bab campur
Post on 24-Jul-2015
190 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri
peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya
bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari
total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah.
Menurut data dari GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) di Indonesia
terdapat lebih kurang 55 pabrik pakan ternak yang masih aktif. Saat ini sebaran industri
pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi.
Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada 10 pabrik dan DKI
Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik.
Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Oleh
karena itu, peluang untuk memdirikan industri pakan ternak di kota Banten sangat
terbuka lebar. (Indonesian Commercial Newsletter, 2008)
Selain itu meningkatnya usaha peternakan unggas di Indonesia menyebabkan
semakin meningkatnya permintaan pakan ternak, diketahui bahwa untuk meningkatkan
kualitas ternak diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan ternak
tersebut. Salah satu kandungan yang terpenting dalam pakan ternak tersebut adalah
methionine. Methionine adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini
penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan
basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk methionine sama
dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat
esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pangan. Sumber utama methionine adalah
buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung, kelapa), serta kacang-kacangan (kacang
kedelai) (Wiki, 2008).
Methionine merupakan salah satu asam amino esensial yang mengandung
sulfur, berfungsi untuk detoksifikasi hati. Bahan kimia ini merupakan zat lipotropik yang
dapat mencegah atau menyembuhkan infiltrasi lemak, cirrcosis dan necrose hati. Serta
1
dapat membantu proses transmetilasi pada detoksifikasi zat – zat toksis yang bersifat
endogenus dan exogenus. (Indochemical, April 2011).
Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga
seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor.
Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus
berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang
tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap
methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat.
Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor
methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk
volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2005 lalu impor
methionine di Indonesia tercatat sebesar 16.196 ton/tahun, yang kemudian meningkat
menjadi 17.749 ton/tahun berikutnya dengan nilai US$ 41.910. Dalam dua tahun
berikutnya impor terus menurun dan menjadi hanya 15.851 ton/tahun pada tahun 2008
dengan nilai yang justru meningkat menjadi US$ 65.203. pada tahun 2009 impor kembali
meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551 ton/tahun
pada tahun 2010 dengan nilai US$83.983.
1.2 Prospek Industri dan Pemasaran
Analisa Pasar
Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga
seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor.
Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus
berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang
tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap
methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat.
Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor
methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk
volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2009 impor
methionine meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551
ton/tahun pada tahun 2010, dan diperkirakan impor akan terus meningkat sampai
dengan tahun 2015 yang akan diperkirakan kebutuhan methionine di Indonesia
mencapai 26.585 ton/tahun ( Indochemical, April 2011 ).
2
1.3 Lokasi Pabrik
Kota Banten merupakan wilayah yang strategis. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan untuk menentukan lokasi pabrik yang kita rancang agar secara teknis dan
ekonomis menguntungkan. Daerah Banten yang terletak di propinsi jawa barat, daerah
ini merupakan daerahbaku. Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut
potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang
menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya
Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu Banten merupakan jalur
perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila
dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota
Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota
Negara. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang
dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan
laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.
Gambar 1.1 lokasi pabrik
3
1.4 Kapasitas Produksi
Penentuan kapasitas pabrik methionine ini ditentukan dengan cara menghitung
kapasitas konsumsi methionine dalam negeri yang saat ini masih mengimpor dari negara
produsen. Konsumsi methionine dari tahun 2005-2010 cenderung meningkat.
200520062007200820092010201120122013201420150
20000
40000
60000
80000
100000
120000
tahun impor
kg impor
nilai US$
Tahun
Kapa
sitas
Pro
duks
i
Gambar 1.1 Perkembangan impor methonine di Indonesia
Industri methionine merupakan industri yang masih bisa dikatakan baru di
Indonesia, karena diketahui pabrik penghasil methionine ini belum ada. Diharapkan
dengan didirikannya pabrik methionine ini akan memenuhi kebutuhan methionine di
Indonesia. Kapasitas pabrik ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan akan methionine
yang cukup tinggi di Indonesia maupun di seluruh dunia. Akan tetapi yang menjadi
pertimbangan utama adalah kebutuhan methionine di Indonesia. Diketahui bahwa
kebutuhan methionine di Indonesia masih mengimpor dari negara produsen methionine.
