaran
Penerbit SPM 21 Petugas penerima SPP menerima SPP dari Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), mengisi cek list kelengkapan berkas SPP dan
mencatatnya dalam Buku Pengawasan Penerimaan SPP,
kemudian melakukan pengujian/verifikasi SPP
22 Memproses SPM (menggunakan aplikasi SPM), mencetak SPM (4
rangkap), selanjutnya menyerahkan SPM yang sudah diparaf oleh
penguji SPP kepada Pejabat Penerbit SPM
23 Pejabat Penerbit SPM menandatangani SPM, setelah memastikan
kesesuaian SPM dengan SPP UP/TUP dan dokumen anggaran
24 Menyerahkan dokumen SPM lembar 1, 2 dan 3 kepada Bendahara
Pengeluaran
25 Mengarsipkan SPM lembar ke 4
Bagian
Keuangan
4 Menerima dokumen permohonan SPP UP/TUP, mencermati
disposisi Kepala BAUAK, kemudian melakukan verifikasi apakah
kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja dalam dokumen permohonan
UP/TUP tersebut sesuai dengan kegiatan/sub kegiatan/jenis
belanja yang ada pada dokumen anggaran unit kerja yang
bersangkutan
5 Jika kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja dalam dokumen
permohonan UP/TUP tidak sesuai dengan dokumen anggaran unit
kerja, maka Kabag Keuangan mengembalikan dokumen
permohonan SPP UP/TUP kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) untuk dilakukan perbaikan/revisi, dengan memberi laporan
ke kepala BAUAK
6b Jika kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja dalam dokumen
permohonan SPP UP/TUP sesuai dengan dokumen anggaran unit
kerja, maka Kabag Keuangan mendisposisikan dokumen
permohonan tersebut kepada Kasubbag di Bagian Keuangan.
7 Kasubbag di Bagian Keuangan menerima dokumen permohonan
SPP UP/TUP, mencermati disposisi Kabag Keuangan, kemudian
memeriksa sisa pagu kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja yang
diusulkan unit kerja, serta memeriksa kelengkapan dokumen
permohonan SPP UP/TUP (SPP beserta lampiran-lampirannya)
8 Jika sisa pagu kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja yang diusulkan
tidak mencukupi atau jika dokumen permohonan UP/TUP tidak
lengkap, maka Subbag Keuangan mengembalikan dokumen
tersebut kepada Kabag Keuangan untuk dikembalikan kepada PPK
agar dilakukan perbaikan/dilengkapi, koordinasi dengan kepala
BAUAK
9b Jika sisa pagu kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja mencukupi dan
dokumen permohonan SPP UP/TUP dinyatakan lengkap maka
usulan tersebut direkap sesuai ketentuan yang berlaku;
10 Mengarsipkan dokumen permohonan SPP UP/TUP unit kerja
11 Membuat rekapitulasi SPP dari semua permohonan UP/TUP dan
mencetak rekapitulasi SPP rangkap 3, dan mendistribusikan 2
lembar rekapitulasi SPP kepada PUMK
PUMK 12 Menerima rekapitulasi SPP dari Subbag Keuangan
13 Membuat SPP UP/TUP setiap kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja
(atas dasar permohonan unit kerja), mengirimkan SPP UP/TUP
tersebut dilampiri 1 lembar rekapitulasi SPP kepada Bendahara
Pengeluaran
14 Mengarsipkan rekapitulasi SPP
Bendahara
Pengeluaran
