bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/54874/37/bab 1.pdf · 6 sertifikat karbon...
Post on 26-Oct-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi adalah kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan masyarakat
global, karena dapat mempengaruhi stabilitas negara. Indonesia menjadi suatu
wilayah yang memiliki permasalahan terhadap ketersediaan energi, Indonesia
memiliki banyak sumber daya alam, namun masih belum stabil dalam
pengelolaanya, dikarenakan kurangnya teknologi dan SDM (Sumber daya
manusia). Energi terbarukan menjadi jalan keluar bagi ketergantungan Indonesia
dari bahan bakar fosil. Keterbatasan yang dimiliki Indonesia, mendorong
Indonesia untuk melakukan kerjasama dengan pihak asing dalam rangka
mengembangkan potensi alam Indonesia, termasuk oleh pemerintah daerah dalam
bentuk paradiplomasi.
Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu contoh pemda Indonesia,
yang melaksanakan kerjasama dengan pihak asing yaitu Humanistisch Instituut
Voor Ontwikkelings Samenwerking (Hivos)1. Provinsi NTB memiliki potensi alam
untuk mengembangkan energi terbarukan. Pengunaan energi NTB terbagi
kedalam beberapa sektor yaitu sektor transportasi, industri, komersil, rumah
tangga dan lain-lain. untuk memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat NTB
1Humanistisch Instituut Voor Ontwikkelings Samenwerking Selanjutnya Akan Di Sebut Sebagai
Hivos
2
yang digunakan untuk mengalirkan listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum
terjangkau oleh PLN, untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka Provinsi
NTB melakukan kerjasama dengan Hivos dalam pengembangan energi terbarukan
berupa biogas.2 Hivos mendapat dukungan dari teknis dari SNV (Netherlands
Developments organisation).
Dengan adanya anggaran yang bersumber dari pemda maupun pemerintah
pusat, serta berkolaborasi dengan Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya
Mineral Provinsi NTB, dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi NTB, menjembatani terwujudnya NTB dengan energi bersih.
Keseimbangan antara penyediaan dengan kebutuhan masyarakat serta
memaksimalkan akses masyarakat perdesaan dan menekan pengunaan bahan
bakar kayu, gas, minyak sebagai energi primer karena memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan.
Hivos adalah sebuah organisasi didirikan pada 1968, dan memiliki Misi ”
Berinovasi untuk perubahan sosial”, pembangunan nirlaba non-pemerintah yang
terinspirasi dari nilai-nilai humanis, memberikan bantuan pembangunan, yang
memberikan dukungan keuangan kepada organisasi yang berkerja di Afrika,
Amerika Latin dan Asia, ia menyediakan advokasi dan mendukung berbagai
pengetahuan khususnya di bidang perubahan sosial, aktivisme digital dan inovasi
pedesaan, melalui pemberdayaan.3
2 Biogas adalah energi gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik (dalam lingkungan tanpa
oksigen) atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya kotoran manusia dan
hewan, sampah biodegradable, limbah domestik atau limbah organic biodegradable dalam
kondisi anaerobic. 3 Profil Dan Visi Misi Hivos Diakses Dari Https://Www.Hivos.Org/ Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
3
Dengan proyek pintar di tempat yang tepat, Hivos bekerja menuju
masyarakat yang lebih terbuka dan hijau, yang berkantor di Belanda dan Memiliki
banyak program selain di Provinsi NTB, yaitu di beberapa daerah Indonesia
seperti, Provinsi Lampung, Provinsi Jawa barat dan Banten, Provinsi Jawa tengah
dan DIY, Provinsi Jawa timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Provinsi Sulawesi selatan.4 Bersama dengan SNV dan Departemen Luar Negeri
Kerajaan Belanda.5
Hal yang menarik dari tema yang di angkat oleh penulis, yaitu strategi
pemerintah yang mampu mengubah suatu masalah menjadi suatu peluang yang
menguntungkan daerah. Program NTB Bumi sejuta sapi (BSS), program gubernur
KH. M. Zainul Majdi di periode pertama tahun 2008-2014 memberikan banyak
income kepada, Provinsi NTB.6 program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
daging secara nasional dan menekan impor daging. Keuntungannya yaitu sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi, namun konsekuensinya adalah limbah kotoran
sapi yang akan menganggu lingkungan.
Upaya Pemerintah Provinsi NTB dalam menanggulangi masalah ini yaitu
dengan melakukan paradiplomasi dengan Hivos, untuk mengatasi masalah
lingkungan yang dikarenakan limbah kotoran sapi, dan perkembangan biogas di
4 Laporan Provinsi Semester Pertama 2017 Program Biogas Rumah (Biru). Diakses Dari
Http://Www.Biru.Or.Id/Files/Laporan_Provinsi_Semester_I_2017.Pdf Pada (31/03/19. 16.00
WIB ) 5 Biogas Rumah Olah Limbah Jadi Berkah Diakses Dari Http://Www.Biru.Or.Id/Index.Php/About-
Hivos/ Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 6Wawancara Penulis Dengan dengan Niken Arumdati, ST. M,Sc sebagai kepala seksi
pengembangan energi di Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB (Narasumber),
Mataram, 31 Maret 2019
4
NTB sifatnya lebih massive dengan jumlah pembangunan mencapai ratusan unit
hingga ribuan unit per tahun.7
fokus kerjasama yang di lakukan oleh kedua belah pihak adalah
menciptakan biogas dari bahan nabati, ramah lingkungan dan berkelanjutan.8
Paradiplomasi yang dilakukan kedua belah pihak, juga bertujuan agar masyarakat
NTB dapat menghemat pengeluaran dari pembelian minyak tanah dan gas,
sehingga masyarakat di NTB dapat meminimalisir pengeluaran, dan anggaran
untuk energi tersebut dapat di alokasikan untuk kebutuhan lainnya.
Kerjasama Pemprov NTB dengan Hivos berdampak kepada cadangan
energi fosil di Indonesia karena adanya penghematan energi fosil. menurut
peneliti kebijakan ini juga sangat diperlukan, sebagai gambaran kerjasama
internasional untuk daerah-daerah lain di Indonesia. Paradiplomasi yang
dilaksanakan antara kedua belah pihak, memberikan dampak timbal balik yang
positif. Dengan kerjasama yang di lakukan Pemprov NTB dengan Hivos,
kemudian kerjasama ini tidak hanya berdampak kepada daerah NTB, secara
regional tetapi juga mampu mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan
Belanda. Sehingga pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda dapat
mensepakati kerjasama-kerjasama lainnya.
Kerjasama energi terbarukan, sebagai bentuk kepedulian pemerintah
Provinsi NTB akan lingkungan, dan obyek perjanjian kerjasama ini adalah
pemanfaatan kotoran sapi program Bumi Sejuta Sapi untuk biogas rumah dan
7 Ibid 8 Ibid
5
berfungsinyaa digester biogas yang di bangun sesuai standar nasional (SNI) di
Nusa Tenggara Barat.9
Melalui kerangka paradiplomasi, kerjasama di bidang energi biogas
diharapkan mampu mengembangkan potensi energi setempat secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan cara memaksimalkan energi
terbarukan demi mewujudkan energi daerah yang seimbang pada tahun 2025.10
Dengan banyaknya organisasi asing yang perduli terhadap lingkungan
Provinsi NTB, lebih memilih untuk mengadakan paradiplomasi dengan Hivos,
diakarenakan adanya pertimbangan dari Pemprov NTB, yaitu Hivos telah berhasil
dengan proyek biogasnya di Jawa Timur, maka Pemprov NTB mereplika hal
tersebut di NTB dengan penyesuaian sesuai kondisi daerah, sebaliknya Hivos
memilih Provinsi NTB untuk mengadakan paradiplomasi, karena potensi
pengembangan biogas yang dimiliki oleh NTB yaitu limbah kotoran sapi dari
program BSS, adanya konsekuensi kotoran sapi bagi lingkungan maka, dari itu
dilihat sebagai peluang pengembanggan biogas.11
Dalam pelaksanaan paradiplomasi Pemrov NTB dengan Hivos, Hivos
akan mendapatkan sertifikat karbon project lingkungan, dari sekian karbon yang
dapat di save dari pembangunan satu unit biogas, Hivos akan mendapatkan sekian
9 Ibid 10 Naskah Kerjasama Dinas Pertambangan Dan Energy Provinsi NTB Dengan Dengan
Humanistisch Instituut Voor Ontwikkelings Samenwerking (Hivos), Non Pemerintah Tahun 2016
Nomor : 670/644/Distamben/Kesda. Nomor : 1.1.2/473/Bu/Rdg 11 Wawancara Penulis Dengan dengan Niken Arumdati, ST. M,Sc sebagai kepala seksi
pengembangan energi di Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB (Narasumber),
Mataram, 31 Maret 2019
6
sertifikat karbon yang dapat di hitung dan di uangkan, ini adalah suatu capaian
Hivos untuk mendapatkan pendanaan.