Melihat permintaan methionine yang terus meningkat di Indonesia yang diperkirakan
pada tahun 2015 kebutuhan methionine di Indonesia mencapai 26.585 ton/tahun (
Indochemical, April 2011 ), pabrik yang di bangun ini akan memenuhi kebutuhan
methionine di Indonesia yaitu dengan kapasitas 27.000 ton/tahun.
1.5 Bahan baku
Bahan baku pembuatan methionine adalah metil merkaptan, akrolein dan
hydrocanic acid.Methionine dihasilkan dengan mereaksikan metil merkaptan dengan
akrolein. Akrolein (2-propenal / C3H4O / CH2=CHCHO) adalah senyawa aldehida tidak
jenuh yang paling sederhana. Akrolein adalah senyawa yang sangat beracun, mudah
4
terbakar, dapat menimbulkan air mata. Pada temperatur kamar, akrolein berfase cair
dengan volatilitas dan sifat mudah terbakar mirip dengan aseton, tetapi tidak
sebagaimana aseton, akrolein sedikit larut dalam air. Katalis yang digunakan adalah
senyawa kompleks metal oksida, yakni campuran molibdate, bismuth, nikel, cobalt,
besi, natrium, boron, kalium, dan silika.
Metil merkaptan merupakan salah satu dari sekian banyak bahan kimia yang ikut
mendukung industri lain seperti, sebagai bahan odorant untuk LPG, sebagai bahan baku
pada pembuatan asam amino yaitu methionine yang merupakan pelengkap makanan
ternak. Metil merkaptan merupakan senyawa intermediat yang dapat direaksikan
dengan berbagai macam senyawa lain untuk membentuk produk lain yang bermanfaat.
(Furqon dan Wiyoto, 2005).
1.6 Gross Profit Margin (GPM)
Untuk menentukan kelayakan pemasaran produk methionine diperlukan
perhitungan GPM. GPM dihitung dengan cara menentukan selisih harga jual produk
dengan harga pembelian bahan baku. Untuk menghitung GPM diperlukan harga methyl
mercaptan, akreloin, natriumoksida, hydrocianic acid, ammonium carbonate, methanol.
Tabel 1.1 Gross Profit Margin
5
CH3OH + H2S + C3H4O + HCN + 52
( NH4+)2 CO3 + NaOH + HCl 5NH3 + 3H2O + 2CO2 + C5H11SNO2 + NaCl
senyawa CH3OH C3H4O HCN (NH4+)2CO3 NaOH HCl CH3SH NH3 C5H11SNO2 NaCl
BM 0,032 0,056 0,027 0,096 0,040 0,037 0,048 0,017 0,149 0,058
Mol 1 1 1 2,5 1 1 1 5 1 1
Kg 0,032 0,056 0,027 0,24 0,04 0,037 0,048 0,085 0,149 0,058
Kg/kg met
0,215 0,376 0,181 1,61 0,268 0,248 0,322 0,57 1 0,389
US$/kg 0,2 2,69 0,5 0,2 0,3 0,3 11,2 0,16 5,59 0
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= ∑ [(kg produk/ kg MET) x harga produk]- ∑ [(kg bahan/ kg MET) x harga bahan]
= [(1 x 5,59)-{(0,2 x 0,215)+(0,376 x 2,69)+(0,181 x 0,5)+(1,61 x 0,2)+(0,268 x 0,3 )
+(0,248x0,3)+(0,322x11,2)+(0,57x0,16)]
= 5,59 – (0,043+ 1,01+ 0,09+ 0,09 + 0,322+0,0804+0,074+3,6+0,09 )
= US$ 0,19/ kg
= Rp. 1900,-/kg produk
Gross Profit Margin (GPM) merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
besarnya keuntungan yang didiapatkan dalam tiap kilogram produk yang dihasilkan. Dari
perhitungan GPM diatas didapatkan keuntungan untuk perkilogram produk adalah Rp.
1900. Keuntungan yang didapatkan memang tidak terlalu besar, namun dengan
keuntungan yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa untuk pendirian pabrik
methionine ini cukup menguntungkan jika didirikan dengan pertimbangan yang lainnya.
6
BAB II
PROFIL PABRIK
PT FNW Meth akan didirikan pada tahun 2015 dengan pemegang saham tiga
orang, yaitu Winny N. Erziza, Nuraini, dan Fouria Yunizar. Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang nutrisi pakan ternak.
Bidang usaha utamanya adalah memproduksi methionine yang sangat berperan
untuk mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi
daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein.
