atma
Post on 19-Jan-2016
322 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Makalah Atma Tattwa semoga bermanfaat bagi para pembaca semua. Bisa digunakan
sebagai referensi, tapi jangan dicopy paste ya… :)
Ambil yang baik – baik aja, karena seperti pepatah “bilang tak ada gading yang tak
retak”, demikian juga makalah ini masih banyak kekurangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga bhuana alit.
Bhuwana alit dapat bergerak / hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan / Sang Hyang Widi
yang ada didalam bhuana alit disebut dengan jivatman. Sebagai umat Hindu kita
percaya dengan adanya atman yang memberi hidup kepada semua makluk. Atman
merupakan percikan sinar suci dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa
atman adalah bagian terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak
terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang
ada dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk lainya.
Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau adalah aku,
aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu sebagai manusia yang
mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa terhadap sesama,
menyayangi binatang / tidak menyakitinya dan juga menjaga serta melestarikan
lingkungan.
Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah tega
membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan – tindakan kriminal
lainnya. Apakah mereka tidak menyadari dengan apa yang dilakukanya? Seharusnya
sesama manusia kita saling menghormati dan menghargai, bukannya saling menyakiti
dan sampai membunuh. Oleh karena itu memahami hakekat dari atman mempunyai
arti yang penting. Dengan menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan
(jivatman) yang mempunyai akal dan pikiran, dan kita sejatinya adalah sama, maka
jangan sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh Tuhan.
1.2.Permasalahan
Percaya terhadap adanya atman merupakan salah satu dari lima keyakinan
umat Hindu (panca sradha). Dalam makalah ini penulis memberikan permasalahan
yang akan dibahas yaitu :
1.2.1.Apakah hakekat dari atman?
1.2.2.Bagaimana pandangan Vedanta terhadap atman?
1.2.3.Apa sajakah sloka – sloka yang berhubungan dengan atman?
1.3.Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan yang kita lakukan pasti mempunyai suatu tujuan, demikian juga
dengan makalah ini. Sesuai dengan permasalahan diatas, penulis mempunyai tujuan
dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.3.1.Untuk mengetahui apa hakekat dari atman.
1.3.2.Untuk mengetahui bagaimana pandangan Vedanta tentang atman.
1.3.3.Untuk mengetahui apa saja sloka – sloka yang berhubungan dengan atman.
BAB II
ATMA TATTVA
2.1.Hakekat Atman
2.1.1 Pengertian Atman
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha
Esa ). Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas
mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua
makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita
menyebutkan sebagai berikut :
“aham atma gudakeda, sarwabhutasyaathi, aham adis camadhyam ca, bhutanam anta
eva ca”
artinya :
O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan,
pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.
Dari kutipan sloka diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa atman itu
merupakan bagian dari Tuhan ( Sang Hyang Widi ). Bila Tuhan diibaratkan lautan maka
atman itu hanyalah setitik uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari
maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal
atman sehingga Ia diberi gelar Paramatman yaitu atma yang tertinggi. Atman berasal
dari Tuhan maka pada akhirnya atman kembali kepadanya. Seperti halnya setitik uap
air laut yang kembali kelaut saat hujan turun, (Sudirga, Ida Bagus.2003;71). Jivatman
adalah atman yang telah masuk kedalam tubuh (wadah), memberikan kekuatan dan
hidup. Dan apabila mati atman akan keluar daru tubuh (wadah) dan disebut Roh.
2.1.2 Fungsi Atman
Dalam hubungannya dengan maya, atman itu seolah – olah “terkurung” atau
terbelenggu. Sehingga atman memiliki tiga fungsi, yaitu :
a) Sebagai sumber hidup citta dan sthula sariranya makluk. Citta adalah alam
pikiran, meliputi pikiran atau akal, perasaan kemauan inderanya dan instuisi.
Sedangkan sthula sarira adalah badan wadah seperti darah, daging, tulang, lender,
otot, sumsum, otak, dan sbagainya.
b) Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dosa dari segala karmanya makluk
yang bersangkutan.
c) Menjadi tenaga hidup dari suksma sariranya makluk yang bersangkutan,(Sudirga,
IdaBagus.2003.73)
Sama halnya yang ada dalam modul srada yang menyebutkan ada tiga fungsi atman
yaitu sebagai sumber hidup, sebagai yang bertanggung jawab atas karmawasana setiap
manusia dan sebagai pemberi tenaga kehidupan.
2.1.3 Sifat – Sifat Atman
Atman merupakan bagian dari Tuhan / tunggal adanya dengan Tuhan. Seperti
halnya Tuhan yang memiliki sifat – sifat khusus, atman juga mempunyai sifat –sifat,
seperti yang tertuang dalam Kitab Bhagawad Gita, yakni :
“na jayate mriyate va kadacin
nayam bhutva bhavita van a bhuyah
ajo nitya sasvato yam purano
na hayate hayamane sarire” (Bhagawad Gita II.20)
artinya :
Ia tidak pernah lahir dan juga tidak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada.
