bab 1 perkembangan ekonomi makro - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada...
Post on 16-May-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
6
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
1.1. KONDISI UMUM
Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat
dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan
ekonomi tercatat melambat dari 8,6% menjadi 6,52% (y-o-y) di triwulan III-2008. Namun
demikian jika ditinjau secara triwulan (q-t-q), perekonomian masih mampu tumbuh 1,22%,
naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 0,97%. Turunnya laju pertumbuhan
merupakan efek lanjutan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008, meski perlambatan
aktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan.
Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen selain konsumsi yang
meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Penurunan ekspor dan
investasi barang modal menjadi pemicu melambatnya laju pertumbuhan di triwulan laporan.
Respon di sisi penawaran ditunjukkan dengan terkoreksinya pertumbuhan seluruh sektor
ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan dan perdagangan.
Sumber : BPS *)angka sementara **)angka sangat sementara
Grafik 1.1 ‐ Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
7
Tabel 1.1 ‐ Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Menurut Penggunaan (berdasarkan harga konstan 2000)
1.2. KOMPONEN PENGGUNAAN
Dari sisi permintaan, menurunnya laju pertumbuhan lebih disebabkan oleh penurunan
investasi barang modal (PMTB) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan
yang signifikan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor yang
disertai meningkatnya impor ke wilayah Kepulauan Riau. Walaupun terdapat peningkatan
konsumsi tetapi belum mampu menahan melambatnya pertumbuhan di triwulan III-2008.
Komponen 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9.22% 16.03% 23.04% 17.48% 18.59%
‐ Makanan 13.95% 12.79% 24.10% 21.84% 26.34%‐ Non Makanan 6.20% 18.24% 22.34% 14.68% 13.53%
Pengeluaran Konsumsi Swasta Nirlaba 2.61% 11.29% 16.74% 10.47% 11.94% Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.44% 16.07% 18.06% 13.30% 9.15% Pembentukan Modal Tetap Bruto 30.07% 9.94% 26.50% 71.10% 31.22% Perubahan Stok ‐301.77% ‐155.61% 38.85% 70.66% ‐18.24% Ekspor Barang dan Jasa ‐59.05% 157.09% 7.07% 5.88% 0.60%
‐ Ekspor Luar Negeri ‐60.23% 164.40% 6.76% 5.86% 0.49%‐ Ekspor Antar Daerah ‐8.20% 21.52% 20.58% 6.58% 4.71%
Dikurangi Impor Barang dan Jasa ‐1.56% 15.55% 12.95% 15.59% 23.46%‐ Impor Luar Negeri ‐11.47% ‐35.57% 4.25% 7.59% 7.47%‐ Impor Antar Daerah ‐1.28% 16.85% 13.08% 15.71% 23.69%
PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52%
a. Konsumsi
Komponen konsumsi mengalami peningkatan relatif karena kenaikan
permintaan selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Kondisi ini
ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk produk
makanan dari 21,84% menjadi 26,34% (y-o-y) di triwulan III-2008. Sedangkan
pengeluaran untuk produk-produk non-makanan semakin menurun sekaligus
memperlihatkan adanya shifting preferensi pola konsumsi akibat kenaikan harga-harga
secara umum.
Konsumsi lembaga swasta nirlaba juga mencatat kenaikan sejalan dengan
meningkatnya pengeluaran menjelang Idul Fitri. Adapun laju pertumbuhan belanja
pemerintah melambat diduga terkait dengan periode revisi anggaran yang terjadi selama
triwulan III-2008.
Sumber : BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
8
Relatif meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi cukup terkonfirmasi pada
perkembangan penjualan kendaraan bermotor baru baik roda empat maupun roda dua. Di
samping itu penyaluran kredit konsumsi perbankan di wilayah Kepulauan Riau juga
meningkat tinggi mencapai 35,6% di triwulan laporan.
v
Sementara menurunnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan pengeluaran
rumahtangga untuk kelompok non-makanan terlihat dari indikator pengeluaran utama
pemerintah dan penjualan semen. Konsumsi listrik oleh kelompok rumahtangga dan
umum juga mengalami tren menurun di triwulan III-2008.
Grafik 1.4 –Volume Kendaraan Roda 4 Baru
Sumber : Dipenda Kepri
Grafik 1.5 –Volume Kendaraan Roda 2 Baru
Sumber : Dipenda Kepri
Grafik 1.2 – Laju Pertumbuhan Konsumsi
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Grafik 1.3 – Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber : BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
9
b. Investasi
Pertumbuhan investasi PMTB mencatat penurunan yang cukup besar
dibanding triwulan sebelumnya dari 71,1% menjadi 31,22% (y-o-y). Melambatnya
arus investasi barang modal diduga merupakan efek dari tertekannya daya beli yang
diiringi dengan peningkatan biaya produksi secara umum. Di samping itu, belum
membaiknya ekpektasi investor terhadap iklim investasi di Kepulauan Riau terkait realisasi
Free Trade Zone (FTZ) juga turut mempengaruhi investasi yang masuk ke wilayah
Kepulauan Riau. Sampai dengan akhir September 2008, Badan Pelaksanaan Kawasan
(BPK) untuk kawasan FTZ Batam belum terbentuk, dimana program kerja serta insentif
Grafik 1.6 – Pengeluaran Utama Pemerintah
Sumber : BKKD Kepri
Grafik 1.7 – Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.8 – Konsumsi Listrik Rumahtangga
Sumber : PT. PLN Batam
Grafik 1.9 – Konsumsi Listrik Kelompok Umum
Sumber : PT. PLN Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
10
untuk mempercepat arus investasi ke kawasan khusus Batam, Bintan dan Karimun juga
belum disosialisasikan.
Turunnya investasi PMTB dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor
capital goods selama bulan Juli dan Agustus 2008 dibanding tahun sebelumnya. Koreksi
pertumbuhan juga diperlihatkan dari sisi pembiayaan perbankan, dimana laju
pertumbuhan kredit investasi mengalami penurunan dari 19,1% di triwulan I-2008
menjadi 14,1%.
Meski demikian, investasi PMA baik untuk proyek baru maupun perluasan usaha
masih mampu tumbuh di tengah kecenderungan likuiditas global yang semakin tertakan.
Persetujuan rencana investasi PMA selama triwulan III-2008 sebesar US$150 juta atau
meningkat 404,8% dibanding periode yang sama tahun 2007. Pertumbuhan ini semakin
berakselerasi dibandingkan triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 106,6%.
Adapun realisasi investasi sepanjang triwulan III-2008 senilai US$ 101,8 juta,
meningkat drastis dibanding realisasi pada tw.III-2007 sebesar US$ 31,7 juta. Investasi yang
teralisasi selama Juli-Sept 2008 juga meningkat signifikan dibanding periode triwulan II-
2008 yang tercatat sebesar US$15,7 juta.
Grafik 1.10 – Perkembangan Nilai Impor Kepri Berdasarkan BEC
Sumber : BI - DSM Sumber : BI - Batam
Grafik 1.11 – Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kepri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
11
Sementara berdasarkan jumlah proyeknya, rencana investasi yang disetujui selama
triwulan III-2008 sebanyak 17 proyek, turun dibanding triwulan II-2008 sebanyak 22
proyek. Namun demikian, realisasi proyek investasi selama triwulan laporan mengalami
peningkatan 11 proyek di triwulan sebelumnya menjadi sebanyak 18 proyek.
Aplikasi PMA selama Januari-September 2008 berasal dari beberapa negara, antara
lain Singapura, Malaysia, British Virgin Island, Hongkong, RRC, Belanda, Inggris, Korea
Selatan, Australia, Jepang, India dan Taiwan. Bidang usaha tersebar di beberapa industri,
antara lain pembenihan biota laut 1 proyek, industri pembuatan dan perbaikan kapal 8
proyek, jasa akomodasi/hotel 3 proyek, industri percetakan 2 proyek, industri kemasan dan
plastik 1 proyek, perdagangan besar ekspor/impor sebanyak 12 proyek, pekerjaan khusus
logam 2 proyek, jasa konstruksi khusus untuk kapal 1 proyek, serta sisanya pada industri
dan jasa lainnya.
c. Ekspor-Impor
Pertumbuhan ekspor melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 5,88%
menjadi 0,6% sehingga total ekspor mencapai Rp 9,7 triliun, sementara impor
meningkat dari 15,59 menjadi 23,46% di triwulan III-2008. Meski belum merasakan
dampak perlambatan ekonomi global secara langsung, second round effect melalui
perlambatan ekonomi Singapura di triwulan II dan III-2008 diduga sebagai penyebab
dominan menurunnya kinerja perdagangan luar negeri Kepulauan Riau.
Sumber : Otorita Batam
Grafik 1.12 – Perkemb.Nilai Investasi PMA Grafik 1.13 – Perkemb.Proyek Investasi PMA
Sumber : Otorita Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
12
Aktivitas perdagangan ekspor-impor sangat intens terjadi di propinsi ini. Seluruh
PMA yang mayoritas berfungsi sebagai tempat manufacturing melakukan kegiatan ekspor-
impor baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang olahan
(intermediate goods). Sedangkan faktor kedekatan lokasi dengan Singapura dan Malaysia
sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Kepulauan Riau sehingga barang-barang
konsumsi (consumers goods) impor sangat banyak ditemukan di wilayah ini, khususnya
kota Batam. Turunnya laju pertumbuhan ekspor yang disertai dengan peningkatan impor
semakin menekan laju pertumbuhan di triwulan III-2008. Meski demikian data Bank
Indonesia yang menghitung seluruh aktivitas ekpor-impor termasuk di kawasan berikat
belum cukup mengkonfirmasi menurunnya aktivitas perdagangan luar negeri Kepulauan
Riau di triwulan laporan.
Grafik 1.16 – Pertumbuhan Ekspor Produk Utama Grafik 1.17 – Pertumbuhan Impor Produk Utama
Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM
Grafik 1.14 – Perkembangan Ekspor Kepri berdasarkan BEC
Grafik 1.15 – Perkembangan Impor Kepri berdasarkan BEC
Sumber: BI - DSM Sumber: BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
13
Selama bulan Juli dan Agustus 2008, produk utama yang diekspor antara lain
mesin-mesin elektrik sebesar US$ 218 juta atau 15,8% dari total ekspor Juli-Agustus 2008
yang tercatat sebesar US$ 1,38 miliar; diikuti produk peralatan dan perlengkapan kantor
sebesar 15,72%; perangkat radio, TV dan alat komunikasi (13,84%); peralatan transportasi
lainnya (9,66%); serta produk logam dasar sebesar 8,71%.
Sementara itu produk-produk utama yang masuk ke wilayah kepabeanan propinsi
Kepulauan Riau relatif tidak berbeda dengan produk ekspor tersebut. Kondisi ini
disebabkan industri manufaktur yang berdomisili di Batam hanya sebagai tempat produksi,
dan merupakan perpanjangan tangan dari representative yang ada di Singapura. Adapun
selama Juli-Agustus 2008 produk yang paling banyak masuk adalah perangkat radio, TV
dan alat komunikasi yakni sebesar US$ 372 juta atau mencapai 21% dari total impor
selama periode tersebut. Kemudian diikuti oleh produk logam dasar sebesar 17,54%,
mesin-mesin dan spare-part (16,12%), mesin elektrik (13,7%); serta peralatan dan
perlengkapan kantor sebanyak 7,41% dari total impor.
Melambatnya laju pertumbuhan ekspor pada tw.III-2008 sebagian besar
disebabkan oleh penurunan ekspor peralatan dan perlengkapan kantor, serta perangkat
elektronik seperti radio, tv dan alat komunikasi lainnya. Sementara ekspor mesin-mesin
elektrik masih mengalami peningkatan relatif terhadap bulan Juli-Agustus 2007. Sejalan
dengan itu, impor perangkat elektronik dan mesin-mesin juga mengalami penurunan
dibanding periode sebelumnya.
Memasuki periode triwulan III-2008, peran Singapura masih sangat menentukan
aktivitas perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Meski ekspor ke negara tersebut relatif
menurun, namun impor barang yang masuk dari negara tersebut justru meningkat.
