latar belakang.docx
TRANSCRIPT
TUGAS
ANALISA OBAT
METODA VALIDASI UNTUK PENENTUAN KADAR PIROXICAM MENGGUNAKAN ELEKTROFORESIS
KAPILER DAN APLIKASINYA PADA TABLET
OLEH
M. RIFQI EFENDI
1421012015
Program Pascasarjana
Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
2014
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan jaman dan semakin pesatnya kemajuan
teknologi dan informasi, berdampak dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan baik individu,
lingkungan maupun sosial. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
swamedikasi oleh masing-masing individu masyarakat yang secara tidak
langsung meningkatkan penggunaan obat oleh masyarakat dan
menjadikan mutu obat sebagai jaminan mutlak untuk suatu obat dapat
digunakan oleh masyarakat.
Salah satu obat yang sering digunakan adalah piroksikam.
Piroksikam termasuk dalam golongan non-steroid antiinflammatory drug
(NSAID) yang memiliki kemampuan sebagai analgetik antiinflamasi.
Piroksikam (4-hidroksi-2-metil-N-(piridin-2yl)-2H-1) merupakan derivat
oxicam yang memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.
Piroksikam mengandung inti benzena dan mengandung gugus nitro
yang termasuk golongan gugus kromofor. Selain itu juga memiliki gugus –
OH yang merupakan gugus auksokrom sehingga dapat dianalisis dengan
metode Elektroforesis kapiler. Syarat suatu zat bisa dianalisis
menggunakan elektroforesis kapiler yaitu zat tersebut memiliki gugus
kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor merupakan gugus yang
menghasilkan warna atau gugus yang mengabsorbsi energi dari
perpindahan elektron n→л* atau л→ л*. Contoh gugus kromofor adalah
azo, nitro, dan benzena. Gugus auksokrom yaitu gugus fungsi yang tidak
mengabsorbsi gelombang ultraviolet sebagaimana gugus kromofor,
namun adanya ikatan gugus auksokrom pada gugus kromofor pada suatu
senyawa dapat meningkatkan intensitas senyawa tersebut. Contoh gugus
auksokrom adalah –OH dan –NH2.
Setiap produk farmasi yang akan dirilis harus teruji secara ilmiah
untuk menjamin khasiat, toksisitas, dan kualitasnya. Agar dapat diperoleh
hasil yang relatif sama pada tiap tahapan maka masing-masing tahapan
harus dianalisis dalam validasi metode untuk menjamin kualitas dan
realibilitas suatu hasil analisis.
Beberapa metoda analisis telah diikaji untuk penetapan kadar
piroxicam. Misalnya, pengujian piroxicam menggunakan spektrofotometri
UV (Rele, et al., 2010), analisis piroxicam menggunakan HPLC-RP dengan
range konsentrasi kurva standar 50 µg/mL- 150 µg/mL (r2)=
0,9991(Kumar, et al., 2010), analisis piroxicam dengan HPTLC dengan
range konsentrasi kurva standar 0,1-0,9 µg/spot (r2)= 0,9998 (Atul, et al.,
2008), dan elektroforesis kapiler. Elektroforesis kapiler merupakan teknik
analisis yang handal untuk menganalisis senyawa obat, seperti NSAID.
Sebelumnya sudah dilakukan kajian penentuan piroxicam menggunakan
elektroforesis kapiler tetapi metode tersebut belum tervalidasi. Selain itu,
Ada beberapa keuntungan elektroforesis kapiler dibanding HPLC dan spektroskopi dalam
menganalisis reaksi metabolit, dimana pada elektroforesis sampel yang digunakan julahnya
kecil, efisien, dan selektif (Ward, Smyth, O’Kennedy, & Lunte, 2003; Frazier, 2001).
Maka, pada makalah ini akan mengkaji analisis piroxicam menggunakan
elektroforesis kapiler dan membandingkan hasil dari validasi metodanya.
