bab 1-dapus absorbsi
Post on 22-Dec-2015
40 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laboratorium Proses Kimia 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia
melibatkan bahan baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun
cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase
ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996).
Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan,
namun terdapat satu fenomena yang selaluterjadi. Sebelum reaksi kimia
berlangsung. Maka salahsatu atau lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari
aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju aliran utama
bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cairmerupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan
yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi
dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan
utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang
direaksikan. Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses
tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk
bersparger, kolomg elembung (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan
partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada
pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas
buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan,
seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dll(Coulson, 1996).Absorpsi gas CO2
dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi yang disertai
dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-membentuk ionCO32-dan
H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya
diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun, menurut
Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika
konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan
hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model
matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di
dalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi
kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan
mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi,
peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis, dan ketelitian.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2
yang terserap pada berbagai waktu reaksi ?
2. Bagaimana pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
perpindahan massa CO2 (kGa) ?
3. Bagaimana pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
reaksi antara CO2 dan NaOH (k2) ?
4. Bagaimana hubungan CO2 yang terserap terhadap waktu ?
1.3 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai beberapa hal berikut:
1. Pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2 yang terserap
pada berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 (kGa).
3. Pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan reaksi antara
CO2 dan NaOH (k2).
4. Hubungan CO2yang terserap terhadap waktu
1.4 Manfaat Percobaan.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
1. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2 yang
terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
perpindahan massa CO2 (kGa).
3. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
4. Mengetahui hubungan CO2yang terserap terhadap waktu.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
absorber
stripper
Laboratorium Proses Kimia 2013
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya.
Absorbsidapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi
kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia.
Contoh proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen
karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses
absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan
(two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan
teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Gas bulk flow
pgpai
A*
Liq. bulk flowGas film Liq. film
Laboratorium Proses Kimia 2013
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi
dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang
berisi packing yang inert (packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan
peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan
cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan.
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam faselarutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebutdapatdilihat pada Gambar 2.2.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Gambar2.2.Mekanismeabsorpsi gas CO2dalamlarutanNaOH
Laju perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas:
Ra=kga( pg−pi) (1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A∗¿ H . pai (2)
dengan H pada suhu 30oC = 2,88 10-5 g mole/cm3. atm.
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil:
Ra=[ A∗]a√ DA . k2 .[OH− ] (3)
Kedaanbatas:
(a)
√D A .k2 . [OH− ]k L
>>> 1
(b)
√D A .k2 . [OH− ]k L
<<<<[OH− ]z . A∗¿ √ DA
DB
¿dengan z adalahkoefisienreaksi
kimiaantara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.
Di fase cair,reaksi antara CO2 dengan larutan NaOHterjadi melalui beberapa
tahapan proses:
NaOH (s) Na+ (l) + OH- (l) (a)
CO2 (g) CO2 (l) (b)
CO2 (l) + OH- (l) HCO3- (l) (c)
HCO3- (l) + OH- (l) H2O (l) + CO3
2- (l) (d)
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
CO32- (l) + Na+ (l) Na2CO3(l) (e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga
proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam
larutan NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas
lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar
dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
Ra=a . H . pg .√ DA . k2 .[OH− ]
1+a . H .√ DA . k2 .[OH− ]
kGa (4)
Jika nilai kL sangat besar, maka:
√D A .k2 . [OH− ]k L
≈1, sehingga persamaan di atas
menjadi:
Ra=a . H . pg .√ DA . k2 .[OH− ]+k
L2
1+a . H .√ DA . k2 .[OH− ]+k
L2
kGa (5)
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan.Hal ini berakibat:
√D A .k2 . [OH− ]k L
≈[ OH− ]z . A∗¿ √ DA
DB
¿ (6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
Ra=a . H . pg .φ . k L
1+a . H . φ .k L
kGa (7)
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien
transfer massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak
disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):
φ=√D A . k2 . [OH− ]
k L
.¿¿ (8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah 2,1
10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
NilaikGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
kGa . dp2
DA
=4 , 0777×( ρCO2 . QCO2
μCO2 . a )1, 4003
×( μCO2
ρCO2 . DA)1/3
(9)
Dengana=
6(1−ε )dp dan
ε=VvoidV T
Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan:
k GA=mol (CO2 ,liq )
A .Z . ε . plm .=
mol(CO3
2−)
A .Z . ε . p lm . (10)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kladapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan
and Xu, 1992):
k la . dp
D A
=0 ,2258×( ρNaOH . QNaOH
μ . a )0,3
×( μρ . D A
)0,5
(11)
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan
dengan laju difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas
film cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi
CO2yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian, tebal film
(x) dapat ditentukan persamaan:
x=D A .( pin−pout )
mol (CO3
2−). R .T (12)
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Tangkipencampur TangkiCO2
Bakpenampung 2
Bakpenampung 1
Pompacelup
kompresor
Kolom
absorpsi
manometer
manometer
Kranpengendalialiran
manometer
manometer
Laboratorium Proses Kimia 2013
BAB III
PELAKSANAANPERCOBAAN
3.1 BahandanAlat yang Digunakan
1. Bahan yang digunakan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH)
b. CairanGas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabungbertekanan
c. Udara
d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untukanalisisyaitularutanHCl 0,1 N danindikator PP dan MO
2. Alat yang digunakan
Rangkaianalatpraktikumabsorbsiterlihatpadagambar 3.1
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
3.2 Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan CO2 : 1 atm
2. Suhu : 30 oC
3. Laju alir NaOH : 100 L/menit
b. Variabel berubah
Konsentrasi NaOH : 0,05 N; 0,075N; 0,1N
3.3 Respon Uji Hasil
Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel dan CO2 yang terserap
3.4 Prosedur Percobaan
1. Membuat larutan induk NaOH dengan konsentrasi 0,1 N; 0,075 N; 0,05N
sebanyak 10 L
Menimbang40 gr NaOH
Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10 L
Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup
Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom
absorpsi.
Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi
tumpukan packing.
Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah
kolom, tampung cairan tersebut dan segera tutup kran jika cairan
dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah.
Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom
absorpsi = Vvoid.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Tentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengkur
diameter kolom (D) dan tinggi tumpukan packing (H),
V T=πD2 . H4
Fraksi ruang kosong kolom absorpsi = ε=Vvoid
V T
3. Operasi Absorpsi
NaOH 0,1 N dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui
bagian atas kolom pada laju alir tertentu hingga keadaan mantap
tercapai.
Mengalirkan gas CO2melalui bagian bawah kolom. Ukur beda
ketinggian cairan dalam manometer 1, manometer 2 dan
manometer 3, manometer 4 jika aliran gas sudah steady.
Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1
menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau
kandungan NaOH bebasnya.
Mengulangi percobaan untuk nilai variabel kajian yang berbeda.
4. Menganalisis sampel
Sebanyak 10 mL sampel cairan ditempatkan dalam gelas
erlenmeyer 100 mL.
Menambahkan indikator fenol fthalein (PP) sampai merah jambu,
dan titrasi sample dengan larutan HCl 0,1 N sampaiwarna merah
hampir hilang (kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a 0,1
mmol.
Menambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO), dan titrasi
dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah
(kebutuhan titran=b mL), atau kebutuhan HCl = b 0,1 mmol.
Jumlah NaOH bebas = (2a-b) 0,1 mmol di dalam 10 mL sample
Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b) 0,01 mol/L
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan
IV.1. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap CO2 yang terserap
0.05 0.075 0.10
0.0020.0040.0060.008
0.01
f(x) = − 0.00035 x² + 0.00365 x + 0.0011R² = 1
Grafik 4.1 Grafik Hubungan Konsenrasi NaOH terhadap CO2 Terserap
Konsentrasi NaOH(N)
N C
O2
ters
erra
p(m
ol)
Dari grafik 4.1 dapat dilihat semakin besar konsentrasi NaOH,
maka semakin banyak pula CO2 yang terserap. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi NaOH yang meningkat akan menambah jumlah massa NaOH,
sehingga partikel NaOH dalam larutan akan semakin banyak. Setiap 1 mol
NaOH terdapat 6,0221415×1023 partikel.(Levenspiel, 1972)
IV.2. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Nilai Kga
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.110
0.000020.000040.000060.00008
0.00010.000120.000140.00016
f(x) = 0.002864 x − 0.000119533333333333R² = 0.827610255262263
Grafik 4.2 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH terhadap Konstanta kGa
Konsentrasi NaOH(N)
Kga(
/men
it)
Dari grafik 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai konstanta
Kga seiring dengan kenaikan konsentrasi NaOH. Besarnya harga koefisien
perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH dipengaruhi oleh: tekanan, suhu,
ukuran pack tower, kecepatan alir dan laruan, dan komposisi reaktan. Sesuai
persamaan (10), semakin besar konsentrasi NaOH maka jumlah CO2 yang
terserap (N) juga akan semakin besar. Oleh karena itu, Kga juga semakin
besar. Pada keadaan ini jika dilihat dari grafik pada permulaan nilai Kga
akan meningkat seiring bertambahnya konsentrasi NaOH, namun setelah
mencapai puncak nilai Kga yang diperoleh cenderung konstan. Hal ini
dikarenakan dengan adanya kenaikan konsentrasi NaOH yang menyebabkan
larutan menjadi semakin kental sehingga kemampuan difusi gas CO2 akan
berkurang, pada grafik dapat dilihat pada konsentrasi NaOH 0,075-0,1
dimana nilai Kga konstan.
