asuhan keperawatan keluarga pada klien tb paru
Post on 13-Dec-2014
366 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus TB
Paru dan 98 % kematian akibat TB Paru di dunia, terjadi pada negara-negara
berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat Tuberkulosis Paru lebih banyak
dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2008).
Tuberkulosis Paru menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat
meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan
sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis, organisme penyebab
Tuberkulosis Paru. Dari seluruh kasus Tuberkulosis Paru, sebesar 11 % dialami oleh
anak-anak dibawah 15 tahun. (Somantri Irman, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya, seperti: susunan syaraf, ginjal, usus,
tulang dan kelenjar limfe. (Somantri Irman, 2008).
2
Indonesia merupakan negara dengan pasien Tuberkulosis Paru terbanyak ke – 3
di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien Tuberkulosis Paru di
Indonesia sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB Paru di dunia. (Depkes RI, 2008).
Tingginya angka penderita Tuberkulosis Paru di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
hidup sehat dan minum obat secara teratur, serta mencegah penularan penyakit
Tuberkulosis Paru tersebut.
Di Puskesmas Sei Baung Palembang pada tahun 2010 penderita BTA positif
sebanyak 11 orang, tahun 2008 sebanyak 15 orang, dan tahun 2009 sebanyak 9
orang.
Berdasarkan data di atas menunjukkan masih tingginya angka kesakitan yang
disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru. Oleh karena itu Tuberkulosis Paru
merupakan masalah kesehatan di masyarakat merupakan penyakit ISPA yang
terbanyak di Puskesmas Talang Ratu serta perlu penanganan yang baik. Maka dari itu
penyusun tertarik membahas masalah utama Tuberkulosis Paru, seperti: masalah
keadaan lingkungan tempat tinggalnya, masalah keadaan gizi, masalah pendidikan,
masalah keadaan sosial ekonomi, masalah keadaan penduduk, masalah perilaku
masyarakat yang mempengaruhi kesehatan serta untuk mendapatkan gambaran nyata
bagaimana penerapan atau pelaksanaan Asuhan Keperawatan keluarga pada penderita
Tuberkulosis Paru.
3
1.2 Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis
Paru.Oleh karena itu kami mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Klien Ny.”T” usia 57 tahun dengan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Sei Baung
Palembang Tahun 2012.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang penerapan Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Klien Ny.”T” dengan masalah utama TB Paru di wilayah
kerja Puskesmas Sei Baung Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa atau
mahasiswi dapat:
1. Untuk melakukan pengkajian dan pengumpulan data keluarga Ny.”T” dengan
masalah utama TB Paru
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny.”T” berdasarkan
data yang diperoleh
3. Untuk menyusun atau merencanakan tindakan keperawatan keluarga pada
Ny.”T”.
4. Untuk mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun.
5. Untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada Ny.”T” dengan Tuberkulosis Paru
4
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
1. Menerapkan teori-teori tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus TB
Paru
2. Mendapatkan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus TB
Paru
3. Dapat membuat sebuah laporan kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah
1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan
Merupakan umpan balik dari teori terpadu oleh mahasiswa dan akan berguna
perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan mutu pendidikan, selain itu juga sebagai
referensi atau kepustakaan.
1.4.3 Untuk Keluarga
Agar keluarga dapat mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang
menderita TB. Paru dan dapat memberikan pertolongan.
1.5 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Ny.”T” dilaksanakan
selama 3 hari mulai tanggal 14 februari sampai dengan tangal 17 Januari 2012.
Asuhan Keperawatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sei Baung
Palembang.
5
1.6 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan laporan ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny.”T” dengan Tuberkulosis Paru, dengan alamat jln.Papera
Palembang dalam wilayah Puskesmas Sei Baung Palembang.
1.7 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1.7.1 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah
metode deskriptif dan studi kasus dengan teknik pengumpulan data secara
primer dan sekunder.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan
1.7.2.1 Teknik Wawancara
Melakukan interview dengan keluarga untuk mendapatkan data yang lebih
akurat serta menggunakan format pengkajian.
1.7.2.2 Teknik Observasi
Mengadakan pengamatan langsung untuk mendapatkan data yang lebih
objektif dari klien, keluarga dan lingkungan.
1.7.2.3 Teknik Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan kepada klien untuk mengetahui masalah yang
sedang dihadapi dengan cara inspeksi dan palpasi.
