bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...
Post on 18-Feb-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padatnya penduduk pada suatu wilayah disebabkan oleh banyaknya migrasi
masuk pada wilayah tersebut. Hal ini merupakan fakta yang harus dihadapi
sebagian kota-kota besar. Banyaknya impian di kota-kota besar menyebabkan
orang-orang dari wilayah lain berdatangan. Orang-orang tersebut memiliki
harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (BPS DKI
Jakarta, 2005).
Kota DKI Jakarta merupakan salah satu tujuan para pencari kerja, sehingga
menyebabkan penduduk di Kota DKI Jakarta semakin padat. hal ini dapat dilihat
pada sensus penduduk yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Dapat dilihat dari
data sensus penduduk pada tahun 2005 mencapai angka 8.860.381 jiwa.
Peningkatan dua kali lipat dari sensus penduduk tahun 1971 yaitu 4.281.078 jiwa.
Ini merupakan peningkatan yang amat signifikan, karena jika dibandingkan
dengan propinsi lain di Indonesia, dengan luas wilayah Jakarta yang hanya
berkisar 34.597 km2
memiliki jumlah penduduk sebesar 8.860.381 jiwa, sehingga
dapat diambil kesimpulan kepadatan penduduk per km2 yaitu sebesar
13.344
jiwa/km2. Hal ini menyebabkan kota Jakarta menjadi kota yang sangat padat
penduduk (Djenen, 2006).
Jakarta sebagai kota pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata, dan
budaya, menjadikan kota ini menjadi faktor penentu untuk melakukan migrasi
desa ke kota.
2
Fenomena urbanisasi membuktikan bahwa daerah dianggap belum mampu
menjamin kehidupan mereka. Metropolitan memberikan tawaran lebih baik dari
yang telah dilakukan pemerintah. Pada akhirnya membuka lapangan kerja dan
memberikan penghasilan yang lebih baik.
Operasi Yustisi Kependudukan rutin digelar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
tiap tahun setelah Lebaran. Hal ini berkaitan dengan adanya arus balik penduduk
yang seringkali membawa serta sanak saudara dari daerah lain tanpa memiliki
keterampilan kerja yang cukup diterima di sektor formal dan informal sehingga
mengakibatkan pengangguran di jakarta. sehingga sebagai sebuah langkah
penertiban terhadap hal tersebut, maka kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta adalah Operasi Yustisi Kependudukan (OYK). Tujuan
dilakukan operasi yustisi kependudukan ini adalah memberikan efek jera kepada
para penduduk yang tidak tertib administrasi kependudukan. Berdasarkan
Peraturan Daerah No 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil. "Operasi ini bukan hanya menjaring pendatang baru yang tidak memenuhi
ketentuan, seperti tak punya surat pindah, tidak punya tempat tinggal yang tetap
selama di Jakarta, tidak ada penjamin, dan tidak jelas pekerjaannya. Akan tetapi
juga menjaring mereka yang punya KTP tapi sudah kadaluarsa, tidak sesuai
domisili, ini juga kita tertibkan," ujar Khamid (Kepala Dinas Dukcapil, Khamid
Abdul Kadir)
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun 2004 Bab
VII Ketentuan Pidana Pasal 51 untuk setiap orang yang terjaring operasi ini dan
terbukti melanggar peraturan daerah akan dikenakan sanksi tiga bulan kurungan
penjara atau denda Rp 5 juta. Banyak dilaporkan oleh media hasil daripada
3
operasi ini, namun sangat disayangkan sedikit sekali pemerintah DKI sendiri
memberikan informasi ini kepada publik sehingga hanya sebagai berita yang
mengisi kegiatan hiruk pikuknya di ibukota tercinta ini.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu,
faktor demografi, terdiri atas kelahiran, kematian, imgrasi dan emigrasi dan faktor
nondemografi, yaitu kesehatan dan pendidikan. Pendekatan geospasial yaitu
dengan data dan informasi yang bereferensi bumi dipandang sebagai salah satu
langkah efektif dalam meningkatkan efektifitas sistem kependudukan di kota
Jakarta (Tim Geografi, 2002).
Penggunaan komputer di dalam aplikasi-aplikasi geometrik memungkinkan
masalah-masalah di atas dapat diatasi oleh sistem informasi spasial yang berbasis
teknologi dijital. Masalah-masalah pembuatan data spasial, update, pemanggilan
dan analisa juga dapat ditangani dengan mudah dengan teknologi yang sama
(Prahasta, 2005).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu ilmu berbasis
teknologi informasi yang berkembang begitu pesat akhir-akhir ini. Ide
penyampaian informasi pada setiap titik koordinat bumi ini, Perkembangan media
internet yang semakin pesat memungkinkan penyedia jasa informasi spasial dapat
menggunakan media ini untuk penyebarluasan informasi data spasial. Dengan
menggunakan media internet (website) pengguna dapat langsung mencari dan
melihat informasi data spasial yang dibutuhkan tanpa harus mendatangi tempat
penyedia jasa tersebut. Pengguna dapat melakukan pencarian data spasial
berdasarkan informasi metadata yaitu informasi mengenai data tersebut yang
meliputi akurasi, sejarah data, kelengkapan data, kualitas data dan lain
4
sebagainya. Dengan informasi tersebut pengguna dapat langsung menentukan
apakah data tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang diinginkan.
Oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini, peneliti mencoba membangun
sebuah aplikasi Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Operasi Yustisi
Kependudukan (OYK) Wilayah DKI Jakarta sebagai penunjang indikator
pemerintah Jakarta dalam mengendalikan tingkat Kepatuhan Administrasi di
Jakarta.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
Jakarta sebagai ibukota, mengalami arus urbanisasi yang berlebihan dan
disertai dengan tidak tertibnya administrasi kependudukan.
Sistem yang berjalan sudah terkomputerisasi namun belum terhubung satu
sama lain.
Selama ini informasi tentang sebaran hasil operasi yustisi kependudukan yang
sudah dilakukan, masih kurang lengkap karena hanya berupa informasi yang
bersifat tekstual dan penyajian serta penyampaian informasinya masih kurang
representatif.
Terbatasnya informasi hasil operasi yustisi kependudukan yang diberikan
kepada masyarakat.
5
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Program Menampilkan Sistem Informasi Spasial berbasis web Operasi Yustisi
Kependudukan yang dapat digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam memonitor hasil penduduk haram (pendududuk
yang tidak tertib administrasi) di wilayah Provinsi DKI Jakarta perkelurahan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Terwujudnya sebuah sistem informasi spasial yustisi kependudukan berbasis
web DKI Jakarta yang dapat diakses oleh semua kalangan.
b. Menginformasikan dana (denda) yang terhimpun dari hasil Operasi Yustisi
Kependudukan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Bab VIII Ketentuan Pidana Pasal 51.
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Bagi Peneliti
1. Untuk memenuhi salah satu syarat di dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan Strata Satu pada Fakultas Sains dan
Teknologi program studi Sistem Informasi.
6
2. Menambah wawasan peneliti bidang ilmu pengetahuan tentang
pembangunan sistem informasi spasial.
b) Bagi Pemerintah
1. Membantu pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan
pemantauan jumlah penduduk yang bermasalah dalam ketertiban
administrasi dalam tiap kelurahan.
2. Membantu memberikan informasi operasi yustisi kependudukan
yang dapat disajikan dengan bentuk spasial.
3. Menambah kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan.
c) Bagi masyarakat
1. Memberikan masukan, saran dan kritik terhadap program-
program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
DKI Jakarta.
2. Memperkenalkan dan mendekatkan masyarakat dengan spasial
(keruangan) wilayahnya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam skripsi ini yaitu:
a. Merancang Sistem Informasi Spasial yang menyajikan data-data hasil
Operasi Yustisi Kependudukan ( OYK ) yang telah dilakukan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil selama tahun 2006, 2007 dan 2008 di
Provinsi DKI Jakarta yang ditampilkan dalam website, sehingga dapat
7
diakses dari berbagai tempat, oleh semua orang dengan waktu yang
fleksibel.
b. Penelitian difokuskan pada pengolahan data operasi yang telah dilakukan
Dinas Kependudukn dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta selain
Kabupaten Kepulauan Seribu.
c. Sistem informasi yang dikembangkan memiliki feature: updateable (dapat
memperbaharui informasi yang ditampilkan pada web spasial).
d. Dalam pembangunan sistem informasi spasial peneliti menggunakan
software Arcview 3.3 dan untuk penunjang aplikasi berbasis web peneliti
menggunakan aplikasi MapServer (MS4W).
1.6 Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi
khususnya pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil DKI Jakarta terhadap
hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang telah dilakukan selama tahun 2006,
2007 dan 2008, dengan:
Batasan operasional: yang menfokuskan kepada hasil Operasi Yustisi
Kependudukan yang telah dilaksanakan secara keseluruhan.
Batasan wilayah: menfokuskan penelitian terhadap Operasi Yustisi
Kependudukan yang dilakukan di wilayah DKI Jakarta, kecuali
Kabupaten Kepulauan Seribu.
guna memberikan informasi serta pelaporan atas hasil operasi tersebut ke
dalam sistem informasi spasial.
8
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam tahapan pengambilan sampel yaitu
dengan cara:
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan dan menelaah data
yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka baik berupa artikel, buku-
buku, surat kabar, majalah, jurnal, buletin maupun sumber informasi lainnya
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
2. Wawancara
Wawancara, yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap
muka secara langsung dengan orang yang menjadi sumber data atau objek
penelitian. Wawancara yang baik harus mempunyai pedoman wawancara
yang berisi daftar pertanyaan yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Jawaban yang diperoleh bersifat langsung baik berupa data
kuantitatif maupun data kualitatif, pendapat/ opini atau keterangan.
Dalam Penelitian ini menggunakan Wawancara terstruktur, wawancara
terstruktur adalah wawancara yang sebagian besar jenis-jenis pertanyaannya
telah ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang ditanya dan materi
pertanyaannya.
3. Observasi (field research)
Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data informasi dan
mengetahui bagaimana data tersebut diarsipkan dengan cara pengamatan
atau peninjauan dan menganalisa langsung terhadap obyek penelitian.
9
1.7.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan dalam mengembangkan sistem informasi spasial
kependudukan, yaitu menggunakan metode pengembangan SDLC dengan tahapan
perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem (conceptual design),
penerapan dan penggunaan sistem.
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi lima bab. yang isi dari
masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan latar belakang, identifikasi masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup, batasan masalah,
metode penelitian dan sistematika penelitian yang masing-masing
dijelaskan pada tiap bab.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori–teori yang mendasari penelitian ini, yaitu pengertian
yustisi, pengertian sistem, metode pengembangan sistem, pengertian
sistem informasi geografi, serta perangkat lunak SIG.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Spasial Operasi
Yustisi Kependudukan berdasarkan metode pengumpulan data dan
metode pengembangan sistem.
10
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai hasil dari perencanaan, analisis,
perancangan, penerapan dan penggunaan sesuai dengan metode yang
dilakukan pada sistem yang dibuat.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk pengembangan penelitian
lebih lanjut.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Yustisi
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan
Daerah Bab I pasal 1 butir 8 menyebutkan, “yustisi adalah operasi penegakan
Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang dilakukan PPNS
secara terpadu dengan sistem peradilan di tempat.”
Dalam setiap pelaksanaan OYK terdiri dari satuan organisasi yang terdiri atas:
a. Pembina operasi
b. Kepala operasi
c. Wakil kepala operasi
d. Kepala Pos Komando/ sekretariat
e. Kepala regu operasi
f. Anggota regu terdiri atas:
- Penyidik Pegawai Negeri Sipil
- Dinas Tenaga Kerja
- Dinas Perumahan
- Dinas Sosial
- Anggota Satpol PP
- Anggota Satuan POLRI
12
- Unsur aparat dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta
g. Panitera dan hakim dari pengadilan Negeri/ Pengadilan Tinggi setempat.
h. Jaksa dari Kejaksaan Negeri/ Kejaksaan Tinggi Setempat.
i. Pengacara(POS Bantuan Hukum) yang ditunjuk oleh Dinas Kependuduka
dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Operasi Yustisi Kependudukan dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta di 5
wilayah kotamadya secara serempak, operasi ditujukan di tempat-tempat
keramaian yang dianggap menjadi pusat kegiatan penduduk, atau tempat yang
dipandang perlu.
2.2 Pengertian Penduduk
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, Penduduk adalah
Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Perda Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 4 Tahun 2004 tentang
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, Penduduk adalah setiap orang, baik
Warga Negara Indonesia yang disingkat WNI maupun Warga Negara Asing yang
disingkat WNA yang bertempat tinggal dalam wilayah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Gubernur.
13
2.3 Pengertian Sistem, Informasi dan Sistem Informasi
2.3.1 Sistem
2.3.1.1 Konsep Dasar Sistem
Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem
(Jogiyanto, 2005), yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang
menekankan pada komponen atau elemennya.
a. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan
sistem sebagai berikut:
Sistem yaitu suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (Gerald. J, 1991)
b. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemennya
mendefinisikan sistem sebagai berikut:
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2.3.1.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu
mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary),
lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface) masukan (input),
keluaran (output), pengolah (process) dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal).
14
2.3.1.3 Klasifikasi Sistem
Suatu sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang,
diantaranya adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
a. Sistem abstrak dan Sistem fisik
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak
tampak secara fisik, dan sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.
b. Sistem alamiah dan Sistem buatan manusia
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat
manusia, dan sistem buatan manusia melibatkan interaksi antara manusia
dengan mesin.
c. Sistem tertentu dan Sistem tak tentu
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi,
dan sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi pada masa depannya tidak
dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
d. Sistem tertutup dan Sistem terbuka
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak
terpengaruh dengan lingkungan luarnya dan sistem terbuka adalah sistem yang
berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.
