bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab4/2007-2-00333-mn_bab...
Post on 16-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
60
BAB 4
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden
PT Joey Sasmita Lencana didirikan berdasar akte notaris Sri Ambarwati SH , No. 1
tanggal 13 Juli 2000. Akte pendirian disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
No. C -342.HT01.01. TH.2001, tanggal 15 Januari 2001. Perusahaan berdomisili di Komplek
Multiguna, Jl. M.H. Thamrin Km.7 Blok C 8–9 Serpong, Tangerang 15310. PT. Joey Sasmita
Lencana bergerak dalam bidang desain, manufaktur, dan pemasaran garmen melalui
department store dan toko ritel yang dimiliki sendiri.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan memiliki visi yakni “ Untuk menjadi
retailer produk garment dengan market share yang terbesar di Indonesia”. Sedang
ketika ditanya mengenai misi, perusahaan menjawab bahwa saat ini perusahaan baru
memiliki sebuah misi jangka pendek, yakni untuk meningkatkan market share perusahaan
sebanyak 20 sampai dengan 30 persen dalam jangka waktu tiga tahun kedepan. Sebenarnya
selain misi yang bersifat jangka pendek, perusahaan juga memiliki misi jangka panjang
namun perusahaan belum berkenan memberitahukannya dalam kesempatan ini.
Pada tahun 2000 perusahaan memperoleh lisensi untuk mempergunakan karakter
Popeye dari King Features Syndicate – TM Hearst Holding Inc. Lalu pada bulan Oktober
2002, perusahaan menandatangani perjanjian lisensi dengan Twentieth Century Fox
Licensing and Merchandising dimana perusahaan memperoleh hak untuk melakukan kegiatan
manufaktur, penjualan, dan pendistribusian pakaian, alas kaki, dan tas menggunakan “The
Simpsons Character”. Di awal tahun 2003, PT Diaskita Indocitra yang merupakan partner
61
dalam melakukan kegiatan manufaktur dan penjualan produk “COOL” dari tahun 1992, telah
melakukan merger ke dalam perusahaan melalui akuisisi aset mereka.
Asean Free Trade Area (AFTA) menjadi isue tersendiri bagi pihak perusahaan. Bagi
perusahaan adanya AFTA akan memperketat persaingan sekaligus menciptakan peluang
pasar yang baru. Persaingan yang semakin ketat akan menjadi ancaman bagi posisi
perusahaan di pasar apabila tidak ditangani dengan baik. Untuk dapat tetap bersaing dan
meraih kesempatan yang ada, perusahaan senantiasa mengembangkan produk dengan
desain dan konsep yang menarik serta, keduanya itu dilakukan secara konsisten dan
bertumpu pada kualitas terbaik. Bagaimana mengolah marketing mix (product, price, place,
and promotion) yang tepat untuk pasarnya juga menjadi salah satu usaha JSL untuk dapat
menjadi lebih kompetitif dalam pasar dalam negeri.
4.1.1 Produk PT.Joey Sasmita Lencana
Produk yang dihasilkan oleh PT Joey Sasmita Lencana dipasarkan untuk segmen anak-
anak dari usia balita sampai 14 tahun. Kapasitas produksi perusahaan mencapai 17.500 lusin
per bulan yang mencakup semua lini produk. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan
disalurkan ke konsumen melalui dua tipe saluran distribusi yakni distribusi langsung dengan
membuka toko sendiri, dan distribusi tidak langsung melalui jaringan departement store baik
dalam negeri maupun luar negeri.
Bauran produk tersebut diproduksi dengan proporsi lima puluh persen (50%) untuk
produk anak laki-laki, dan lima puluh persen lagi diperuntukkan bagi anak perempuan.
Perusahaan sendiri saat ini memasarkan produknya dengan 4 macam merek yang berbeda
yakni : “COOL” (merek yang menjadi bahasan dalam penelitian ini), “POPEYES”, “BART
SIMPSON”, dan “BABY GARFIELD”. Lini produk yang dihasilkan perusahaan dengan merek
“COOL” dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.
62
“COOL” Kids
Apparels Shoes Chaps and Hats Other Accessories
Gambar 4.1 Lini Produk “COOL”
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
63
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
64
4.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis lingkungan diluar perusahaan yang
secara langsung berdampak pada produktifitas serta kinerja perusahaan. Analisis ini juga
dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi baik kekuatan serta kelemahan
yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan eksternal terbagi menjadi dua bagian yakni
lingkungan makro seperti ekonomi, teknologi, sosial budaya dan politik, sedangkan
lingkungan mikro membahas lima kekuatan yang mempengaruhi perusahaan dalam
industri.
4.2.1 Lingkungan Makro
a. Ekonomi
Berbicara mengenai keadaan ekonomi, perusahaan saat ini sedang merasakan
dampak dari perekonomian Indonesia yang belum stabil, terlebih setelah terjadi
kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir tahun 2005. Naiknya harga BBM
membuat harga-harga barang kebutuhan secara umum mengalami kenaikkan, hal ini
secara tidak langsung mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.
Saat terjadinya inflasi konsumen cenderung untuk mengurangi pembelian produk-produk
yang bukan merupakan kebutuhan pokok, akibatnya produk-produk perusahaan yang
umumnya merupakan produk belanja menjadi hal yang kurang di prioritaskan.
Selain mempengaruhi keputusan pembelian, keadaan perekonomian Indonesia yang
fluktuatif juga membuat biaya operasional perusahaan ikut mengalami peningkatan,
akibatnya perusahaan harus menerapkan efisiensi dalam beroperasi, serta
mempergunakan strategi harga yang tepat untuk bisa tetap memperoleh keuntungan.
Keadaan perekonomian yang kurang baik mempengaruhi juga nilai tukar rupiah, dan
melemahnya nilai tukar rupiah akan berpengaruh pada meningkatnya biaya pembelian
65
bahan baku produksi yang sebagian masih mengandalkan produk import demi alasan
kualitas.
b. Teknologi
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi yang berkembang saat ini amat berperan
dalam membantu aktivitas perusahaan, terlebih dalam hal pencapaian efektifitas dan
efisiensi operasi. Perkembangan teknologi yang dirasa besar manfaatnya bagi
perusahaan antara lain adalah, perkembangan dalam bidang Teknologi Informasi (TI)
dan juga perkembangan teknologi di industri (terutama dalam hal produksi). Teknologi
yang berkembang saat ini dapat dijadikan perusahaan sebagai peluang untuk memiliki
keunggulan bersaing dalam industri, namun perusahaan juga menyadari bahwa
penerapan teknologi yang tidak tepat dapat menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan
yang akhirnya dapat dimanfaatkan pesaing untuk bisa mengungguli perusahaan.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya amat mempengaruhi perusahaan dalam menciptakan dan
mendistribusikan produk ke pasar. Produk yang dihasilkan perusahaan dipasarkan di
beberapa wilayah yang memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara sosial maupun
budaya, hal ini menuntut perusahaan untuk bisa menciptakan serta mendistribusikan
produk yang dapat diterima baik oleh masyarakat setempat.
Untuk pemilihan model rancangan, ada rancangan yang dapat diterima dengan baik
dalam suatu masyarakat tertentu karena sedang trend dan digandrungi oleh pasar luar
negeri, namun pada kondisi masyarakat lainnya model tersebut kurang disenangi karena
dianggap kurang sopan dan terlalu kebarat-baratan. Dalam pemilihan warna produk pun,
perusahaan mengakui harus memperhatikan preferensi dari masyarakat setempat,
66
karena untuk warna hijau misalnya kurang diminati oleh pasar Singapura, sedang di
Indonesia warna hijau cukup diminati.
d. Politik
Membahas politik, berarti kita membahas tentang kebijakan atau policy dari
pemerintahan yang saat ini sedang berkuasa. Bergantinya kepemimpinan pemerintahan
dalam suatu negara, turut mempengaruhi kebijakan yang berlaku, termasuk kebijakan
dalam bidang industri yang ada. Politik juga akan mempengaruhi produktifitas
perusahaan manakala kebijakan politik yang dibuat kurang populer, serta terjadi konflik
dalam dunia politik. Kebijakan serta konflik politik secara langsung akan mempengaruhi
pereknomian, dan perekonomian secara langsung akan mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
4.2.2 Lingkungan Mikro
a. Ancaman Pendatang Baru
Kendala modal merupakan kendala utama dalam memasuki industri ini, modal yang
cukup besar dibutuhkan pengusaha untuk membeli peralatan produksi dan untuk
melakukan kegiatan seputar distribusi produk. Modal awal dan tersedianya saluran
distribusi memang merupakan prasyarat utama memasuki industri ini, namun saat ini
keduanya juga tidak akan menjamin keberhasilan usaha bila tidak didukung oleh faktor
kualitas dan inovasi produk. Margin akan bisnis ritel garmen dan aksesoris memiliki
margin yang cukup tinggi, untuk itu industri ini akan tetap menarik masuknya pesaing,
terutama mengingat besarnya potensi pasar Indonesia.
67
b. Posisi Tawar Menawar Pemasok
Sebagian produk yang dipasarkan oleh perusahaan merupakan produksi dari para
pemasok. Posisi tawar menawar perusahaan dapat dikatakan cukup kuat mengingat
kuantitas pemesanan perusahaan yang cukup tinggi, sehingga tidak sedikit pemasok
yang mengkhususkan diri memproduksi produk pesanan perusahaan. Untuk bahan baku
produksi perusahaan juga melakukan pembelian bahan baku pada perusahaan lain,
namun karena jumlah pemasok yang tersedia di pasar cukup memadai, maka posisi
tawar-menawar perusahaan pun relatif cukup kuat.
c. Posisi Tawar Menawar Pembeli
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan produk yang selalu mengikuti
perkembangan trend, dan juga selalu diikuti oleh kualitas yang terjaga. Selain dari sisi
produk, wilayah distribusi produk tersebar secara geografis sehingga memudahkan untuk
konsumen mendapatkan produk perusahaan. Ditinjau dari sisi produk dan distribusi
dapat dikatakan perusahaan telah memiliki posisi tawar-menawar yang sudah cukup baik
dengan pembeli, terlebih untuk pembeli yang secara geografis belum dapat dijangkau
oleh produk pesaing.
d. Produk Substitusi
Produk pengganti akan menjadi ancaman bagi produk yang dihasilkan oleh tiap
perusahaan yang ada. Apabila suatu produk memiliki suatu karakteristik tersendiri, maka
akan sulit bagi produk lainnya untuk menggantikan produk tersebut. Produk yang
dihasilkan PT. Joey Sasmita Lencana merupakan produk garmen ,maka dari itu saat ini
belum tersedia produk substitusi untuk produk garmen yang dihasilkan perusahaan.