6
1.7.2.4 Teknik Kepustakaan
Menggunakan buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan
dan mendukung Asuhan Keperawatan ini.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru
2.2.1 Pengertian
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga
menyebar ke bagian tubuh lain seperti: susunan syaraf, ginjal, usus, tulang dan
kelenjar limfe.
Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). (Somantri Irman, 2008 ).
2.2.2 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
dengan berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar
komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga kuman
tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit Tuberkulosis Paru. (Somantri Irman, 2008).
8
2.2.3 Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, usus, tulang,
susunan syaraf). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fatositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Infeksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi terbentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas kumpulan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon
9
tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam
bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
timbulnya bronkopneumonea, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis
dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan
respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
dikeliling oleh tuberkel.
(Somantri Irman, 2008).
2.2.4 Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis Paru BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dahak bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
10
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. (Depkes
RI, 2008).
2.2.5 Resiko Penularan
Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Penderita TB Paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan
lebih besar dari penderita TB Paru dengan BTA negatif.
Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection ( ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB
Paru selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti 10 (sepuluh) orang dianatra 1000
(seribu) penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 – 3% . Infeksi TB Paru dibuktikan
dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
(Depkes RI, 2008).
2.2.6 Resiko Menjadi Sakit TB Paru
Hanya sekitar 10 % yang terinfeksi TB Paru akan menjadi sakit TB Paru.
Dengan ARTI 1 %, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB Paru dan 10 % diantaranya (100 orang ) akan menjadi sakit TB Paru
setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah penderita TB Paru BTA positif. Faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB Paru adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/ AIDS dan mal nutrisi (gizi buruk).
HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB Paru menjadi
11
sakit TB Paru. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),
seperti Tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa
mengakibatkan kematian. (Depkes RI, 2008).
2.2.7 Gejala Klinis Penderita TB Paru
Gejala utama penderita TB Paru adalah batuk berdahak selam 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti: asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia
saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut
di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita TB Paru, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
(Dep. Kes RI, 2008).
2.2.8 Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS).
12
- S (Sewaktu) : dahak yang dikumpulkan pada saat penderita TB Paru datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, penderita TB
Paru membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pagi pada hari kedua.
- P (Pagi) : dahak yang dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di UPK.
- S (Sewaktu) : dahak yang dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi. (Depkes, 2008).
2.2.9 Klasifikasi Penyakit
2.2.9.1 Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar
80 % dari semua penderita. Tuberkulosis Paru yang menyerang jaringan paru ini
merupakan bentuk dari Tuberkulosis Paru yang mudah menular.
2.2.9.2 Tuberkulosis extra paru
Merupakan Tuberkulosis Paru yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
yaitu: kelenjar limfe, tulang, ginjal, susunan syaraf dan usus. Yang termasuk
Tuberkulosis extra paru antara lain: Spondilitis TB, Limfadenitis TB, Pleuritis TB,
TB usus, TB ginjal, dan TB kulit. (Depkes RI, 2008).
13
2.2.10 Diagnosis TB
2.2.10.1 Diagnosis TB Paru
Semua penderita TB Paru diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
2.2.10.2 Diagnosis TB Ekstra Paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya: kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
(Limfadenitis TB), dan deformitas tulang belakang pada spondilitis TB dan lain-
lainnya.
(Depkes, 2008).
2.2.11 Riwayat Terjadi Tuberkulosis Paru
2.2.11.1 Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat
menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis, meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant. Kadang-kadang daya
tahan tubuh mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru. Masa inkubasi
14
yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan
sekitar 2 (dua) bulan.
2.2.11.2 Tuberkulosis Pasca Primer (Post primary TB)
Tuberkulosis pasca primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk.
2.2.12 Test Diagnostik
1. Sputum Culture : untuk memastikan apakah keberadaan Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA
3. Skin test (mantoux test)
4. Chest X-Ray :
5. Darah : Lekositosis, LED meningkat
2.2.13Klasifikasi Penyakit
2.2.13.1 Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar
80 % dari semua penderita. Tuberkulosis Paru yang menyerang jaringan paru ini
merupakan bentuk dari Tuberkulosis Paru yang mudah menular.
