bab i, 2003
Post on 04-Jan-2016
222 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya
bayi dan plasenta dari rahim ibu. Bab ini akan memberikan gambaran
menganai asuhan bagi ibu selama waktu tersebut.
Seiring berkembangnya jaman, semakin perkembang pula ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama pada ilmu pengetahuan dan teknologi
kebidanan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
membuat bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan dengan
demikian pelayanan yang hanya mengandalkan pegalaman maupun
kepercayaan tidak dianjurkan karena tidak dapat dipertanggungjawabkan apa
lagi AKI dan AKB terus meningkat dari tahum ke tahun. Oleh karena itu salah
satu faktor penting dalam penurunan angka kematian tersebut yaitu dengan
pelayanan kebidanan berdasarkan kenyataan
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengambil asuhan pada ibu
bersalin yang dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis dalam tindakan
asuhan kebidanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal Ny. Y umur
24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu.
1
2. Tujuan khusus
a. Untuk memperoleh data subjektif Ny.Y
b. Untuk memeroleh data objektif Ny.Y
c. Untuk menegakan diagnosa pada Ny.Y
d. Untuk melakukan perencanaan asuhan pada Ny. Y umur 24 tahun
G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu.
C. Sistematika
Sistematika penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Halaman Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Sistematika
6. Bab II : Tinjauan Teori
a. Teori Medis
b. Teori Manajemen Kebidanan
2. Bab III : Tinjauan Kasus
3. Bab IV : Pembahasan
a. Pengkajian Data Subyektif
b. Pengkajian Data Obyektif
c. Pengkajian Analisa
d. Pengkajian Penatalaksanaan
4. Bab V : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
5. Daftar Pustaka
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir (Asri, 2010). Persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Prawiroharjho, 2007). Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada
janin (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2005).
Menurut Yeyeh, 2012 persalinan berdasarkan teknik yaitu :
1) Persalinan Spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstrasi forceps, ekstrasi vakum dan sectio sesaria.
3) Persalinan anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin
aprostaglandin.
b. Proses Terjadinya Persalian
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang komplek teori yang turut memberikan
andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain: teori hormonal,
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan
nutrisi.
1) Penurunan kadar progerteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan,
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di
3
dalam darah tetapu pada kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
2) Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah, oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
3) Peregangan Otot-Otot
Dengan majunya kehamilan,maka makin tereganglah otot-otot rahim
sehingga timbulnya kontraksi untuk mengeluarkan janin
4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan
penting oleh karena itu pada anchephalus kelahiran sering lebih lama.
5) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga
aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi
miometrium.
c. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala I persalianan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalian kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a) Fase laten
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
(2) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
(3)Biasanya berlangsung hingga 8 jam
b) Fase Aktif
2) Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai
dengan lahirnya bayi. Gejala kala II atau kala pengeluaran adalah:
a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dan durasi 50-100
detik.
4
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang di tandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d) Kekuatan his dan mengejan leboh mnedorong kepala bayi sehingga
sehingga kepala membuka vagina dan tampak suboksiput sebagai
hipoinoclion
e) Lamanya kala II pada primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit
3) Kala III
Setelah kala II kontraksi uterus sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena
sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda di bawah ini:
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke bawah segmen
bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
4) Kala IV
Kala IV dimasukan untuk melakuakan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarhan
5) Lama persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan
multigravida kala I: 12,5 jam, kala II: 80 menit, kala III: 10 menit,
kala IV: 14 jam sedangkan multigravida kala I: 7 jam 20 menit, kala
II: 30 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 8 jam.
5
Pembukaan serviks terbagi 2 fase: fase latent: pada fase ini
pembukaan sangat lambat dari 0-3 cm, fase aktif: pada fase aktif
pembukaan lebih cepat, fase ini di bagi lagi dalam: fase akselerasi:
dari pembukaan 3-4 cm yang di capai dalam 2 jam, fase dilatasi
maximal: dari pembukaaan 4-9 cm yang di capai dalam 2 jam, fase
decelerasi: dari pembukaan 9-10 cm dalam waktu 2 jam.
d. Tanda – tanda persalinan
1) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
oleh:
a) Kontraksi braxton hicks
b) Ketegangan otot perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin kepala arah bawah
2) Terjadinya his permulaan
Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu, sifat his
palsu:
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasi pendek
e) Tidak bertambah jika beraktifitas
3) Terjadinya His Persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
a) Pinggang terasa sakit
b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar
c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus
d) Makin beraktifitas(jalan), kekuatan makin bertambah
6
4) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan: lendir yang di terdapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
5) Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagaian besar ketuban baru
pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang-kadang ketuban
pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam 24 jam.
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Faktor power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
2) Faktor passager
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah dan
posisi janin.
3) Faktor passage (jalan lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi bagian keras: tulang-
tulang panggul, bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen.
4) Faktor psikologis ibu
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin
yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar di
bandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau
orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa dukungan
7
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
pada kelancaran proses persalinan.
5) Faktor penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal
neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan
kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Proses Manajemen
a. Proses manajemen kebidanan SOAP
Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A
adalah Analysis/Assessment dan P adalah Planning. Merupakan catatan
yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode
SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen
kebidanan. Proses manajemen kebidanan SOAP terdiri dari :
1) Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada pasien yang bisu,
dibagian data belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “x”.
Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna
wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang
akan disusun.
2) Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3) Analysis/Assassment, merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
8
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini
juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan
analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat
terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup : diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah
potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial dan
tindakan segera.
4) Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hsil analisis
dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan unttuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahannkan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa
mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu
tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan yang lain, antara lain dokter.
Mesipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P
dalam metode SOAP ini juga mengandung implementasi dan
evaluasi. Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan
dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus
disetujuui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien
harusdilibatkan dalam proses impelemtasi ini. Bila kondisi pasien
berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun
9
implementasinyapun kemungkinan besar akan ikut berubah atau
harus disesuaikan.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi,
yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi
analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai
tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi
ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
b. Proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997)
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh
langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa
berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
a) Riwayat kesehatan.
b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
c) Mninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkannyadengan hasil
studi.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasiyang akirat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan
data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang
perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi
10
bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi
langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan keenam
(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah keempat untuk mendapatkan data
dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
2) Langkah 2 : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang
ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup paktik kebidanan dan
emmenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah :
a) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.
c) Memiliki ciri khas kebidanan.
d) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan.
e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Kata masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselsesaikan sepserti diagnosis tetapi sungguh
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasi bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini serig
menyertai diagnosis. Sebagai contoh, diperoleh diagnosis
“kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan
diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak
menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester
ketiga merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah
tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
11
“nomenklatur standar diagnosis”, tetapi tentu akan menciptakan
suatau masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Berikut ini daftar diagnosis kebidanan yang telah memenuhi standar
nomenklatur, antara lain : kehamilan normal, partus normal, syok,
Denyut Jantung Janin (DJJ) tidak normal, abortus, solusio plasenta,
amnionitis, anemia berat, atonia uteri, postpartum normal, infeksi
mammae, pembengkakan mammae, presentasi bokong, presentasi
dagu, Disproporsi Kepala Panggul (DKP), presentasi muka, persalinan
semu, kematian janin, Haemorrhagic Antepartum (HAP),
Haemorrhagic Postpartum (HPP), inersia uteri, inversion uteri, bayi
besar, mekonium, kehamilan mola, kwhamilan ganda, partus macet,
posisi oksipito posterior, posisi oksipito melintang, plasenta previa,
Preeklampsia Berat (PEB), Preeklampsia ringan (PER), hipertensi
karena kehamilan, Ketuban Pecah Dini (KPD), partus prematurus,
prolapsus tali pusat, partus fase laten lama, partus kala II lama,
retensio plasenta, sisa plasenta, rupture uteri, bekas luka uteri,
presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak lintang, dan lain-
lain (WHO; UNFPA; World Bank,2000, IMPAC (Integrated
Management of Pregnancy and Childbirth), Managing Complications
in Pregnancy and Childbirth : A Guide for Midwives and Doctors,
Departement Reproduktive Health and Research, cit.PPKC, 2004).
3) Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah
potensial. Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
penting dalam melakukan asuhan yang aman.
4) Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah ini sebagai
cerminan keseimbangan dari proses manajemen kebidanan.
12
5) Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian data pada langkah
sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa
dilengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional yang benar/valid.
Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data dasar
yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan
pasien yang tidak cukup dan berbahaya.
6) Langkah 6 : Pelaksanaan perencanaan
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan
sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar
terlaksana).
Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya
komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu,
biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua
rencana telah dilaksanakan.
7) Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi
dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan
tersebut dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas
perkembangan sesuai dengan keompok usia dan ukuran fisik sesuai
dengan batasan ideal anak.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan
efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proes manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka
perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Dalam
hal ini mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif,
13
melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses
tesebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian dan modifikasi
apabila memang diperlukan. Langkah-langkah proses manajemen
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,
karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas ujuh lagkah ini merupakan proses
berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan
kebidanan yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap situasi.
2. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
a. Pengkajian Pada Ibu Bersalin
Pengkajian pada ibu bersalin dilakukan melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik
1) Anamnesa
Anamnesis kehamilan adalah tanya jawab yang dilakukan oleh bidan
dengan ibu hamil, untuk menggali data subyektif yang berkaitan
dengan keadaan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Tujuan
pelaksanaan anamnesis kehamilan adalah mendeteksi komplikasi dan
menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilannya dan
kelahiran terdahulu, kesehatan umum, kondisi social ekonomi ibu
sebagai persiapan menghadapi persalinan. Informasi/ data lengkap
yang diperoleh dianalisis, sehingga dapat diperkirakan apakah
kehamilan ini normal atau dengan penyulit, sehingga bisa
direncanakan kebutuhan asuhan yang tepat bagi ibu. Anamnesa dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu :
a) Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi
data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung pada
sumbernya.
b) Allo anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk
memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan
14
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan
data yang akurat.