15 Menerima dokumen SPP UP/TUP dan lampirannya yang telah
disetujui Pejabat Penguji tagihan dan penandatangan SPM (Karo
AUAK) untuk diterbitkan SPM UP/TUP;
16 Melakukan verifikasi dokumen SPP UP/TUP dan membubuhkan
paraf jika SPP UP/TUP sudah benar atau mengembalikan kepada
PUMK jika masih terdapat kesalahan/tidak lengkap untuk direvisi
oleh PUMK
17 Mengarsipkan rekapitulasi SPP
18 Mengirimkan dokumen SPP UP/TUP kepada atasan langsung
bendahara, untuk ditandatangani
20 Mengirimkan dokumen SPP UP/TUP yang telah ditandatangani
oleh atasan langsung bendahara kepada Pejabat Penerbit SPM
26 Menerima dokumen SPM lembar 1, 2, 3 dari Pejabat Penerbit
SPM
27 Mengirimkan SPM lembar 1 dan 2 ke KPPN
28 Mengarsipkan dokumen SPP UP/TUP dan SPM lembar ke 3
B. Prosedur Pencairan Dana UP/TUP
Entitas No Urut Kegiatan
Kuasa BUN/
KPPN
1 KPPN menerbitkan SP2D rangkap 4, lembar ke 1 dikirimkan ke
Bank Persepsi, lembar 2 dikirimkan ke Penerbit SPM dan lembar
ke 3, 4 diarsip KPPN
Bank Persepsi 2 Menerima SP2D dari KPPN dan memproses pengeluaran dana
sampai dengan mentransfer dana ke rekening bendahara
pengeluaran
Bendaharan
Pengeluaran
3 Menerima SP2D lembar 2 dari KPPN melalui Pejabat Penerbit
SPM
4 Membukukan SP2D dalam BKU Bendahara Pengeluaran
5 Mendistribusikan SP2D kepada PPK yang mengajukan
6 Memonitor/mengecek transfer dana dari Bank Persepsi
9 Membuat Bukti Pengeluaran Uang Muka (BPUM) dan meminta
tanda tangan PUMK pada saat menyerahkan anggaran
11 Mengarsipkan BPUM (lembar ke 1)
13 Membukukan pengeluaran uang muka sesuai BPUM
PUMK 6 Menerima SPM, SP2D dan SPTB dari Bendahara Pengeluaran
7 Mencatat SPM, SP2D dan SPTB dalam BKU PUMK
10 Menandatangani BPUM dari Bendahara Pengeluaran
12 Mencatat penerimaan uang muka dari Bendahara Pengeluaran
dan mengarsipkan BPUM (lembar ke 2)
14 Koordinasi pelaksanaan kegiatan dengan Pejabat Pembuat
Komitmen/Pelaksana
16 Menyerahkan anggaran pelaksanaan kegiatan kepada Pelaksana
kegiatan
15 Membukukan pengeluaran uang muka
17 Menyiapkan laporan keuangan pelaksanaan kegiatan;
18 Menyampaikan laporan Kegiatan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen
C. Prosedur Pertanggungjawaban Dana UP/TUP
Entitas No
Urut
Kegiatan
Pelaksana
Kegiatan
1 Pelaksana Kegiatan (Sub Bag, Bag, Jurusan, Program, Lab,
Unit, Tim/Panitia, dll) membuat Bukti Pembayaran/Kwitansi
dan lampiran (jika ada), masing-masing rangkap 5
2 Meminta tanda tangan Penerima Barang/Pekerjaan (Pembantu
Dekan/Asisten Program/ Sekretaris Lembaga/Kabag/Pejabat
struktural yang terkait dgn pekerjaan/kegiatan tim/panitia)
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
5 Meminta tanda tangan Pejabat Pembuat Komitmen
7 Menyerahkan kwitansi kepada PPUMK untuk diproses
pembayaran/pelunasan
Penerima
Barang/
Pekerjaa
3 Meneliti kebenaran item barang/pekerjaan dalam kwitansi
yang dibuat oleh pelaksana kegiatan
4 Menandatangani kwitansi yang telah dibuat oleh pelaksana
kegiatan pada kolom penerima barang/pekerjaan dan
menyerahkan kembali pada pelaksana kegiatan