68
e. Persaingan Dalam Industri
Persaingan dalam industri ritel produk garmen dan aksesoris di Indonesia sudah
cukup demikian ketat, bahkan perusahaan saat ini juga harus bisa bersaing dengan
kompetitor dari luar negeri. Persaingan dalam negeri sendiri amat mengerikan untuk
produk ritel, berbagai bentuk promosi dipergunakan untuk saling menjatuhkan pesaing
demi meningkatkan penjualan. Namun dengan pemilihan segmen yang baik, dimana
kompetitor kuat terbilang sedikit atau bahkan tidak ada, perusahaan akan mendapat
posisi bersaing yang cukup kuat. Pemilihan segmen yang tepat itulah yang menjadi
kekuatan bersaing dari PT. Joey Sasmita Lencana, sehingga walaupun persaingan tetap
ada, intensitasnya tidak akan terlalu besar dibanding segmen ritel yang telah dimasuki
beberapa kompetitor yang relatif kuat.
4.3 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan apa sajakah yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan analisis
lingkungan internal perusahaan dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi strength
(kekuatan) serta weakness (kelemahan) yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan
mengetahui lingkungan eksternal perusahaan diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan kekuatannya serta memperkecil kelemahan yang dimiliki , sehingga dapat
berkinerja dengan lebih baik lagi. Analisis lingkungan internal terdiri dari analisis
pemasaran, penjualan, sumber daya keuangan , dan sumber daya manusia.
a. Pemasaran
Dalam memasarkan produknya, perusahaan belum memiliki strategi pemasaran yang
spesifik. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan selalu disesuaikan dengan minat
69
pasar dan kualitas produk selalu diperhatikan dengan sistem quality check yang ketat.
Untuk harga produk, perusahaan memiliki suatu kisaran harga tersendiri yang
mencerminkan segmentasi produk mereka di pasar. Harga yang ditawarkan memiliki
kisaran yang disesuaikan dengan segmen perusahaan yang tidak ingin memasuki
segmen high end , tetapi juga tidak memasuki segmen low end.
Kegiatan pendistribusian produk dilakukan perusahaan dengan seksama, tujuan
utama dari saluran distribusi perusahaan adalah bagaimana untuk bisa mendapatkan
pangsa pasar seluas mungkin, karena alasan itu pulalah perluasan geografis dalam
distribusi dilakukan perusahaan secara gencar. Untuk promosi, perusahaan tampaknya
lebih tertarik untuk mengandalkan promosi below the line dimana pemanfaatan media
iklan untuk sarana promosi tidak terlalu gencar dilakukan perusahaan. Alasan berpromosi
tersebut terkait dengan brand awareness produk perusahaan yang sudah cukup baik,
sehingga berpromosi di media iklan dilakukan hanya seperlunya.
b. Penjualan
Kondisi penjualan PT. Joey Sasmita Lencana dapat dilihat pada Tabel 4.1 Data
penjualan diambil dari periode tahun 2004 dan 2005. Data penjualan disajikan didalam
bentuk penjualan per unit karena alasan kerahasiaan perusahaan. Penjualan untuk
produk dengan merek “ COOL” dan dibagi menjadi empat lini yakni apparel (pakaian),
shoes (sepatu), chaps and hat (penutup kepala), dan other accesories (aksesoris lainnya
seperti tas, ikat pinggang, suspender, kaca mata hitam, ikat kepala , dan lainnya) .
70
71
c. Sumber Daya Keuangan
PT. Joey Sasmita Lencana tidak melakukan penjualan saham untuk memperoleh
modal sebagai tambahan dalam melakukan usahanya. Perusahaan merupakan milik
perseorangan yang sebagian besar modalnya dibiayai sendiri oleh pemilik. Untuk
melakukan pengembangan usaha perusahaan mengakui mendapatkan tambahan modal
dengan bekerjasama dengan bank swasta yang ada di Indonesia dalam bentuk pinjaman
kredit. Namun perusahaan mengemukakan bahwa sumber keuangan utamanya berasal
dari pendapatan harian yang didapatkan dari toko ritel milik perusahaan, pendapatan
dari toko dapat mencapai 30% dari total pendapatan perusahaan. Untuk counter yang
berada di departement store, pendapatan dapat diperoleh dengan sistem tempo,
sehingga tidak dapat diambil dan dipergunakan seketika perusahaan membutuhkan
dana.
d. Sumber Daya Manusia
PT. Joey Sasmita Lencana mempekerjakan kurang lebih 1277 karyawan, sejumlah
140 karyawan terdapat di kantor pusat, sedangkan sisanya yang merupakan bagian
penjualan (sales force) tersebar merata baik di counter maupun pada toko milik
perusahaan. Kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang paling dipedulikan oleh
pihak manajemen perusahaan, karena dengan SDM yang berkualitas dan berkompeten,
perusahaan dapat bersaing dan semakin berkembang.
Tabel 4.2 Rincian Karyawan PT. Joey Sasmita Lencana
No. Keterangan Jumlah Karyawan
1 Finance Department 16
2 Sales Department 32
72
3 Distribution Department 11
4 Accounting 8
5 Sales Adm 10
6 Production Department 20
7 Inventory Department 29
8 Sales Promotion 1137
9 Marketing 11
10 Visual and Layout Department 3
Total 1277
Sumber: PT.Joey Sasmita Lencana
4.4 Tahap Pengumpulan Data
4.4.1 Rekapitulasi Faktor Kekuatan Pada PT.Joey Sasmita Lencana
Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner dengan perusahaan, maka diketahui
faktor-faktor internal dan juga eksternal perusahaan. Berikut ini hasil rekapitulasi faktor
internal perusahaan yang dikategorikan sebagai kekuatan PT.Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Faktor Kekuatan Perusahaan
No. Faktor Kekuatan Perusahaan
1 Jaringan distribusi yang luas
2 Brand Awareness
3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan
4 Hubungan baik dengan pemasok
5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
73
1. Jaringan distribusi yang luas
Distribusi produk ke konsumen dilakukan dengan dua cara, yakni distribusi melalui
toko ritel sendiri dan distribusi melalui jaringan department store yang telah tersedia.
Untuk toko ritel ,saat ini perusahaan telah memiliki tujuh puluh toko yang tersebar di 8
propinsi Indonesia, dan tiga toko terdapat di Malaysia (antara lain di wilayah Johor Baru,
dan Time Square). Untuk department store , perusahaan saat ini telah memiliki 521
counter yang tersebar di beberapa department strore baik dalam maupun luar negeri.
Kerjasama dengan departement store di Indonesia telah dilakukan perusahaan dengan
PT. Matahari Putra Prima Tbk (Matahari), PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
(Ramayana), PT. Panen Lestari Internusa (SOGO), PT. Metro Retailmart (Metro
Dept.Store), CENTRO Dept.Store, dan lainnya. Kerjasama distribusi juga dilakukan
dengan department store yang berada di luar Indonesia seperti di Singapura dan Filipina.
Distribusi diluar wilayah Indonesia dilakukan sebagai usaha memperluas pasar dan juga
sebagai sarana untuk meningkatkan brand image produk.
Tabel 4.4 Saluran Distribusi Di Indonesia
Area Geografis Counter Toko Ritel Jakarta 219 31 Jawa Barat 62 8 Jawa Tengah 38 5 Jawa Timur 39 13 Bali 28 4 Sumatra 80 9 Kalimantan dan Sulawesi 55
Total 521 70
Sumber: PT Joey Sasmita Lencana
74
2. Brand awareness
Produk PT. Joey Sasmita Lencana dengan merek “COOL” merupakan produk yang
sudah cukup lama diperkenalkan kepada pasar. Semenjak pertama kali diperkenalkan,
perusahaan telah senantiasa mengadakan program-program promosi seperti iklan di
media cetak, kegiatan sponsorship, serta mengadakan acara-acara yang secara
langsung melibatkan konsumen potensial. Seiring berjalannya waktu dan disertai fokus
perusahaan untuk melayani satu segmen saja, maka konsumen pun pada saat ini sudah
cukup baik mengenal merek “COOL”. Untuk menjaga brand awareness yang ada,
perusahaan selalu mengedapankan mutu produk yang berkualitas serta menjalankan
cara promosi yang tepat. Selain itu perusahaan juga beranggapan bahwa dengan
memasuki pasaran luar negeri, diharapkan merek perusahaan dapat ikut terangkat,
sehingga konsumen yang melihatnya pun akan semakin aware akan merek yang
ditawarkan perusahaan.
3. Mempertahankan kualitas dan mengembangkan produk secara berkelanjutan
Untuk menjaga kepercayaan konsumen akan produk dan agar dapat bersaing di
pasar, perusahaan selalu mengedepankan kualitas dari produk serta melakukan
pengembangan produk secara berkelanjutan. Kualitas produk dijaga dengan cara
memasok produk yang hanya berasal dari para pemasok pilihan, dan produk yang
dihasilkan tersebut haruslah melewati proses quality check yang cukup ketat sebelum
diproses atau dipasarkan. Pengembangan produk dilakukan perusahaan dalam hal
desain, bahan baku , serta teknik berproduksi. Setiap bulannya PT. Joey Sasmita
Lencana memasarkan produk dengan desain yang baru di pasaran, dan produk ini pun
selalu divariasikan dengan bahan dan teknik produksi yang bervariasi.
