bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.walisongo.ac.id/6535/2/bab i.pdf · dalam wawancara yang...
Post on 24-Jul-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal,
terdapat sebuah tradisi yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat yaitu
tradisi gadhoh1 ternak. Para pemilik modal menanamkan modal kepada
peternak untuk dikembangkan. Hewan ternak tersebut berupa sapi,
kambing, atau kerbau. Dalam praktiknya, pemilik modal menitipkan
hewan ternak kepada orang yang bersedia merawat ternak tersebut.
Sesuai tradisi yang ada, semua kebutuhan ternak menjadi tanggung jawab
pemelihara ternak. Selama merawat hewan ternak tersebut, peternak tidak
memperoleh bayaran. Upah berupa bagi hasil akan diperoleh ketika
hewan yang dirawat beranak atau dijual setelah dewasa. Masyarakat Desa
Campurejo biasa menyebutnya dengan istilah maro anak2 dan maro
bathi3.
Sistem bagi hasil antara hewan ternak jantan dan betina
berbeda. Dalam wawancara yang penulis lakukan kepada narasumber
yang pernah melakukan kerjasama gadhoh ternak ini, untuk kerbau jantan
yang dirawat sejak kecil, bagi hasilnya berupa keuntungan penjualan
1 Gadhoh adalah istilah yang digunakan masyarakat Desa Campurejo
untuk kerjasama bagi hasil pemeliharaan ternak 2 Maro anak adalah istilah yang digunakan masyarakat Desa Campurejo
untuk pembagian upah atau bagi hasil berupa anak ternak 3 Maro bathi adalah istilah yang digunakan masyarakat Desa Campurejo
untuk pembagian upah atau bagi hasil berupa laba penjualan
2
yang dibagi rata antara pemilik modal dan pemelihara ternak setelah
dikurangi harga beli hewan tersebut. Untuk kerbau betina yang dirawat
sejak kecil, bagi hasil berupa anak kerbau yang lahir selama dirawat,
dibagi rata antara pemilik modal dan pemelihara ternak. Jika kerbau
beranak dua maka dibagi masing-masing satu anak kerbau, begitu
seterusnya. Jika peternak menginginkan upah berupa uang, maka anakan
kerbau akan dijual sebagian atau seluruhnya, kemudian hasil
penjualannya dibagi dua antara pemilik modal dan peternak.4
Sistem gadhoh ternak ini pernah populer di tahun 1970 an.
Sistem kerjasama ini juga pernah dilakukan antara pemerintah dengan
rakyat (khususnya petani) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di
tahun 1980 an. Menurut penelitian Eva Yaumi Ifada di Desa Rowo tahun
2009, dahulu sistem kerjasama peternakan ini pernah diterapkan antara
pemerintah dengan petani. Pemerintah meminjamkan modal berupa sapi
indukan kepada petani untuk dikembangkan dengan sistem gaduhan.
Namun sistem kerjasama gaduhan yang diterapkan di Desa Rowo sedikit
berbeda dengan kerjasama gadhoh di Desa Campurejo. Di Desa Rowo,
setelah ternak berupa indukan sapi beranak, peternak berkewajiban
menyerahkan indukan tersebut ke petani lain yang belum memiliki ternak
untuk dikembangkan secara bergiliran. Sementara kerjasama gadhoh
yang dilaksanakan di Desa Campurejo, masyarakat yang meminjam
ternak indukan dari pemerintah, mengembalikannya kepada pemerintah
sesuai jumlah ternak yang dipinjam untuk dikembangkan. Masyarakat
4 Wawancara dengan Bapak Isyak (tokoh masyarakat di Desa Campurejo
yang pernah melakukan praktek gadhoh), tanggal 28 Oktober 2015
3
diberi keleluasaan untuk mengembangkan ternaknya dan mengembalikan
ternak pinjaman dari pemerintah tersebut kapanpun, tidak dibatasi
waktunya, dan bukan bergantian dengan petani lain seperti yang
dilaksanakan masyarakat Desa Rowo.
Dalam pelaksanaannya, sistem gadhoh ternak ini bisa saja
menimbulkan permasalahan ataupun perselisihan, apalagi pola
kerjasamanya hanya didasarkan pada saling percaya, dan tidak ada
perjanjian (akad) secara tertulis. Dari pihak peternak ada anggapan
bahwa, karena ternak tersebut berasal dari pemerintah maka tanggung
jawab untuk mengembalikan atau memenuhi kewajibannya tepat waktu
tidak menjadi suatu keharusan. Apalagi dari pihak pemerintah sendiri
pengawasan dan monitoring terhadap keberlanjutan suatu program lemah
sekali, karena tidak didukung dana yang memadai untuk sistem
perguliran ternak. Akibatnya banyak ternak pemerintah yang “hilang”
begitu saja tanpa memberikan arti bagi tujuan penambahan populasi
ternak dan peningkatan kesejahteraan petani peternak.