Pejabat
Pembuat
Komitmen
6 Memeriksa dan menandatangani kwitansi yang telah
ditandatangani penerima barang/kegiatan, bahwa pekerjaan
tersebut setuju dibayar, dan menyerahkan kembali kepada
pelaksana kegiatan
16 Memeriksa dan menandatangani SPTB dan menyerahkan
kembali kepada PPUMK
PPUMK 8 Menerima dan memeriksa kwitansi dari pelaksana kegiatan
9 Melunasi pembayaran langsung kepada pelaksana kegiatan
atau yang berhak dengan memperhitungan potongan/pungutan
pajak
10 Membubuhkan paraf pada kwitansi (di sebelah kanan nama
bendahara pengeluaran)
11 Menyiapkan SSP untuk masing-masing kwitansi sesuai beban
pajak dan menyetorkan pajak kepada Bank Persepsi/Kantor
Pos
12 Melampirkan fotocopy SSP pada setiap lembar kwitansi
13 Mengarsipkan sementara SSP lembar 1, 2, 3 & 5 untuk di
serahkan pada PUMK
14 Membuat SPTB per kegiatan, sub kegiatan, klasifikasi/jenis
belanja atas seluruh uang muka yang telah digunakan
15 Meminta tanda tangan SPTB kepada Pejabat Pembuat
Komitmen
17 Menerima SPTB yang telah ditandatangani dari Pejabat
Pembuat Komitmen
18 Mengirimkan dokumen pertanggungjawaban (SPTB, SSP
lembar 1,2, 3 & 5, Bukti Pembayaran/Kwitansi dan lampiran-
lampirannya) kepada Sub Bagian di Bagian Keuangan Kantor
Pusat, dan melakukan pembukuan sementara
32 Menerima kwitansi lembar 4 & 5 yang sudah ditandatangani
bendahara dari Sub Bag Keuangan
33 Mencatat bukti pengeluaran pada BKU, Buku Bantu, Buku
Pengawasan Kredit
Sub Bag
Keuangan
PUMK
19 Menerima dokumen pertanggungjawaban (SPTB, SSP lembar
1, 2, 3 & 5, Bukti Pembayaran/Kwitansi dan lampiran-
lampirannya) dari PPUMK dan Kasubbag memeriksa
kesesuaian dengan permohonan penggunaan dana (SPP
UP/TUP)
20 Tim Teknis meneliti kebenaran, keabsahan dan kelengkapan
dokumen pertanggungjawaban, jika dinyatakan benar/lengkap
maka tim teknis membubuhkan cap ”Telah Diteliti Oleh Tim
Teknis” dan membubuhkan paraf pada kwitansi. Jika
dinyatakan belum benar/lengkap maka dokumen
pertanggungjawaban dikembalikan kepada PPUMK untuk
diperbaiki/dilengkapi
21 Menyerahkan dokumen pertanggungjawaban yang telah
diotorisasi (dibubuhi cap dan paraf oleh tim teknis) kepada
PUMK
30 Menerima dokumen pertanggungjawabkan dari PUMK dan
Mencatat pengeluaran anggaran pada BKU, Buku Bantu/Buku
Pengawasan Kredit
31 Mendistribusikan dokumen pertanggungjawaban (lembar 4
dan 5) kepada PPUMK dan mengarsipkan lembar 1, 2, dan 3
22 Menerima dan memeriksa dokumen pertanggungjawaban dari
tim teknis
23 Membubuhkan paraf pada kwitansi (di sebelah kiri nama
bendahara pengeluaran)
24 Mengirimkan dokumen pertanggungjawaban kepada
Bendahara Pengeluaran
27 Menerima kembali dokumen pertanggungjawaban dari
Bendahara Pengeluaran
28 Mencatat pengeluaran anggaran pada Buku Pengawasan Kredit
29 Menyerahkan dokumen pertanggungjawaban kepada Sub Bag
di Bagian Keuangan untuk dibukukan
34 Membuat SPTB (berdasarkan SPTB dari unit-unit kerja
berdasarkan kegiatan, sub kegiatan dan klasifikasi belanja/jenis
belanja)