Pengembangan energi terbarukan juga di tujukan untuk mendukung Green
Tourism masa depan parawista NTB, karena pengembangan dan ketahanan energi
menjadi salah satu elemen yang berkolaborasi dengan sektor wisata.12
Pengembangan energi juga untuk mengatasi kebutuhan listrik masyarakat NTB,
yang dimana sebanyak 500 ribu warga di NTB masih belum mendapatkan aliran
listrik.13
Teknologi biogas banyak membawa manfaat, termasuk kontribusinya
yaitu pemberantasan kemiskinan, Mengurangi penggunaan minyak tanah sebagai
bahan bakar masak adalah pendorong dari kerjasama ini, dan untuk mendapatkan
sumber energi murah, berkelanjutan, serta mendorong terciptanya lingkungan
lebih bersih dan sehat sehingga mampu mempengaruhi kesehatan masyarakat,
penyediaan ketahan pangan, membuka lpangan kerja baru dan mempengaruhi
ekonomi global.14
Meningkatnya itensitas hubungan dan semakin beragamnya aktor
internasional menjadi salah satu perjuangan diplomasi Indonesia di lingkup
internasional. Dalam mengemban kerjasama internasional maka, harus adanya
upaya khusus seperti bimbingan teknis yang meliputi kebijakan-kebijakan dan
aspek hukum internasional, hak dan kewajiban kedua belah pihak, dan
12 Dengan Energi Terbarukan, Pariwisata NTB akan Semakin Berkembang diakses dari
https://www.detikntb.com/breaking-news/dengan-energi-terbarukan-pariwisata-ntb-akan-semakin-
berkembang/#.XY7yD_ZuJMs Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 13 Sebanyak 500 Ribu Warga NTB Belum Teraliri Listrik, Diakses Dari Https://Insidelombok.Id
Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 14 Laporan Provinsi Smester Kedua 2016 Program Biogas Rumah (BIRU) Diakses Dari
Http://Www.Biru.Or.Id/Files/Laporanprovinsisemester_II_2016.Pdf Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
7
kewenangan dalam hal menjalankan kerjasama dengan pihak asing yang termasuk
kode etik dan praktik diplomasi dan pedoman tata cara melakukan kerjasama serta
evaluasi kerjasama dengan pihak asing.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang maka peniliti mencoba untuk
menganalisa penelitian ini dengan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pengaruh
paradiplomasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Humanistisch
Instituut Voor Ontwikkelings Samenwerking (Hivos) dalam memenuhi kebutuhan
energi NTB?”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh
kerjasama yang di lakukan oleh pemerintah provinsi NTB dengan Humanistisch
Instituut Voor Ontwikkelings Samenwerking (HIVOS) tentang biogas yang di
laksanakan di NTB melalui kerangka paradiplomasi dalam memenuhi kebutuhan
energi.
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2.1 Manfaat akademis
Penelitian ini didedikasikan kepada siapapun yang ingin memperdalam
ilmu hubungan internasional, khususnya di kajian paradiplomasi yang dalam
penelitian ini adalah kerjasama Pemprov NTB dengan Hivos. Melalui kebijakan
energi terbarukan biogas yang di jembatani oleh ESDM provinsi NTB dan
DPMPTSP Provinsi NTB. Melalui penelitian ini, diharapkan akan mampu untuk
8
menganalisa dan menjelaskan proses paradiplomasi serta pengaruhnya dalam
memenuhi kebutuhan energi di NTB.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini di harapkan mampu menjadi landasan untuk
penelitian lebih lanjut serta menjadi inspirasi bagi para pembuat kebijakan
pemerintah dalam mengelola EBT (energi baru terbarukan) yang dimiliki.
Penelitian ini juga diharapkan untuk menambah pengetahuan penulis dan juga
pembaca bahwa dengan adanya EBT tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan topik penelitian. Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai landasan
untuk meyusun kerangka pemikiran dari rumusan masalah yang akan di teliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang
sekiranya akan membantu dalam proses penelitian kedepannya, antara lain:
Pertama, penulis merujuk pada skrispi karya Safira Aulia Rahmah Br
Sitimorang “ Paradiplomasi : Kerjasama Sister City Kota Medan Dan
Gwangju Dalam Bidang Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2008-2017” .
Safira Aulia Rahmah Br Sitimorang menulis tentang fenomena aktor-aktor non
negara ikut berpartisipasi dalam aktivitas internasional, salah satunya yaitu kota
medan sebagai salah satu aktor sub-nasional melaksanakan kerjasama, melalui
keangka paradiplomasi yaitu kerjasama sister city dengan Gwangju Korea selatan
yang terjalin sejak 1997. Dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat dan
9
keragaman budaya yang di miliki, diplomasi budaya di pandang sebagai
instrument yang tepat yang di gunakan untuk menciptakan kondisi kesepahaman
bersama (mutual understanding), sehingga kota Medan dan Gwangju terus
mengembangkan kerjasama pendidikan dan kebudayaan dan dimanfaatkan untuk
kebaikan masing-masing kota. Pertukaran pelajar, pertukaran pemuda, kerjasama
antar universitas, dan pengiriman tim kesenian merupakan bentuk-bentuk dari
diplomasi budaya.15
Persamaanya adalah adanya kerjasama melalui kerangka paradiplomasi
antara sub-nasional yaitu kota medan dengan Gwangju Korea Selatan dan
berfokus pada kerjasama pendidikan dan budaya bertujuan untuk memenuhi
kepentingan kedua belah pihak, namun kerjasama ini termasuk dalam kerjasama
sister city.
Kedua, penulis merujuk pada jurnal karya Laode Muhammad Fathun
“Paradiplomasi Menuju Kota Dunia : Studi Kasus Pemerintahan Kota
Makassar”, Laode Muhammad Fathun menulis tentang lahirnya undang-undang
otonomi daerah sebagai otoritas hukum menjadi legalitas pemerintah daerah,
untuk bergerak cepat dalam mngejar pembangunan dengan melihat sejumlah
potensi yang mereka miliki. Makassar merupakan salah satu kota yang telah
mengimplementasikan paradiplomasi untuk membentuk Smart City, dalam
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik yang didirikan oleh integritas,
15 Safira Aulia Rahmah Br Sitimorang “ Paradiplomasi : Kerjasama Sister City Kota Medan Dan
Gwangju Dalam Bidang Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2008-2017”, Skripsi. Bandung,
Program Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Katolik
Parahyangan, Hal 56. Diakses Dari
Http://Repository.Unpar.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/6383/Cover%20-Bab1-3314096sc-
P.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
10
akuntabilitas dan transparan. Kerjasama dalam bidang teknologi informasi untuk
menciptakan pelayanan public yang lebih efisien dan inovatif.16
Persamaannya adalah adanya kerjasama melalui kerangka diplomasi yang
di lakukan oleh Makassar, yang berfokus dalam bidang teknologi dan informasi
untuk menciptakan smart city, dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang
baik.