2006 2007 Mar‐08 Jun‐08 Aug‐08
AS 5.46 4.53 3.17 3.58 4.97
Euro 4.89 5.08 5.06 5.19 5.09
Japan 5.70 4.85 4.97 4.73 4.92
ASEAN 73.58 70.36 77.16 77.26 75.11
Singapore 68.65 65.98 70.50 69.28 67.25
Malaysia 2.82 2.32 5.46 6.69 3.32
Hongkong 1.85 2.39 4.30 1.86 2.92
China 1.64 2.31 2.80 2.38 2.89
India 0.41 0.74 0.07 0.06 0.06
Intra Regional
G3
Tujuan Ekspor 2006 2007 Mar‐08 Jun‐08 Aug‐08
AS 1.71 3.17 2.81 2.11 1.35
Euro 3.90 3.80 3.45 4.51 2.97
Japan 5.42 4.43 2.57 2.26 2.44
ASEAN 85.90 84.52 85.32 83.24 88.05
Singapore 82.82 80.31 80.94 78.67 82.58
Malaysia 2.14 3.00 3.40 3.12 4.36
Hongkong 0.55 0.51 0.37 0.59 0.52
China 0.74 1.60 0.75 1.55 1.64
India 0.50 0.25 0.34 0.15 0.25
Negara Penjual
G3
Intra Regional
Sumber : BI - DSM
Tabel 1.2 - Pangsa Ekspor Beberapa Negara Tabel 1.3 - Pangsa Impor Beberapa Negara
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
14
Penurunan demand negara-negara maju (G3) belum berdampak langsung terhadap kinerja
ekspor, dimana pangsa ekspor ke AS, Eropa dan Jepang relatif konstan dengan
kecenderungan meningkat. Di lain pihak, aktivitas ekspor ke negara-negara intraregional
ASEAN relatif melambat dimana share-nya menjadi 75,1% dari total ekspor posisi Agustus
2008.
Efek tidak langsung dari gejala perlambatan ekonomi Amerika sejak akhir tahun
2007 diduga mulai dirasakan melalui jalur perdagangan Singapura dan Malaysia. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bubble krisis yang melanda sektor keuangan Amerika
dan hampir seluruh negara di dunia belum mempengaruhi kinerja ekspor Kepulauan Riau.
Menurunnya demand global akibat kondisi likuiditas yang semakin berkurang diperkirakan
mulai terlihat pada kinerja perdagangan Kepulauan Riau di kuartal akhir tahun 2008
mendatang.
Kekhawatiran kalangan usaha terhadap kelesuan lebih lanjut pada perekonomian
Amerika Serikat cukup beralasan mengingat besarnya pengaruh yang ditimbulkan bagi
negara lain. Kondisi tersebut mulai dirasakan negara Singapura yang perekonomiannya
semakin terkoreksi di triwulan III-2008 dengan laju pertumbuhan diproyeksi -0,5% (y-o-y).
Stagnasi perekonomian sangat dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri manufaktur
mencapai level -11,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura tentu akan berdampak
pada perekonomian Kepulauan Riau khususnya Batam melalui jalur perdagangan, dimana
berdasarkan pola historis pengaruhnya akan terlihat dalam 3 - 6 bulan mendatang. Jika
ditinjau secara Nasional, ekspor Kepulauan Riau khususnya Batam ke Singapura masih
Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated
Tabel 1.4 – Pertumbuhan Ekonomi Singapura Grafik 1.18 - Ekspor Batam & Nasional ke Singapura
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
15
menunjukkan kinerja yang stabil di tengah menurunnya pasar ekspor Indonesia ke negara
tersebut.
1.3. SISI PENAWARAN
Melambatnya pertumbuhan investasi dan ekspor langsung berimplikasi pada
kinerja sektor industri pengolahan, yang menjadi determinan utama melambatnya
laju perekonomian triwulan III-2008. Sektor lainnya yang dihitung dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) juga mengalami pertumbuhan yang menurun merespon perlambatan
yang terjadi di sisi penerimaan. Secara persentase penurunan terbesar dialami oleh sektor
bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih (LGA), namun kontribusinya terhadap
penurunan cukup minimal.
Berdasarkan sumbangannya terhadap pembentukan PDRB, struktur perekonomian
provinsi Kepuluan Riau di tw.III-2008 relatif sama triwulan sebelumnya dimana masih
Tabel 1.6 – Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku)
Tabel 1.5 – Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000)
Sumber : BPS, diolah
Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 3.98% 6.77% 8.37% 5.78% 2.18% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.72% ‐2.28% ‐1.89% ‐2.99% ‐2.85% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7.16% 5.86% 5.56% 6.35% 4.67% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 150.21% 6.07% 13.49% 12.34% 5.12% 5. BANGUNAN 10.04% 32.31% 45.93% 42.58% 28.52% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4.52% 8.60% 10.52% 10.37% 8.36% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10.52% 11.36% 18.56% 16.34% 13.84% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.82% 10.12% 11.69% 10.69% 9.59% 9. JASA‐JASA 6.56% 13.81% 20.57% 17.47% 14.77%
PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52%
Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 5.17% 5.13% 4.93% 4.86% 4.91% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.46% 9.53% 9.41% 9.52% 9.26% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 47.81% 46.83% 45.53% 45.27% 45.18% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.55% 0.56% 0.56% 0.55% 0.56% 5. BANGUNAN 4.12% 5.08% 5.89% 6.26% 6.31% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 20.19% 20.54% 20.79% 20.80% 20.96% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.99% 4.28% 4.56% 4.49% 4.59% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 5.39% 5.53% 5.57% 5.54% 5.51% 9. JASA‐JASA 2.32% 2.53% 2.76% 2.71% 2.73%
PDRB 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
16
didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan. Namun dari
pola historis sederhana diketahui bahwa sektor pertambangan tidak signifikan mempengaruhi
dinamika yang terjadi di perekonomian. Sebaliknya, sektor pertanian yang sumbangan
ekonomi di bawah 5% tetapi cukup kuat mempengaruhi aktivitas perekonomian di Kepulauan
Riau. Sehingga kebijakan daerah yang lebih terfokus pada sektor ini diharapkan bisa memberi
sumbangan yang optimal terhadap kemajuan perekonomian daerah.
a. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan- III-2008 sektor industri mencatat angka pertumbuhan
sebesar 4,67% (y-o-y), turun dari 6,35% pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju
pertumbuhan diduga dominan karena meningkatnya biaya produksi menyusul kenaikan
harga-harga secara umum dan kenaikan upah minimum sehingga nilai tambah yang
dihasilkan bagi perekonomian relatif menurun dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor industri juga tidak terlepas dari pengaruh
ekonomi global yang semakin mengalami masalah likuiditas. Seperti diketahui bahwa
industri yang berdomisili di Batam hampir seluruhnya merupakan perusahaan asing (PMA).
Dengan kesulitan likuiditas yang dihadapi maka sangat berpengaruh pada kegiatan
ekspansi yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Grafik 1.19 – Pertumbuhan Sektoral Tw.II & Tw.III-2008 (y-o-y)
Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
17
Sektor industri pengolahan Kepulauan Riau didominasi oleh manufaktur alat
angkutan, mesin dan perlatannya. Selanjutnya terdapat industri logam dasar besi dan baja,
industri semen, barang kayu serta kimia. Kecuali industri alat angkutan, mesin dan
perlatannya, sub-sektor industri lainnya mengalami penurunan di triwulan III-2008. Meski
relatif meningkat, namun pertumbuhan sub-sektor industri alat angkutan, mesin dan
perlatannya masih tumbuh negatif, dimana pertumbuhannya pada triwulan ini sebesar
-4,78% dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh -5,21%. Kondisi tersebut juga
terkonfirmasi dari data pertumbuhan ekspor perlengkapan transportasi/angkutan yang
mengalami pertumbuhan rata-rata lebih baik dibanding triwulan sebelumnya.
Terkait dengan itu, barang-barang elektronika seperti radio, tv, decoder dan
peralatan komunikasi yang keluar dari wilayah kepabeanan juga mengalami penurunan
pertumbuhan dari rata-rata sebesar 34,9% di triwulan II-2008 menjadi -5,65% di Juli dan
Agustus 2008.
Barang-barang kimia yang diekspor kembali dari wilayah Kepulauan Riau menurun
dari rata-rata 35,2% menjadi 10,5% di periode triwulan III-2008. Adapun total barang-
barang kimia yang keluar dari wilayah kepabeanan Kepulauan Riau selama bulan Juli dan
Agustus sebesar US$ 51 juta atau naik 9,44% dibandingkan periode yang sama tahun
2007. Peningkatan ekspor tersebut menurun dibanding periode triwulan II-2008 yang
tumbuh 33,4%.
Sementara manufaktur logam dasar besi dan baja pertumbuhannya tercatat
melambat dari 16,65% di triwulan sebelumnya menjadi 11,12%. Sehingga nilai tambah
perekonomian yang diberikan industri ini selama Juli - September 2008 diperkirakan
Grafik 1.20 – Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.II & Tw.III-2008
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.21 – Pertumbuhan Ekspor BeberapaProduk Manufaktur
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
18
sekitar Rp 852 milyar (harga konstan 2000). Melambatnya pertumbuhan ekspor produk
logam dasar seperti besi dan baja diduga merupakan pengaruh dari menurunnnya aktivitas
konstruksi di Singapura karena hampir seluruh produk diekspor ke negara tersebut.
Dari sisi pembiayaan perbankan daerah, sektor manufaktur yang berorientasi
ekspor cenderung memperoleh fasilitas dari luar negeri atau negara asal perusahaan yang
memberikan tingkat bunga yang lebih kompetitif. Sehingga pembiayaan perbankan
daerah ditujukan bagi industri pendukung dengan skala kecil-menengah (IKM/UKM). Di
tengah penurunan yang dialami oleh manufaktur besar, kredit perbankan kepada sektor
industri justru meningkat signifikan. Peningkatan ini diperkirakan karena naiknya biaya
produksi dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional perusahaan.
b. Sektor Bangunan
Sektor Bangunan mengalami mengalami penurunan pertumbuhan yang
cukup besar dibanding trwulan sebelumnya, dari 42,58% menjadi 28,52%. Seperti
yang diperkirakan pada kajian triwulan sebelumnya, sektor ini akan mendapat tekanan
yang lebih berat disebabkan turunnya daya beli masyarakat, terutama yang
berpenghasilan menengah ke bawah. Kondisi ini secara langsung akan berdampak pada
menurunnya permintaan di sektor properti.
Pertumbuhan proyek-proyek perumahan selama triwulan III-2008 terlihat
cenderung menurun, seperti yang dikonfirmasi oleh turunnya volume penjualan semen di
wilayah Kepulauan Riau. Total penjualan semen propinsi Kepulauan Riau menurut data
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) selama triwulan III-2008 sebanyak 184 ribu ton atau
Grafik 1.22 – Penyaluran Kredit kepada Sektor Industri
Sumber : BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
19
tumbuh 11,9% dibanding periode tahun sebelumnya (y-o-y). Pertumbuhan tersebut
menurun dibanding penjualan selama triwulan II-2008 sebanyak 196 ribu ton atau tumbuh
sebesar 22,1% (y-o-y). Penjualan semen mulai menurun sejak bulan Juni 2008, sehingga
cukup mengkonfirmasi melambatnya aktivitas pembangunan properti pasca kenaikan
harga BBM bulan Mei 2008 lalu.
Indikator lain yang menggambarkan perlambatan tersebut adalah menurunnya
impor logam dasar besi dan baja, serta produk-produk furniture seperti yang terlihat pada
grafik 1.24 di bawah. Komponen bangunan, terutama besi dan baja merupakan produk
yang paling banyak diimpor dari luar negeri khususnya Singapura.
Tertahannya demand masyarakat menengah-bawah juga terkonfirmasi oleh
turunnya pembiayaan perbankan daerah untuk kepemilikan rumah tipe 70 m2 ke bawah.
Total pembiayaan perbankan untuk kepemilikan rumah tipe ini mencapai lebih dari Rp
Sumber : BI - DSM
Grafik 1.24 – Perkembangan Impor Kayu, Keramik, Furniture, Baja & Baja Grafik 1.23 – Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.26 – Perkembangan KPR Type >70m2
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.25 – Perkembangan KPR Type <70m2
Sumber : BI - Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
20
1,8 triliun atau 17,5% dari total kredit yang disalurkan pada posisi September 2008.
