bab 2 - bina nusantara | library & knowledge center … · · 2013-05-28... hubungan antar...
Post on 28-Apr-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori dasar / umum
Pada teori dasar atau umum ini kami akan menjelaskan teori yang digunakan
sebagai penunjang dalam membuat skripsi kami.
2.1.1 Pengertian Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010, p65), Basis Data adalah
kumpulan relasi-relasi logis dari data (dan deskripsi data) yang dapat
digunakan bersama dan dibuat untuk memperoleh informasi yang di
butuhkan oleh perusahaan.
Database adalah relasi data logis yang terdiri dari entity-entity,
attribute-attribute, dan relationship dari informasi organisasi/perusahaan.
Kegunaan dari database adalah :
1. Menghilangkan redundancy data.
2. Keterbatasan akses data.
3. Meningkatkan keamanan.
4. Multiple User.
5. Independensi data (kebebasan data).
Menurut Kusrini (2010, p2), pengertian Basis Data adalah kumpulan
data yang saling berelasi. Data sendiri merupakan fakta mengenai obyek,
orang, dan lain-lain. Data dinyatakan dengan nilai (angka, deretan
karakter, atau symbol).
10
Basis data dapat didefinisikan dalam berbagai susut pandang seperti
berikut:
1. Himpunan kelompok data yang saling berhubungan yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga kelak dapat dimanfaatkan
dengan cepat dan mudah.
2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara
bersama sedemikian rupa tanpa pengulangan (redundancy) yang
tidak perlu, untuk memenuhi kebutuhan.
3. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang
disimpan dalam media penyimpan elektronik.
Menurut James A.Hall (2010, p18), Basis Data merupakan tempat
penyimpanan fisik data keuangan dan nonkeuangan.
Menurut C.J. Date (2010, p10), Basis Data adalah sekumpulan
data persisten yang digunakan oleh system aplikasi dari suatu perusahaan.
System basis data pada dasarnya merupakan suatu system penyimpanan
record atau data yang terkomputerisasi.
2.1.2 Database Management System (DBMS)
Menurut Conolly dan Begg (2010: 66), Database Management System
(DBMS) adalah suatu sistem software yang memungkinkan user untuk
mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengatur akses ke database.
DBMS berinteraksi dengan program aplikasi user dan database. Menurut
Conolly dan Begg (2010: 66), DBMS menyediakan fungsi-fungsi sebagai
berikut:
11
1. Memungkinkan user untuk mendefinisikan basis data, biasanya dari
Data Definition Language(DDL), DDL memungkinkan user untuk
membedakan tipe dan struktur data, dan batasan data yang akan
disimpan dalam basis data.
2. Memungkinkan user untuk menyisipkan, meng-update, menghapus
dan menerima data dari basis data, biasanya dari Data
Manipulation Language(DML).
3. Menyediakan kontrol akses ke basis data dengan menyediakan :
a. Sistem keamanan yang menengah akses ilegal ke dalam basis
data,
b. Sistem integrasi yang memelihara arah akurasi data,
c. Sistem pembagian hak akses ke basis data,
d. Sistem pengendalian untuk memulihkan basis data ke keadaan
sebelumnya, yang dikarenakan oleh kegagalan software atau
hardware,
e. Katalog pengaksesan user yang berisi penjelasan data.
Menurut Laudon (2010, 376) Database Management System (DBMS )
Peranti lunak khusus untuk membuat dan memelihara basis data dan
memungkinkan aplikasi bisnis individu mengambil data yang dibutuhkan
tanpa harus membuat basis data berbeda atau definisi data terpisah dalam
program komputernya.
Menurut McLeod (2010, p532), pengertian Database Management
System (DBMS) adalah sebuah aplikasi peranti lunak yang menyimpan
12
struktur basis data, data itu sendiri, hubungan antar data di dalam basis
data, serta formulir dan laporan yang berkaitan dengan basis data.
2.1.2.1 Komponen DBMS
DBMS memiliki lima komponen penting yaitu:
1. Hardware (Perangkat Keras)
DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras dalam
menjalankannya. Perangkat keras dapat mencakup komputer
pribadi, sebuah mainframe, sebuah jaringan komputer.
Perangkat keras yang dipakai tergantung pada kebutuhan
organisasi dan DBMS yang digunakan. Beberapa DBMS yang
berjalan pada perangkat keras atau sistem operasi tertentu,
sementara DBMS yang lain dapat berjalan pada beragam
perangkat keras atau sistem operasi.
2. Software (Perangkat Lunak)
Komponen perangkat lunak terdiri dari pernagkat lunak
DBMS dan program aplikasi beserta Sistem Operasi (OS),
termasuk jaringan perangkat lunak jika DBMS digunakan
melalui jaringan.
3. Data
Data merupakan komponen terpenting dalam DBMS
khususnya sudut pandang dari end user mengenai data, di
mana data berfungsi sebagai jembatan antara komponen mesin
dengan komponen manusia.
13
4. Procedures (Tata Cara)
Procedures merupakan panduan dan aturan dalam
membuat dan menggunakan basis data. Procedures di dalam
basis data dapat berupa: login ke dalam basis data,
penggunaan fasilitas DBMS atau aplikasi program, cara
menjalankan dan menghentikan DBMS, membuat backup
database, menangani kerusakan hardware atau software,
mengubah struktur tabel,
mengumpulkan basis data dari beberapa disks, meningkatkan
kinerja atau membuat arsip data pada secondary storage.