Ketiga, penulis merujuk pada skripsi karya Hediati Diah Natalia “
Paradiplomasi Lingkungan London Di Dalam Jaringan C40 Cities Climate
Leadership Group, 2014-2017”. Menulis tentang kegiatan paradiplomasi
lingkungan yang di lakukan oleh kota London melalui keikutsertaannyadi dalam
C40 Cities Climate Leadership Group 2014-2017. Kegiatan paradiplomasi yang
dilakukan oleh sub-nasional merupakan suatu langkah yang cukup efektif,
dibandingkan dengan aksi yangdilakukan dalam level aktor nasional maupun
supransional khususnya, dalam penanggulangan permasalahan perubahan iklim.
Dalam skripsi hediati membahas factor-faktor kemunculan dari paradiplomasi
kota London, kemudian di lanjutkan dengan wujud komitmen atas kerjasama
dalam C40 melalui program-program yang dijalankannya serta kesesuaiannya
dengan kebijakan kota.17
16 Laode Muhammad Fathun “Paradiplomasi Menuju Kota Dunia : Studi Kasus Pemerintahan
Kota Makassar”, Indonesian Persfective, Vol, 1, No, 1 (Januari-Juni), Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Hal 76-85. Diakses Dari Https://Ejournal.Undip.Ac.Id Pada
(31/03/19. 16.00 WIB ) 17 Hediati Diah Natalia “ Paradiplomasi Lingkungan London Di Dalam Jaringan C40 Cities
Climate Leadership Group, 2014-2017”, Skripsi. Bandar Lampung, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, Universitas Lampung, Hal 107-116. Diakses Dari Https://Unila.Ac.Id Pada (31/03/19.
16.00 WIB )
11
Persamaannya adalah adanya kerjasama melalui kerangka paradiplomasi
yang di lakukan oleh kota London, yaitu aktor sub-nasional yang dimana juga
memiliki kemampuan untuk ikut serta, dalam agenda internasional dengan jenis
single themed demi kepentingan mereka di skala internasional.
Keempat, penulis merujuk pada jurnal karya Takdir Ali Mukti (2015)
“Paradiplomacy : Bangkitnya Aktor Lokal Di Fora Internasional”. Takdir
Ali Mukti menulis tentang bangkitnya aktor lokal di fora internasional, dan
menerapkan konsep paradiplomasi, yang dimana paradiplomasi mengacu pada
hubungan luar negeri dengan sub state dalam rangka kepentingan. Paradiplomacy
sudah di terapkan di beberapa Provinsi yaitu Flanders, Wallonia, dan Bavaria
melalui pemerintah pusat. Pemda/provinsi/kabupaten/kota yang secara aktif
menjalin kerjasama luar negeri dengan pihak asing dalam bentuk ikatan
“Memorandum Of Understanding” atau bentuk-bentuk perjanjian internasional
lainnya.18
Paradiplomasi melibatkan berbagai bidang antaranya ekonomi,
kebudayaan, pendidikan kesehatan, teknologi. Praktik diplomasi di empat
pemerintah regional/provinsi/state yakni Flanders Dan Belgia, Catalonia Dan
Spanyol, Geongsangbuk-Do, Korea Selatan, dan Shaanxi, Cina. Paradiplomasi
merupakan bagian dari kelanjutan sejarah integrasi di negara-negara masing-
masing, paradiplomasi dapat di kategorikan dalam tiga kelompok yaitu pertama,
hubungan dan kerjasama pemerintah Regional atau sub-state yang hanya
18 Takdir Ali Mukti (2015) “Paradiplomacy : Bangkitnya Aktor Lokal Di Fora Internasional”.
Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol, 1, No, 1 (Januari 2015),
Yogyakarta :Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Hal 85-93.Diakses Dari
Https://Journal.Umy.Ac.Id Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
12
berorientasi untuk tujuan-tujuan ekonomi semata seperti perluasan pasar,
pengembangan investasi ke luar negeri, dan investasi secara timbal balik. Kedua,
paradiplomasi yang melibatkan berbagai bidang dalam kerjasama atau multiproses
antara ekonomi, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan alih teknologi dan
sebagaianya. Ketiga, paradiplomasi kompleks yang melibatkan motif-motif
politik dan identitas nasionalis wilayah spesifik. Kebanyakan kerjasama yang
dilakukan oleh pemerintah daerah di indonesia termasuk dalam kategori dua yaitu
dimana pemda mejalin hubungan dan kerjasama dengan pihak asing dengan
menggunakan “Memorandum of Understanding”.19
Persamaannya adalah konsep yang digunakan sama yaitu, Paradiplomasi
yang dimana melibatkan kerjasama di berbagai bidang antaranya ekonomi,
kebudayaan, pendidikan kesehatan, teknologi. Dimana paradiplomasi adalah
pemerintah daerah seperti Pemda/provinsi/kabupaten/kota yang secara aktif
menjalin kerjasama luar negeri dengan pihak asing, dalam bentuk ikatan
“Memorandum Of Understanding” atau bentuk-bentuk perjanjian internasional
lainnya, dalam mencapai tujuan dan kepentingan.
Perbedaanya dengan penelitian ini adalah, kerjasama pemerintah provinsi
di bidang kerjasama fokus bidang energi terbarukan, yaitu biogas dan juga sebagai
kemandirian NTB akan energy, dan di dukung dengan sumber daya alam, di
dalam tulisan peneliti adanya kerjasama dengan NGO sedangkan jurnal Takdir Ali
Mukti ini hanya membahas praktek diplomasi antar Pemda/provinsi yakni,
19 Ibid
13
Flander-Belgia, Catalonia, Spanyol, Geongsangbuk-Do, Korea Selatan Dan
Shaanxi China.
Kelima, penulis merujuk pada working paper karya Hermini
Susiatiningsih, Nadia Farabi, Satwika Paramasatya, Sheiffi Puspapertiwi “
Memperkuat Lokalitas Kota Semarang di Era Globalisasi Melalui Diplomasi
Lokal”. Hermini Susiatiningsih, Nadia Farabi, Satwika Paramasatya, Sheiffi
Puspapertiwi menulis tentang, fenomena globalisasi telah memunculkan
pemerintah daerah, sebagai salah satu aktor penting dalam dunia hubungan
internasional, melalui perananya dalam paradiplomasi. Semarang adalah ibukota
Jawa Tengah memiliki posisi yang strategis menjadikannya sebagai lalu lintas
ekonomi Pulau Jawa, hal ini menjadi sangat penting, dan kekuatan sebagai pusat
wilayah nasional bagian tengah dalam rangka hubungan dengan luar Jawa
maupun internasional di era globalisasi, semarang memiliki lokalitas yang
dimiliki menjadi modalitas pemerintah kota, dalam membuat kebijakan
pengembangan paradiplomasi, seperti program Semarang Pesona Asia (SPA) dan
Sem Biz menjadi penerapan metode paradiplomasi. Paradiplomasi yang
dijalankan melalui dua program tersebut memberikan kesempatan bagi pemangku
kepentingan, untuk mengejar kepentingannya dan menjalin jejaring di level
internasional, yang berorientasi pada peningkatan investasi dan ekspansi pasar
ekspor.20
20 Hermini Susiatiningsih, Nadia Farabi, Satwika Paramasatya, Sheiffi Puspapertiwi “ Memperkuat
Lokalitas Kota Semarang Di Era Globalisasi Melalui Diplomasi Lokal”, Global Dan Strategis,
Woking Paper No. 1, Januari-Juni 2018, Universitas Diponogoro. Diakses Dari
Https://Ejournal.Unair.Ac.Id Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
14
Dalam lima penelitian terdahulu dengan penelitian ini memiliki beberapa
relasi, dan terdapat persamaan dan berbedaan dalam penelitian. Persamaannya
adalah adanya, pemerintah daerah atau pemerintah provinsi yang melakukan
kerjasama dengan pihak asing, melalui kerangka paradiplomasi untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan nasional kedua belah pihak yang bersangkutan, dan
berfokus pada satu bidang kerjasama.