Pelaksana anamnesis kehamilan:
a) Pada kunjungan/ pemeriksaan ibu hamil yang pertama. Pada saat
ini anamnesis dilakukan untuk menggali data dengan lengkap, yang
meliputi identitas / biodata ibu dan suami, keluhan, penerimaan
terhadap kehamilannya, serta ketidaknyamanan ibu akibat adanya
kehamilan.
b) Pada kunjungan / pemeriksaan ulang. Pada anamnesis kunjungan
ulang tidak lagi menanyakan identitas / biodata ibu maupun suami.
Pertanyaan ditujukan kepada perubahan pada ibu setelah diberi
asuhan pada kunjungan pertama dan adanya keluhan lain yang
tidak ditemukan pada kunjungan pertama.
Berikut ini adalah informasi yang perlu dikaji untuk mendapatkan data
subjektif.
a) Identitas pasien
Dengan maksud untuk mengidentifikasi atau mengenal klien dan
menentukan status sosial ekonominya. Dari umur ibu, bidan dapat
menentukan prognosis kehamilan dimana bila umur ibu terlalu
muda atau terlalu lanjut dapat menimbulkan resiko pada kehamilan
dan persalinannya.
Identitas pasien Penanggung Jawab
No. Register : Hubungan dengan pasien :
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku bangsa : Suku bangsa :
Alamat : Alamat :
15
b) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui tujuan ibu datang ke tempat
pelayanan kesehatan, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau
untuk memeriksakan keluhan lain.
c) Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan utaman atau apa yang
dirasakan klien saat pengkajian, meliputi kontraksi, PPV
(pengeluaran pervaginam), dan gerakan janin
d) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan untuk mengetahui karakteristik personal termasuk
hubungan klien dengan orang lain riwayat pengobatan termasuk
apakah klien mempunyai riwayat penyakit menular/ keturunan.
Menanyakan riwayat kesehatan yang meliputi :
(1)Riwayat kesehatan sekarang :
Ditanyakan untuk mengetahui keadaan ibu saat ini.
(2)Riwayat kesehatan dahulu :
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit yang menurun atau menular.
(3)Riwayat kesehatan keluarga :
Ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular
atau diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetic.
e) Riwayat Obstetri
Data ini penting diketahui oleh tenaga kesehatan sebagai data
acuan jika pasien mengalami penyulit.
(1) Riwayat haid
Riwayat haid ditanyakan untuk mengetahui tentang faal alat
reproduksi dan kemungkinan lain yang mungkin terjadi dari
pola haid. Hal yang perlu dikaji diantaranya :
(a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi
16
(b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 23 hari sampai 32 hari
(c)Lamanya
Yaitu berapa lama haid tersebut berlangsung
(d)Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang terdapat kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya
menggunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit serta
berapa kali ganti pembalut perharinya.
(e)Nyeri haid
Adakah nyeri yang menyertai pada saat haid
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya
misalnya adanya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,
faktor resiko, untuk mengetahui usia kehamilan, serta untuk
menghitung tanggal persalinan.
(a)Paritas klien
Dituliskan dengan G…P…A… dimana G adalah Gravida
(jumlah kehamilan sampai dengan kehamilan saat ini), P
adalah paritas (jumlahkelahiran) dan A adalah abortus yaitu
berapa kali ibu mengalami abortus pada kehamilan
sebelumnya.
(b)HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) ditanyakan untuk
memperkirakan usia kehamilan pada saat dilakukannya
pemeriksaan serta untuk memperkirakan tanggal persalinan.
Cara menghitung usia kehamilan :
Menentukan HPHT terlebih dahulu
Menentukan tanggal pemeriksaan hari ini
17
Membuat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap
bulan
Contoh : bulan desember berjumlah 31 hari, maka menjadi
4 minggu + 3 hari
Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa
hari dalam bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu
dan hari di bulan saat pasienmelakukan pemeriksaan
Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan
harinya, hasil akhir dikonversikan dalam jumlah
minggu.
Contoh kasus :
Pada tanggal 19 januari 2015 Ny. B datang ke bidan
untuk melakukan kunjungan awal. Hari pertama haid
terakhir adalah tanggal 19 desember 2014. Maka
langkah perhitungan usia kehamilannya adalah sebagai
berikut :
Diketahui : HPHT: 19 desember 2014
Tanggal periksa : 19 januari 2015
Ditanya : berapa usia kehamiannya ?
Jawab :
Daftar jumlah minggu dan hari :
Desember: sisa hari (31-19 = 12 hari) = 1 minggu 5 hari
1 minggu 5 hari
Januari : 19 hari = 2 minggu 5 hari +
3 minggu 10 hari
3 minggu 10 hari disederhanakan yaitu menjadi 4
minggu 3 hari dan kemudian dikonversikan kedalam
minggu menjadi 4+3 minggu. Jadi usia kehamilan Ny. B
pada tanggal 19 januari 2015 adalah 4+3 minggu.
(Sulistyawati, Ari : 2009)
18
(c)HPL
Menghitung hari perkiraan persalinan (HPL) dari data
HPHT yang telah diperoleh.
Untuk bulan januari – maret rumusnya :
Untuk bulan april – desember rumusnya :
Contoh soal :
Diketahui : HPHT : 16 April 2014
Ditanya : berapakah HPL nya ?
