bab i pendahuluan a. latar...
Post on 27-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern saat ini informasi sangat penting dalam kelangsungan hidup
manusia sehingga intensitas kebutuhan akan informasi terus meningkat dari hari ke
hari. Munculnya media massa untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Media
massa dapat memberikan informasi yang beragam. Oleh karena itu media massa
sangat vital dan berperan sangat besar pada kehidupan manusia. Secara umum media
massa mempunyai karakteristik yang sama yaitu komunikatornya telah melembaga,
komunikannnya heterogen. maksudnya heterogen ialah massa sendiri merupakan
kumpulan dari individu dengan jumlah yang ridak terbatas dam tidak mengenal satu
dengan yang lain serta tentu saja anonim. Selain itu karakteristik lainnya media massa
adalah pesan disampaikan delam waktu serempak, tetapi umpan baliknya tidak bisa
diterima secara langsung.
Salah satu media massa yang hingga saat ini masih banyak dipakai oleh
masyarakat adalah televisi. Televisi sangat disukai karena sifatnya yang audio visual,
sehingga dapat menampilkan tayangan yang sesuai dengan aslinya dan lebih mudah
terima oleh khalayak. televisi adalah alat komunikasi yang memerlukan ruang dan
setiap saat dapat dinikmati oleh khalayak, misalnya pada saat lelah setelah melakukan
aktivitas. Oleh karena itu televisi langsung mendapat respon yang sangat bagus di
hati masyarakat dan menyebabkan industri pertelevisian juga berkembang pesat dan
cepat.
2
Televisi saat ini adalah media massa yang banyak dikenal oleh masyarakat
dan memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap khalayak1. Kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh televisi membuat peranannya sebagai salah satu alat komunikasi
saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi. Perannya dalam menyampaikan informasi
atau pengetahuan kepada khalayak sangat efektif memberikan pengaruh atau efek
terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku publik. Mempengaruhi atau
memberi efek kepada khalayak merupakan tujuan dari semua peristiwa komunikasi
yang dilakukan secara terencana. Demikian juga dengan komunikasi yang dilakukan
oleh televisi dengan penontonnya. Bentuk komunikasi tersebut berupa penayangan
program acara yang ditayangkan oleh televisi. Televisi sebagai komunikatornya,
sedangkan pemirsa atau audience sebagai komunikannya. Setiap program acara pasti
mempunyai target audience dan efek yang ingin ditimbulkan kepada permirsanya.
Saat ini beberapa stasium televisi Indonesia kerap dipenuhi dengan acara-
acara hiburan yang tidak semua acaranya layak ditonton dan tidak mendidik. Selain
itu dipenuhi acara infotaiment yang membicarakan para artis-artis yang tidak semua
isinya mendidik. Padahal dampak positif dari televisi adalah televisi sebagai sarana
edukasi dan informasi mampu membuka wawasan berfikir permirsa untuk menerima
dan mengetahui kejadian yang berbeda di lingkungan masyarakat2.
Mengingat peran televisi dalam menyampaikan informasi, mendidik dan
menghibur khalayak. Televisi juga sangat efektif memberikan pengaruh terhadap
perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku publik. Maka dewasa ini stasium televisi
1 Riswandi, Ilmu Komunikasi; Graha Ilmu, 2009 hal 9-10
2 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi; Rhineka Cipta, 1996 hal 94
3
Trans TV membuat program talkshow yang topiknya berfokus pada dunia kesehatan.
Tujuan dari penanyangan program tersebut adalah untuk membangkitkan kesadaran
akan pentingnya kesehatan bagi tubuh dan perlunya kita melakukan gaya hidup sehat.
Program talkshow itu ialah Dr. OZ Indonesia yang mengadopsi dari program the Dr.
OZ show yang sukses di beberapa negeri.
Acara talksow Dr. OZ Indonesia adalah sebuah tayangan talkshow yang
membahas seputar dunia kesehatan yang dikemas menghibur dan atraktif, sehingga
dapat dinikmati oleh tua maupun muda dan tidak membosankan. Acara ini
menghadirkan topik-topik seputar kesehatan yang sedang hits di Indonesia. Topik-
topik yang diangkat ialah mengenai perilaku hidup sehat dan berbagai isu kesehatan
terkini yang dijelaskan oleh para pakar dibidangnya yang akan memberikan informasi
kesehatan mulai dari mencegah sampai mengobati penyakit. Karena acara ini
memberikan sebuah topik kesehatan yang handal, dapat dipercaya dan berkualitas
sehingga dapat dijadikan sebagai panutan. Oleh karena itu program talkshow Dr. OZ
Indonesia masuk dalam nominasi Panasonic award 20143.
Berikut ini adalah program acara yang masuk nominasi kategori berita dan
informasi dalam Panasonic award 2014 :
3 http://celebrity.okezone.com/read/2014/03/19/533/957781/daftar-lengkap-nominasi-panasonic-
gobel-awards-2014 ( diakses pada 11 september 2014 pukul 12.30)
4
Tabel 1.1
Nominasi Kategori Berita Dan Informasi Dalam Panasonic Award 2014
Sumber: www.okezone.com
Acara talkshow Dr. OZ Indonesia tayangan setiap hari senin – jumat pukul
07.00 – 08.00 dan jum’at – sabtu pukul 15.00 – 16.00 WIB. Acara ini dipandu oleh
orang yang memang berprofesi sebagai dokter yaitu dr. Ryan Thamrin dan dr. Raisa
Broto Asmoro. Program acara terdiri dari 5 segmen yaitu pertama, mengupas
langsung dalam sebuah diskusi seputar penyakit bersama para pakar dibidangnya dan
memberikan solusi sebagai penutupnya. Kedua, membahas pengalaman dari seorang
narasumber tentang pengalaman medisnya. Ketiga, mengungkapkan problema
kesehatan dalam konsep laboraturium yang dikemas atraktif dan fun. Keempat, para
audiens di studio dan di rumah berkesemptan bertanya langsung kepada dr Ryan atau
dr Raisa mengenai kesehatan. Dan terakhir segmen dimana dr Ryan dan Raisa
memberikan tips seputar perilaku hidup sehat. Setiap segmen memiliki topik
pembahasan yang berbeda.