5. People (Manusia)
Komponen terakhir yaitu manusia yang terlibat dengan
system tersebut.
Menurut Connoly dan Begg (2010, p128-p129),
komponen-komponen DBMS meliputi:
a. Querry Processor: Merupakan komponen DBMS yang
utama yang mengubah query ke dalam seperangkat
instruksi tingkat rendah langsung ke database. Manager
b. Database Manager : DM mengantarmukakan dengan
program aplikasi user-submitted dan query. DM menerima
query dan memeriksa skema eksternal dan konseptual
untuk menentukan record konseptual apa yang diperlukan
untuk memuaskan permintaan.
14
c. File Manager : File manager memanipulasi
penyimpananfile dasn mengatur penempatan ruang
penyimpanan dalam disk. Komponen ini mendirikan dan
memelihara daftar struktur dan index yang didefinisikan
dalam skema internal.
d. DML Processor: Modul ini mengubah pernyataan DML
yang tertanam dalam program aplikasi ke dalam panggilan
fungsi standart dalam host language. Komponen ini harus
berinteraksi dengan query processor untuk membuat kode
yang sesuai.
e. DDL Complier: Modul ini mengubah pernyataan DDL ke
dalam seperangkat tabel berisi meta data. Tabel ini
kemudian disimpan dalam katalog system sementara itu
informasi kendali disimpan dalam header file data.
f. Catalog Manager: Catalog manager mengatur akses ked an
memelihara katalog system. Katalog system diakses oleh
sebagian besar komponen DBMS.
2.1.2.2 Kerugian DBMS
Kerugian DBMS adalah sebagai berikut :
1. Kompleksitas
2. Ukuran
3. Biaya dari penggunaan DBMS
4. Biaya konversi
15
5. Kinerja
6. Dampak yang tinggi dari kegagalan
Menurut Connoly dan Begg (2010, p127-p131), DBMS
memiliki kerugian sebagai berikut:
a. Kompleksitas
Ketentuan dari fungsi yang kita harapkan dari DBMS yang baik
membuat DBMS menjadi sebuah software yang sangat
kompleks, perancang dan pengembang database, DA, dan DBA,
serta pengguna akhir harus memahami fungsi tersebut untuk
mendapatkan banyak keuntungan dari DBMS ini.
b. Ukuran
Fungsi yang kompleks dan luas membuat DBMS menjadi
software yang sangat besar, memerlukan banuak ruang hardisk
dan jumlah memori yang besar untuk berjalan dengan efisien.
c. Biaya dari suatu DBMS
Biaya DBMS bervariasi tergantung pada lingkungan dan fungsi
yang disediakan. Disitu juga terdapat biaya pemeliharaan
tahunan yang juga dimasukkan dalam daftar harga DBMS.
d. Biaya penambahan perangkat keras.
Kebutuhan tempat penyimpanan bagi DBMS dan database amat
memerlukan pembelian tempat penyimpanan tambahan, lebih
lanjut, untuk mencapai performa yang diperlukan, mungkin
diperlukan untuk membeli mesin yang lebih besar dan
sebagainya. Hal ini tentu memerlukan tambahan biaya yang
16
tidak sedikit. Tergantung pada spesifikasi perangkat keras yang
diperlukan.
2.1.3 Database Language
Menurut Connolly dan Begg (2010, p92), sebuah sub-bahasa data
terdiri dari dua bagian: Data Definition Language (DDL) dan Data
Manipulation Language (DML). DDL di gunakan untuk menentukan
skema database dan DML di gunakan untuk kedua membaca dan update
database. Bahasa-bahasa ini disebut sub-language data karena mereka
tidak termasuk konstruksi untuk semua kebutuhan komputasi tingkat,
seperti pernyataan kondisional atau iteratif, yang di sediakan oleh bahasa
pemrograman tingkat tinggi.
2.1.3.1 Data Definition Language (DDL)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p92), Data Definition
Language (DDL) adalah sebuah bahasa yang mengizinkan
Database Administrator (DBA) atau user untuk mendeskripsikan
dan memberi nama entitas, atribut, dan hubungan yang diperlukan
aplikasi beserta intergrity yang berhubungan dan batasan
keamanan.
Menurut Ema Utami (2009, p89), Data Definition Language
merupakan subbahasa SQL mengenai data definition, yang seperti
arti harafiahnyaberkaitan erat dengan definisi suatu data yang pada
model relasional direpresentasikan dalam suatu tabel.
17
Menurut Ir. Harianto Kristanto (2010, p12), Data Definition
Language merupakan paket bahasa dalmDBMS dibagi menjadi
beberapa definisi. Pola/skema database di spesifikasikan dengan
satu set definisi yang dieskpresikan dengan satu bahasa khusus
disebut DDL (Data Definition Language). Hasil kompilasi dari
perintah DDL adalah satu set dari tabel yang disimpan dalam file
khusus disebut Data Dictionary/Directory.
2.1.3.2 Data Manipulation Language (DML)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p92), pengertian Data
Manipulation Language adalah suatu bahasa yang menyediakan
seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang berada
pada basis data. Pengoperasian data yang akan di manipulasi
biasanya meliputi :
1. Penambahan data baru ke dalam basis data.
2. Modifikasi data yang disimpan ke dalam basis data.
3. Pengembalian data yang terdapat di dalam basis data.
4. Penghapusan data dari basis data.
DML dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu Procedural dan Non-
procedural. Procedural DML adalah suatu bahasa yang
memperbolehkan pengguna untuk mendesprikpsikan ke sistem data
apa yang di butuhkan dan bagaimana mendapatkan data tersebut
secara tepat, sedangkan Non-procedural DML adalah sebuah
18
bahasa yang mengizinkan pengguna untuk menentukan data apa
yang di butuhkan tanpa memperhatikan bagaimana data diperoleh.