Perbedaanya adalah dalam penlitian terahulu dengan penelitian ini yaitu
bidang fokus kerjasama yang berbeda, perbedaan pihak yang terkait, seperti
perbedaan negara dan pihak asing dalam melaksanakan praktik paradiplomasi,
adapun pihak yang terkait di provinsi NTB, yaitu kerjasama pemerintah provinsi
dengan organisasi asing yaitu Hivos dalam pengembangan biogas dan di dukung
dengan bantuan teknologi yang di sediakan oleh Hivos untuk NTB.
Tabel 1.1
Posisi Penelitian Terdahulu
No Nama / Judul Metodologi Hasil Penelitian
1. Safira Aulia Rahmah
Br Sitimorang
“ Paradiplomasi :
Kerjasama Sister City
Kota Medan Dan
Gwangju Dalam
Bidang Pendidikan
Dan Kebudayaan
Tahun 2008-2017”
Teori paradiplomasi,
Metode penelitian :
deskriftif, kualitatif
Fenomena aktor-aktor non
negara ikut berpartisipasi
dalam aktivitas internasional,
salah satunya yaitu kota medan
sebagai salah satu aktor sub-
nasional melaksanakan
kerjasama melalui keangka
paradiplomasi yaitu kerjasama
sister city dengan Gwangju
Korea selatan yang terjalin
sejak1997.Dengan
memanfaatkan partisipasi
masyarakat dan keragaman
budaya yang di miliki ,
diplomasi budaya di pandang
sebagai instrument yang tepat
yang di gunakan untuk
menciptakan kondisi
15
kesepahaman bersama (mutual
understanding), sehingga kota
Medan dan Gwangju terus
mengembangkan kerjasama
pendidikan dan kebudayaan
dan dimanfaatkan untuk
kebaikan masing-masing kota.
2. Laode Muhammad
Fathun
“Paradiplomasi
Menuju Kota Dunia :
Studi Kasus
Pemerintahan Kota
Makassar”
Teori paradiplomasi Makassar merupakan salah
satu kota yang telah
mengimplementasikan
paradiplomasi untuk
membentuk Smart City dalam
menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik yang
didirikan oleh integritas,
akuntabilitas dan transparan.
Kerjasama dalam bidang
teknologi informasi untuk
menciptakan pelayanan public
yang lebih efisien dan inovatif.
3. Hediati Diah Natalia
“Paradiplomasi
Lingkungan London
Di Dalam Jaringan
C40 Cities Climate
Leadership Group,
2014-2017”.
Konsep paradiplomasi
dan paradiplomasi
lingkungan.
Deskriftif, kualitatif.
Dalam skripsi hediati
membahas factor-faktor
kemunculan dari
paradiplomasi kota London,
kemudian di lanjutkan dengan
wujud komitmen atas
kerjasama dalam C40 melalui
program-program yang
dijalankannya serta
kesesuaiannya dengan
kebijakan kota.
4. Takdir Ali Mukti
(2015) dalam jurnal
yang Berjudul
Paradiplomacy :
Bangkitnya Aktor
Lokal di Fora
Internasional.
Paradiplomasi Paradiplomasi melibatkan
berbagai bidang antaranya
ekonomi, kebudayaan,
pendidikan kesehatan,
teknologi. Praktik diplomasi di
4 pemerintah
regional/prvinsi/state yakni
Flanders Dan Belgia,
Catalonia Dan Spanyol,
Geongsangbuk-Do, Korea
Selatan, Dan Shaanxi, Cina.
5. Hermini
Susiatiningsih, Nadia
Farabi, Satwika
Paradiplomasi Semarang adalah ibukota Jawa
Tengah memiliki posisi yang
strategis menjadikannya
16
Paramasatya, Sheiffi
Puspapertiwi
“ Memperkuat
Lokalitas Kota
Semarang di Era
Globalisasi Melalui
Diplomasi Lokal”.
sebagai lalu lintas ekonomi
Pulau Jawa hal ini menjadi
sangat penting dan kekuatan
sebagai pusat wilayah nasional
bagian tengah dalam rangka
hubungan dengan luar Jawa
maupun internasional di era
globalisasi, semarang memiliki
lokalitas yang dimiliki menjadi
modalitas pemerintah kota
dalam membuat kebijakan
pengembangan paradiplomasi,
seperti program Semarang
Pesona Asia (SPA) dan Sem
Biz menjadi penerapan metode
paradiplomasi.
6.
Baiq Dita Rahayu
Putri, dalam
skripsinya yang
berjudul,
“Paradiplomasi
Pemerintah Provinsi
Nusa Tengara Barat
Dengan Humanistisch
Instituut Voor
Ontwikkelings
Samenwerking (Hivos)
Dalam Kebijakan
Energi Terbarukan
Biogas ”.
Deskriftif,
Menggunakan
teori/konsep
paradiplomasi dan
konsep keamanan
energi.
inovasi pedesaan, kemandirian
energi dengan menggunakan
sumber energi alternative,
sumber daya terbarukan yaitu
biogas dan di dukung dengan
sumber daya alam yang
dimiliki untuk menghasilkan
biogas dan untuk mendukung
pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi .
adanya praktik paradiplomasi
yaitu kerjasama pemerintah
provinsi dengan organisasi
asing yaitu Hivos dalam
pengembangan biogas dan di
dukung dengan bantuan
teknologi yang di sediakan
oleh Hivos untuk NTB, dan
adanya perbedaan tempat
pengembangan biogas.
17
1.5 Kerangka Teori Dan Konsep
1.5.1 Konsep Paradiplomacy
Diplomasi berawal dari bahasa yunani yaitu “Diploun” yang berarti
melipat, dengan adanya perkembangan zaman berkembang menjadi istilah
diplomasi. Menurut The Camber’s Twentieth Century Dictionary Diplomasi
Adalah “The Art Of Negotiation, Especially Of Treaties Between States, Political
Skill” yaitu seni berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negara-negara,
keahlian politik.21 Menurut Morgenthau kualitas diplomasi sebagai pelaksanaan
politik luar negeri suatu negara, dari tingkat pusat sampai daerah yang dimana
diplomasi sendiri adalah bagaimana kebijakan dan pelaksanaan dalam
merumuskan unsur kekuatan nasional, jadi diplomasi sangatlah penting yang
dimana pelaksanaanya untuk mewakili kepentingan negara, namun telah memberi
ruang untuk pemerintah daerah untuk bergabung dalam diplomasi yang di lakukan
oleh kekuatan-kekuatan lokal.22
Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya istilah paradiplomasi
yaitu, paradiplomasi adalah turunan dari diplomasi, dikarenakan arus globalisasi,
memiliki dampak berkembangnya praktek paradiplomasi global, dan identifikasi
regionalism juga dipandang sebagai peningkatan peran pemerintah daerah di
segala bidang termasuk hubungan internasional, menghadirkan aktor-aktor non
negara yang ikut dalam aktivitas diplomasi di dunia internasional. aktivitas aktor
sub-negara yang awalnya disebut sebagai diplomasi tidak resmi dan muncul
21 S.L. Roy, 1991, Diplomasi, Cetakan Pertama, Jakarta Utara : CV. Rajawali, Hal 1-2. 22 Christy Damayanti, Potensi Paradiplomasi Dalam Mendukung Kinerja Diplomasi Indonesia
Menuju Komunitas, Transformasi, Vol, XIV, No, 22 (Tahun 2012), Diakses Dari
Http://Ejurnal.Unisri.Ac.Id/Index.Php/Transformasi/Article/Viewfile/42/15 Pada (31/03/19. 16.00
WIB )
18
istilah paradiplomasi menurut takdir Ali Mukti yang mengacu pada aktivitas dan
prilaku dalam melakukan hubungan luar negeri yang dilakukan oleh sub-negara.23
Dengan adanya paradiplomasi ini membuka kesempatan untuk
mempromosikan perdagangan, investasi dan berbagai potensi kerjasama dengan
pihak-pihak internasional. Paradiplomasi muncul dipengaruhi oleh globalisasi dan
pertama kali muncul dalam perdebatan akademik oleh ilmuan asal Basque,
Panayotis Saldatos tahun 1980an sebagai penggabungan istilah parallel
diplomacy menjadi paradiplomacy yang mengacu pada makna the foreign policy
of non central governments atau menurut Ivo Duchacek yaitu micro diplomacy,
