atma

10

Click here to load reader

Upload: joey-jhon

Post on 19-Jan-2016

322 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Atma

Makalah Atma Tattwa semoga bermanfaat bagi para pembaca semua. Bisa digunakan

sebagai referensi, tapi jangan dicopy paste ya… :)

Ambil yang baik – baik aja, karena seperti pepatah “bilang tak ada gading yang tak

retak”, demikian juga makalah ini masih banyak kekurangan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

            Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga bhuana alit.

Bhuwana alit dapat bergerak / hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan / Sang Hyang Widi

yang ada didalam bhuana alit disebut dengan jivatman. Sebagai umat Hindu kita

percaya dengan adanya atman yang memberi hidup kepada semua makluk. Atman

merupakan percikan sinar suci dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa

atman adalah bagian terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak

terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang

ada dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk lainya.

Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau adalah aku,

aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu sebagai manusia yang

mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa terhadap sesama,

menyayangi binatang / tidak menyakitinya dan juga menjaga serta melestarikan

lingkungan.

            Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah tega

membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan – tindakan kriminal

lainnya. Apakah mereka tidak menyadari dengan apa yang dilakukanya? Seharusnya

sesama manusia kita saling menghormati dan menghargai, bukannya saling menyakiti

dan sampai membunuh. Oleh karena itu memahami hakekat dari atman mempunyai

arti yang penting. Dengan menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan

(jivatman) yang mempunyai akal dan pikiran, dan kita sejatinya adalah sama, maka

jangan sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh Tuhan.

1.2.Permasalahan

            Percaya terhadap adanya atman merupakan salah satu dari lima keyakinan

umat Hindu (panca sradha). Dalam makalah ini penulis memberikan permasalahan

yang akan dibahas yaitu :

1.2.1.Apakah hakekat dari atman?

1.2.2.Bagaimana pandangan Vedanta terhadap atman?

Page 2: Atma

1.2.3.Apa sajakah sloka – sloka yang berhubungan dengan atman?

1.3.Tujuan Penulisan

            Setiap kegiatan yang kita lakukan pasti mempunyai suatu tujuan, demikian juga

dengan makalah ini. Sesuai dengan permasalahan diatas, penulis mempunyai tujuan

dalam penulisan makalah ini yaitu :

1.3.1.Untuk mengetahui apa hakekat dari atman.

1.3.2.Untuk mengetahui bagaimana pandangan Vedanta tentang atman.

1.3.3.Untuk mengetahui apa saja sloka – sloka yang berhubungan dengan atman.

BAB II

ATMA TATTVA

2.1.Hakekat Atman

2.1.1 Pengertian Atman

            Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha

Esa ). Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas

mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua

makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita

menyebutkan sebagai berikut :

“aham atma gudakeda, sarwabhutasyaathi, aham adis camadhyam ca, bhutanam anta

eva ca”

artinya :

O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan,

pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.

            Dari kutipan sloka diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa atman itu

merupakan bagian dari Tuhan ( Sang Hyang Widi ). Bila Tuhan diibaratkan lautan maka

atman itu hanyalah setitik uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari

maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal

atman sehingga Ia diberi gelar Paramatman yaitu atma yang tertinggi. Atman berasal

dari Tuhan maka pada akhirnya atman kembali kepadanya. Seperti halnya setitik uap

air laut yang kembali kelaut saat hujan turun, (Sudirga, Ida Bagus.2003;71). Jivatman

adalah atman yang telah masuk kedalam tubuh (wadah), memberikan kekuatan dan

hidup. Dan apabila mati atman akan keluar daru tubuh (wadah) dan disebut Roh.

2.1.2 Fungsi Atman

Page 3: Atma

            Dalam hubungannya dengan maya, atman itu seolah – olah “terkurung” atau

terbelenggu. Sehingga atman memiliki tiga fungsi, yaitu :

a)      Sebagai sumber hidup citta dan sthula sariranya makluk. Citta adalah alam

pikiran, meliputi pikiran atau akal, perasaan kemauan inderanya dan instuisi.