1. PRODUK
Produk yang dihasilkan yaitu methionine, yang berguna untuk meningkatkan
kualitas ternak sehingga diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan
ternak tersebut.
2. KAPASITAS PRODUKSI
Kapasitas produksi pertahun mencapai 27.000 ton per tahun dan akan siap terus
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang terus meningkat dari waktu kewaktu.
3. PEMASARAN
PT FNW Meth ini akan berusaha terus untuk meningkatkan pelayanan dan
ketersediaan barang terbaik bagi seluruh customer. Kantor cabang dan sales
representative akan disebar diseluruh Indonesia antara lain, kalimantan, Jawa, dan
Sumatera, karena pada daerah ini terdapat banyak industri peternakan.
4. TENAGA KERJA
Perusahaan ini akan mempekerjakan sekitar 261 orang yang telah terbagi dalam
bidang-bidang yang sesuai dengan keahlian masing-masing pekerja.
Penanggung jawab operasional atau direktur utama berperan sebagai person
yang membawahi dan menangani langsung perusahaan
5. MODAL
Modal dari pendirian hingga pengoperasian pabrik terdiri dari 60% modal
sendiri, sedangkan 40% lagi dari pinjaman dari bank. Struktur permodalan bukan
merupakan penanaman modal asing.
7
6. VISI DAN MISI
Misi dan Visi dari PT.FNW Meth adalah sebagai berikut:
1. Ingin mensejahterakan Peternakan Indonesia
2. Membangun perekonomian negara melalui pemberdayaan pakan ternak sebagai
salah satu jalan untuk penggerak pembangunan.
3. Memanfaatkan sumber daya untuk kelangsungan habitat lingkungan yang sehat.
8
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1. Deskripsi Proses
Methionine terdiri dari beberapa jenis, maka proses pembuatannya juga
dilakukan dengan beberapa cara. Jenis DL-methionine dapat dibuat dengan sintesis
kimia, sedangkan untuk L-methionine selain dengan sintesis kimia, dapat juga dibuat
dengan cara fermentasi. Teknologi proses yang digunakan untuk pembuatan methionine
ini dibuat dengan sintesis kimia yaitu dengan sintesa methionine dari metyl markaptan
dan acrolein.
Ada tiga reaksi utama dalam pembuatan methionine dengan proses sintesis dari
methyl mercaptan dan acrolein, yaitu:
C3H4O + HCN + CH3SH + 52
( NH4+)2 CO3 C6H10N2SO2 +
32
H2CO3 + 4NH3+ 2H2O
Acrolein methyl mercaptan hydantoin
C6H10N2SO2 + H2O + NaOH C6H10NSO2Na + NH3 + CO2
Hydantoin dl- salt
C6H10NSO2Na + 2HCl C5H11SNO2 + NaCl
dl-salt methionine
Pada proses pembuatan methionine ini dilakukan dengan mereaksikan metil
markaptan, acrolein, asam hidrosianik, dan amonium karbonat dengan metanol yang
bertindak sebagai media reaksi. Campuran umpan ini kemudian dimasukkan ke dalam
kolam reaksi dimana reaksi berlangsung pada suhu 80 °C dan 405 kPa selama 1,5 jam.
Metanol pada reaktor bertindak sebagai media reaksi dan tidak ikut terlibat di dalam
reaksi. Reaksi antara metil markaptan dengan akrolein akan menghasilkan hydantoin.
Setelah proses reaksi selesai, zat-zat acreloin, methyl mercaptan, asam hidrosianik, air
dan metanol diuapkan bersamaan dengan hasil produksi yakni komponen amonium
carbonate yaitu amoniak, karbon dioksida dan air. Produk ini kemudian disalurkan pada
tekanan atmosfer masuk ke dalam striper. Sedangkan metanol, acrolein, methyl
mercaptan, asam sianida, disalurkan ke reaktor pengembalian bentuk, dan sisa air di
buang.