1.2. Tujuan
Pada makalah ini akan mengkaji analisis piroxicam menggunakan elektroforesis kapiler
1.3. Manfaat
Diperolehnya kajian analisis piroxicam menggunakan elektoforesis
kapiler.
BAB II
TINJAUAN METODA
2.1 Elektroforesis Kapiler
2.1.1. Tinjauan Umum
Elektroforesis merupakan metoda analisis berdasarkan migrasi zat atau senyawa
bermuatan yang terlarut atau tersuspensi dalam sebuah elektrolit dibawah pengaruh langsung
medan arus listrik. Kation bermigrasi ke elektroda bermuatan negatif (katoda), sedangkan
anion bermigrasi ke elektroda bermuatan positif (anoda). Partikel netral tidak tertarik kearah
elektroda (USP, 2006)
Skema alat elektroforesis kapiler (Bosserhoff & Hellerbrand, 2005)
Elektroforesis kapiler pada dasarnya terdiri dari dua vial berisi buffer yang di
hubungkan dengan kapiler silika. Elektroda terletak pada masing-masing buffer yang salah
satu bertindak sebagai anoda dan yang lainnya bertindak sebagai katoda. Arus listrik
diterapkan dengan power supply tinggi (a). Kemudian bagian depan pipa kapiler pertama
dicelupkan ke dalam vial sampel dan daya dihidupkan, terjadi perpidahan sekelompok
partikel bermuatan oleh migrasi elektroforesis ke ujung pipakapiler (b). Detektor diletakkan
di tempat yang berlawanan dengan bagian injeksi dan detektor ini memonitor bagian dari zat
terlarut pada saat melewati kapiler tersebut. Hasil pemisahan berupa elektroforegram
sampel yang dikumpulkan dan disimpan oleh komputer (Bosserhoff & Hellerbrand, 2005).
2.1.2. Aliran Elektroosmosis (McGraw-Hill, 2009)
Mekanisme Aliran Elektroosmosis
Permukaan kapiler mengandung gugus silanol, dimana pada pH lebih dari 3 akan
menjadi bentuk terion. Gugus silanol yang terionisasi pada dinding kapiler akan membentuk
lapisan ganda listrik pada permukaan kapiler karena daya tarik kation bermuatan positif pada
buffer. Pada saat diberi tegangan listrik, lapisan ganda beserta kation yang menyebar dalam
kapiler bergerak menuju katoda dan akan menarik pelarut sehingga menghasilkan aliran
elektroosmosis. Oleh karena itu, adalah mungkin untuk memisahkan dan mendeteksi molekul
positif, negatif, dan netral dalam jangka elektroforesis yang sama, jika detektor diletakkan di
akhir katodik. Senyawa negatif tertarik ke anoda tapi kemudian akan tersapu oleh aliran
elektroosmosis dan lalu mengelusi. Molekul netral, yang tidak terpisah satu sama lain akan
mengelusi sebagai band tunggal dengan kecepatan yang sama sebagai aliran elektroosmosis.
Senyawa positif memiliki mobilitas elektroforesis positif dalam arah yang sama dengan aliran
elektroosmosis, dan akan terelusi pertama.
2.1.3.Bagian-Bagian Alat (European Pharmacopeia, 2005)
Seperti yang tertera di dalam European Pharmacopeia (2005), peralatan untuk
elektroforesis kapiler terdiri dari:
1. Sebuah tegangan tinggi, terkontrol arus searah arus listrik;
2. Dua buah tempat larutan penyangga (inlet dan outlet), dengan tingkatan yang sama,
dan ditujukan sebagai larutan anoda dan katoda;
3. Dua buah rakitan elektroda (anoda dan katoda), tenggelam dalam larutan penyangga
dan terhubung ke arus listrik;
4. Pemisahan kapiler (biasanya dibuat dari leburan silika), yang ketika digunakan
dengan beberapa tipe dari detektor, memiliki jendela penglihat bagi detektor. Ujung
kapiler tersebut ditempatkan dalam larutan penyangga. Kapiler diisi dengan larutan
yang ditentukan dalam monografi;
5. Sistem injeksi yang cocok;
6. Detektor dapat memonitor sejumlah zat yang melewati suatu bagian pemisahan
kapiler pada waktu tertentu, hal tersebut biasanya didasarkan pada penyerapan
spetrofotometri (UV dan visible) atau fluorimetri, tetapi konduktimetri, amperometri
atau deteksi spektrometri massa dapat berguna untuk aplikasi khusus, deteksi indirect
merupakan metode alternatif yang digunakan untuk mendeteksi zat yang tidak
menyerap UV dan bukan termasuk senyawa fluoresent.