Jawab : HPL = 16 4 2014
+7 -3 +1
23 1 2015
Jadi HPL nya adalah 23 januari 2015
Diketahui : HPHT : 29 januari 2014
Ditanya : berapakah HPL nya ?
Jawab : HPL = 29 1 2014
+7 +9 +0
36 10 2014
Berhubung pada bulan 10 yaitu bulan oktober hanya
sampai tanggal 31 maka 5 hari sisanya masuk bulan
November, sehingga HPL nya menjadi tanggal 5
November 2014.
(d)Gerak Janin
Ditanyakan untuk mengetahui gerakan janin dalam 12 jam
terakhir. Gerakan janin normalnya 10x dalam 12 jam
(e)Imunisasi TT
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah di
imunisasi TT atau belum, jika iya maka kita dapat menentukan
19
HPL = HPHT = Tanggal Bulan Tahun +7 +9 +0
HPL = HPHT = Tanggal Bulan Tahun +7 -3 +1
kapan jadwal imunisasi TT berikutnya. Adapun jadwal imunisasi
yang sudah ditetapkan beserta lama perlindungannya, sebagai
berikut :
TT ke Interval (Waktu
Selang Minimal)
Lama
Perlindungan
%
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan
antenatal
pertama
- -
TT2 4 minggu setelah
TT1
3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah
TT2
5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah
TT3
10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah
TT4
25 tahun 99
(f) Pengobatan atau obat-obatan yang digunakan sejak
kehamilan, paparan terhadap penyakit khususnya rubella
dan penyakit imun, sakit yang dialami selama/sejak
kehamilan, paparan terhadap toksin di tempat kerja (bila
bekerja/ di tempat tinggal) diperlukan untuk mengetahui
efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut pada
kehamilan.
(g)Riwayat ANC
Ditanyakan untuk mengetahui sudah berapa kali ibu
melakukan pemeriksaan atau kunjungan.
20
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan.
Satu kali pada trimester I
Satu kali pada trimester II
Dua kali pada trimester III
(h)Riwayat Pemberian Tablet Fe
Ditanyakan untuk mengetahui sudah berapa banyak ibu
mengkonsumsi tablet Fe. Pemberian tablet Fe minimal 90
tablet selama kehamilan.
(i) Tanda Bahaya
Ditanyakan untuk mengetahui apakah terdapat tanda bahaya
selama kehamilan atau tidak, sehingga dapat dilakukan
penanganan segera. Tanda bahaya tersebut diantaranya :
Trimester I: mual, muntah berlebihan, perdarahan dan
lain lain.
Trimester II: perdarahan dan lain lain
Trimester III: sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu
hati, perdarahan dan lain lain
(j) Kekhawatiran Khusus
Ditanyakan untuk mengetahui psikologis ibu.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu
dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu terdapat penyulit atau
tidak yang beresiko terjadi pada kehamilan, persalinan,
dan nifas berikutnya.
21
Berikut ini yang perlu dikaji pada riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu :
Tahun
Kehamilan Persalinan NifasKeadaan
anak
sekarangFrek
ANC
Keluhan/
penyulit
U
KJenis Penolong
JK/
BBPenyulit IMD Penyulit
ASI
Eksklusif
(3) Riwayat Anak yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui berapa jumlah anak yang hidup,
jarak dengan anak sekarang, serta riwayat berat badan bayi dan
panjang bayi yang pernah dilahirkan oleh ibu.
(4) Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan penting untuk dikaji karena dari data
tersebut kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana
rumah tangga pasangan.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai
berikut :
(a)Status perkawinan (sah/tidak) ?
(b)Perkawinan yang ke berapa ?
(c)Lama pernikahan ?
(d)Adakah masalah atau tidak ?
(5) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah
menggunakan alat kontrasepsi atau belum, jika iya alat
kontrasepsi apa yang pernah di gunakan sebelumnya, lama
pemakaiannya, adakah keluhan selama pemakaian alat
kontrasepsi tersebut, alasan mengganti/ melepas metode
kontrasepsi dan rencana pemakaian alat kontrasepsi setelah
menjalani persalinan.
22
(6) Pola Pemenuhan kebutuhan sehari – hari
(a)Pola Nutrisi
Pola Makan Terakhir
Menanyakan kapan makan terakhir ibu. Pola makan
penting untuk diketahui agar kita mendapatkan gambaran
apakah ibu sudah memiliki energi yang cukup untuk
melakukan persalinan.Beberapa yang perlu ditanyakan
kepada pasien adalah :
Pukul
Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang
pukul berapa ibu terakhir kali makan.
Porsi
Data ini akan memberikan informasi seberapa banyak
makanan yang sudah dikonsumsi ibu terakhir kali.
Jenis
Data ini menunjukan jenis makanan apa saja yang
terakhir kali ibu makan. Misalnya : nasi, lauk, dan
sayur.
Pola Minum Terakhir
Menanyakan pola minum ibu terakhir kali. Data ini
penting untuk diketahui agar kita mendapatkan gambaran
apakah ibu sudah memiliki cairan yang cukup untuk
melakukan persalinan. Hal-hal yang perlu ditanyakan
kepada pasien adalah sebagai berikut :
Pukul
Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang
pukul berapa ibu terakhir kali minum.