9
Tahap selanjutnya yaitu hydantoin direkasikan dengan larutan NaOH berkadar
50% berat dan air yang kemudian dipanaskan hingga suhu 160º C pada tekanan 405 kpa
hingga 1.5 jam untuk membentuk kristal garam dl-Methionine. Amonia serta Karbon
Dioksida yang terbentuk selama proses dilepaskan keluar menuju ke flash drum
sedangkan NaOH, hydantoin, di kembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Setelah
rekasi selesai, campuran dipanaskan. dl-Methionine berbentuk larutan disalurkan dan
didinginkan ke suhu 80oC selama 0.5 jam. Methionine dari bejana pendingin kemudian
disalurkan menuju ke unit reaktor 3. Campuran ini dinetralkan menjadi Methionine dan
bentuk uapnya diendapkan. Tahap selanjutnya yaitu dengan menambahkan HCl
konsentrasi tinggi, dengan tujuan untuk menurunkan nilai pH hingga dibawah 2.28, agar
memungkinkan terjadinya pengendapan keseluruhan uap Methionine, tetapi bisa
mempertahankan NaCl dan air tetap berbentuk larutan. dl-Methionin yang masih
mengandung Molekul HCl kemudian disalurkan ke tangki sedimentasi untuk
mengendapkan methionine yang telah berbentuk slurry, sedangkan sisa HCl dan garam
methionine dikirim ke flash drum untuk dipisahkan dengan NaCl dan air yang terbentuk
dan selanjutnya dikembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Hasil methionine yang
telah berbentuk slurry di masukkan ke dalam dryer untuk untuk menghilangkan kadar air
yang terkandung sehingga dihasilkanlah methionine yang berbentuk bubuk.
10
BAB IV
SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PABRIK
4.1. Bentuk perusahaan
Bentuk perusahaan yang direncanakan untuk pabrik methionine ini adalah
Perseroan Terbatas (PT). Perseroan Terbatas merupakan persekutuan untuk menjalakan
perusahaan, dimana modal usaha yang diperlukan terbagi atas beberapa saham, dan
tiap sekutu/persero turut mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Pemilihan
bentuk perusahaan ini didasari atas beberapa pertimbangan antara lain :
a. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham terhadap hutang
perusahaan.
b. Mudah mendapatkan modal, yaitu dengan penjualan saham maupun dari
pinjaman bank.
c. Penempatan pimpinan atas kemampuannya melaksanakan tugas.
d. Adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus.
4.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu perusahaan adalah struktur
organisasinya, karena berhubungan dengan kelancaran komunikasi, yang pada akhirnya
mempengaruhi kinerja perusahaan. Bentuk struktur organisasi yang direncanakan untuk
pabrik methionine ini adalah garis dan staff. Pemilihan ini didasari atas beberapa
pertimbangan, yaitu :
a. Dapat digunakan oleh setiap organisasi yang bagaimanapun besar dan komplek
susunan organisasinya.
b. Adanya pembagian tugas yang jelas dari pimpinan, staff dan pelaksana sehingga
koordinasi mudah dilaksanakan.
c. Kemampuan karyawan dapat dikembangkan ke arah spesialisasinya.
d. Perwujudan “the right man on the right place” lebih mudah dilaksanakan.
e. Perintah berjalan dengan baik dari atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab,
nasehat dan saran bergerak dari bawah ke atas.
11
4.3. Manajemen Perusahaan
Manajemen adalah suatu proses untuk menggerakkan organisasi. Tercapai
tidaknya tujuan organisasi, sebagian besar tergantung kepada kemampuan para manajer
dalam menjalankan organisasinya. Penertian manajemen meliputi semua tugas dan
fungsi yang berhubungan dari awal pembentukan perusahaan sampai perusahaan
tersebut berproduksi, serta menyangkut semua kebijaksanaan yang penting dalam
pengambilan keputusan.
Sistem manajemen suatu pabrik diarahan pada manajemen produksi, yaitu
kegiatan untuk mengatur agar tercipta dan menambah kegunaan barang dan jasa. Para
manajer harus berusaha mengangtifkan semua perangkat tenaga kerja, modal, bahan,
mesin dan pemasaran produk secara efektif dan seefisien mungkin, sehingga tujuan dan
sasaran perusahaan dapat tercapai dengan hasil yang baik.
4.4. Pembagian Tugas dan Wewenang
4.4.1. Rapat Umum Pemegang Saham
Pemegang kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi garis dan staff adalah
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RUPS dilakukan minimal satu kali dalam
setahun. Bila ada sesuatu hal, RUPS dapat dilakukan secara mendadak sesuai dengan
jumlah forum. RUPS dihadiri oleh pemilik saham, Dewan Komisaris dan Direktur.