7. Sistem termostatik mampu mempertahankan suhu didalam kapiler agar menghasilkan
pemisahan yang baik.
8. Recorder dan integrator yang cocok atau komputer.
Penggunaan larutan penyangga, kesesuaian kondisi alat dan metoda, larutan sampel,
dan kondisi migrasi ditentukan dalam monografi zat yang akan ditentukan. Larutan elektrolit
disaring terlebih dahulu untuk menghapus partikel dan gas pengganggu untuk menghindari
pembentukan gelembung yang bisa mengganggu sistem deteksi atau mengganggu ikatan
listrik selama proses pemisahan didalam kapiler. Sebuah prosedur pembilasan yang tepat
harus dikembangkan untuk setiap metode analisis agar tercapainya waktu migrasi yang tepat
dari zat terlarut.
2.1.4.Sistem Buffer pada Elektroforesis Kapiler
Parameter yang paling menentukan EOF adalah viskositas buffer, kekuatan ionik
buffer, penerapan tegangan, dan konstanta dielektrik dari buffer. pH dari buffer dapat
divarasikan tergantung kebutuhan (Ciccone, 2001).
Dalam mengoptimalkan pemisahan oleh pipa kapiler, kapiler dikondisikan dengan air
dan NaOH tujuannya untuk membentuk gugus silanol bermuatan negatif (SiOx-) pada dinding
kapiler silica sehingga terbentuknya aliran elektroosmosis (EOF). Berikut ini merupakan
reaksi antara dinding kapiler yang berupa silica dengan NaOH dan air.
Rumus kimia silica didalam kapiler. Permukaan silica sebelum
(a) dan sesudah (b) hidrolisis NaOH (Whatley, 2001).
Selain NaOH dan air, kation dari buffer juga akan berinteraksi dengan dinding kapiler
yang bermuatan negatif. Yang kemudian akan terbentuk lapisan listrik ganda (double layer).
Kemudian jika tegangan diberikan, kation dari buffer akan bermigrasi ke katoda. Sehingga
akan terbentuk aliran elektroosmosis (Richard, 2012).
2.1.5.Sistem Injeksi (Agilent, 2009)
Ada beberapa pilihan sistem injeksi pada elektroforesis kapiler, yaitu: injeksi
hidrodinamik (menggunakan tekanan atau vakum), injeksi elektrokinetik (menggunakan
tegangan, arus, atau power), dan menggunakan program injeksi.
a. Injeksi Hidrodinamik (Apply Pressure)
Pada injeksi hidrodinamik, vial buffer inlet diganti dengan vial sampel. Sebuah tekanan
diterapkan selama waktu tertentu untuk memperkenalkan sampel kedalam kapiler. Sistem ini
terus mengontrol tekanan secara konstan. Ketika tekanan diterapkan, tekanan ke botol sampel
meningkat secara bertahap hingga tekanan yang ditentukan, setelah tekanan menurun secara
bertahap menjadi seperlima. Hingga waktu yang ditentukan, tekanan menurun secara
bertahap hingga tekanan atmosfir. Hal ini mengakibatkan injeksi akurat. Injeksi oleh tekanan
merupakan injeksi yang paling sering digunakan. Tidak ada perbedaan dalam konsentrasi
injeksi molekul yang memiliki perbedaan mobilitas seperti pada injeksi elektrokinetik.
b. Injeksi elektrokinetik (Apply Voltage)
Pada injeksi elektrokinetik, vial buffer inlet diganti dengan vial sampel. Sebuah
tegangan, arus atau power diterapkan selama waktu tertentu yang menyebabkan sampel
bermigrasi ke kapiler. Sistem injeksi ini sering digunakan untuk kapiler yang ditambahkan
kedalamnya gel atau bahan yang viskositasnya tinggi, dimana injeksi oleh tekanan tidak
dapat digunakan.