Sedangkan pembiayaan untuk tipe menengah-besar (di atas 70 m2) relatif tidak
terpengaruh oleh kenaikan harga energi yang diikuti oleh harga-harga secara umum.
Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tipe 70m2 ke atas tercatat meningkat dari
24,5% menjadi 27,3%. Sehingga sampai dengan akhir triwulan III-2008 kredit yang
disalurkan mencapai Rp 579 milyar atau 5,53% dari total kredit perbankan di wilayah
propinsi Kepulauan Riau. Pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR) terbesar diberikan
oleh Bank BTN dengan pangsa sekitar 55% dari total penyaluran kredit properti, kemudian
diikuti oleh Bank Niaga (9%) dan Bank NISP (7%). Menurunnya indikator pembiayaan
perbankan untuk membiayai kepemilikan rumah terutama tipe-70 ke bawah sejalan
dengan hasil survei Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Politeknik Batam terhadap
properti residensial kota Batam, yang menunjukkan adanya penurunan indeks terutama
pada properti residensial skala kecil dan menengah.
c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran kembali tertekan
seiring dengan melambatnya aktivitas di sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan di
triwulan III-2008 diperkirakan sebesar 8,36%, menurun dibanding triwulan sebelumnya
yang tumbuh 10,37% (y-o-y). Perlambatan sebagian besar disebabkan oleh menurunnya
kegiatan perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan ini tumbuh 6,53% dibanding
triwulan II-2008 yang masih tumbuh 7,95%. Sehingga total nilai tambah perekonomian
yang dihasilkan dari kegiatan perdagangan besar dan eceran selama triwulan III-2008
menjadi Rp 1,75 triliun, atau 83% dari total nilai tambah yang dihasilkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
Sementara di sektor hotel dan restoran terjadi penurunan dalam persentase yang
lebih besar. Aktivitas perhotelan tercatat mengalami pertumbuhan yang melambat dari
23,37% menjadi 18,6%, sedangkan sub-sektor restoran turun dari 24,85% menjadi
17,59%. Meski secara persentase mengalami penurunan yang cukup besar, namun
sumbangan yang diberikan relatif minimal, dimana masing-masing memiliki kontribusi nilai
tambah sebesar 11% dan 6% terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Penurunan di sektor hotel sebagaimana dikonfirmasi oleh turunnya tingkat hunian
(occupancy rate) hotel-hotel berbintang di wilayah Kepulauan Riau, terutama kota Batam.
Tingkat hunian sempat meningkat pada awal triwulan III-2008 sehubungan dengan msim
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
21
liburan sekolah. Sebagian masyarakat domestik yang ingin berkunjung ke Singapura dan
Malaysia biasanya melalui kota Batam karena biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah.
Namun memasuki bulan Agustus dan September 2008, tingkat hunian hotel berbintang
diperkirakan kembali turun bahkan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan
dengan itu, jumlah penumpang domestik yang bepergian dari dan ke propinsi Kepulauan
Riau melalui bandara Hang Nadim Batam juga menurun drastis, bahkan mencapai
pertumbuhan yang negatif.
Kebangsaan Juni‐08 Pangsa (%)
Singapura 77,681 55.5%
Malaysia 22,791 16.3%
Korea Selatan 9,231 6.6%
India 4,894 3.5%
China 2,126 1.5%
Jepang 3,502 2.5%
Inggris 3,021 2.2%
Amerika Serikat 1,891 1.4%
Australia 2,168 1.5%
Taiwan 851 0.6%
Jerman 996 0.7%
Belanda 604 0.4%
Lainnya 10,277 7.3%
Total Wisman 140,033 100.0%
Grafik 1.27 – Pertumbuhan Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah (Juli-Sep.2008 hasil proyeksi BI-Batam)
Grafik 1.28–Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau
Tabel 1.7 – Pangsa Turis Mancanegara yang Berkunjung ke Kepulauan Riau
Sumber : BPS, diolah Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam
Grafik 1.29 – Volume Penumpang Domestik Melalui Bandara Hang Nadim Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
22
Melambatnya pertumbuhan juga terkonfirmasi pada data pembiayaan perbankan
daerah untuk kegiatan perdagangan eceran, distribusi, restoran dan hotel. Penyaluran
kredit kepada sektor perdagangan eceran pada posisi akhir triwulan III-2008 tercatat
sebesar Rp 1 triliun atau tumbuh 2,3% dibanding triwulan III-2007 (y-o-y). Pertumbuhan
ini mengalami penurunan secara gradual sejak akhir triwulan II-2008 yang masih tumbuh
26,97% (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan kredit untuk usaha distribusi, hotel dan restoran
juga menurun meski dalam persentase yang lebih rendah.
d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
diperkirakan kembali menurun dari 10,69% pada triwulan II-2008 menjadi 9,59%
di triwulan laporan. Berdasarkan data sementara BPS diidentifikasi bahwa penurunan
dominan dipengaruhi oleh sektor perbankan dan sewa bangunan, meski secara persentase
perlambatan terbesar terjadi pada sub-sektor jasa perusahaan. Berdasarkan
sumbangannya, sub-sektor Perbankan memiliki pangsa dominan terhadap pembentukan
PDRB sektor ini, yakni sebesar 67,82%. diikuti sub-sektor Sewa Bangunan (27,83%),
Lembaga Keuangan Bukan Bank (3,63%) serta Jasa Perusahaan (0,71%).
Selama triwulan III-2008 nilai tambah perekonomian yang dihasilkan oleh sektor
perbankan mencapai Rp 298 milyar atau tumbuh 10,96% (y-o-y), turun dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 11,91%. Kondisi tersebut cukup terkonfirmasi oleh kinerja
perbankan secara riil, dimana pertumbuhan kredit rata-rata selama triwulan ini relatif
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.30 – Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sub-Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
23
menurun dibanding triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan aset
perbankan di wilayah Kepulauan Riau. Di samping itu, dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun juga terus menurun hingga posisi September 2008 tercatat sebesar Rp15 triliun
atau hanya tumbuh 7,5% dibanding posisi September 2007. Sedangkan pada posisi akhir
triwulan II-2008 (Juni), total dana masih mengalami pertumbuhan sebesar 10,5% (y-o-y).
Dalam kondisi gap kredit dan dana yang semakin besar, kinerja perbankan masih sangat
baik, dimana tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap dapat dikontrol
dengan baik dan tetap di bawah 5%.
Selain terkait dengan permasalahan likuiditas perbankan secara Nasional,
menurunnya pertumbuhan likuiditas perbankan di Kepulauan Riau juga masih dipengaruhi
oleh kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 lalu. Dengan kenaikan harga yang terjadi secara
umum, kemampuan masyarakat untuk menyimpan dananya menjadi berkurang. Namun
demikian situasi ini masih dalam batas wajar dan belum mengkhawatirkan, karena masih
terdapat kelebihan (excess) dana di perbankan sebesar Rp 4,5 triliun yang siap disalurkan
kepada sistem perekonomian daerah.
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.32 – Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.31 – Pertumbuhan Sub-Sektor Bank, LKBB, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
24
Melambatnya pertumbuhan sub-sektor jasa perusahaan juga tercermin dari
penurunan kredit sektor jasa dunia usaha. Pada posisi September 2008, kredit yang
diberikan kepada jasa-jasa dunia usaha sebesar Rp 1,1 triliun atau naik 15,48% dibanding
tahun sebelumnya (y-o-y). Kenaikan ini jauh di bawah kenaikan pada posisi Juni 2008 yang
mencapai 30%.
e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah
sebelumnya sangat terpukul oleh kenaikan harga BBM pada bulan Mei lalu. Laju
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi semakin menurun dari 16,34%
menjadi 13,84% di triwulan III-2008. Penurunan yang terjadi sangat erat kaitannya
dengan melambatnya aktivitas perdagangan, hotel dan restoran.
Penurunan pertumbuhan dialami oleh seluruh sub-sektor baik pengangkutan
darat, laut dan udara, maupun sub-sektor pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang
yang terkait dengannya. Sebagian besar disebabkan oleh menurunnya aktivitas
pengangkutan darat dan laut yang masing-masing berkontribusi 46% dan 23% terhadap
pembentukan PDRB sektor pengangkutan dan komunikasi.
Kenaikan tarif yang disepakati pemerintah daerah dan kalangan pengusaha
angkutan berkisar 15%-25%, belum mampu mendorong perbaikan kinerja industri
angkutan, baik angkutan jalan raya maupun angkutan laut. Angkutan laut memegang
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.34 – Perkembangan Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.33 – Perkembangan LDR & NPL Perbankan Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
25
peranan yang sangat penting dalam bagi masyarakat Kepulauan Riau karena lokasi
geografis antar kabupaten/kota terpisah dalam wilayah kepulauan.
Dari sisi pembiayaan, tekanan harga BBM terhadap biaya operasional sektor
transportasi dapat tercermin pada laju pertumbuhan kredit sub-sektor transportasi umum
yang menurun signifikan di tw.II-2008. Di samping itu, berkurangnya pembiayaan
perbankan kepada sektor komunikasi konvergen dengan perlambatan yang terjadi di
sektor Komunikasi.
Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam
Grafik 1.37 – Volume Penerbangan Domestik Grafik 1.38 – Volume Penerbangan Internasional
Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.35 - Pertumbuhan Sub-sektor Transportasi & Komunikasi
Grafik 1.36 – Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan
Sumber : BI - Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
26
f. Sektor Pertanian
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 2,18% di triwulan III-2008, kembali
melambat setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 5,78%. Berdasarkan
kontribusi yang diberikan, nilai tambah sektor pertanian baru menyumbang kurang dari
5% terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau dan terus menurun dalam 3 tahun
terakhir. Meskipun sumbangan ekonominya relatif kecil, namun secara historis pengaruh
yang diberikan cukup besar dan signifikan dalam menerangkan dinamika yang terjadi
pada sistem perekonomian propinsi Kepulauan Riau. Sebagai propinsi yang sebagian
besar wilayahnya adalah perairan, sektor perikanan memberi kontribusi dominan
terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian dengan share mencapai 73,3%.
Selanjutnya diikuti oleh sub-sektor peternakan sebesar 15,3%, tanaman bahan makanan
(5,1%), tanaman perkebunan (5,1%), serta kehutanan (1,2%).
Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh penurunan yang
terjadi di sektor perikanan, dimana pada triwulan III-2008 hanya tumbuh 1,52% (y-o-y),
sehingga nilai tambah yang diberikan diestimasi sebesar Rp 318 milyar. Tingkat
pertumbuhan tersebut jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih
mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,5%. Penurunan kinerja sub-sektor perikanan
juga dikonfirmasi oleh turunnya nilai ekspor ikan, udang dan kepiting sebagai komoditas
perikanan utama yang berorientasi ekspor.
Adapun laju pertumbuhan sub-sektor peternakan, tanaman bahan makanan, dan
kehutanan masih mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2008. Peningkatan ini
Grafik 1.39 – Pertumbuhan Sub-Sektor TBM, Peternakan & Pertanian
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.40 – Perkembangan Ekspor Ikan, Udang dan Kepiting
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
27
cukup digambarkan oleh sejumlah indikator sektoral, antara lain hasil produksi jagung
dan ubi-ubian. Sedangakan komoditas padi relatif menurun disebabkan oleh faktor
cuaca. Meski demikian berdasarkan pola musim panen beberapa komoditas pertanian di
Kepulauan Riau yang sebagian besar jatuh pada semester-II, maka diperkirakan hasil
produksi pertanian masih berpotensi tumbuh di akhir tahun 2008.
Sementara di sisi pembiayaan perbankan daerah, semakin tumbuhnya kredit yang
diberikan untuk sektor tanaman pangan dan peternakan cukup mengkonfirmasi
peningkatan relatif yang dialami sektor tersebut. Peningkatan yang terjadi diduga tidak
terlepas dari pengaruh kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung para petani terkait
dengan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu.
g. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Perlambatan yang dialami sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) semakin
nyata, dimana pada triwulan ini hanya tumbuh 5,12%, menurun signifikan
dibanding triwulan sebelunya yang tumbuh 12,34% (y-o-y). Terkoreksinya
pertumbuhan di triwulan III-2008 sebagian besar dipengaruhi oleh perlambatan sub-sektor
gas dari 13,08% pada triwulan II-2008 menjadi hanya tumbuh 1,72%. Kondisi ini masih
sangat dipengaruhi oleh kendala pasokan yang terjadi selama triwulan II-2008. Adapun
kontribusi nilai tambah yang diberikan sub-sektor gas selama triwulan laporan tetap
Sumber : BPS, diolah Ket. *) data sementara **) data ramalan
Grafik 1.41 – Produksi Jagung, Padi & Ubi-Ubian Grafik 1.42 – Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Tanaman Pangan, Perikanan & Peternakan
Sumber : BI - Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
28
dominan, mencapai Rp 27 miliar atau sekitar 55% dari total nilai tambah perekonomian
yang dihasilkan sektor LGA.