2.3.2 Informasi
Konsep Dasar Informasi
a. Data versus informasi
15
Data adalah deskripsi dari sesuatu atau kejadian yang kita hadapi (the
description of things and events that we face). (Ladjamudin, 2005)
Gordon B. Davis (dalam Ladjamudin, 2005) mendefinisikan informasi
sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna
bagi penerimanya untuk mengambil keputusan masa kini maupun yang akan
datang. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam
proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan.
b. Siklus informasi
Untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi penerimanya,
perlu dijelaskan bagaimana siklus yang terjadi atau dibutuhkan dalam
menghasilkan informasi.
Gambar 2.1 Siklus informasi
(Sumber: Jogiyanto, 2005)
c. Kualitas informasi
Menurut John Burch dan Gary Grudnitski (dalam Jogiyanto, 2005),
agar informasi dihasilkan lebih berharga, maka informasi harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber
informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi
ganguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
Input
(Data)
Proses
(Pengolahan Data)
Output
(Informasi)
16
2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak
boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai
lagi, karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan
keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat
fatal untuk organisasi.
3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang, satu dengan yang
lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-sebab kerusakan
mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan
akan lebih relevan jika ditujukan pada ahli teknik perusahaan.
d. Nilai informasi
Nilai dari informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar
informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang,
tetapi dapat ditaksir nilai efektifitasnya.
2.3.3 Sistem Informasi
Konsep Dasar Sistem Informasi
Definisi sistem informasi menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis
(dalam Jogiyanto, 2005) yaitu: sistem informasi adalah suatu sistem di dalam
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
17
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi
dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyajikan, menganalisa dan
mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 2004). seperti sistem
lain, sistem informasi meliputi input (data, instruksi) dan output (laporan,
kalkulasi). Sistem informasi memproses input menggunakan teknologi seperti
komputer dan menghasilkan output yang dikirim ke user atau sistem lain melalui
jaringan elektronik. Mekanisme feedback mengontrol operasi yang ada. Seperti
sistem lain, sistem informasi juga terdiri dari people, prosedur dan fasilitas fisik
yang dioperasikan dalam environment.
Gambar 2.2 Skema Sistem Informasi
(Sumber: Turban, 2004)
Komponen dasar sistem informasi:
a. Hardware, yaitu devices seperti processor, monitor, keyboard, dan printer.
b. Software, yaitu program yang menggunakan hardware untuk memproses data.
Feedback
Inputs
Bussiness Problems :
Data
Information
Instructions
Opportunities
Processing
Programs
People
Equipment
Storage
Outputs
Solutions :
Reports
Graphics
Calculations
Voices
Tactics
Control
Decision Makers
Auto-Control
18
c. Database, yaitu kumpulan dari file, tabel, relasi dan sebagainya, yang
menyimpan dan mengasosiasikan data.
d. Network, sistem koneksi yang mengijinkan sharing resources oleh komputer
yang berbeda.
e. Procedures, yaitu instruksi yang menjelaskan bagaimana mengkombinasikan
komponen-komponen sebelumnya dalam memproses informasi dan
menghasilkam output yang diinginkan.
f. People, yaitu orang yang bekerja dengan sistem, berhadapan dengan sistem,
atau menggunakan output sistem.
2.4 Metode Pengembangan Sistem Informasi
Menurut Jogiyanto (2005) metode pengembangan sistem adalah metode-
metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep, aturan-aturan dan tahap-tahap yang
digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi.
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu melewati beberapa tahapan
mulai dari perencanaan sistem hingga penggunaan sistem. Dengan mengikuti
tahapan-tahapan ini diharapkan pengembangan sistem dapat diselesaikan dengan
berhasil.
Tahap-tahap tersebut dinamakan SDLC (System Development Life Cycle)
Secara garis besar siklus hidup pengembagan sistem ini terdiri dari lima tahap,
lima tahap itu adalah:
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Analisis
19
3. Tahap Perancangan
4. Tahap Penerapan
5. Tahap Penggunaan
2.4.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan pengembangan sistem informasi bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan memprioritaskan sistem informasi apa yang akan
dikembangkan, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan
serta mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang melaksanakan.
Perencanaan sistem dapat mencakup keseluruhan unit bisnis maupun secara
departemen dengan memperhatikan misi dari usaha bisnis tersebut. Perencanaan
sistem dimulai setelah adanya usulan dari dalam maupun luar, selanjutnya dengan
keputusan manajemen, bila manajemen setuju dengan keputusan tersebut, maka
akan disusun suatu kerangka kerja dan anggaran.
2.4.2 Tahap Analisis
Tahap analisis dapat diidentifikasikan sebagai suatu sistem informasi yang
utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-
kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Tahap analisis merupakan suatu tahap yang kritis dan sangat penting,
karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan pada tahap
selanjutnya.
20
2.4.3 Tahap Perancangan
Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh
sistem baru (McLeod, 2004). Jika sistem baru berbasiskan komputer, rancangan
dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang digunakan.
2.4.4 Tahap Penerapan
Tahap ini adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain
sistem yang disetujui, menginstal dan memulai penggunaan sistem baru atau
sistem yang sudah diperbaiki, dimana tujuan dari diperbaiki ini adalah untuk
menyelesaikan desain sistem yang sudah disetujui.
2.4.5 Tahap Penggunaan
Pada tahap penggunaan disarankan ada dua tahap review yang harus
dilaksanakan. Pertama kali pada saat yang tidak terlalu lama setelah penerapan
sistem, dimana proyek tim masih ada dan masing-masing anggota masih segar
untuk mengingat sistem yang mereka buat. Review berikutnya dapat dilakukan
kira-kira setelah semester pertama sistem berjalan, tujuannya untuk meyakinkan
apakah sistem tersebut sudah berjalan sesuai dengan tujuan semula atau masih
adakah perbaikan dan penyempurnaan yang harus dilakukan.
21
5
Tahap
Penggunaan
1
Tahap
Perencanaan
2
Tahap
Analisis
3
Tahap
Perancangan
4
Tahap
Penerapan
Gambar 2.3 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
(Sumber: Mcleod, 2004)
2.5 Tools Analysis and Design Sistem Informasi
2.5.1 Flowchart
Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang
menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Flowchart
merupakan cara penyajian dari suatu algoritma. (Ladjamuddin, 2005)
Menurut Ladjamuddin (2005), ada dua macam flowchart yang
menggambarkan proses dengan komputer, yaitu:
1. Flowchart Sistem (System Flowchart)
Flowchart sistem adalah bagan yang memperlihatkan urutan proses dalam
sistem dengan menunjukkan alat media input, output serta jenis media
penyimpanan dalam proses pengolahan data.
22
2. Flowchart Program (Program Flowchart)
Flowchart program adalah bagan yang memperlihatkan urutan instruksi yang
digambarkan dengan simbol tertentu untuk memecahkan masalah dalam suatu
program.
Tidak berbeda dengan Ladjamudin, Jogiyanto (2005) berpendapat bahwa
Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yg menunjukkan alir (flow) di dalam
program atau prosedur sistem secara logika. Digunakan terutama untuk alat bantu
komunikasi dan untuk dokumentasi. Pedoman untuk menggambarkannya sebagai
berikut (Jogiyanto, 2005):
1. Sebaiknya digambar dari atas ke bawah dan mulai dari bagian kiri suatu
halaman.
2. Kegiatannya harus ditunjukkan dengan jelas.
3. Ditunjukkan dengan jelas dimulai dan berakhirnya suatu kegiatan.
4. Masing-masing kegiatan sebaiknya digunakan suatu kata yang mewakili suatu
pekerjaan.
5. Kegiatannya sudah dalam urutan yang benar.
6. Kegiatan yang terpotong dan akan disambung ditunjukkan dengan jelas oleh
simbol penghubung.
7. Gunakan simbol-simbol yang standar.
Ada lima macam bagan alir (flowchart), yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
a. Bagan alir sistem (system flowchart)
Merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari
sistem, menjelaskan urut-urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam
23
sistem, dan menunjukkan apa yang dikerjakan di sistem. Simbol-simbol dalam
bagan alir sistem ditunjukan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Simbol-simbol pada Flowchart System
Simbol Dokumen
Menunjukkan input dan output (I/O)
baik untuk proses manual, mekanik
atau komputer.
Simbol Simpanan
Offline
N
File non-komputer yang diarsip urut
angka (numerical).
C
File non-komputer yang diarsip urut
tanggal (cronological).
A
File non-komputer yang diarsip urut
huruf (alphabetical).
Simbol Proses
Menunjukkan kegiatan proses dari
operasi program komputer.
Simbol Punched
Card
Menunjukkan I/O yang meng-
gunakan kartu punch (plong).
Simbol Operasi
Luar
Menunjukkan operasi yang
dilakukan di luar operasi komputer.
Simbol
Pengurutan Offline
Menunjukkan proses pengurutan
data di luar proses komputer.
Simbol Pita
Magnetik
Menunjukkan I/O yang meng-
gunakan pita magnetik.
24
Simbol Hard disk
Menunjukkan I/O yang meng-
gunakan hard disk.
Simbol Drum
Magnetik
Menunjukkan I/O yang meng-
gunakan drum magnetik.
Simbol Pita Kertas
Berlubang
Menunjukkan I/O yang meng-
gunakan pita kertas berlubang.
Simbol Keyboard
Menunjukkan input yang meng-
gunakan online keyboard.
Simbol Display
Menunjukkan output yang
ditampilkan di monitor.
Simbol Pita
Kontrol
Menunjukkan penggunaan pita
kontrol (control tape) dalam batch
control untuk pencocokan di proses
batch processing.
Simbol Hubungan
Komunikasi
Menunjukkan proses transmisi data
melalui saluran komunikasi.
Simbol Garis Alir
Menunjukkan arus dari proses.
Simbol Penjelasan
Menunjukkan penjelasan dari suatu
proses.
Simbol
Penghubung
Menunjukkan penghubung ke
halaman yang masih sama atau ke
halaman lain.
Sumber: Jogiyanto, 2005
b. Bagan alir dokumen (document flowchart)
Disebut juga bagan alir formulir (form flowchart) atau paperwork flowchart
merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir
25
termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan
simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem.
c. Bagan alir skematik (schematic flowchart)
Merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu
menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah bagan alir
skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem juga
menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yg digunakan.
Fungsi penggunaan gambar tersebut adalah untuk memudahkan komunikasi
kepada orang yang kurang mengerti dengan simbol-simbol bagan alir.
d. Bagan alir program (flowchart program)
Merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses
program. Bagan alir program dapat terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Bagan alir logika program (program logic flowchart) yang digunakan
untuk menggambarkan setiap langkah di dalam program komputer secara
logika. Bagan alir ini disiapkan oleh analis sistem.
2. Bagan alir komputer terinci (detailed computer program flowchart) yang
digunakan untuk menggambarkan intruksi program komputer secara
terinci. Bagan alir ini disiapkan oleh pemrogram.
Tabel 2.2 Simbol-simbol pada Program Flowchart
Nama Simbol Gambar Simbol Keterangan
Simbol Input /
Output
Digunakan untuk mewakili data
input / output (I/O).
Simbol Proses
Digunakan untuk mewakili suatu
26
proses.
Simbol Garis Alir
Menunjukkan arus dari proses.
Simbol
Penghubung
Menunjukkan penghubung ke
halaman yang masih sama atau
ke halaman lain.
Simbol Keputusan
Digunakan untuk penyeleksian
kondisi di dalam program.
Simbol Proses
Terdefinisi
Menunjukkan suatu operasi yang
rinciannya ditunjukkan di tempat
lain.
Simbol Persiapan
Digunakan untuk memberi nilai
awal suatu besaran.
Simbol Titik
Terminal
Menunjukkan awal dan akhir dari
suatu proses.
Sumber: Jogiyanto, 2005
e. Bagan alir proses (process flowchart)
Merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri. Berguna bagi
analis sistem untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur. Juga dapat
menunjukkan jarak kegiatan yang satu dengan yang lainnya serta waktu yang
diperlukan oleh suatu kegiatan. Bagan alir proses menggunakan lima buah
simbol tersendiri.
Tabel 2.3 Simbol-simbol pada Bagan Alir Proses
Gambar Keterangan
Menunjukkan suatu operasi (operation)
27
Menunjukkan suatu pemindahan (movement)
Menunjukkan suatu simpanan (storage)
Menunjukkan suatu inspeksi (inspection)
Menunjukkan suatu penundaan (delay)
Sumber: Jogiyanto, 2005
2.5.2 Data Flow Diagram (DFD)
DFD merupakan model dari sistem untuk menggambarkan pembagian
sistem ke modul yang lebih kecil. Salah satu keuntungan menggunakan DFD
adalah memudahkan pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer
untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan. (Ladjamuddin, 2005)
2.5.3 Diagram Konteks (Context Diagram)
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level
tertinggi DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari
sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi
oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks
hanya ada satu proses. Tidak ada store dalam diagram konteks. (Ladjamuddin,
2005)
28
2.5.3.1 Diagram Zero (Overview Diagram)
Diagram zero adalah diagram yang menggambarkan proses dari data flow
diagram. Diagram zero memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai
sistem yang ditangani, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang
ada, aliran data dan eksternal entitiy. Pada level ini sudah dimungkinkan adanya/
digambarkannya data store yang digunakan. Untuk proses yang tidak rinci lagi
pada level selanjutnya, simbol ’*’ atau ’P’ (functional primitive) dapat
ditambahkan pada akhir nomor proses. Keseimbangan input dan output
(balancing) antara diagram zero dengan diagram konteks harus terpelihara.