75
4. Hubungan baik dengan pemasok
Pemasok merupakan bagian yang terpenting bagi perusahaan, pemasok bagi
perusahaan berupa pemasok untuk bahan baku produksi, serta pemasok untuk produk-
produk yang hendak dilempar ke pasaran. Sekitar 90 % dari total produk yang dihasilkan
perusahaan dihasilkan oleh perusahaan lain, maka tidak mengherankan hubungan baik
dengan para pemasok menjadi hal yang penting bagi perusahaan. Pemasok amat
berperan dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan, serta ketepatan dalam
pengiriman produk ke pasar, dengan membina hubungan baik dengan pemasok,
kualitas produk serta jadwal pengiriman produk dapat terjaga dengan baik. Bagi
perusahaan pemasok merupakan “mitra” jadi semakin kemitraan dengan pemasok
berjalan dengan baik , maka seiring itu pula perusahaan memberikan penghargaan lebih
kepada pemasoknya dengan menambah pesanan, atau mempercepat proses
pembayaran.
5. Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya
Karyawan yang berkompeten merupakan karyawan yang memiliki pengetahuan serta
keterampilan yang baik, dan tentunya mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
perusahaan dengan memuaskan. Untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten
maka perusahaan telah memiliki suatu sistem perekrutan dan pelatihan yang baik. Untuk
perekrutan, perusahaan menetapkan standar tinggi bagi calon karyawannya , terutama
menyangkut karyawan bagian penjualan. Karyawan bagian penjualan melalui dua
tahapan seleksi, yakni perekrutan oleh kantor pusat dan screening yang dilakukan oleh
supervisor masing-masing wilayah penjualan (toko).
Untuk karyawan yang menjadi kekuatan penjualan , yakni yang berhadapan
langsung dengan konsumen, perusahaan juga memberikan training secara rutin untuk
meningkatkan produktifitas karyawan. Untuk tenaga penjualan PT. Joey Sasmita Lencana
76
memberikan pelatihan pada karyawannya 2 kali dalam satu bulan, dan sebagai
tambahan setiap akhir minggu karyawan selalu diberikan arahan untuk selalu bisa
perform dengan baik dan maksimal.
Alasan perusahaan memperhatikan pelatihan bagi karyawannya juga amat terkait
dengan program pemasaran yang dijalankan perusahaan. Sebelum pelatihan diadakan,
seringkali karyawan di lapangan (tenaga penjual) tidak mengetahui program pemasaran
yang sedang berlangsung. Lack of knowledge dari tenaga penjual ini seringkali membuat
program pemasaran tidak berjalan dengan efektif, terlebih ketika sudah berkaitan
dengan konsumen. Dengan adanya pelatihan yang rutin, diharapkan karyawan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai program pemasaran yang diadakan manajemen dan
kemudian karyawan mampu menyampaikan program tersebut kepada konsumen,
sehingga program pemasaran yang dibuat perusahaan dapat mengenai sasaran.
4.4.2 Rekapitulasi Faktor Kelemahan Pada PT. Joey Sasmita Lencana
Berikut ini adalah rekapitulasi faktor internal perusahaan yang dikategorikan sebagai
kelemahan oleh PT. Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Faktor Kelemahan Perusahaan
No. Faktor Kelemahan Perusahaan
1 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi
2 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi
3 Keterlambatan pengiriman produk
4 Kegiatan promosi yang kurang
5 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
77
1. Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi
Perusahaan memiliki banyak sekali aktifitas dari mulai proses produksi sampai
kepada proses pendistribusian barang, keseluruhan proses tersebut membutuhkan suatu
sistem yang memungkinkan perusahaan untuk bisa mengawasi aktifitasnya secara
keseluruhan. Sistem yang ada saat ini belum terintergrasi, dan ini menyulitkan
pengawasan perusahaan terhadap aktifitas yang mereka lakukan. Misalnya saja saat ini
belum tersedia sistem untuk mencek persediaan yang terintegrasi dengan bagian
produksi dan penjualan, akibatnya aktifitas produksi dan penjualan seringkali terlambat
karena harus menunggu konfirmasi dari bagian persediaan. Begitu pula untuk sistem
yang tersedia di masing-masing outlet yang dimiliki perusahaan, outlet-outlet tersebut
belum dapat diakses secara online oleh kantor pusat, sehingga laporan penjualan harian
tidak dapat langsung diketahui oleh kantor pusat.
Menyadari masalah ini, maka perusahaan saat ini sedang mengembangkan suatu
sistem terintergrasi yang dimulai dari logistic system, transaction processing system,
sampai kepada decission support system. Investasi, itulah yang dikatakan pihak
perusahaan terhadap pengembangan sistem yang sedang mereka garap. Investasi untuk
suatu sistem yang terintegrasi memang tidaklah sedikit, namun dengan sistem tersebut
segala aktifitas perusahaan dapat saling terhubung, dan hal ini kedepannya akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan, serta membuat pengambilan
keputusan oleh pihak manajemen menjadi lebih cepat dan tepat.
2. Munculnya masalah berulang dalam proses produksi
Proses produksi dilakukan baik oleh perusahaan dan juga para pemasoknya. Proses
produksi yang berlangsung menyangkut masalah pendesainan produk, pembuatan pola,
pembuatan contoh produksi, pembelian bahan baku, proses produksi, proses packaging,
sampai kepada proses quality check. Dalam proses tersebut seringkali terjadi masalah
78
yang berulang, dan sampai saat ini belum diketemukan solusi yang tepat untuk
menghindari masalah tersebut.
Masalah yang sering muncul yakni berkaitan dengan keterlambatan proses
pengiriman bahan baku, keterlambatan ini lebih dikarenakan para pemasok yang
seringkali kurang siap menghadapi pemesanan misal tidak tersedianya bahan baku yang
diinginkan sampai keterlambatan dalam hal pengantaran pesanan. Masalah juga kerap
kali muncul dalam proses produksi, masalah yang muncul diakibatkan karena tidak
adanya kesesuaian jadwal pengerjaan di bagian produksi. Ketidaksesuaian jadwal ini
membuat adanya proses produksi yang tertunda, dan mengakibatkan terjadinya
kapasitas yang menganggur.
3. Keterlambatan pengiriman produk
Produk seringkali terlambat untuk dikirim, baik dari pemasok ke gudang perusahaan
dan dari gudang ke outlet-outlet penjualan. Keterlambatan proses pengiriman dari
pemasok ke gudang perusahaan sering dikarenakan adanya ketidaksesuaian produk
yang diinginkan perusahaan dengan produk yang diproduksi oleh pemasok atau bagian
produksi, akibatnya proses produksi harus diperpanjang untuk mengatasi masalah
tersebut. Sistem yang belum terintegrasi membuat persediaan di outlet penjualan harus
dikontrol manual dengan baik, kontrol yang kurang teliti dan estimasi persediaan yang
tidak tepat dapat membuat proses pengiriman mengalami keterlambatan.
Proses penyimpanan produk di gudang yang kurang tertata membuat proses
pengriman memakan waktu lebih lama dan hal ini juga seringkali menjadi penyebab
terjadinya keterlambatan pengiriman. Masalah infrastruktur, terutama masalah seputar
transportasi juga terkadang menjadi permasalahan tersendiri yang mengakibatkan
produk dapat terlambat sampai tujuan.
79
4. Kegiatan promosi yang kurang
Kegiatan promosi kurang dilakukan perusahaan dengan gencar. Perusahaan
beranggapan brand awareness dari produknya sudah cukup baik di pasaran akibatnya
kegiatan promosi pun hanya sekedarnya dilakukan perusahaan. Untuk iklan, perusahaan
hanya memasang iklan di satu majalah saja yakni pada majalah Femina, namun
perusahaan tetap menyediakan anggaran untuk berpartisipasi dalam acara-acara yang
melibatkan sponsorship atau keikutsertaan perusahaan. Para pesaing yang semakin
gencar melakukan promosi penjualan secara tidak langsung membuat perusahaan saat
ini mulai untuk melakukan promosi penjualan secara lebih aktif, namun hal ini pun masih
dilakukan perusahaan dalam batas yang masih wajar. Mengingat para pesaing yang
semakin gencar berpromosi, maka perusahaan tampaknya akan mempertimbangkan
untuk berpromosi dengan lebih gencar lagi agar pangsa pasar mereka tidak direbut
pesaing.
5. Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar
Banyak pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum meluncurkan suatu
trend di pasar, dan pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi kelemahan
perusahaan, pertimbangan yang terlalu lama akan membuka jalan bagi pesaing untuk
terlebih dahulu meluncurkan trend di pasar. Menurut perusahaan tidaklah mudah untuk
meluncurkan trend di pasar Indonesia, konsumen Indonesia merupakan konsumen yang
sulit menyukai trend baru yang tidak berasal dari trend yang sudah terkenal sebelumnya,
akibatnya perusahaan harus selalu melihat produk trendsetter yang sebagian besar
berasal dari luar negeri sebelum mendesain produk-produknya. Adanya ketakutan dari
pihak owner juga menjadi kendala dalam meluncurkan trend baru, owner akan sulit
untuk mendukung pemunculan produk dengan trend baru bila belum terbukti disukai
oleh konsumen.
80
Desain produk juga harus diperhatikan perusahaan sebelum menciptakan trend,
konsumen Indonesia juga tidak akan membeli produk yang sedang trend apabila
menurut mereka desainnya kurang sesuai. Misalnya sedang digandrungi tokoh kartun
tertentu, perusahaan tidak bisa hanya menampilkan tokoh tersebut dalam produknya
tanpa memperhatikan desain detail dari produk semisal bahan, warna, pola jahitan, dan
lainnya. Jadi selain trend , produk yang dihasilkan juga harus senantiasa dibuat
berdasarkan preferensi konsumen, dan ini merupakan kesulitan dan pertimbangan
tersendiri yang dihadapi perusahaan dalam menciptakan trend di pasar.