Sementara sub-sektor listrik juga menalami pertumbuhan yang menurun
dibanding triwulan sebelumnya, dari 12,05 menjadi 9,99%. Penurunan diduga terkait
dengan belum berakhirnya permasalahan listrik yang dialami beberapa daerah di luar
Batam, seperti kota Tanjungpinang dan kabupaten Bintan. Khusus kota Batam, tekanan
daya beli yang dihadapi masyarakat pada umumnya cukup berimbas pada penjualan PT.
PLN Batam. Meski demikian, total penjualan listrik selama triwulan III-2008 sebesar
316.396 MWh atau meningkat 10,05% dibanding periode yang sama tahun 2007.
Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik sejak awal tahun 2006
dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan
Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta, dimana saat ini komposisi supply
mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27% dengan menggunakan energi diesel,
sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP yang menggunakan bahan bakar gas. Besarnya
kontribusi penggunaan gas dalam menjamin kelancaran pasokan listrik di kota Batam
menyebabkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif konvergen dengan sub-sektor
Listrik.
Sementara itu di sisi pembiayaan perbankan, turunnya laju pertumbuhan kredit
kepada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih cukup mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi
di sektor ini. Adapun outstanding kredit pada bulan September 2008 tercatat sebesar Rp
34 milyar atau tumbuh 60,94% dibanding posisi September 2007. Namun demikian
terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada akhir bulan yang diduga untuk menutupi
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.43 – Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
Sumber : PT. PLN Batam, diolah
Grafik 1.44 – Perkembangan Penjualan Listrik PT. PLN Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
29
kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan yang bergerak di bidang ini
maupun industri pendukungnya.
Wacana energi semakin critical di Kepulauan Riau mengingat beberapa daerah di
luar Batam masih mengalami permasalahan listrik yang berkepanjangan. Khusus bagi kota
Batam, permasalahan energi menyangkut 2 hal yaitu pasokan gas dan pasokan listrik.
Kesinambungan pasokan gas menjadi lebih penting, selain karena lebih dari 70%
pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar gas, sebagian aktivitas produksi
perusahaan di kawasan industri juga menggunakan bahan bakar ini disebabkan harganya
yang lebih murah dibanding harga listrik.
Akan semakin sulit bagi kota Batam menghadirkan investor besar jika tidak ada
jaminan terhadap permasalahan energi, dimana kawasan industri di negara-negara
tetangga tidak memberi kekhawatiran terhadap kesinambungan energi. Berdasarkan
kegiatan liaison*) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Batam terdapat sejumlah
kekhawatiran pengusaha di kawasan industri tertentu dengan seringnya pemutusan
pasokan listrik, meskipun dalam waktu yang relatif singkat.
Di samping untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, kecukupan pasokan gas
sangat diperlukan untuk penerangan sejumlah fasilitas publik termasuk daerah-daerah
pengembangan kota Batam. Unsur estetika (tata kota) juga tidak kalah penting guna
mendukung aktivitas sektor industri dan pariwisata. Pemerintah dan segenap stakeholders
daerah sebaiknya menjadikan isu ini sebagai prioritas yang segera dicari jalan
Sumber : BI - Batam
Grafik 1.45 – Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
30
penyelesaiannya. Terlebih sebagai momentum penting berlakunya Free Trade Zone (FTZ)
secara menyeluruh dan menyambut tahun pariwisata “Visit Batam 2009”.
*) Liaison merupakan kegiatan yang dilakuakn dalam rangka mengumpulkan informasi riil di lapangan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
31
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
2.1. INFLASI KOTA BATAM
2.1.1. Kondisi Umum
Laju inflasi Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi tahun
kalender Kota Batam sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 7,76% (ytd), lebih
tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,23% (ytd).
Sedangkan inflasi tahunan Kota Batam tercatat sebesar 8,91% lebih rendah daripada triwulan
sebelumnya yang tercatat 8,93% namun lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan posisi yang
sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,26%. Meskipun demikian laju inflasi di Kota Batam
pada triwulan III 2008 baik secara tahun kalender maupun secara tahunan masih dibawah
inflasi nasional. Inflasi tahun kalender nasional sampai dengan triwulan III 2008 tercatat
sebesar 10,47% (ytd) sedangkan inflasi tahunan tercatat 12,14% (yoy).
GRAFIK 2.1 – PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
32
2.1.2. Inflasi Triwulanan
Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam mengalami penurunan pada triwulan III 2008
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 laju inflasi kota Batam
tercatat 3,43% (qtq) maka pada triwulan III 2008 laju inflasi Kota Batam tercatat sebesar
1,60% (qtq). Dampak peningkatan harga BBM oleh pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008
pada triwulan III 2008 sudah tidak begitu besar di Kota Batam.
Berdasarkan kontribusinya, pada triwulan III 2008 kelompok bahan makanan
merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan angka inflasi dengan kontribusi
sebesar 0,46% (qtq) dan angka inflasi sebesar 1,99% (qtq). Kelompok yang menyumbang
inflasi terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listik dan bahan bakar yang
memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,42% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 1,74% (qtq).
Kelompok berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan
inflasi Kota Batam adalah kelompok sandang yang memberikan kontribusi inflasi sebesar
0,29% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 5,87%. Kelompok sandang mengalami inflasi yang
cukup tinggi pada terkait dengan kenaikan harga sandang pada saat perayaan Hari Raya Idul
Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008. Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,17% (qtq) dengan angka inflasi
sebesar 3,23% (qtq).
Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
33
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan kontribusi
sebesar 0,15% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,96% (qtq). Sedangkan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,11% (qtq)
dengan angka inflasi sebesar 0,55% (qtq). Sementara itu, meskipun kelompok sandang
mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq), namun kontribusi kelompok sandang tidak begitu
besar (0%) terhadap pembentukan angka inflasi Kota Batam.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam
KELOMPOK Triwulan I -2008 Triwulan II -2008 Triwulan III -2008
Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi SumbanganI Bahan Makanan 6,74 1,85 3,33 0,91 1,99 0,46
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,78 0,14 2,18 0,35 0,96 0,15
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1,82 0,45 3,34 0,82 1,74 0,42
IV Sandang 3,98 0,18 0,23 0,02 5,87 0,29 V Kesehatan 4,39 0,13 2,79 0,01 0,04 0,00
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,75 0,03 0,00 0,00 3,23 0,17
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,15 0,03 6,19 1,23 0,55 0,11
INFLASI 2,89 3,43 1,60
Sumber : BPS (diolah)
2.1.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
2.1.3.1. Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan di Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami inflasi
sebesar 1,70% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok
sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 18,30% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok
ikan diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 5,98% (qtq) dan sub kelompok ikan segar
yang mengalami inflasi sebesar 5,33% (qtq). Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya
mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,65% (qtq), sub
kelompok telur, susu dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 3,15% (qtq), sub kelompok buah-
buahan mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq), diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 0,54% (qtq).
Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan III 2008 tidak mengalami kenaikan
harga. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) pada triwulan III
di Kota Batam adalah sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi sebesar
20,20% (qtq) dan sub kelompok lemak dan minyak yang mengalami deflasi sebesar 1,77%
(qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
34
2.1.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi
sebesar 0,96% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi
dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III 2008. Dua sub kelompok yang
mengalami inflasi inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan minuman tidak beralkohol.
Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,34% (qtq) dan
0,77% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok
tembakau dan minuman beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,17% (qtq).
2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan
mengalami kenaikan harga sebesar 1,74% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq), diikuti sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq) dan sub
kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 1,33% (qtq).
Sementara itu sub kelompok perlengkapan rumah tangga pada triwulan III 2008 tidak
mengalami perubahan harga.
2.1.3.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 5,87% (qtq).
Kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan sehubungan
dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008. Kenaikan harga
tertinggi dialami oleh sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi sebesar
17,02% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang
wanita masing-masing mengalami kenaikan harga sebesar 8,70% (qtq) dan 6,64% (qtq).
Sementera itu, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain pada triwulan laporan justru
mengalami deflasi sebesar 4,19%.
2.1.3.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq)
yang berasal dari sub kelompok obat-obatan yang mengalami inflasi sebesar 0,68% (qtq).
Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani pada triwulan III 2008
tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani dan
kosmetika justru mengalami deflasi sebesar 0,08% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
35
2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami
kenaikan harga sebesar 3,23% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi
pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang
mengalami inflasi sebesar 7,80% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi
masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,11% (qtq) dan 1,31% (qtq). Sementara itu sub
kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami
perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya.
2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008
mengalami inflasi sebesar 0,55% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan
yang mengalami sebesar 4,24% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok transportasi yang
mengalami inflasi sebesar 0,63% (qtq). Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman
pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub
kelompok sarana penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga.
2.2. INFLASI KOTA TANJUNG PINANG
2.2.1. Kondisi Umum
Laju inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahun kalender Kota Tanjung Pinang sampai
dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 10,58% (ytd) sedikit lebih tinggi dibanding inflsi
tahun kalender nasional yang tercatat 10,47% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan Kota Tanjung
Pinang pada triwulan III 2008 tercatat sebesar 14,55% lebih tinggi inflasi tahunan nasional
yang tercatat sebesar 12,14% (yoy).
Laju inflasi yang cukup tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh economic of scale Kota
Tanjung Pinang yang masih relatif kecil dibandingkan Kota Batam. Sejak peralihan ibukota
Provinsi Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan
penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu,
terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi
maupun sebagai bahan baku distribusi. Karena supply barang-barang kebutuhan pokok
tersebut masih cukup terbatas, sehingga terjadi kenaikan harga yang masih cukup tinggi di
Kota Tanjung Pinang.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
36
2.2.2. Inflasi Triwulanan
Secara triwulanan, laju inflasi Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 3,31% (qtq).
Kelompok bahan makanan menjadi kontributor terbesar pada pembentukan inflasi Kota
Tanjung Pinang dengan kontribusi sebesar 1,81% (qtq) dan angka inflasi sebesar 7,19% (qtq).
Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi terbesar berikutnya adalah kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau yang memberikan sumbangan sebesar 0,71% (qtq)
dengan angka inflasi sebesar 3,30% (qtq).
Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga di Kota Tanjung Pinang
pada triwulan III 2008 memberikan kontribusi sebesar 0,68% (qtq) dengan angka inflasi
sebesar 6,20%. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar memberikan sumbangan
sebesar 0,50% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 2,22% (qtq). Kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,13% (qtq) dengan angka
inflasi sebesar 0,78% (qtq). Sedangkan kelompok kesehatan yang mengalami inflasi sebesar
0,94% (qtq) memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,03%.
Meskipun angka inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 cukup tinggi,
namun tidak semua kelompok barang kebutuhan pokok yang diperhitungkan oleh BPS
mengalami kenaikan harga. Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008
justru mengalami penurunan harga sebesar 1,79% dengan sumbangan deflasi sebesar -0,10%
(qtq).
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang
KELOMPOK Triwulan III -2008
Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 7,19 1,81
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3,30 0,71
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2,22 0,50
IV Sandang -1,79 -0,10 V Kesehatan 0,94 0,03 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,20 0,68
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,78 0,13
INFLASI 3,31
Sumber : BPS (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
37
2.2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
2.2.3.1. Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami
inflasi sebesar 7,19% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub
kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 23,18% (qtq) yang diikuti oleh sub
kelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 20,08% (qtq) dan sub kelompok ikan
diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 8,99% (qtq). Sub kelompok bumbu-bumbuan
mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,59% (qtq) dan diikuti
sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan angka inflasi sebesar 6,69% (qtq).
Sub kelompok buah-buahan pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 6,41%
(qtq) yang diikuti oleh sub kelompok telur, susu dan hasilnya dengan angka inflasi sebesar
2,97% (qtq). Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar
2,21% diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami
inflasi sebesar 0,80% (qtq). Sementara itu sub kelompok lemak dan minyak justur mengalami
penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 4,81% (qtq).