35 Membubuhkan paraf pada SPTB (pada sebelah kiri nama
atasan langsung bendahara)
36 Membuat surat permohonan penerbitan SPM Nihil (khusus
untuk mekanisme TUP),
untuk SPM GU membuat SPP GU, lihat prosedur permohonan
UP/TUP)
37 Mengirimkan SPTB dan surat permohonan penerbitan SPM
Nihil kepada Bendahara Pengeluaran
Bendahara 25 Menerima dan memeriksa dokumen pertanggungjawaban dari
PUMK
Pengeluaran 26 Menandatangani Bukti Pembayaran/Kwitansi dan
mengirimkan kembali dokumen pertanggungjawaban kepada
PUMK
38 Menerima dan memeriksa surat permohonan penerbitan SPM
Nihil dan SPTB dari PUMK
39 Membubuhkan paraf pada SPTB (pada sebelah kanan nama
atasan langsung bendahara) dan menandatangani surat
permohonan penerbitan SPM Nihil
40 Mengirimkan surat permohonan penerbitan SPM Nihil dan
SPTB kepada atasanlangsung bendahara
43 Menerima surat permohonan penerbitan SPM Nihil dan SPTB
yang telah ditandatangani oleh atasan langsung bendahara
44 Mengirimkan surat permohonan penerbitan kepada Pejabat
Penerbit SPM
48 Menerima SPM Nihil lembar 1, 2, 3 dari Pejabat Penerbit SPM
49 Mengirimkan SPTB dan SPM Nihil lembar 1 dan 2 ke KPPN
untuk diterbitkan SP2D Nihil (sebagai syarat pengajuan SPP
TUP selanjutnya)
50 Mengarsipkan SPM Nihil lembar ke 3 dan SPTB
Atasan
Langsung
Bendahara
41 Menerima dan memeriksa surat permohonan penerbitan SPM
Nihil dan SPTB yang dikirimkan oleh Bendahara Pengeluaran
42 Menandatangani SPTB dan surat permohonan penerbitan SPM
Nihil dan menyerahkannya kembali kepada Bendahara
Pengeluaran
Pejabat
Penerbit SPM
45 Menerima surat permohonan penerbitan SPM Nihil dari
Bendahara Pengeluaran dan menandatangani SPM Nihil
46 Mengirimkan SPM Nihil lembar 1, 2 dan 3 kepada Bendahara
Pengeluaran
47 Mengarsipkan surat permohonan penerbitan SPM Nihil dan
SPM Nihil lembar ke 4
D. Prosedur Permohonan Pencairan LS
Entitas No Urut Kegiatan
Pejabat
Pembuat
Komitmen
(PPK)
1 PK mengajukan dokumen SPP LS sesuai dengan kegiatan/sub
kegiatan/jenis belanja yang telah/akan dilakukan,
dilampiridokumen pendukung (lihat Perdirjen Perbendaharaan
No. Per-66/Pb/2005) sesuai jenis SPP yang diajukan dan
dilengkapi dengan Surat Pengantar (SP), dibuat rangkap dua,
ditujukan kepada KPA (Rektor) : 1 (satu) eksemplar ke Rektor
dan 1 (satu) eksemplar ke Bagian Keuangan
4a Menerima kembali dokumen SPP LS dari Bagian Keuangan jika
terdapat kesalahan/ketidaksesuaian kegiatan/sub kegiatan/jenis
belanja dengan dokumen anggaran unit kerja, untuk dilakukan
revisi dan dikirimkan kembali melalui Bagian Keuangan
Bagian
Keuangan
2 Bagian Keuangan menerima dokumen SPP LS, mencermati,
kemudian melakukan verifikasi apakah kegiatan/sub
kegiatan/jenis belanja dalam dokumen SPP LS tersebut sesuai
dengan kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja yang ada pada
dokumen anggaran unit kerja yang bersangkutan
3 Jika kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja dalam dokumen SPP LS
tidak ada dalam dokumen anggaran unit kerja, maka Bagian