4.4.3 Rekapitulasi Faktor Kesempatan Pada PT. Joey Sasmita Lencana
Berikut ini adalah rekapitulasi faktor eksternal perusahaan yang dikategorikan
sebagai kesempatan oleh PT. Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Faktor Kesempatan Perusahaan
No. Faktor Kesempatan Perusahaan
1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit.
2 Perluasan pasar.
3 Berkembangnya teknologi dalam industri.
4 Trend fashion yang selalu bergulir.
5 Berkembangnya konsep penjualan baru.
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
81
1. Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit
Kompetitor lokal yang menjadi saingan langsung dari PT.Joey Sasmita Lencana saat
ini masih relatif sedikit dan belum menjadi ancaman serius bagi perusahaan. Kompetitor
lokal merupakan kompetitor yang menurut perusahaan patut untuk dicermati, karena
pemahaman pasar mereka cukup baik dibanding dengan kompetitor luar. Minimnya
produk pesaing lokal membuat perusahaan dapat mudah melakukan ekspansi pasar
terlebih dahulu, sehingga ketika para pemain lokal memasuki pasar, maka produk
perusahaan sudah terlebih dahulu menempati posisi strategis dan hal ini merupakan
kesempatan baik bagi perusahaan.
Para pesaing lokal yang menjadi kompetitor perusahaan antara lain JSP (Bandung),
Donita, Contempo, dan Osella. Kompetitor-kompetitor tersebut tidak semuanya
menggunakan merek lokal, sehingga produk perusahaan lebih memiliki nilai tambah
karena tidak perlu memperhatikan perjanjian lisensi dengan pemegang merek utama
yang membatasi ruang gerak serta pendapatan perusahaan. Merek kompetitor lokal yang
sedkit di pasaran juga merupakan kesempatan baik bagi perusahaan untuk semakin
meningkatkan brand awareness produk “COOL” dengan cara melakukan ekspansi pasar,
sehingga ketika merek-merek baru bermunculan , merek perusahaan akan mendapat
keunggulan tersendiri dibanding merek pesaing.
2. Perluasan pasar
Kesempatan untuk memperluas pasar juga terbuka lebar bagi perusahaan. Perluasan
pasar tersebut dapat dilakukan perusahaan secara geografis , maupun secara
segmentasi. Untuk perluasan secara geografis, otonomi daerah di Indonesia membuka
kesempatan investasi yang cukup besar bagi perusahaan untuk menambah saluran
distribusinya, selain itu adanya Asean Free Trade Agreement juga membuka kesempatan
bagi perusahaan untuk melakukan perluasan pasar di negara-negara Asean. Dengan
82
adanya AFTA persyaratan investasi atau memasuki pasaran di negara-negara Asean
menjadi lebih mudah dan ini membuka lebar kesempatan perusahaan untuk ekspansi
pasar ke luar negeri. Selain perluasan pasar secara geografis , perusahaan saati ini
sedang mempertimbangkan untuk melakukan perluasan pasar dengan memasuki
segmen pasar baru, diharapkan penambahan segmen ini dapat semakin memperluas
pasar PT. Joey Sasmita Lencana.
3. Berkembangnya teknologi dalam industri
Perkembangan teknologi juga dapat menjadi suatu kesempatan menarik bagi
perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan meningkatkan produktifitas
perusahaan. Teknologi yang berkembang dalam industri garmen yakni hadirnya mesin-
mesin jahit baru, mesin-mesin jahit ini mampu untuk melakukan teknik penjahitan yang
lebih kompleks, dengan adanya mesin ini produk yang dihasilkan perusahaan akan
semakin sulit untuk disaingi karena akan memiliki detail yang sulit ditiru. Selain mesin
jahit, teknologi juga berkembang di bidang pewarnaan bahan. Saat ini teknologi kimia
yang ada mampu menghasilkan warna-warna pakaian yang lebih bervariatif, dengan
teknologi pewarnaan tersebut maka perusahaan dapat terus menghasilkan produk yang
yang menarik bagi pasar.
Selain berkaitan dengan proses produksi, teknologi industri garmen juga
berkembang di bidang desain. Dahulu sebelum hadirnya software untuk mendesain,
desain harus dilakukan secara manual dan ini memakan cukup banyak waktu ketika
hendak melakukan revisi. Dengan adanya teknologi baru maka desain saat ini dapat
dilakukan dengan komputer, sehingga proses desain dapat dilakukan dengan waktu yang
lebih singkat serta desain yang dihasilkan dapat lebih detail dan presisi.
83
4. Trend fashion yang selalu bergulir
Trend fashion selalu bergulir, dan seakan tidak pernah berhenti. Trend yang selalu
berganti merupakan kesempatan perusahaan untuk secara terus-menerus melakukan
pengembangan dan peluncuran produk baru di pasar. Konsumen akan cenderung
mengikuti trend fashion yang ada, maka daripada itulah hal ini dijadikan kesempatan
bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaaan
konsumen. Produk yang dihasilkan perusahaan merupakan produk yang mengedepankan
sisi fashion dan bukan hanya sisi fungsional dari produk, untuk itulah trend fashion yang
selalu bergulir ini akan terus menciptakan kesempatan bagi perusahaan untuk men-
delivery produk yang selalu up to date kepada pasar sasaran.
5. Berkembangnya konsep penjualan baru
Konsep penjualan baru di bidang ritel mulai bermunculan, konsep penjualan yang
banyak berasal dari luar negeri, saat ini sudah mulai diterapkan peritel di Indonesia.
Konsep penjualan menyangkut desain toko, layout, lingkungan di dalam toko, sampai
kepada pelayanan yang diberikan kepada konsumen, kesemuaannya itu merupakan hal-
hal yang dapat menciptakan pengalaman berbelanja yang menarik bagi konsumen.
Dengan mengadopsi konsep penjualan baru ini perusahaan dapat berkesempatan untuk
meningkatkan kepuasan konsumennya dan tentunya dapat “memancing” konsumen
potensial untuk melakukan transaksi di counter maupun toko perusahaan.
Saat ini perusahaan masih mengandalkan konsep penjualan yang lama, perusahaan
hanya mengadakan perubahan dalam hal desain toko dan bukan dalam hal lingkungan
toko dan pengalaman berbelanja. Konsep penjualan yang baru misalnya konsep butik
dimana layout toko diatur senyaman mungkin, tata letak produk diatur dengan cara yang
variatif, adanya pencahayaan yang menciptakan suasana tertentu, dihadirkannya musik
yang menciptakan feel tertentu, pelayanan yang lebih personal, sampai kepada
84
penghadiran proses pembayaran yang lebih cepat ( kasir yang dilengkapi scanner), dan
memberikan bungkus belanjaan yang menarik. Selain konsep butik, konsep lainnya
adalah konsep yang memadukan butik dengan one stop shooping dimana dalam toko
tersebut mengedepankan kenyamanan dalam butik, namun menghadirkan produk yang
memungkinkan konsumen mendapatkan barang kebutuhannya tanpa harus berganti
toko.
4.4.4 Rekapitulasi Faktor Ancaman Pada PT. Joey Sasmita Lencana
Berikut ini adalah rekapitulasi faktor eksternal perusahaan yang dikategorikan
sebagai ancaman oleh PT. Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Faktor Ancaman Perusahaan
No. Faktor Ancaman Perusahaan
1 Hadirnya pesaing baru.
2 Persaingan promosi yang kurang sehat.
3 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
4 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
5 Daya beli masyarakat Indonesia yang fluktuatif.
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
1. Hadirnya pesaing baru
Masuknya para pemain baru di bisnis yang sama dapat menjadi suatu bentuk
ancaman tersendiri bagi PT. Joey Sasmita Lencana. Umumnya para pesaing yang muncul
merupakan perusahaan-perusahaan dengan merek asing, ada beberapa merek baru
yang berencana akan segera memasuki pasar Indonesia dan mengincar pasar yang sama
85
dengan perusahaan, beberapa merek tersebut antara lain GAP, Pumpkin, dan POLO.
Masuknya para pesaing baru di pasar, membuat perusahaan harus memiliki strategi yang
khusus untuk melindungi pangsa pasarnya dan mempertahankan posisi yang dimiliki
perusahaan saat ini. Bila perusahaan tidak mencermati dan persaingan yang ada , maka
bukannya tidak mungkin posisi perusahaan atau pangsa pasar perusahaan dapat
dikalahkan dan diambil alih oleh pesaing baru.
2. Persaingan promosi yang kurang sehat
Saat ini perusahaan sedang menghadapi ancaman, yakni ancaman yang berasal dari
strategi promosi para pesaing yang kurang sehat. Saat ini dapat kita lihat bersama
bagaimana produk-produk khususnya untuk produk ritel, dimana banyak sekali peritel
yang menawarkan produknya dengan potongan harga atau discount yang besar-
besaran, dan hampir tidak pernah kita lihat peritel yang menjual produknya tanpa embel-
embel discount. Mau tidak mau ini menjadi ancaman serius bagi produk perusahaan,
karena tidak sedikit pula konsumen yang tertarik dengan program promosi pesaing dan
beralih membeli produk pesaing. Untuk menghadapi pesaing , perusahaan juga dengan
terpaksa melakukan strategi yang sama, namun muncul suatu kekhawatiran bahwa
dengan promosi yang demikian kepercayaan konsumen terhapat produk perusahaan
dapat menurun dan bukan tidak mungkin konsumen tidak akan membeli produk
perusahaan jika tidak terdapat potongan harga.
3. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri
Kebijakan pemerintah Indonesia saat ini dirasakan perusahaan kurang mendukung
berkembangnya industri. Salah satu kebijakan yang dianggap kurang mendukung
perusahaan ialah mengenai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, undang-undang ini dianggap kurang membela kepentingan
86
perusahaan dan bahkan memberatkan perusahaan, padahal perusahaan saat ini harus
menghadapi 1277 tenaga kerja-nya.