Porsi
Data ini akan memberikan informasi seberapa banyak
minuman yang sudah dikonsumsi ibu terakhir kali.
23
Jenis minuman
Data ini menunjukan jenis minuman apa yang terakhir
kali ibu minum. Misalnya : air putih.
(b)Pola Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK) Terakhir
Menanyakan kepada ibu pola BAK terakhir kali, hal
yang perlu ditanyakan adalah :
Pukul
Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang
pukul berapa ibu terakhir kali BAK.
Konsistensi
Data ini menunjukkan konsistensi dari air kencing ibu
Warna
Data ini menunjukkan warna dari air kencing ibu,
apakah berwarna kuning jernih atau berwarna lain.
Keluhan
Data ini menunjukkan apakah terdapat keluhan pada
pola buang air kecil atau tidak.
Buang Air Besar ( BAB)
Menanyakan kepada ibu pola BAB terakhir kali, hal
yang perli ditanyakan adalah :
Pukul
Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang
pukul berapa ibu terakhir kali BAB.
Konsistensi
Data ini menunjukkan konsistensi dari feses ibu
Warna
Data ini menunjukkan warna dari feses apakah
berwarna kuning kecoklatan atau berwarna lain.
Keluhan
Data ini menunjukkan apakah terdapat keluhan pada
pola buang air kecil atau tidak.
24
(c)Pola Aktivitas
Kita perlu mengkaji pola aktivitas ibu yang terakhir kali
karena data ini akan memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktivitas yang terakhir kali dilakukan ibu.
Jika kegiatan yang terakhir kali ibu terlalu berat, maka kita
dapat menganjurkan kepada ibu untuk beristirahat terlebih
dahulu.
(d)Pola Istirahat dan Tidur
Mengkaji pola istirahat terakhir. Kita perlu mengkaji
apakah ibu sudah beristirahat dengan cukup sebelum
bersalin atau tidak, karena pada saat persalinan akan
membutuhkan energi yang sangat banyak. Kita dapat
menanyakan tentang terakhir kali ibu tidur berapa jam serta
terdapat keluhan atau tidak. Biasanya untuk ibu yang akan
bersalin mengeluh susah tidur karena rasa nyeri di bagian
perut yang sangat mengganggu.
(e)Pola Seksual
Mengkaji pola seksual terakhir. Walaupun ini adalah hal
yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus
menggali data dari kebiasaan seksual ini, karena terjadi
beberapa kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup
mengganggu pasien. Dengan teknik komunikasi yang
senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan aktivitas seksual, melalui pertanyaan
berikut ini:
Waktu
Menanyakan kapan terakhir kali ibu melakukan
hubungan seksual.
Keluhan
Menanyakan kepada ibu apakah terdapat keluhan ketika
melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri saat
berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami,
25
kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan
seksual, dan lain-lain.
(f) Pola Hygiene
Mengkaji pola hygiene ibu terakhir kali. Beberapa hal yang
perlu ditanyakan adalah
Mandi
Tanyakan kapan ibu mandi terakhir kali.
Gosok gigi
Tanyakan kapan ibugosok gigiterakhir kali.
Ganti pakaian dan ganti celana dalam
Tanyakan kapan ibu mengganti pakaian dan celan dalam
terakhir kali.
(g)Pola Hidup Sehat
Mengkaji pola hidup sehat sebelum dan sesudah hamil
untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan yang
merugikan kesehatan seperti merokok, minum-minuman
beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
mengkonsumsi jamu, ataupun memelihara hewan.
(h)Pola Psiko, Sosial, dan Spiritual
Hal-hal yang perlu ditanyakan untuk memperoleh informasi
pola psiko, sosial, dan spiritual antara lain :
Kecemasan
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu merasa
cemas dalam menghadapi persalinan atau tidak.
Kehamilan ini diharapkan atau tidak
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah kehamilan
diharapkan atau tidak karena hal ini dapat memengaruhi
ibu dalam menerima perubahan-perubahan selama
kehamilan.
Respons suami dan keluarga terhadap kehamilan ini
Bagaimanapun juga hal ini sangat penting untuk
kenyamanan psikologis ibu. Adanya respons yang positif
26
dari suami dan keluarga terhadap kehamilan akan
mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima
perannya. Dalam mengkaji data ini kita dapat
menanyakan langsung kepada pasien, suami dan
keluarga. Ekspresi wajah yang mereka tampilkan juga
dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang
bagaimana respons mereka terhadap kehamilan ini. Pada
beberapa kasus sering kita jumpai tidak adanya respons
yang positif dari suami dan keluarga serta lingkungan
ibu karena adanya permasalahan. Jika hal itu terjadi,
bidan sebisa mungkin dapat berperan dalam mencari
beberapa alternatif solusi.
Tinggal serumah
Menanyakan siapa saja yang tinggal serumah dengan
ibu.
Pengambil keputusan utama dalam keluarga
Menanyakan siapa pengambil keputusan utama dalam
keluarga, dan apakah dalam keadaan emergensi ibu dapat
mengambil keputusan sendiri jika pengambil keputusan
utama tidak ada.