Menurut Laudon (2010, p376), pengertian Data Manipulation
Language adalah bahasa yang berhubungan dengan system
manajemen basis data. Pengguna akhir dan programr menggunakan
bahasa ini untuk memanipulasi data dalam basis data.
Menurut Ir. Harianto Kristanto (2010, p12), pengertian Data
Manipulation Language adalah bahasa yang memperbolehkan
pemakai untuk akses atau manipulasi data sebagai yang telah
diorganisasiakn sebelumnya dalam model data yang tepat.
2.1.4 Database Application Lifecycle (DBLC)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p313), untuk merancang aplikasi
sistem basis data di perlukan tahapan tahapan yang di namakan dengan
Database Application Lifecycle (DBLC). Tahapan-tahapan tersebut
terdapat pada gambar 2.1.
19
Gambar 2.1 Database Application Lifecycle
Menurut Connolly dan Begg (2005, p284), siklus hidup aplikasi basis
data adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Basis Data (Database Planning)
2. Definisi Sistem (System Definition)
3. Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan (Requirement Collection and
Analysis)
4. Perancangan Basis Data (Database Design)
5. Pemilihan DBMS (DBMS Selection)
20
6. Perancangan Aplikasi (Application Design)
7. Prototyping
8. Implementasi (Implementation)
9. Data Conversion and Loading
10. Pengujian (Testing)
11. Operational Maintenance
2.1.4.1 Database Planning
Menurut Connolly dan Begg (2010, p313), Database Planning
merupakan merencanakan bagaimana setiap tahapan dari siklus
dapat direalisasikan menjadi lebih efisien dan efektif. Perencanaan
basis data harus dapat terintegrasi dengan sistem informasi
perusahaan secara umum. Beberapa hal yang terlibat dalam
formula adalah strategi sistem informasi, yaitu :
1. Identifikasi dari rencana dan tujuan perusahaan dengan
menentukan kebutuhan sistem informasi.
2. Evaluasi sistem informasi yang sedang berjalan untuk
menentukan kelebihan dan kekurangan.
3. Penilaian dari keuntungan teknologi informasi yang dapat
member keuntungan kompetitif.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p286), database planning
merupakan tahapan untuk merencanakan bagaimana langkah-
langkah dalam siklus hidup basis data agar dapat direalisasikan
21
seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan basis data harus
dapat diintegrasikan dengan keseluruhan strategi sistem informasi
suatu organisasi.
Terdapat tiga isu utama dalam merumuskan strategi sistem
informasi, diantaranya:
1. Identifikasi dari rencana dan tujuan perusahaan dengan
menentukan kebutuhan sistem informasi yang diperlukan.
2. Mengevaluasi sistem informasi yang ada sekarang ini untuk
menentukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang
ada.
3. Penilaian terhadap peluang teknologi informasi yang dapat
menghasilkan keuntungan yang kompetitif.
Langkah pertama yang paling penting dalam perencanaan basis
data adalah menggambarkan dengan jelas mission statement dari
proyek basis data, kemudian menentukan mission objectives di
mana tiap-tiap mission objectives dapat mengidentifikasi tugas-
tugas tertentu yang didukung oleh basis data.
2.1.4.2 System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2010, p316), System Definition
adalah Mendeskripsikan cakupan dan batasan dari aplikasi basis
data, baik pengguna dan area aplikasi tersebut. Sebelum mencoba
untuk merancang aplikasi basis data, pertama-tama harus
22
mengidentifikasi batasan dari sistem yang akan kita investigasi dan
bagaimana membuat antarmuka dengan sistem informasi tiap
bagian dari organisasi. Dalam mendefinisikan sistem, harus di
tentukan oleh user view, yaitu mendefinisikan apa yang di
butuhkan oleh aplikasi basis data berdasarkan pandangan dari tiap
bagian tugas (misalnya manager atau supervisor) atau area aplikasi
perusahaan (misalnya marketing, personnel, atau stock control).
Menurut Connolly dan Begg (2005, p286), definisi system
(system definition) adalah mendeskripsikan jangkauan dan batasan
dari aplikasi basis data dan pandangan-pandangan utama para
pengguna. Sebelum mendesain suatu aplikasi basis data, terlebih
dahulu mengindentifikasikan batasan-batasan dari sistem yang
sedang diteliti dan bagaimana kaitannya dengan bagian lain dari
sistem informasi perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada pengguna utama basis data yang
terlupakan ketika dilakukan pengembangan aplikasi.
2.1.4.3 Requirements Collection and Analysis
Menurut Connolly and Begg (2010, p316), Requirements
Collection and Analysis adalah proses mengumpulkan dan analisis
informasi tentang bagian dari organisasi yang dapat di dukung oleh
aplikasi basis data, dan menggunakan informasi tersebut untuk
mengidentifikasi kebutuhan pengguna dari sistem baru. Banyak
teknik yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi
23
tersebut, disebut teknik fact finding. Informasi yang dikumpulkan
untuk setiap user view, mencakup :
1. Deskripsi data yang digunakan.
2. Rincian mengenai bagaimana data dapat digunakan atau
dihasilkan.