IV. 3. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Nilai k2
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
0.05 0.075 0.10
0.02
0.04
0.06
0.08f(x) = 0.0165 x + 0.029R² = 0.935567010309278
Grafik 4.3 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH terhadap Konstanta k2
Konsentrasi NaOH(N)
k2(L
/mol
.men
it)
Dari grafik 4.3 semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin
besar konstanta kecepatan reaksi (k2) antara NaOH dan CO2. Hal ini sesuai
dengan persamaan Arhenius : k=A ×e−EaRT . Nilai k dipengaruhi dengan
adanya A, A merupakan faktor tumbukan dari larutan NaOH. Semakin besar
nilai A maka nilai k juga semakin besar. Namun, dalam hal ini jarak antar
molekul ada batasnya.Nilai A demakin besar, maka kerapatan NaOH akan
meningkat, meningkatnya kerapatan antar molekul tidak menjamin
tumbukan akan menghasilkan reaksi. Sehingga terdapat jarak minimal
antara molekul satu dengan yang lain supaya tumbukan tersebut
menghasilkan suatu reaksi. Hal tersebut menghasilkan error dimana nilai
R2 = 1 jika dilihat pada grafik. Kurva hubungan antara konsentrasi NaOH
dan konstanta kecepatan reaksi memiliki trendline meningkat yang berarti
semakin besar konsentrasi NaOH, maka semakin besar konstanta kecepatan
reaksi.
IV. 4. Hubungan CO2yang Terserap terhadap Waktu
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.05
0.1
0.15
Grafik 4.4 Grafik Hubungan Waktu terhadap CO2 yang Terserap
NaOH 0,1N
NaOH 0,075N
NaOH 0,05N
WaktuCO2
yang
ters
erap
(mol
)
Dari grafik 4.4 dapat disimpulkan, semakin lama waktu operasi,
maka waktu kontak NaOH dan gas CO2 juga semakin lama, sehingga reaksi
akan berjalan lebih sempurna. Pada awalnya akan terjadi peningkatan
jumlah CO2 yang terserap, kemudian pada suatu waktu jumlah CO2 yang
terserap akan konstan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah CO2 yang terserap
konstan dalam grafik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah CO2 yang
terserap akan konstan seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini disebabkan
karena reaksi berjalan secara kontinyu.(Arai, 2007)
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi NaOH, maka CO2 yang terserap semakin banyak.
2. Semakin besar konsentrasi NaOH, maka nilai konstanta perpindahan massa
Kga semakin besar (0,05N adalah 0,48.10-4/menit; 0,075N adalah
1,33.10-4/menit; 0,1N adalah 1,48.10-4/menit).
3. Semakin besr konsentrasi NaOH, maka nilai konstanta kecepatan reaksi k2
semakin besar (0,05N adalah 0,043L/mol.menit; 0,075N adalah
0,067L/mol.menit; 0,1N adalah 0,076L/mol.menit).
4. Jumlah CO2 yang terserap terhadap waktu adalah konstan, karena reaksi
bersifat kontinyu.
5.2 Saran
1. Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakan dengan CO2
2. Laju alir sebaiknya dijaga agar tidak terlalu besar sehingga pengeluaran CO2
dapat diminimalisir.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arai, 2007, Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH,
http://tekimerzitez.wetpaint.com/page/Absorbsi+CO2+Dengan+NaOH?t=anon
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
flow, heat transfer and mass transfer, 5th ed. Butterworth Heinemann, London,
UK.
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process, Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, 32:S49-S52.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York, pp. 42-44,
Fatih, Selvy, dan Tri Wulandari, 2009, Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH, Laporan
Resmi Praktikum Unit Proses, IV, 12-13.
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering. John Wiley
and Sons, Inc., New York, NY, USA, pp. 4-6.
Higbie, R., 1935, The rate of absorption of a pure gas into a still liquid during short
period of exposure, Transaction of the Institution of Chemical Engineers,
31,365-388.
Juvekar, V. A. dan Sharma, M.M., 1972, Absorption of CO, in a suspension of lime,
Chemical Engineering Science, 28, 825-837.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
Laboratorium Proses Kimia 2013
Kumoro dan Hadiyanto, 2000, Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Unggun Tetap, Forum Teknik, 24 (2), 186-195.
Levenspiel, O., 1972, Chemical reaction engineering, 2nd ed. John Wiley and Sons,
Inc., New York, NY, USA, pp. 210-213, 320-326.
Olutoye, M. A. dan Mohammed, A., 2006, Modelling of a Gas-Absorption Packed
Column for Carbon Dioxide-Sodium Hydroxide System, African Union Journal
of Technology, 10(2),132-140
Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L., 1963, Unsteady State Absorption ofCarbon
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions, American Institute of Chemical
Engineers Journal, 9(5), 760-765.
Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, (Part A) 70, 459–464.
Teknik Kimia Universitas Diponegoro
INISIATIF 2011 ©
top related