yang dimana paradiplomasi ini adalah geliat partisipasi pemerintah daerah otonom
untuk ikut berkiprah secara internasional.24
Paradiplomasi adalah jalinan kerjasama yang ditujukan untuk
pertumbuhan ekonomi daerah, diamana adanya kerjasama mengenai teknik,
termasuk kerjasama kemanusiaan, pinjaman/hibah, kerjasama penyertaan modal
dan kerjasama lainya yang telah tercantum sesuai peraturan perundang-
undangan.25 Paradiplomasi dalam otonomi daerah merupakah salah satu bukti
nyata sebuah perubahan dari pola pengelolaan pememerintah daerah yang
diamana sebagai bangkitnya aktor-kator lokal di fora internasional, yang mulai
mengarah pada hubungan transnasional, Adanya aktivitas pemda dalam
23 Op.Cit Takdir Ali Mukti, Bangkitnya Aktor Lokal Di Fora Internasional 24 Wolff, Stefan, ‘Paradiplomacy: Scope, Opportunities And Challenges’, Hal. 1-2, University Of
Nottingham, 2009 Dalam Takdir Ali Mukti (2015) “Paradiplomacy : Bangkitnya Aktor Lokal Di
Fora Internasional”. Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol, 1, No, 1 (Januari
2015), Yogyakarta :Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Https://Journal.Umy.Ac.Id Pada
(31/03/19. 16.00 WIB ) 25 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
Setneg, Tahun 2004, Diakses Dari Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Home/Details/40768/Uu-No-32-
Tahun-2004 Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
19
melakukan paradiplomasi harus didasarkan pada kepentingan daerah yang
fundamental.26
Konsep paradiplomasi adalah bentuk sinkronisasi kepentingan semua
aktor hubungan internasional dalam suatu negara dan memiliki tujuan yaitu :
a. Pertama, peningkatan pemahaman dan kesadaran aktor sub-nasional
dalam diplomasi;
b. Kedua, peguatan kapasitas dan kapabilitas aktor sub-nasional;
c. Ketiga, meningkatkan rasa tanggung jawab kepentingan bersama
dalam keselarasan,
d. Keempat, memaksimalkan proses pancapaian kepentingan daerah, hak
daerah, dan potensi daerah, dalam berbagai bentuknya.27
Paradiplomasi adalah kewenangan daerah otonom untuk melakukan
kerjasama luar negeri dengan pihak asing. Beberapa gubernur, walikota dari
negara asing dapat membuat atau menandatangani kerjasama internasional dari
pemerintah pusatnya contohnya seperti Provinsi Geongsangbuk-Do dan
Chungnamdo di Korea Selatan, Provinsi/Kota-Kota di Cekoslovakia, serta negara
bagian California, USA. Dalam hubungan non- state centris aktor-aktor dapat
berwujud INGO, foundation, kelompok kepentingan ekonomi, perusahaan
multinasional dan bahkan bagian-bagian dari birokrasi pemerintah suatu negara
(Pemda).28
26 Op.Cit Takdir Ali Mukti, Bangkitnya Aktor Lokal Di Fora Internasional 27 Ibid 28Ibid Hal 2-3
20
Peluang bagi pemda dengan adanya desentralisasi otonomi daerah,
menciptakan kesempatan dan tantangan bagi Pemda. Dalam kajian klasik
hubungan internasional, objek analisis adalah negara-bangsa sebagai aktor dalam
hubungan luar negeri, adanya globalisasi yang menimbulkan pergeseran aktor
utama dalam hubungan internasional, dimana pemda juga mampu melakukan
hubungan dengan pihak asing. Adanya Pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan pemda di dunia hubungan internasional, yang di sebut paradiplomasi.29
Menurut Ariadi paradiplomasi yang di laksanakan di Indonesia,
kebanyakan masih pada kerjasama dalam bentuk menjalin persahabatan antara
wilayah dan berlanjut pada kerjasama, namun tetap di bawah koordinasi dan
supervisi dari pemerintah pusat yang dilakukan oleh, Kementrian Luar Negeri,
Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian teknis terkait.30
Kegiatan paradiplomasi merupakan bagian dari kegiatan diplomasi
pemerintah pusat, yang artinya pemerintah pusat tetap menjadi mentor dari
kegiatan hubungan luar negeri yang di lakukan oleh pemda, walaupun prakteknya
di lakukan oleh pemerintah daerah. Struktur pemerintahan yang di gunakan oleh
Indonesia dalam menjalankan otonomi daerah harus dalam koridor NKRI yang
berideologi pancasila sesuai dengan UU, jadi adanya desentralisasi yang ada,
bukanlah pelepasan wewenang sepenuhnya kepada pemda, tetapi hanya bersifat
29 Mani Festati Broto, Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah Menghadapi MEA 2015,
Prosiding Seminar Nasional, Working Paper, 26 Agustus 2015, Balai Sidang UT. Hal 440-446
Diakses Dari Ejournal.Uin-Suska.Ac.Id/Index.Php/Elriyasah/Article/View/6807 Pada (31/03/19.
16.00 WIB ) 30 Kurniawan Ariadi, Paradiplomasi Otonomi Daerah Dan Hubungan Luar Negeri Dalam Mani
Festati Broto, Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah Menghadapi MEA 2015,
Prosiding Seminar Nasional, Working Paper, 26 Agustus 2015, Balai Sidang UT. Diakses Dari
Ejournal.Uin-Suska.Ac.Id/Index.Php/Elriyasah/Article/View/6807 Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
21
penyerahan hanya sebagian dari wewenang, dan pemerintah pusat tetap sebagai
pemegang wewenang pokok yaitu wewenang pengawasan dan pengendalian.31
Menurut Rodrigo Tavarez Paradiplomasi di temukan pada abad ke-20
secara alami dari akibat adanya globalisasi. Kegiatan paradiplomasi pernah di
lakukan oleh kota-kota Eropa pada akhir perang, dengan mensepakati perjanjian
perdamaian dan rekonsiliasi dengan menandatagani perjanjian town twinning.
Dalam kerangka kerja institusional dengan urusan asing, harus pada prinsip yang
bertingkat, dan memiliki tata kelola, dan multi stakeholder pemerintahan untuk
melaksanakan interaksi, dan harus saling bersinergi, dan melengkapi antara semua
tingkatan dalam pemerintahan, untuk menghadapi urusan asing. Kota dan negara
adalah aktor internasional, yang saling menguatkan. Dengan adanya globalisasi
mendorong adanya perubahan internal dalam desain kebijakan dan pengambilan
keputusan.32
Adapun paradiplomasi menurut Rodrigo Tavarez dalam bukunya yang
bejudul Paradiplomacy : Cities And State As Global Players, dilihat melalui
empat fenomena :33
a. Ceremonial paradiplomacy yaitu kerjasama sister city atau twins
town. dan bertujuan untuk mempromosikan hubungan budaya dan
komersial, kerjasama jenis ini pertama kali terjadi di kawasan eropa
pada tahun 836, kota pertama di Amerika utara membangun hubungan
town twinnings yang melibatkan kota Paderborn di Jerman dengan
31 Op.Cit Mani Festati Broto 32 Rodrigo Tavarez, 2016, Cities And State As Global Players, United State : Oxford University
Press, Hal 10-13 33 Ibid Hal 29-40
22
kota Le Mans di Prancis selain itu juga kota Koledo di Amerika
Serikat dengan kota Toledo di Spanyol. Pada tahun 1947 kegiatan
Towntwinning kembali di laksanakan dengan tujuan membangun
pemahaman bersama ketika dewan bristol mengirimkan lima “Leading
Citizens” pada “goodwill mission” ke Hanover (Jerman) dan
menghasilkan perjanjian Towntwinning. Proses kota twinning di
dukung oleh Uni Eropa melalui program “Europe for Citizens”.