Hak dan wewenang RUPS :
a. Meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris dan Direktur lewat suatu
sidang.
b. Dengan musyawarah dapat mengganti Dewan Komisaris dan Direktur serta
mengesahkan anggota pemegang saham bila mengundurkan diri.
c. Mengesahkan hasil-hasil usaha dn neraca untung rugi tahunan dari perusahaan.
4.4.2. Direktur Utama
Direktur Utama merupakan pimpinan tertinggi yang diangkat ole Dewan Komisaris.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Utama dibantu Direktur Teknik dan Produksi,
Direktur Keuangan dan Pemasaran serta Direktur Umum dan Kepegawaian. Adapun
tugas dan wewenang Direktur Utama adalah :
a. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
b. Menetapkan pengangkatan dan pemberhentian karyawan.
12
c. Merencanakan, merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan.
d. Mengkoordinasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada tiap-tiap Direktur.
e. Membuat laporan berkala.
f. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan, kelangsungan
dan kelancaran jalannya perusahaan.
4.4.3. Direktur
Tugas dan wewenang Direktur adalah :
a. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama terhadap hal-hal
yang menyangkut bagiannya.
b. Mengkoordinir, memimpin dan mengarahkan segala kegiatan bagian-bagian
yang dibawahinya.
4.4.4. Staff Ahli
Staff Ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu Direktur, baik
yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staff Ahli bertanggung jawab
kepada Direktur Utama sesuai dengan bidangnya.
4.4.5. Kepala Bagian
Tugas dan wewenang Kepala Bagian :
a. Mengatur, mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas
seksi yang dibawahinya.
b. Memberi saran dan pertimbangan berkaitan dengan tugasnya.
c. Memberi laporan dan pertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh
Direktur diatasnya.
Kepala Bagian (Kabag) terdiri dari :
1. Kabag Teknik
Kabag Teknik membawahi Seksi Pemiliharaan dan Seksi Instrumentasi dan
Laboratorium.
2. Kabag Produksi
Kabag Produksi membawahi Seksi Proses dan Seksi Utilitas.
3. Kabag Keuangan
Kabag Keuangan membawahi Seksi Administrasi dan Seksi Kas.
13
4. Kabag Pemasaran
Kabag Pemasaran membawahi Seksi Pembelian dan Seksi Pemasaran.
5. Kabag Umum
Kabag Umum membawahi Seksi Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja
dan Seksi Transportasi dan Gudang.
6. Kabag Kepegawaian
Kabag Kepegawaian membawahi Seksi Personalia dan Seksi Humas.
4.4.6. Kepala Seksi
Tugas dan wewenang Kepala Seksi (Kasie) adalah :
a. Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian atas semua kelancaran kerja.
b. Menciptakan suasana kerja yang baik dan menjamin keselamatan karyawan
serta mengajukan saran-saran kepada Kepala Bagian.
c. Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kelengkapan barang-barang dan
peralatan kerja.
d. Membuat laporan berkala kepada Kepala Bagian.
4.4.7. Karyawan/Operator
Karyawan/operator merupakan pekerja yang langsung menangani unit-unit
tertentu. Tugas karyawan/operator adalah :
a. Melakukan tugas operasional sesuai bidangnya masing-masing.
b. Malakukan recana kerja yang diinstruksikan oleh atasan.
c. Bertanggung jawab atas semua operasional di lapangan.
4.5. Sistem Kerja
Pengaturan waktu kerja karyawan disesuaikan menurut kegiatan perusahaan. Pabrik
beroperasi selama 300 hari per tahun dan bekerja secara kontinu selama 24 jam per
hari, sedangkan sisa waktu setiap tahunnya akan digunakan untuk shut down,
pemeliharaan dan perbaikan pabrik. Waktu kerja karyawan diatur dengan sistem shift
dan non-shift.
a. Karyawan shift
Karyawan shift adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi, misalnya karyawan unit proses, unit utilitas, laboratorium, keamanan, listrik
14
dan lainnya. Karyawan bekerja bergiliran selama delapan jam tiap hari, jadi dalam satu
hari dibagi tiga waktu shift. Pada hari minggu dan hari libur, karyawan shift tetap bekerja
seperti biasa. Karyawan shift diberi libur setelah tiga hari kerja. Waktu kerja karyawan
shift adalah :
Shift I : Pukul 07.00 – 15.00
Shift II : Pukul 15.00 – 23.00
Shift III : Pukul 23.00 – 07.00
Untuk melayani tiga shift pabrik, dibentuk empat regu kerja yang diatur sebagaimana
pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Jadwal Kerja Karyawan Shift
ReguHari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
A III III - I I II II
B II II I I III III -
C I I III III - II II
D - III III I I II II
Keterangan : I = Shift I ; II = Shift II ; III = Shift III
b. Karyawan non-shift
Karyawan non-shift adalah karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi, misalnya bagian perkantoran, administrasi, bengkel dan lain-lain.