2.2.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi
sebesar 3,30% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi
dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III 2008. Dua sub kelompok yang
mengalami inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan tembakau dan minuman beralkohol.
Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 5,47% (qtq) dan
0,31% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok
minuman tidak beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,56% (qtq).
2.2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan
mengalami kenaikan harga sebesar 2,22% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 3,12% (qtq) diikuti sub
kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq), sub kelompok
perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq) dan sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga dengan angka inflasi sebesar 1,50% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
38
2.2.3.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami
penurunan harga sebesar 1,79% (qtq). Penurunan harga terbesar dialami oleh sub kelompok
barang pribadi dan sandang lain yang mengalami deflasi sebesar 5,51% (qtq) diikuti oleh sub
kelompok sandang anak-anak yang mengalami deflasi sebesar 0,05%. Sementara itu dua sub
kelompok lainnya justru mengalami inflasi. Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi
sebesar 0,49% (qtq) dan sub kelompok sandang wanita mengalami kenaikan harga sebesar
0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya.
2.2.3.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq)
yang berasal dari sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar 4,82%
(qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika dengan angka inflasi sebesar
1,29% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan pada triwulan III 2008 tidak
mengalami perubahan harga. Sub kelompok obat-obatan di Kota Tanjung Pinang pada
triwulan laporan justru mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 0,06%
(qtq).
2.2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami
kenaikan harga sebesar 6,20% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi
pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang
mengalami inflasi sebesar 8,82% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi
masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,06% (qtq) dan 4,42% (qtq). Sementara itu sub
kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami
perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya.
2.2.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008
mengalami inflasi sebesar 0,78% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan
yang mengalami sebesar 5,87% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok komunikasi dan
pengiriman yang mengalami inflasi sebesar 1,00% (qtq) dan sub kelompok transportasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
39
dengan angka inflasi sebesar 0,72% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub kelompok sarana
penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
40
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NASIONAL
3.1. KONDISI UMUM
Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan
peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator
perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan
terus mengalami pertumbuhan.
Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan (bank umum dan BPR)
di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan trend peningkatan jika dibanding triwulan II 2008.
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi. Total
asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp18,38
triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp986,52 miliar (5,67%) dibandingkan triwulan II
2008. Sedangkan secara tahunan total asset perbankan mengalami peningkatan Rp1,93 triliun
(11,75%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2007.
Sementara itu, total DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provinsi Kepulauan
Riau sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp15,01 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar Rp434,10 miliar (2,98%) dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK
Grafik. 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
41
perbankan mengalami peningkatan sebesar Rp1,05 triliun (7,54%) dibandingkan posisi yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,96 triliun.
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada triwulan III 2008, penyaluran kredit di
Provinsi Kepulauan Riau oleh perbankan tercatat sebesar Rp10,48 triliun atau mengalami
kenaikan sebesar Rp729,81 miliar (7,48%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar
Rp9,75 triliun. Secara tahunan penyaluran kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
mengalami peningkatan sebesar Rp2,41 triliun (29,82%) dibandingkan triwulan III 2007 yang
tercatat sebesar Rp8,07 triliun.
Peningkatan kredit yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan DPK tersebut
menyebabkan kenaikan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Provinsi Kepulauan
Riau. Jika pada triwulan II 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 66,91%, maka pada triwulan
III 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 69,83%. Tingkat LDR tersebut juga lebih tinggi
dibandingkan posisi yang sama pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 57,85%. Peningkatan
LDR ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi yang dilakukan oleh perbankan di wilayah
Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup optimal.
3.2. TOTAL ASSET BANK UMUM
Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada pertumbuhan
total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam yang
didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Jumlah jaringan kantor cabang
bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 45 kantor cabang pada
triwulan III 2008, tidak mengalami pertambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit, DPK Bank Umum
Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan NPL’s Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
42
Sampai dengan triwulan triwulan III 2008, total asset bank umum mencapai Rp.17,60
triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp8901,79 miliar (4,01%) dibanding triwulan II
2008 yang tercatat sebesar Rp. 16,71 triliun, sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan
sebesar Rp.1,75 triliun (11,03%) terhadap triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
TABEL 3.1 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM (juta rupiah)
Indikator
Periode
2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
1. Jaringan BU 44 44 45 45 45
a. Batam 28 28 29 29 29
b. Tj. Pinang 13 13 13 13 13
c. Karimun 2 2 2 2 2
d. Natuna 1 1 1 1 1
2. Total Asset 15.851.731 16.000.135 16.065.809 16.709.890 17.600.675
a. Batam 11.155.797 11.404.510 11.821.641 12.319.472 12.891.294
b. Tj. Pinang 3.897.759 3.787.352 3.586.531 3.619.643 3.830.760
c. Dati II lain 798.175 492.979 657.637 770.775 878.621
3. Total DPK 13.497.036 13.586.189 13.442.509 14.071.918 14.446.343
a. Batam 8.951.957 9.210.896 9.389.470 9.873.065 9.966.579
b. Tj. Pinang 3.726.971 3.597.598 3.421.781 3.442.043 3.609.408
c. Dati II lain 818.108 101.417 631.258 756.810 870.356
4. Total Kredit 7.726.078 8.215.755 8.583.889 9.291.399 9.944.195
a. Batam 6.374.627 6.817.304 7.100.350 7.623.089 8.139.988
b. Tj. Pinang 1.111.212 1.139.982 1.193.191 1.319.883 1.423.511
c. Dati II lain 240.239 185.294 290.348 348.427 380.696
5. LDR (%) 57,24 60,47 63,86 66,03 68,84
a. Batam 71,21 74,01 75,62 77,21 81,67
b. Tj. Pinang 29,82 31,69 34,87 38,35 39,44
c. Karimun 35,16 38,24 41,57 41,65 39,89
d. Natuna 20,58 24,96 62,4 59,59 54,34
6. NPLs (%) 3,47 2,6 1,57 2,33 2,94
a. Batam 3,16 2,37 1,4 2,14 2,96
b. Tj. Pinang 5,18 3,72 2,93 3,21 2,64
c. Karimun 8,48 5,43 0,57 4,84 5,29
d. Natuna 0,06 0 0 0 0
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan Dati II, kegiatan bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana
jumlah total asset bank umum sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam. Total
asset bank umum yang ada di Kota Batam pada triwulan III 2008 sebesar Rp.12,89 triliun atau
73,24% dari seluruh total asset bank umum di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang
berhasil dihimpun oleh bank umum di Tanjung Pinang sebesar Rp.3,83 triliun atau 21,76%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
43
dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara itu total asset perbankan di
wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp.878
miliar (4,99%).
Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp571 miliar
(4,64%) secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar
Rp1,74 triliun (15,57%). Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung
Pinang mengalami peningkatan sebesar Rp211 miliar (5,83%) namun secara tahunan total
asset bank umum penurunan sebesar Rp66,99 miliar (1,72%). Untuk perbankan di wilayah
Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset
perbankan di wilayah tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar Rp107,85
miliar (13,99%) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp80,45 miliar
(10,08%).
3.3 DANA PIHAK KETIGA BANK UMUM
Pada triwulan III 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank umum
mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2008 jumlah dana masyarakat mencapai Rp14,46
triliun atau meningkat sebesar Rp374,43 milyar (2,66%) dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp14,07 triliun.
Peningkatan DPK bank umum pada triwulan III 2008 sebagian besar disumbangkan
oleh peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang naik Rp210,52 miliar (7,35%)
sehingga tercatat sebesar Rp3,07 triliun. Namun secara tahunan simpanan dalam bentuk
deposito justru mengalami penurunan sebesar Rp58,51 miliar (1,87%). Sedangkan simpanan
dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp169,63 miliar (3,24%). Secara
tahunan, simpanan dalam bentuk tabungan juga mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Tabungan yang dihimpun oleh bank umum sampai dengan triwulan III mengalami
Grafik 3.4. Share Asset Bank Umum Grafik 3.5. Perkembangan Asset Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
44
peningkatan sebesar Rp1,12 triliun (25,78%). Sementara itu simpanan dalam bentuk giro
turun sebesar Rp5,73 miliar (0,10%) terhadap triwulan sebelumnya. Secara tahunan simpanan
dalam bentuk giro juga mengalami penurunan sebesar Rp101,53 miliar (1,67%).
Secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis simpanan terbesar
(41,26%) diantara dua jenis simpanan lain. Porsi simpanan jenis tabungan tercatat sebesar
Rp5,41 triliun (37,47%). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp3,07
triliun (21,27%). Dominasi sektor industri dan sektor perdagangan pada perekonomian Kota
Batam turut mempengaruhi jenis transaksi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan
masyarakat akan dana likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat
menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan
masyarakat di perbankan.
3.4 KREDIT BANK UMUM
Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp9,94 triliun meningkat sebesar Rp652,79
miliar atau tumbuh sebesar 7,03% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah
kredit dan penurunan DPK mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di
Provinsi Kepulauan Riau meningkat menjadi 68,84% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 66,03%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam
sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,04 triliun atau 40,64% dari total
kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing
sebesar Rp3,57 triliun (35,93%) dan Rp2,33 triliun (23,44%).
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.7. Share DPK Bank Umum
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
45
Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan III 2008
terdapat pada kredit untuk konsumsi yang meningkat sebesar Rp335,57 miliar (9,06%)
terhadap triwulan II 2008. Secara tahunan kredit konsumsi bank umum mengalami
peningkatan sebesar Rp1,04 triliun (34,83%). Sementara itu kredit konsumsi modal kerja
secara triwulanan meningkat sebesar Rp231,95 miliar (6,94%). Secara tahunan kredit modal
kerja mengalami peningkatan sebesar Rp916,32 miliar (34,50%). Sedangkan kredit investasi
meningkat sebesar Rp85,28 miliar (3,80%), secara tahunan kredit investasi mengalami
peningkatan sebesar Rp257,97 miliar (12,45%).
NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun demikian masih berada di
bawah persyaratan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum meningkat dari 2,33% pada
triwulan II 2008 menjadi 2,94% pada triwulan laporan. Secara nominal NPL bank umum juga
mengalami penurunan sebesar Rp.6,05 miliar.
3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT
Sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, Provinsi
Kepulauan Riau menarik minat investor untuk menanamkan modalnya untuk diinvestasikan
pada bisnis perbankan, khususnya BPR. Adapun alasan investor tersebut karena bisnis BPR
tidak terlalu membutuhkan modal besar dan proses pendiriannya tidak terlalu rumit.
Sampai dengan triwulan III 2008 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat
ada 19 kantor BPR dan 3 (tiga) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 4 (empat) BPR dan
1 (satu) kantor cabang BPR dibandingkan triwulan II 2008. Perkembangan BPR yang sudah
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum
Grafik 3.9. Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
46
beroperasi juga tergolong cukup baik yang ditunjukkan oleh kenaikan share beberapa
indikator kinerja BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan.
Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi
Kepulauan Riau mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Pada triwulan III 2008
share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 4,22%
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,91%. Sementara itu
pada posisi triwulan III 2007, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi
Kepulauan Riau tercatat sebesar 3,61%.
Share DPK BPR terhadap total DPK perbankan Provinsi Kepulauan Riau meskipun
sempat mengalami penurunan pada triwulan II 2008, pada triwulan III 2008 kembali
menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 2008, share DPK terhadap total DPK perbankan di
Provinsi Kepulauan tercatat sebesar 3,76% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 3,46% dan posisi yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,30%.
Sementara itu share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan
Riau mengalami peningkatan yang cukup tinggi di setiap triwulan. Jika pada triwulan III 2007
share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar
4,32%, maka pada triwulan III 2008 share kredit BPR tersebut tercatat sebesar 5,14%, lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,73%.
3.6. TOTAL ASSET BANK PERKREDITAN RAKYAT
Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami
peningkatan. Sampai dengan triwulan III 2008, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar
Rp95,74 miliar (14,07%) menjadi sebesar Rp776,38 miliar dibanding triwulan II 2008 yang
tercatat sebesar Rp680,64 miliar. Secara tahunan total asset BPR mengalami peningkatan
sebesar Rp182,99 miliar (30,84%) dibanding posisi yang sama pada tahun 2007. Peningkatan
Grafik 3.10. Share BPR terhadap Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
47
total asset BPR pada triwulan ini ini juga dipengaruhi oleh adanya pertambahan jumlah BPR
baru di Provinsi Kepulauan Riau.
