auditing: audit berbasis risiko
Post on 29-Jan-2016
129 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DR. SYAHRIL ALI, SE, MSi., CPA., CA
Departemen AkuntansiFakultas Ekonomi Universitas Andalas
PartnerKantor Akuntan Publik
Riza Adi Syahril & Rekan
Audit Berbasis Risiko
Tujuan auditor dalam audit berbasis risiko,
Unsur-unsur dalam audit berbasis risiko Pendekatan dalam melaksanakan audit
berbasis risiko
Tujuan Auditor dalam ABR
ISA 200.11 menyatakan tujuan menyeluruh auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah:
a. Memperoleh asurans yang layak mengenai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan, untuk memungkinkan auditor memberikan opini mengenai apakah laporan keuangan dibuat dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
b. Melaporkan mengenai laporan keuangan dan mengkomunikasikan segala sesuatunya seperti yang diwajibkan ISA, sesuai dengan temuan auditor.
Unsur-unsur dalam ABR berkaitan dengan lima konsep yang ada dalam audit:
Reasoanable assurance Inherent limitions Audit scope Material misstatement Assertion
Reasonable Assurance Reasonable assurance merupakan tingkat
keyakinan yang layak auditor mengenai laporan keuangan.
Asurans yang layak, dalam konsep ABR adalah suatu tingkat keyakinan yang tinggi, tetapi bukan absolut tinggi.
Asurans yang layak diperoleh dengan bukti audit yang cukup dan tepat (sufficient appropriate audit evidences) untuk menekan risiko audit sampai tingkat terendah.
Inherent Limitations Audit tidak dapat memberikan jaminan
keyakinan (asurans ) yang absolut, karena adanya keterbatasan atau kendala bawaan (inherent limitations) akibat sifat proses penyusunan laporan keuangan dan proses audit.
Inherent limitations yang ditimbulkan dari proses penyusunan laporan keuangan dapat dilihat dari sifat pelaporan keuangan dan penyajian informasi yang relevan sesuai kerangka waktunya.
Inherent limitations Sifat penyusunan laporan keuangan
memerlukan judgement manajemen dalam menerapkan kerangka pelaporan keuangan yang bertujuan umum, sehingga akan menibulkan unsur subjektif dalam memilih kebijakan dan estimasi akuntansi, walaupun setiap pilihan kebijakan dan estimasi yang diambil memiliki dasar yang reasonable (layak) sehingga dapat diterima, seperti estimasi umur aset tetap, penurunan nilai, tingkat penyelesaian pekerjaan pada perusahaan jasa kontruksi, dsb,
Inherent limitations
Penyajian informasi yang relevan memerlukan penggunaan nilai wajar sesuai dengan kerangka waktu pelaporan keuangan. Penentuan nilai wajar memerlukan biaya, karena itu pertimbangan biaya dan manfaat akan mewarnai pertimbangan dalam pelaporan keuangan. Dengan demikian tidak lah logis menyediakan semua informasi yang relevan, tetapi berbiaya mahal.
Inherent limitatonsInherent limitations dari proses audit dapat dilihat dari:
a. Pemeriksaan yang bersifat sampling, tidak mungkin menghindari suatu kesalahan, walaupun kesalahan tersebut harus ditekan pada tingkat minimal,
b. Tidak semua informasi dapat dikumpulkan auditor dalam waktu terbatas, disamping kemungkinan sikap manajemen untuk tidak menyajikan semua informasi penting kepada auditor,
c. Kecurangan yang canggih biasanya melibatkan banyak pihak, direncanakan dengan baik, sangat tertutup dan sangat dijaga, karena sulit bagi auditor mengungkapnya dalam audit laporan keuangan, kecuali audit investigasi,
d. Bukti audit yang dikumpulkan dan dinilai berasal dari berbagai sumber, sehingga kelemahan dari sumbernya sulit diatasi auditor.
e. Bukti audit hanya bersifat penguat (persuasif) bukan menyimpulkan (konklusif) dalam menilai suatu peristiwa atau kejadian.