(Ladjamuddin, 2005)
2.5.3.2 Diagram Rinci (Level Diagram)
Diagram rinci adalah diagram yang menguraikan proses apa yang ada
dalam diagram zero atau diagram level di atasnya. (Ladjamuddin, 2005).
Simbol-simbol DFD versi Yourdan & De Marco dapat digambarkan pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Daftar Simbol DFD versi Yourdan & De Marco
Gambar Keterangan
External Entity atau Terminal
Proses (Process)
Arus Data (Data Flow)
Penyimpanan Data (Data Store)
Sumber: Ladjamudin, 2005
29
2.5.4 ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD adalah diagram yang menunjukan hubungan antar entitas. ERD
digunakan untuk menggambarkan struktur logika dari database secara
keseluruhan.
Menurut McLeod (2004) ERD adalah mendokumentasikan data dengan
mengindentifikasikan jenis entitas dan hubungannya. ERD merupakan peralatan
pembuatan data yang paling fleksibel, dapat diadaptasi untuk berbagai pendekatan
dalam pengembangan sistem. Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram
dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram
No Simbol Keterangan
1.
Persegi panjang Entitas/tipe
entitas menyatakan objek atau
kejadian
2.
Ellips menyatakan atribut-atribut
entity set. Atribut adalah item data
yang menjadi bagian dari entitas
3.
Belah ketupat (Diamond)
menggambarkan relationship set.
Relationship adalah asosiasi
antara dua entitas
4.
Garis, menghubungkan antara
entity set dengan atribut-
atributnya dan antara entity set
dengan relationship setnya.
Sumber: Simarmata dan Paryudi, 2006
30
Derajat hubungan antar entitas dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu:
a. Derajat hubungan 1 : 1 (One to one)
Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya boleh
berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian pula
sebaliknya.
b. Derajat hubungan 1 : m (One to many) atau m : 1 (Many to one)
Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh
berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya
setiap anggota entitas B hanya boleh berpasangan dengan satu anggota
entitas A.
c. Derajat hubungan m : n (Many to many)
Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari
satu anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.
2.5.5 Normalisasi
Menurut Kroenke (dalam Abdul Kadir, 1999) Normalisasi adalah proses
untuk mengubah suatu relasi yang memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah
relasi atau lebih yang tidak memiliki masalah tersebut. Berikut adalah teknik
normalisasi, di antaranya:
1. Bentuk Normal Pertama (1NF)
Tabel yang belum ternormalisasi adalah tabel yang memiliki atribut yag
berulang, atau definisi bentuk normal pertama adalah suatu relasi dikatakan
dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika setiap atribut bernilai
31
tunggal untuk setiap baris. Definisi lain 1NF adalah suatu hubungan yang
tidak berisi pengulangan-pengulangan.
2. Bentuk Normal Kedua (2NF)
Bentuk nomal kedua di definisikan berdasarkan dependensi fungsional.
Suatu relasi berada dalam bentuk normal kedua jika dan hanya jika:
a. Berada pada bentuk normal pertama.
b. Semua atribut bukan kunci memiliki dependensi sepenuhnya terhadap
kunci primer.
3. Bentuk Normal Ketiga (3NF)
Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal ketiga jika:
a. Berada dalam bentuk normal kedua.
b. Setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap
kunci primer.
2.5.6 Kamus Data
Menurut Jogiyanto (2001), kamus data adalah katalog fakta tentang data
dan kebutuhan–kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Seperti halnya
kamus bahasa yang berfungsi menjelaskan lebih detail suatu kata maupun
kalimat, kamus data yang digunakan dalm analisa struktur dan desain sistem
informasi juga merupakan suatu katalog yang menjelaskan lebih detail tentang
data flow diagram yang mencakup proses, data flow dan data store.
Kamus data harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas tentang
data yang dicatatnya. Notasi kamus data dapat dilihat pada Tabel 2.6.
32
Tabel 2.6 Notasi Kamus Data
Sumber: Jogiyanto, 2005
2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Aronoff (dalam Prahasta, 2005), Sistem Informasi Geografi (SIG)
atau Geographic Information System (GIS) adalah sistem yang berbasiskan
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-
informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan
karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan
yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi
manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi
untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
No Simbol Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
=
+
( )
{ }
[ ]
**
@
Terdiri dari
Dan
Opsional
Pengulangan
Memilih salah satu dari sejumlah alternatif
Komentar
Identifikasi atribut kunci
33
lapangan. semua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi
(Prahasta, 2005).
Menurut Prahasta (2005) menyatakan bahwa sistem informasi geografi
menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu:
a. Masukan data, merupakan proses pemasukan data pada komputer dari
peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis
penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh,
dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog
maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta
oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database).
Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak
berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan,
pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh
pengguna.
b. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval)
ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan
cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/ cetak pada
kertas).
c. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai
macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer
34
zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003)
mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama
dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data
spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk
berbagai aplikasi
d. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan
data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Bentuk produk
suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan
kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta,
tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy) atau
dalam cetak lunak (seperti file elektronik).
Gambar 2.4 Subsistem SIG
(Sumber: Prahasta, 2002)
Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan
SIG, di antaranya adalah:
a. Menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.
S I G
Manipulasi Data &
Analisis
Data Masukan
Manajemen
Data
Data Keluaran
35
b. Dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha
meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan
dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.
c. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.
d. Memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan
bumi kedalam beberapa layer atau coverage data spasial.
e. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data
spasial berikut atributnya.
f. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.
g. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik.
h. Semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-
perintah dalam bahasa script.
i. Perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan
perangkat lunak lain
j. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang
spasial dan geo-informatika.
2.7 Pengertian Peta dan Data Spasial
Peta dapat didefiniskan sebagai suatu alat penyajian secara grafis tentang
penyebaran kenampakan-kenampakan geografis atau fenomena yang ada pada
permukaan atau di dalam bumi. Pengertian kata spasial adalah mengacu
kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu. Informasi spasial juga bisa
diartikan sebagai geoinformasi yang bentuk penyajiannya berupa peta
36
(Suharto, 1989). Informasi tentang data spasial dapat berupa informasi
sumberdaya lahan (batuan, tanah, hutan, air, mineral), sumberdaya sosial
(penduduk), sumberdaya ekonomi dan lain-lain. Data spasial yang ada dalam
peta mengandung informasi tentang daerah yang disajikan, yaitu informasi
tentang posisi geografis pada permukaan bumi, hubungan antara berbagai
kenampakan, jenis dan nama kenampakan.
2.7.1 Jenis–Jenis Peta
Jenis peta secara garis besar hanya ada dua. Peta topografi dan peta
tematik. Peta topografi bersifat umum sehingga penyajiannya tidak
menonjolkan satu aspek, sedang pada peta tematik penyajiannya dengan
menonjolkan tema/ topik sesuai dengan judul peta itu sendiri. Misalnya,
penyajian jenis jalan di peta topografi tidak menonjol antara satu ruas jalan
dengan ruas jalan lain yang jenis jalannya berbeda, ruas jalan tersebut di peta
topografi juga tidak lebih menonjol dibandingkan dengan –misalnya- pola
aliran sungai. Tetapi di peta tematik tentang –misalnya- status jalan, ruas jalan
yang statusnya berbeda akan tampak ditonjolkan dibandingkan dengan aspek
lainnya.
Peta dasar merupakan dasar untuk memetakan informasi spasial sehingga
informasi-informasi tersebut, baik secara relatif maupun absolut menempati
lokasi geografis yang benar. Peta dasar dapat berupa peta topografi secara
lengkap atau sudah dikurangi informasinya agar tidak rancu dengan informasi
tematiknya. Peta topografi yang sering digunakan sebagai peta dasar dalam
37
pembuatan peta tematik sudah standar, baik dalam ukuran kertasnya, luas
liputannya, maupun penyajian aspek kartografi lainnya. Peta tematik itu
sendiri merupakan suatu peta yang menyajikan informasi khusus yang
mempunyai satu tema. misalnya peta sistem lahan, peta penggunaan lahan,
peta tanah, peta geologi dan peta penyebaran jumlah penduduk.
Gambar 2.5 Peta Tematik ( Peta Kepadatan penduduk )
(Sumber: Romenah, 2004)
Gambar 2.6 Peta Topografi (Garis kontur dengan interval (jarak antara 2 kontur)
40 meter )
(Sumber: Romenah, 2004)
38
2.7.2 Penyusunan Peta
2.7.2.1 Data Geografis
Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1) Data grafis (spasial) yaitu data yang menggambarkan bentuk atau
kenampakan objek di permukaan bumi. Secara garis besar, data grafis
dibedakan menjadi: data titik (point), garis (lines/ polyline) dan area (region/
poligon).
Data grafis titik biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun
curah hujan, alamat customer dan lain-lain. Data garis dapat dipakai untuk
menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dan lain-lain. Sedangkan data
area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan,
kemiringan lereng dan lain-lain (Nuarsa, 2005).
Gambar 2.7 Representasi data grafis
(a). titik, (b) garis dan (c) Area
Struktur data SIG terbagi 2 yaitu raster dan vektor. Raster menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur
matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (Prahasta, 2002) atau
disimpan pada grid dua dimensi, yaitu baris dan kolom (Nuarsa, 2005).
Sedangkan vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
39
dengan menggunakan titik, garis dan poligon beserta atributnya (Prahasta,
2002) dan posisi objek dicatat pada sistem koordinat (Nuarsa, 2005).
Gambar 2.8 Struktur data SIG (a) Vektor dan (b) Raster
(2) Data tabular (atribut) yaitu data deskriptif yang menyatakan nilai dari
data grafis tersebut. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan
secara terpisah dalam bentuk tabel, sedangkan struktur data raster nilai
grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel tersebut
(Nuarsa, 2005).
2.7.3 Komponen Peta
Komponen peta terdiri atas:
a. Isi peta
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan
disampaikan kepada pengguna peta. Jika ide yang disampaikan tentang
40
penunjukan angka kuantitas yang bersamaan, isi peta tentunya berupa
isopleth.
b. Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isopleth, tentu
judul petanya menjadi "Peta Kepadatan penduduk" dan sebagainya.
c. Skala peta dan Simbol Arah
Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan
kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar
jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000
misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan
detail pada skala 1:10.000 dibandingkan peta skala 1:50.000.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah
utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata
letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan
tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si
pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek
sebenarnya di lapangan.
d. Legenda atau Keterangan
Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh
bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
e. Inzet dan Index peta
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area
yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari
41
bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa,
pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang di-inzet.
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana
menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di
sekitarnya.
f. Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-
kotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan
penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk
memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi
ke dalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan
kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi
dan seterusnya. Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di
Indonesia yaitu antara lain Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu
lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer. Di
samping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang
dibuat oleh Amerika (American Mapping System).
g. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan
seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. Penomoran
peta dilakukan hanya untuk penggunaan peta secara manual. Karena peta
secara manual berbentuk dokumentasi secara hardcopy. Sedangkan peta
42
dijital penomoran peta tidak diperlukan karena wilayah yang ingin
diketahui dapat diperbesar melalui zoom toolbox pada sebuah aplikasi
dijital.
h. Sumber/ Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun
peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta,
dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang
dapat dipertanggungjawabkan. Pada Gambar 2.9 ditampilkan gambar
keterangan dari komponen peta.
Gambar 2.9 Komponen Peta1
1 (http://www.Digimap.com)
)
43
2.8 Perangkat Lunak SIG
2.8.1 ArcView 3.3
Perangkat lunak merupakan salah satu dari empat komponen utama
SIG. Perangkat lunak SIG harus dapat menyediakan fungsi untuk masukan,
menyimpan, menganalisis dan menampilkan data dalam bentuk geografis.
ArcView 3.3 merupakan salah satu dari sekian banyak perangkat lunak SIG
yang dapat menyediakan fungsi-fungsi tersebut.
Menurut Nuarsa (2005), ArcView adalah salah satu software atau
perangkat lunak SIG yang popular dan paling banyak digunakan untuk
mengelola data spasial dewasa ini. Perangkat lunak ini dibuat oleh ESRI
(Environmental System Research Institute) perusahaan yang mengembangkan
program ArcInfo. Dengan menggunakan ArcView maka kita dapat melakukan
input data, menampilkan data, mengelola data, menganalisis data, membuat
peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis.
Data dalam ArcView diorganisasikan dalam satu proyek. Setiap proyek
terdiri dari lima komponen, yaitu Views, Tables, Charts, Layouts, dan Scripts.
Views digunakan untuk mengelola data grafis, Tables digunakan untuk
manajemen data atribut, Charts digunakan untuk mengelola grafik (bukan data
grafis), Layouts digunakan untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dan
Scripts digunakan untuk membuat modul yang berisikan kumpulan perintah
ArcView yang ditulis dalam bahasa pemrograman Avenue.
44
2.9 Perangkat Lunak WEBSIG
2.9.1 MapServer
MapServer merupakan salah satu lingkungan pengembangan perangkat
lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-
aplikasi internet-based yang melibatkan tampilan data spasial atau peta dijital.
Fitur yang didukung oleh MapServer adalah:
1) Format vektor: ESRI shapefile, ESRI ArcSDE
2) Format raster: TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7
3) Quadtree spatial indexing untuk shapefile
4) Dapat sepenuhnya dikustomisasi untuk menghasilkan hasil yang
diinginkan Pemilihan fitur menggunakan item/ nilai, titik, area atau fitur
lainnya
5) Mendukung TrueType font
6) Mendukung OpenSIG
7) Mendukung penggabungan data raster dan vektor (untuk penyajian
data)
8) Legenda dan skala yang otomatis
9) Mendukung pengembangan peta tematik online
10) Pelabelan fitur
11) Konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration)
12) Proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection)
45
Untuk menjalankan dan menampilkan peta yang dihasilkan oleh
MapServer, diperlukan dua file yaitu Map file dan HTML file. Map file
berisikan konfigurasi penyajian peta yang ditulis dalam bahasa dan syntax
tersendiri. Informasi ini kemudian diolah dan disajikan oleh program
MapServer. Sedangkan file HTML digunakan untuk melakukan format
penyajian hasil (peta). file HTML dapat berupa HTML biasa atau template
yang disisipi syntax MapServer atau file HTML yang disisipi PHP/ Mapscript.