TABEL 3.2 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR
(dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
1. TOTAL ASSET 593.383 628.812 642.366 680.641 776.379
2. TOTAL DANA 461.030 476.104 498.168 504.879 564.556
a. Tabungan 35.791 38.577 40.902 44.805 51.715
b. Deposito 425.239 437.528 457.266 460.073 512.841
3. KREDIT 348.435 375.622 394.750 461.337 538.346
a. Investasi 22.119 27.510 30.844 40.208 50.540
b. Modal Kerja 82.152 84.193 90.339 108.041 128.903
c. Konsumsi 244.164 258.884 273.567 313.088 358.903
3.7. DPK BANK PERKREDITAN RAKYAT
Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan
triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar
Rp504,88 miliar, maka pada triwulan III 2008 meningkat menjadi Rp564,56 miliar atau naik
sebesar Rp59,68 miliar (11,82%). Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR
mengalami peningkatan sebesar Rp103,53 miliar (22,46%). Sebagian besar dana masyarakat
yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp512,30 miliar atau
90,84% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 9,16% disimpan dalam bentuk tabungan
sebesar Rp51,72 miliar.
Simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp52,77 miliar
(11,47%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan simpanan dalam
bentuk deposito di BPR mengalami peningkatan sebesar Rp87,60 miliar (20,60%). Secara
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11. Perkembangan DPK BPR Grafik 3.12. Share DPK BPR
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
48
triwulanan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp6,91 miliar
(15,42%) dibandingkan triwulan II 2008. Sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan
sebesar Rp15,92 miliar (44,49%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2007.
3.8. KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan III 2008
mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan II 2008. Jumlah kredit yang
disalurkan oleh 19 BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III
2008 tercatat sebesar Rp538,35 miliar atau meningkat Rp77,01 miliar (16,69%) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp461,34 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit BPR di
Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp189,91 miliar (54,50%)
dibandingkan triwulan III 2007 yang tercatat sebesar Rp348,44 miliar.
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar
digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah
kerja KBI Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp358,90 miliar atau 66,67% dari
seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja yang
diberikan BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp128,90 miliar atau 23,94% dari seluruh
total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit investasi adalah sebesar Rp50,54
miliar (9,39%).
Kredit konsumsi BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III mengalami
peningkatan sebesar Rp45,82 miliar (14,63%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat
sebesar Rp313,09 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit konsumsi BPR mengalami
peningkatan sebesar Rp114,74 miliar (46,99%) dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya.
Grafik 3.13. Perkembangan DPK BPR Grafik 3.14. Share Kredit BPR
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
49
Kredit modal kerja yang disalurkan BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III
mengalami peningkatan sebesar Rp20,86 miliar (19,31%) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sedangkan secara tahunan kredit modal kerja BPR mengalami peningkatan sebesar Rp46,75
miliar (56,91%) dibandingkan posisi triwulan III 2007. Kredit investasi yang disalurkan oleh BPR
kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan III 2008 mengalami
peningkatan sebesar Rp10,33 miliar (25,70%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat
sebesar Rp40,21 miliar. Secara tahunan kredit investasi BPR di Provinsi Kepulauan Riau
mengalami peningkatan sebesar Rp28,42 miliar (128,49%) terhadap posisi triwulan III 2007
yang tercatat sebesar Rp22,12 miliar.
Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang
dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi
Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk
pembelian rumah atau ruko.
Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh
kredit konsumsi, namun kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi di antara dua jenis
kredit yang lain. Kredit investasi meningkat sebesar 25,70% (triwulanan) atau 128,49%
(tahunan). Peningkatan kredit investasi tersebut memberikan sinyal positif bagi dunia usaha,
khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha mikro, kecil dan menengah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
50
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi anggaran penerimaan di tw.III-2008 lebih besar dibanding triwulan
sebelumnya. Total realisasi selama tahun 2008 sampai dengan triwulan III tercatat
sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan tahun 2008. Adapun
rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 provinsi
Kepulauan Riau yang disahkan sebesar Rp 1,389 triliun yang terdiri dari komponen
Pendapatan sebesar Rp 1,178 triliun, Belanja sebesar Rp 1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar
Rp 204 milyar. Dibandingkan jumlah APBD tahun 2007 sebesar Rp 1,467 triliun, APBD tahun
2008 mengalami penurunan sebesar 5,32%. Penurunan lebih disebabkan karena
berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan perhitungan pembiayaan dari Sisa
Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA).
Tabel 4.1 – Perkembangan APBD TA.2005-2007 & RAPBD TA.2008 Provinsi Kepulauan Riau
No
STRUKTUR APBD
TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA.2008
1 PENDAPATAN
371,721,840,000 911,152,768,000
1,019,498,530,494
1,178,500,000,000
2 BELANJA 483,577,930,50
01,136,081,909,77
31,459,367,000,00
0 1,382,500,000,00
0
3 PEMBIAYAAN
111,856,090,500 224,929,141,773 439,868,869,506 204,000,000,000
TOTAL APBD 501,134,743,00
01,189,966,909,77
31,467,000,000,00
0 1,389,000,000,00
0
Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau
Secara umum, kebijakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk pembangunan
sektor pendidikan masih tetap konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun
2008 porsi anggaran pendidikan sebesar 20,13% dari APBD atau sebesar Rp 279,5 milyar.
Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar Rp 59,3 milyar, untuk melaksanakan
pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Tanjungpinang secara multiyears.
Adapun anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp 282,6 milyar, yang
diarahkan untuk pelaksanaan beberapa program pembangunan antara lain pembangunan
infrastruktur pusat pemerintahan Provinsi, pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
51
infrastruktur pedesaan, pembangunan drainase, pengendalian banjir, dan pemberdayaan jasa
konstruksi. Dan untuk Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi dianggarkan sebesar Rp
41,9 milyar, untuk pelaksanaan program pembangunan transportasi udara, pembangunan
transportasi laut, pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, studi kelayakan dan
subsidi transportasi laut.
Penerimaan pemerintah selama triwulan III-2008 mencapai Rp 404 milyar atau
34,3% dari target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 1,18 triliun. Realisasi
penerimaan ini meningkat 38,1% dibanding penerimaan selama triwulan II-2008.
Meningkatnya penerimaan selama triwulan III-2008 dihasilkan dari teralisasinya dana bagi hasil
bukan pajak sebesar Rp 161 milyar. Dengan demikian total peneriman selama tahun 2008
telah terealisasi sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan yang dityetapkan
sebesar Rp 1,18 triliun.
Tabel 4.2 – Target dan Realisasi Penerimaan Periode Juli - September 2008
Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau
Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan III-2008
meningkat 11,18% dibanding triwulan sebelumnya. Penerimaan daerah dari pajak selama
triwulan III-2008 teralisasi sebesar Rp 108 milyar, relatif menigkat dibanding triwulan
sebelumnya. Sehingga total penerimaan pajak daerah sampai dengan akhir triwulan laporan
sebesar Rp 288 milyar, atau 63,76% dari target yang ditetapkan.
Total Penerimaan Pencapaian
Tw.I‐2008 Tw.II‐2008 Juli‐2008 Agt‐2008 Sep‐2008 Tw.III‐2008 s.d. tw.III‐2008 s.d. tw.III‐2008(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAHPajak Daerah 452,130,165,000 82,580,153,130 97,555,811,796 35,155,303,201 36,909,925,566 36,070,383,296 108,135,612,063 288,271,576,989 63.76%Retribusi Daerah 8,140,000,000 117,519,500 198,466,500 243,565,200 260,878,470 208,376,100 712,819,770 1,028,805,770 12.64%‐ Retribusi Jasa Umum 640,000,000 11,759,500 17,911,500 7,496,000 5,176,000 6,323,500 18,995,500 48,666,500 7.60%‐ Retribusi Jasa Usaha 7,500,000,000 105,760,000 180,555,000 236,069,200 255,702,470 202,052,600 693,824,270 980,139,270 13.07%Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,700,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0.00%Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000 1,531,402,373 1,788,907,330 596,161,491 650,340,563 579,421,062 1,825,923,117 5,146,232,820 8.83%TOTAL PAD 520,231,448,000 84,229,075,003 99,543,185,626 35,995,029,892 37,821,144,599 36,858,180,458 110,674,354,950 294,446,615,579 56.60%
2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000 30,748,896,058 120,653,491,753 14,893,214,986 2,974,190,599 17,540,735,651 35,408,141,236 186,810,529,047 119.08%‐ Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000 18,045,048,530 57,453,733,790 519,764,932 1,558,784,974 3,330,892,712 5,409,442,618 80,908,224,938 93.95%‐ Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000,000 0 63,199,757,963 1,669,602,526 1,415,405,625 1,505,995,411 4,591,003,562 67,790,761,525 935.17%‐ Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000 12,703,847,528 0 12,703,847,528 0 12,703,847,528 25,407,695,056 38,111,542,584 60.00%Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457,000 0 0 41,340,091,449 0 120,046,839,656 161,386,931,105 161,386,931,105 78.08%Dana Alokasi Umum 288,884,858,000 72,221,214,000 72,221,214,000 24,073,738,000 24,073,738,000 48,147,476,000 96,294,952,000 240,737,380,000 83.33%Dana Alokasi Khusus 5,801,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0.00%TOTAL DANA PERIMBANGAN 658,268,552,000 102,970,110,058 192,874,705,753 80,307,044,435 27,047,928,599 185,735,051,307 293,090,024,341 588,934,840,152 89.47%
TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,178,500,000,000 187,199,185,061 292,417,891,379 116,302,074,327 64,869,073,198 222,593,231,765 403,764,379,291 883,381,455,731 74.96%
JENIS PENERIMAANTARGET TA. 2008
REALISASI PENERIMAAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
52
Sedangkan penerimaan dari retribusi daerah mencapai Rp 713 juta, atau mengalami
kenaikan 259% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 198 juta. Meski
demikian total penerimaan dari retribusi selama tahun 2008 baru teralisasi Rp 1,02 milyar atau
12,6% dari target. Kendala pencapaian ini juga diduga terkait dengan tingginya kenaikan
target Retribusi Daerah T.A.2008 yang ditetapkan yakni sebesar Rp 8,1 milyar, dari Rp 485 juta
yang ditargetkan pada T.A.2007. Di samping itu, kebijakan optimalisasi penerimaan daerah
yang berasal dari retribusi ini masih baru diterapkan, sehingga dibutuhkan waktu dan upaya
yang lebih intensif dalam mensosialisasikannya kepada segenap stakeholders daerah.
Adapun penerimaan yang berasal dari dana perimbangan telah teralisasi sebesar 293
milyar atau meningkat 51,96% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 193
milyar. Meningkatnya penerimaan sebagian besar diperoleh dari realisasi dana bagi hasil bukan
pajak sebesar Rp 161 milyar.
Di samping itu terdapat penerimaan yang berasal dari pajak penghasilan pribadi
sebesar Rp 25 milyar, yang pada triwulan sebelumnya belum teralisasi. Dengan demikian
penerimaan dari pajak penghasilan pribadi telah terealisasi sebesar Rp 38 milyar atau 60% dari
target 2008.
Dana perimbangan yang berasal dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak tercatat telah
melampaui target yang ditetapkan. Total bagi hasil pajak/bukan pajak telah teralisasi sebesar
Rp 186 milyar, atau 119,1% dari target sebesar Rp 157 milyar. Perolehan tersebut dihasilkan
dari dana perimbangan bagi hasil bukan pajak yang teralisasi Rp 68 milyar atau 935% dari
target sebesar Rp 7,2 milyar.
Sementara itu dana alokasi umum (DAU) yang diterima pemerintah dalam triwulan III-
2008 sebesar Rp 96 milyar atau naik 33,3% dibanding triwulan II-2008. Sehingga total dana
alokasi umum yang teralisasi selama tahun 2008 adalah Rp 241 milyar, atau 83,3% dari total
target DAU yang akan diterima pemerintah priopinsi kepulauan Riau.