Audit Scope Ruang lingkup audit atas laporan keuangan dibatasi untuk
menjawab pertanyaan: apakah laporan keuangan dibuat, dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Opini auditor yang WTP tidak mencerminkan bahwa manajemen telah menjalankan perusahaan secara efisien dan efektif. Misalnya, auditor dapat saja memberikan opini WTP walaupun entitas rugi, sehingga tidak mencerminkan pula daya tahan entitas mempertahankan keberlangsungan usahanya.
Oleh karena itu, perluasan tanggung jawab audit yang utama (diluar opini laporan keuangan), seprti mungkin ditetapkan oleh UU, maka auditor wajib melaksanakan pekerjaan tambahan dan memodifikasi laporan auditornya sesuai dengan perluasan tanggung jawab. Misalnya audit kepatuhan disamping audit laporan keuangan.
Material Misstatement ABR berfokus pada penilaian risiko atas
kemungkinan material misstatement dalam laporan keuangan.
Material misstatement dapat terjadi:
a. Secara sendiri-sendiri atau bersama. Mis: klien melaporkan ada pekerjaan senilai Rp 10 milyar, pada hal pekerjaan tersebut tidak/belum dikerjakan,
b. Uncorrected misstatement,
c. Misleading disclosures.
d. Terdapat kesalahan material.
Asersi manajemen
Asersi manajemen adalah pernyataan (representasi) yang diberikan manajemen baik secara eksplisit maupun implisit yang ada didalam laporan keuangan. Asersi eksplisit misalnya dalam laporan posisi keuangan tersaji jumlah account receivable sebesar Rp 10 juta, makna lain dari angka Rp 10 juta tersebut adalah dapat ditagih, hal ini merupakan asersi implisit.
Asersi manajemen Asersi berkaitan dengan recognition,
measurement, presentation dan disclosure dari berbagai unsur laporan keuangan, yakni angka-angka dari setiap akun-akun laporan keuangan serta pengungkapannya (disclosure).
ABR menilai asersi tersebut dari unsur recognition, measurement, presentation dan disclosure, sehingga penyajian unsur-unsur laporan keuangan tidak mengandung salah saji material, dan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko auditor karena memberikan opini yang tidak tepat atas laporan keuangan yang salah saji material (material misstatement).
Tujuan ABR adalah menekan risiko audit pada tingkat minimal yang dapat diterima.
Risiko audit terdiri dari: (a) inherent risk dan control risk, dan (b) detection risk
Risiko Audit Untuk dapat menekan risiko pada tingkat terendah
yang dapat diterima, auditor dapat melakukan:
a. Menilai material misstatement. Risiko inherent dan risiko kontrol berada diluar kendali auditor. Auditor harus melakukan risk assessement untuk menentukan besarnya risiko salah saji material dalam laporan keuangan akibat inherent dan control risk. Kemudian merespon risiko tersebut dengan memuat prosedur-prosedur pengujian yang tepat.
b. Menekan detection risk. Membuat prosedur-prosedur yang tepat untuk merespon risiko salah saji, merupakan tindakan auditor menekan detection risk.
Manfaat ABR Fleksibel dalam waktu; ABR mengutamakan
penilaian risiko, bukan pengujian rinci transaksi dan saldo akhir. Oleh karena itu, penilaian risiko dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak mesti pada akhir tahun, sehingga sebaran waktu sangat fleksibel, dan jika dilakukan dalam tahun berjalan, sebelum akhir tahun, maka memungkinkan manajemen memperbaiki kelemahan yang ada sesuai denga hasil indentifikasi risiko yang dilakukan auditor.
Manfaat ABR
Audit lebih efisien; dalam ABR, upaya audit (audit efforts) yang utama lebih terfokus ke area yang bersiko tinggi.
Prosedur audit terfokus pada area yang berisiko. Dalam ABR auditor harus merespon risiko material dalam bentuk prosedur-prosedur yang tepat, sehingga prosedur pengujian rinci untuk merespon risiko yang umum dapat dikurangi.
Manfaat ABR
Pemahanan terhadap pengendalian internal yang lebih mendalam atau meningkat. Dalam ABR auditor harus memahami secara mendalam mengenai pengendalian internal karena berkaitan langsung dengan penilaian risiko. Penilaian tersebut akan memberikan arahan kepada auditor untuk menguji atau tidak efektivitas pengendalian internal.
Terima kasih
top related