Ia tak dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan
jasmani ini mati.
“nai nam chindanti sastrani
nai namdahati pawakah
na cai nam kledayanty apo
na sosayati marutah” (Bhagawad Gita II.23)
artinya :
Senjata tak dapat melukai-Nya, dan api tak dapat membakar-Nya, angin tak dapat
mengeringkan-Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.
“acchedyo yam adahyo yam
akledyo sasya eva ca,
nittyah sarwagatah sthanur
acalo yam sanatanah”(Bhagawad Gita II.24)
artinya :
Sesungguhnya dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan
dibasahi; Dia kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi
selamanya.
“Avyakto yam acityo yam
avikaryo yam ucyate,
tasmad evam viditvainam
nanusocitum arhasi”(Bhagawad Gita II.25)
artinya :
Dia tidak dapat diwujudkan dengan kata – kata, tak dapat dipikirkan dan dinyatakan,
tak berubah – ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak
perlu berduka.
Berdasarkan uraian sloka – sloka Bhagawad Gita diatas dapat kita simpulkan
sifat – sifat atman sebagai berikut :
a) acchedya berarti tak terlukai senjata,
b) adahya berarti tak terbakar oleh api,
c) akledya berarti tak terkeringkan oleh angin,
d) acesya berarti tak terbasahkan oleh air,
e) nitya berarti abadi,
f) sarwagatah berarti ada di mana-mana,
g) sathanu berarti tidak berpindah – pindah,
h) acala berarti tidak bergerak, sanatana berarti selalu sama dan kekal,
i) awyakta berarti tidak dilahirkan,
j) achintya berarti tak terpikirkan,
k) awikara berarti tidak berubah,
l) sanatana berarti selalu sama.
2.2.Pandangan Vedanta Tentang Atman
2.2.1 Atman menurut Advaita Vedanta
Jiwa perorangan tidak bisa dipandang sebagai khayalan belaka dari Brahman,
karena jiwa adalah Brahman. Hanya saja Brahman disini menampakan dirinya dengan
sarana tambahan ( upadhi ), yang konsekuensinya Brahman dibatasi oleh sarana itu
sendiri. Atman adalah Brahman seutuhnya sehingga atman mempunyai sifat yang sama
dengan Brahman, yaitu berada dimana – mana, tanpa terikat ruang dan waktu, maha
tahu, tidak berbuat dan tidak menikmati. Dalam kehidupan sehari – hari ada
keanekaragaman perorangan yang disebabkan oleh Avidya. Dalam keadaan avidya
manusia tidak dapat membedakan dirinya yang sebenarnya dengan sarana – sarana
tambahan ( upadhi ). Avidya atau ketidaktahuan mengakibatkan manusia mengalami
segala macam penderitaan. Karma wasana juga termasuk dalam upadhi, sehingga
karma wasana juga menyebabkan manusia menjadi avidya.(Sudiani, Ni
Nyoman:2012.82)
2.2.2 Atman menurut Visistadvaita Vedanta
Visistadvaita Vedanta menyatakan bahwa atman adalah bagian dari Brahman.
Ibarat sebiji buah delima, buah delima merupakan Brahman, sedangkan biji-bijinya
merupakan atman. Jivatman benar – benar bersifat pribadi dan secara mutlak nyata dan
berbeda dengan Brahman. Sesungguhnya ia muncul dari Brahman dan tidak pernah
diluar Brahman, tetapi sekalipun demikian ia menikmati keberadaan pribadi dan akan
tetap merupakan sesuatu kepribadian selamanya. Setiap jiwa memperoleh badan
( tubuh ) sesuai dengan karmawasananya. Saat moksa jiwa tidak murni bersatu dengan
Brahman, karena masih ada identitas sehingga jiwa hanya tinggal di Vaikuntha sebagai
pelayan Brahman.(Sudiani, Ni Nyoman:2012.94)
2.2.3 Atman menurut Dvaita Vedanta
Dalam sistem Dvaita Vedanta dikemukakan bahwa jiwa jumlahnya tidak
terhitung. Tiap jiwa berbeda dengan jiwa yang lainnya. Setiap jiwa memiliki
pengalaman, cacad dan sengsaranya sendiri. Jiwa – jiwa itu adalah kekal dan penuh
kebahagiaan, karena adanya hubungan dengan benda maka jiwa itu mengalami
penderitaan dan kelahiran yang berulang – ulang. Selama jiwa/atman tidak bebas dari
ketidak murnian, mereka masih tersesat dalam Samsara, mengembara dari satu
kelahiran ke kelahiran yang lainnya. Bila ketidak murnianya lepas mereka mencapai
moksa atau pembebasan, tetapi roh tidak mencapai kesamaan dengan Brahman,
namun hanya berhak melayani-Nya.(Sudiani, Ni Nyoman:2012.100-101)
2.3. Sloka – Sloka Yang Berhubungan Dengan Atman
“ dehino ‘smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara,
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati”.( Bhagawadgita II.13 )
artinya :
Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua
demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan tergoyahkan.