Dr. OZ Indonesia dirancang untuk memberikan inspirasi bagi para bagi para
penontonnya dengan tayangan yang atraktif dan menghibur. Maka dari itu dalam
diskusi atau perbincangan dibuat lebih santai dan sedikit candaan. Sehingga talkshow
Dr. OZ Indonesia berbeda dengan acara talkshow lainnya dengan tujuan acara ini
member wawasan dan inspirasi untuk mesyarakat supaya lebih memperhatikan
No Program acara televisi
1 DR. OZ Indonesia
2 Lawyear Club
3 Tupperware She Can Enlighten
4 Meja Bundar
5 Debat
5
kesehatannya dengan cara melakukan perilaku hidup sehat. Dr. OZ Indonesia
terbilang acara yang banyak diminat oleh publik. Peminatnya bukan hanya kalangan
orang-orang tua tetapi banyak juga dari kalangan remaja. Itu ditandain banyaknya
pelajar yang datang ke studio untuk menonton secara langsung Dr. OZ Indonesia.
remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan baik
berupa fisik maupun pemikiran. Selain itu masa remaja adalah masa dimana seorang
individu mencari jadi dirinya. Fenomena remaja sekarang, selama mencari jati diri
banyak remaja Indonesia terjerumus ke pergaulan bebas seperti merokok, minum
minuman keras bahkan ada yang menjadi pengguna narkoba. Perilaku seperti itu juga
merupakan perilaku hidup tidak sehat sehingga bisa menimbulkan penyakit di
kemudian hari seperti stroke dan serangan jantung.
Sejak dahulu serangan stroke dan serangan jantung diyakini hanya dapat
menyerang orang yang sudah lanjut usia saja, namun belakangan ini kondisi tersebut
semakin diragukan. Seiring perkembangan jaman dimana kondisi lingkungan dan
perilaku hidup yang semakin tidak sehat membuat penyakit stroke dan serangan
jantung pada saat ini tidak hanya orang yang sudah lanjut usia tetapi beberapa kasus
penyakit tersebut mulai menyerang kalangan orang yang tergolong masih berusia
muda. Oleh karena itu usia muda tidak menjamin dapat terhindar dari penyakit
mematikan tersebut. Sebab, banyaknya perubahan yang terjadi terutama pada pola
dan gaya hidup remaja perkotaan yang jauh dari kata sehat.
Kota Bima adalah sebuah kota yang luas wilayahnya cukup kecil di
bandingkan kota-kota di provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain itu kota Bima adalah
sebuah kota yang sedang berkembang menjadi kota kota besar seperti membangun
6
sarana-sarana kota dan meningkatkan kualitas pendidikannya. Fenomena yang terjadi
di kota Bima adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat terutama remajanya
dikarenakan tersentuh gaya hidup modern. Dimana remajanya mengadopsi gaya
hidup yang tidak sehat, seperti memakan makanan cepat saji seperti Burger dan
kentang goreng. Selain itu banyaknya remaja membeli makanan di pinggiran jalan
yang bisa mengandung lemak jahat dan pengawet. Dan banyaknya remaja yang malas
berolahraga sehingga pola hidupnya tidak seimbang. Selain itu fenomena yang sering
terjadi adalah tidak sedikitnya remaja pria nya menjadi merokok sebagai gaya
hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah terurai di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahnya dalam penelitian ini yaitu
1. apakah terdapat pengaruh terpaan program talkshow Dr. OZ Indonesia
terhadap perilaku hidup sehat?
2. Seberapa besar pengaruh terpaan program talkhow Dr. OZ Indonesia terhadap
perilaku hidup sehat?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang
program Dr. OZ Indonesia yang penelitian dilakukan kepada siswa SMA sebagai
penontonya . Dimana data tersebut dianalisis sehingga mengetahui yaitu:
7
1. Ada tidaknya pengaruh program Dr. OZ Indonesia terhadap perilaku hidup
sehat.
2. Seberapa besar pengaruh program Dr. OZ Indonesia terhadap perilaku hidup
sehat.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
sumbangan wawasan pada kajian ilmu komunikasi tentang pentingnya suatu media
massa untuk memberikan informasi kepada para mahasiswa maupun masyarakat
umum, khususnya program acara yang bermanfaat sehingga sesuai dengan fungsi
komunikasi massa yaitu member informasi dan mendidik kepada khalayak.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan lebih
inovatif lagi dalam mengemas program acara televisi. Sehingga setiap program acara
di televisi tidak hanya menghibur saja tapi dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi masyarakat luas.
8
E. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi Massa
1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pengetian komunikasi massa yang dikemukakan oleh Josep A. Devito ialah
“fiirst, mass.communication is communication addressed to masses, to an extremely
large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone
who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is
large and generally rather poorly defined. Seond, mass communication is
communication medated by audio and/ or visual transmitter mass communication is
perhaps most easly and most logically defined by its forms: television, radio,
newspaper, magazine, films, books, and tapes”.
Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “pertama, komunikasi massa
adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonto televisi, agaknya ini tidak
berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio,
surat kabar, majalah, film, buku dan pita)4.
Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney disebutkan, “mass
communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to
large, anonymous, and hetergogeneous masses of receivers (komunikasi massa
adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak
sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan
heterogen)5.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa
adalah sebuah bentuk komunikasi yang disampaikan melalui media sebagai
4 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa; PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal 11-12
5 Ibid., hal 12
9
penunjang, dan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas dan heterogen di
berbagai wilayah.
1.2 Unsur komunikasi massa
Dalam proses terjadinya komunikasi ada unsur – unsur yang membuat
proses itu terjadi. Menurut Harold Laswell unsur – unsur komunikasi tersebut
adalah sebagai berikut 6:
1. Sumber (Who)
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seseorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam mennyampaikan informasi,
sumber harus mengubah apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya ke
dalam symbol verbal dan nonverbal sehingga dapat dipahami oleh penerima
pesan. Sumber di sebut juga sebagai komunikator.
2. Pesan (Says What)
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
dapat berupa verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan
dan pikiran narasumber.
3. Saluran atau media (In Which Channel)
Saluran atau media merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Media dapat berupa media cetak
6 Daddy mulyana, ilmu komunikasi; Remaja Rosdakarya, 2007 hal 147-148
10
(surat kabar, majalah) dan media elektronik (radio dan televisi) atau juga harus
bertatap langsung (tatap muka).
4. Penerima (To Whom)
Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination),
komunikate (communicate), penyandi – balik (decorder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang
menerima pesan verbal dan nonverbal dari sumber yang menjadi suatu gagasan
yang ia pahami.
5. Efek (With What Effect)
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut. Efek tersebut misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu
menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),
perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain sebagainya.
Sedangkan meunurut Ardianto komunikasi massa pada dasarnya merupakan
komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber)
melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam
prosesnya bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen
lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam
komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya.
Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai
karakteristik tertentu adalah sebagai berikut7.
7 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar; PT Remaja
Rosdakarya, 2004 hal 36-42
11
a. Komunikator
Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang,
tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan,
diproduksi secara massal, dan didistribusikan kepada massa.
b. Pesan
Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka
pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media
yang berbeda antara satu sama lainnya.
c. Media
Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang
memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak
secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).
d. Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar
khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan
heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. Dalam
komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada
massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan
melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia,
budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di – filter (disaring) oleh khalayak yang
menerimanya.
f. Gatekeeper (Penjaga Gawang)
12
Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada
penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa
seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari
sumber kepada penerima.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi
massa terdiri atas komunikator, pesan, khalayak atau komunikan, media, efek dan
Gatekeeper.