Waktu kerja karyawan non-shift adalah :
Hari Senin s/d Kamis : Pukul 07.00 – 12.00
: Pukul 13.00 – 16.00
Hari jumat : Pukul 07.00 – 11.00
: Pukul 13.00 – 16.00
Hari Sabtu dan Minggu : Libur
4.6. Jumlah Karyawan
15
Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan/pabrik, dibutuhkan beberapa
pejabat dan sejumlah karyawan untuk mengisi struktur organisasi. Jumlah karyawan
pabrik methionine selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2a. Perincian Jumlah Karyawan shift
Karyawan shift
No Jabatan Jumlah Pendidikan
1 Karyawan Proses 100 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia
2 Karyawan Labor 20 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Kimia
3 Karyawan Bengkel 15 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Mesin
4 Karyawan Utilitas 20 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Lingkungan
5 Karyawan Limbah 10 Sarjana dan Diploma Teknik Lingkungan/ Industri
6 Karyawan Gudang 10 Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Lingkungan
Total 175
Tabel 4.2b. Perincian Jumlah Karyawan non-shift
16
Karyawan non- shift
No Jabatan Jumlah Pendidikan
1 Direktur Teknik dan Produksi 1 Sarjana Teknik Kimia/ Industri
2Direktur Umum/Kepegawaian,
Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran
3Sarjana Teknik Kimia/ Manajemen/ Ekonomi
3 Staf Ahli 5
Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen
4 Kepala Bagian 6 Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen
5 Kepala Seksi 10 Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Mesin/ Elektro
6 Dokter 1 Sarjana Kedokteran
7 Perawat 3 Sarjana/ Diploma Keperawatan
8 Karyawan Pembelian/ Pemasaran 10 Diploma Manajemen/ Ekonomi
9 Karyawan Administrasi/ Kas 15 Diploma Manajemen/ Ekonomi
10 Karyawan Personalia 5 Sarjana/ Diploma komunikasi
11 Karyawan Humas 5Sarjana/ Diploma
Komunikasi/ Hubungan Internasional
13 Kepala Keamanan 1 D3/ SMA/ sederajat
14 Supir 10 SMA/ sederajat
15 Office Boy 10 SMP/ sederajat
Total jumlah karyawan 85
4.7. Sistem Penggajian Karyawan
17
Gaji karyawan disesuaikan dengan jabatan dalam struktur organisasi seperti
pada Tabel 4.3. Gaji yang diberikan pada karyawan berupa gaji pokok dan tunjangan
jabatan. Sistem penggajian dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Gaji Bulanan
Diberikan kepada karyawan tetap, besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan.
2. Gaji Harian
Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap.
3. Gaji Lembur
Gaji ini diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja. Gaji lembur
karyawan ini sebesar Rp 300.000,- / delapan jam.
Tabel 4.3. Penggolongan Gaji Menurut Jabatan
Jabatan Jumlah Gaji (Rp) Gaji /bulan
Direktur Utama 1 Rp 30.000.000 Rp 30.000.000
Direktur Teknik dan Produksi 1 Rp 25.000.000 Rp 25.000.000
Direktur Umum/Kepegawaian, Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran
3 Rp 20.000.000 Rp 60.000.000
Staf Ahli 5 Rp 15.000.000 Rp 75.000.000
Kepala Bagian 6 Rp 15.000.000 Rp 90.000.000
Kepala Seksi 10 Rp 10.000.000 Rp 100.000.000
Dokter 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Perawat 3 Rp 3.500.000 Rp 10.500.000
Karyawan Pembelian/ Pemasaran 10 Rp 3.000.000 Rp 30.000.000
Karyawan Administrasi/ Kas 15 Rp 3.000.000 Rp 45.000.000
Karyawan Personalia 5 Rp 3.000.000 Rp 15.000.000
Karyawan Humas 5 Rp 3.000.000 Rp 15.000.000
Kepala Keamanan 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Jabatan jumlah Gaji (Rp) Gaji /bulan
Supir 10 Rp 1.500.000 Rp 15.000.000
18
Office Boy 10 Rp 1.000.000 Rp 10.000.000
Total 86 Rp 527.500.000
4.8. Kesejahteraan Karyawan
Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dari setiap karyawan, kesejahteraan
karyawan dan keluarganya harus diperhatikan. Beberapa fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada karyawan adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas Kesehatan
Perusahaan membangun sebuah klinik yang berada di area pabrik. Klinik tersebut
berfungsi sebagai pertolonganan pertama kepada karyawan selama jam kerja. Untuk
menangani kecelakaan berat, baik itu kecelakaan akibat kerja atupun bukan yang
menimpa karyawan maupun keluarganya, perusahaan menunjuk dokter umum untuk
menanganinya. Selain itu perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit.