3. Kebutuhan tambahan lainnya untuk aplikasi basis data yang
baru.
Informasi ini selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang dapat dimasukkan ke dalam aplikasi basis data
baru. Kebutuhan ini di deskripsikan ke dalam dokumen bersama
sebagai requirements specifications untuk aplikasi basis data baru.
Ada 3 (tiga) pendekatan untuk mengelola kebutuhan dari aplikasi
basis data dengan banyak user views, yaitu:
1. The centralized approach : kebutuhan dari setiap user view
digabung menjadi sebuah set kebutuhan dari aplikasi basis data.
2. The view integration approach : kebutuhan dari setiap user
view digunakan untuk membangun model data secara terpisah
untuk merepresentasikan user view tersebut. Model data yang di
hasilkan tersebut nantinya akan di gabungkan pada tahapan
database.
3. Kombinasi dari dua pendekatan di atas.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p288), Analisis dan
pengumpulan kebutuhan (requirement collection and analysis)
24
merupakan proses pengumpulan dan analisis informasi tentang
pengguna aplikasi terhadap sistem baru.
Informasi yang dikumpulkan diantaranya :
1. Penjabaran dari data yang digunakan.
2. Detail mengenai bagaimana data digunakan.
3. Kebutuhan tambahan apapun untuk aplikasi basis data yang
baru.
Informasi ini kemudian dianalisis untuk mengindentifikasikan
kebutuhan yang dimasukkan untuk aplikasi basis data yang baru.
Ada bagian perusahaan yang akan didukung oleh aplikasi basis
data, dan menggunakan informasi ini untuk mengindentifikasikan
kebutuhan
2.1.4.4 Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2010, p329), Application Design
adalah merancang antarmuka pemakai (user interface) dan program
aplikasi, yang akan memproses basis data.
Dalam merancang aplikasi harus memastikan semua pernyataan
fungsional dari spesifikasi kebutuhan pemakai (user requirement
specification) yang menyangkut perancangan aplikasi program
yang mengakses basis data dan merancang transaksi yaitu cara
akses ke basis data dan perubahan terhadap isi basis data (retrieve,
update dan kegiatan keduanya). Artinya bagaimana fungsi yang di
butuhkan dengan cara untuk menciptakan user friendly.
25
Menurut Connolly dan Begg (2005, p298-300), perancangan
aplikasi (application design) adalah merancang antarmuka
pengguna (user interface) dan program aplikasi, yang akan
menggunakan dan memproses basis data. Dalam perancangan
aplikasi harus memastikan semua kebutuhan-kebutuhan dari
spesifikasi kebutuhan pengguna (user requirement specification)
yang menyangkut perancangan aplikasi program yang mengakses
basis data dan merancang transaksi yaitu cara akses ke basis data
dan perubahan terhadap isi basis data (retrieve, update dan kegiatan
keduanya). Antarmuka yang dirancang harus memberikan
informasi yang dibutuhkan, sehingga pengguna aplikasi mudah
mempelajari dan mudah menggunakannya.
2.1.4.5 DBMS Selection (optional)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p325), DBMS Selection
yang sesuai untuk mendukung aplikasi basis data yang mencakup :
1. Mendefinisikan syarat-syarat referensi studi
Menentukan sasaran, batasan masalah dan tugas yang harus
dilakukan.
2. Mendaftar 2 (dua) atau 3 (tiga) jenis barang
Membuat daftar barang-barang, misalkan dari mana barang ini
didapat, berapa biayanya serta bagaimana bila ingin
mendapatkannya.
3. Mengevaluasi barang
26
Barang-barang yang ada dalam daftar diteliti lebih lanjut untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan barang tersebut.
4. Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan
Merupakan langkah terakhir dari DBMS yaitu
mendokumentasikan proses dan untuk menyediakan pernyataan
mengenai kesimpulan dan rekomendasi terhadap salah satu produk
DBMS.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p295), pemilihan DBMS
yang sesuai untuk mendukung aplikasi basis data mencakup :
1. Mendefinisikan syarat-syarat referensi studi.
Menentukan tujuan, batasan masalah dan tugas yang harus
dilakukan.
2. Mendaftar dua atau tiga jenis produk.
Membuat daftar barang-barang, misalnya darimana barang
didapat, berapa biayanya, serta bagaimana bila ingin
mendapatkannya.
3. Mengevaluasikan produk.
Barang-barang yang ada dalam barang diteliti lebih lanjut
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan barang tersebut.
4. Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan.
Langkah terakhir dari DBMS, yaitu mendokumentasikan
proses dan untuk menyediakan pernyataan mengenai kesimpulan
dan rekomendasi terhadap salah satu produk DBMS.
27
2.1.4.6 Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2010, p320), Database Design
adalah Proses membuat perancangan basis data yang dapat
mendukung pekerjaan dan tugas perusahaan.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p322), Perancangan basis
data ini memiliki tiga tahapan, yaitu :
1. Perancangan basis data konseptual, yaitu proses membangun
sebuah model informasi yang digunakan di sebuah perusahaan,
terbebas dari segala pertimbangan fisik.
2. Perancangan basis data logis, yaitu proses membangun sebuah
model informasi yang di gunakan di sebuah perusahaan
berdasarkan pada sebuah mode data yang spesifik, tetapi terbatas
dari DBMS tertentu dan pertimbangan – pertimbangan fisikal
lainnya.