Secara keseluruhan total realisasi penerimaan selama tahun 2008 masih proporsional
terhadap target yang ditetapkan, namun masih terdapat sejumlah deviasi dari segi
pencapaiannya terutama pada pos pendapatan asli daerah. Atas dasar ini maka pemerintah
daerah benar-benar dituntut lebih inovatif dalam menata kembali sumber-sumber
penerimaannya yang tetap kondusif terhadap iklim investasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
53
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) Kantor Bank
Indonesia Batam pada triwulan III diwarnai dengan angka outflow yang cukup tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2008 terjadi outflow sebesar
Rp1,52 triliun atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar
Rp791 miliar.
Sementara itu inflow ke Kantor Bank Indonesia Batam tercatat sebesar Rp65 miliar. Oleh
karena itu secara keseluruhan terjadi net outflow Rp1,46 triliun. Jumlah penarikan yang cukup
tinggi pada triwulan III 2008 terkait dengan penarikan untuk memenuhi kebutuhan uang
masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal (dalam milyar rupiah)
KETERANGAN
2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
Inflow 47,68 214,06 59,97 60,95 64,57 Outflow 851,82 1.208,18 405,16 791,49 1.527,09 Net 804,14 994,12 345,19 730,54 1.462,53
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow Outflow
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
54
5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu
Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada
masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan
dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke
pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan III 2008, jumlah UTLE yang
diracik di KBI Batam Rp54,70 miliar atau mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp54 miliar.
5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL
5.2.1. Kliring Lokal
Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal,
yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk
wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun.
Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada
triwulan III 2008 mencapai Rp2,96 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 111.429 lembar.
Nilai total kliring tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp2,72 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 108.574 lembar.
Grafik 5.2. Perkembangan UTLE
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
55
Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam tercatat sebesar
Rp49,34 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 1.986 lembar. Jika dilihat dari nominalnya,
jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, namun jika dilihat dari jumlah warkat terjadi peningkatan. Pada triwulan II 2008
jumlah Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp71,27 miliar dengan jumlah warkat
sebesar 1.770 lembar.
TABEL 5.2 – Perkembangan Kliring Lokal
KETERANGAN 2007 2008
Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Perputaran Kliring Lembar 114.647 103.390 104.027 108.574 111.429Nominal (Rp miliar) 4.582 2.652 2.456 2.719 2.964Penolakan Cek/BG Kosong Lembar 1.474 1.665 1.873 1.770 1.986Nominal (Rp miliar) 29,27 93,26 47,16 71,27 49,34
Sumber : Bank Indonesia
5.2.2. Transaksi BI-RTGS
Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS)
di Provinsi Kepulauan Riau baik secara nominal maupun sencara volume masih didominasi
transaksi yang terjadi di Kota Batam. Transaksi BI-RTGS yang berasal dari Kota Batam tercatat
sebesar Rp1,87 triliun atau 88,07% dari total seluruh transaksi BI-RTGS yang berasal dari
Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi yang berasal dari Kabupaten Tanjung Balai
Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp149,45 miliar dan
Rp104,52 miliar.
Grafik 5.3. Perputaran Kliring Grafik 5.4. Penolakan Cek/BG Kosong
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
56
Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam sampai dengan Juni 2008
tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau 82,82% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke
Provinsi Kepulauan Riau. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Balai tercatat sebesar
Rp335,32 miliar. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Pinang dan Natuna
tercatat sebesar Rp186,12 miliar dan 1,34 miliar.
Tabel 5.3 Perkembangan BI-RTGS Tw. III 2008
Wilayah
FROM TO FROM – TO Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai Volume
(Miliar
Rp) (Miliar Rp) (Miliar
Rp) BATAM 1.870,00 3.355 2.513,67 4.129 1.189,43 1.743
NATUNA 0.00 0 1,34 20 0.00 0
TANJUNG BALAI 149.45 419 186,12 194 5,06 7
TANJUNGPINANG 104,52 293 335,32 528 80,39 208
5.3. UANG PALSU
Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan III
2008 berjumlah Rp6.450.000,00 dengan jumlah lembar sebanyak 85 lembar. Jumlah tersebut
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar
Rp3.280.000 dengan jumlah lembar sebanyak 52 lembar.
Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu
Pecahan Tw. II Tw. III
Nominal Lembar Nominal Lembar 100.000 2.100.000 21 5400000 54 50.000 1.000.000 20 900000 18 20.000 140.000 7 220000 11 10.000 40.000 4 20000 2 5.000 - - - - 1.000 - - - -
3.280.000 52 6.540.000 85
Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp100.000,00
dilaporkan sebanyak 54 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan
sebanyak 18 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 11
lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 2 lembar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
57
Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus
melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,
mahasiswa, masyarakat umum). Selain itu, Kantor Bank Indonesia Batam juga memasang iklan
layanan masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah di beberapa media, salah satunya
adalah di bioskop yang ada di Kota Batam.
nominal lembar
Diagram 5.1. Prosentase Pecahan Uang Palsu
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
58
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
6.1. KETENAGAKERJAAN
Sampai dengan bulan Februari 2008 jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau
mencapai 652.537 orang, atau mengalami peningkatan sebanyak 6.663 orang (10,45%)
dibandingkan bulan Agustus 2007. Dari total agkatan kerja tersebut sebanyak 597.159 orang
telah bekerja atau mengalami peningkatan sebanyak 61.362 orang (11,45%) terhadap bulan
Agustus 2007.
Sementara itu sebanyak 55.378 orang berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja
Nasional sampai dengan Februari 2008 tercatat sebagai pengangguran atau mengalami
peningkatan sebanyak 2.301 orang (4,34%). Tingkat pertumbuhan orang yang bekerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan
pengangguran ini menunjukkan lapangan kerja yang ada di Provinsi Kepulauan Riau masih
dapat menampung angkatan kerja meskipun belum maksimal.
Jumlah bukan angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2008 justru
mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2007. Jumlah bukan angkatan kerja mengalami
penurunan sebanyak 2.808 orang (0,81%) sehingga tercatat sebanyak 341.994 orang. Jumlah angkatan
kerja yang menurun terutama disebabkan karena terjadinya penurunan bukan angkatan kerja
yang masih sekolah yang mengalami penurunan sebanyak 3.440 orang (4,53%). Sedangkan
Sumber : BPS data diolah
Grafik 6.1. Perkembangan Penduduk Angkatan Kerja
Grafik 6.2. Perkembangan Penduduk Bukan Angkatan Kerja
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
59
penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga mengalami kenaikan sebanyak
5.377 orang (2,29%).
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu
URAIAN Agt.’06 Feb.’07 Agt.’07 Feb.’08
Angkatan kerja Bekerja 515.560 583.155 535.797 597.159
Pengangguran 71.914 56.708 53.077 55.378
Total 587.474 639.863 588.874 652.537
Bukan Angkatan Kerja Sekolah 61.375 67.247 75.895 72.455
Mengurus RT 220.851 192.966 234.848 240.225
Lainnya 45.323 23.486 34.059 29.314
Total 327.549 293.699 344.802 341.994
Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008
Tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan Februari 2008 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2007. Jika pada Agustus 2007 tingkat partisipasi
angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 63,07%, maka pada Februari 2008
tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 65,61%.
Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2008 justru mengalami
penurunan dibandingkan dengan Agustus 2007. Pada Februari 2008 tingkat pengangguran
terbuka tercatat sebesar 8,49%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran
terbuka pada Agustus 2007 yang tercatat sebesar 9,01%.
Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Sumber : BPS data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
60
Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih
terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak 182.356 orang atau 30,54%
dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami
peningkatan sebanyak 51.110 orang atau 38,94% dibandingkan bulan Agustus 2007. Sektor
yang cukup dominan dalam menyerap pekerja berikutnya adalah sektor perdagangan dengan
jumlah pekerja sebanyak 112.298 orang (18,81%). Pekerja di sektor ini pada bulan Februari
2008 mengalami penurunan sebanyak 4.872 (4,16%) dibandingkan bulan Agustus 2007.
Sementara itu sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 102.178 orang atau 17,11%
dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Pekerja di sektor ini pada bulan Februari 2008
mengalami peningkatan sebanyak 20.264 orang (24,74%) dibandingkan Agustus 2007.
Menurut status pekerjaan utamanya, jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun di
Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar berkerja sebagai karyawan dengan jumlah 349.264
orang atau 58,49% dari total penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah
karyawan pada bulan Februari 2008 mengalami peningkatan dibandingkan sebanyak 34.611
orang (11,00%) dibandingkan bulan Agustus 2007. Sedangkan penduduk yang bekerja
sebagai wiraswasta tercatat sebanyak 147.506 (24,70%) atau mengalami peningkatan
sebanyak 76 orang (0,05%).
Grafik 6.4. Perkembangan Pekerja Sektoral
Grafik 6.5. Share Pekerja Sektoral
Sumber : BPS data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
61
6.2. KESEJAHTERAAN
Sampai dengan bulan Maret 2008 jumlah penduduk miskin di Propinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar 136,4 ribu orang atau 9,18% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau
yang tercatat sebanyak 1,49 juta orang. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 12 ribu
orang (8,09%) dibandingkan dengan angka penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang
tercatat sebanyak 148,4 ribu orang atau 10,30 % dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau
saat itu yang berjumlah 1,44 juta orang.
Jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan pada bulan Maret 2008 mengalami
penurunan sebanyak 7,6 ribu orang (9,90%) dibandingkan dengan bulan Maret 2007
sehingga menjadi 69,2 ribu orang. Sementara penduduk miskin yang berada di pedesaan pada
Grafik 6.6. Perkembangan Pekerja menurut Status
Grafik 6.7. Share Pekerja menurut Status
Sumber : BPS data diolah
Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin
Sumber : BPS Data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
62
bulan Maret 2008 tercatat sebanyak 67,1 ribu orang atau mengalami penurunan 4,5 ribu
orang (6,28%) dibandingkan Maret 2007.
6.2.1. Perubahan Garis Kemiskinan 2007 – 2008
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan,
karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2007- Maret 2008, Garis Kemiskinan naik
sebesar 5,64 %, yaitu dari Rp.248.241,- per kapita per bulan pada 2007 menjadi Rp.262.232,-
per kapita per bulan pada 2008. Pada periode yang sama perkembangan garis kemiskinan
daerah perkotaan meningkat 3,87%, dan jauh lebih meningkat di wilayah perdesaan sekitar
8,22%.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2008 peranan GKM terhadap
GK lebih besar dari Maret 2007, yaitu dari 69,87% menjadi 70,10%. Baik diperkotaan
maupun perdesaan peranan GKM terhadap GK juga terlihat meningkat, yaitu dari 65,69%
menjadi 65,88% wilayah kota, di perdesaan dari 75,98% menjadi 76,01%.
Berdasarkan komoditas, barang kebutuhan pokok yang paling penting bagi penduduk
miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2008, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis
Kemiskinan sebesar 22,39% di perdesaan dan 16,35% di perkotaan. Selain beras, barang-
barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan
adalah gula pasir (3,14% di perdesaan dan 7,16% di perkotaan), telur (2,36% di perdesaan
Grafik 6.9. Peranan Makanan terhadap Garis Kemiskinan
Grafik 6.10. Peranan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan
Sumber : BPS data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
63
dan 3,50% di perkotaan), mie instan (3,15% di perdesaan dan 3,77% di perkotaan) dan
minyak goreng (1,69% di perdesaan dan 2,18% di perkotaan).
6.2.1. Perubahan Garis Kemiskinan 2007 – 2008
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan
juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Pada periode Maret 2007- Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman
Kemiskinan naik dari 1,90 menjadi 2,07, demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari
0,50 menjadi 0,72 pada periode yang sama. Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Daerah perkotaan periode Maret 2007 – Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan
turun dari 2,33 menjadi 1,88, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami
penurunan, yaitu sebesar 0,11. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin daerah perkotaan cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perkotaan semakin mengecil.
Daerah perdesaan periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan
naik dari 1,42 menjadi 2,29, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami peningkatan
yang signifikan, yaitu dari 0,29 menjadi 0,87. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan cenderung makin menjauhi garis kemiskinan
dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan semakin bertambah.