Di masa lalu, sistem kerjasama bagi hasil ternak dengan cara
gadhoh ini pernah sukses diterapkan di Desa Campurejo, dan menjadi
sumber penghasilan utama atau tambahan bagi masyarakat. Namun saat
ini, jumlah peternak gadhoh di Desa Campurejo terus menurun. Padahal
jumlah permintaan daging di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya,
dan beternak bisa menjadi lapangan kerja bagi masyarakat untuk
mengurangi jumlah pengangguran. Jumlah peternak gadhoh yang penulis
ketahui hingga tahun 2014 berkisar sebelas orang. Namun ketika penulis
mulai melakukan penelitian di tahun 2015 hanya tersisa delapan orang
4
peternak gadhoh, dan jumlahnya makin menurun di tahun 2016 menjadi
tujuh orang peternak gadhoh saja yang tersisa.
Berpijak dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem gadhoh ini,
dengan judul: “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Sistem “Gadhoh”
Dalam Usaha Peternakan Kerbau di Desa Campurejo Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem gadhoh kerbau di Desa Campurejo Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal?
2. Bagaimana sistem gadhoh ditinjau dari perspektif ekonomi Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sistem gadhoh kerbau di Desa Campurejo Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal.
2. Mengetahui sistem gadhoh ditinjau dari perspektif ekonomi Islam .
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan
pemikiran berupa wawasan mengenai sistem bagi hasil ternak, bagi
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya jurusan
Ekonomi Islam, sebagai dasar penelitian selanjutnya.
5
2. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan informasi kepada
pembaca mengenai salah satu tradisi di daerah Kendal yaitu gadhoh
ternak.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi
masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal,
untuk menyempurnakan sistem kerjasama gadhoh ternak yang
selama ini dilakukan, agar kerjasama ini memberi nilai tambah lebih
dari segi ekonomi bagi pelakunya.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan
terhadap penelitian yang dilakukan. Selain itu juga mempunyai andil
besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya
tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk
mendapatkan landasan teori ilmiah. Dalam penelitian ini, penulis
menemukan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian
ini, dan mengkajinya sebagai bahan pendukung penelitian ini,
diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Mukhamat Khairudin (2009),
dengan judul “Praktik Bagi Hasil Nggado Sapi di Desa Grantung
Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo Menurut Hukum Islam”.
Penelitian tersebut difokuskan pada akad pelaksanaan bagi hasil, modal,
dan keuntungannya ditinjau dari hukum Islam. Hasil penelitian tersebut
adalah akad perjanjian bagi hasil di masyarakat meskipun dilakukan
dengan lisan, akan tetapi tidak terjadi pengingkaran perjanjian. Hal
tersebut dilakukan sesuai adat kebiasaan yang berlaku di Desa Grantung
6
dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Perjanjian tersebut termasuk
dalam akad mudlarabah karena syarat dan rukunnya termasuk dalam
kriteria akad mudlarabah.
Penelitian yang dilakukan Eva Yaumi Ifada (2009) yang
berjudul “Ternak Sapi “Gaduh”. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa
di Petungkriyono ada dua jenis bentuk gaduh. Upah yang diterima oleh
pemelihara sapi dari pemilik sapi adalah berbentuk uang dan dalam
bentuk sapi. Peternakan dan pertanian apabila digabungkan akan
mendapat hasil yang cukup bagus kenapa karena peternakan dan
pertanian bisa berinteraksi dan saling mendukung mungkin bisa juga di
sebut simbiosis mutualisme hubungan yang saling menguntungkan
karena dengan pertanian secara otomatis akan menghasilkan pakan
ternak yang melimpah baik dalam bentuk rumput dan biji-bijian yang
dapat di gunakan sebagai makanan ternak, sedangkan dengan
memelihara ternak sapi ini secara otomatis disamping mendapatkan hasil
dari penjualan ternak kita juga mendapatkan kotoran yang dapat
digunakan untuk pupuk kandang sehingga petani dapat menekan biaya
produksi untuk pembelian pupuk kimia. Tetapi sebagai kendala didaerah
Rowo masih banyak yang tidak mampu membeli ternak denga harga
yang relatif tinggi dulu di Rowo pernah terlaksana program yang cukup
membuat warga masyarakat lega dengan system bantuan dari Pemerintah
yaitu sistem gaduh sapi seorang petani yang tidak mempunyai sapi di beri
sapi indukan dari pemerintah yang siap untuk beranak tetapi dengan
syarat setelah sapi itu beranak maka indukan itu di serahkan kepada
petani lain yang belum mempunyai ternak sedangkan anak dari
7
indukan itu menjadi hak milik bagi petani tersebut dan itu berjalan terus
menerus sehingga seluruh warga di kampung itu akan mendapatkan
semua. Program-program yang seperti inilah yang diharapkan
sehingga masyarakat tidak malas untuk berusaha, menjadikan motivasi
untuk membangun masyarakat yan adil dan makmur.