Selama injeksi elektrokinetik, molekul dengan mobilitas yang berbeda akan berbeda
habisnya dari dalam larutan sampel, sehingga secara bertahap terjadi perubahan komposisi
analit sebagai akibat apabila dilakukan injeksi berulang. Kandungan garam yang berbeda
dalam matriks sampel akan mempengaruhi efisiensi analit. Variasi komposisi matriks
berakibat pada bias analisis kuantitatif, dalam kasus terburuk menghambat pengenalan analit.
Perbedaan antara injeksi hidrodinamik dan elektrokinetik adalah untuk injeksi
elektrokinetik, elektroda harus menyentuh sampel dalam vial sampel. Berbeda dengan injeksi
hidrodinamik, sampel hanya perlu menyentuh ujung kapiler.
c. Menggunakan Program Injeksi
Sistem ini digunakan untuk hal-hal tertentu, seperti: injeksi dari vial-vial yang berbeda,
injeksi dalam jumlah tertentu, dan penyuntikan buffer setelah sampel untuk mencegah
hilangnya sampel setelah digunakan tegangan.
2.1.6.Subtipe Metode Elektroforesis Kapiler (USP,2006)
Saat ini terdapat 5 metoda utama yang digunakan pada elektroforesis, yaitu capillary
zone electrophoresis (CZE) yang juga disebut sebagai free solution atau aliran elektroforesis
lambat, micellar electrokinetic chromatography (MEKC), capillary gel electrophoresis
(CGE), capillary isoelectric focusing (CIEF), and capillary isotachophoresis (CITP).
Pada CZE, pemisahan dikontrol oleh perbedaan mobilitas dari komponen-komponen
dalam sampel atau larutan uji. Perbedaan mobilitas terjadi akibat dari muatan dan berat
molekul analit. Keoptimalan pemisahan dipengaruhi komposisi dari buffer, Ph, dan kekuatan
ionnya.
Dalam MEKC, surfaktan ionic ditambahkan kedalam buffer pada konsentrasi diatas
konsentrasi misel kritis. Misel membentuk fase pseudostationari sehingga analit dapat
berpartisi. Teknik ini digunakan untuk pemisahan komponen netral dan epti.
CGE merupakan analog denganfiltrasi gel, menggunakan kapiler berisi gel untuk
pemisahan molekul berdasarkan berat molekul dan ukuran molekul. Metoda ini pertama kali
digunakan untuk pemisahan protein, eptide, dan oligomer. CIEF merupakan metoda dengan
prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan titik isoelektrik. Gradien Ph dibuat didalam kapiler
untuk memisahkan peptida dan protein berdasarkan titik isoelektrik dari peptida dan protein
tersebut. Dalam isotoforesis kapiler (CITP), kombinasi dari dua buffer dengan mobilitas yang
berbeda, sehingga analit yang ingin dipisahkan terkonsentrasi diantara zona awal dan akhir
aliran
.
2.2. Capillary Zone Electrophoresis (CZE) (European Pharmacopeia, 2005)
2.2.1.Prinsip
Analit dipisahkan didalam kapiler yang hanya berisi buffer. Pada metoda ini,
pemisahan terjadi akibat perbedaan komponen sampel yang bermigrasi dengan kecepatan
yang berbeda. Kecepatan masing-masing komponen tergantung pada pergerakan
elektroforesis zat terlarut dan aliran elektroosmosis didalam kapiler. Metoda ini dapat
digunakan untuk pemisahan molekul kecil (Mr < 2000) dan besar (2000 < Mr > 100 000).