15
2 .2.13.2 Tuberkulosis Extra Paru
Merupakan Tuberkulosis Paru yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
yaitu: kelenjar limfe, tulang, ginjal, susunan syaraf dan usus. Yang termasuk
Tuberkulosis extra paru antara lain: Spondilitis TB, Limfadenitis TB, Pleuritis TB,
TB usus, TB ginjal, dan TB kulit. (Depkes RI, 2008).
2.2.14 Klasifikasi berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa
tipe penderita TB Paru, yaitu:
a. Kasus baru
adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kambuh (Relaps)
adalah penderita BTA positif yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan/ kultur).
c. Pengobatan setelah putus berobat (Default)
adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Gagal (failure)
adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
16
e. Pindahan (Transfer in)
adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Lain-lain:
adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini
termasuk Kasus Kronik,yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan.
(Depkes RI, 2008).
2.2.15 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB Paru memerlukan
suatu definisi kasus yang meliputi empat hal:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif
atau BTA negatif.
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB Paru sebelumnya: baru atau sudah pernah
diobati.
(Depkes RI, 2008).
17
2.2.16 Pengobatan
1. Tujuan
a) Menyembuhkan penderita
b) Mencegah kematian
c) Mencegah kekambuhan
d) Menurunkan tingkat penularan
2. Prinsip Pengobatan
Pengobatan Tuberkulosis Paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
a) Tahap intensif
b) Tahap lanjutan
3. Panduan OAT Standar
Program nasional penanggulangan Tuberkulosis Paru di Indonesia
menggunakan panduan OAT. Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket
kombipak dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam
satu masa pengobatan.
2.3 Pengobatan TB Paru Dengan Strategi DOTS
World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS). WHO menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan
strategi DOTS yang telah teruji ampuh diberbagai Negara yang terdiri dari lima
komponen yaitu:
18
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambilan keputusan dalam
penanggulangan TB Paru.
2. Diagnosa TB Paru melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung
sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB Paru dengan paduan OAT dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Minum Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama di mana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersedian OAT yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Sesuai dengan strategi DOTS tersebut di atas, setiap penderita yang baru
ditemukan dan mendapatkan pengobatan harus diawasi menelan obatnya setiap
hari agar terjamin kesembuhan, tercegah dari kekebalan obat (resisten). Untuk itu
diperlukan seseorang Pengawas Minum Obat (PMO) untuk setiap penderita.
Tuberkulosis Paru dalam masa pengobatan, selain itu PMO dapat bertindak
sebagai penyuluh.
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto; 2002).
19
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan budaya.
(Effendi Nasrul, 1998).
2.2.2 Stuktur Keluarga
Menurut Effendi Nasrul, 1998 struktur keluarga ada bermacam-macam
diantaranya:
1. Patrineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami / istri.
2.2.3 Peran Keluarga
1. Peran ayah
Sebagai suami dari istri, ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberian rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.
20
2. Peran ibu
Sebagai istri dari suami, berperan sebagai pengurus rumah tangga dan
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya.
3. Peran anak
Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Effendi Nasrul, 1998
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasan kepribadian anggota keluarga
d. Memberi identitas keluarga
21
3. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang tua.
2.2.5 Bentuk Keluarga
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya: nenek, kakek, saudara sepupu, keponakan, paman, bibi dll.
3. Keluarga berantai (senal family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda/ janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (compsite family) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kahabitas (cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2.2.6 Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan
22
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
(Effendi Nasrul, 1998).