1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi-fungsi
komunikasi massa. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa fungsi komunikasi massa
itu mendidik, tetapi secara umum fungsi komunikasi massa bisa dikemukakn, seperti
informasi, pendidikan dan hiburan. Beberapa ahli mengatkan fungsi komunikasi
massa secara umum hampir sama yaitu seperti yang dikatakan Jay Black dan
Frederick C. Whitney antara lain8:
1. Informasi
Dengan adanya media massa, masyarakat akan lebih mudah mencari dan mendapat
informasi. Karena fungsi utama dari media massa adalah untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat. Misalnya terjadi kecelakaan, maka dalam memberikan
informasi harus jelas dan sesuai dengan fakta yang ada. Fakta-fakta tersebut biasa
diringkas dalam istilah 5w + 1H (What, Where, Who, When, Why dan How) atau Apa,
Di mana, Siapa, Kapan, Mengapa dan Bagaimana.
8 Nurudin, op. cit., hal 63 - 75
13
2. Membujuk
Fungsi ini tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan menghibur. Karena
dalam hal ini membujuk bisa berbentuk apa saja entah itu iklan ataupun tulisan yang
ada di media cetak. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan
televisi maupun surat kabar. Misalnya iklan shampo di televisi yang mengatakan
boleh keramas setiap hari. Tujuan iklan ini jelas yaitu mempengaruhi atau membujuk
penonton untuk mengikuti apa yang dikatakan iklan tersebut.
3. Transmisi budaya
Fungsi pewarisan budaya atau fungsi pendidikan dari komunikasi massa ini berperan
meningkatkan keutuhan sosial dan mengurangi ketidakpastian di tengah masyarakat.
Dalam hal ini media massa memperkuat consensus nilai di masyarakat dengan selalu
memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus.
4. Menghibur
Fungsi ini merupakan sarana pelepas lelah baik bagi individu maupun masyarakat.
Artinya, komunikasi yang bertujuan memberikan hiburan kepada individu maupun
masyarakat. Bentuk-bentuk hiburan itu seperti memberikan program acara pada jam
prime time apakah itu tayangan sinetron, kuis, komedia dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Dominick ada beberapa fungsi komunikasi massa sebagai
berikut9:
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk pengawasan
peringatan dan pengawasan instrumental
9 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, op. cit., hal 16-17
14
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang ancaman dari angin topan, meletus gunung berapi, tayangan inflasi atau
adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah
stasiun televisi mengelolah program untuk menyangkan sebuah peringatan. Sebuah
surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati
banyak informasi yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang
dimuat di media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersbut.
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran
informasi yan memiliki kegunaan atau dapat membentu khalayak dalam kehidupan
sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana
harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep
makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.
1. Interoretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan . media massa
tidak hanyak pemasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap
kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industry media memilih dan memutuskan
peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin
mengajak para pembawa atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan
membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kelompok.
15
2. Lingkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk lingkage (perhatian) berdasarkan kepentinagn dan minat yang sama
tentang sesuatu.
3. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)
fungsi penyebaran tidak kelihatan. Fungsi ini juga disebut sosialisasi.
Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
kelompok. Media massa memperhatikan kepada kita bagaimana mereka bertindak
dan apa yang diharapkan merek. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan
model peran yang kit amati dan harapan untuk menirunya.
4. Entertainment (hiburan)
Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, music, olahraga, permainan melalui
isyarat-isyarat, lambing-lambang, suara dan gambar bertujuan untuk menciptakan
kesenagan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang
ditayangkan, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dihendakinya. Fungsi
mengibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat tayangan-tayangan menghibur
dapat membuat pikiran khayalaksegar kembali.
Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa selain fungsi komunikasi
massa memberikan informasi mendidik, membujuk, dan menghibur. Komunikasi
massa juga dapat berfungsi sebagai transmisi budaya, pengawas, penafsir, dan
penyatu.
16
2. Media Massa
2.1 Pengertian Media Massa
Pengertian media massa mulai menunjukkan batasan yang tidak jelas atau
dianggap tidak jelas oleh sebagian orang, dengan munculnya sejumlah media baru
yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa yang sudah ada
sebelumnya. Media massa baru atau lebih sering disebut dengan “media baru” (new
media) ini bersifat lebih individual, lebih beragam (diversified) dan lebih interaktif.
Salah satu contoh penting media massa baru saat ini adalah internet. Walaupun media
baru menunjukkan pertumbuhan yang cepat, namun belum terlihat tanda-tanda
bahwa media lama akan berkurang peranannya dibandingkan sebelumnya.
Peranannya tetap bertahan dengan cara terus menurus menanbah kemampuannya
dalam upaya menghadapi tantangan yang dimunculkan media baru. Dari perspektif
budaya, media massa telah menjadi acuan utama untuk menentukan definisi-definisi
terhadap suatu perkara dan media massa memberikan gambaran atas realitas sosial.
Media massa juga menjadi perhatian utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan
dan menyediakan lingkungan budaya bersama bagi semua orang. Peran media massa
dalam ekonomi juga terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya industri
media, diversifikasi media massa, dan konsolidasi kekuatan media massa di
Indonesia10
.
Menurut Apriadi Tamburaka, media massa adalah sarana penyampaian
komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan
dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Sedangkan informasi massa adalah
10
Morissan, Peiklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu; Kencana Prenada Media Group, 2010 hal 1
17
infprmasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi
yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi11
.
Dari penjelasan diatas bahwa media massa adalah sarana komunikasi dan
informasi yang penyebarannya secara massal dan dapat diakses oleh masyaakat luas.
Dan media massa juga merupakan alat yang menjadi perhatian utama masyarakat
untuk mendapatkan hiburan dan menyediakanlingkungan budaya bersama bagi semua
orang.
2.2 Jenis-Jenis Media Massa
Media massa sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.
a. Media cetak
Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan fungsinya sebagai
media penyapaian informasi. Maka media cetak terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambar, atau dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi
utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu
dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang
ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan
sebagainya12
.
11
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa; PT. RajaGrasindo Persada, 2013, hal 13 12
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, op cit., hal 99
18
b. Media elektronik
Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang
menggunakan alat-alat elektronik, media elektronik kini terdiri dari13
:
1. Radio
Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling fleksibel. Keunggulan
radio siaran ini adalah berada dimana saja, apabila surat kabar memperoleh julukan
sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima. Hal
ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti
surat kabar, di samping empat fungsi lainnya, yaitu member informasi, menghibur,
mendidik, dan melakukan persuasi.