Bagi karyawan yang menderita sakit akibat kecelakaan kerja biaya pengobatan akan
ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan
biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang tidak disebabkan karena
kecelakaan kerja diatur berdasarkan kebijaksanaan perusahaan.
2. Fasilitas Asuransi
Fasilitas asuransi diberikan untuk memberikan jaminan sosial dan memberikan
perlindungan pada karyawan terhadap hal-hal yang tidak dinginkan. Program ini dikenal
dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
3. Fasiitas Transportasi
Perusahaan memberikan fasilitas transportasi berupa mobil beserta supir untuk
kegiatan operasional bagi beberapa karyawan sesuai dengan jabatannya.
4. Fasilitas Koperasi
Koperasi karyawan didirikan sebagai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari karyawan.
19
5. Fasilitas Kantin
Kantin disediakan untuk memenuhi kebutuhan makan bagi para karyawan.
6. Fasilitas Peribadatan dan Ruang Serbaguna
Perusahaan menyediakan tempat peribadatan dan ruang serbaguna di sekitar area
pabrik.
7. Fasilitas Penunjang Lain
Perusahaan memeberikan tunjangan-tunjangan lain berupa:
Tunjangan hari raya (THR) bagi semua karyawan
Bonus bagi produksi yang melebihi target yang ditetapkan
Tunjangan kematian, yang diberikan kepada karyawan yang meninggal dunia
baik karena kecelakaan waktu bekerja maupun di luar pekerjaan yang
berhubungan dengan pabrik
Tunjangan hari tua yang dibayar sekaligus
Tunjangan perjalanan dinas
8. Peralatan Safety
Untuk menjaga keselamatan kerja karyawan di pabrik, diberikan peralatan safety
shoes, safety helmet, masker dan alat-alat safety yang lain.
9. Fasilitas Cuti
Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan, oleh karena itu perusahaan memberikan waktu
cuti untuk karyawannya berupa:
Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 14 hari kerja dalam 1
tahun
Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan
keterangan dokter.
20
BAB V
ANALISIS EKONOMI
5.1. Pendekatan dan Asumsi – Asumsi yang Digunakan
Pendekatan dan asumsi – asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi
pabrik Methionine adalah sebagai berikut :
1. Umur ekonomi pabrik 20 tahun
2. Masa konstruksi pabrik adalah 3 tahun dengan modal 60% pada tahun pertama dan
40% pada tahun kedua
3. Modal terdiri dari 60% pemegang saham dan 40 % pinjaman bank
4. Kapasitas produksi pabrik direncanakan sebesar 50% pada tahun pertama produksi,
80% pada tahun kedua produksi dan 90% pada tahun ketiga produksi 100 % dan
seterusnya.
5. Depresiasi dihitung dari tahun pertama produksi dengan metode garis lurus. Asumsi
yang digunakan adalah nilai sisa pabrik sama dengan nol
6. Pajak pendapatan sebesar 40% per tahun
7. Suku bunga pinjaman sebesar 15% per tahun
5.2 Variabel – Variabel Analisis Ekonomi
5.2.1 Break Even Point
CTPI = Rp 80.156.638.642,07
FC = Rp. 85.166.428.557,20
P = harga methionine per kg = Rp 50.000
V = variable cost per kg = Rp 153.459.682,78
K = Kapasitas pertahun = 2700000 kg/tahun
Total produksi maksimal = 2700000 kg/tahun + 10 % x 2700000 kg/tahun
= 29700000 kg/tahun
% Production rate = K / Total produksi maximal = 29700000 / 2700000
= 0,91 = 91 %
Nilai BEP terhadap kapasitas normal = 48,9 %
21
5.2.2 IRR (Internal Rate of Return)
Internal Rate of Return atau IRR merupakan kriteria yang banyak digunakan sebagai
dasar untuk menganalisa kelayakan pabrik dari aspek ekonomi pada umumnya. Untuk
menghitung nilai IRR digunakan rumus present worth dan dicari hingga nilai present
worth sama dengan nol (0).