23
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SEI BAUNG
3.1 Visi, Misi dan Motto Puskesmas Talang Ratu
3.1.1 Visi
Tecapainya Kecamatan Ilir Barat I Sehat dengan bertumpu pada
pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
3.1.2 Misi
1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
2. Meningkatkan profesional provider
3. Memelihara dan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang prima
4. Menurunkan resiko kesehatan dan kematian.
3.1.3 Motto
1. Sehat itu indah
2. Sehat itu bukan segalanya tapi kalau sakit semua itu tak ada artinya
3.2 Fungsi Puskesmas
1. Pusat pergerakan pembangunan Berwawasan Kesehatan
2. Pusat pemberdayaan Masyarakat
3. Pusat Pelayanan Kesehatan
24
3.3 Upaya-Upaya Puskesmas
3.3.1 Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya yang di tetapkan bedasarkan
komitmen nasional,regional dan global serta yang mempunyai daya nilai
tinggi untuk peningkatan drajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan
wajib ini harus di selenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di
Wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib itu adalah
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pengobatan
f. Upaya Imunisasi / MTBS
3.3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang di
tetapkan bedasarkan permasalahan kesehatan yang di temukan di
masyarakat serta yg di sesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan di pilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada :
25
- Upaya Kesehatan Sekolah
- Upaya Kesehatan Keluarga
- Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Upaya Kesehatan Kerja
- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
- Upaya kesehatan Jiwa
- Upaya Kesehatan Mata
- Upaya Kesehatan Usia Lanjut
- Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
3.4 Lokasi dan Letak Geografi Puskesmas Talang Ratu
Berdasarkan keputusan Walikota Palembang Nomor 1882 Tahun 2010
wilayah kerja puskesmas Sei baung meliputi 2 Kelurahan,yaitu :
1. Kelurahan 26 ilir D I
2. Kelurahan Demang Lebar Daun
Dimana kedua kelurahan tersebut terpisah,sehingga batas wilayahnya sebagai
berikut :
Kelurahan Demang Lebar Daun
- Utara : Kelurahan Sirih Agung
- Selatan : Kelurahan Lorok Pakjo
- Timur : Kelurahan 20 Ilir D I
- Barat : Kelurahan Sirih Agung
26
Kelurahan 26 ilir D I
- Utara : Kelurahan Lorok Pakjo
- Selatan : Kelurahan Bukit Lama
- Timur : Kelurahan 26 Ilir
- Barat : Kelurahan Iorok Pakjo
Puskesmas Sei Baung merupakan salah satu dari empat puskesmas yang
berada di kecamatan ilir barat I.Puskesmas Sei Baung mempunyai 1 puskesmas
pembantu yaitu Pustu Kancil Putih yang berada di kelurahan demang Lebar Daun.
3.5 Demografi Puskesmas Sei Baung
Tabel 3.5.1 Data Demografi Puskesmas Sei Baung
NO DATA DEMOGRAFI JUMLAH
1. Luas Wilayah 4,3
2. Demografi
1. Jumlah KK
2. Jumlah Penduduk
- Ibu Hamil
- Ibu Bersalin
- Bayi
- Balita
- Lansia
4.779
23.679
579
556
532
2.462
1.752
27
3. Sarana kesehatan
- Posyandu
- Poskeskel
4. TTU
- PAUD
- TK
- SD
- SMP
- SMA
- Panti asuhan
19
2
2
10
7
5
3
5
3.6 Staf dan Tenaga Kesehatan Puskesma Sei Baung
Puskesmas Sei Baung di pimpin oleh dr.Apriyanti.dalam
melaksanakan kegiatanya pimpinan puskesmas Sei Baung di bantu oleh dua
orang Dokter Fungsional dan Dokter Gigi,selain itu puskesmas Sei Baung
mempunyai 4 Paramedis dan 2 Paramedis Pustu,3 Bidan dan 1 Bidan Pustu,4
Perawat Gigi,1 Asisten Apoteker,dan 1 Tenaga Gizi,2 orang Sanitarian dan 2
orang tenaga Adsminitrasi.
3.7 Transportasi
Puskesmas Sei Baung terletak di tengah – tengah lingkungan pemukiman penduduk
di pusat kota sehingga mudah di jangkau dan transportasi lancar.