2. Televisi
Televisi adalah sebuah alat perangkap siaran bergambar. kata televisi berasal
dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dan tampak
(vision). jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Pada dasarnya
media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Peletak dasar utama teknologi
pertelevisian adalah Paul Nipkow dari jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia
kemudian menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow
atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan televisi elektris.
Menurut sumber lain berikut ini akan disajikan beberapa contoh media massa
dari paradigma lama dengan paradigma baru14
:
13
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Professional; Remaja Rosdakarya, 2005, hal 4 14
Nurudun, Pengantar Komunikasi Massa; PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal 13
19
Gambar 1.1
Paradigma media massa
Pradigma Lama
Alat
Komunikasi
Massa
Film
Buku
MajalahTelevisi
Surat
Kabar
Radio Tabloid
Kaset/
CD
Paradigma Baru
Alat
Komunikasi
Massa
Surat
Kabar
Internet
TelevisiMajalah
RadioTabloid
Sumber: Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa; PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal 13
20
Jika dilihat dari dua bagan di atas, ada perbedaan mencolok antara paradigma
lama dengan paradigma baru. Dalam paradigma lama yang disebut alat-alat
komunikasi massa, meliputi surat kabar, majalah, tabloid, buku, televisi, radio,
kaset/CD, dan film. Sementara dalam paradigma baru ada penambahan dan
pengurangan, yakni surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio dan internet.
Perubahan tersebut dimungkinkan karena perkembangan teknologi komunikasi massa
yang kiat cepat. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi perubahan ciri yang
melekat pada media massa tersebut15
.
2.3 Efek media massa
Menurut Winarni media massa memiliki efek-efek sebagai berikut16
:
Efek kognitif : efek kognitif merupakan akibat yang timbul pada diri individu yang
terkena terpaan media yang bersifat informative bagi dirinya. Dari semula yang tidak
tahu menjadi tahu, tidak jelas menjadi jelas, ragu-ragu menjadi yakin, dan
sebagainya. Ini berarti melalui media massa akan memperoleh informasi tentang
orang, peristiwa atai kejadian, tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, dan
sebagainya.
Efek afektif : efek afektif lebih mengacu pada aspek emosional atau perasaan.
Maksudnya disini ialah, efek yang ditimbulkan tidak hanya sekedar khalayak tahu
tentang orang, benda dan peristiwa yang ada di dunia ini melainkan khalayak dapat
merasakannya. Media massa dapat menimbulkan rangsangan emosional pada
15
Nurudin, op. cit., hal 14 16
Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar; UMM Press, 2003, hal 122-128
21
khalayak. misalnya merasa sedih, senang, gembira, marah, jengkel dan sebagainya
terhadap informasi yang diterimanya media massa.
Efek behavioral : efek behavioral mengacu pada perilaku, tindakan atau kegiatan
khalayak yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Efek ini meliputi perilaku antisosial
dan prososial, antisocial atau perilaku agresi merupakan setiap bentuk perilaku yang
diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan seperti
itu. Misalnya adegan kekerasan ditelevisi akan menyebabkan orang brutal dan
beringas. Sedangkan perilaku prososial behavioral ialah memiliki keterampilan yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Misalnya media televisi, radio atau film
sering dipergunakan sebagai media pendidikan.
Menurut steven m. chaffe efek media massa dapat dilihat dari beberapa
pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaiatan dengan
pesan itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang
terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap,
perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif,
afektif, dan behavioral dengan uraian sebagai berikut17
:
a. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau
media itu sendiri:
1. Efek ekonomi
kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan
sebagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan
17
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, op. cit., hal 49
22
televisi baik itu televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberikan
lapangan pekerjaan gantarlainnya.
2. Efek sosial
Efek sosial berkaiatan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat dari kenhadiran media massa. Misalnya kehadiran televisi dapat
meningkatkan status dari pemiliknya.
3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Terjadinya penjadwalan kegitan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor
masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran berita di televisi.
4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memasukkan kebutuhan
psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk
menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dab sebagainya.
5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak
nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu.
Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhdap media
massa tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa
tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.
23
b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
khalayak.
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informative bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat
membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan leterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh
informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara
langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi.
Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang
dihendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang
bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek
proposional kognitif.
2. Efek afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi
massa bukan sekedar memberitahu khalayk tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu,
khlayak dihara[kan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih gembira, marah
setelah menerima pesan dari massa.
3. Efek behavional
Efek behavional merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk tindakan atau kegiatan.
24
3. Televisi
3.1 Keunggulan dan Kelemahan Televisi
Tidak hanya keunggulan saja yang dimiliki oleh media televisi, tetapi juga
memilki kelemahan. Di bawah ini adalah keunggulan dan kelemahan dari media
televisi diantaranya18
.
Keunggulan televisi yaitu:
1. Menyangkut isi dan bentuk, media televisi walaupun direkayasa mampu
membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas.
2. Menyangkut hubungan dengan khalayaknya, media televisi mempunyai
khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya
dan intim.
3. Media televisi memiliki tokoh watak (baik itu riil maupun yang direkayasa),
sementara media lain khususnya film hanya memiliki tokoh yang direkayasa.
Sementara kelemahannya:
1. Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayak sebagai objek yang
pasif, sebagai penerima pesan.
2. Media televisi yang mendorong proses pengalihan nilai dan pengetahuan yang
cepat, tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan
peradaban yang ada berbagai wilayah jangkauannya.
3. Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak negatifnya,
karena kekuatan media itu mampu menyita waktu dan perhatian khalayaknya.
18
Rusfadia Saktityanti Jahya dan Muhammad Irvan, Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi; Pira Media, 2006 hal 24
25
Menurut Effendi, televisi mempunyai daya tarik kuat yang disebabkan unsur
kata-kata, musik sound effect dan unsur visual berupa gambar hidup yang tidak ada
dalam media massa lainnya dan mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada
penontonnya. Daya tarik ini selain melebihi radio dan film bioskop, televisi dapat
dinikmati dalam rumah dengan aman dan nyaman. Sedangkan pesawat televisi yang
kecil mungil itu tidak hanya dapat menghidangkan tontonan film saja tetapi televisi
juga memberikan program tayangan yang menarik seperti berita, komedi, talk show,
kuis dan lain sebagainya19
.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa televisi memiliki kelebihan
dan daya tarik yang kuat dibandingi media lain yaitu unsur kata-kata, musik sound
effect dan unsur visual berupa gambar hidup. Sehingga seakan-akan televisi
menyajikan sesuatu yang nyata. Tetapi akan kelemahan dimana televisi bersifat
sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak negatifnya.
3.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi sebagai media komunikasi massa yang banyak dimiliki oleh masyarakat.