Gambar 2.5 menyajikan proses penyajian peta.
Mapscript adalah sebuah modul PHP yang dapat melakukan operasi-
operasi untuk data spasial termasuk dalam mengolah data spasial, proyeksi
ulang data, dan operasi-operasi lainnya. Modul ). Konfigurasi PHP/MapScript
ini dikembangkan oleh DM Solutions untuk konfigurasi MapScript dapat
dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Konfigurasi PHP/MapScript2
2 (http://www.dmsolutions.on.ca/PHP/MapScript)
46
Gambar 2.11 Proses Penyajian Peta oleh MapServer
2.9.2 MS4W
MS4W adalah suatu paket perangkat lunak yang sangat memudahkan
para pengguna di dalam meng-install (atau melakukan set-up) MapServer
(UMN atau Cheetah) pada platform sistem operasi Ms. Windows. Tujuan
utama dalam pembuatan paket ini adalah untuk memudahkan semua pengguna,
secepatnya terhindar dari segala detil yang rumit, dalam mempersiapkan
lingkungan kerja yang diperlukan oleh MapServer di lingkungan Ms. Windows.
Selain itu, paket ini juga merupakan suatu cara atau lingkungan yang sangan
baik untuk memaketkan dan kemudian mendistribusikan aplikasi-aplikasi
MapServer kepada pihak manapun.
2.9.3 PMAPPER
PMAPPER adalah salah satu framework atau tool yang dapat digunakan
untuk membangun aplikasi pemetaan (SIG) yang berbasiskan layanan web,
yang dibuat dengan maksud untuk memberikan fungsionalitas yang besar dan
multi konfigurasi untuk memfasilitasi aplikasi Mapserver yang berbasis
47
PHP/MapScript. Framework ini berasal dari UMN MapServer yang telah
dikambangkan oleh DM Solutions Group dengan tujuan untuk menghasilkan
lingkungan kerja dalam pendistribusian dan pengelolaan aplikasi-aplikasi web-
mapping.
2.10 Pengembangan WebSIG
Sebelum membuat aplikasi webSIG dengan menggunakan MapServer hal
yang harus diperhatikan adalah arsitektur penyimpanan file MapServer dan
data SIG. Secara umum ada tiga kategori data yang dimiliki yaitu:
1) File MapServer
Map file dan PHP/MapScript
2) File HTML dan gambar/grafis
File web dan gambar yang disertakan
3) Data SIG
Data vektor dan citra (raster) yang digunakan
Contoh Map file:
NAME Jakarta
SIZE 400 400
STATUS ON
EXTENT 699493.82895484706000 9233848.75381607750000
703636.19825386233000 9236285.34508262020000
UNITS METERS
SHAPEPATH "data/utm/"
WEB
IMAGEPATH "D:/test/tmp/"
IMAGEURL "tmp/"
END
48
LAYER
NAME "OYK_2006"
TYPE POLYGON
STATUS ON
DATA "OYK_2006"
CLASS
COLOR 211 254 210
OUTLINECOLOR 200 200 200
END
END
END
Contoh file PHP sederhana yang menyajikan data geospasial:
<? dl('php_mapscript_40.dll');
$map = ms_newMapObj("YUSTISI.map");
$image=$map->draw();
$image_url=$image->saveWebImage();
?>
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>OPERASI YUSTISI
KEPENDUDUKAN</TITLE>
</HEAD>
<BODY>
<center>
<TABLE>
<TR><td>
<INPUT TYPE=IMaGe name=map
style="border:1px solid #ccc;" src=<?php echo
$image_url?>>
</td></TR>
</TABLE>
<center>
</BODY>
</HMTL>
49
2.10.1 Desain Pengembangan Aplikasi WebSIG
WebSIG merupakan hal yang cukup untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dengan adanya aplikasi ini, pengguna dan profesional SIG dapat
mempublikasikan data dan hasil analisis SIG melalui media web/ internet
dengan interaktif. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
pengembangan aplikasi webSIG ini. Perlu disadari bahwa yang mendasari itu
semua adalah kemajuan teknologi internet dan infrastrukturnya. Aplikasi yang
cukup canggih tetapi tidak didukung oleh infrastruktur internet yang memadai
akan menghasilkan produk yang tidak signifikan lagi.
Hal yang harus diperhatikan dalam penerapan webSIG antara lain:
1) Kompatibilitas data. Meskipun banyak aplikasi yang menyatakan
dapat menggunakan beberapa format data, harus dilihat bahwa
seringkali dengan menambahkan aplikasi tambahan (third-party
software) dapat mempengaruhi kecepatan akses data.
2) Profil pengguna. Pengguna harus dapat diidentifikasi, siapa saja yang
dapat memiliki akses terhadap aplikasi ini dan siapa yang tidak.
Fasilitas apa saja yang disediakan dan siapa yang dapat
memanfaatkan fasilitas tersebut.
3) Kemampuan untuk melakukan kustomisasi pada sisi klien. Hal ini
penting karena dengan kemampuan melakukan kustomisasi pada sisi
klien kita tidak perlu melakukan perubahan dan penambahan pada
sisi server karena dapat mengakibatkan penurunan kinerja server.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 merupakan gambar tahapan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
Mulai
Sistem yang Diusulkan
Sistem yang Berjalan
Pengumpulan Data
Model Sesuai dengan
Pengguna
Tidak Sesuai
Desain Database
Otomasi Data
setuju
Data Spasial
Kamus Data
ERD
STD
Koneksi Koordinat
Olah Atribut
Selesai
Penyajian Hasil Olahan
Pengolahan Data
Database
Spasial
Tidak Ya
WebSIG
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
52
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data-data informasi yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan
menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka mengenai
kependudukan seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Pendaftaran penduduk dan Pencatatan Sipil dan Nomor 7 Tahun 2003
tentang Pedoman Operasional Penyidik. (Terlampir pada Lampiran A).
2. Wawancara
Wawancara, yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan
mengadakan tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi
sumber data atau objek penelitian. Wawancara telah dilakukan pada Hari
Jum’at pada Tanggal 27 April 2009, wawancara bersifat wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara adaah mengetahui tentang prosedur
dan kegiatan Operasi Yustisi Kependudukan yang telah dilaksanakan di
wilayah DKI Jakarta.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan wawancara kepada bagian
Penertiban Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan user untuk
aplikasi yang akan dibangun nantinya. (Terlampir dalam Lampiran B).
53
3. Observasi (field research)
Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data informasi dan
mengetahui bagaimana data tersebut diarsipkan dengan cara pengamatan
atau peninjauan dan menganalisis langsung terhadap obyek penelitian.
Pada metode ini peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data-data
rekapitulasi hasil operasi yustisi kependudukan yang dilakukan dan
diawasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta. Selain itu kegiatan ini juga diperlukan guna mencari dan
mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan langsung dari
sumbernya. (Terlampir dalam lampiran C)
Berikut adalah data-data yang diperoleh dari observasi:
Informasi hasil operasi yustisi Kependudukan wilayah DKI Jakarta
tahun 2006, 2007, dan 2008, data yang didapat dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta. Data meliputi
jumlah penduduk yang terjaring dan melanggar ketertiban administrasi.
3.3 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan untuk membangun pengembangan sistem perangkat
lunak ini adalah konsep siklus hidup pengembangan sistem atau SDLC. Adapun
tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu: Tahap Perencanaan, Tahap Analisis, Tahap
perancangan, Tahap Penerapan, Tahap Penggunaan. Berikut ini merupakan
beberapa alasan peneliti menggunakan metode pengembangan SDLC:
54
1. Dalam pengembangan sistem yang ada dengan metode SDLC dapat
dilakukan perencanaan yang sistematis sehingga dapat memperkecil
kesalahan dalam pembuatan program aplikasi. Karena sistem yang
nantinya dibuat sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya.
2. Metode SDLC merupakan metode yang digunakan secara umum dalam
pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Dalam berbagai
aplikasi webSIG yang telah dikembangkan sebagian besar menggunakan
metode SDLC karena mudah dimengerti.
3.3.1 Perencanaan
Tahap perencanaan ini menekankan pada masalah pengumpulan
kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem dengan mendefinisikan konsep sistem
beserta interface yang menghubungkanya dengan lingkungan sekitarnya. Adapun
tahap perencanaan ini meliputi:
1. Survey atau Investigasi
Tahap pertama dalam perencanaan melakukan investigasi atau
survey langsung kemasyarakat untuk mengumpulkan kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan pengguna dan masalah-masalah yang timbul
mengenai sistem yang ada.
2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam perancangan
sistem ini adalah sebagai berikut:
55
Perangkat Keras
1) PC dengan Processor Intel Pentium IV 2.66 GHz
2) RAM DDR 256 MB
3) VGA Card GeForce !V 64 MB
4) Harddisk Seagate 40 GB
5) Monitor Advance 14”
6) Sound Card
7) Keyboard
8) Mouse
9) Microphone
10) Speaker
Perangkat Lunak
1) Sistem Operasi Microsoft Windows XP Service Pack 2
2) Microsoft Internet Explorer 7.0
3) PHP MyAdmin
4) Xampp -win32 -1.4.6
5) Arc View 3.2
6) Microsoft Office 2003
7) Microsoft Visio Professional 2003
8) Macromedia Dreamweaver MX 2004
9) Adobe Photoshop cs
10) Framework Pmapper
56
Data yang digunakan
1) Data Vektor Peta Provinsi Jakarta BPS
Koordinat dari image yang digunakan 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
2) Skala yang digunakan adalah 1 : 200.000
3) Data Tabel Rekapitulasi Hasil Operasi Yustisi Kependudukan
tahun 2006, 2007 dan 2008.
Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan
sistem informasi yang bertujuan mencari inti permasalahan dan kendala-kendala
yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya
aplikasi Sistem Informasi Spasial Operasi Berbasis Web Yustisi Kependudukan di
wilayah DKI Jakarta.
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan user tentang sistem
yang akan dikembangkan, dengan cara melakukan wawancara serta pengamatan
langsung pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta serta
mengidentifikasi masalah yang terjadi pada sistem sebelumnya.
3.3.2 Analisis
Analisis kebutuhaan sistem meliputi identifikasi masalah yang ada dan
bagaimana strategi pemecahan masalah agar sesuai dengan sistem yang
diinginkan pengguna.
57
Input data yang diperlukan dalam perancangan sistem ini meliputi data
spasial dan data atribut. Data spasial disiapkan dalam format shp, jpg dan gif.
Sedangkan data atribut dibuat dalam bentuk basis data.
Sedangkan bahasa pemograman yang dipakai adalah bahasa pemograman
PHP, PMAPPER, Arc View dan MySQL dalam pembuatan sistem informasi
geografis ini dengan tampilan interface yang userfriendly untuk memudahkan
pengguna dalam menggunakan sistem yang dibuat.
Pada tahap analisis sistem kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis
prosedur pelaksanaan Operasi Yustisi Kependudukan, pengolahan data hasil
pencatatan dan pelaporan data-data Operasi Yustisi Kependudukan yang telah
dilakukan selama 2006, 2007 dan 2008. Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan
perancangan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data pencatatan
dan pelaporan.
Hasil dari analisis sistem diperoleh sistem yang ada pada Sub Dinas
Pengawasan dan Pengendalian sudah baik, akan tetapi memiliki kekurangan
dalam penyampaian informasi secara visual sehingga sistem yang ada hanya
terdokumentasi dalam bentuk lembaran. Kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi
meliputi:
1. Gambaran umum daerah penelitian
Tujuannya adalah memberikan gambaran tentang kondisi geografis
Provinsi DKI Jakarta, yang bermanfaat sebagai informasi tambahan
dalam analisis yang menyangkut kependudukan dengan menggunakan
pendekatan spasial.
58
2. Diagram Alir Data Sistem yang berjalan pada Sub Dinas Pengawasan
dan Pengendalian.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengolahan data mengenai data
hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang sedang berjalan sehingga
dapat lebih mudah untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari
sistem yang ada.
3. Usulan Pemecahan Masalah
Memberikan usulan pemecahan masalah pada Sub Dinas Pengawasan
dan Pengendalian dalam meningkatkan efektivitas sistem penyebaran
penduduk dengan membuat usulan sistem baru yang berbasis SIG, yang
mampu memberikan informasi persebaran hasil Operasi Yustisi
Kependudukan di Provinsi DKI Jakarta menggunakan pendekatan
spasial.
3.3.3 Perancangan
Merupakan tahapan untuk membangun basis pengetahuan dan membuat
rancangan-rancangan program aplikasi sistem yang akan dibangun setelah data
diproses. Bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan
dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan
kebutuhan yang ada pada sistem seperti yang telah ditetapkan pada tahap analisis
kebutuhan dan kondisi.
Dalam tahap ini digunakan beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan
sistem, di antaranya adalah sebagai berikut:
59
1. Perancangan Proses
Dalam melakukan perancangan sistem, peneliti menggunakan alat
Data Flow Diagram (DFD) atau diagram arus data untuk
menggambarkan suatu sistem yang diusulkan berikut kamus datanya
(Data Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada DFD.
2. Perancangan Basis Data
Setelah perancangan sistem dilakukan kemudian peneliti merancang
basis datanya dengan menggunakan alat bantu Entity Relationship
Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antar entitas yang
ada pada DFD. Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan serta
menghindari data yang sama, dalam basisdata peneliti juga
melakukan normalisasi.
