bab i
Post on 13-Apr-2016
4 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk permasalahan dalam kependudukan di Indonesia saat ini
adalah kurangnya perhatian terhadap aspek kependudukan. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi di Indonesia tidak disertai dengan peningkatan kualitas, itu
terlihat dari indeks pembangunan manusia Indonesia yang masih diperingkat 108
dari 169 negara. Indonesia berada diperingkat 6 dari 10 negara di ASEAN, atau
lebih rendah daripada Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan
Filipina. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah
tingginya angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia kawin pertama, sebagai
salah satu sasaran program keluarga berencana (KB) (Manuaba, 2009).
Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga,
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Saifuddin, 2010)
Jumlah peserta KB nasional periode Agustus 2014 sebanyak 6.152.231
pengguna, dengan persentasenya adalah sebagai berikut, yang mengggunakan
IUD 459.177 orang atau 7,46 %, MOW 87.079 orang atau 1,24 %, MOP 17.331
orang atau 0,28 %, kondom 462.186 atau 7,51 %, implant 527.569 orang atau
8,58%, suntikan 2.949.633 atau 47,94 %, dan pil 1.649.256 orang atau 26,81 %
(BKKBN, 2015).
1
2
Pengetahuan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Pengetaahuan merupakan dominan yang sangat penting bagi
terbentuknya perilaku. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sehingga
semakin baik tingkat pengetahuan akseptor dalam ber-KB maka cenderung
melakukan perubahan bagi hidupnya untuk hidup lebih sehat khususnya dalam
partisipasi ber KB, keterlibatan dan kesertaan ber-KB (Manuaba, 2010).
Di Provinsi Bengkulu jumlah pasangan usia subur (PUS) 347.214 orang
dan jumlah peserta KB aktif 260.221 (95,2%) peserta yang terdiri dari metode
MKJP 48.151 peserta (18%) dengan rincian IUD 12.349 peserta (6%), MOP
1.070 peserta (0,4%), MOW 4.458 peserta (2%), implan 31.278 peserta (12%),
metode non MKJP 198.540 (76%) dengan rincian suntik 114.158 peserta (44%),
pil 57.990 (22%), kondom 12.138 peserta (5%), obat vagina 112 (0,04%), lainnya
13 peserta (0,001%) (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2013)
Dari uraian data peserta KB tersebut terdapat 3 metode KB yang memiliki
presentase tertinggi dan memiliki rentang yang cukup jauh di bandingkan dengan
metode lainnya yaitu pemakaian KB suntik mencapai 114.158 (44%) peserta, KB
pil 57.990 (22%) peserta, implan 31.278 (12%). Penggunaan kontrasepsi suntik
tertinggi berada di Kabupaten Lebong (55%), kemudian kabupaten Kaur (52%)
penggunaan kontrasepsi pil tertinggi berada di kabupaten Lebong (40%),
kemudian kaur (37%), dan terendah di kabupaten Seluma (13%) (Dinkes Provinsi
Bengkulu, 2013)
Di Kabupaten Seluma jumlah peserta KB aktif pada tahun 2013 berjumlah
27.412 akseptor, tahun 2014 berjumlah 26.530 akseptor dan pada tahun 2015
berjumlah 29.271 akseptor dengan jumlah peserta KB aktif terendah terdapat pada
3
3 puskesmas, yaitu Puskesmas Riak Siabun berjumlah 532 akseptor , Puskesmas
Muara Maras berjumlah 516 aksepor dan yang paling rendah terdapat di
Puskesmas Renah Gajah Mati 497 akseptor dengan rincian KB pil 269 orang,
suntik 161 orang, AKDR 2, Implan 52 orang dan MOW 13 orang (Dinkes Kaur,
2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
pengetahuan akspetor dengan pemilihan kontrasepsi hormonal di wilayah kerja
Puskesmas Renah Gajah Mati kecamatan semidang alas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui masalahnya bahwa
masih kurangnya pengetahuan akseptor tentang KB, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan akspetor dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Renah Gajah Mati
Kecamatan Semidang Alas?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akspetor dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Renah Gajah
Mati Kecamatan Semidang Alas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pemakaian kontrasepsi hormonal di
wilayah kerja Puskesmas Renah Gajah Mati Kecamatan Semidang
Alas
4
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB di wilayah
kerja Puskesmas Renah Gajah Mati Kecamatan Semidang Alas
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akspetor dengan pemilihan
kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Renah Gajah Mati
Kecamatan Semidang Alas
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman
bagi peneliti sendiri dalam melakukan penelitian sederhana secara
sistematis tentang hubungan pengetahuan akspetor dengan pemilihan
kontrasepsi hormonal.
2. Institusi Pendidikan STIKES TMS Bengkulu
Penelitian ini nantinya diharapkan menambah literatur dan bahan
kajian bagi mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti khususnya tentang
hubungan pengetahuan akspetor dengan pemilihan kontrasepsi hormonal.
3. Institusi Puskesmas Renah Gajah Mati Kecamatan Semidang Alas
Memberikan informasi bagi Puskesmas Renah Gajah Mati
Kecamatan Semidang Alas mengenai hubungan pengetahuan akspetor
dengan pemilihan kontrasepsi hormonal, sehingga dapat melakukan
pendekatan dan promosi yang lebih tepat lagi melakukan pelayanan KB.
top related