Televisi memiliki kelebihan pada audio visualnya dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak. Sifat audio visual yang tidak lain penayangannya yang mempunyai
jangkauan tidak terbatas dan dengan modal audio visualnya yang memiliki oleh
televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya. Karena itulah televisi
sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan pola berfikir, prilaku dan sekaligus
perubahan dalam berkomunikasi. Menurut Nurudin, begitu kuat pengaruhnya
televisi, penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari keterpengaruhan itu. Jika
19
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi; Citra Aditya Bakti, 1993, hal 177
26
dibandingkan dengan media massa lain, televisi sering dituduh sebagai agen yang
bisa memengaruhi lebih banyak sikap dan perilaku masyarakat20
.
Sedangkan Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah televisi
siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri – ciri yang
dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,
pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya
bersifat heterogen21
.
Dari penjelasan di atas bahwa televisi adaalah media komunikasi massa yang
banyak dimiliki oeh masyarakat dan juga memliki ciri-ciri komunikasi massa yaitu
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,
sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat heterogen.
4. Audiens Sebagai Kumpulan Penonton, Pendengar dan Pemirsa
Tidak bisa dipungkiri, audiens yang dimaksud dalam komunikasi massa ini
sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan
pembaca jurnal ilmiah. Masing-masing audiens ini berbeda satu dengan yang lainnya,
mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang
diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individu ini
juga bisa saling meaksi satu sama lainnya terhadap pesan yang diterimanya22
.
20
Nurudin, op. cit., hal 166 21 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikas teori dan praktek; PT Remaja Rosdakarya, 1992, hal 21
22 Nurudin, op. cit., hal 104
27
Menurut Hiebert dan kawan-kawan bahwa audiens dalam komunikasi massa
memiliki lima kharakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagai
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-
individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan
seleksi kesadaran
2. Audience cenderung besar. Luas disini berarti tersebar keberbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun beitu ukuran luas ini sifatnya
bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan,
ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut
audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi, perbedaan ini bukan suatu
yang prinsip. Jadi ada ukuran pasti tentang luasnya audiens itu.
3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi
heterogenitasnya juga tetap ada.
4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
Bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang
jumlahnya jutaan? Tidak mengenal ini tidak ditekankan satu kasus per satu
kasus tetapi meliputi semua audience.
secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berasal di Yogyakarta yang
sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari jakarta. Bukankah ia
28
dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience
dipisahkan oleh ruang dan waktu23
.
5. Program Televisi
5.1 Jenis-jenis Program Televisi
Kata program berasal dari bahasa inggris programme yang berarti acara atau
rencana. Di Indonesia kata program lebih sering digynakan dalam penyiaran tanah
air. Meskipun pada dasarnya undang-undang Indonesia tidak menggunakan kata
program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didifinisikan sebagai
pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk24
.
Stasium televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Berbagai jenis program itu
dapat dikelompokkanmenjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu program
informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi adalah
segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengatuhan
(informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi,dan
informasi itulah yang “dijual” kepada audien. Dengan demikian, program informasi
tidak hanya melulu program berita di mana presenter atau penyiar membacakan berita
tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan)25
.
23
Nurudin, op. cit., hal 105-106 24
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Edisi Revisi; Kencana Prenada Media Group , 2011, hal 209-210 25
Ibid., hal 217-219
29
Sedangkan program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghinur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang
termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik dam
pertunjukan26
.
Dari sumber lain menyatakan bahwa adapun pembagian program acara
televisi biasanya dibedakan sebagai berikut27
:
1. Drama (Fiksi)
Drama adalah sebuah program acara televisi yang diproduksi dan diciptakan
melalui proses imaginatif kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa
dan dikreasi ulang, contoh, komedi, legenda, horor, aksi, (action) dan sebagainya.
2. Non Drama (Non fiksi)
Non drama adalah sebuah program acara televisi yang diproduksi dan
diciptakan melalui proses imaginative kreatif darii realitas kehidupan sehari-hari
tanpa harus menginterpretasi dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Contoh :
musik, talk show, game show, kuis dan sebagainya.
3. Berita
Berita adalah sebuah program acara televisi yang diproduksi berdasarkan
informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Dari penjelasan diatas bahwa program televisi terdiri dari 2 bagian yaitu
pertama, program non fiksi berupa program yang memberikan pengetahuan atau
26
Ibid., hal 223 27
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004 hal 65-66
30
informasi, berita dan realitas kehipan sehari. Kedua, program fiksi berupa program
yang bersifat menghibur seperti games, music, komedi dan sebagainya.
5.2 PROGRAM TALKSHOW
Program talkshow merupakan salah satu kategori program informasi yang
bersifat berita lunak (sorf news). Program talkshow atau perbincangan adalah
program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk mambahas suatu topik
tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang
adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topic yang
tengah dibahas28
.
Program talkshow juga merupakan perpaduan antara seni panggung dan
teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan di tengah atau di sela-sela
pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya
santai. Pemandu acara dalm talkshow memiliki peran ganda, yakni sebagai pembawa
acara, sekaligus pewawancara. Pertanyaan diajukan secara santai, tetapi harus tetap
berbobot, misalnya tentang keberhasilan usaha pelayanan kepada masyarakat. Acara
talkshow diudarakan untuk pertama kali pada 27 september 1954 oleh jaringan
televisi NB, dengan judul acara tonight show. Acara ini dengan cepat menjadi
kegemaran khalayak permirsa karena narasumber yang ditampilkan sangat variatif
dan dinamis. Jika suatu wawancara di tengah-tengah show, maka acara ini disebut
talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebgai pewawanacara. Pembawa
28
Morissan, op. cit., hal 222
31
acara bisa juga dibantu oleh pewawancara untuk melakukan wawancara dengan
narasumber29
.
Dengan kata lain talkshow adalah program yang dihasilkan dari perpaduan
antara seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik yang memberikan informasi
bersifat berita lunak (sorf news). Dimana pembawa acara (host) dalm talkshow
memiliki peran ganda, yakni sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara.
Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan
peristiwa atau topic yang tengah dibahas.