PWnet = PW inflow – PW outflow
Nilai IRR untuk pabrik ini didapat dari hasil trial diperoleh nilai IRR sebesar 11,89 %.
5.2.3 NPV (Net Present Value)
Nilai Bersih Sekarang adalah besarnya nilai aliran kas pabrik yang dikonversikan pada
waktu sekarang. Diharapkan besarnya nilai NPV > 0 sehingga investasi memberikan
keuntungan. Jika besarnya nilai NPV < 0, proyek yang diinvestasikan tersebut mengalami
kerugian. Mengubah dari nilai future ke nilai present menggunakan rumus
NPV = ∑n−1
n−TCFn¿¿ ¿ . TCI
Nilai NPV yang didapat selama pabrik ini berjalan 20 tahun adalah Rp 24.735.554.002.
5.2.4 PBP (Pay Back Period)
Pay Back Period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali
pengeluaran yang ditanamkan pada investasi awal pendirian pabrik. Sedangkan nilai FCI
dari perhitungan sebelumnya adalah Rp. 85.166.428.557.
PBP = Annual cash flowaverage
FCI
dari perhitungan didapat PBP adalah 6,5 tahun.
5.2.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan keadaan tidak stabil yang dialami oleh pabrik. Perubahan
itu adalah penurunan harga jual, penurunan kapasitas penjualan, kenaikan biaya
operasional secara keseluruhan.
5.2.5.1 Penurunan Harga Jual
22
Analisis sensitivitas ini dilakukan terhadap penurunan tingkat harga penjualan
dari produk methionine. Efek penurunan harga penjualan produk terhadap nilai NPV
adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah. Begitu
juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat pengembaliannya
akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang semakin lama dalam
pengembalian modalnya. Karena persen deviasinya cukup rendah, hanya sekitar 5%. Hal
ini dikarenakan penentuan harga jual methionine yang cukup rendah untuk bisa
bersaing.
5.2.5.2 Penurunan Kapasitas Penjualan
Sama halnya dengan penurunan harga jual, efek penurunan kapasitas penjualan produk
terhadap nilai NPV adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan
semakin rendah. Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya
tingkat pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period
yang semakin lama dalam pengembalian modalnya. Pabrik ini dikatakan kurang viable
karena mudah goyah dengan adanya perubahan harga jual dengan persen deviasinya
hanya sekitar 5 %,10 %, dan 15 %.
5.2.5.3 Kenaikan Biaya Operasional Secara Keseluruhan
Adanya peningkatan dalam biaya operasional dapat memberikan efek terhadap nilai
NPV, yaitu semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah.
Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat
pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang
semakin lama dalam pengembalian modalnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Baasel, William D., 1976, Preliminary Chemical Engineering Plant Design, American
Elsevier Publushing Co., Inc., USA
Badan Pusat Statistik, 2005, Data impor dan ekspor methionine, http://www.bps.go.id
(diakses 2 oktober 2011)
Capricorn Indonesia Consult, Juli 2011, Laporan Bisnis. Indochemical: Jakarta.
Indonesian Commercial Newsletter, 2008, Perkembangan Industri Pakan Ternak di
Indonesia, ICN: Jakarta.
Otmer, Kirk, (1998), Encyclopedia of Chemical Technology vol 19, Jhon Willey & Son, Inc.
New York.
Perry, R.H., Green, D.W. and Maloney, J.O., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,
Mc Graw Hill Book Co., Inc., Singapore.
Peter, M.S. and Timmerhaus, K.D., 1991, Plant Design and Economics for Engineers, 3th
ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.
Peter, M.S., Timmerhaus, K.D. and West, R.E., 2003, Plant Design and Economics for
Engineers, 5th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.
Wallas, S.N, 1990, Chemical Process Equipment, Butterworths-Heinemann.Inc, London.
24
top related