3. Perancangan basis data fisikal, yaitu proses menghasilkan
sebuah deskripsi dari pengimplementasian basis data pada media
penyimpanan sekunder, yang mendeskripsikan hubungan dasar,
pengorganisasian file, dan indeks yang digunakan untuk
memperoleh akses data secara efisien serta segala batasan integritas
dan ukuran-ukuran keamanan yang berhubungan.
Menurut Connoly dan Begg (2010. P321), ada 4 (empat)
pendekatan dalam desain basis data yaitu :
1. Top-Down
28
Di awali dengan pembentukan model data yang berisi beberapa
entitas high-level dan relationship, yang kemudian menggunakan
pendekatan top-down secara berturut-turut untuk mengidentifikasi
entitas lower level, relasi dan atribut lainnya.
2. Bottom-up
Di mulai dari atribut dasar (yaitu, sifat-sifat entitas dan relasi),
dengan analisis dari penggabungan antar atribut, yang
dikelompokan ke dalam suatu relasi yang merepresentasikan tipe
dari entitas dan relasi antar entitas.
3. Inside-out
Berhubungan dengan pendekatan bottom-up tetapi sedikit berbeda
dengan identifikasi awal entitas utama dan kemudian menyebar ke
entitas, relasi, dan atribut terkait lainnya yang lebih dulu di
identifikasi.
4. Mixed
Mengunakan pendekatan bottom-up dan top-down untuk bagian
yang berbeda sebelum pada akhirnya digabungkan.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p291), perancangan basis data
(database design) merupakan proses pembuatan suatu desain untuk
sebuah basis data yang akan mendukung operasional dan tujuan
suatu perusahaan.
Ada dua pendekatan untuk mendesain sebuah basis data, yaitu :
1. Pendekatan bottom-up, dimulai pada tingkat awal dari atribut
(properti dari entitas dan relationship), melalui analisis dari
29
asosiasi antar atribut, dikelompokkan menjadi hubungan yang
merepresentasikan jenis-jenis entitas dan hubungan antar entitas.
Pendekatan ini cocok untuk mendesain basis data yang sederhana
dengan jumlah atribut yang tidak banyak.
2. Pendekatan top-down, digunakan pada basis data yang lebih
kompleks. Dimulai dengan pengembangan dari model data yang
mengandung beberapa entitas dan hubungan tingkat tinggi,
kemudian menggunakan perbaikan top-down berturut-turut untuk
mengindentifikasikan entitas, hubungan dan atribut berkaitan
tingkat rendah. Pendekatan ini biasanya digambarkan melalui ER
(Entity Relationship).
2.1.4.7 Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), pengertian
Prototyping adalah membuat model kerja dari aplikasi basis data,
yang membolehkan perancang atau user untuk mengevaluasi hasil
akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun fungsi yang dimiliki
sistem. Tujuan utama dari mengembangkan suatu prototype adalah
mengizinkan user untuk menggunakan prototype guna
mengidentifikasikan corak sistem apakah bekerja dengan baik dan
jika mungkin meningkatkan corak baru kepada aplikasi database.
Dengan cara ini, kebutuhan dari pemakai dan pengembang sistem
dalam mengevaluasi kelayakan desain sistem akan semakin jelas
sehingga kelebihan atau kekurangan sistem dapat ditangani dengan
30
baik. Strategi prototyping yang umum di gunakan sekarang ada
dua, yaitu requirement dan evolutionary prototyping. Requirement
prototyping adalah menggunakan prototype untuk menetapkan
kebutuhan dari tujuan aplikasi basis data dan ketika kebutuhan
sudah terpenuhi, prototype tidak di gunakan lagi atau dibuang.
Sedangkan evolutionary prototype menggunakan tujuan yang sama,
tetapi perbedaaan pentingnya adalah prototype tetap di gunakan
untuk selanjutnya di kembangkan menjadi aplikasi basis data yang
lengkap.
Menurut McLeod (2010, p532), pengertian Prototyping adalah
versi dari suatu calon system yang memberikan gambarana kepada
pengembang dan calon pengguna mengenai bagaimana system
dalam bentuk lengkapnya akan bekerja.
2.1.4.8 Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), Implementation
merupakan realisasi secara fisik dari database dan desain aplikasi.
Pada tahap penyelesaian desain, kini kita dapat menerapkan basis
data dan program aplikasi yang telah kita buat. Implementasi basis
data menggunakan DDL yang kita pilih dalam melakukan
pemilihan DBMS atau dengan menggunakan Graphical User
Interface (GUI), yang menyediakan fungsional yang sama dengan
pernyataan DDL yang low-level. Pernyataan DDL digunakan untuk
menciptakan struktur basis data dan mengosongkan file yang
31
terdapat dalam basis data tersebut. Pandangan pemakai lainnya
juga diimplementasikan dalam tahapan ini. Data Manipulation
Language (DML) di gunakan untuk mengimplementasikan
transaksi basis data di dalam bagian aplikasi program dari sasaran
DBMS, mungkin termasuk host programming language seperti,
Visual basic, Delphi, C, C++, Java, COBOL, dan Pascal.
2.1.4.9 Data Conversion and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2010, p 334), Data Conversion
and Loading adalah mencakup pengambilan data dari sistem lama
untuk dipindahkan kedalam system yang baru. Langkah ini
diperlukan hanya ketika suatu sistem basis data baru sedang
menggantikan sistem yang lama. Sekarang, DBMS yang memiliki
kegunaan yang dapat mengisi file yang ada kedalam sistem yang
baru telah dianggap umum, kegunaan yang ada umumnya
memerlukan spesifikasi sumber file dan target basis data yang
baru. Ketika conversion and loading dibutuhkan, prosesnya barus
direncanakan untuk memastikan kelancaran transaksi untuk
keseluruhan operasi.