Didirikan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk menempatkan
kerangka hukum dalam mendukung berbagai kegiatan dan organisasi
yang mempromosikan Eropa. kerjasama Towntwinning ini terus
berlanjut hingga saat ini.
b. Global paradiplomacy kerjasama antar Kota dengan berbagai
kepentingandan agenda. Kata global merujuk pada geografis, Kegiatan
kerjasama ini pernah di lakukan oleh California, seringkali kerjasama
ini dilakukan dengan dasar ekonomi dan investasi di wilayah kota
Amerika. California selain melakukan kerjasama di bidang ekonomi
dan investasi namun juga dalam bidang diplomasi iklim yang termasuk
dalam jenis Global Paradiplomacy yang dimana melibatkan banyak
fokus kerja sekaligus, yang di tandatangani pada september 2013 oleh
California dan Quebec kerjasama untuk mengatasi masalah udara dan
emisi karbon .
c. Single themed paradiplomacy kerjasama hanya dalam satu fokus.
Kegiatan internasional bertujuan memberikan pengetahuan dan
23
peluang untuk membuat bisnis/kerjasama internasional. Contohnya
seperti New York, Pennsylvania, Ohio, Illinois, Wisconsin, Minnesota,
Ontario dan Quebec, yang dimana melakukan kerjasama di bidang
ekologi. Kerjasama ini dilatar belakangi oleh kurangnya kontrol
perhatian dari pemerintah federal untuk mengatasi/ pengendalian atas
hujan asam, kerusakan ekologis umum danau-danau besar di wilayah
Great Lakes. Selain itu adanya Conference of Peripheral and Maritime
Regions di wilayah Eropa yang bergerak pada bidang maritim. Selain
itu, contoh dari single themed paradiplomacy yaitu Indonesia,
Amerika Serikat, Australia yang memfokuskan pada promosi
perdagangan dan investasi dalam meningkatkan peluang perdagangan.
Kegiatan internasonal ini juga bertujuan sebagai memberikan
pengetahuan pada perusahan lokal, dalam peluang internasional dalam
melaksanakan bisnis.
d. Sovereign paradiplomacy kerjasama dalam proses pemisahan diri
menjadi independen. Pada paradiplomasi ini suatu wilayah kota
menjadikan paradiplomasi sebagai jembatan atau alat untuk
membangun negara yang berdaulat secara penuh. Persiapan diplomatik
untuk pemisahan diri dengan tujuan untuk memperoleh pengakuan
diplomatik internasional, maka paradiplomasi atau kerjasama yang
dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh bukti pengakuan dari
wilayah lain atas kemerdekaan mereka jika suatu hari dapat terlaksana.
Kerjasama ini juga bertujuan untuk membangun hubungan kerjasama
24
di bidang lain guna pembangunan domestik untuk negara baru
tersebut.
Dalam penelitian ini mengacu pada Paradiplomasi menurut Rodrigo
Taravez, kerjasama yang dilakukan oleh Pemprov NTB dengan Hivos termasuk
kedalam Fenomena Single Themed Paradiplomacy, yaitu kerjasama dalam satu
fokus bidang, yang dimana kerjasama energi baru terbarukan biogas. Kerjasama
Pemprov NTB dengan Hivos, dalam konsep paradiplomasi memiliki tujuan yaitu
memaksimalkan proses pencapaian kepeningan daerah, hak daerah, dan potensi
daerah, dalam berbagai bentuknya.
1.5.1.1 Teknis pelaksanaan Paradiplomasi
Perkembangan teknis pelaksanaan kerjasama luar negeri bermula dari
Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan hubungan internasional dan
menentukan bidang yang dikerjasamakan, daerah otonom juga harus berpedoman
pada aturan pelaksanaan, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 1992
tentang penyelenggaraan hubungan dan kerjasama luar negeri di jajaran
Departemen Dalam Negeri.34 Pengaturan hubungan luar negeri mulai dari UU No.
22 Tahun 1999, lalu muncul peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang
dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah pusat berwenang menetapkan
34 Sidik Jatmiko, Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional, Hal 118, Bigraf,Yk,2001
Dalam Buku Ali Mukti Hal 184
25
pedoman tata cara kerjasama dengan Lembaga/badan di luar negeri.35 Kerjasama
antar kota dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
a. Melalui kontak perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dengan
pejabat-pejabat setempat;
b. Melalui kontak perwakilan negara sahabat di indonesia dengan pejabat-
pejabat daerah;
c. Melalui kontak langsung antar pejabat daerah pada saat mereka melakukan
kunjungan ke luar negeri atau ketika pejabat daerah menerima tamu asing
pemerintah.
Khusus untuk kerjasama Sister Province dan Sister City, Pemerintah
melalui surat edaran menteri dalam negeri nomor 193/1652/PUOD/1993
menerapkan aturan tertentu.36
a. Adanya kesamaan kedudukan dan status administrasi
b. Adanya kesamaan besaran dan fungsi
c. Adanya kesamaan karakteristik
d. Adanya kesamaan permasalahan
e. Adanya ilmu dan teknologi yang dapat dialihkan
f. Adanya komplementaritas anatara kedua belah pihak dalam bidang
ekonomi sehingga dapat menimbulkan aliran barang antara kedua
belah pihak.
35 Ibid Hal 185 36 Op.Cit., Sidik Jatmiko
26
Adapun pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan kerjasama
pemerintah daerah dan pihak luar negeri mengacu pada, Permenlu No. 03 tahun
2008 tentang pedoman pelaksanaan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak
Luar negeri, dan mengacu pada Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor
09/A/KP/XXI/2006/01. Adapun tahap-tahap yang harus di lalui oleh Pemda-
pemda di Indonesia dengan pihak asing sebagai praktek paradiplomasi yaitu :37
Tahap pertama, yaitu tahap perencanaan merupakan tahap persiapan intern
pemerintah daerah dalam menyiapkan meteri dan bidang apa saja dengan pihak
asing atau pemerintah lokal asing, dan membahas kerjasama manakah yang akan
dilaksanakan. Tahap ini merupakan tahapan perencanaan program kerjasama luar
negeri.
Tahap kedua, Yaitu tahap komunikasi luar negeri dan penyusunan
Memorandum of Understanding (MoU). Adapun membahas dan mempersiapkan
materi-materi dan perencanaan kerjasama yang akan dituangkan dalam MoU yang
disusun bersama pihak asing tersebut. MoU adalah sebuah ikrar akan
dilaksanakannya kerjasama antara kedua belah pihak dan belum merupakan
perjanjian kerjasama.
Tahap ketiga, yaitu mengajukan persetujuan kerjasama antara daerah
dengan pemerintah lokal asing atau pihak asing ke Kementrian Dalam Negeri.
Materi dalam MoU disertakan dalam usulan ke Kementrian Dalam Negeri
bersama detail mengenai kerjasama.
27
Tahap keempat, yaitu pembahasan rencana secara detail perjanjian
kerjasama dengan pihak asing di tingka DPRD untuk meminta persetujuan dewan.
DPRD dapat menolak kerjasama, meskipun MoU telah dibuat antara Pemda
dengan pihak asing.
Tahap kelima, yaitu tahap penandatanganan perjanjian kerjasama luar
negeri anatara daerah dengan pihak asing setelah rencana kerjasama mendapat
persetujuan dewan.38
Tahapan-tahapan di atas bersifat state centric yaitu penekanan kerjasama
anatara pemerintah daerah dengan pemerintah lokal asing. Namun, apabila
kerjasama yang dilakukan bukan dengan pemerintah asing, tetapi dengan badan
/lembaga/satuan lain bukan negara, tapi seperti perusahaan-perusahaan asing
maupun investor, maka menurut UU No. 22 tahun 1999 memiliki tahapan yang
sederhana yaitu tahap perencanaan, MoU, persetujuan DPRD, dan
penandatanganan perjanjian kerjasama.