Keuangan mengembalikan dokumen SPPLS kepada PPK untuk
dilakukan perbaikan/revisi
4b Jika kegiatan/sub kegiatan/jenis belanja dalam dokumen SPP LS
sesuai dengan dokumen anggaran unit kerja, maka Kabag
Keuangan mendisposisikan dokumenSPP LS kepada Bendahara
Pengeluaran
Bendahara
Pengeluaran
5 Menerima dokumen SPP LS dari Bagian Keuangan
6 Melakukan verifikasi kesesuaian alokasi, membubuhkan paraf
pada SPP (jika SPP LS sudah benar) atau mengembalikan SPP
LS kepada PPK melalui Bagian Keuanganjika masih terdapat
kesalahan/ tidak lengkap
7 Jika dokumen SPP LS sudah benar, SPP LS diajukan kepada
Pejabat Penerbit SPM
12 Menerima dokumen SPM lembar 1, 2, 3 dari Pejabat Penerbit
SPM
13 Mengirimkan SPM LS lembar 1 dan 2 ke KPPN
14 Mengarsipkan SPP LS dan SPM LS lembar ke 3
18b Menerima SP2D lembar ke 2 dari KPPN dan membuat copy
SP2D
19b Mencatat SP2D dalam BKU
20 Mengirimkan SP2D lembar ke 2 kepada PUMK untuk
dibukukan dan diarsip
Penerbit SPM 8 Staf Penerbit SPM (Petugas) menerima dokumen SPP dari
Bendahara Pengeluaran, kemudian mengisi cek list kelengkapan
berkas SPP, mencatatnya dalam Buku Pengawasan Penerimaan
SPP, Petugas menandatangani SPP LS pada kolom yang tersedia,
dan dilanjutkan dengan proses pengujian/verifikasi dokumen
SPP LS
9 Memproses SPM LS (menggunakan aplikasi SPM), mencetak
SPM (4 lembar), selanjutnya menyerahkan SPM LS yang telah
diparaf oleh Ketua Tim Penguji SPP kepada Pejabat Penerbit
SPM
10 Pejabat Penerbit SPM menandatangani SPM LS, menyerahkan
dokumen SPM LS lembar 1, 2 dan 3 kepada Bendahara
Pengeluaran
11 Mengarsipkan SPM LS lembar ke 4
Kuasa BUN/
KPPN
15 KPPN menerima SPM LS dan melakukan pengujian substantif
dan material
16 Jika dinyatakan benar/lengkap maka diproses SP2D
17 SP2D dibuat rangkap 4, dimana lembar 1 dikirimkan ke Bank
Persepsi, lembar 2 dikirimkan ke Pejabat Penerbit SPM dan
lembar 3, 4 diarsipkan
Bank Persepsi 18a Menerima SP2D lembar 1 dari KPPN
19a Melakukan transfer dana ke nomor rekening yang tertera dalam
SP2D (rekening rekanan/Pejabat Pembuat Komitmen/Bendahara
Pengeluaran)
BAB VI
TATA CARA PEMBUKUAN
A. Jenis buku yang digunakan
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.KEP-332/M/V/9/1968 tentang
Tatacara mengerjakan Buku Kas Umum pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa bagi setiap
Bendahara dan Pemegang Kas yang mengurus uang negara harus mempunyai Buku Kas Umum
dan mencatat semua penerimaan dan pengeluaran. Jenis buku yang digunakan dalam pembukuan
Bendahara/PUMK/PPUMK berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran No.SE-
39/A.1990 tanggal 14 Maret 1990 jo No.SE-18/A/2001 tanggal 29 Januari 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Sistem Baru Mekanisme Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN dan yang telah
diubah dengan PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tanggal 28 Desember 2004 adalah bahwa
mengenai jenis buku yang digunakan maupun cara mengerjakannya perlu disesuaikan.