6. Efek Komunikasi Massa
Steven M. Chafree (Wilhoit & Harold,) berpendapat bahwa ada empat efek
dari komunikasi massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi
massa, efek afektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa30
.
a. Efek kehadiran media massa
“The medium is the message”, pendapat Mcluhan tersebut menjelaskan bahwa
bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Dia berpendapat bahwa media adalah
perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi
adalah perpanjangan mata. Ada beberapa efek dari kehadiran media massa di
masyarakat, seperti efek sosial berupa kehadiran televisi meningkatkan status sosial
pemiliknya. Lalu kehadiran media massa juga menimbulkan penjadwalan kembali
kegiatan sehari-hari. Scramm, Lyle dan parker (1961) menunjukkan dengan cemat
29
J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Pustaka Utama Graffiti, 1996, hal 90-92 30
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi; PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal 219-239
32
bagaimana kehadiran televisi telah mengurangi waktu bermain, tidar, membaca, dan
menonton film pada sebuah kota di amerika. Efek lainnya adalah hilangnya perasaan
tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu pada media massa. Orang seringkali
menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi juga
orang menggunakan media massa untuk mengatasi perasaan tidak enak, misalnya
kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Tidak hanya menghilangkan perasaan, ia
pun menumbuhkan perasaan tertentu kita. Memiliki perasaan positif atau negatif pada
media tertentu.
b. Efek kognitif komunikasi massa
Efek kognitif media massa berkaitan erat dengan pembentukan dan perubahan
citra. Citra terbentuk informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk
menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi tersebut dapat membentuk,
mempertahankan, atau meredefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah
realitas yang sudah diseleksi. Gerbner melapotkan penelitian berkenaan dengan
persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan bahwa penonton
televisi kelas berat (heavy viewers) cenderung memandang lebih banyak orang yang
berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendiri berbahaya, dan lebih berpikir
bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Lazarfeld dan merton juga
membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral). Karena
namanya, gambarnya, atau kegitannya dimuat oleh media, maka orang, organisasi,
atau lembaga mendadak mendapatkan reputasi yang tinggi.
c. Efek afektif komuniksi massa
33
Yang dimaksud dengan efek ini adalah media massa mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap. Apabila dilihat dari segi afektif, pengaruh media
massa dapat disimpulkan pada 4 prinsip umum:
1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi
personal, proses selektif, keanggotaan kelompok.
2. Komunikasi massa biasaanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat
yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.
3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada
intensitas sikap lebih umum terjadi daripada perubahan seluruh sikap dari satu
sisi masalah ke sisi yang lain.
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang
di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
d. Efek behavioral komunikasi massa
Bandura menjelaskan melalui teori belajar sosial, bahwa kita belajar bukan
saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling).
Jadi menurut teori tersebut orang cendering meniru perilaku yang diamatinya. Efek
perilaku yang paling sering ditimbulkan adalah efek komunikasi massa pada perilaku
sosial yang diterima (efek proposional behavioral) dan pada perilaku agresif.
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek proposional. Khalayak harus
menympan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kemabali
terkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan
tertangguh (delayed modeling) hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat
peristiwa yang diamatinya.
34
Sedangkan menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes yang membagi
menjadi 2 bagian dasar yaitu efek primer dan efek sekunder:
a. Efek primer
Efek primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Efek primer terjadi
ketika adanya terpaan media massa yang mengenai audiens, seperti saat kita
memperhatikan orang yang sedang berbicara, berarti ada efek primer yang terjadi
pada diri kita, bahkan yang kita lebih memahami pesan yang terima maka semakin
kuat terjadi efek primer.
b. Efek sekunder
Efek sekunder meliputi perubahan pengetahuan, sikap, perubahan perilaku
(memilih dan menerima), seperti saat kita memperhatikan orang yang sedang
berbicara, lalu kita merespon pesan yang kita terima dengan melakukan perubahan
memlih atau menerima pesan tersebut31
.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa memiliki efek
yang membuat penonton atau audiens pada dirinya terjadi perubahan berupa
perubahan pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku. Selain itu efek komunikasi
massa membuat penonton menjadi nyaman dan efek berupa perhatian, terpaan dan
pemahaman.
31
Nurudin, op. cit., hal 206
35
7. Teori-Teori
7.1 Teori Stimulus-Respon
Teori stimulus – respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu32
. Dengan
demikian, seseoarang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media
dan reaksi audience. Model stimulus –respon adalah model komuikas paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran
behavioristik33
. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus- respons.
Gambar 1.2
Skema model S-R
Sumber : Deddy mulyana, suatu pengantar ilmu komunikasi;PT Remaja Rosdakarya, 2008, hal 143
model ini menunjukan komunikasi sebagai proses aksi – reaksi yang sangat
sederhana. Model S – R mengasumsi bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan),
isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan
merangsang orang lain untk memberikan respons dengan cara tertentu34
. Oleh karena
itu proses ini dapat dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi. Proses
ini bersifat timbal- balik dan memiliki banyak efek.
32
Burhan bungin, sosiologi komunikasi; prenada media group, 2009, hal 281 33
Deddy mulyana, suatu pengantarilmu komunikasi;PT Remaja Rosdakarya, 2008, hal 143 34
Ibid., hal 144
Stimulus Respons
36
Jika dihubungkan dengan penelitian ini mengenai pengaruh terpaan program
talkshow Dr. OZ Indonesia terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang
perilaku hidup sehat. Maka hubungan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Stimulus: yang dimaksud stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan
program Dr. OZ Indonesia berupa informasi seputar kesehatan
2. Respon: yang dimaksud adalah efek berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan
tentang perilaku hidup sehat pada penonton
7.2 Teori Jarum Hipodermik
Graeme Burton dalam bukunya mengenai media dan masyarakat mengatakan
bahwa pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen
danmudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan
selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal
dengan teori peluru35
. Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan
penuh dalam mempengaruhi seseorang.Teori peluru ini merupakan konsep awal
sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970an
dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori
jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950an setelah peristiwa
penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From
Mars”.
35
Graeme Burton. Media and Society “Critical Perspectives”. England. Open University Press. 2005, hal 123
37
Pendapat Wilbur Schramm sebagaimana terdapat dalam buku Deddy Mulyana
pada tahun 1950an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan
peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Tetapi pada tahun 1970an Scrhamm meminta pada khalayak peminatnya agar teori
peluru komunikasi itu tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa
itu ternyata tidak pasif36
.Asumsi dari teori ini yaitu bahwa media secara langsung dan
cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Scrhamm juga menyebutkan
aspek-aspek yang menarik dari model hipodermik ini yaitu:
1. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan
secara mendalam ide-ide kedalam benak orang yang tidak berdaya (the all
powerfull media are able to impres ideas on defenseless minds).
2. Audience dianggap seperti atom-atom yang terpisah satu sama lain, tidak
saling berhubungan dan hanya berhubngan dengan media massa. Kalaupun
individu-individu dalam mass audience mempunyai pendapat yang sama
dalam suatu persoalan, hal ini buka karena mereka berhubungan atau
berkomunikasi satu dengan yang yang lain, meliankan karena mereka
memperoleh pesan- pesan yang sama dari suatu media.
36
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya hal 135
38
8. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah batasan tentang penegertian yang diberikan
peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali
datanya37
.
1. Terpaan talkshow kesehatan
Menurut Oemar Hamalik terpaan adalah frekuensi seseorang untuk mendengarkan
radio, untuk membaca Koran dan menonton televisi38
. Sedangkan menurut Onong
Uchjana Efendy terpaan adalah keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan
yang disebarkan oleh media massa39
. Jadi dapat disimpulkan disini adalah frekuensi
seseorang dalam menonton tayangan talkshow kesehatan.