32
2.1.4.10 Testing
Menurut Connolly dan Begg (2010, p334), Testing adalah
suatu proses melaksanakan program aplikasi dengan tujuan
menemukan kesalahan. Sebelum diterapkan dalam suatu sistem,
basis data harus dilakukan testing terlebih dahulu. Hal ini dicapai
dengan penggunaan secara hati-hati untuk merencanakan suatu test
dan data yang realistis sedemikian sehingga keseluruhan proses
pengujian sesuai dengan metode dan dilaksanakan sesuati aturan
yang ada.
2.1.4.11 Operation Maintenance
Menurut Connolly dan Begg (2010, p335), Operational
Maintenancne adalah proses memantau dan memelihara sistem
setelah di-install. Pada tahapan sebelumnya, basis data benar-benar
diuji dan diimplementasikan. Sekarang sistem beralih ke tahapan
pemeliharaan. Aktifitas dari tahapan ini adalah sebagai berikut :
1. Memantau kinerja dari sistem. Jika kinerjanya menurun
dibawah level yang dapat diterima, mungkin basis data perlu
diorganisasi
2. Pemeliharaan dan upgrade aplikasi basis data (jika di perlukan
ketika basis data sepenuhnya bekerja, pemantauan harus
memastikan kinerjanya dapat berada dalam tingkat yang
diterima.Sebuah DBMS biasanya menyediakan berbagai kegunaan
(utilities) untuk membantu administrasi basis data termasuk
33
kegunaan untuk mengisi data kedalam basis data dan untuk
memberikan informasi seperti pemakaian basis data dan strategi
eksekusi query Database administrasi dapat menggunakan
informasi ini untuk memperbaiki sistem agar dapat memberikan
kinerja yang lebih baik.
2.1.5 Entity – Relationship Modelling
Menurut Connolly (2010, p371), Entity Relationship Modeling
merupakan pemodelan yang berguna untuk memberikan pemahaman yang
tepat terhadap data dan penggunaannya di dalam suatu perusahaan. Model
ini menggunakan pendekatan top-down dalam perancangan basis data yang
di mulai dengan mengidentifikasikan data penting yang disebut entity dan
relasi antar data yang akan direpresentasikan ke dalam model. Kemudian
di tambahkan detail-detail lebih seperti informasi yang akan dicari
mengenai entities dan relationship yang disebut dengan atribut dan
constraints pada entity, atribut dan relationship.
2.1.5.1 Entity Type
Menurut Connolly (2010, p372), Entity Type merupakan
sekumpulan objek di dunia yang memiliki property yang sama.
Entity di representasikan dalam bentuk diagram beruba persiegi
panjang berlabel nama dari entity.
34
Gambar 2.2 Representasi Diagram dari entity
Menurut Connolly (2010, p372), Entity Type dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Tipe Entitas kuat, yaitu entitas yang keberadaannya tidak
tergantung pada tipe entitas lainnya.
2. Tipe Entitas lemah, yaitu tipe entitas yang keberadaannya
tergantung
pada tipe entitas lainnya.
2.1.5.2 Relationship Types
Menurut Connolly (2010, p374), Relationship Types
merupakan suatu hubungan antar entity types. Relationship Types
direpresentasikan dalam bentuk diagram berubah garis lurus yang
menghubungkan dua buat entity types, ditandai dengan nama dari
relasi tersebut. Pada umumnya, relasi dinamai dengan kata kerja.
Nama Entity
Karyawan Cabang
35
Memiliki
Gambar 2.3 Representasi Diagram dari Relationship
Menurut Connoly dan Begg (2010, p376), dalam Relationship
Types terdapat degree of relationship type.Degree of relationship
type merupakan jumlah tipe entitas yang terkait dalam
relationship.Entitas yang terkait dalam relationship disebut dengan
participants. Jadi, degree dari suatu relationship menunjukkan
banyak nya entitas yang tergabung dalam suatu relationship.
Terdapat 3 (tiga) jenis degree of relationship, yaitu:
a. Binary Relationship
Binary Relationship merupakan relationship yang mempunya dua
degree.
Memiliki ->
Gambar 2.4 Binary Relationship
Nama Entity
Karyawan Cabang
Karyawan Cabang
36
b. Ternary Relationship
Ternary Relationship merupakan relationship yang mempunyai
tiga degree.
Gambar 2.5 Ternary Relationship
c. Quertanary Relationship
Quertanary Relationship merupakan relationship yang mempunyai
empat degree
Gambar 2.6 Quaternary Relationship
Karyawan
Perusahaan
Cabang memiliki
Produksi
Perusahaan
Cabang Karyawan
memiliki
37
2.1.5.3 Attribute
Menurut Connolly dan Begg (2010, p379), Attribute adalah
properti suatu entitas atau jenis relasi.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p378), Attribute Domain
adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih
atribut. Atribut dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
1. Simple Attribute
Simple Attribute adalah sebuah atribut yang terdiri dari komponen
tunggal yang mempunyai keberadaan bebas dan tidak dapat dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil di kenal dengan nama Atomic
Attribute.
2. Composite Attribute
Composite Attribute adalah atribut yang teridir dari beberapa
komponen, di mana masing-masing komponen mempunyai
keberadaan yang bebas.