Penelitian yang dilakukan Sri Rahayu Susanti (2011), dengan
judul “Sistem Pembagian Hasil Hewan Ternak Kerbau di Desa Sungai
Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Ditinjau Menurut
Hukum Islam”. Hasil penelitian tersebut adalah sistem pemeliharaan dan
bagi hasil yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sungai Jalau berupa
kerjasama antara pemilik di satu pihak dan tenaga dipihak lain. Yang
pada awalnya didasari atas dasar tolong menolong dan saling percaya,
adapun akad atau perjanjiannya hanya dilakukan secara lisan bukan
tertulis, pelaksanaan bagi hasilnya dengan sistem dibagi dua. Pemelihara
hewan ternak kerbau merasa terbantu dengan mereka menggembalakan
hewan ternak tersebut, secara ekonomi dapat meningkatkan ekonomi
mereka. Secara hukum islam syirkah itu telah dibolehkan sebagai dasar
hukumnya al-Qur’an dan as-Sunnah namun haruslah memenuhi rukun
dan syarat syirkah. Walaupun dalam Islam dibolehkan melakukan syirkah
atau perkongsian tetapi harus dilakukan dengan adil diantara kedua belah
pihak yang berkongsi tidak ada yang merasa dizalimi atau dirugikan
dalam menggembalakan ternak tersebut. Syirkah yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Sungai Jalau tersebut niatnya baik, namun dalam
prakteknya yang tidak sesuai dengan hukum Islam dikarenakan
8
kurangnya pemahaman mereka para peternak terhadap syirkah atau
perkongsian dalam Islam itu seperti apa.
E. Metodologi Penelitian
Untuk memperjelas penulisan skripsi ini, maka diperlukan
syarat metode yang sesuai. Adapun metode yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisis hingga menyusun laporan. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk
menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi,
situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian.5
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan
masyarakat tertentu baik lembaga-lembaga, organisasi, masyarakat
(sosial), maupun lembaga pemerintahan.6 Penelitian ini juga
disebut penelitian deskriptif kualitatif, karena menghasilkan
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Ed
Revisi, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 3 6 Handari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1999, h. 5
9
penemuan-penemuan yang tidak bisa diperoleh menggunakan
prosedur statistik.
2. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Campurejo Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal. Subyek penelitian ini adalah semua
peternak kerbau, baik yang melakukan kerjasama gadhoh, atau
yang pernah melakukan kerjasama gadhoh.
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Berkaitan dengan hal itu sumber data dibagi menjadi dua yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam hal ini,
yang menjadi sumber data primer adalah informasi dari
peternak kerbau di Desa Campurejo. Data primer dalam
penelitian ini adalah hasil wawancara dengan peternak
kerbau yang melakukan atau pernah melakukan kerjasama
gadhoh, yaitu pemilik modal dan pemelihara ternak.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang
tidak diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
data kependudukan dari Kantor Desa Campurejo. Data
sekunder merupakan data pendukung yang memiliki fungsi
10
sebagai pendukung atau menguatkan data utama baik berupa
data kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan
objek penelitian termasuk dokumentasi, maupun sumber-
sumber relevan yang mendukung obyek penelitian ini
kaitannya dengan bagi hasil ternak dan kerjasama dalam
bisnis Islam, seperti dokumentasi, buku-buku, jurnal
penelitian, skripsi, dan laporan-laporan ilmiah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian
mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang
diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Pengamatan (observasi)
Observasi merupakan pengamatan secara langsung
maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti secara terus
menerus, dan sistematis terhadap fenomena yang diteliti
pada waktu, tempat kejadian atau kegiatan yang sedang
berlangsung.7 Observasi adalah cara untuk mengumpulkan
data dengan mengamati secara langsung terhadap subyek
yang diteliti.8 Tujuan dari observasi ini adalah untuk
mendeskripsikan setting, kegiatan yang terjadi, orang yang
terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang
7 S. Nasution, Metode Research, Yogyakarta: Bumi Aksara 1996, h. 11
8 Dudung Abdul Rohman, Metologi Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos
Wacana 1991, h. 32
11
diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa
yang bersangkutan.9
Dalam hal ini penulis meneliti langsung ke lokasi
untuk memperoleh data mengenai kerjasama gadhoh ternak
yang dilakukan di Desa Campurejo Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal.