1. Buku Kas Umum (BKU)
Buku Kas Umum berfungsi untuk mencatat semua penerimaan dan pengeluaran baik yang
berbentuk tunai maupun giral, serta untuk penerimaan dan pengeluaran yang sifatnya
perbaikan/koreksi kesalahan pembukuan. Bentuk BKU yang digunakan adalah scontro yaitu
bentuk pembukuan yang terdiri dari sebelah kiri sebagai sisi untuk mencatat penerimaan dan
sebelah kanan utuk mencatat pengeluaran. Memperhatikan Surat Edaran Dirjen Anggaran
No.SE-39/A/1990 tanggal 14 Maret 1990, maka BKU dengan bentuk scontro non tabelaris
merupakan bentuk BKU yang efektif dan efisien.
2. Buku Pembantu Bank (BPB)
Fungsi Buku Pembantu Bank adalah sebagai alat kontrol terhadap BKU dalam hal pembukuan
transaksi pada rekening bank.Buku ini digunakan untuk mencatat semua transaksi yang
berhubungan dengan penerimaan/pengeluaran uang pada rekening bank. Jumlah yang dicatat
dalam BPB adalah nilai bersih (sesuai nilai yang tercantum dalam cek/bukti transaksi lain). Buku
Pembantu Bank dikerjakan dalam bentuk staffel.
3. Buku Pembantu Kas Tunai/Buku Kasir (BPKT)
Buku Pembantu Kas Tunai berfungsi untuk memantau keadaan fisik uang yang tersedia dalam
brangkas.Buku ini digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas secara
tunai.Jumlah yang dicatat dalam BPKT adalah nilai bersih yang dibayarkan kepada rekanan/yang
berhak.
4. Buku Pembantu Pengawasan Uang Persediaan (BPUP)
BPUP berfungsi untuk memantau uang persediaan sekaligus digunakan sebagai dasar untuk
mengajukan penggantian uang persediaan kepada KPPN. BPUP digunakan untuk mencatat
transaksi penerimaan maupun pengeluaran dana UP/TUP yang dikuasai oleh
Bendahara/PUMK/PPUMK. Pada sisi penerimaan dicatat sesuai jumlah dana yang diterima,
sedangkan pada sisi pengeluaran dicatat jumlah penggunaan dana. BPUP dikerjakan dalam
bentuk staffel.
5. Buku Pembantu Uang Muka (BPM)
BPM berfungsi sebagai alat monitor atas jumlah uang yang harus dipertanggungjawabkan
olehpenerima/pengambil uang muka. BPM digunakan untuk mencatat pengeluaran yang belum
dapatdipastikan jumlah yang sesungguhnya dan belum ada bukti yang definitif atas pengeluaran
tersebut.BPM dikerjakan dalam bentuk staffel.
6. Buku Pembantu Pajak (BPP)
BPP berfungsi sebagai alat monitor atas jumlah hasil penerimaan pungutan pajak dan
penyetorannya. BPP digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan titipan hasil pengutan pajak
oleh Bendahara dan jumlah pajak yang disetorkan ke Kas Negara. BPP dikerjakan dalam bentuk
scontro.
7. Buku Pembantu Selisih (BPS)
BPS berfungsi sebagai alat monitor atas selisih yang timbul dalam pembukuan serta
penyelesaiannya. BPS digunakan untuk mencatat selisih lebih atau kurang yang diperoleh dari
penutupan BKU (perbedaan antara saldo buku dan saldo kas/bank) atau karena kejadian-kejadian
lain. BPS dikerjakan dalam bentuk scontro.
8. Buku Pembantu Lain-lain (BPL)
BPL berfungsi sebagai alat monitor atas penerimaan dan pengeluaran lain-lain yang tidak dapat
dicatat pada buku lain. BPL digunakan untuk mencatat penerimaan atau pengeluaran lain-lain
seperti misalnya penerimaan kelebihan bayar dari rekanan dalam pengadaan barang/jasa yang
bukti pengeluarannya telah diterbitkan SP2D oleh KPPN. BPL dikerjakan dalam bentuk scontro.