Orang terdekat
Menanyakan kepada ibu siapa orang yang paling dekat
dengan ibu, diharapkan dengan kita mengetahui orang
terdekat ibu kita bisa meminta bantuan kepadanya untuk
mendampingi dan memberikan motivasi kepada ibu.
Adat istiadat
Data ini menunjukkan adakah adat istiadat yang
berkaitan dengan persalinan ini. Untuk mendapatkan data
ini bidan sangatperlu melakukan pendekatan terhadap
keluarga ibu, terutama orang tua.
27
Biaya persalinan
Data ini menunjukkan darimana biaya persalinan berasal,
apakah ditanggung oleh individu atau ditanggung oleh
jaminan kesehatan seperti BPJS.
Tingkat pengetahuan pasien
Menanyakan apa saja yang sudah ibu ketahui mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan persalinan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnese, sebelum melakukan
pengkajian, bidan perlu menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan dan berikan kesempatan kepada klien
dan keluarga untuk bertanya sehingga ereka dapat memahami
pentingnya pemeriksaan tersebut. Ada beberapa bagian pemeriksaan
yang mengharuskan klien untuk membuka bajunya, oleh karena itu
bidan perlu menjaga privasi klien. Pemeriksaan fisik berguna untuk
mengetahui kesehatan ibu dan janin, serta perubahan yang terkadi
pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada pemeriksaan
pertama, pastikan apakah klien dalam keadaan hamil, bila hamil
tentukan umur kehamilannya. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil
dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba
(palpasi), periksa dengar (auskultasi), dan periksa ketuk (perkusi).
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik kepada ibu bersalin,
menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih terlebih
dahulu. Hal-hal yang perlu diperiksa yaitu :
a) Pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda – tanda vital
(TTV)
(1) Pemeriksaan Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita
laporkan dengan kriteria sebagai berikut :
28
(a)Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b)Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan :
(a)Compos mentis
Yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
(b)Apatis
Yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(c)Delirium
Yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berkhayal.
(d)Somnolen (Obtundasi / Letargi)
Yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
(e)Stupor (soporo koma)
Yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
29
(f) Coma (comatose)
Yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun, (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah).
(3) Tanda – tanda vital
Data ini dikaji untuk mengetahui apakah TTV ibu masih
tergolong normal atau tidak.
(a)Tekanan darah
Tekanan darah biasanya normal kecuali bila ada
kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg
atau lebih, mintalah ibu miring berbaring ke kiri dan
santai sampai terkantuk selama 20 menit kemudian
ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap
tinggi menunjukkan ibu menderita pre eklamsia yang
harus dirujuk ke dokter
(b)Nadi
(c)Pernapasan
(d)Suhu
b) Pemeriksaan Kepala
Dengan melakukan inspeksi dan palpasi, kita melihat dan meraba
bentuk kepala, kebersihan rambut, dan kekuatan rambut mudah
rontok atau tidak
c) Pemeriksaan Muka
Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah
pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah
periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu
menderita anemia.Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah
adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata
kaki dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada
tangan dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu
apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan
cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan
30
menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka
ibu harus dirujuk ke dokter
d) Pemeriksaan Mata
Dengan inspeksi dilihat konjungtivanya pucat atau tidak, jika iya
maka hal tersebut merupakan tanda gejala anemia. Kemudian
dilihat juga sklera ikterik atau tidak, dan reflek pupil dengan cara
mengarahkan penlight mendekat dan menjauhi mata, pupil akan
mengembang jika cahaya penlight menjauh dan akan menyempit
jika cahaya penlight mendekat, maka hal tersebut dikatakan isokor.
e) Pemeriksaan Hidung
Dengan inspeksi, dilihat terdapat polip atau tidak, dan terdapat
secret berlebih atau tidak
f) Pemeriksaan Mulut
Dengan inspeksi, dilihat mukosanya basah atau tidak, kemudian
pucat pada bibir, pecah-pecah, stomatitis, ginggivitis, gigi tanggal,
gigi berlubang, karies gigi, bau mulut dan kebersihan lidah.
g) Pemeriksaan Telinga
Dengan inspeksi, dilihat kebersihannya dan apakah terdapat tanda-
tanda infeksi atau tidak.
h) Pemeriksaan Leher
Dengan palpasi, dikaji apakah terdapat pembengkakan pada
kelenjar thyroid, kelenjar getah bening, dan vena jugularis atau
tidak.
i) Pemeriksaan dada dan payudara
Periksa adanya kemungkinan benjolan yang tidak normal,
perhatikan ukuran payudara simetris atau tidak, puting payudara
(menonjol, datar atau masuk). Keluarnya kolostrum atau cairan
lain, hiperpigmentasi areola mamae dan kebersihannya, perhatikan
retraksi dada, dan kemungkinan massa atau nodul pada aksila.
31
j) Pemeriksaan abdomen
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menetapkan letak dan
presentasi janin, turunnya janin bagian yang terbawah, tinggi
fundus uteri, dan denyut jantung janin.
Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang,
asimetris) adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum,
adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan
juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Mengukur
TFU.