Karena efisiensi yang tinggi, pemisahan molekul hanya memiliki perbedaan menit. Dengan
metoda ini juga memungkinkan pemisahan senyawa kiral oleh penambahan kiral selektor
kedalam buffer.
2.2.2.Optimasi
Optimasi pemisahan adalah proses yang kompleks dimana beberapa parameter
pemisahan dapat memainkan peranan utama.
a. Parameter Instrumental
Tegangan. Plot pemanasan Joule berguna dalam mengoptimalkan tegangan dan suhu
kapiler. Lama pemisahan berbanding terbalik dengan tegangan yang diberikan. Namun
peningkatan tegangan yang digunakan dapat menimbulkan panas yang berlebihan, sehingga
terjadi peningkatan suhu, dan sebagai hasilnya gradien viskositas didalam kapiler. Efek ini
menyebabkan pelebaran pita dan menurunkan resolusi.
Polaritas. Kepolaran elektroda bisa normal (anoda di inlet dan katoda di outlet) dan
aliran elektroosmosis akan bergerak ke katoda. Jika polaritas elektroda dibalik, aliran
elektroosmosis jauh dari outlet dan analit hanya dibebankan dengan mobilitas elektroforesis
yang lebih besar dari aliran elektroosmosis, dan pada akhirnya akan melewati outlet.
Suhu. Efek utama dari suhu diamati pada viskositas buffer dan konduktivitas listrik
yang berpengaruh pada kecepatan migrasi. Dalam beberapa kasus, peningkatan temperatur
kapiler dapat menyebabkan perubahan konformasi protein, modifikasi waktu migrasi, dan
efisiensi pemisahan.
Kapiler. Sebuah dimensi panjang (pipa kapiler) memberikan pengaruh pada waktu
analisis, efisiensi pemisahan, dan kapasitas analit. Panjang kapiler dapat menurunkan medan
listrik (yang bekerja pada tegangan konstan) dan akan meningkatkan waktu migrasi.
b. Parameter Larutan Elektrolit
Jenis dan Konsentrasi Buffer. Buffer yang cocok untuk elektroforesis kapiler
memiliki kapasitas buffer yang sesuai dalam berbagai pilihan Ph dan mobilitas rendah untuk
meminimalkan proses ini. Pencocokan mobilitas ion buffer untuk mobilitas zat terlarut
merupakan hal yang penting dalam meminimalkan penyimpangan dari bentuk
elektroforegram. Jenis pelarut sampel yang digunakan juga meningkatkan efisiensi
pemisahan dan deteksi yang lebih baik. Peningkatan konsentrasi buffer (untuk Ph tertentu)
dapat menurunkan aliran elektroosmosis dan kecepatan zat terlarut.
Ph Buffer. Ph buffer dapat mempengaruhi pemisahan dengan memodifikasi muatan
dari analit atau bahan lainnya yang terdapat dalam sampel, dan dengan mengubah aliran
elektroosmosis. Peningkatan Ph buffer umumnya meningkatkan aliran elektroosmosis.
Pelarut Organik. Dengan menambahkan pelarut organik (metanol, asetonitril, dan
lain-lain) pada buffer dapat meningkatkan kelarutan zat terlarut atau bahan aditif atau
mempengaruhi derajat ionisasi komponen sampel. Penambahan dari pelarut organik untuk
buffer umumnya menyebabkan penurunan aliran elektroosmosis.
Aditif untuk pemisahan senyawa kiral. Untuk pemisahan senyawa yang bersifat
isomer optis, kiral selektor biasanya ditambahkan kedalam buffer. Kiral selektor yang umum
digunakan adalah siklodekstrin, tetapi eter, polisakarida, dan protein juga dapat digunakan.