9. Buku/Kartu Pegawasan Kredit per Klasifikasi Belanja, Kegiatan dan Sub Kegiatan (BKPK)
BKPK berfungsi untuk: 1) pengawasan kredit/sisa kredit anggaran tiap kegiatan/sub kegiatan/
klasifikasi belanja, 2) Catatan mengenai cara pembayaran atas beban kegiatan/sub
kegiatan/klasifikasi belanja bersangkutan dengan UP/TUP atau SPM-LS, 3) catatan mengenai
pengesahan/penggantian atas penggunaan UP/TUP oleh KPPN. BKPK digunakan untuk
mencatat pengeluaran yang membebani kegiatan/sub kegiatan/klasifikasi belanja bersangkutan
dengan UP/TUP atau SPM-LS.
B. Tata Cara Pembukuan
1. Pembukuan pada BKU
a. Pengisian lembar/halaman pertama BKU
Pada halaman pertama BKU, Bendahara/PUMK/PPUMK mencatat jumlah halaman
buku tersebut, memberi tanggal dan membubuhkan tanda tangan, setiap halaman diberi
nomor urut dan paraf PUMK/PPUMK. Format halaman pertama BKU adalah sbb:
b. Pengisian lembar/halaman terakhir BKU
Halaman terakhir BKU digunakan untuk catatan pemeriksaan kas. Format halaman
terakhir BKU adalah sbb :
c. Pembukuan awal bulan (saldo awal) dan pembukuan selanjutnya
Penerimaan dicatat disebelah kiri dan pengeluaran dicatat disebelah kanan.BKU dan
Buku Pembantu ditulis dengan tinta hitam. Dalam BKU dan Buku Pembantu tidak
diperbolehkan ada ruangan-ruangan yang tidak terisi, tanda bekas hapusan atau tindasan
tulisan; jika terjadi kesalahan pencatatan, harus dicoret dengan dua garis lurus dengan
linial/mendatar sehingga tulisan yang salah masih dapat terbaca, diparaf, kemudian baru
ditulis catatan yang baru.
d. Mengambail uang di bank untuk persediaan kas tunai
Untuk pembayaran tunai, diperlukan persediaan kas tunai yang dapat diambil dari
bank.Pengambilan uang di bank tersebut pada dasarnya tidak mengubah saldo uang
bendahara secara keseluruhan kecuali perubahan tempat penyimpanan uang tersebut,
yaitu dari bank disimpan dalam brankas.
e. Penutupan BKU dan Buku Pembantu
Penutupan BKU minimal dilakukan sekali dalam satu bulan, ditotal dan dicocokan
dengan sisa kas di brangkas.Saldo dalam BKU dan dalam Buku-Buku Pembantu harus
cocok.
f. Membuat Register Penutupan Kas (RPK)
Register Penutupan Kas pada dasarnya merinci lebih lanjut atas saldo kas yang berupa
uang tunai yang terdiri dari jumlah lembar uang kertas dan jumlah keping uang logam,
kertas berharga seperti meterai, perangko, saldo di bank dimana alat bukti
rekonsiliasinya adalah salinan rekening koran. Selain itu Register Penutupan Kas juga
dapat digunakan untuk menjelaskan selisih saldo buku dan saldo kas (jika ada).
2. Hubungan BKU dan BPB
Sistem pencatatan BKU dan BPB dilakukan dengan cara pembukuan langsung, yaitu
penerimaan/ penerimaan melalui bank mengubah keadaan uang, seperti: 1) penerimaan
UP/GU/TUP melalui SP2D lembar ke 2 dari KPPN ke dalam rekening Bendahara, 2)
Pembayaran kepada pihak ketiga/rekanan, 3) Pengambilan uang dari bank untuk pengisian kas,
4) Penyetoran uang dari brankas ke rekening bank.