(1) Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang
berada dalam fundus uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah
kepala pasien. Kedua tangan diletakkan pada bagian atas
uterus dengan mengikuti bentuk uterus. Lakukan palpasi secara
lembut untuk menentukan bentuk, ukuran konsistensi dan
gerakan janin. Tentukan bagian janin mana yang terletak di
fundus.
Hasil:
jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan
teraba bagian bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen).
Jika bokong yang terletak di fundus,maka pemeriksa akan
meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih
lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa
penuh. Pada letak lintang palpasi didaerah fundus akan terasa
kosong.
(2) Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang
berada pada kedua sisi uterus.
Petunjuk pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala
pasien. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut,
dan lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk
32
meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari dari satu
sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak pada
sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.
Hasil :
bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang
keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk
teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil
yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki,
lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua
sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama
dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula
berada pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.
(3) Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa
yang berada pada bagian bawah.
Petunjuk cara memeriksa:
dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati
bagian bawah abdomen pasien tepat diatas simfisis pubis.
Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada disana.
Bandingkan dengan hasil pemeriksaan Leopold.
Hasil :
bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka
bagian terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul.
Bila kepala yang berada diabagian terbawah, coba untuk
menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi,
maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat diraba adanya
kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.
(4) Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan
“engangement”.
Petunjuk dan cara memeriksa :
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih
pada posisi fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian
33
bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah pintu atas
panggul
Hasil:
pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai
bagian janin terbawah yang berada didalam panggul dan
menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas
panggul.
(5) Pemeriksaan denyut jantung janin.
Pengukuran denyut jantung janin ini dilakukan saat tidak ada
kontraksi. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali
permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak.
Bila denyut jantung janin lebih dari 160 atau kurang dari 120
kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak
bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.
k) Pemeriksaan Dalam
Dilakukannya pemeriksaan dalam atas indikasi:
(1) Untuk memastikan ibu sudah inpartu atau belum
(2) Untuk mengetahui kemajuan persalinan
(3) Untuk mengetahui keadaan kulit ketuban
Hal-hal yang perlu dikaji pada pemeriksaan dalam :
(1) Vulva/ vagina diperiksa keadaannya apakah tenang atau tidak,
kemudian terdapat edema serta varises atau tidak.
(2) Serviks diperiksa keadaannya keras atau lunak, pembukaan
sudah berapa cm, serta penipisan (efficement) sudah berapa %.
(3) Kulit ketuban diperiksa apakah masih utuh (+) atau sudah
pecah (-).
(4) Presentasi, untuk presentasi diketahu apabila pembukaan sudah
3 cm atau lebih.
(5) POD (Point of direction) diperiksa bagian ubun ubun apa yang
teraba.
34
l) Pemeriksaan Ekstremitas
Memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah
pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik.
Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti
oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki dapat menendakan
adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah
kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya
keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian data Subjektif
1. Teori
Dalam pengkajian data subjektif diawali dengan pengumpulan data
melalui anamnesa yang meliputi identitas pasien, alasan datang, tanda-
tanda persalinan, riwayat kesehatan, riwayat obstetri, pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dan tingkat pengetahuan pasien.
a. Tanda dan gejala inpartu meliputi:
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi uterus yang melibatkan pembukaan serviks.
3) Cairan lendir darah melalui vagina.
b. Tanda dan gejala kala II persalinan.
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2. Praktek
Untuk memperoleh data subjektif penulis melakukan pendekatan melalui
wawancara kepada lien dan keluarga, sehingga dapat diperoleh data
sebagai berikut:
a. Kala I
Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu merasakan
mules dan kenceng-keceng sejak tanggal 8 Januari 2015 pukul 07.00
WIB, frekuensi 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik. Keluar lendir
darah dan nyeri di daerah punggung menjalar ke perut.
b. Kala II
Dari hasil pengkajian Ny.Y mengatakan mulesnya semakin bertambah
dan semakin sering serta ada dorongan meneran seperti ingin BAB.
37
c. Kala III
Dari hasil pengkajian pada kala III Ny. Y mengatakan perutnya masih
mules.
d. Kala IV
Dari hasil pengkajian pada kala IV Ny. Y mengatakan senang dengan
kelahiran bayinya dan masih merasa mules.
3. Pembahasan
Dalam pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan data
yang ditemukan.
B. Pengkajian Data Objektif
1. Teori
Pada langkah ini pengkajian dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
yang meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, status present, status
obstetrikus, pemeriksaan leopold, DJJ, pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan penunjang. Tidak menutup kemungkinan untuk
dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan pada klien
a. Tanda dan gejala inpartu
1) Penipisan dan pembukaan serviks apabila dilakukan pemeriksaan
dalam
2) Kontraksi uterus yang teratur dan sering
3) Keluarnya lendir bercampur darah melalui jalan lahir
4) Pecahnya ketuban
b. Tanda dan gejala kala II persalinan
1) Adanya tekanan pada rectum dan vagina
2) Perineum menonjol vulva-vagina dan sfingter ani membuka
3) Saat dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap 10
cm
c. Tanda-tanda lepasnya plasenta
1) Uterus berbentuk globuler
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah mendadak dan singkat.