“ matra-sparas tu kaunteya
sitosna-sukha-dukha-dah,
agamapayino nityas
tams titiksasva bharata”.( Bhagawadgita II.14 )
artinya :
Sesungguhnya, hubungan dengan benda- benda jasmaniah, wahai Arjuna,
menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka, yang datang dan yang pergi, tidak
kekal, terimalah hal itu dengan sabar, wahai arjuna.
“ sarva-bhuta-sthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah,
sarvatha vartamano ‘pi
sa yogi mayi vartate”.( Bhagawadgita II.31 )
artinya :
Dia yang memuja Aku yang bersemayam pada semua insane, dengan tujuan
manunggal, yogi yang demikian itu dapat tinggal dalam diri-Ku, walau bagaimanapun
cara hidupnya.
“ atmaupamyena sarvatra
samam pasyati yo ‘rjuna,
sukham va yadi va duhkham
sa yogi paramo matah”. ( Bhagawadgita VI.32 )
artinya :
Yogi yang dianggap tertinggi adalah yang melihat dimana – mana sama atman itu
sebagai atman-nya sendiri, wahai Arjuna, baik dalam suka maupun duka.
“ ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,
na bhawanti samacara yatha badarakantakah.( Slokantara 27-53 )
artinya :
Lahir dari perut ibu yang sama dan diwaktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan
sama. Manusia yang satu berlainan dengan manusia yang lainnya, sebagai berbedanya
duri belatung yang satu dengan yang lainnya.
“ kadi rupa Sang Hyang Aditya an prakasakan iking sarwa loka mangkana ta sang
Hyang atma an prakasakan iking sira marganyam wenang maprawartti.( Bhisma
Parwa )
artinya :
Sebagai rupanya Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikianlah atma menerangi
badan. Dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.
DAFTAR PUSTAKA
- Sudirga, Ida Bagus.2003.Agama Hindu.Ganeca Exact;Jakarta.
- Pudja, Gede.2003.Bhagawad Gita.Paramita;Surabaya.
- Adiputra, Gede Rudia.2003.Pengetahuan Dasar Agama Hindu.STAH DNJ;Jakarta.
- Rai, I Gusti Ngurah.2012.Modul Sradha.Jakarta.
- Sudiani, Ni Nyoman.2012.Materi Ajar Mata Kuliah Darsana.STAH DNJ:Jakarta.
Sudharta, Tjok.2004.Slokantara(terjemahan).Paramita:Surabaya
ATMA TATTWAA. Sifat-sifat Atma
Kata atma adalah istilah noun feminine dalam bahasa Sansekerta yang berarti jiwa atau roh.
Dengan demikian atma – tattwa berarti filsafat yang membicarakan perihal mengenai keadaan jiwa
atau roh
Dalam kitab suci Hindu dinyatakan bahwa atma adalah bagian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini dapat kita lihat dalam kitab upanisad yang menyatakan bahwa “Brahma Atma Aikyam” yang
artinya brahman dan atman adalah tunggal. Atma diumpamakan sebagai setitik embun yang berasal
dari penguapan air laut, karena adanya pengaruh suatu temperatur tertentu kemudian embun itu
terpencar keseluruh alam semesta.
Demikian keadaan atma yang mula-mula berasal dari Brahman kemudian terpencar
memasuki serta memberi energi hidup pada jasmani dari smeua mahluk. Atma juga disebut siwatma
atau jiwatma, yaitu roh yang berasal dari Tuhan dalam fungsi memberi tenaga hidup kepada alam
semesta beserta isinya.
Pada dasarnya atman adalah suci, namun setelah bersatu dengan tubuh, iapun kena
pengaruh maya dengan segala bentuknya. Atman menikmati wisayanya dan terbawa dalam suka
duka hindup. Kesucian atma itu disebutkan dalam kitab-kitab agama hindu sebagai berikut :Ya atma apahata patma vijara vimrtyur visoko vijighatsoPipasah satya kamah, satya samkalpah, so’nvesta vyah, soViji nasitavyah sa sarvams ca lokan apnoti sarirams ca kamanYas tam atmanam anu vidya vijanati, iti ha prajapatir uvaca(Chandogya Upanisad VIII.7.1)
Artinya :Atma bebas dari kejahatan, bebas dari tua, bebas dai kematian, bebas kesedihan, bebas dari lapar dan haus yang keinginannya adalah kebenaran yang dipikirkannya adalah kebenaran. Ia dapat dicari, padanya seseorang dapat berkeinginan untuk memahaminya. Seseorang yang telah menemukannya dan memahaminya. Ia dapat mendapatkan dunia seluruhnya, keinginan seluruhnya. Demikian prajapati berkata.