Grafik 6.11. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Grafik 6.12. Indeks Keparahan Kemiskinan
Sumber : BPS data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
64
Pada periode Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan daerah perdesaan lebih besar dari perkotaan. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding
perkotaan daerah, dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin perdesaan lebih melebar
dibanding daerah perkotaan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
65
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
Berbagai tekanan dari sisi permintaan akan menjadi determinan utama
tertahannya laju pertumbuhan di triwulan IV-2008. Meski dampaknya semakin minimal,
belum pulihnya daya beli masyarakat masih akan mempengaruhi kinerja sejumlah sektor
ekonomi seperti sektor perdagangan, pengangkutan dan bangunan. Di samping itu,
perekonomian juga mendapat tekanan dari melambatnya aktivitas ekonomi global, terlebih
sejak terjadinya resesi keuangan di Amerika Serikat. Selain berimplikasi pada operasional rutin
perusahaan, kesulitan likuiditas yang dialami sejumlah negara akan mempengaruhi ekspansi
bisnis yang akan dilakukan. Dengan demikian, arus investasi yang masuk ke Kepulauan Riau
diperkirakan semakin tertahan.
Inflasi IHK kota Batam selama triwulan IV-2008 diproyeksi relatif menurun dibanding
saat ini. Tekanan inflasi akhir tahun (Natal dan Tahun Baru) diperkirakan cukup minimal karena
tidak terjadi lonjakan permintaan dan distribusi barang yang relatif stabil. Sementara efek
kenaikan harga BBM terhadap inflasi sudah mulai hilang sejak bulan Agustus 2008.
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2008 diperkirakan berada di kisaran
5,17% - 6,22% (y-o-y). Pesimisme menghadapi kondisi ekonomi triwulan mendatang
diidentifikasi berasal dari tekanan permintaan domestik dan internasional. Permintaan
domestik masih belum pulih karena kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan naiknya
harga-harga kebutuhan. Sementara kondisis global yang saat ini memasuki masa sulit cukup
berpengaruh terhadap aktivitas produksi perusahaan di Kepulauan Riau, khususnya kota
Batam. Hal ini disebabkan karena seluruh produksi perusahaan manufaktur yang berdomisili di
Batam akan diekspor kembali ke prinsipalnya. Adapun sebagian besar ekspor barang yang
keluar dari wilayah kepabeanan ditujukan ke Singapura, yakni mencapai 70% dari total
ekspor. Atau dengan kata lain, industri pengolahan yang berada di Batam merupakan
perpanjangan tangan dari negara tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
66
Atas dasar itu, perkembangan perekonomian Singapura menjadi faktor penting untuk
dicermati karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor industri pengolahan di
Batam dan Kepulauan Riau. Perekonomian negara tetangga di triwulan III-2008 semakin
menurun bahkan menyentuh level negatif. Laju pertumbuhan ekonomi Singapura di triwulan
III-2008 diperkirakan semakin tertekan dibanding triwulan sebelumnya dari 2,3% menjadi -
0,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura di triwulan ini menjadi lebih
mengkhawatirkan karena didorong oleh menurunnya kinerja sektor manufaktur dimana
sebelumnya juga telah menurun 4,9%. Sementara di sisi harga-harga, kecenderungan inflasi
yang masih tinggi juga akan menghambat recovery pertumbuhan di triwulan ke depan. Meski
demikian masih terdapat peluang pertumbuhan sebagaimana diharapkan oleh pemerintah
Singapura, dimana perekonomian selama tahun 2008 diperkirakan tumbuh sebesar 3%.
Grafik 7.1–Pertumbuhan Ekonomi&Inflasi Singapura
Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated
Tabel 7.1 – Perkembangan Ekonomi Singapura
Sumber : BI – DSM & MTI Singapore
Grafik 7.2 – Nilai Tukar IDR terhadap SGD Grafik 7.3 – Index Harga Solar & Gas Industri
Sumber : BI - DSM Sumber : CEIC
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
67
Dilihat dari nilai tukar terhadap Singapura Dollar (SGD), mata uang Rupiah juga masih
mengalami pelemahan sejalan dengan pelemahan terhadap Dollar Amerika. Sebagaimana
diketahui, peredaran mata uang SGD di Kepulauan Riau cukup tinggi dan transaksi dalam
mata uang tersebut masih lazim dilakukan. Kondisi-kondisi tersebut sangat tidak mendukung
perekonomian Kepulauan Riau karena ketergantungannya yang cukup tinggi terhadap negara
tersebut. Mengingat besarnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan
PDRB maka menurunnya size ekonomi Singapura akan berdampak cukup signifikan terhadap
laju perekonomian propinsi Kepulauan Riau.
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.6 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan
Grafik 7.5 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.4 – Estimasi Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Bank Indonesia Batam
Tabel 7.2 – Slope Sektoral PDRB Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
68
Tenanan daya beli dan menurunnya aktivitas perekonomian global terutama Singapura
berdampak negatif terhadap pertumbuhan di setiap sektor ekonomi. Implikasi paling besar
akan dirasakan sektor industri pengolahan yang diproyeksi melambat sekitar 1% sehingga
pertumbuhan di triwulan IV-2008 akan berada di kisaran 4,11% - 5,18%. Berdasarkan
asesmen yang dilakukan, pengaruh langsung yang diberikan sektor ini cukup besar dan
signifikan. Dengan mengabaikan sektor lainnya, estimasi penurunan sektor industri sebesar
1% akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1%.
Adapun perlambatan yang dialami sektor industri masih akan berlanjut di triwulan IV-
2008. Penurunan disebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap perumahan
terutama perumahan kecil-menengah atau tipe <70m2. Di samping itu, kegiatan konstruksi
swasta juga diperkirakan melambat sejalan dengan terhambatnya ekspansi. Sektor bangunan
diperkirakan tumbuh sekitar 18,86% - 22,45%.
Industri pengangkutan sebagai sektor yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga
BBM diperkirakan masih belum pulih. Turunnya pertumbuhan sektor ini terkait dengan
tekanan daya beli yang juga dihadapi oleh negara-negara tetangga, sehingga aktivitas
bepergian dari dan menuju Batam akan berkurang. Pertumbuhan sektor ini diperkirakan
sekitar 9,74% - 10,88%. Melambatnya sektor pengangkutan juga berpengaruh pada aktivitas
di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada
triwulan ini tumbuh 8,36% diperkirakan semakin melambat pada kisaran 7,16% - 8,34%.
Namun demikian, ekspektasi segera teralisasinya FTZ di Batam, Bintan dan Karimun serta
ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive, Convention &
Exhibition ) di Indonesia diharapkan mampu menahan dampak perlambatan lebih jauh yang
akan terjadi.
Grafik 7.8 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi
Sumber : Proyeksi BI BatamSumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.7 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
69
Pertumbuhan sektor keuangan juga diproyeksi melambat pada level 8,24% - 9,38%.
Perlambatan masih terkait dengan kondisi likuiditas perbankan secara nasional yang tumbuh
lebih moderat dibanding ekspansi kredit yang dilakukan. Meski demikian, pertumbuhan
kelembagaan perbankan terutama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih akan terjadi. Adapun
sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan terdapat sekitar 25 BPR, bertambah 6 BPR
dibanding posisi September 2008 dimana terdapat 19 BPR. Sedangkan pertumbuhan sektor
pertanian di triwulan IV-2008 diperkirakan relatif konstan dibanding saat ini yang tumbuh
2,18%. Laju pertumbuhan di triwulan akhir 2008 diproyeksi sekitar 2,01% - 2,89%.
Di sisi penerimaan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif konstan meski
terdapat kecenderungan meningkat. Adanya peningkatan nilai tambah di komponen konsumsi
terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga menjelang akhir tahun. Di
samping itu, pengeluaran anggaran belanja pemerintah yang belum proporsional diperkirakan
akan terealisasi di akhir tahun 2008. Konsumsi Rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar
18,09% - 19,45%.
Grafik 7.9 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Keuangan
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.10 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pertanian
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
70
Menurunnya aktivitas ekonomi global akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di sisi investasi. Aktivitas investasi barang modal (PMTB) diperkirakan semakin
menurun di triwulan mendatang, sehingga hanya tumbuh pada kisaran 22,20% - 25,39%.
Sejalan dengan itu, aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor) juga kembali akan
mendapat tekanan. Meski diproyeksi masih terdapat peluang bagi pertumbuhan ekspor,
namun tren meningkatnya impor akan semakin memperbesar defisit neraca perdagangan
Kepulauan Riau secara riil. Ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 1,77% - 3,85%, sedangakan
pertumbuhan impor akan berada di kisaran 23,21% - 26,71%. Laju penurunan lebih lanjut
diharapkan dapat tertahan dengan dipercepatnya implementasi FTZ secara nyata. Penataan
infrastruktur lokal dan promosi ke negara-negara Timur Tengah yang relatif lebih bertahan
Grafik 7.13 – Estimasi Pertumbuhan Ekspor
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.14 – Estimasi Pertumbuhan Impor
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.11–Estimasi Pertumbuhan Konsumsi RT
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.12 – Estimasi Pertumbuhan Investasi PMTB
Sumber : Proyeksi BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
71
terhadap krisis global diharapkan dapat memberi stimulus baru bagi pertumbuhan ekonomi
Kepulauan Riau.
7.2. PROSPEK INFLASI Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi
Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan
pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam,
perkembangan terkini mengenai perekonomian global serta dampak kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) sampai dengan triwulan III 2008, prospek inflasi pada periode triwulan IV
2008 diperkirakan tetap mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi kecenderungan
menurun.
Prospek harga di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan
tetap mengalami inflasi pada kisaran 9% - 10% (yoy) atau 0,83% - 1,40% (qtq) sehingga
sampai dengan akhir tahun 2008 inflasi tahun kalender diperkirakan akan berada pada kisaran
8,40% - 9,31% (ytd).
Kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan menjadi
penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sekitar 13,58% - 15,79% (yoy). Secara
triwulanan, kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami
inflasi pada kisaran 0,41% - 1,22% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008
inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata sekitar
0,41% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan berada pada
kisaran 12,88 – 13,58% (ytd).
Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Umum
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
72
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV 2008
diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 4,58% - 5,33% (yoy). Secara triwulanan,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 diperkirakan
akan mengalami inflasi pada kisaran 0,23% - 1,04% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada
triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per
bulan sekitar 0,35% (mtm). Sampai akhir tahun 2008, inflasi kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau diperkirakan akan berada pada kisaran 4,76% - 5,22% (ytd).
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008
diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 6,80% - 7,16% (yoy). Secara triwulanan,
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008 diperkirakan
akan mengalami inflasi pada kisaran 1,69% - 1,07% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada
triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per
bulan sekitar 0,36% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok perumahan diperkirakan
berada pada kisaran 6,93% - 7,16% (ytd).
Grafik 7.16 Estimasi Inflasi Bahan Makanan Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Makanan Jadi
Grafik 7.18 Estimasi Inflasi Perumahan Grafik 7.19 Estimasi Inflasi Sandang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
73
Kelompok sandang pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan
kisaran 7,96% - 10,56% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang pada triwulan IV 2008
diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,83% - 1,74% (qtq). Sedangkan secara
bulanan, pada triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi
dengan rata-rata per bulan sekitar 0,58% (mtm). Sampai akhir tahun 2008 inflasi kelompok
sandang diperkirakan pada kisaran 7,76% - 8,22% (ytd)
Kelompok kesehatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi
dengan kisaran 5,48% - 6,43% (yoy). Secara triwulanan, kelompok kesehatan pada triwulan
IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,49% - 0,71% (qtq). Sedangkan
secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan
mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,16% (mtm). Sampai dengan akhir
tahun 2008 kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran angka
5,57% - 6,43% (ytd).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan
mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
peningkatan terkait dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan
kisaran 1,97% - 2,14% (yoy). Secara triwulanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,64% - 2,20% (qtq).
Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan
mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,21% (mtm).
Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2008
diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 8,85% - 9,09% (yoy). Secara triwulanan,
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008 diperkirakan
akan mengalami inflasi pada kisaran 1,62% - 2,36% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada
Grafik 7.20 Estimasi Inflasi Kesehatan Grafik 7.21 Estimasi Inflasi Pendidikan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan III ‐ 2008
74
triwulan IV 2008 inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-
rata per bulan sekitar 0,79% (mtm). Sampai dengan akhir tahun 2008 kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan diperkirakan akan berada pada kisaran 9,06% - 9,14% (ytd).
top related