2. Efek komunikasi
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut. Efek tersebut misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu
menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),
perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya40
. Jadi dapat disimpulkan
adalah dampak komunikasi yang terjadi pada penerima berupa perubahan
pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, dan perubahan
perilaku.
37
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi; UMM Press, 2010, hal 141 38
Oemar hamalik, Media; Armiko, 1987, hal 240 39
Onong Uchjana Efendy, kamus komunikasi; Mandar Maju, hal 124 40
Daddy mulyana, op cit., hal 148
39
9. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur41
.
Dalam penelitian ini bentuk operasionalnya dibagi dalam dua variabel, sebagai
berikut:
9.1 Variabel X (Terpaan Program Dr. OZ Indonesia)
Terpaan program Dr.OZ Indonesia merupakan frekuensi audience terkena
pesan-pesan saat menonton program Dr.OZ Indonesia. Dimana Dr. OZ Indonesia
adalah program televisi talkshow beredukasi yang bertujuan informasi seputar dunia
kesehatan mulai dari informasi berbagai penyakit, gaya hidup sehat dan sebagainya.
tujuannya bukan sekedar memberikan informasi yang berorentasi pada dunia
kesehatan yang diinginkan tetapi sampai melakukan tindakan waspada akan penyakit
sehingga kesehatan terjaga dan juga melakukan gaya hidup sehat. Dalam penelitian
ini program Dr. OZ Indonesia pada episode tanggal 6,7,13 dan 14 september 2014.
Adapun indikator dari variabel ini yaitu:
1. frekuensi menonton acara Dr.OZ Indonesia.
2. intensitas menonton acara Dr. OZ Indonesia.
3. Tingkat perhatian saat menonton Dr. OZ Indonesia.
9.2 Variabel Y (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tentang Perilaku Hidup
Sehat)
Dalam penelitian ini variabel Y adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dimana pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan dampak yang dihasil dari
pengaruh proses interaksi atau yang disebut proses komunikasi. Dalam kajian ilmu
41
Hamidi, op. cit., hal 142
40
komunikasi pengetahuan, sikap, dan tindakan sudah tidak asing karena ketiga hal
tersebut merupakan efek yang dapat muncul setelah komunikator mengirim pesan ke
komunikan. Variabel-variabel Y sebagai berikut:
9.2.1 Variabel Y1 (Pengetahuan)
Pengetahuan dalam hal ini adalah akibat yang timbul pada diri komunikan
yang sifatnya informatif bagi dirinya dikarenakan menonton program Dr. OZ
Indonesia. Mulai penyebab penyakit sampai solusinya penyebuhan penyakit.
Indikator – indikator sebagai berikut:
1. Pemahaman pesan tentang kesehatan di Dr. OZ Indonesia
2. Pengetahuan akan pola hidup sehat
3. Pengetahuan akan penyakit
9.2.2 Variabel Y2 (Sikap)
Sikap merupakan suatu dampak yang muncul telah mendapatkan pengetahuan
atau informasi. Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang
mendorong kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu.
Jadi dari pengetahuan akan penyakit dapat berdampak akan pemikiran dan perasaan
kita sehingga mendorong kita bertingkah laku sesuai hal tersebut. Indikator –
indikator sebagai berikut:
1. Sikap akan kesehatan tubuh
2. Sikap akan waspada penyakit
9.2.3 Variabel Y3 (Tindakan atau Perilaku)
Tindakan merupakan lanjutan dari dampak pemikiran dan perasaan yang
didapat sehingga muncul kegiatan sesuai dengan pemikirannya atau perasaannya. Jadi
41
pemikiran akan kesehatn membuat kita melakukan upaya kewaspadaan akan
penyakit. Indikator – indikator sebagai berikut:
1. Perilaku akan hidup sehat
2. Tindakan mencegah penyakit
10. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah sesuatu pendapat atau kesimpulan awal yang masih bersifat
sementara. Dalam hal ini penelitian meggunakan pendekatan kuantitatif. Maka
hipotesis yang digunakan peneliti adalah
Hipotesis
H0 : terpaan program Dr. OZ Indonesia tidak berpengaruh terhadap perilaku hidup
sehat
Ha : terpaan program Dr. OZ Indonesia berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat
F. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengam
paradigm positivistik untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan
dengan teori yang dimiliki. Penelitian kuantitatif bersifat terinci, luas, banyak
menggunakan literatur, yang terkait dengan tema yang diajukannya sebagai
pendukung. Memiliki prosedur yang terinci jelas, hipotesis sejak awal dirumuskan
dan ditulis secara lengkap sebelum melakukan penelitian di lapangan. Idrus
menjelaskan karaktertik pendekatan kuantitatif yaitu penelitian diorentasikan untuk
melihat hubungan antar variabel, menggunakan logika eksperimen, mencari hukum
42
universal yang dapat meliputi semua kasus, data berupa angka, subjek banyak,
menggunakan alat pengumpul data netralisasi dalam pelaksanaan penelitian, bersifat
atomistis, bersifat reduksi, ada intervensi terhadap subjek, penguji hipotesis,
genelisasi berdasarkan sampel, interaksi peneliti subjek penelitian jauh, analisis data
setelah data terkumpul, dan kebenarannya bersifat etik42
.
2. Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe dan dasar penelitian ini adalah eksplanatori yang bertujuan untuk
menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Sedangkan dasar untuk
penelitian ini adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data
sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan cara menyebarkan kuisioner43
.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah lingkungan sekolah menengah atas 3 kota Bima.
Waktu pelaksanaan penelitian bulan desember 2014. Kuisioner akan diberikan
kepada siswa SMA 3 kota Bima yaitu siswa kelas XII dan XI. Peneliti memilih kota
Bima karena masih banyak masyarakatnya berperilaku hidup kurang sehat, begitu
pula para remajanya.
42
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Erlangga, 2009, hal 29-31 43
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, CY Alfabeta, 2003, hal 7
43
4. Populasi dan Sampel penelitian
4.1 Populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya44
. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI dan kelas XII di SMAN 3 kota Bima. Berdasarkan pra survey
yang dilakukan peneliti, maka didapatkan hasil populasi sebanyak 44 siswa. Dimana
siswa yna mejadi populasi merupakan penonton program Dr. oz Indonesia.
4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dari diketahui jumlah populasi tersebut sebanyak 44 siswa, maka peneliti
menggunakan teknik total sampling. Teknik ini digunakan apabila jumlah populasi
dari suatu penelitian tidak terlalu banyak. Jika subjek kurang dari 100 lebih baik
diambil semua45
. Jadi sampel dari penelitian ini ada 44 siswa SMA 3 kota Bima.
5. Metode Pengumpulan Data
5.1 Angket (Quesioner)
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden46
. Tujuannya adalah
mengetahui dan mendapatkan informasi tentang sikap dan pendapat dari responden.