3. Perancangan Struktur Menu Aplikasi
Perancangan Struktur menu aplikasi bertujuan untuk menentukan
menu-menu yang diperlukan pada aplikasi yang akan dikembangkan.
4. Perancangan Antarmuka aplikasi
Perancangan antarmuka aplikasi bertujuan untuk menemukan bentuk
yang optimal dari tampilan aplikasi, sehingga dapat mempermudah
user/ pengguna dalam berkomunikasi dengan sistem.
3.3.4 Penerapan
Tahapan ini adalah tahapan untuk menerapkan rancangan-rancangan
program dan hasil desain yang telah dibuat ke dalam baris-baris kode
60
program yang dimengerti oleh computer dan melakukan uji coba terhadap
sistem yang dibuat. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan uji
coba ada dua, yaitu metode black box dan white box.
Metode black box merupakan suatu metode pengujian sistem yang
dilakukan pada interface perangkat lunak sistem yang dibuat, meliputi cara
pengoperasian, input output yang dihasilkan dan integritas antar beberapa
program. Sedangkan metode white box merupakan metode pengujian sistem
yang dilakukan dengan melihat source code program yang dibuat supaya tidak
ada kesalahan program.
Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari desain aplikasi sistem, yaitu
menafsirkan atau menterjemahkan perancangan desain aplikasi sistem
kedalam bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer.
Dalam tahapan ini dijelaskan secara detail penggunaan sistem dari proses
memperbaharui informasi yang ada hingga proses preview peta.
Dalam pembuatan aplikasi ini, perangkat lunak dan bahasa pemrograman
yang digunakan adalah ArcView 3.3 dan bahasa pemrograman PHP serta
menggunakan framework pmapper dalam implementasi visual peta spasial
hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang akan ditampilkan.
3.3.5 Penggunaan
Pada tahapan ini adalah tahapan pengoperasian. Tahap pengoperasian
dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta dilakukan
61
oleh administrator dengan melakukan edit dan delete data sehingga data tetap
akurat.
Dari tahap-tahap Siklus Hidup Pengembangan Sistem sebelumnya,
tahap penerapan dan tahap penggunaan dilakukan sendiri oleh pihak Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta.
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta merupakan
instansi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penertiban dan kerjasama
administrasi kependudukan tugas pokoknya diatur dalam Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 47 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, Pelaksanaan
Operasi Yustisi Kependudukan merupakan salah satu tugas yang dilakukan untuk
mengawasi & mengontrol kesadaran masyarakat agar tertib kapan administrasi
kependudukan, yakni kepemilikan KTP yang diwajibkan kepada warga.
Kegiatan operasi yustisi kependudukan hingga saat ini sudah berjalan cukup
baik, namun informasi yang dihasilkan masih sangat terbatas pada informasi
yang bersifat tekstual dengan cara penyajiannya masih kurang maksimal
sehingga kurang mampu menjadi bahan masukan bagi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (terutama pada proses pemasukan data OYK dan pelaporan).
Pengolahan data-data operasi yustisi kependudukan perlu dibuat agar
masyarakat dan dinas tersebut memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan
demikian, perlu dibuat agar dapat berinteraksi dengan baik kepada user baik user
yang mengelola sistem maupun yang menggunakan sistem. Dalam membangun
aplikasi ini terdapat beberapa proses yaitu mengidentifikasi kebutuhan user, baik
secara software, hardware maupun brainware yang menggunakan dan
63
identifikasi masalah yang terjadi pada pengelolaan sistem sebelumnya, sehingga
aplikasi yang dibangun dapat digunakan secara baik.
Sistem yang dibangun tidak sepenuhnya menggantikan sistem yang telah
berjalan sebelumnya dan bertujukan untuk membantu sistem yang sebelumnya
telah berjalan tersebut.
4.1.1 Identifikasi Kebutuhan (User Need Assesment)
Mengidentifikasikan kebutuhan merupakan langkah pertama yang
dilakukan dalam tahap perencanaan sistem. Kebutuhan itu dapat diartikan juga
suatu keinginan atau suatu hal. Untuk itu dibuat suatu sistem yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai informasi operasi yustisi
kependudukan di Provinsi DKI Jakarta. Dari hasil penelitian dan melakukan
observasi langsung ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta bertemu dengan Bapak Ir. Djoko Budianto, M.Si sebagai kepala seksi
Penertiban diperoleh berbagai kebutuhan yang diharapkan, antara lain:
1. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang jelas
mengenai informasi operasi yustisi kependudukan di Provinsi DKI Jakarta.
Informasi yang berkenaan dengan wilayah-wilayah yang sudah dilakukan
operasi yustisi kependudukan.
2. Kebutuhan sistem informasi yang memberikan informasi secara visual
sehingga dapat digunakan secara mudah. (Hasil wawancara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran B).
64
4.1.2 Tujuan Pengembangan Sistem
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka dapat
dirumuskan tujuan dari pengembangan aplikasi SISOYK ini adalah sebagai
berikut:
1. memberikan informasi wilayah-wilayah operasi yustisi kependudukan
yang telah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta secara tekstual maupun
spasial (keruangan).
2. Dapat memvisualisasikan hasil Operasi Yustisi Kependudukan
tersebut dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan mudah
dimengerti.
3. Memberikan informasi secara interaktif.
4.2 Analisis
Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang ada pada kegiatan pencatatan dan pelaporan Operasi Yustisi
Kependudukan yang selama ini berjalan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil. Analisis ini diperlukan sebagai dasar bagi tahapan perancangan sistem.
Analisis kebutuhan dan kondisi meliputi:
4.2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari lima wilayah kotamadya
yang ada di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
65
1. Letak Geografis Provinsi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta terletak pada koordinat 5°19'12"-6°23'54"LS
(Lintang Selatan) 106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT (Bujur Timur).
2. Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Teluk Jakarta.
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kotamadya Depok.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Banten.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian dalam pembuatan aplikasi Sistem Informasi
Spasial Operasi Yustisi Kependudukan:
Waktu penelitian : 27 April 2009 - Selesai
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Alamat : Jl. S. Parman No. 7 Jakarta Barat.Telp. (021)
3810291, 3841195
4.2.2 Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta
Berikut adalah visi misi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta:
1. Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta
” Mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan dan
Pencatatan sipil yang berorientasi kepada kepuasan dan kemitraan
66
masyarakat menuju terciptanya data dan informasi kependudukan
yang akurat”.
2. Misi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta
Memberikan pelayanan administrasi kependudukan dan
Pencatatan sipil yang cepat, tepat, mudah dan transparan.
Menyelenggarakan administrasi kependudukan dan Pencatatan
sipil yang mampu menyajikan data dan informasi kependudukan
yang benar, cepat dan akurat.
Melaksanakan pemberdayaan dan pembinaan terhadap
masyarakat untuk menumbuhkembangkan kemitraan dan peran
sertanya dalam melaksanakan pendaftaran penduduk dan
Pencatatan sipil.
Mempersiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
untuk medukung terciptanya tertib pelayanan, pengolahan data
dan informasi serta pembinaan masyarakat di bidang administrasi
kependudukan dan Pencatatan sipil.
4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta
Bagan pada Gambar 4.1 adalah struktur organisasi dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, dimana penulis
melakukan penelitian di Sub Dinas Pengawasan dan Penertiban yang
melaksanakan tugas operasi yustisi kependudukan.
67
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta)
4.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil.
1. Tugas Pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Propinsi DKI
Jakarta adalah
"Melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang
penyelenggaraan pendaftaran dan Pencatatan Kependudukan,
pengendalian mobilitas penduduk serta penerbitan Akta-akta
Pencatatan Sipil".
2. Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Propinsi DKI Jakarta
adalah:
Perumusan kebijaksanaan dan bimbingan teknis di bidang
penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penyelengaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk yang
meliputi kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan dan
68
pengesahan anak, kematian, kedatangan, kepindahan serta kegiatan
lain yang berhubungan dengan administrasi pendaftaran dan
pencatatan penduduk.
Penelitian atas persyaratan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penerbitan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Induk Penduduk
Sementara (NIPS), Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta
Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Kematian
dan Akta Pengangkatan Anak serta surat-surat keterangan
Pendaftaran dan Pencatatan Penduduk lainnya.
Penyelenggaraan kegiatan perubahan dan perbaikan terhadap
penerbitan hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk yang
disebabkan mutasi/ Akta Pengangkatan Anak serta surat-surat
keterangan Pendaftaran Pencatatan Penduduk lainnya.
Penyelenggaraan kegiatan perubahan dan perbaikan terhadap
penerbitan hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk yang
disebabkan mutasi/ perubahan biodata penduduk.
Penyuluhan dalam rangka pengendalian mobilitas penduduk
terhadap peraturan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Pembinaan penyelenggaraan administrasi pendaftaran dan
pencatatan penduduk.
Pengawasan, pengusutan dan pemeriksaaan terhadap pelanggaran
peraturan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penyelesaian sengketa pendaftaran dan pencatatan penduduk.
69
Pengumpulan, pengolahan, analisa serta penyajian data informasi
hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk untuk keperluan instansi
lain dan masyarakat.
Penyimpanan dan pemeliharaan arsip pendaftaran pencatatan
penduduk dan Register Akta Penduduk.
Pengelolaan dukungan teknis dan administratif.
Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Suku Dinas.
4.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penertiban dan Kerjasama
Kependudukan.
1. Tugas Pokok Bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan adalah
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 47
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Bagian Ketujuh Pasal 28
ayat (2), Bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan
mempunyai tugas pokok melaksanakan penertiban dan kerjasama
administrasi kependudukan.
2. Fungsi Dinas Penertiban dan Kerjasama Kependudukan Propinsi DKI Jakarta
adalah
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksaan
Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) bidang
Penertiban dan Kerjasama Kependudukan.
70
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan (PPK) bidang Penertiban dan Kerjasama
Kependudukan.
c. Pelaksanaan koordinasi penertiban dan kerjasama kependudukan.
d. Pengawasan dan pengendalian mobilitas kependudukan.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pengembangan pelaksanaan penertiban dan
kerjasama kependudukan.
f. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kependudukan
dan pencatatan sipil.
g. Penyelesaian permasalahan pelayanan administrasi kependudukan.
h. Pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam
administrasi kependudukan.
i. Pengkajian dan pengendalian kuantitas dan kualitas penduduk,
pengarahan mobilitas/ penataan persebaran penduduk dan perlindungan
penduduk, serta pembangunan berwawasan kependudukan.
j. Pelaksanaan pemprosesan pelanggaran peraturan kependudukan untuk
diajukan ke pengadilan serta mempersiapkan pemulangan kedaerah
asal.
k. Pelaksanaan pembinaan aparat teknis penertiban, polisi khusus
kependudukan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
l. Penyiapan bahan laporan dinas yang terkait dengan pelaksanaan
penertiban dan kerjasama kependudukan.
m. Pelaporan dan pertanggungjawaban bidang penertiban dan kerjasama
kependudukan.
71
4.2.6 Sistem yang Berjalan
Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta telah
memiliki sistem yang sudah berjalan sebelumnya, menganalisis sistem yang
berjalan merupakan langkah yang penting untuk mengetahui kelemahan sistem,
sehingga dapat dirancang sistem pembantu untuk memperbaiki kelemahan sistem
tersebut. Berikut merupakan penjelasan tentang sistem yang berjalan:
a. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta sebagai
badan pemerintah yang melayani pendaftaran dan pengontrolan administrasi
kependudukan, dalam tugas pengontrolan, Dinas ini melakukan operasi yang
dinamakan Operasi Yustisi Kependudukan.
b. Operasi Yustisi Kependudukan dilaksanakan dengan tim di beberapa wilayah
di provinsi DKI Jakarta, Tim langsung men-sidak masyarakat yang lewat dan
berada ditempat operasi yang dilakukan, tim memeriksa warga atas
kelengkapan identitas berupa KTP warga tersebut atau surat keterangan
lainnya.
c. Apabila ada warga yang kedapatan tidak membawa indentitas dirinya, maka
dilakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran yang dilakukan.
d. Untuk warga yang kedapatan melanggar maka dilakukan pemeriksaan dan
divonis denda dan dapat memenuhi syarat administrasi dikemudian hari,
selanjutnya petugas mencatat jumlah warga yang melanggar dan data tersebut
dikirim ke petugas di tingkat kelurahan.
e. Data yang diperoleh, kemudian data diolah ditingkat suku dinas
kependudukan dan Pencatatan sipil tingkat kotamadya dan digabungkan
dengan operasi secara keseluruhan yang telah dilakukan di semua kotamadya.
72
Adapun permasalahan yang terjadi dalam sistem yang telah berjalan antara
lain:
1. Sistem yang berjalan sudah terkomputerisasi namun belum terintergrasi satu
sama lain.
2. Terbatasnya informasi yang diberikan kepada masyarakat.
3. Jakarta merupakan ibukota, sehingga arus urbanisasi yang berlebihan dan
disertai dengan tidak tertibnya administrasi kependudukan.
4. Selama ini informasi tentang sebaran hasil operasi yustisi kependudukan
yang sudah dilakukan, masih kurang lengkap karena hanya berupa informasi
yang bersifat tekstual dan penyajian serta penyampaian informasinya masih
kurang representatif.
Dari uraian sebelumnya, maka dapat digambarkan bagan alir dokumen sistem
yang berjalan pada Gambar 4.2.