Untuk industri ritel produk garmen dan aksesoris secara kesluruhan pemerintah juga
tampaknya tidak menunjukkan usaha serius untuk membantu industri ini untuk bisa
berkembang dan bersaing dengan industri sejenis dari negara lain. Para pelaku ritel di
Indonesia mengemukakan bahwa persaingan bisnis ritel di Indonesia makin
mengkhawatirkan, sedangkan pemerintah tidak kunjung merampungkan regulasi
perdagangan ritel (KOMPAS, Kamis, 9 November 2006, p21).
4. Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi
Konsumen saat ini semakin selektif dalam hal pembelian produk, terlebih karena
produk yang ditawarkan perusahaan merupakan produk belanja. Selain trend, konsumen
saat ini sangat memperhatikan detail dari produk, termasuk daripada kualitas bahan
baku yang dipergunakan produk tersebut. Konsumen saat ini seringkali membandingkan
produk yang hendak merek beli dengan produk yang ditawarkan pesaing, hal ini muncul
karena didukung oleh munculnya banyak tempat perbelanjaan baru, yang
memungkinkan konsumen mencari informasi sebelum membeli suatu produk.
Hal ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan bila perusahaan tidak mencermai
produk yang dihasilkan baik dari sisi desain maupun kualitas produk, selain itu faktor
lainnya seperti proses penjualan juga turut mempengaruhi selektifitas konsumen dalam
melakukan pembelian. Produk yang disertai dengan pelayanan yang baik dan situasi
belanja yang menarik , membuat tingkat preferansi konsumen terhadap produk semakin
tinggi. Produk pesaing juga menjadi hal selalu diamati perusahaan baik itu dari sisi
desain, kualitas produk, layanan, sampai harga dari produk pesaing. Riset pemasaran
untuk mengetahui keinginan konsumen juga dilakukan perusahaan agar produk
perusahaan tetap menjadi pilihan bagi konsumen.
87
5. Daya beli masyarakat Indonesia yang fluktuatif
Segmen ekonomi yang dimasuki perusahaan dan dijadikan sebagai patokan
penetapan harga adalah segmen menengah keatas, hal ini membuat harga yang
ditawarkan perusahaan tidak low end maupun tidak high end. Dengan penetapan harga
yang demikian maka konsumen produk “COOL” tidak selamanya merupakan masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah keatas, karena perusahaan mengakui banyak juga
konsumennya yang merupakan golongan ekonomi menengah. Bervariasinya konsumen
produk perusahaan, membuat daya beli masyarakat Indonesia secara keseluruhan
menjadi hal yang amat diperhatikan perusahaan. Daya beli masyarakat yang fluktuatif
akan menjadi ancaman bagi pertumbuhan tingkat penjualan perusahaan. Saat ini daya
beli masyarakat Indonesia melemah, melemahnya daya beli ini dikarenakan kenaikkan
Bahan Bakar Minyak pada bulan Oktober tahun 2005 lalu. Kenaikkan harga BBM
membuat segala macam barang pemenuhan keutuhan ikut menanjak, dan ini membuat
masyarakat lebih memprioritaskan pembelian barang-barang kebutuhan utama terlebih
dahulu.
4.4.5 Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal PT. Joey
Sasmita Lencana
Setelah melakukan rekapitulasi faktor internal dan eksternal perusahaan, maka
langkah selanjutnya adalah memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut.
Pembobotan dilakukan perusahaan dengan mengisi kuisioner, kuisioner ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat preferensi perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan juga
eksternal perusahaan. Bobot yang diberikan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh
diantara 2 alternatif yang ada. Kuisioner pembobotan dilakukan dan diolah dengan
metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Berikut hasil kuisioner
pembobotan faktor internal dan eksternal PT. Joey Sasmita Lencana.
88
Tabel 4.8 Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Internal PT. Joey Sasmita
Lencana
No. Keterangan
Mana yang lebih
berpengaruh ? (a atau b)
Bobot
1 a.Jaringan distribusi yang luas. B 2
b.Brand Awareness.
2 a.Jaringan distribusi yang luas. B 3
b.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan.
3 a.Jaringan distribusi yang luas. B 2
b.Hubungan baik dengan pemasok.
4 a.Jaringan distribusi yang luas. B 3
b.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya.
5 a.Jaringan distribusi yang luas. A 2
b.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi.
6 a.Jaringan distribusi yang luas. B 2
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
7 a.Jaringan distribusi yang luas. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
8 a.Jaringan distribusi yang luas. A 3
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
9 a.Jaringan distribusi yang luas. A 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
10 a.Brand Awareness. B 3
89
b.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan.
11 a.Brand Awareness. A 2
b.Hubungan baik dengan pemasok.
12 a.Brand Awareness. B 3
b.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya.
13 a.Brand Awareness. A 3
b.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi.
14 a.Brand Awareness. A 3
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
15 a.Brand Awareness. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
16 a.Brand Awareness. A 3
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
17 a.Brand Awareness. A 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
18 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Hubungan baik dengan pemasok.
19 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya.
20 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi.
21 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
90
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
22 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
23 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
24 a.Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
25 a.Hubungan baik dengan pemasok. B 3
b.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya.
26 a.Hubungan baik dengan pemasok. A 3
b.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi.
27 a.Hubungan baik dengan pemasok. B 3
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
28 a.Hubungan baik dengan pemasok. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
29 a.Hubungan baik dengan pemasok. A 2
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
30 a.Hubungan baik dengan pemasok . B 2
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
31 a.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. A 3
b.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi.
32 a.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 3
91
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
33 a.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
34 a.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. A 3
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
35 a.Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 2
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
36 a.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3
b.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi.
37 a.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
38 a.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 2
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
39 a.Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar
40 a.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi. B 3
b.Keterlambatan pengiriman produk.
41 a.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi. A 3
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
42 a.Munculnya masalah berulang dalam proses produksi. B 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
43 a.Keterlambatan pengiriman produk. A 3
92
b.Kegiatan Promosi yang kurang.
44 a.Keterlambatan pengiriman produk. A 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
45 a.Kegiatan Promosi yang kurang. B 3
b.Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar.
Sumber : PT. Joey Sasmita Lencana
Tabel 4.9 Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Eksternal PT. Joey Sasmita Lencana
No. Keterangan
Mana yang lebih
berpengaruh ? (a atau b)
Bobot
1 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3
b.Perluasan pasar.
2 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. A 2
b.Berkembangnya teknologi dalam industri.
3 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3
b.Trend fashion yang selalu bergulir.
4 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 2
b.Berkembangnya konsep penjualan baru.
5 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3
b.Hadirnya pesaing baru.
6 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
7 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 2
93
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
8 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 1
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
9 a.Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
10 a.Perluasan pasar. A 1
b.Berkembangnya teknologi dalam industri.
11 a.Perluasan pasar. B 2
b.Trend fashion yang selalu bergulir.
12 a.Perluasan pasar. B 2
b.Berkembangnya konsep penjualan baru.
13 a.Perluasan pasar. B 3
b.Hadirnya pesaing baru.
14 a.Perluasan pasar. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
15 a.Perluasan pasar. B 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
16 a.Perluasan pasar. B 2
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
17 a.Perluasan pasar. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
18 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 2
b.Trend fashion yang selalu bergulir.
94
19 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. A 1
b.Berkembangnya konsep penjualan baru.
20 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 3
b.Hadirnya pesaing baru.
21 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
22 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
23 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 2
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
24 a.Berkembangnya teknologi dalam industri. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
25 a.Trend fashion yang selalu bergulir. A 2
b.Berkembangnya konsep penjualan baru.
26 a.Trend fashion yang selalu bergulir. B 3
b.Hadirnya pesaing baru.
27 a.Trend fashion yang selalu bergulir. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
28 a.Trend fashion yang selalu bergulir. B 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
29 a.Trend fashion yang selalu bergulir. A 2
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
30 a.Trend fashion yang selalu bergulir. B 3
95
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
31 a.Berkembangnya konsep penjualan baru. B 3
b.Hadirnya pesaing baru.
32 a.Berkembangnya konsep penjualan baru. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
33 a.Berkembangnya konsep penjualan baru. B 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
34 a.Berkembangnya konsep penjualan baru. B 2
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
35 a.Berkembangnya konsep penjualan baru. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
36 a.Hadirnya pesaing baru. B 3
b.Persaingan promosi yang kurang sehat.
37 a.Hadirnya pesaing baru. A 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
38 a.Hadirnya pesaing baru. A 3
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
39 a.Hadirnya pesaing baru. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
40 a.Persaingan promosi yang kurang sehat. A 3
b.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
41 a.Persaingan promosi yang kurang sehat. A 3
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
96
42 a.Persaingan promosi yang kurang sehat. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
43 a.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. A 2
b.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
44 a.Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
45 a.Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. B 3
b.Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
Sumber : PT. Joey Sasmita Lencana
4.4.6 Hasil Penilaian Skor Faktor Internal dan Eksternal PT.Joey Sasmita Lencana
Setelah mendapatkan hasil kuisioner pembobotan faktor internal dan eksternal
perusahaan, maka selanjutnya meminta pihak manajemen perusahaan untuk mengisi
kuisioner penilaian skor faktor internal dan eksternal . berikut disajikan hasil kuisioner
penilaian skor faktor internal dan eksternal PT. Joey Sasmita Lencana.