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah merupakan teknik
pengumpulan dengan berkomunikasi langsung dengan
sumber data, dengan cara bertanya langsung kepada
responden (sebagai data primer) yang bertujuan memperoleh
informasi.10
Teknik wawancara yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, pertanyaan yang
diajukan sudah dipersiapkan secara lengkap. Wawancara
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden
secara mendalam serta jumlah responden lebih sedikit.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh dan
menggali data tentang sistem gadhoh ternak, penulis
melakukan wawancara dengan sejumlah informan
diantaranya, peternak yang melakukan atau pernah
melakukan kerjasama gadhoh, tokoh masyarakat desa
setempat yang paham mengenai kerjasama gadhoh, dan
pemilik modal yang melakukan kerjasama gadhoh. Sehingga
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta : Kencana 2007, h. 58
10 S. Nasution, Metode Research, h.113
12
penulis dapat memperoleh informasi lengkap mengenai
kerjasama gadhoh ternak yang dilakukan di Desa Campurejo
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengacu pada material (bahan)
yang digunakan sebagai bahan informasi tentang data-data
yang berhubungan seperti foto dan rekaman. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pengumpulan data
dengan dokumentasi untuk memperoleh gambaran umum
deskripsi lokasi penelitian.
5. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan
dalam penelitian. Sebagaimana yang ditulis oleh Lexy. J. Moleong
dalam bukunya metode penelitian kualitatif antara lain :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan ini digunakan untuk menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan
lapangan penelitian, memilih informan dan menyiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan ketika di lapangan. Semua itu
digunakan oleh penulis untuk memperoleh deskripsi secara
global tentang objek penelitian yang akhirnya menghasilkan
rencana penelitian bagi peneliti selanjutnya.
13
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap persiapan lapangan ini peneliti
memahami penelitian dengan persiapan diri memasuki
lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data
yang ada di lapangan. Pada tahap ini penulis menindak
lanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang dapat
diteliti dengan cara mengumpulkan data-data hasil
wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
c. Tahap Pengerjaan
Dalam tahap ini, peneliti menganalisa data yang
telah didapatkan dari lapangan yakni menguraikan masalah
yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.11
6. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara
dan catatan lapangan dengan cara mengorganisasi data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan tidak
serta membuat kesimpulan. Tujuan dalam analisis data adalah
untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus yang
diteliti dalam menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.12
11
Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya 2005, h. 127-148 12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung
: Alfabeta 2009, h. 253
14
Setelah semua data tersaji, selanjutnya penulis berusaha untuk
memberikan interpretasi dan menganalisis kerjasama gadhoh
ternak di Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana objek
yang diteliti sesuai dengan metode yang sudah ditentukan. Menurut
Miles and Hubermen, aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif. Aktivitas dalam analisis data yaitu data
reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (Reduksi data)
Menurut Miles and Hubermen langkah pertama
dalam analisis data adalah mereduksi data. Penulis
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya berdasarkan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu untuk
mengetahui kerjasama gadhoh ternak di Desa Campurejo
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, kemudian dilakukan
reduksi data. Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dan membuang data yang tidak diperlukan.
b. Data Display (Penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif
penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, network (jejaring
kerja) dan chat. Pada tahap ini penulis mampu menyajiakan
data yang berkaitan dengan tema yang diangkat yaitu
15
kerjasama gadhoh ternak di Desa Campurejo Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal.
c. Conclusion Drawing / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif menurut
Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Pada tahap ini diharapkan mampu menjawab
rumusan masalah bahkan dapat mengemukakan temuan baru
yang sebelumya belum pernah ada, dapat juga berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang masih gelap
sehingga jelas dan dapat berupa hubungan kausal hipotesis
atau teori.13
Pada tahap ini, penulis diharapkan dapat menjawab
rumusan penelitian dengan lebih jelas yang berkaitan tentang
praktek kerjasama gadhoh ternak di Desa Campurejo
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu:
Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang hal-hal yang
melatarbelakangi penelitian, yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 246-
253
16
Bab II Pembahasan umum tentang topik atau pokok bahasan, yang
memaparkan tentang bisnis syariah, kerjasama (syirkah)
sebagai strategi usaha, konsep produksi dalam usaha
peternakan, dan gadhoh sebagai bagian dari local wisdom atau
kearifan lokal.
Bab III Kerjasama Sistem Gadhoh dalam Usaha Peternakan Kerbau di
Desa Campurejo, dalam bab ini akan diuraikan tentang profil
Desa Campurejo yang menjadi lokasi penelitian, dan sistem
gadhoh dalam usaha peternakan kerbau di Desa Campurejo.
Bab IV Analisis sistem gadhoh dalam usaha peternakan kerbau di
Desa Campurejo menurut perspektif ekonomi Islam, yang
memaparkan kerjasama pemeliharaan ternak dengan sistem
gadhoh, dan sistem gadhoh ditinjau dari perspektif ekonomi
Islam.
Bab V Merupakan penutup dari penulisan skripsi yang terdiri dari
kesimpulan dan saran, kemudian daftar pustaka, dan lampiran-
lampiran.
top related