73
2
Input data OYK
per-kelurahan
2
tidak
ya
Selesai
mulai
1
KELURAHAN DINAS
2
N
Input data OYK
per kotamadya
1Data Penduduk
Terjaring OYK
Seluruh DKI
JAKARTA
N
Input data OYK
Seluruh DKI JAKARTA
1
Periksa
Penduduk
SUDIN
Data Penduduk
Terjaring OYK
Per-kelurahan
Mencatat
Data
Penduduk
KECAMATAN
12
N
Data Penduduk
Terjaring OYK
per kotamadya
Data Penduduk
Terjaring OYK
Melanggar
Yustisi
Kependudukan
Selesai
Periksa
Penduduk
Jumlah
Penduduk Yang
Diperiksa
TIM PENYIDIKAN
Gambar 4.2 Bagan Alir Dokumen yang Berjalan
4.2.6.1 Kelebihan dan Kekurangan Sistem yang Berjalan
a. Kelebihan Sistem yang berjalan
1) Kegiatan Operasi Yustisi Kependudukan dilakukan secara rutin
dan terorganisir dengan baik.
2) Telah menggunakan sistem komputer dalam pengolahan data
dan pencatatan data operasi yustisi kependudukan.
b. Kelemahan Sistem yang Berjalan
1) Informasi yang diberikan masih sebatas tekstual.
2) Pengumpulan data membutuhkan waktu, karena data masih
diproses di level bawah dinas.
3) Kurangnya informasi dalam penentuan operasi dalam suatu
wilayah.
74
4.2.7 Sistem yang Diusulkan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di atas, maka
pemecahan masalahnya adalah dengan mengembangkan aplikasi SISOYK pada
Provinsi DKI Jakarta. Aplikasi SISOYK yang akan dibangun merupakan aplikasi
berbasis SIG. Pembangunan aplikasi SISOYK ini, tidak ditujukan untuk
menggantikan sistem pencatatan dan pelaporan Operasi Yustisi Kependudukan
yang sudah berjalan tetapi untuk menambahkan spasial wilayah DKI Jakarta
pada sistem pencatatan dan pelaporan Operasi Yustisi Kependudukan dengan
menggunakan pendekatan spasial serta fungsi intergritas dalam pencatatan
datanya. Sistem informasi yang diusulkan, yaitu:
a. Diusulkan sistem informasi spasial Operasi Yustisi Kependudukan
berbasis web sehingga dapat dipergunakan dengan mudah oleh user
tentang data operasi yustisi kependudukan yang telah dilaksanakan di
Provinsi DKI Jakarta dengan mengklik data yang ada pada polygon.
b. Sistem yang diusulkan berbasis web agar dapat dipergunakan oleh
masyarakat luas agar dapat melihat sebaran operasi yustisi yang telah
dilakukan di Provinsi DKI Jakarta.
75
DIAGRAM ALIR SISTEM YANG DIUSULKAN
Data Penduduk
Terjaring OYK
Per-kelurahan
SUDINKELURAHAN KECAMATANTIM PENYIDIKAN
mulai
Periksa
Penduduk
N
DINAS
Jumlah
Penduduk Yang
Diperiksa
Melanggar
Yustisi
Kependudukan
ya
tidak
Selesai
Periksa
Penduduk
Mencatat
Data
Penduduk
Data Penduduk
Terjaring OYK
N
12
12
Input data OYK
per-kelurahan
Data Penduduk
Terjaring OYK
per kotamadya
N
12
Input data OYK
per kotamadya
Selesai
Data OYK per
kelurahan
Se-DKI JAKARTA
Input data OYK
Database OYK
Cetak Laporan
OYK
Input data OYK Input data OYK
Input data OYK
Gambar 4.3 Bagan Alir Dokumen yang Diusulkan
4.2.7.1 Peta
Peta yang digunakan adalah peta berbasis vektor yang bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS) skala 1:200.000 yang digunakan untuk
menampilkan informasi mengenai operasi yustisi kependudukan di Provinsi
DKI Jakarta (Gambar 4.4).
76
Gambar 4.4 Peta Bersumber dari BPS
Gambar 4.4 tersebut menunjukkan Provinsi DKI Jakarta, selain itu batas
administrasi kelurahan yang dilihat dalam model polygon peta DKI Jakarta.
polygon yang dimunculkan pada peta dimaksudkan untuk memudahkan para user
untuk mendapatkan informasi mengenai data operasi yustisi kependudukan yang
dipilh dengan mengklik polygon kemudian muncul informasi atributnya.
4.2.7.2 Objek yang diusulkan
a. Data Spasial yang Digunakan
Data spasial untuk menggambarkan Provinsi DKI Jakarta dalam
bentuk polygon yang berekstensi .SHP.
200.000
77
b. Data Atribut
Data atribut adalah data yang menjelaskan tentang detail spasial
operasi yustisi kependudukan. Data yang akan ditampil adalah data
operasi yustisi kependudukan. Atribut data tersebut akan dijelaskan
pada perencanaan database. User dapat melihat data atribut dari
objek kelurahan dengan mengklik polygon objek tersebut, yang
akan menampilkan informasi field-field data secara otomatis.
4.2.7.3 Keunggulan Sistem Usulan
Adapun keunggulan dari sistem ini, yaitu:
a. Memberikan informasi Operasi Yustisi Kependudukan yang dimasukkan
dalam bentuk peta.
b. Mengetahui letak daerah strategis atau daerah yang menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan OYK.
c. Dapat memvisualisasikan hasil permintaan data Operasi Yustisi
Kependudukan tersebut dalam bentuk tampilan peta yang representatif
dan mudah dimengerti.
d. Dapat memasukkan data secara langsung kepada pihak suku dinas
kotamadya yang diberi hak dalam pencatatan dan pelaporan operasi di
setiap wilayah kotamadya di Provinsi DKI Jakarta.
e. Sistem yang diusulkan dapat diperbaharui secara berkala.
78
4.3 Perancangan
Tahap perancangan SIG bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal
dari aplikasi berbasis SIG yang akan dibangun dengan mempertimbangkan
berbagai faktor-faktor ditetapkan pada tahap perencanaan dan analisis.
4.3.1 Desain Arsitektur (Data Flow Diagram)
Perancangan Data Flow Diagram dirancang untuk sebuah sistem usulan
berdasarkan hasil analisa sistem usulan. Diagram ini merupakan sarana
komunikasi antara user dengan pengembang sistem untuk mengetahui seperti
apa, dimana sistem usulan tersebut akan berjalan. Diagram ini menggambarkan
secara garis besar semua masukan atau keluaran yang ada pada sistem. Berikut
adalah perancangan Context Diagram untuk sistem usulan. Gambar dapat dilihat
pada Gambar 4.5.
a. Aliran data berupa atribut peta, data peta yang akan dimasukkan dalam
Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan (SISOYK).
b. SISOYK memberikan laporan data informasi spasial operasi yustisi
kependudukan kependudukan kepada Dinas.
c. Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan (SISOYK)
menghasilkan informasi ke masyarakat luas (user).
d. User/ Masyarakat luas dapat berinteraksi dengan mengirimkan komentar atas
Operasi Yustisi Kependudukan yang belum dan telah dilaksanakan di
Provinsi DKI Jakarta.
e. Dinas menerima komentar-komentar yang ditampung oleh SISOYK serta
laporan hasil Operasi Yustisi Kependudukan (OYK).
79
Sistem Informasi Spasial
Operasi Yustisi
Kependudukan
TIM PENYIDIK
User
Comment
webgis_OYK
OYK
Webgis_OYK
DINAS PENERTIBAN
Laporan
Peta
Helpdesk
Database OYK
Database Peta
0
Gambar 4.5 Diagram Context SISOYK
Setelah merancang Context Diagram, maka selanjutnya
merancang DFD Level 0, diagram ini dibuat untuk menggambarkan
arus data dari tahapan proses diagram sebelumnya.
Diagram ini menggambarkan proses-proses yang terdapat
dalam sistem informasi spasial kependudukan, perancangan interface,
pengolahan data, pengolahan peta. Pengolahan peta dan pengumpulan
data informasi yang kemudian diolah pada sistem lalu menghasilkan
output berupa informasi spasial OYK yang diinformasikan user,
seperti tertera pada gambar 4.6.
80
DINAS PENERTIBAN
1
Pengolahan Data
Peta_DKIJakarta
2
Pengolahan Data Non
Spasial
Tabel_OYK
Data Vektor
4
Pengolahan Informasi
Hasil peta
Tampilan Peta
oyk
Output hasil tabel
User
Komentar
Gis_OYK
Laporan
3
Perancangan Interface
Aplikasi
Input_Profil
Profil_DukCaPIL
TimPenyidik
oyk
OYK
Helpdesk
Database OYK
Database Peta
Gambar 4.6 Normal level 0
Berikut merupakan penjelasan dari diagram normal level 0:
a. Dinas menyiapkan peta jakarta yang akan diolah, yang berupa
peta serta profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
b. Data yang diolah dipisah, data Profil Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dipisah dalam Perancangan Interface Web,
sedangkan data vektor yang nantinya data tersebut akan
menampilkan atribut peta OYK per kelurahan.
c. Tim penyidik mendapat data oyk dari sistem.
d. Setelah ketiga proses berjalan dengan baik maka sistem satu sama
lain harus diintegrasikan sehingga penyajian informasi pada user
dapat dilakukan dengan mudah.
81
4.3.2 Desain Kamus Data
Kamus data berguna untuk mengetahui aliran data atau informasi apa saja
yang terdapat pada saat analisis ataupun perancangan sistem.
Tabel 4.1 Kamus Data
Kel_oyk_2006 =*File kel_oyk_2006.dbf*
{kelurahan + count + tanggal + terjaring + diperiksa + melanggar + bap
+ von_denda + von_kurngn + von_verstg + von_bebas + pos_bakum +
ttal_denda + kotamadya}
Kel_oyk_2007 =*File kel_oyk_2007.dbf*
{kelurahan + count + tanggal + terjaring + diperiksa + melanggar + bap
+ von_denda + von_kurngn + von_verstg + von_bebas + pos_bakum +
ttal_denda + kotamadya}
Kel_oyk_2008 =*File kel_oyk_2008.dbf*
{kelurahan + count + tanggal + terjaring + diperiksa + melanggar + bap
+ von_denda + von_kurngn + von_verstg + von_bebas + pos_bakum +
ttal_denda + kotamadya}
Kel_oyk_2009 =*File kel_oyk_2009.dbf*
{kelurahan + count + tanggal + terjaring + diperiksa + melanggar + bap
+ von_denda + von_kurngn + von_verstg + von_bebas + pos_bakum +
ttal_denda + kotamadya}
login =*login.dbf*
{@username + password + wilayah + status}
berita =*berita.dbf*
{@id_berita + judul + isi_berita + tgl_input + jam_input}
komentar =*komentar.dbf*
{@id_komentar + email + nama + isi + jenis + tanggal + status}
4.3.3 Desain Basis Data
Tahapan awal dalam perancangan basis data ini adalah membuat
pemodelan data konseptual yang akan dijadikan landasan untuk basis data,
setelah didapat model basis data, maka pemodelan data konseptual tersebut
82
diwujudkan dalam hubungan antar tabel menggunakan asosiasi sehingga
didapatkannya model data relational.
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam
rancangan basis data:
1. Rancangan Entity Relationship Diagram
Pada perancangan basis data dibutuhkan gambaran basis data yang ideal
bagi sistem yang nantinya akan dibangun. Pada Gambar 4.7 digambarkan
ERD yang nantinya akan diterapkan pada Sistem Informasi Spasial
Operasi Yustisi Kependudukan.
Kotamadya memiliki Kecamatan
OYK memiliki
mempunyai
kelurahan
1
m
m
m 1
1
kejaksaan
m
*Id_kotamadya nama_kotamadya
*Id_data_oyk
Id_kelurahan
tanggal
Tahun_oyk
melanggar
terjaring
diperiksa
*Id_kecamatan nama_kecamatan
bap
Von_denda
Von_verstag Von_kurungan
Total_denda
Pos_bakum
Ke_panti
*Id_kelurahan
Nama_kelurahan
Gambar 4.7 ERD Spasial
83
2. Normalisasi Data
a. Bentuk tidak normal (unnormalized) database sistem
Tabel 4.2 Tabel UNF
UNF
KELURAHAN TANGGAL TERJARING DIPERIKSA MELANGGAR BAP
ANGKE 12 Desember 2008 249 239 107 107
30 Nopember 2006 263 183 120 120
CIRACAS 23 Agustus 2007 146 146 55 55
VON_DENDA VON_KURNGN VON_VERSTG VON_BEBAS
107 0 0 0
120 0 0 0
53 0 0 2
POS_BAKUM TTAL_DENDA KE_PANTI KOTAMADYA KECAMATAN
0 1525000 10 JAKARTA BARAT TAMBORA
0 1850000 JAKARTA BARAT TAMBORA
0 1060000 0 JAKARTA TIMUR CIRACAS
Normalisasi Tahap Pertama (1NF)
Normalisasi pertama bersifat atomik (tidak dapat dibagi menjadi
atribut-atribut yang lebih kecil bersifat tunggal).
Tabel 4.3 Tabel 1NF
1NF
KELURAHAN TANGGAL TERJARING DIPERIKSA MELANGGAR BAP
ANGKE 12 Desember 2008 249 239 107 107
ANGKE 30 Nopember 2006 263 183 120 120
CIRACAS 23 Agustus 2007 146 146 55 55
VON_DENDA VON_KURNGN VON_VERSTG VON_BEBAS
107 0 0 0
120 0 0 0
53 0 0 2
POS_BAKUM TTAL_DENDA KE_PANTI KOTAMADYA KECAMATAN
0 1525000 10 JAKARTA BARAT TAMBORA
84
0 1850000 JAKARTA BARAT TAMBORA
0 1060000 0 JAKARTA TIMUR CIRACAS
Normalisasi Tahap Kedua (2NF)
Normalisasi kedua, bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk
normal pertama. Atribut bukan kunci haruslah bergantung secara fungsional
pada kunci utama atau primary key. Tabel 4.4 adalah Tabel Normalisasi 2NF.