97
Tabel 4.10 Hasil Kuisioner Penilaian Skor Faktor Internal PT. Joey Sasmita Lencana
No. Faktor Internal Perusahaan Skor
1 Jaringan distribusi yang luas 4
2 Brand Awareness 4
3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan 4
4 Hubungan baik dengan pemasok 3
5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya 4
6 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi 2
7 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi 2
8 Keterlambatan pengiriman produk 1
9 Kegiatan promosi yang kurang 2
10 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar 2
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
98
Tabel 4.11 Hasil Kuisioner Penilaian Skor Faktor Eksternal PT. Joey Sasmita
Lencana
No. Faktor Eksternal Skor
1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. 4
2 Perluasan pasar. 4
3 Berkembangnya teknologi dalam industri. 3
4 Trend fashion yang selalu bergulir. 4
5 Berkembangnya konsep penjualan baru. 3
6 Hadirnya pesaing baru. 1
7 Persaingan promosi yang kurang sehat. 1
8 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 1
9 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 2
10 Daya beli masyarakat yang fluktuatif. 1
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana 4.4.7 Penentuan Bobot Faktor Internal dan Eksternal dengan Perbandingan
Berpasangan
Setelah hasil kuisioner pembobotan faktor internal dan ekaternal didapatkan, maka
selanjutnya hasil tersebut diolah dengan menggunakan cara perbandingan berpasangan
(Lampiran 1) sehingga bobot untuk masing-masing faktor diketahui. Langkah selanjutnya
dilakukan tahap normalisasi, dari langkah ini didapat bobot akhir yang dapat
dipergunakan dalam matriks IFAS dan EFAS.
99
100
101
102
103
4.4.8 Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Strategy)
Dalam matriks IFAS dipergunakan data-data yang diperoleh dari hasil normalisasi
pembobotan faktor internal (Tabel 4.13) dan hasil kuisioner penilaian skor faktor internal
(Tabel 4.10) PT.Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.16 Matriks IFAS PT Joey Sasmita Lencana
Faktor Internal B S B*S
S-1 Jaringan distribusi yang luas 0.07 4 0.28
S-2 Brand Awareness 0.11 4 0.44
S-3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan 0.22 4 0.88
S-4 Hubungan baik dengan pemasok 0.06 3 0.18
S-5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya 0.11 4 0.43
W-1 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi 0.03 2 0.06
W-2 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi 0.1 2 0.2
W-3 Keterlambatan pengiriman produk 0.17 1 0.17
W-4 Kegiatan promosi yang kurang 0.04 2 0.08
W-5 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar 0.09 2 0.19
Total 1 2.91
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
104
4.4.9 Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Strategy)
Dalam matriks EFAS dipergunakan data-data yang diperoleh dari hasil normalisasi
pembobotan faktor eksternal (Tabel 4.15) dan hasil kuisioner penilaian skor faktor
eksternal (Tabel 4.11) PT.Joey Sasmita Lencana.
Tabel 4.17 Matriks EFAS PT Joey Sasmita Lencana
Faktor Eksternal B S B*S
O-1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. 0.05 4 0.19
O-2 Perluasan pasar. 0.05 4 0.2
O-3 Berkembangnya teknologi dalam industri. 0.04 3 0.13
O-4 Trend fashion yang selalu bergulir. 0.08 4 0.32
O-5 Berkembangnya konsep penjualan baru. 0.05 3 0.16
T-1 Hadirnya pesaing baru. 0.14 1 0.14
T-2 Persaingan promosi yang kurang sehat. 0.18 1 0.18
T-3 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 0.11 1 0.11
T-4 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 0.06 2 0.13
T-5 Daya beli masyarakat yang fluktuatif. 0.23 1 0.23
Total 1 1.79
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
105
4.5 Tahap Analisis
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan tahap
analisis, pada tahap analisis ini dipergunakan 4 alat analisis yakni : Diagram SWOT,
Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal, dan Matriks Grand Strategy.
4.5.1 Diagram SWOT
Faktor Internal B S B*S
S-1 Jaringan distribusi yang luas 0.07 4 0.28
S-2 Brand Awareness 0.11 4 0.44
S-3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan 0.22 4 0.88
S-4 Hubungan baik dengan pemasok 0.06 3 0.18
S-5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya 0.11 4 0.43
Total 2.22
Faktor Internal B S B*S
W-1 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi 0.03 2 0.06
W-2 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi 0.1 2 0.2
W-3 Keterlambatan pengiriman produk 0.17 1 0.17
W-4 Kegiatan promosi yang kurang 0.04 2 0.08
W-5 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar 0.09 2 0.19
Total 0.69
106
Total B*S untuk faktor internal kekuatan (S) adalah 2,2 dan untuk kelemahan (W)
adalah 0,69. Selisih total untuk keduanya adalah : 2,2 – 0,69 = 1,53 , hal ini menyatakan
bahwa perusahaan memiliki faktor kekuatan yang lebih besar dibandingkan faktor
kelemahan yakni sebesar 1,53.
Faktor Eksternal B S B*S
O-1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. 0.05 4 0.19
O-2 Perluasan pasar. 0.05 4 0.2
O-3 Berkembangnya teknologi dalam industri. 0.04 3 0.13
O-4 Trend fashion yang selalu bergulir. 0.08 4 0.32
O-5 Berkembangnya konsep penjualan baru. 0.05 3 0.16
Total 1
Faktor Eksternal B S B*S T-1 Hadirnya pesaing baru. 0.14 1 0.14
T-2 Persaingan promosi yang kurang sehat. 0.18 1 0.18
T-3 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 0.11 1 0.11
T-4 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 0.06 2 0.13
T-5 Daya beli masyarakat yang fluktuatif. 0.23 1 0.23
Total 0.79
Total B*S untuk faktor eksternal kesempatan (O) adalah 1 dan untuk ancaman (T)
adalah 0,79. Selisih total untuk keduanya adalah : 1- 0,79 = 0,21 , hal ini menyatakan
107
bahwa perusahaan memiliki faktor kesempatan yang lebih besar dibandingkan faktor
ancaman yakni sebesar 0,21.
Gambar 4.3 Diagram SWOT PT. Joey Sasmita Lencana
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa PT. Joey Sasmita Lencana berada pada posisi
kuadran pertama dalam diagram SWOT. Posisi tersebut menandakan bahwa dalam
beroperasi, perusahaan memiliki cukup banyak faktor peluang dan juga faktor kekuatan.
Untuk itu amatlah tepat bagi perusahaan untuk menggunakan strategi pemasaran yang
agresif dalam melakukan usahanya.
108
4.5.2 Matriks SWOT
IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
S-1 Jaringan distribusi yang luas W-1 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi
S-2 Brand Awareness W-2 Munculnya masalah beru-lang dalam proses produksi
S-3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan
W-3 Keterlambatan pengiriman produk
S-4 Hubungan baik dengan pemasok W-4 Kegiatan promosi yang kurang
EFAS S-5 Tenaga kerja yang ber-kompetensi di bidangnya W-5 Kesulitan meluncurkan trend
produk baru di pasar
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
O-1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit.
Menambah saluran distribusi baik di Indonesia dan diluar Indonesia.
O-2 Perluasan pasar. Masuki segmen pasar baru dengan mempergunakan merek yang ada.
Mempergunakan teknologi sistem informasi yang terintergrasi , sehingga mempermudah proses produksi, distribusi, dan pengawasan.
O-3 Berkembangnya teknologi dalam industri.
Menerapkan konsep baru dalam penjualan dengan mengedepankan kualitas pelayanan.
Tingkatkan kegiatan promosi pada upaya peningkatan penjualan.
O-4 Trend fashion yang selalu bergulir.
O-5 Berkembangnya konsep penjualan baru.
Melakukan inovasi produk dengan menggunakan teknologi yang ada, seperti penggunaan mesin, bahan, dan teknik baru berproduksi.
Menjadi trend setter dalam industri, dan bukan hanya menjadi follower.
TREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
T-1 Hadirnya pesaing baru. Perkuat saluran distribusi yang ada dengan meningkatkan penjualan dan kegiatan promosi.
Tingkatkan koordinasi antar bidang dalam perusahaan dan lakukan evaluasi secara berkala.
T-2 Persaingan promosi yang kurang sehat.
T-3 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri.
Tidak mempergunakan promosi penjualan yang berlebihan, sehingga berpengaruh pada image dan kualitas produk.
Cari mitra yang berkualitas dalam memproduksi produk.
T-4 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.
Lakukan efisiensi dengan tetap memperhatikan kualitas produk.
T-5 Daya beli masyarakat yang fluktuatif.
Dukung penuh kegiatan yang dilakukan para pemasok.
Tingkatkan kegiatan riset pasar sebelum menghasilkan produk atau trend baru.
Gambar 4.4 Matriks SWOT PT. Joey Sasmita Lencana
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
109
4.5.3 Matriks Internal Eksternal
Gambar 4.5 Matriks Internal Eksternal PT. Joey Sasmita Lencana
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
Berdasarkan hasil dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai IFAS PT. Joey
Sasmita Lencana adalah 2,91 (tabel 4.16) , dan nilai matriks EFAS nya adalah 1,79 (tabel
4.17). untuk itu, dalam matriks internal dan eksternal perusahaan menempati sel 8 yakni
sel pertumbuhan. Daya tarik pada industri rendah dan kekuatan yang dimiliki perusahaan
masih pada tingkat rata-rata, untuk itu teori yang ada menyarankan untuk melakukan
diversifikasi konglomerat. Namun melihat kondisi perusahaan, tampaknya strategi
tersebut tidak perlu dilakukan oleh perusahaan, memang daya tarik industri rendah
namun perusahaan pada kenyataan memiliki posisi bersaing yang amat baik sehingga
pertumbuhan dapat tetap dirasakan perusahaan.