44
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, CY Alfabeta, 2003, hal 90 45
Suharsini Arikunto, penelitian suatu pendekatan praktek; PT Rineka cipta, 2006, hal 134 46
Burhan bungin, metodologi penelitian kuantitatif; Kencana Prenada Media Group, 2005 hal 123
44
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
5.2 Dokumenter
metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial47
. Peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara pustakaan untuk menemukan data-data yang berkaitan erat dengan
penelitian. Data dalam hal ini dapat merupakan catatan, buku-buku, surat kabar,
majalah atau arsip yang sudah tersedia mengenai perorangan ataupun lembaga.
6. Perskalaan Data
Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. skala likert digunakan untuk
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial48
. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka reponden harus
menggmabrkan, mendukung pernyataan (item positif) dan tidak mendukung
pernyataan (item negatif). Alasan peneliti memilih skala likert karena skala likert
dapat dibuat dan di interpretasikan dengan mudah. Selain itu skala likert merupakan
bentuk pengukuran yang lazim dipakai. Skor atas pilihan jawaban kuesioner untuk
pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut:
47
Burhan bungin, metodologi penelitian kuantitatif; Kencana Prenada Media Group, 2005 hal 144 48
Rianto adi, metode penelitian sosial dan hokum; Granit, 200, hal 86
45
Tabel 1.2
Skala likert untuk kuesioner
Jawaban respoden Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
7. Teknik Analisis Data
7.1 Analisis Regresi Linier
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Bagi
regresi sederhana, satu variabel dipengaruhi (dependent) oleh variabel lainnya.
Variabel yang mempengaruhi ini disebut variabel bebas (independent) dan variabel
yang dipengaruhi ini disebut variabek terikat (dependent)49
. Dalam penelitian ini
variabel independent (x) merupakan program Dr. OZ Indonesia, sedangkan variabel
dependentnya (y) merupakan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang perilaku hidup
sehat penonton. Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh yang dimaksud maka
digunakan uji regresi linear sederhana yang terdiri dari:
49
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Erlangga, 2009, hal 177
46
1. Uji Statistik F
Secara simultan (Variabel X bersama-sama) menggunakan uji statistik F
karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh signifikan variabel independent secara
bersama-sama terhadap variabel dependent. Menentukan tingkat signifikan, yaitu α =
5%, derajat kebebasan (df) dengan rumus df1(N1) = k-1, df2(N2) = n-k, k adalah
konstruk (jumlah variabel X dan Y), sedangkan n adalah jumlah sampel,
untuk menentukan F tabel.
2. Uji Statistik T
Secara parsial (masing-masing variabel X) menggunakan uji statistik T
karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh signifikan masing-masing variabel
independent terhadap variabel dependent. Menentukan tingkat signifikan, yaitu α =
5%, derajat kebebasan (df) = n-1, n adalah jumlah sampeluntuk menentukan T tabel.
3. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan variabel terikat yang disebabkan
adanya perubahan variabel bebas, dan digunakan dalam presentase. Koefisien ini juga
digunakan sebagai pendekatan atas suatu hubungan linier antar variabel (X) lebih dari
2, digunakan rumus sebagai berikut :
𝑅² =𝑏₁Ʃ𝑥₁𝑦 + 𝑏₂Ʃ𝑥₂𝑦 + 𝑏₃Ʃ𝑥₃𝑦
𝑦²
Dimana :
R2
= Besar koefisien determinasi
b = Slope garis estimasi yang paling baik
47
x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
Nilai koefisien determinasi berganda ini adalah lebih besar dari 0 tetapi lebih
kecil dari 1, maka apabila :
a. Nilai koefisien determinasi menunjukkan angka mendekati 1, berarti variabel
bebas (X) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel terikat (Y).
b. Nilai koefisien determinasi mendekati 0, berarti bahwa perubahan variabel
terikat (Y) banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang
diteliti.
8. Keabsahan Data
8.1 Uji Validitas
Definisi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument penelitian. Suatu instrument dianggap valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan, atau dengan kata lain mampu memperoleh
data yang tepat dari variabel yang diteliti50
. Sebagai contoh dalam penelitian ini
peneliti menggunakan media kuesioner (angket), apabila kuesioner tersebut telah
berhasil mengukur apa yang ingin diukurnya maka dapat dikatakan data yang
dihasilkan dari penggunaan kuesioner sebagai media ukur tersebut sudah dapat
dikatakan sebagai data yang valid.
50 Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono. Riset Pemasaran : PT. Elex Media Komputindo. 2001 hal 114
48
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Bivariate
Correlation Pearson. Uji validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item
yang digunakan, dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi
0,05 (α = 5%) , artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap
skor totalnya. Untuk melakukan uji validitas ini, proses penghitungan dikerjakan
menggunakan sarana bantu komputer dengan program SPSS dengan teknis analisis
korelasi bivariate pearson. Dalam menguji validasi kuesioner ini dilakukan dengan
uji coba sebanyak jumlah responden. Koefisien korelasi item-total dengan bivariate
pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑖𝑥 =𝑛 𝑖𝑥 − 𝑖 𝑥
𝑛 𝑖2 − 𝑖 2 𝑛 𝑥2 − 𝑥 2
Dimana: Rix = Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson)
i = Skor item
x = Skor total
n = banyaknya subyek
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian
adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka instrument atau item-item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total, maka dinyatakan valid.
b. Jika r hitung ≤ r tabel maka instrument atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka dinyatakan tidak valid.
49
8.1 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur
dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat uku tersebut mempunyai hasil yang
konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Ada beberapa
pendekatan yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen, antara lain tes
berulang (test and retest), bentuk parallel (parallel form), model belah dua
Spearman-Brown, dan metode alpha (Cronbach’s). Pada penelitian ini digunakan
metode alpha (Cronbach’s).
Metode ini banyak dipakai karena rumus yang digunakan tidak terpengaruh
jika varian dan ovarian dari komponen-komponennya tidak sama. Menurut Arikunto,
penggunaan teknik Alpha-Cronbanch akan menunjukkan bahwa suatu instrument
dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas atau alpha
sebesar 0,6 atau lebih. Dinyatakan reliable jika nilai α hitung ≥ 0,60 (paling tidak
mencapai 0,60), kemudian jika α hitung< 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel. Jika α
hitung mencapai 0,85 bahkan 0,90 dikatakan reliabilitas tinggi51
. Rumus dari metode
ini adalah sebagai berikut:
∝=k
k − 1 1 −
𝜎2𝑋𝐿
𝜎2𝑥
Dimana:
α = Cronbach’s Coefficient Alpha atau reliabilitas instrumen
K = Jumlah pecahan atau banyak butir pertanyaan
𝜎2𝑋𝐿= Total dari varian masing-masing pecahan
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik: RinekaCipta. 1998 hal 145
50
𝜎2𝑥= Varian dari total skor
top related