Karena senyawa kiral diatur oleh interaksi yang berbeda antara kiral selector dan setiap
enasiomer, resolusi yang dicapai untuk senyawa kiral tergantung pada jenis kiral selector
yang digunakan. Dalam hal ini, untuk pengembangan diberikan pemisahan untuk menguji
siklodekstrin yang memiliki struktur ruang yang berbeda (α-, β-, atau γ-siklodekstrin) atau
siklodekstrin yang dimodifikasi dengan gugus netral (metil, etil, hidroksiasil, dan lain-lain)
atau terionisasi (aminometil, karboksimetil, sufobutil eter, dan lain-lain). Bila menggunakan
modifikasi, batch ke batch variasi dalam derajat substitusi dari siklodekstrin harus
dipertimbangkan karena akan mempengaruhi selektivitas. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi resolusi dalam pemisahan kiral adalah konsentrasi kiral selektor, komposisi
serta Ph buffer, dan suhu. Penggunaan aditif organik, seperti metanol atau urea dapat juga
memodifikasi resolusi.
BAB. III
ANALISIS JURNAL
3.1. Metoda Penelitian
a. Alat dan Bahan
Alat
CE (Thermo Separation product, Spectra Phoresis 100, USA) yang dilengkapi dengan
detector UV model SPD-10A (Simadzu, jepang) dan data diproses menggunakan sistem
dengan tipe CR-7A (Simadzu, jepang). Senyawa dipisahkan menggunakan silika kapiler
dengan ukuran kapiler 75µm, panjang efektif 53,6 cm (total panjang 68,2 cm) (Agilent
thecnologies, USA).
Pengujian Spectrofotometri menggunakan Spectrofotometer UV tipe 2401 (Simadzu,
Japan). pH larutan diukur menggunakan ph meter tipe M-822 (Electro-mag, Turkey). Semua
sampel di sonikasi sebelum diinjeksi menggunakan Sonicator bath tipe B-220 (Branson,
USA)
Bahan
Piroksikam dan Naproxen sebagai internal standar yang di beli dari Sigma chemical Co.
(USA). Semua bahan kimia yang digunakan menggunakan standar analitical dibaeli dari
Gmbh company (Germany). Ulrapure water, Tablet piroksikam (Felden Flash, Pfizer,
Turkey) mengandung 20 mg PIR.
b.Penyiapan Larutan
Piroksikam dan naproxen standar disiapkan dalam metanol dan air
destilasi. Konsentrasi nya 6,76 µg/mL.
Larutan elektrolit (BGE) terdiri dari 10 mM baffer borat mengandung 10
% (v/v) metanol add sampai pH 9,0.
Untuk uji Spectrofotomatri, larutan piroxicam 0.36, 0.72, 1.08, dan 1.44
µg/mL dalam metanol dan metanol digunakan sebagai blangko. Dan
jumlah larutan tablet yang di tambahkan tidak diketahui.
c. Prosedur CZE
Kapiler yang dilapisi silica untuk pertama kali dikondisikan dengan
memflash menggunakan 1.0 M NaOH selama 30 menit dilanjutkan
dengan 0.1 M NaOH, ultrapure water, dan BGE selama 10 menit.
Setiap hari, kapiler dicuci dan dikondisikan dengan membilah kapiler
dengan 0,1 M NaOH, ultrapure water, dan BGE masing-masing selama
10 menit. Sampel diijeksi ke kapiler silika yang terisi BGE , dengan
injeksi vakum 1 detik. Diantara tiap ranning EC dibilas dengan 0,1 M
NaOH (2 min), Water destilasi (2 min), dan BGE (2 min). Pada setiap
akhir kerja, EC di bilas dengan 1,0 M NaOH dan ultrapure water selama
10 menit. Selama analisis menggunakan potensial + 25 kV. Deteksi
pada panjangv gelombang 204 nm.
d.Analisis Tablet
Untuk aplikasi dari metoda digunakan 10 tablet piroxicam (Felden flash)
20 mg/tablet. 10 tablet tersebut diserbuk kemudian larutkan ke dalam
25 mL metanol dan sonikasi selama 10 menit. Larutan ddisentrifus
selama 10 min pada 5000 rpm. Bagian supernatan diencerkan dengan
metanol sampai koonsentrasi untuk pengukuran piroxicam.