28
3.8 Fasilitas Dan Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Baung
Di Puskesmas Sei Baung terdapat beberapa fasilitas dan sarana pelayanan
kesehatan. Puskesmas Sei Baung terdiri dari beberapa ruangan yaitu :
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan keluarga yang meliputi KIA dan KB
3. Gizi
4. Pengobatan
5. Kesehatan lingkungan
6. P L M
Kegiatan praktek di puskesmas terdiri dari kegiatan dalam gedung dan di luar
gedung,yaitu :
1. Kegiatan di dalam gedung
- Balai pengobatan ( BP ) umum
- Balai pengobatan ( BP ) gigi
- Manajemen terpadu balita sakit ( MTBS )
- Ruang KIA / KB
- Apotik
7. Ruang Pimpinan Puskesmas Talang Ratu
8. Ruang Tunggu
9. Ruang Laboratorium
29
- Pemeriksaan Urine rutin
- Haemoglobine
- Golongan darah
- Tes kehamilan
- Tes DBD
10. Kamar mandi/WC
3.9 Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sei Baung pada tahun 2010
3.9.1 Penyakit Tuberculosis Paru di Puskesmas Sei Baung pada tahun 2010 dapat dilihat
pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Bulan Pemeriksaan
sputum
BTA(+) Rontgen (+),
BTA (-)
Anak Extra Paru
Jan
Feb
Maret 1
April 2
Mei 1
Juni 1
Juli 1
Agustus 1 1
30
Sept 1
Okt 1
Nov
Des
Total
31
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny ”T”
Umur : 57 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Jln.Papera kelurahan Demang Lebar Daun
Palembang
4.2 Susunan Anggota Keluarga
Tabel 4.2.1 Susunan Anggota keluarga
No Inisial Umur JK Hub.Kel Pendidikan Pekerjaan Ket
1 Tn. ”A” 57 th L KK SLTA Wiraswata Sehat
2 Ny. ”T” 57 th P Istri SLTP Ibu Rumah Tangga Sakit
3 Ny. ”S” 72 th P Nenek Tidak tamat - Sehat
32
4.3 Genogram
: perempuan meninggal : Klien
: laki – laki meninggal
: laki – laki
: perempuan
4.4 Status Kesehatan Keluarga
- Kesakitan (3 bulan yang lalu)
Di dalam keluarga ada satu anggota ada satu anggota keluarga yang sakit
yaitu Ny.”T” yang menderita TB Paru. Sikap keluarga terhadap penyakit,
keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
untuk tercapainya kesehatan.
Didalam anggota keluarga tidak ada anggota keluarga yang meninggal
dalam satu tahun yang lalu.
33
4.4.1 Pola Kebiasaaan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Makanan pokok keluarga Ny.”T” adalah nasi, sayur, lauk pauk, seperti: tahu,
tempe. Yang dimasak sendiri menggunakan kompor, frekuensi makan 3 kali sehari.
Dalam mengkonsumsi lauk keluarga Ny.”T” jarang mengkonsumsi daging. Air
minum berasal dari air sumur sehat yang direbus sendiri. Keluarga jarang
mengkonsumsi susu.
2. Pola Istirahat dan Tidur
Ny.”T” dan kelurganya tidur jam 21.00-05.00 WIB dan jarang tidur siang
hari. Ny.”T” dan keluarganya jarang mencuci kaki sebelum tidur dan jarang
menggosok gigi sebelum tidur.
3. Pola Rekreaksi, Olahraga dan Hiburan
Ada waktu senggang digunakan untuk istirahat dan nonton TV, tidak ada
hiburan dan rekreasi bersama di luar rumah karena alasan tidak ada waktu, untuk
olahraga keluarga tidak pernah melakukannya. Waktu penuh untuk bekerja jika
pagi hari.
4. Pola Komunikasi
Pengambilan keputusan dalam suatu masalah dilakukan dalam musyawarah
tetapi keluarga lebih mendahulukan pendapat kepala keluarga.
34
4.5. Data Kesehatan Lingkungan
1. Perumahan
Rumah Ny.’T’ Merupakan milik sendiri, bangunan permanen dengan
ukuran 7x9 meter dan lantai semen. Keluarga Ny.”T” sudah lama tinggal
dirumah tersebut. Rumah sendiri dari tiga kamar tidur dan terlihat sedikit
berantakan. Ny.”T” mengatakan sejak ia hamil, ia jarang membersihkan rumah,
kamar tidur tidak memiliki jendela. Di tengah ruangan terdapat ruang keluarga
sekaligus sebagai ruang makan. Bagian belakang merupakan dapur dan kamar
mandi, kamar mandi kotor, secara umum keadaan rumah kotor.
Denah Rumah
Gambar 6.1 Denah Rumah
Keterangan:
6.1.1 Ruang Tamu 6.1.4 Kamar Tidur
6.1.2 Ruang nonton TV 6.1.5 Ruang Makan dan Dapur
6.1.3 Kamar Tidur 6.1.6 WC dan Kamar Mandi
5 6 4 1
4 2
3
35
2. Sumber Air
Sumber air berasal dari air PAM, keadaan air tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna. Air tersebut digunakan untuk minum, masak,
mandi, mencuci dan memenuhi kebutuhan air setiap hari.
3. Tempat Kamar Mandi
Keluarga memiliki WC di dalam rumah, keadaan WC kotor, Ny. ”T”
mengatakan kamar mandi jarang dibersihkan.