Naiva setri na puman esa na caivayam napumsakahYad yac chariram adatte tena sa rakyate
Artinya :Ia tidak perempuan pun pula tidak laki ini juga tidak banci.Apapun badan yang dia ambil, dengan itulah ia didukungDemikianlah keterangan Upanisad tentang sifat-sifat atman yang murni.
B. Hubungan Atma dengan Maya – Tattwa (Acetana)
Setelah atma bersenyawa dengan maya-tattwa atau acetana –tattwa, maka ia menjadi
linglung karena terpengaruh oleh sifat-sifat kemayaan itu, sehingga atma menjadi awidya yaitu tidak
menyadari sifat-sifat aslinya. Karena adanya pengaruh maya menyebabkan atma itu menjadi
semakin jauh dari sumbernya yaitu Tuhan, sehingga akhirnya atma mengalami suka dan duka
dalam hidupnya di bumi dan juga akhirat. Karena adanya pengaruh maya menyebabkan atma itu
menjadi semakin jauh dari sumbernya yaitu Tuhan, sehingga akhirnya atma mengalami suka dan
duka dalam hidupnya di bumi dan juga akhirat.
Dalam hubungannya dengan maya maka atman dapat dikatakan seolah-olah terhukum dan
dalam menjalankan hukuman itu dia memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai sumber hidup di alam pikiran (citta) dan badan jasmani semua mahluk
2. Bertanggung jawab terhadap perbuatan semua mahluk
3. Menjadi tenaga hidup dari badan halus dari semua mahluk
Kaitan fungsi diatas dengan lainnya sangat erat sekali sebab fungsi yang satu sering
menjadi akibat dari fungsi yang lainnya atau sebaliknya. Oleh karena demikian halnya maka
kedudukan atma dalam hubungannya dengan setiap mahluk adalah sangat penting karena tanpa
atma mahluk itu tidak akan dapat hidup dan atma tetap bertanggung jawab terhadap perbuatan
semua mahluk.
Dalam cerita-cerita agama hindu sering dinyatakan, bahwa atma yang telah mencapai sorga
itu senantiasa dapat menikmati bermacam-macam kesenangan misalnya, mendapat tempat yang
baik dan indah yang dihibur oleh para bidadari yang cantik-cantik dan sejenisnya. Sedangkan atma
yang berada di alam neraka itu adalah selalu mengalami penderitaan dan bermacam-macam dan
siksaan antara lain : dijemur dilapangan yang panas terik (tegal penangsaran), diikat dibawah kayu
curiga yaitu pohon kayu yang berdaun keris, direbus dalam jambangan yang besar dan banyak lagi
macam-macam siksaan yang dialami oleh atma di alam neraka itu.
Kendatipun demikian beratnya penderitaan yang dialami oleh atma yang berdosa itu tetapi
tidak akan dapat mati karena bersifat kekal. Rasa sakit akibat penderitaan itu dirasakan oleh sukma
sarira yang masih bersama dengan atma itu sendiri. Selama atma masih bersama dengan sukma
sarira, selama itu pula ia dapat merasakan adanya kebahagiaan dan penderitaan.
Yang menentukan pahala terhadap amal dosa perbuatan adalah subha-asubha karma yang
dibawa oleh atma diakhir itu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab tuhanlah sebagai saksi agung
yang maha tahu terhadap segala sesuatu baik yang pernah ada dan yang sedang ada maupun yang
akan ada. Oleh karena itu maka manusia dan semua mahluk lainnya tidak akan dapat berbohong
terhadapnya dalam pengadilan akhirat.
Pada waktu beliau mengadili amal dosa dari pada karma yang dibawa oleh atma itu beliau
digelari Sang Hyang Yamadipati yang diiringi oleh para cikrawala dengan tugas untuk menyiksa
atma yang berdosa. Dan pada saat Tuhan memberkati kebahagiaan terhadap karma yang beramal
jasa beliau digelari Sang Hyang Dharma.
Demikian tentang keadaan atma dengan sukma sarira dsalam hubungannya dengan sorga
dan neraka.
Setelah atma selesai mengalami pahala karmanya dialam sorga dan neraka iapun akan
berjelma kembali. Dalam penjelmaan di dunia ini pahala dari karma itu selalu menyertainya maka itu
adanya perbedaan tempat kehidupan di dunia.
top related