38
d. Pemantauan kala IV
1) Tekanan darah, nadi , kontraksi, TFU, keadaan kandung kemih,
pengeluaran darah dilakukan setiap 15 menit pada satu jam
pertama dan 30 menit pada satu jam berikutnya.
2) Pemantauan suhu dilakukan setiap 1 jam.
2. Praktek
Untuk memperoleh data objektif penulis melakukan pendekatan-
pendekataan melalui pengamatan langsung, pemeriksaan fisik baik
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi serta pemeriksaan laboratorium
sehingga didapatkan hasil:
Kala I
Ny. T dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TTV
TD:120/80 mmHg N: 82x/mnt S: 36,60C RR: 24x/mnt TFU: 29 cm TBJ:
2790 gram DJJ: 140x/mnt. Pemeriksaan leopold didapatkan hasil leopold
I teraba agak bulat, lunak, tidak melenting. Leopold II kanan: teraba
keras, lurus, panjang seperti papan, kiri teraba bagian- bagian kecil, ,
leopold III: teraba keras, bulat, melenting dan tidak bisa digoyangkan,
leopold IV: sudah masuk PAP (divergen). Saat dilakukan pemeriksaan
dalam diperoleh hasil sebagai berikut yaitu pembukaan 6 cm, serviks:
melunak, efficement 60%, presentasi belakang kepala, point of direction :
ubun-ubun kecil.
Kala II
Dari pemeriksaan di dapatkan Ny.Y DJJ: 140x/mnt, kontraksi frekuensi 5
kali dalam 10 menit lamanya 55 detik , lendir darah bertambah, ketuban
pecah spontan, pembukaan lengkap 10 cm, portio tidak teraba, penurunan
H IV, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka,
kandung kemih 100 cc.
Kala III
Dari data pemeriksaan didapatkan hasil uterus berbentuk seperti buah pir
atau globuler, ada semburan darah, tali pusat bertambah panjang, tidak
39
ada luka perineum, kandung kemih kosong, TFU setinggi pusat,
kontraksi keras.
Kala IV
Dari hasil pemantauan diperoleh hasil sebagai berikut
Jam
ke
Waktu TD suhu Nadi TFU kontraksi Kandung
kemih
Darah yg
keluar
1 17.45 110/80 36,50C 82x/mnt 2jr
pst
Baik,Keras Kosong + 40cc
18.00 100/80 82x/mnt 2jr
pst
Baik,Keras Kosong +10 cc
18.15 110/80 82x/mnt 2jr
pst
Baik,Keras Kosong -
18.30 110/80 83x/mnt 2jr
pst
Baik,Keras Kosong -
2 19.00 120/80 36,60C 83x/mnt 1jr
pst
Baik,Keras Kosong -
19.30 120/80 83x/mnt 1jr
pst
Baik,Keras kosong -
3. Pembahasan
Dalam hal ini antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan. Praktek di
lapangan sudah sesuai dengan teori.
C. Assesment
Teori
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data-
data yang sudah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah spesifik
Praktik
Berdasarkan data diatas dirumuskan diagnosa sebagai berikut:
40
Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup intra
uterin, presentasi belakang kepala,puka, hodge II, inpartu kala I fase aktif.
Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala II.
Ny. Y umur 24 tahun P2A0 inpartu kala III.
Ny. Y umur 24 tahun P2A0 inpartu kala IV.
Pembahasan
Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang
ditemukan.
D. Penatalaksanaan
Teori
Pada langkah ini dilakukan asuhan persalinan normal yaitu 58 langkah
APN.
Praktek
Asuhan yang diberikan pada klien sudah sesuai APN 58 langkah hanya saja
terdapat perbedaan pada penggunaan alas yang diletakkan di bawah bokong
ibu saat akan menolong persalinan, prakteknya dalam lahan menggunakan
underbed sekali pakai, sedangkan dalam APN menggunakan kain yang
dilipat 1/3. Kemudian terjadi kesenjangan lain yaitu pada penggunaan
pengikat tali pusat pada bayi baru lahir, menurut APN digunakan benang
untuk mengikat, sedangkan dalam prakteknya menggunakan klem berbahan
plastik.
Pembahasan
Ada kesenjangan antara teori dan praktik tersebut terjadi karena dengan
menggunakannya dirasa lebih praktis dan memudahkan pekerjaan bidan.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu bersalin Ny. Y umur 24 tahun
G2P1A0 hamil 38 minggu di Puskesmas Nusawungu 1, maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada data subyektif Ny. Y
umur 24 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu .
2. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada data obyektif Ny. Y
umur 24 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu.
3. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada analisa Ny. Y umur
24 tahun G2P1A0 kehamilan 38 minggu.
4. Ada kesenjangan antara teori dan praktik pada penatalaksanaan asuhan
kebidanan ibu bersalin Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu.
B. Saran
1. Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan
persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam
penanganannya, lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan
mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat
memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.
2. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada persalinan hendaknya
melengkapi partograf sebagai salah satu metode pendokumentasian dan
pencegahan untuk terjadi komplikasi serta penanganan tepat dan cepat
untuk langkah bila terjadi komplikasi.
42
top related