3. Single-valued Attribute
Single–valued Attribute adalah atribut yang mempunyai nilai
tunggal untuk setiap kejadian dari tipe entity.
4. Multi-valued Attribute
Multi-valued Attribute adalah atribut yang mempuanyai beberapa
nilai untuk setiap kejadian dari tipe entity.
5. Derived Attribute
38
Atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau
sekelompok atribut yang berhubungan, dan tidak harus berasal dari
satu entitas.
2.1.5.4 Key
Menurut Connolly dan Begg (2010, p381-382), Key adalah
sebuah field yang digunakan untuk mengidentifikasi satu atribut
atau lebih secara unik mengidentifikasi setiap record.
Keys yang sering digunakan yaitu :
1. Candidate Key
Candidate key merupakan kumpulan minimal dari atribut-atribut
yang secara unik mengidentifikasikan suatu entity.
2. Primary Key
Primary key merupakan candidate key yang dipilih untuk secara
unik mengidentifikasikan suatu entity.
3. Composite Key
Composite key merupakan candidate key yang terdiri atas dua atau
lebih atribut
4. Alternate Key
Alternate key merupakan candidate key yang tidak terpilih menjadi
primary key, atau biasa disebut dengan secondary key.
5. Foreign Key
39
Foreign key merupakan sebuah primary key pada sebuah entitas
yang digunakan pada entitas lainnya untuk mengidentifikasi sebuah
entity.
2.1.5.5 Structural Constraints
Menurut Connoly dan Begg (2010, p396) Structural
Constraints memeriksa batasan tipe entitas yang mempunyai
kesamaan dalam relasi. Multiplicity adalah jumlah atau range dari
terjadinya yang mungkin dari suatu entity yang mungkin
berhubungan dengan kejadian tunggal dari jenis entitas yang terkait
melalui suatu hubungan tertentu.
Hubungan Structural Constraints dibagi menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu:
1. Hubungan One-to-One (1:1)
Hubungan antara entitas yang satu dengan entitas lain mempunyai
relasi hubungan satu entitas.
2. Hubungan One-to-Many (1:*)
Hubungan antara entitas pertama yang mempunyai banyak relasi
dengan entitas kedua yang mempunyai relasi satu entitas.
3. Hubungan Many-to-Many (*:*)
Hubungan antara entitas pertama yang mempunyai relasi banyak
dengan entitas kedua Cardinality adalah menjelaskan jumlah
maksimum hubungan terjadinya yang mungkin untuk suatu entitas
yang berpartisipasi dalam jenis hubungan tertentu. Participation
40
adalah menentukan semua atau hanya beberapa terjadinya entitas
berpartisipasi dalam hubungan.
2.1.6 Normalization (Normalisasi)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p416), Normalization adalah
sebuah teknik untuk menghasilkan sekelompok relasi atau hubungan
dengan properti-properti yang diinginkan, yang memberikan kebutuhan
data dari suatu perusahaan suatu desain database harus memenuhi kondisi
untuk tidak mengandung anomali, yaitu suatu kejanggalan dari
penempatan atribut tertentu dari suatu objek data. Untuk membedakan satu
record dengan yang lainnya maka perlu di pilih atribut atau kombinasi
atribut sebagai kunci primer (primary key).
Tujuan pembuatan normalisasi adalah:
1. Membuat seminim mungkin terjadinya data rangkap.
2. Menghindarkan adanya data yang tidak konsisten terutama bila terjadi
penambahan, penghapusan data sebagai akibat adanya data rangkap.
3. Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan
semua atribut.
2.1.6.1 First Normal Form ( 1NF )
First Normal Form (1NF) dapat di artikan bahwa sebuah relasi
di mana setiap baris dan kolom hanya berisi satu nilai suatu data
dikatakan Unnormalized (UNF), jika di dalamnya mengandung
kelompok yang berulang (redundancy group), sehingga untuk
41
membentuk normalisasi pertama repeating group harus
dihilangkan.
Nilai dari setiap atribut adalah tunggal. Kondisi ini dapat
diperoleh dengan melakukan eliminasi terjadinya data ganda
(redundancy data). Namun ada kondisi pertama ini kemungkinan
masih terjadi adanya data rangkap.
2.1.6.2 Second Normal Form (2NF)
Second Normal Form (2NF) dapat di artikan bahwa sebuah
relasi dalam bentuk normal pertama dan atribut bukan primary key
yang tergantung secara fungsional kepada primary key.
Pengujian bentuk normal kedua dapat di hasilkan dengan
melihat apakah ada atribut bukan primary key yang merupakan
fungsi dari sebagian primary key.
2.1.6.3 Third Normal Form (3NF)
Third Normal Form (3NF) adalah sebuah relasi dalam bentuk
normal pertama dan kedua dan setiap atribut yang bukan primary
key yang bergantung secara transitif kepada primary key.
Pengujian terhadap 3NF dilakukan dengan cara melihat
apakah terdapat atribut yang bukan key terganrtung fungsional
terhadap atribut bukan key lainnya. Dengan cara yang sama, maka
setiap ketergantungan transitif di pisahkan. 3NF sudah cukup baik
42
dalam arti anomali yang di kandungnya sudah sedemikian
minimum.