Tabel 4.4 Tabel 2NF
TABEL KELURAHAN
ID_KELURAHAN KELURAHAN KOTAMADYA KECAMATAN
1 ANGKE JAKARTA BARAT TAMBORA
2 CAKUNG BARAT JAKARTA TIMUR CAKUNG
3 CIRACAS JAKARTA TIMUR CAKUNG
TABEL DATA_OYK
ID_DATA_OYK ID_KELURAHAN TANGGAL TERJARING
1 1 12 Desember 2008 249
2 1 30 Nopember 2006 263
3 3 23 Agustus 2007 146
DIPERIKSA MELANGGAR BAP TTAL_DENDA KE_PANTI
239 107 107 1525000 10
183 120 120 1850000 0
146 55 55 1060000 0
VON_DENDA VON_KURNGN VON_VERSTG VON_BEBAS POS_BAKUM
107 0 0 0 0
120 0 0 0 0
53 0 0 2 0
Normalisasi 3NF
Untuk menjadi bentuk normal ketiga maka relasi harus sudah
termasuk dalam bentuk normal kedua dan semua atribut bukan primary key
tidak punya hubungan transitif. setiap atribut yang bukan kunci haruslah
85
bergantung pada primary key secara keseluruhan. Tabel 4.5 adalah Tabel
Normalisasi 3NF.
Tabel 4.5 Tabel Normalisasi 3NF
ID_KOTAMADYA KOTAMADYA
2 JAKARTA BARAT
3 JAKARTA TIMUR
3 JAKARTA TIMUR
ID_KECAMATAN KECAMATAN
2 TAMBORA
3 PENJARINGAN
18 JAKARTA TIMUR
ID_KELURAHAN KELURAHAN
1 ANGKE
2 CAKUNG BARAT
3 CIRACAS
TABEL DATA_OYK
ID_DATA_OYK ID_KELURAHAN TANGGAL TERJARING DIPERIKSA
1 1 12 Desember 2008 249 239
2 1 30 Nopember 2006 263 183
3 3 23 Agustus 2007 146 146
MELANGGAR BAP VON_DENDA VON_KURNGN VON_VERSTG VON_BEBAS
107 107 107 0 0 0
120 120 120 0 0 0
55 55 53 0 0 2
TTAL_DENDA POS_BAKUM KE_PANTI
1525000 0 10
1850000 0
1060000 0 0
3. Struktur Data
86
Rancangan basis data atribut spasial dalam aplikasi
SISOYK terdiri dari tabel sebagai berikut:
a. kel_oyk_2006
1) Nama File : kel_oyk_2006.dbf
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data Atribut kel_oyk_2006
4) Primary Key : Id_kelurahan
Tabel 4.6 Tabel kel_oyk_2006
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
Id_kelurahan Int 15 0 Nama
kelurahan
count String 2 0 Jumlah polygon
Tanggal Date 0
Tanggal
pelaksanaan
operasi
Terjaring Int 3 0
Penduduk yang
dijaring saat
operasi
Diperiksa Int 3 0 Penduduk yang
diperiksa
Melanggar Int 3 0 Penduduk yang
melanggar
Bap Int 3 0 Penduduk yang
masuk BAP
Von_denda Int 3 0
Penduduk yang
di kenakan
denda
Von_kurngn Int 3 0
Penduduk yang
masuk
kurungan
Von_verstg Int 3 0
Penduduk yang
bebas karena
bersyarat
Von_bebas Int 3 0 Penduduk yang
bebas murni
Pos_bakum Int 2 0
Penduduk yang
memerlukan
bantuan hukum
87
Ttal_denda Int 10 0 Jumlah total
denda operasi
kotamadya String 20 0 Wilayah
kotamadya
b. kel_oyk_2007
1) Nama File : kel_oyk_2007.dbf
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data Atribut kel_oyk_2007
4) Primary Key : Id_kelurahan
Tabel 4.7 Tabel kel_oyk_2007
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
Id_kelurahan Int 15 0 Nama
kelurahan
count String 2 0 Jumlah polygon
Tanggal Date 0
Tanggal
pelaksanaan
operasi
Terjaring Int 3 0
Penduduk yang
dijaring saat
operasi
Diperiksa Int 3 0 Penduduk yang
diperiksa
Melanggar Int 3 0 Penduduk yang
melanggar
Bap Int 3 0 Penduduk yang
masuk BAP
Von_denda Int 3 0
Penduduk yang
di kenakan
denda
Von_kurngn Int 3 0
Penduduk yang
masuk
kurungan
Von_verstg Int 3 0
Penduduk yang
bebas karena
bersyarat
Von_bebas Int 3 0 Penduduk yang
88
bebas murni
Pos_bakum Int 2 0
Penduduk yang
memerlukan
bantuan hukum
Ttal_denda Int 10 0 Jumlah total
denda operasi
kotamadya String 20 0 Wilayah
kotamadya
c. kel_oyk_2008
1) Nama File : kel_oyk_2008.dbf
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data Atribut kel_oyk_2008
4) Primary Key : Id_kelurahan
Tabel 4.8 Tabel kel_oyk_2008
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
Id_kelurahan Int 15 0 Nama
kelurahan
Count String 2 0 Jumlah polygon
Tanggal Date 0
Tanggal
pelaksanaan
operasi
Terjaring Int 3 0
Penduduk yang
dijaring saat
operasi
Diperiksa Int 3 0 Penduduk yang
diperiksa
Melanggar Int 3 0 Penduduk yang
melanggar
Bap Int 3 0 Penduduk yang
masuk BAP
Von_denda Int 3 0
Penduduk yang
di kenakan
denda
Von_kurngn Int 3 0
Penduduk yang
masuk
kurungan
Von_verstg Int 3 0 Penduduk yang
bebas karena
89
bersyarat
Von_bebas Int 3 0 Penduduk yang
bebas murni
Pos_bakum Int 2 0
Penduduk yang
memerlukan
bantuan hukum
Ttal_denda Int 10 0 Jumlah total
denda operasi
kotamadya String 20 0 Wilayah
kotamadya
d. kejaksaan
1) Nama File : Kejaksaan
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data OYK kejaksaan
4) Primary Key : Id_oyk_kejaksaan
Tabel 4.9 Tabel kejaksaan
Id_oyk
kejaksaan Int 7 0
Id data oyk
kejaksaan
Id_data_oyk Int 7 0 Id data oyk
Bap Int 11 0 Penduduk yang
masuk BAP
Von_denda Int 11 0
Penduduk yang
di kenakan
denda
Von_kurngn Int 11 0
Penduduk yang
masuk
kurungan
Von_verstg Int 11 0
Penduduk yang
bebas karena
bersyarat
Von_bebas Int 11 0 Penduduk yang
bebas murni
Pos_bakum Int 11 0
Penduduk yang
memerlukan
bantuan hukum
Ttal_denda Int 11 0 Jumlah total
denda operasi
90
e. data_oyk_copy
1) Nama File : data_oyk_copy
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data OYK
4) Primary Key : Id_data_oyk
Tabel 4.10 Tabel data_oyk_copy
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
Id_data_oyk Int 7 0 Id data_oyk
Id_kelurahan Int 15 0 Nama
kelurahan
Tahun_oyk Int 4 0
Tahun
dilaksanakan
OYK
Tanggal Date 6 0
Tanggal
pelaksanaan
operasi
Terjaring Int 3 0
Penduduk yang
dijaring saat
operasi
Diperiksa Int 3 0 Penduduk yang
diperiksa
Melanggar Int 3 0 Penduduk yang
melanggar
f. login
1) Nama File : login
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data administrator
4) Primary Key : username
91
Tabel 4.11 Tabel login
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
username String 30 0 Karakter yang
dipakai
password Int 20 0 Password
wilayah Varchar 30 0 Pilihan
wilayah yang
di pakai
status Enum 'aktif','nonaktif' 0 Aktif atau di
non aktifkan
g. berita
1) Nama File : Berita
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data berita
4) Primary Key : Id_berita
Tabel 4.12 Tabel berita
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
id_berita Int 5 0 Id_berita
judul Varchar 50 0 Judul berita
Isi_berita Text - 0 Isi berita
tgl_input Date 6 0 Tanggal di upload
jam_input Time 5 0 Waktu
h. komentar
1) Nama File : sarankritik
2) Media : Harddisk
3) Isi : Data saran kritik
4) Primary Key : Id_sarankritik
Tabel 4.13 Tabel Saran Kritik
92
Field Tipe Panjang Decimal Keterangan
id_sarankritik Int 5 0 Id sarankritik
email Varchar 20 0 email
nama Varchar 30 0 Nama pemberi
saran
isi Varchar 30 0 Isi tulisan
jenis Text - 0 Saran atau
kritik
tanggal Date 6 0 Tanggal
diterima
status Int 2 0 Status
4.3.4 Desain Struktur Menu Aplikasi
Dalam aplikasi SISOYK terdapat beberapa menu yaitu, menu Utama,
menu Berita, menu Profil, menu Layanan, menu WebGIS, menu Suara warga,
menu Download, menu Profil, menu Administrator sebagai menu tersembunyi
dan update atribut data untuk memperbaharui data spasial. Gambar 4.8
merupakan gambaran hierarki struktur aplikasi SISOYK.
93
Aplikasi SISOYK
HOME ADMIN PROFIL LAYANANLANDASAN
HUKUMSUARA WARGA BERITAWEBGIS
Print Peta
Download Peta
Help
Gambar 4.8 Struktur Aplikasi SISOYK
4.3.5 Desain Interface
Pada bagian ini dibahas mengenai tahapan perancangan antarmuka
aplikasi. Antarmuka yang akan dibangun, dirancang sesederhana mungkin
sehingga memudahkan pengguna dalam menggunakannya.
94
a. Rancangan menu aplikasi SISOYK dapat dilihat pada Gambar 4.9
Gambar 4.9 Rancangan Menu Web
Berikut merupakan penjelasan tentang menu utama aplikasi SISOYK:
1. Merupakan judul dari aplikasi yang dibuat, yaitu Sistem Informasi Spasial
Operasi Yustisi Kependudukan.
2. Penjelasan isi menu merupakan penjelasan dari setiap menu setiap user
melakukan event klik dari menu-menu yang berada pada sidebar.
3. Menu home yaitu penjelasan tentang sistem informasi spasial Operasi Yustisi
Kependudukan Provinsi DKI Jakarta.
4. Profil, merupakan menu yang menyampaikan informasi tentang profil Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
5. Fungsi, menu ini berisikan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Penjelasan isi menu
Judul WEB
Home
Profil Fungsi Layanan Berita Landasan hukum SW WebGIS
95
6. Layanan, menu ini berisikan layanan-layanan yang disediakan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dari tingkat Kelurahan, Kecamatan,
Suku Dinas, sampai Dinas.
7. Menu Berita yaitu menu yang akan menunjukan berita seputar Operasi
Yustisi Kependudukan serta info kependudukan yang ditulis oleh pengelola
website/ administrator.
8. Landasan Hukum, menu ini menampilkan landasan hukum yang dipakai oleh
dinas dalam menjalankan tugasnya.
9. Suara Warga, menu ini menampilkan dan menyediakan ruang untuk
pengguna umum dalam menyampaikan saran dan kritik yang membangun
untuk dinas.
10. WebGIS, menu ini berisikan web dalam bentuk spasial yang menggambarkan
wilayah DKI Jakarta.
96
b. Rancangan menu peta, dapat dilihat pada Gambar 4.10
Gambar 4.10 Rancangan Menu Peta
Gambar 4.10 Rancangan Menu Aplikasi SISOYK
Berikut merupakan penjelasan tentang menu peta:
1. Merupakan Isi peta yang terdapat gambar peta kota DKI Jakarta.
2. Merupakan tempat untuk mengaktifkan layer yang ingin ditampilkan.
3. Merupakan menu untuk mencari atribut peta.
4. Terdapat tiga menu pada menu no.4 yaitu:
Print Map untuk mencetak peta dalam format HTML atau PDF
home Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan
1. Peta
2. Layer
17. Koordinat
16. Reference
Map
3. Menu Search 4. Menu Tools
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
18. Skala
Z
O
O
M
97
Download Map untuk, mengambil peta dalam format TIFF
Help untuk petunjuk bantuan aplikasi SISOYK menu peta.
5. Home yaitu menu yang menunjukan tampilan pada saat pertama kali menu
peta dibuka.
6. Back yaitu menu untuk mengembalikan peta setelah kita melakukan proses
berikut.
7. Next yaitu menu untuk membalikan peta ke proses setelahnya.
8. Zoom in yaitu menu untuk memperbesar peta sesuai dengan keinginan user.
9. Zoom Out yaitu menu untuk memperkecil peta setelah di Zoom in.
10. Pan yaitu menu untuk mengarahkan peta kearah yang user inginkan.
11. Identify yaitu menu yang digunakan untuk memberikan informasi tentang
daerah yang user melakukan proses klik pada wilayah tertentu. Query yang
ditampilkan berbentuk query ganda, tergantung layer yang diaktifkan pada
menu pengaktifan layer.
12. Select yaitu menu yang digunakan untuk menseleksi daerah yang diinginkan
untuk mengtahui informasi. Informasi yang dihasilkan bergantung pada
shapeFile yang diaktifkan.
13. Auto Identify yaitu menu yang digunakan untuk memberikan informasi peta
tetapi hanya satu wilayah saja. Fungsinya hampir sama dengan fungsi no.12.
14. Transparency yaitu menu yang digunakan untuk mengurangi atau menambah
nilai transparan pada layer tertentu.