Sedangkan sthula sarira adalah badan wadah seperti darah, daging, tulang, lender,

otot, sumsum, otak, dan sbagainya.

b)      Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dosa dari segala karmanya makluk

yang bersangkutan.

c)      Menjadi tenaga hidup dari suksma sariranya makluk yang bersangkutan,(Sudirga,

IdaBagus.2003.73)

Sama halnya yang ada dalam modul srada yang menyebutkan ada tiga fungsi atman

yaitu sebagai sumber hidup, sebagai yang bertanggung jawab atas karmawasana setiap

manusia dan sebagai pemberi tenaga kehidupan.

2.1.3 Sifat – Sifat Atman

            Atman merupakan bagian dari Tuhan / tunggal adanya dengan Tuhan. Seperti

halnya Tuhan yang memiliki sifat – sifat khusus, atman juga mempunyai sifat –sifat,

seperti yang tertuang dalam Kitab Bhagawad Gita, yakni :

“na jayate mriyate va kadacin

nayam bhutva bhavita van a bhuyah

ajo nitya sasvato yam purano

na hayate hayamane sarire” (Bhagawad Gita II.20)

artinya :

Ia tidak pernah lahir dan juga tidak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada.

Ia tak dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan

jasmani ini mati.

“nai nam chindanti sastrani

nai namdahati pawakah

na cai nam kledayanty apo

na sosayati marutah” (Bhagawad Gita II.23)

artinya :

Senjata tak dapat melukai-Nya, dan api tak dapat membakar-Nya, angin tak dapat

mengeringkan-Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.

Page 4: Atma

“acchedyo yam adahyo yam

akledyo sasya eva ca,

nittyah sarwagatah sthanur

acalo yam sanatanah”(Bhagawad Gita II.24)

artinya :

Sesungguhnya dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan

dibasahi; Dia kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi

selamanya.

“Avyakto yam acityo yam

avikaryo yam ucyate,

tasmad evam viditvainam

nanusocitum arhasi”(Bhagawad Gita II.25)

artinya :

Dia tidak dapat diwujudkan dengan kata – kata, tak dapat dipikirkan dan dinyatakan,

tak berubah – ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak

perlu berduka.

            Berdasarkan uraian sloka – sloka Bhagawad Gita diatas dapat kita simpulkan

sifat – sifat atman sebagai berikut :

a)      acchedya berarti tak terlukai senjata,

b)      adahya berarti tak terbakar oleh api,

c)      akledya berarti tak terkeringkan oleh angin,

d)     acesya berarti tak terbasahkan oleh air,

e)      nitya berarti abadi,

f)       sarwagatah berarti ada di mana-mana,

g)      sathanu berarti tidak berpindah – pindah,

h)      acala berarti tidak bergerak, sanatana berarti selalu sama dan kekal,

Page 5: Atma

i)        awyakta berarti tidak dilahirkan,

j)        achintya berarti tak terpikirkan,

k)      awikara berarti tidak berubah,

l)        sanatana berarti selalu sama.

2.2.Pandangan Vedanta Tentang Atman

2.2.1 Atman menurut Advaita Vedanta

            Jiwa perorangan tidak bisa dipandang sebagai khayalan belaka dari Brahman,

karena jiwa adalah Brahman. Hanya saja Brahman disini menampakan dirinya dengan

sarana tambahan ( upadhi ), yang konsekuensinya Brahman dibatasi oleh sarana itu

sendiri. Atman adalah Brahman seutuhnya sehingga atman mempunyai sifat yang sama

dengan Brahman, yaitu berada dimana – mana, tanpa terikat ruang dan waktu, maha

tahu, tidak berbuat dan tidak menikmati. Dalam kehidupan sehari – hari ada

keanekaragaman perorangan yang disebabkan oleh Avidya. Dalam keadaan avidya

manusia tidak dapat membedakan dirinya yang sebenarnya dengan sarana – sarana

tambahan ( upadhi ). Avidya atau ketidaktahuan mengakibatkan manusia mengalami

segala macam penderitaan. Karma wasana juga termasuk dalam upadhi, sehingga

karma wasana juga menyebabkan manusia menjadi avidya.(Sudiani, Ni

Nyoman:2012.82)

2.2.2 Atman menurut Visistadvaita Vedanta

            Visistadvaita Vedanta menyatakan bahwa atman adalah bagian dari Brahman.