2.1.6.4 Boyce Codd Normal Form (BCNF)
Boyce Codd Normal Form suatu relasi disebut memenuhi
BCNF jika dan hanya jika setiap determinan yang ada pada relasi
tersebut adalah candidate key. Untuk normalisasi ke bentuk BCNF,
maka tabel 3NF di dekomposis menjadi beberapa tabel yang
masing-masing memenuhi BCNF. Tujuan membentuk BCNF :
1. Semantik multiple candidate key menjadi lebih eksplisit (FD
hanya pada candidate key).
2. Menghindari update anomali yang masih mungkin terjadi pada
3NF.
Dari definisi 3NF dan BCNF, maka apabila suatu relasi memenuhi
BCNF pasti memenuhi 3NF, tetapi belum tentu sebaliknya.
2.1.6.5 Diagram Aliran Data
Menurut Whitten (2004: 334) diagram aliran data adalah suatu
bagan yang menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan
tugas atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem.
Diagram Arus Data ini mempunyai simbol-simbol yang dapat
mengungkapkan komponen-komponen dasar dari proses dan
aliran sistem. Beberapa pengertian simbol (lihat daftar simbol)
yang digunakan di dalam diagram arus data, adalah:
43
1. Kesatuan Data (External Entity)
Merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat
berupa orang, organisasi atau sistem lainnya, yang memberikan
input (masukkan) atau menerima output (keluaran) dari sistem.
Gambar 2.7 External Entity
2. Arus Data
Arus data mengalir di antara proses, simpanan data dan
kesatuan luar. Arus data menunjukkan arus data yang masukan
untuk sistem ataupun keluaran dari sistem dan input yang masuk
kedalam proses yang harus menghasilkan output yang berbeda.
Arus data secara fisik antara lain dapat berupa formulir, laporan
tercetak, surat dan sebagainya.
Gambar 2.8 Arus Data
44
3. Proses
Kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin ataupun
komputer untuk mengolah masukkan dan menghasilkan keluaran
dari proses.
Gambar 2.9 Proses
4. Simpanan Data
Merupakan suatu penampungan data yang dapat berupa suatu
file, arsip, tabel dan sebagainya. Selain itu untuk menjelaskan
aliran data yang mengalir di sistem. Analisa sistem dapat
mengidentifikasikan data dengan kamus data.
Gambar 2.10 Simpanan Data
45
2.2 Teori-teori khusus
Teori khusus merupakan teori pendukung yang dibuat untuk memenuhi
kriteria dari batasan pengolahan dan perancangan masalah yang dihadapi.
2.2.1 Monitoring
Menurut Nikolaos Bourbakis, Konstantina S. Nikita and Ming Yang
(2013) Monitoring adalah melakukan kegiatan monitoring untuk program
atau kinerja suatu kelompok dalam organisasi.
Menurut Avraham Mayevsky, Efrat Barbiro-Michaely (2013)
Monitoring adalah proses untuk melihat dan mencari informasi dalam
semua aspek dalam suatu objek.
Menurut George R. Tery (2009, p395) mengartikan Monitoring
sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah diterapkan.
Menurut Schwalbe (2007, p111), Monitoring adalah proses mengukur
kemajuan menuju tujuan proyek, pemantauan deviasi dari rencana, dan
mengambil tindakan perbaikan untuk kemajuan sesuai dengan rencana.
- Monitoring Produk
Menurut Nikolaos Bourbakis, Konstantina S. Nikita and Ming Yang
(2013) Monitoring Produk adalah melakukan kegiatan untuk melihat proses
produk dalam organisasi.
46
Menurut Avraham Mayevsky, Efrat Barbiro-Michaely (2013)
Monitoring Produk adalah proses untuk melihat dan mencari
informasi tentang produk dalam semua aspek.
Menurut Schwalbe (2007, p111), Monitoring Produk adalah
proses mengukur kemajuan suatu produk, apakah sudah sesuai dengan
rencana.
- Monitoring Proyek
Menurut Dr. Harry Hikma (2011, p121) Monitoring Proyek
adalah proses pengumpulan dan analisis informasi tentang proyek
secara sistematis.
Menurut George R. Tery (2009, p395) mengartikan
Monitoring Proyek adalah mengevaluasi apa yang sedang dikerjakan
dalam suatu proyek dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan.
Menurut Sukaryadi (2010, p67) Monitoring Proyek adalah
penilaian yang terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan
proyek di dalam konteks.
47
2.2.2 Penjualan
Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan
oleh suatu perusahaan yangmengajak orang lain untuk membeli barang
dan jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain
untuk membeli barang dan jasa yang ditaawarkan yang dapat
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Banyak para ahli yang
berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian dari penjualan namun
semuanya memiliki arti yang sama. Beberapa diantaranya adalah menurut
Swasta (1991), “Penjualan merupakan suatu ilmu dan seni untuk
mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang
lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan. “ (h.8).
Sedangkan menurut Mulyadi (2011), “Kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi penjualan barang atau jasa, baik kredit maupun tunai.” (h.2).
Pengertian Penjualan menurut Henry Simamora dalam buku
Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis menyatakan bahwa : “
Penjualan adalaha pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan
jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.
Dari kedua pengertian penjualan diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa penjualan adalah ilmu dan seni mempengaruhi
pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar
bersedia memberi barang atau jasa yang ditawarkan, penjualan adalah
pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang
dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.
48
2.3 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Gambar 2.11 Kerangka Pikir
Definisi Ruang Lingkup Masalah
Analisis Masalah
Analisis
Kebutuhan
Desain
Konseptual
Model
Desain Logikal
Model
Desain Fisikal
Model
Konstruksi dan
Pengujian
top related