Undang-undang No.37 Tahun 1999 tentang tata cara hubungan luar negeri,
UU No. 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional, peraturan Menlu RI No.
09/KP/XII/2006, Permendag No.3 Tahun 2008, Permendag No.74 tahun 2012
menjadi landasan legal dan teknis pemerintah daerah dalam menjalin hubungan
kerjasama transnasional dengan aktor-aktor global lainnya.39
1.5.2 Konsep Keamanan Energi
Energi merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupan yang
dimanfaatkan untuk berbagai bidang seperti kebutuhan listrik dan industri, maka
38 Op.Cit., Ali Mukti Hal 194-195 39 Op.Cit Hermini, Nadia, Satwika, Sheiffi, Memperkuat Lokalitas Kota Semarang Di Era
Globalisasi Melalui Diplomasi Lokal.
28
pasokan energi salah satu menjadi tolak ukur tingkat kemajuan suatu masyarakat.
Dengan adanya revolusi industri di tengah globalisasi maka permintaan akan
energi semakin meningkat.40 Keamanan energi erat kaitannya dengan
keberlangsunangan hidup. Ancaman dapat datang dari berbagai isu salah satunya
adalah energi, menurut Edy prasetyo dalam tulisan energy security permasalah
energi dapat muncul melalui tiga alasan yaitu terbatasnya sumber energi, tidak
meratanya distribusi energi, serta nilai strategi energi untuk perkembangan
negara.41
Fokus keamanan energi semakin meluas yang awalnya hanya berkaitan
dengan minyak dan batu bara antar negara sekarang meluas menjadi energi listrik,
gas alam, nuklir dan lain sebagainya, isu energi masuk kedalam cakupan studi
keamanan melalui proses sekuritisasi yang dimana bertujuan menjadikan isu
tersebut menjadi isu keamanan.42 Menurut Daniel yergin, konsep energy security
meliputi dua dimensi, yaitu dimensi keindependenan suatu negara untuk
memenuhi kebutuhan energinya yang berasal dari sumber daya energy domestic,
dan dimensi interdependensi global dimana pemenuhan energi setiap negara tak
lepas dari pasokan energi dunia, yang berasal dari khususnya negara-negara
pengekspor yang kaya akan minyak dan gas, melalui dua dimensi tersebut, bahwa
energy security bukan hanya isu domestic namun suatu isu global yang dimana
40 Alvin Adi Mahardika, Strategi Keamanan Energi Tingkok Di Kanada Tahun 2009-2013, Jurnal
Analisis Hubungan Internasional, Vol, 6, No,1(1 Januari 2017), Surabaya :Univeritas Ailangga,
Hal 17-22. Diakses Dari Http://Journal.Unair.Ac.Id/Download-Fullpapers-Jahi7fabb56d48full.Pdf
Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 41 Ibid 42 Amalia Mastur, Signifikansi Keamanan Energi Terhadap Kehidupan Domestic Negara, Diakses
Dari
Http://Amaliamasturfisip13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_Detail153150politik%20dan%20keamanann
egara.Html Pada (31/03/19. 16.00 WIB )
29
pasokan energi dapat berimplikasi terhadap stabilitas nasional, baik dalam sektor
ekonomi, perdagangan, politik dan sosial.43 Energy security lebih kepada
interdependensi dan equality energy antar negara bukan kompetisi dalam
memenuhi kebutuhan energinya.
Keamanan energi merupakan salah satu permasalahan dalam dunia
internasional pasca perang dingin, keamanan energi jika dilihat dari persfektif
ekonomi adanya ketergantungan antar negara-negara yang dimana bentuk
ketergantungan ini, dalam keamanan energi ini adalah kegiatan ekspor dan impor
antar negara, dalam mencari sumber daya energi yang baru dan mengamankan
pasokan energi menjadi salah satu permasalahan yang sangat penting dalam
pembuatan kebijakan luar negeri, sumber energi berupa minyak bumi, gas alam
dan batu bara dilihat sebagai hal penting bagi pertumbuhan suatu negara.44
Adapun peristiwa yang menyebabkan isu energi menjadi perhatian dunia
yaitu : pertama, pada masa perang dunia I, Winston chuchhill, menjabat sebagai
panglima angkatan laut membuat keputusan mengubah sumber power angkatan
laut inggris dari bahan bakar batu bara ke minyak, kemudian hal ini menjadi salah
satu bagian masalah strategi nasional inggris, yang dimana energy security
menjadi isu strategis ibagi keamanan sebuah negara dalam menyokong
43 Sebastian Mallaby, The World’s Banker : A Story Of Failed State, Financial Crises, And The
Wealth And Poverty Of Nations, Newyork : Penguim Press,2004. Diakses Dari
Https://Www.Cambridge.Org/Core/Journals/Ethics-And-International-Affairs/Article/Worlds-
Banker-A-Story-Of-Failed-States-Financial-Crises-And-The-Wealth-And-Poverty-Of-Nations-
Sebastian-Mallaby-New-York-Penguin-Press-2004-400-Pp-2995-
Cloth/7EDC60B4FDF97A4844C2F84093082080 Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 44 Muchammad Farid, Keamanan Energy Dalam Politik Luar Negeri Indonesia, Prosiding
Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 2 Nd, Working Paper, ISBN : 978-602-19568-
3-0, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Pps UMY). Diakses Dari
Http://Pascasarjana.Umy.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2016/10/93-Muchammad_Farid.Pdf Pada
(31/03/19. 16.00 WIB )
30
powernya.45 Kedua, pada 1973 OPEC, sebuah organisasi negara-negara
pengekspor minyak melakukan embargo minyak pada barat (AS dan sekutunya)
dalam merespon perang Arab-Israel. Hal ini menyebabkan banyak industri di
barat collapse karena berkurangnya pasokan minyak dari Timur Tengah, dan
menyebabkan pasar gelap, dari kedua pristiwa tersebut isu energy security
menjadi hal yang penting karena implikasinya menglobal.46
keamanan energi adalah salah satu topic yang sering di bahas dalam
kebijakan pemerintah di banyak negara, keamanan energi termasuk isu baru
dalam keamanan, masalah keamanan ini muncul di awal abad ke-20 terkait
pasokan minyak bagi pasukan perang.47 Perdebatan mengenai isu keamanan
energi muncul pada tahun 1970an adanya pemotongan pasokan minyak oleh
OPEC (Organization of the petroleum eksporting countries), dimana harga
minyak meningkat drastis yang memicu terjadinya krisis ekonomi, serta
mengekspos kerentanan dari sistem energi yang ada.48
Membahas isu energi ke dalam keamanan akan mempengaruhi kebijakan
pemerintah dalam negara maupun domestik. Upaya menjadikan isu energi
keamanan dapat dilihat dalam sejumlah laporan seperti Wicks Report (2009),
National Security Strategy (2010), Energy Security Strategy Of The Department
45 Daniel Yergin, (2006), Ensuring Energy Security, Foreign Affairs 85(2), Hal. 8 Dalam EKA
ASTITI KUMALASARI, Peranan Perusahaan Migas Asing Terhadap Ketersediaan Energi
Indonesia, Skripsi. Mkassar: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin, Hal 9-10. Diakses Dari
Http://Repository.Unhas.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/6190/Skripsi%20Eka%20Astiti%20
Kumalasari.Pdf?Sequence=1 46 Ibid 47 Arshie Ramadhanie, Evolusi Konsep Keamanan Energy, Global Jurnal Politik Internasional
Vol.19 No.2, Depok : Universitas Indonesia, Hal 99-100. Diakses Dari
Https://Globar.Ir.Fisip.Ui.Ac.Id Pada (31/03/19. 16.00 WIB ) 48 Ibid
31
Of Energy Dan Climate Change (2012), yang mengangkan isu pasokan minyak
dan gas sebagai prioritas bagi pemerintah meletakan isu ini setara dengan
terorisme, serangan siber, dan kejahatan terorganisasi.49
Peneliti menggunakan konsep keamanan energi untuk membahas
Paradiplomasi Pemerintah Provinsi NTB Dengan Hivos, dalam mendukung
pemanfaatan limbah kotoran sapi hasil dari program NTB Sejuta Sapi, dan
menjamin keberlangsungan digester biogas pasca kontruksi. Dewasa ini,
kebutuhan energi fosil dan gas merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui dalam jangka waktu dekat, sehingga menjadi ancaman bagi
masyarakat global. Aktivitas pertambangan yang dilakukan terus menerus dapat
menganggu stabilitas negara, merusak lingkungan, menyebabkan ketidakstbilan
bumi dan lingkungan, serta menyebabkan pemanasan global. Maka dari itu
melalui paradiplomasi pemprov NTB, mampu menyediakan energy alternative
baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus menjaga pasokan energi
dan keberlangsungan dan kestabilan lingkungan.