110
4.5.4 Matriks Grand Strategy
Gambar 4.6 Matriks Grand Strategy
Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana
Telah diketahui sebelumnya bahwa nilai IFAS perusahaan adalah 2,91 (tabel 4.16) ,
dan nilai matriks EFAS adalah 1,79 (tabel 4.17). Dengan nilai IFAS dan EFAS yang
demikian, maka PT. Joey Sasmita Lencana menempati kuadran ke empat dalam matriks
Grand Strategy. Kuadran ke empat mencerminkan posisi bersaing perusahaan yang kuat,
namun memiliki pertumbuhan pasar yang lambat. Untuk itu pada kuadran ini perusahaan
dapat mempergunakan beberapa strategi yang ada , seperti : diversifikasi konsentris,
111
diversifikasi konglomerat, diversifikasi horisontal atau usaha patungan. Diversifikasi
konsentris dilakukan dengan menambah produk yang melengkapi produk yang telah
diproduksi perusahaan sebelumnya, sedangkan diversifikasi horisontal dilakukan dengan
menciptakan produk yang berbeda namun tetap mengarah kepada pasar yang dimiliki
perusahaan.
Strategi diversifikasi konglomerat dilakukan perusahaan dengan memasuki bidang
bisnis baru yang sama sekali tidak terkait dengan bisnis yang lama. Dan usaha patungan
dapat dilakukan dengan menjalin usaha bersama dengan perusahaan lain untuk
menyokong aktifitas perusahaan atau untuk membentuk suatu bisnis baru. Namun
mengingat kondisi perusahaan yang baik dan potensi pertumbuhan pasar yang masih
besar, strategi diversifikasi horisontal, konglomerat dan usaha patungan tidak perlu
dilakukan perusahaan saat-saat ini.
4.6 Tahap Pengambilan Keputusan
4.6.1 Pertimbangan Pemilihan Strategi
Setelah melakukan tahap analisis data, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan strategi-strategi manakah dapat dipergunakan perusahaan. Dari tahap
analisis telah didapatkan beberapa strategi berdasar pada faktor internal dan eksternal
perusahaan, untuk mendapatkan strategi yang tepat bagi perusahaan maka langkah
pertimbangan terhadap masing-masing strategi dilakukan.
Strategi yang muncul atas dasar pertimbangan diagram SWOT adalah strategi yang
mendukung pemasaran yang dilakukan dengan cara yang agresif (strategi intensif,
integrasi, dan diversifikasi konsentrik) , dan strategi-strateginya dapat dilihat pada
matriks SWOT yang menunjukkan kondisi perusahaan sesuai dengan strategi SO.
Strategi SO merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan perusahaan untuk meraih
112
kesempatan yang ada. Strategi SO yang dapat dilakukan perusahaan antara lain adalah
strategi perluasan pasar, strategi penetrasi pasar, pengembangan produk, dan strategi
integrasi kedepan. Strategi-strategi SO tersebut dapat digunakan perusahaan untuk
meraih kesempatan yang ada, terutama untuk meraih kesempatan dalam hal
peningkatan penjualan dan mendapat posisi bersaing yang menguntungkan.
Dalam matriks internal eksternal, posisi perusahaan adalah pada sel 8
(pertumbuhan). Sel 8 mengindikasikan kekuatan perusahaan yang rata-rata dan daya
tarik industri yang kecil, keadaan yang demikian perusahaan disarankan untuk
melakukan strategi diversifikasi konglomerat. Diversifikasi konglomerat merupakan
strategi menambah produk atau jasa baru, yang tidak terkait, untuk para pelanggan
baru. Namun dengan pertimbangan posisi bersaing perusahaan yang baik di pasar dan
terus berkembangnya pasar perusahaan, maka strategi ini tampaknya akan menjadi
strategi yang kurang tepat untuk bisa diterapkan perusahaan. Dengan kondisi
perusahaan saat ini tampaknya perusahaan harus tetap fokus pada produk yang mereka
tawarkan saat ini, dan lagipula perusahaan belum memiliki sumber daya yang berlebih
untuk melakukan strategi diversifikasi konglomerat tersebut.
Terakhir, melalui matriks grand strategy perusahaan mendapat pilihan strategi
antara strategi diversifikasi dan usaha patungan. Pada matriks grand strategy
perusahaan menempati posisi pada kuadran ke empat, dimana kondisi bersaing
perusahaan baik dan pertumbuhan pasar lambat.
Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas maka peneliti dapat menentukan
alternatif strategi yang ada, ini nantinya akan mempermudah dalam hal penentuan
strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Berikut adalah alternatif strategi yang
ada.
113
Tabel 4.18 Pemilihan Strategi
No. Alternatif Strategi Keterangan 1 Perluasan pasar Penting untuk dilakukan dan menjadi fokus bagi aktifitas pemasaran. 2 Penetrasi pasar Dilakukan seiring dengan perluasan pasar.
3 Pengembangan produk Harus dilakukan sejalan dengan strategi lainnya untuk mempertahankan kualitas dan komitmen akan inovasi.
4 Integrasi ke depan Untuk memudahkan perusahaan melakukan kontrol terhadap saluran distribusi dan mempermudah pelaksanaan kegiatan promosi.
5 Integrasi ke belakang Untuk menekan biaya produksi dan memperlancar proses produksi.
6 Integrasi horisontal Dilakukan perusahaan ketika perusahaan telah memiliki kekuatan cukup besar untuk mempengaruhi pesaingnya.
7 Diversifikasi konsentrik Dilakukan perusahaan sejalan untuk meningkatkan penjualan dan variasi produk.
8 Diversifikasi horisontal Bisa dilakukan ketika pasar sasaran sudah mulai jenuh.
9 Diversifikasi konglomerat Tampaknya tidak perlu dilakukan perusahaan saat ini, karena mengingat posisi perusahaan di pasar yang baik.
10 Usaha Patungan Untuk memperluas usaha mungkin dapat menjadi pertimbangan, terutama dalam hal penambahan modal.
Sumber : Peneliti
4.6.2 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif
Setelah melakukan pemilihan strategi-strategi yang kiranya dapat dipergunakan oleh
perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui nilai
daya tarik dari masing-masing strategi yang ada. Teknik analisis yang dapat
dipergunakan adalah dengan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Nilai
daya tarik ditentukan berdasarkan pertimbangan terhadap terhadap faktor-faktor internal
dan eksternal PT. Joey Sasmita Lencana dan selain itu, hasil pembobotan faktor internal
dan eksternal yang telah dilakukan normalisasi juga menjadi pertimbangan sendiri dalam
teknik analisis ini.
Dalam QSPM, alternatif - alternatif strategi yang ada kemudian dibandingkan dengan
faktor internal dan eksternal perusahaan. Setelah melakukan perbandingan maka peneliti
114
dapat menentukan nilai daya tarik dari masing-masing strategi. Semakin menarik sebuah
strategi ditandai dengan nilai daya tarik yang semakin tinggi pula. Adapun alternatif
strategi yang dioleh dalam teknik QSPM merupakan strategi-strategi yang dihasilkan dari
tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dan strategi-strategi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.18. Berikut ini adalah hasil pengolahan dengan Matriks Perencanaan
Strategis Kuantitatif .
115
116
117
Tabel 4.21
Hasil Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif PT. Joey Sasmita Lencana
Alternatif Strategi
Perluasan pasar
Penetrasi pasar
Pengembangan produk
Integrasi ke depan
Integrasi ke
belakang
Integrasi horisontal
Diversifikasi konsentrik
Diversifikasi konglomerat
Diversivikasi Horisontal
Usaha Patungan
TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT TNDT Matriks
Perencanaan Strategis Kualitatif
faktor internal
2.96 2.52 2.91 2.52 2.81 2.19 2.7 1.74 1.74 1.61
Matriks Perencanaan
Strategis Kualitatif
faktor eksternal
3.47 3.09 3.12 2.87 2.92 2.48 2.31 1.84 2.15 1.86
Total 6.44 5.61 6.03 5.39 5.73 4.67 5 3.57 3.88 3.46
Keterangan Tabel:
TNDT= Total Nilai Daya Tarik
Berdasarkan hasil Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif PT. Joey Sasmita
Lencana, diketahui bahwa strategi perluasan pasar menempati posisi pertama diikuti
dengan pengembangan produk, integrasi ke belakang, penetrasi pasar, integrasi ke
depan, diversifikasi konsentrik, integrasi horisontal, diversifikasi horisontal, diversifikasi
konglomerat dan usaha patungan. Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa
strategi utama yang dapat dilakukan perusahaan adalah strategi intensif (perluasan
pasar, penetrasi pasar, dan pengembangan produk) dan diikuti dengan strategi integrasi
ke belakang.
118
4.7 Strategi Pemasaran PT. Joey Sasmita Lencana
4.7.1 Strategi Produk
Produk yang dihasilkan perusahaan merupakan produk yang tidak hanya
menampilkan sisi fungsional tetapi juga sisi fashion dalam setiap produk. Maka itu
penting bagi perusahaan untuk selalu dapat menampilkan produk-produk yang berbeda
dibanding produk standar yang berada di pasar. Dari hasil Matriks Perencanaan Strategis
Kuantitatif diketahui bahwa strategi untuk produk yang dapat dipergunakan perusahaan
adalah strategi pengembangan produk dan juga strategi diversifikasi konsentrik.
Pengembangan produk harus dilakukan perusahaan dalam hal kualitas dan desain,
hal ini terkait dengan keunggulan perusahaan yang selalu mengedepankan kualitas dan
juga desain yang berubah seiring dengan trend pasar. Strategi desain yang berupa
customized product dapat diterapkan perusahaan, sehingga produk yang dihasilkan
memiliki nilai lebih dibanding produk yang diproduksi secara masal. Strategi diversifikasi
konsentrik dapat dilakukan perusahaan dengan menambah produk-produk baru yang
dapat melengkapi produk yang sudah ada sekarang misalnya penambahan aksesoris
pendukung seperti pernak-pernik.
Dengan melakukan strategi pengembangan produk dan diversifikasi konsentrik,
diharapkan perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing yang baik, memberi variasi
pilihan produk bagi konsumen dan tentunya akan meningkatkan angka penjualan
perusahaan.
4.7.2 Strategi Harga
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam hal menetapkan harga suatu produk.