Ibarat sebiji buah delima, buah delima merupakan Brahman, sedangkan biji-bijinya

merupakan atman. Jivatman benar – benar bersifat pribadi dan secara mutlak nyata dan

berbeda dengan Brahman. Sesungguhnya ia muncul dari Brahman dan tidak pernah

diluar Brahman, tetapi sekalipun demikian ia menikmati keberadaan pribadi dan akan

tetap merupakan sesuatu kepribadian selamanya. Setiap jiwa memperoleh badan

( tubuh ) sesuai dengan karmawasananya. Saat moksa jiwa tidak murni bersatu dengan

Brahman, karena masih ada identitas sehingga jiwa hanya tinggal di Vaikuntha sebagai

pelayan Brahman.(Sudiani, Ni Nyoman:2012.94)

2.2.3 Atman menurut Dvaita Vedanta

            Dalam sistem Dvaita Vedanta dikemukakan bahwa jiwa jumlahnya tidak

terhitung. Tiap jiwa berbeda dengan jiwa yang lainnya. Setiap jiwa memiliki

pengalaman, cacad dan sengsaranya sendiri. Jiwa – jiwa itu adalah kekal dan penuh

kebahagiaan, karena adanya hubungan dengan benda maka jiwa itu mengalami

penderitaan dan kelahiran yang berulang – ulang. Selama jiwa/atman tidak bebas dari

Page 6: Atma

ketidak murnian, mereka masih tersesat dalam Samsara, mengembara dari satu

kelahiran ke kelahiran yang lainnya. Bila ketidak murnianya lepas mereka mencapai

moksa atau pembebasan, tetapi roh tidak mencapai kesamaan dengan Brahman,

namun hanya berhak melayani-Nya.(Sudiani, Ni Nyoman:2012.100-101)

2.3. Sloka – Sloka Yang Berhubungan Dengan Atman

“ dehino ‘smin yatha dehe

kaumaram yauvanam jara,

tatha dehantara-praptir

dhiras tatra na muhyati”.( Bhagawadgita II.13 )

artinya :

Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua

demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan tergoyahkan.

“ matra-sparas tu kaunteya

sitosna-sukha-dukha-dah,

agamapayino nityas

tams titiksasva bharata”.( Bhagawadgita II.14 )

artinya :

Sesungguhnya, hubungan dengan benda- benda jasmaniah, wahai Arjuna,

menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka, yang datang dan yang pergi, tidak

kekal, terimalah hal itu dengan sabar, wahai arjuna.

“ sarva-bhuta-sthitam yo mam

bhajaty ekatvam asthitah,

sarvatha vartamano ‘pi

sa yogi mayi vartate”.( Bhagawadgita II.31 )

artinya :

Dia yang memuja Aku yang bersemayam pada semua insane, dengan tujuan

manunggal, yogi yang demikian itu dapat tinggal dalam diri-Ku, walau bagaimanapun

cara hidupnya.

“ atmaupamyena sarvatra

 samam pasyati yo ‘rjuna,

sukham va yadi va duhkham

sa yogi paramo matah”. ( Bhagawadgita VI.32 )

artinya :

Page 7: Atma

Yogi yang dianggap tertinggi adalah yang melihat dimana – mana sama atman itu

sebagai atman-nya sendiri, wahai Arjuna, baik dalam suka maupun duka.

“ ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,

na bhawanti  samacara yatha badarakantakah.( Slokantara 27-53 )

artinya :

Lahir dari perut ibu yang sama dan diwaktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan

sama. Manusia yang satu berlainan dengan manusia yang lainnya, sebagai berbedanya

duri belatung yang satu dengan yang lainnya.

“ kadi rupa Sang Hyang Aditya an prakasakan iking sarwa loka mangkana ta sang

Hyang atma an prakasakan iking sira marganyam wenang maprawartti.( Bhisma

Parwa )

artinya :

Sebagai rupanya Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikianlah atma menerangi

badan. Dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.

DAFTAR PUSTAKA

-          Sudirga, Ida Bagus.2003.Agama Hindu.Ganeca Exact;Jakarta.

-          Pudja, Gede.2003.Bhagawad Gita.Paramita;Surabaya.

-          Adiputra, Gede Rudia.2003.Pengetahuan Dasar Agama Hindu.STAH DNJ;Jakarta.

-          Rai, I Gusti Ngurah.2012.Modul Sradha.Jakarta.

-          Sudiani, Ni Nyoman.2012.Materi Ajar Mata Kuliah Darsana.STAH DNJ:Jakarta.

Sudharta, Tjok.2004.Slokantara(terjemahan).Paramita:Surabaya

ATMA TATTWAA. Sifat-sifat Atma 

Kata atma adalah istilah noun feminine dalam bahasa Sansekerta yang berarti jiwa atau roh.

Dengan demikian atma – tattwa berarti filsafat yang membicarakan perihal mengenai keadaan jiwa

atau roh

Dalam kitab suci Hindu dinyatakan bahwa atma adalah bagian dari Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini dapat kita lihat dalam kitab upanisad yang menyatakan bahwa “Brahma Atma Aikyam” yang

artinya brahman dan atman adalah tunggal. Atma diumpamakan sebagai setitik embun yang berasal

dari penguapan air laut, karena adanya pengaruh suatu temperatur tertentu kemudian embun itu

terpencar keseluruh alam semesta.

Page 8: Atma

Demikian keadaan atma yang mula-mula berasal dari Brahman kemudian terpencar

memasuki serta memberi energi hidup pada jasmani dari smeua mahluk. Atma juga disebut siwatma

atau jiwatma, yaitu roh yang berasal dari Tuhan dalam fungsi memberi tenaga hidup kepada alam

semesta beserta isinya.

Pada dasarnya atman adalah suci, namun setelah bersatu dengan tubuh, iapun kena

pengaruh maya dengan segala bentuknya. Atman menikmati wisayanya dan terbawa dalam suka

duka hindup. Kesucian atma itu disebutkan dalam kitab-kitab agama hindu sebagai berikut :Ya atma apahata patma vijara vimrtyur visoko vijighatsoPipasah satya kamah, satya samkalpah, so’nvesta vyah, soViji nasitavyah sa sarvams ca lokan apnoti sarirams ca kamanYas tam atmanam anu vidya vijanati, iti ha prajapatir uvaca(Chandogya Upanisad VIII.7.1)

Artinya :Atma bebas dari kejahatan, bebas dari tua, bebas dai kematian, bebas kesedihan, bebas dari lapar dan haus yang keinginannya adalah kebenaran yang dipikirkannya adalah kebenaran. Ia dapat dicari, padanya seseorang dapat berkeinginan untuk memahaminya. Seseorang yang telah menemukannya dan memahaminya. Ia dapat mendapatkan dunia seluruhnya, keinginan seluruhnya. Demikian prajapati berkata.

Naiva setri na puman esa na caivayam napumsakahYad yac chariram adatte tena sa rakyate

Artinya :Ia tidak perempuan pun pula tidak laki ini juga tidak banci.Apapun badan yang dia ambil, dengan itulah ia didukungDemikianlah keterangan Upanisad tentang sifat-sifat atman yang murni.