3.2. Hasil dan Pembahasana. Jurnal : Validated Method for the Determination of Piroxicam by Capillary Zone
Electrophoresis and Its Application to Tablets (Dal, et al., 2014)
Nilai pKa dari priroxicam adalah 6.3. pH mempengaruhi derajat ionisasi molekul,
mobiliti electroforetic sampel dan electroosmotic flow. Selanjutnya, kondisi basa merupakan
salah satu pertimbangan untuk anslisis piroxicam berdasarkan struktur molekulnya.
a. Optimasi dari Metoda
- Penentuan kondisi optimum pengujian piroxicam:
Buffer borat dipilih agar memberikan kelarutan yang optimum pada piroxicam.
Berdasarkan penggujian bufer borat 10-25 mM, maka buffer borat 10 mM yang
menunjukkan kondisi optimum.
- Penambahan metanol pada BGE dapat menurunkan mobilitas molekul di colom
kapiler. Konsentrasi metanol yang memberikan hasil puncak kromatogran dan waktu
migrasi yang bagus yaitu 10 % (v/v).
- Pengaruh pH terhadap hasil kromatogaram dan elektroosmotic flow, dilakukan uji
menggunakan pH 8,5-9,5. Ternyata, yang menunjukkan hasil maksimum pH 9.0.
- Pengaruh potensial terhadap hasil kromatogram, dilakukan pengujian pada potensial
25 kV dan diatas 25 kV. Ternyata, pada potential 25 kV menunjukkan hasil yang
lebih baik.
Jadi, kondisi optimum untuk pengujian piroxiicam yaitu menggunakan colom kapiler
75 µm x 53,6 cm, dengan 10 mM buffer borat pH 9.0 mengandung 10 % (v/v)
metanol (BGE). Penerapan potensial pada 25 kV dengan lama injeksi 1 detik. Waktu
migrasi piroxicam 8.11 min dan naproxen 8,6 menit.
b. Validasi Metoda
- Presisi
Uji presisis diukur dengan dengan pengulangan pengukuran intraday dan interday.
Larutan standar piroxicam yang digunakan 1,79 µg/mL. Diuji pada tiga hari berbeda ,
sebanyak 6 kali.
Berdasarkan evaluasi statistikal evaluasi hasil presisi menunjukkan nilai RSD %
itraday dan interday < 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengujian diterima.
- Liniaritas metoda
Pengujian dilakukan pada 8 konsentrasi dengan range konsentrasi 0.23-28.79 µg/mL.
Linieritas di evaluasi menggunakan analisis regresi linier. Kon sentrasi yang diplot
hanya 6 titik untuk tiga hari pengulanngan.
Berdasarkan evaluasi data statistical diperoleh persamaan dengan nilai koefisien
korelasi (r2) 0.9999
- Akurasi metoda
Uji akurasi dilakukan terhadap piroxicam dan larutan matrix. Konsentrasi yang
digunakan 0.23, 1.79, dan 14.41 µg/mL
Berdasarkan uji akurasi diperoleh nilai RSD % < 2 %dan persen recoveri dari analisis
mendekati 100 %untuk snyawa obat, produk, sehingga kreteria analisis diterima.
- Nilai LOD dan LOQ yaitu 0.07 dan 0.19 µg/mL
c. Aplikasi dari metoda
Aplikasi dari metoda dengan cara menentukan kadar dari piroxicam yang ada di
pasaran yang mengandung 20 mg material aktif. Pengujian dari piroxicam dengan
membandingkan hasil analisis antara metoda elektroforesis dan spectrofotometri UV.
Berdasarkan nilai RSD % nilai dari pengujian sampel < 2 %,dan persen recoveri
sampel mendekati 100 %. Sehingga tablet piroxicam (Felden tablet) memenuhi
persyaratan USP.