1.6 Metodelogi penelitian
1.6.1 Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan. Desain penelitian ini di gunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang menjadi topik utama pembahasan penelitian ini.50
Penulis menilai jenis penelitian ini tepat karena dengan jenis penlitian ini dapat
49 Ibid 50 Definisi Metode Dekriftif, Diakses Dari Http://Idtesis.Com/Metode-Deskriftif/ Pada (31/03/19.
16.00 WIB )
32
menggambarkan bagaimana proses paradiplomasi yang dilakukan oleh
pemerintah NTB dalam melaksanakan hubungan kerjasama dengan Hivos
mengenai energi terbarukan biogas.
1.6.2 Metode analisis
Metode penelitian yang di gunakan adalah kualitatif yang dimana metode
penelitian kualitatif menekankan pada pemahaman tentang makna prilaku sosial
da konteks sosial, politik, dan budaya dimana interaksi berlangsung cendrung
menggunakan analisis proses dan makna.51 Untuk membuat penelitian ini jauh
lebih komprehensif maka peneliti memakai metode wawancara untuk
pengambilan data primer.
1.6.3 Ruang lingkup penelitian
Pada setiap penelitian, peneliti diharapkan menentukan waktu dan tempat.
Hal ini di pandang sangat penting karena disetiap penelitian pasti selalu
memerlukan waktu tempat/lokasi yang jelas, pada ruang lingkup penelitian ini di
bagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.6.3.1 Batasan waktu
Durasi waktu yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti judul
Paradiplomasi Pemerintah Provinsi NTB Dengan Humanistisch Instituut Voor
Ontwikkelings Samenwerking (HIVOS) dalam Kebijakan Energi Terbarukan
Biogas, sebagai salah satu praktek paradiplomasi di provinsi NTB kerjasama ini
di inisiasi sejak tahun 2009, adanya MoU pertama tahun 2012, dan kedua 2016,
kerjasama hingga tahun 2018.
51 Prof. Dr. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
33
1.6.3.2 Batasan materi
Penelitian ini menganalisis pengaruh paradiplomasi provinsi NTB, dengan
Hivos dalam melakukan kerjasama di bidang energi terbarukan, dalam mengatasi
energi NTB yaitu, biogas dan sebagai praktek paradiplomasi.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan memakai studi dokumentasi dan studi literature, sumber-sumber yang
telah di dapatkan di analisis, ditafsirkan lalu dituangkan kedalam tulisan, teknik
ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.
pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti
buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan
atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain.
1.7 Argumen dasar
Kebutuhan masyarakat akan energi, dan adanya muatan lingkungan,
ekonomi mendorong pemerinah provinsi mengadakan paradiplomasi dengan
organisasi asing yaitu, Hivos untuk membantu mengembangkan energi terbarukan
yaitu biogas dengan melihat potensi yang dimiliki NTB, melalui People public
private partnership akan melaksanakan perjanjian jangka panjang antara
pemerintah pusat maupun daerah dengan mitra swasta, berkerjasama dalam
menyediakan pelayanan bagi masyarakat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009
tentang petunjuk teknis tata cara kerjasama daerah, maka Pemprov NTB di dorong
untuk lebih aktif karena kemampuan fiskal daerah sangat terbatas dan disarankan
34
untuk melakukan kerjasama, mengingat bahan bakar fosil mulai menipis. Hivos
memberikan pengarahan, pemberdayaan, pengetahuan dan teknologi dan di
didukung juga dengan adanya potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh NTB.
Melalui konsep security energy dapat membantu menjelaskan, betapa
sumber energi itu penting dan termasuk dalam permasalahan global.
Paradiplomasi single themed dapat membantu menjelaskan proses atau prosedure
paradiplomasi single themed, serta upaya yang di lakukan oleh pemerintah
Provinsi NTB, melalui kerjasama paradiplomasi provinsi NTB dan Hivos, yang
akan dilaksanakan. Diharapkan kerjasama ini mampu memenuhi kebutuhan energi
untuk masyarakat, dengan cara memaksimalkan energi terbarukan demi
mewujudkan energi daerah yang seimbang pada tahun 2025, sekaligus sebagai
bentuk kepedulian NTB terhadap lingkungan.
Keterbatasan teknologi dan ilmu pengetahuan di NTB, mendorong
pemerintah Provinsi NTB mengadakan kerjasama dengan Hivos, dengan akan
terlaksananya kerjasama ini diharapkan dapat menarik banyak funding untuk
mendanai project-project EBT di NTB. Dengan akan terlaksananya Kerjasama ini
menjadi salah satu kegiatan keikutsertaan pemprov NTB, di dunia internasional
dan implementasi pemerintah pemprov untuk mempraktikan konsep
paradiplomasi single themed di dunia internasional.
35
1.8 Sistematika Penulisan
Bab Judul BAB Isi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Akademis
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Landasan Konsep/Teori
1.5.1 Konsep Paradiplomasi
1.5.1.1 Teknis Pelaksanaan
Pardiplomasi
1.5.2 Konsep Keamanan
Energi
1.6 Metode Penelitian.
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Metode Analisis
1.6.3 Ruang Lingkup
Penelitian
1.6.3.1 Batasan Waktu
1.6.3.2 Batasan Materi
1.6.4 Teknis Pengumpulan
Data
1.7 Argumen Dasar
1.8 Tabel Sistematika Penulisan
BAB II
HIVOS DAN
MASALAH
ENERGI DI
PROVINSI NTB
2.1 Hivos dan Kerjasama Dalam
Bidang Energi di Indonesia
2.2.1 Provinsi Lampung
2.2.2 Provinsi Jawa Barat Dan
Banten
2.2.3 Provinsi Jawa Tengah Dan
DIY
2.2.4 Provinsi Jawa Timur
2.2.5 Provinsi Bali
2.2.6 Provinsi Nusa Tenggara
Timur
2.2.7 Provinsi Sulawesi Selatan
2.2 Masalah NTB di Bidang Energi
2.3 Landasan Kerjasama Daerah
NTB Dengan Hivos
36
BAB III
PARADIPLOMASI
PEMERINTAH
NTB DENGAN
HIVOS DI
BIDANG ENERGI
NTB
3.1 Proses Pelaksanaan
Paradiplomasi Provinsi NTB
Dengan Hivos Di Bidang EBT
3.1.1 Kesepakatan Bersama
Pemerintah Provinsi NTB
Dengan Hivos
a. Kesepatan Bersama
Tahun 2012.
b. Kesepakatan Bersama
Tahun 2016.
3.1.2 Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Provinsi NTB
Dengan Hivos
a. Perjanjian Kerjasama
Tahun 2012.
b. Perjanjian Kerjasama
Tahun 2013.
c. Perjanjian Kerjasama
Tahun 2016.
3.2 Strategi Pemerintah NTB
Mengatasi Kebutuhan Energi :
Kerjasama Dengan Hivos
3.3 Hasil Kerjasama Pemerintah
Provinsi NTB Degan Hivos.
3.3.1 Program Desa Mandiri :
Energi Terbarukan dan
Bio-slurry
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
4.2 Rekomendasi Dan Saran
LAMPIRAN Dokumen yang diperlukan untuk
mendukung analisis data penelitian
top related