B. Hubungan Atma dengan Maya – Tattwa (Acetana)

Setelah atma bersenyawa dengan maya-tattwa atau acetana –tattwa, maka ia menjadi

linglung karena terpengaruh oleh sifat-sifat kemayaan itu, sehingga atma menjadi awidya yaitu tidak

menyadari sifat-sifat aslinya. Karena adanya pengaruh maya menyebabkan atma itu menjadi

semakin jauh dari sumbernya yaitu Tuhan, sehingga akhirnya atma mengalami suka dan duka

dalam hidupnya di bumi dan juga akhirat. Karena adanya pengaruh maya menyebabkan atma itu

menjadi semakin jauh dari sumbernya yaitu Tuhan, sehingga akhirnya atma mengalami suka dan

duka dalam hidupnya di bumi dan juga akhirat.

Dalam hubungannya dengan maya maka atman dapat dikatakan seolah-olah terhukum dan

dalam menjalankan hukuman itu dia memiliki beberapa fungsi antara lain:

1. Sebagai sumber hidup di alam pikiran (citta) dan badan jasmani semua mahluk

2. Bertanggung jawab terhadap perbuatan semua mahluk

3. Menjadi tenaga hidup dari badan halus dari semua mahluk

Kaitan fungsi diatas dengan lainnya sangat erat sekali sebab fungsi yang satu sering

menjadi akibat dari fungsi yang lainnya atau sebaliknya. Oleh karena demikian halnya maka

kedudukan atma dalam hubungannya dengan setiap mahluk adalah sangat penting karena tanpa

atma mahluk itu tidak akan dapat hidup dan atma tetap bertanggung jawab terhadap perbuatan

semua mahluk.

Page 9: Atma

Dalam cerita-cerita agama hindu sering dinyatakan, bahwa atma yang telah mencapai sorga

itu senantiasa dapat menikmati bermacam-macam kesenangan misalnya, mendapat tempat yang

baik dan indah yang dihibur oleh para bidadari yang cantik-cantik dan sejenisnya. Sedangkan atma

yang berada di alam neraka itu adalah selalu mengalami penderitaan dan bermacam-macam dan

siksaan antara lain : dijemur dilapangan yang panas terik (tegal penangsaran), diikat dibawah kayu

curiga yaitu pohon kayu yang berdaun keris, direbus dalam jambangan yang besar dan banyak lagi

macam-macam siksaan yang dialami oleh atma di alam neraka itu.

Kendatipun demikian beratnya penderitaan yang dialami oleh atma yang berdosa itu tetapi

tidak akan dapat mati karena bersifat kekal. Rasa sakit akibat penderitaan itu dirasakan oleh sukma

sarira yang masih bersama dengan atma itu sendiri. Selama atma masih bersama dengan sukma

sarira, selama itu pula ia dapat merasakan adanya kebahagiaan dan penderitaan.

Yang menentukan pahala terhadap amal dosa perbuatan adalah subha-asubha karma yang

dibawa oleh atma diakhir itu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab tuhanlah sebagai saksi agung

yang maha tahu terhadap segala sesuatu baik yang pernah ada dan yang sedang ada maupun yang

akan ada. Oleh karena itu maka manusia dan semua mahluk lainnya tidak akan dapat berbohong

terhadapnya dalam pengadilan akhirat.

Pada waktu beliau mengadili amal dosa dari pada karma yang dibawa oleh atma itu beliau

digelari Sang Hyang Yamadipati yang diiringi oleh para cikrawala dengan tugas untuk menyiksa

atma yang berdosa. Dan pada saat Tuhan memberkati kebahagiaan terhadap karma yang beramal

jasa beliau digelari Sang Hyang Dharma.

Demikian tentang keadaan atma dengan sukma sarira dsalam hubungannya dengan sorga

dan neraka.

Setelah atma selesai mengalami pahala karmanya dialam sorga dan neraka iapun akan

berjelma kembali. Dalam penjelmaan di dunia ini pahala dari karma itu selalu menyertainya maka itu

adanya perbedaan tempat kehidupan di dunia.