3. Pembukuan UMK
Pengeluaran uang muka kerja bukan pengeluaran definitif jadi belum dapat dibebankan
pada kegiatan/ sub kegiatan/klasifikasi belanja.Pembebanan dilakukan pada saat
pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja tersebut. Tata cara pembukuan uang muka
kerja adalah sbb :
a. Pengeluaran UMK dibukukan dalam BKU pada sisi pengeluaran serta pada BPKT dan
BPM dalam kolom/sisi pengeluaran.
b. Pertanggungjawaban penggunaan UMK dibukukan pada sisi penerimaan (Contra Pos)
BKU dan BPM, kemudian bukti pengeluaran dibukukan pada sisi pengeluaran pada
BKU, BPM serta BKPK sesuai kegiatan/sub kegiatan/klasifikasi belanjanya.
c. Pengembalian UMK yang tidak jadi/tidak habis digunakan dibukukan sebagai
penerimaan pada BKU sisi penerimaan serta pada BPKT dan BPM dalam kolom
penerimaan.
4. Pembukuan Pajak
a. Penerimaan atas pungutan/potongan pajak dibukukan pada sisi penerimaan pada BKU,
sisi penerimaan BPKT serta sisi penerimaan BPP.
b. Penyetoran atas pungutan/potongan pajak dibukukan pada sisi pengeluaran pada BKU,
sisi pengeluaran BPKT dan sisi pengeluaran BPP.
c. Pembukuan atas pajak yang dipotong langsung melalui penerbitan SPM-LS dilakukan
dengan mencatatnya pada sisi penerimaan dan pengeluaran BKU dan BPP.
5. Pembukuan SPM-LS
Pembayaran pada dasarnya dilakukan secara langsung melalui penerbitan SPM-
LS.Pelaksanaan pembayaran ini dilakukan oleh KPPN kepada pihak yang berhak/rekanan.
Transaksi ini mengurangi dana kredit anggaran yang harus dicatat dalam BPKP per kegiatan/sub
kegiatan/klasifikasi belanja bersangkutan dan dicatat dalam BKU.
C. Prosedur pembukuan
1. Prosedur Penutupan BKU
a. Jumlahkan kolom ”jumlah” pada sisi penerimaan BKU kolom bawah dengan
menggunakan pensil karena merupakan penjumlahan sementara yang masih harus
dicocokan dengan jumlah fisik uang tunai dan saldo rekening bank.
b. Jumlahkan kolom ”jumlah” pada sisi pengeluaran BKU kolom bawah, selanjutnya hitung
selisih antara jumlah kolom penerimaan dengan jumlah kolom pengeluaran
c. Catat selisih tersebut pada sisi pengeluaran dengan uraian ”saldo”, sementara ditulis
denganpensil.
d. Lakukan pengujian saldo menurut buku tersebut dengan saldo fisik uang dan saldo
rekening bank yang tercatat dalam register penutupan kas. Jika tidak terdapat perbedaan
jumlah/tidak ada kesalahan maka BKU dapat ditutup secara definitif dengan mencatat
menggunakan tinta.
2. Prosedur Pembuatan Register Penutupan Kas
a. Catat jumlah penerimaan dan pengeluaran menurut BKU
b. Catat saldo buku
c. Hitung fisik uang dan mencatatnya sesuai klasifikasi nilai nominal uang dan jenis uang
(kertas atau logam)
d. Catat surat berharga yang diijinkan
e. Catat saldo uang di rekening bank
f. Jumlahkan seluruh hasil perhitungan fisik (saldo kas) bandingkan dengan saldo buku
g. Tanda tangani Register Penutupan Kas
BAB VII
PENUTUP
1. SOP Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Institut Jenderal Soedirman berlaku mulai tanggal
……………..sampai dengan diterbitkannya SOP baru;
2. Setiap pimpinan unit kerja agar melakukan pembinaan dan koordinasi kepada semua pejabat
pengelola/ pelaksana anggaran di lingkungan kerjanya masing-masing;
3. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam SOP ini atau terdapat perubahan
peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara, akan diadakah perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di :
Tanggal :
Rektor
NIP.
top related