3.3. Kesimpulan
Pada pengujian ini, telah dikembangkan dan divalidasi suatu metoda analisis piroxicam
menggunakan elektroforesis kapiler. Metoda validasi ditunjukkan dengan parameter
linieritas, preisis, LOD dan LOQ, akurasi dan spesifisitas. Berdasarkan hasil pengujian dari
piroxicam tab let menunjukkan RSD% < 2% dengan nilai recovery mendekati 100 %.
b. Jurnal 2 : Separation of nonsteroidal anti-inflammatory drugs by capillary
electrophoresis using nonaqueous electrolytes (Fillet, et al., 1999)
Pada jurnal ini dilakukan analisis senyawa obat golongan NSID mengguunakan
elektoforesis kapiler dengan sistem elektrolit nonaqueos, tetapi metoda ini belum di
validasi. Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh elektrolit nonaquaeous
terhadap selektivitas dan waktu migrasi dari analit dengan memvariasikas parameter
konsentrasi, pH, dan suhu dari elektrolit.
- Pengaruh pelarut organik terhadap elektroosmotik flow
Elektroosmotik flow akan mempengaruhi waktu migrasi dari analit sehingga dengan
berkurangnya EOF akan mempercepat waktu annalisis.
- Pengaruh elektrolit non aquaeous terhadap selektifitas
Elektroforegram menggunakan elektrolit aquaeous
Elektroforegram menggunakan elektrolit non aquaeous
- Pengaruh efisiensi puncak terhadap pelarut organik
Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penggunaan pelarut organik dapat mempengaruhi
selektiifitas dan waktu migrasi analit pada pengujian mengguanakan elektroforesis kapiler.
Berdasarkan penggunaan elektrolit amonia asetat 50 mM- amonia asetat 13.75 mM dalam
metanol menunjukkan pemisahan 11 NSAID 25 °C dan 13 NSID 36 °C selama 13 menit.
Kemudian dengan penambahan asetonitril 30 % pada elektrolit amonia dalam metanol
menghasilkan pemisahan 13 NSID 25 °C yang sangat bagus.
Daftar Pustaka
Agilent. 2009. Agilent 7100 Capillary Electrophoresis System (User manual E-Book). Jerman: Agilent Technology.
ArJn Gül Dal.2014. Validated Method for the Determination of Piroxicam by Capillary Zone Electrophoresis and Its Application to Tablets. Turki : Journal of Analytical Methods in Chemistry Volume 2014, Article ID 352698, 7 pages
Atul A. Shirkhedkar.2008. Simultaneous Determination of Paracetamol and Piroxicam in Tablets by Thin Layer Chromatography Combined with Densitometry. India : Eurasian Journal of Analytical Chemistry
Ciccone, B. 2001..A Buffer System for Capillary Electrophoresis. USA: MicroSolve Technology American Laboratory.
European Pharmacopeia 5.0. 2005. Capillary electrophoresis. 20247
Marianne Fillet.1999. Separation of nonsteroidal anti-inflammatory drugs by capillary electrophoresis using nonaqueous electrolytes. Belgia : Electroporesis
McGraw-Hill. 2004. Encyclopedia of Science & Technology (Fifth Edition), Diakses tanggal 12 Februari 2012 dari http://ebookee.org/McGraw-Hill-Concise-Encyclopedia-of-Science-amp-Technology-Fifth-Edition-ReUp _331749.html#B31rs7HOIROevr5S.99
Rele, R.V.2010. Simple Spectrophotometric Methods for determination of Piroxicam in Pharmaceutical Formulation. USA : International Journal of ChemTech Research.
Richard, L. 2012. Designing a Buffer System: Hydrogen Phossphate Buffer System.
Humphery : Harvard School
Vijay Kumar. R.2010. Analytical method development and validation of Piroxicam by
RP-HPLC. USA: Der Pharmacia Lettre, 2010, 2(2): 217-222