Harga suatu produk mencerminkan kualitas produk, image merek serta strategi harga
yang dipergunakan perusahaan. Selama ini , PT. Joey Sasmita Lencana menetapkan
119
harga didasarkan pada segmentasi produk, yakni harga yang tidak terlalu low end serta
tidak terlalu high end. Penetapan harga demikian diharapkan akan menambah
keragaman konsumen “COOL” dan tidak menghilangkan konsumen potensial.
Penetapan harga yang sekarang tampaknya harus kembali disesuaikan dengan
tujuan perusahaan, kondisi persaingan, dan juga kondisi konsumen. Perusahaan
bertujuan untuk mengadakan perluasan dan penetrasi pasar, maka daripada itu
perusahaan lebih baik menetapkan harga produknya sedikit lebih rendah dalam pasar
sasaran, sehingga proses perluasan dan penetrasi pasar dapat dilakukan dalam waktu
yang lebih singkat. Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan juga dapat
dilakukan perusahaan. Untuk wilayah penjualan tertentu dimana basis penjualan
perusahaan sudah baik perusahaan dapat mempertahankan harga, namun untuk
menghadapi persaingan dan kondisi pembelian konsumen Indonesia yang fluktuatif
perusahaan dapat menurunkan harga secara rasional.
Efisiensi dalam produksi tampaknya menjadi hal yang penting dalam penetapan
harga, dengan biaya yang efisien maka produk dapat dijual dengan marjin yang lebih
tinggi atau dengan harga yang lebih murah. Untuk mencapai efisiensi tersebut tusaha
untuk melakukan strategi integrasi ke belakang harus dilakukan perusahaan.
4.7.3 Strategi Distribusi
Saluran distribusi yang dipergunakan PT. Joey Sasmita Lencana saat ini berupa
saluran distribusi langsung dan tidak langsung. Saluran distribusi langsung adalah
dimana perusahaan membuka toko ritel sendiri (independent retail firm) untuk menjual
produk langsung kepada konsumen. Sedangkan distribusi tidak langsung adalah
distribusi yang dilakukan dengan bekerjasama dengan departement stores dalam
menjual produk kepada konsumen. Saat ini strategi distribusi tidak langsung dianggap
120
tepat, distribusi tidak langsung mempermudah pemasaran produk di wilayah Indonesia
dan di luar negeri, hal ini dikarenakan tidak dibutuhkan modal terlalu besar ketimbang
proses distribusi dilakukan sendiri oleh perusahaan (distribusi langsung).
Strategi distribusi dengan menggunakan saluran tidak langsung amat dirasakan
keuntungannya oleh perusahaan, terutama ketika perusahaan memasuki pasar luar
negeri. Keterbatasan pengetahuan akan pasar luar negeri baik konsumen dan tata cara
perdagangan membuat perusahaan merasa kesulitan beroperasi di luar negeri, dengan
bekerjasama dengan departement stores setempat membuat semua masalah tersebut
teratasi. Dalam mendukung usaha perusahaan memperluas pasar dan melakukan
penetrasi pasar, strategi distribusi semacam ini dapat pula dikatakan tepat. Perluasan
pasar membutuhkan banyak modal untuk diinvestasikan dalam hal distribusi produk ke
konsumen (misal untuk pengadaan toko) dengan saluran distribusi tidak langsung biaya
untuk perluasan pasar dapat ditekan secara optimal. Proses penetrasi pasar yang
membutuhkan proses promosi juga terbantu dengan saluran distribusi tidak langsung
karena promosi dapat dilakukan bersama dengan distributor.
Apabila kedepan, kondisi perusahaan sudah lebih siap dan memiliki modal serta
sumber daya yang kuat sebaiknya perusahaan meningkatkan pendistribusian secara
langsung. Memang dengan pendistribusian tidak langsung ada keuntungan yang
diperoleh, namun bila dilihat dari profit yang dihasilkan dan kelancaran arus kas,
distribusi langsung yang dilakukan perusahaan saat ini jauh lebih menguntungkan
dibanding distribusi tidak langsung. Namun sebelum distribusi langsung ini diprioritaskan,
sebaiknya perusahaan mengadakan pembenahan terhadap beberapa masalah yang
muncul seperti masalah sistem yang belum terintegrasi, sampai kepada masalah
keterlambatan pengiriman produk.
121
4.7.4 Strategi Promosi
Promosi penting dilakukan PT. Joey Sasmita Lencana untuk mempertahankan dan
meningkatkan brand awareness produk “COOL” serta tidak kalah penting untuk
mempercepat proses penetrasi pasar yang ingin dilakukan perusahaan. Strategi promosi
yang dilakukan saat ini masih diprioritaskan untuk promosi below the line, namun
dengan meningkatnya persaing maka bentuk komunikasi konsumen seperti iklan pada
media cetak atau media iklan lainnya perlu ditingkatkan. Promosi penjualan yang
dipergunakan perusahaan tentunya harus di sesuaikan dengan keadaan persaingan dan
kebutuhan konsumen.
Saat ini dalam industri ritel terjadi perang promosi penjualan berupa penerapan
harga jual dengan potongan yang besar-besaran, untuk itu penting bagi perusahaan
mempergunakan promosi penjualan yang tepat, sehingga penjualan meningkat tanpa
mendatangkan efek negatif bagi perusahaan ke depannya. Jikalau perusahaan tidak
ingin bermain pada sisi harga, maka perusahaan bisa mempergunakan paket-peket
penjualan yang menarik semisal dengan menawarkan paket produk dengan tema
tertentu.
Strategi penjualan juga menjadi hal yang penting dalam promosi, strategi penjualan
yang baik dapat memindahkan posisi konsumen potensial ke tahap pembelian. Untuk
menciptakan strategi penjualan yang baik diperlukan tenaga penjual yang baik, dan
sepertinya langkah perusahaan saat ini untuk terus meningkatkan kualitas tenaga
penjualnya merupakan hal yang tepat. Untuk menjaga kualitas dari tenaga penjual
tampaknya perusahaan harus terus mengadakan pelatihan-pelatihan, dan tentunya
memberikan motivsi yang sesuai bagi para tenaga penjual (seperti: kompensasi, sistem
evaluasi, dan penyeliaan). Pelatihan tenaga penjual harus diarahkan kepada “5 prinsip
perusahaan ritel untuk dijadikan pedoman karyawan” yakni : menyambut pembeli, cari
122
tahu kebutuhan pembeli, tawarkan manfaat produk, sarankan produk alternatif atau
pelengkap, dan tutup transaksi dengan santun (Ma’ruf, 2005, p225).
4.8 Implikasi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini telah di identifikasi 10 faktor internal dan 10 faktor eksternal PT.
Joey Sasmita Lencana. Dari tahap pengumpulan data diperoleh nilai IFAS dan EFAS
perusahaan adalah 2,91 dan 1,79. Selanjutnya, melalui tahap analisis didapatkan
beberapa alternatif strategi yang dapat dipergunakan perusahaan yakni: strategi intensif,
strategi diversifikasi, strategi integrasi, dan strategi melalui usaha patungan.
Alternatif strategi kemudian dinilai daya tariknya dengan mempergunakan matriks
QSPM. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa strategi yang memiliki data tarik
tertinggi dan sesuai dengan kondisi perusahaan adalah strategi intensif (yang terdiri dari:
strategi pengembangan pasar, strategi pengembangan produk, dan strategi penetrasi
pasar), selain itu tentunya ada juga strategi alternatif lainnya yang menunjang
pelaksanaan strategi intensif ini.
Strategi intesif dapat dilakukan perusahaan melalui strategi pemasaran yang
dipergunakan perusahaan. Berdasarkan strategi intensif, maka peneliti menyusunkan
strategi pemasaran yang dapat dipergunakan perusahaan. Strategi pemasaran tersebut
terdiri dari strategi bauran pemasaran yakni : produk (product) , harga (price), distribusi
(place), dan promosi (promotion).
Strategi produk yang dapat dipergunakan yakni strategi desain produk (customized
product) , strategi pengembangan produk dari sisi kualitas dan desain, dan strategi
diversifikasi konsentrik dengan menawarkan produk-produk pelengkap, seperti aksesoris-
aksesoris penunjang. Untuk strategi harga perusahaan dapat menerapkan strategi harga
123
penetrasi untuk pasar sasaran tertentu dan strategi penetapan harga produk yang sudah
mapan berupa harga tetap untuk pasar yang telah memiliki basis penjualan kuat serta
penerapan harga kompetitif untuk menghadapi persaingan. Dalam hal strategi distribusi
(place), perusahaan dapat tetap mempergunakan saluran distribusi langsung maupun
tidak langsung. Kedepannya pertimbangan penggunaan distribusi langsung mungkin
dapat menjadi pilihan utama, mengingat keuntungan yang dihasilkan lebih besar. Untuk
strategi promosi, perusahaan harus meningkatkan promosi above the line untuk
mendorong terjadinya penetrasi pasar dan perluasan pasar yang lebih cepat dan juga
dalam rangka menghadapi promosi pesaing. Strategi promosi penjualan yang selalu
mengutamakan kepuasan konsumen juga harus tetap dilakukan perusahaan.
Seiring dengan pelaksanaan strategi pemasaran, perusahaan harus senantiasa
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki serta meningkatkan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki perusahaan. Untuk mendukung jalannya strategi pemasaran, perusahaan
tampaknya perlu mengeluarkan biaya ekstra (terutama dari sisi promosi). Selain itu
kualitas sumber daya manusia juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan
implementasi strategi pemasaran, untuk itu perusahaan harus dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki serta menerapkan prinsip the right man in
the right position.
Dengan strategi pemasaran yang tepat dan didukung oleh kekuatan yang dimiliki
perusahaan, maka PT. Joey Sasmita Lencana akan dapat berkembang dan menghadapi
persaingan dengan semakin baik. Dan tentunya, strategi pemasaran yang dihasilkan
sesuai dengan kondisi perusahaan dapat membuat perusahaan mampu menghadapi
kelemahan dan ancaman serta memanfaatkan peluang berkembang dengan sebaik
mungkin.
top related