15. Refresh Map yaitu digunakan untuk me-refresh isi peta.
16. Reference Map yaitu peta rujukan dari isi peta pada no.1.
98
17. Menunjukan koordinat peta secara dinamis, dapat berubah-ubah sesuai
dengan pergerakan kursor mouse.
18. Skala peta.
4.4 Penerapan
Pada tahap ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris-
baris kode program yang dapat dimengerti oleh komputer. Selain itu juga
membahas sarana pendukung lain yang diperlukan agar sistem berjalan dengan
baik.
4.4.1 Sarana Pendukung Aplikasi SISOYK
Aplikasi SISOYK ini dikembangkan dengan menggunakan hardware dan
software yang dijelaskan pada point-point berikut:
a. Perangkat Keras (Hardware)
Prosesor Intel Core 2 Duo 1.6 GHz
Harddisk 80GB
Memory 1 GB
Monitor dengan resolusi 1024 x 768 pixels
Keyboard dan mouse
VGA 128 MB
b. Perangkat Lunak (Software)
Windows XP Service Pack 2
Microsoft Office
Arcview 3.3
99
Framework Pmapper
PHP 5.2.4 dan MySQL 5.0.45
Pada Gambar 4.11 merupakan gambar penerapan pada sistem operasi
Microsoft Windows XP Service pack 2. Implementasi pada sistem operasi
Microsoft Windows XP Service Pack 2 menggunakan browser mozilla.
Gambar 4.11 Penerapan SISOYK Pada Windows
4.4.2 Pengujian
Pengujian sistem dilakukan dengan metode black box, yang merupakan
suatu metode pengujian sistem yang dilakukan pada interface perangkat lunak
yang dibuat, meliputi cara pengoprasian, input dan output yang dihasilkan.
Hasil pengujian sistem ini terlampir dalam Lampiran D.
100
4.5 Penggunaan
Berikut merupakan menu-menu yang terdapat dalam aplikasi SISOYK
yang digunakan oleh masyarakat umum:
1. Menu Utama
Menu utama merupakan menu yang tampil saat aplikasi pertama kali
dijalankan. Menu ini merupakan penjelasan tentang sistem informasi
spasial operasi yustisi kependudukan. Pada Gambar 4.13 merupakan
gambar dari menu utama.
Gambar 4.12 Menu Utama SISOYK
2. Menu profil merupakan menu yang menyampaikan informasi tentang
profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Gambar 4.14
merupakan gambar tentang menu berita.
101
Gambar 4.13 Menu Profil
3. Menu fungsi merupakan menu yang menampilkan fungsi-fungsi yang
dijalankan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pada Gambar
4.14 merupakan gambar menu fungsi.
Gambar 4.14 Menu Fungsi
4. Menu layanan merupakan menu yang menginformasikan jenis-jenis
layanan yang disediakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
102
dari tingkat kelurahan, kecamatan, sudin, hingga dinas. Pada Gambar
4.15 merupakan gambar menu layanan.
Gambar 4.15 Menu Layanan
5. Menu berita merupakan menu yang memberikan informasi-informasi
terkait dengan kegiatan-kegiatan yang telah, sedang, dan akan dilakukan
oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pada Gambar 4.16
merupakan gambar menu berita.
Gambar 4.16 Menu Berita
103
6. Menu landasan hukum merupakan menu yang menampilkan landasan
hukum yang dipakai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
menjalankan tugasnya. Pada Gambar 4.17 merupakan gambar menu
landasan hukum.
Gambar 4.17 Menu Landasan Hukum
7. Menu suara warga merupakan menu yang memberi ruang kepada
pengguna dalam menyampaikan saran atau kritik dalam membangun
program kerja dinas kependudukan. Pada Gambar 4.18 merupakan
gambar menu suara warga.
104
Gambar 4.18 Menu Suara Warga
8. Menu webgis merupakan menu yang paling penting dari sistem ini, menu
ini memberikan informasi tentang daerah-daerah yang telah dilakukan
operasi yustisi kependudukan yang dilakukan pada tahun 2006, 2007 dan
2008. Data-data yang disajikan berbentuk dalam peta spasial. Pada
Gambar 4.19 merupakan gambar menu link peta dan Gambar 4.20
merupakan gambar web spasial Operasi Yustisi Kependudukan.
105
Gambar 4.19 Menu Tampilan Link Webgis
Gambar 4.20 Menu Peta
Berikut merupakan penjelasan dari menu peta Gambar 4.20:
a) Menu home digunakan untuk membuat halaman peta kembali ke
tampilan awal saat Menu Peta dibuka. Pada aplikasi Arcview 3.3, menu ini
disebut menu zoom to full extent. Pada Gambar 4.21 dan Gambar 4.22 berikut
merupakan penerapan dari menu home.
106
Gambar 4.21 Gambar Peta Saat di Zoom In
Berikut merupakan gambar peta setelah melakukan event klik pada tombol home.
Gambar 4.22 Gambar Peta Setelah Menekan Tombol Home
b) Menu back digunakan untuk menjalankan proses sebelumnya. Menu ini
jika user telah melakukan proses-proses sebelumnya. Misalkan user telah
melakukan event klik pada tombol zoom in atau zoom out.
c) Menu next digunakan untuk mengembalikan proses yang telah kita
lakukan.
107
d) Menu zoom in digunakan untuk memperbesar gambar peta yang ingin
kita perbesar. Pada Gambar 4.23 merupakan gambar dari penerapan menu
zoom in.
Gambar 4.23 Peta Dalam Tampilan Keseluruhan (Kiri), Peta Dalam Tampilan
Zoom In (Kanan)
e) Menu zoom out digunakan untuk mengembalikan peta ke posisi awal
setelah diperbesar. Pada Gambar 4.24 berikut merupakan gambar dari
penerapan menu zoom out.
Gambar 4.24 Peta Dalam Zoom In (Kiri), Peta Dalam Tampilan Zoom Out
(Kanan)
108
f) Menu pan digunakan untuk menggeser peta sesuai keinginan user.
Menu ini tidak dapat berfungsi jika peta yang di preview dalam posisi peta
tampilan keseluruhan (full extent). Pada Gambar 4.25 merupakan gambar
penerapan dari fungsi menu pan.
Gambar 4.25 Peta Jakarta Sebelum Dilakukan Pergeseran (Kiri), Setelah
Dilakukan Pergesaran (Kanan)
g) Menu Identify digunakan untuk memberikan informasi atribut terhadap
objek peta spasial yang user lakukan klik pada objek peta.
Gambar 4.26 Gambar Theme yang Diaktifkan
Pada Gambar 4.26 merupakan gambar theme yang diaktifkan. Jika menu
identify diaktifkan dan dilakukan event klik pada objek data spasial akan
109
menghasilkan query sesuai theme yang diaktifkan. Query yang ditampikan
merupakan query ganda jika theme yang diaktifkan lebih dari satu. Sebagai
contoh kita melakukan zoom in pada wilayah Cengkareng, lalu theme yang
diaktifkan adalah theme kotamadya, OYK_2006, OYK_2007, OYK_2008,
stasiun dan terminal. Pada Gambar 4.27 merupakan gambar wilayah Duren
Sawit.
Gambar 4.27 Gambar Polygon Wilayah Duren Sawit
Setelah itu aktifkan identify lalu lakukan proses klik kemudian akan
menampilkan hasil query. Pada gambar 4.28 merupakan hasil query dari wilayah
Duren Sawit.
Gambar 4.28 Hasil Query
h) Menu select merupakan menu yang dapat menampilkan hasil query,
sama seperti menu identify akan tetapi query yang ditampilkan dapat
Wilayah
Duren Sawit
110
menampilkan query beberapa wilayah. Menu ini hanya menampilkan query
pada theme yang aktif. Berikut merupakan gambar penggunaan dari menu
select (Gambar 4.29, Gambar 4.30 dan Gambar 4.31).
Gambar 4.29 Theme yang Aktif
Gambar 4.30 Wilayah yang Diseleksi
Gambar 4.31 Hasil Query yang Terseleksi
111
i) Menu auto identify merupakan menu yang untuk melihat atribut secara
otomatis, menu ini hampir sama pada menu identify dan menu select hanya
menu ini tidak menampilkan hasil query di window baru akan tetapi pada
posisinya ada pada sudut kiri peta (Gambar 4.32).
Gambar 4.32 Fungsi Menu Auto Identify
j) Menu Transparansi digunakan untuk menunjukkan Transparansi pada
peta yang di klik oleh user. Gambar 4.33 berikut merupakan tampilan hasil
klik dari menu Transparansi.
Gambar 4.33 Hasil Menu Transparansi
112
k) Menu refresh map digunakan untuk merefresh peta jika peta mengalami
perubahan dari bentuk awal.
l) Tampilan skala ditampilkan pada pojok kiri atas tampilan peta. Gambar 4.34
merupakan gambar dari skala peta.
Gambar 4.34 Skala Peta
m) Pada pojok kiri bawah ditampilkan koordinat peta yang bergerak secara
dinamis mengikuti pergerakan kursor mouse. Gambar 4.35 merupakan
gambar dari koordinat peta.
Gambar 4.35 Koordinat Peta
n) Di atas peta terdapat menu tools, Gambar 4.36. Terdapat tiga menu dalam
peta ini yaitu print map, download dan menu bantuan.
Gambar 4.36 Menu Tools
Download yaitu fungsi untuk melakukan pencetakan peta dalam format
raster (GEOTIFF). Print dalam tools ini tidak menampilkan legenda dari
themes yang diaktifkan. Untuk lebih lanjut berikut Gambar 4.37 dan Gambar
4.38 merupakan penjelasan dari tools download.
113
Gambar 4.37 Tools Download Peta
Gambar 4.38 Tampilan Peta Setelah di Download
Help yaitu fungsi bantuan dalam menggunakan aplikasi SISOYK. Tools ini
digunakan sebagai panduan user dalam menggunakan aplikasi Web
Mapping SISOYK. Dapat dilihat pada Gambar 4.39.
114
Gambar 4.39 Tools Help
4.5.1 Preview Administrator Sistem
Dalam pengupdatean data, baik konten penjelasan dari menu-menu di
atas maupun data atribut peta dibutuhkan seseorang yang memiliki otorisasi, oleh
karena itu pada aplikasi SISOYK terdapat user administrator untuk melakukan
pengupdatean data.
Berikut merupakan penjelasan cara pengupdatean masing-masing menu
di atas. Untuk masuk ke dalam mode administrator masukan username dan
password dalam user login. Dalam aplikasi di atas username “admin” dan
115
password “admin”. Pada Gambar 4.40 merupakan gambar aplikasi web dalam
mode administrator.
Gambar 4.40 Aplikasi dalam Model Administrator
1. Update Menu Home
Untuk mengupdate content menu home dapat dilakukan dengan membuka
secara langsung home.php.
2. Update Menu Berita
Untuk meng-update menu berita dapat dilakukan dengan cara melakukan
event klik pada tombol edit text, lalu akan mumcul tampilan editor yang
sama seperti menu home di atas. Untuk menghapus berita yang ada maka
dengan cara melakukan event klik pada tombol delete item. Untuk membuat
berita baru dengan cara mengklik link create news. Berikut merupakan
tampilan menu update berita. (Gambar 4.41)
116
Gambar 4.41 Menu Update Berita
3. Menu Suara Warga
Untuk melihat menu suara warga dapat melakukan event klik pada tombol .
Untuk menghapus suara warga yang ada dapat melakukan event klik pada
tombol .
Gambar 4.42 Menu Suara Warga
117
4. Mode Administrator
Mode ini tidak terlihat pada user biasa. Mode ini digunakan untuk mengelola
isi content yang terdapat pada masing-masing menu mengubah password serta
menambah menu. Gambar 4.43 berikut merupakan isi dari mode administrator.
Gambar 4.43 Menu Ubah Password
5. Laporan
Menu ini untuk meng-update data atribut yang ada pada peta. Data-data yang
ada berupa data provinsi, data kabupaten, data kecamatan, data kelurahan dan
data-data Operasi Yustisi Kependudukan. Gambar 4.44 berikut merupakan isi
dari menu laporan.
118
Gambar 4.44 Menu laporan
6. Admin per-wilayah
Menu ini untuk mengupdate data atribut yang ada pada peta secara per-
wilayah. Data-data yang ada berupa data propinsi, data kabupaten, data
kecamatan, data kelurahan, data kejaksaan, dan data OYK. Gambar 4.45, 4.46
dan 4.47 merupakan isi dari model administrator per-wilayah.
Gambar 4.45 Menu Admin per-wilayah
119
Gambar 4.46 Menu Operasi Yustisi Kependudukan
Gambar 4.47 Menu input Operasi Yustisi per-wilayah
120
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Aplikasi SISOYK (Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi
Kependudukan) memonitor penduduk haram yang terjaring oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
b. Aplikasi SISOYK (Sistem Informasi Spasial Kependudukan) dapat
digunakan pemerintah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk
menjalankan tugasnya dalam pengawasan dan pengontrolan penduduk
yang melanggar peraturan daerah.
5.2 Saran
Pengembangan aplikasi ini belumlah sempurna dan masih memiliki
keterbatasan dan kekurangan serta memerlukan perbaikan untuk
meningkatkan manfaat dari aplikasi ini. Adapun saran yang kiranya dapat
membantu untuk membuat aplikasi ini menjadi lebih baik adalah sebagai
berikut:
a. Aplikasi yang dikembangkan masih hanya Sub Dinas Penertiban yaitu
Operasi Yustisi Kependudukan, sehingga aplikasi ini dapat dikembangkan
dengan memiliki hubungan dengan Sub Dinas lainnya, seperti Sub Dinas
Bina Pendaftaran, Sub Dinas Bina Pencatatan maupun dengan instansi di
121
luar dinas yang terkait dan berhubungan langsung dengan Dinas itu
sendiri.
top related