4. Tempat pembuangan air limbah
Air limbah dibuang melalui SPAL yang dihubungkan dengan SPAL
induk, keadaan SPAL tidak lancar. Ny.”T” mengatakan tidak pernah
membersihkan SPAL kecuali tetangganya.
5. Tempat Pembuangan Sampah
Sampah dibuang pada tempat sampah umum yang terletak 500 meter
dari rumahnya. Sebelum dibuang sampah ditumpuk terlebih dahulu di
dapur. Biasanya sampah dibuang setelah tertumpuk banyak di dapur, rata-
rata sampah dibuang lima hari sekali.
6. Kandang Ternak
Ny.”T” tidak mempunyai hewan ternak, Serangga yang paling banyak
saat ini adalah kecoak, sering muncul pada malam hari. Keluarga Ny. ”T”
membiarkan saja tanpa mengambil tindakan untuk membunuhnya.
36
7. Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Apabila ada keluarga yang sakit keluarga Ny.”T” membawanya ke
Puskesmas, apabila Puskesmas tidak mampu lagi menangani keluarga
Ny.”T” membawa anggota keluarga ke Rumah Sakit.
Alat transportasi yang dimiliki saat ini, Ny. ”T” memiliki kendaraan pribadi
sendiri sebuah motor yang digunakan.
8. Data Personal Hygiene
- Rambut
Kebersihan rambut Ny. ”T” mandi dengan menggunakan sabun mandi,
rambut Ny.”T” terlihat selalu rapi.
- Mulut dan Gigi
Kebersihan gigi baik. Ny.”T” menggosok gigi setiap kali mandi
dengan menggunakan pasta gigi dan sikat gigi. Ny.”T” tidak pernah
menggosok gigi sehabis makan. Klien jarang control ke dokter gigi
karena tidak ada masalah dengan giginya. Ny. ”T” control ke dokter
gigi apabila giginya sudah sakit.
- Kulit
Kebersihan kulit cukup, keluarga Ny. ”T” tidak mempunyai masalah
berarti mengenai kulit.
- Keadaan Kuku
Kuku keluarga bersih dan untuk saat ini terlihat pendek, sebelum
makan keluarga jarang untuk mencuci tangan terlebih dahulu.
37
- Pakaian Keluarga
Keluarga secara keseharian menggunakan satu handuk dengan cara
bergantin. Pakaian diganti dua kali sehari. Keadaan pakaian terlihat
bersih.
2.1 Data KIA & KB
1. Data KIA & KB
Data imunisasi dapat diketahui karena Ny. ”T” mempunyai anak dan Ny. ”D”
mengikuti imunisasi secara lengkap, Ny. ”T” saat ini KB.
2. Data sosial, ekonomi, budaya dan spiritual
Berdasarkan pengamatan keluarga akrab dengan tetangga, pendapatan
keluarga tidak tentu rata-rata Rp 1000.000 per bulan, keluarga tidak mempunyai
pekerjaan sampingan. Dalam keluarga tidak ada pembagian tugas secara jelas.
Selama tinggal di rumah tersebut keluarga sering tidak mengikuti kegiatan di
masyarakat, kegiatan ibadah berdasarkan pengamatan cukup baik.
3. Pemeriksaan fisik
1. Ny. ”T”
Keadaan umum baik, kesadaran: compos mentis, TD = 120/70 mmHg,
nadi 88x/menit, RR = 28x/menit, pemeriksaan lainnya normal.
38
4.7 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif
- Nt.”T” mengatakan sakit bagian dada
dan sering batuk juga sesak
Data Objektif
- TD : 120/70 mmHg
- N : 88x/menit
- RR : 28x/menit
- Ny”T” mengatakan kurang mengerti
dengan penyakit yang dideritanya.
- Hasil Pemeriksaan BTA (+)
Masalah Kesehatan:
Penyakit TB Paru pada
Ny.”T”
Masalah Keperawatan :
Ketidakmampuan Ny.”T”
dan keluarga dalam
melakukan tindakan
keperawatan berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakit TB Paru
2 Data Subjektif
Ny.”T” mengatakan susah bernafas, sering
batuk, ketika batuk mengeluarkan dahak
bercampur darah. Saat ini batuk dan
pengeluaran dahak bercampur darah
berkurang.
Data Objektif:
Sesak (+)
Masalah Kesehatan:
Susah bernafas
dikarenakan batuk yang
sering dan mengeluarkan
dahak.
Masalah Keperawatan :
Bersihkan jalan nafas
39
inefektif s/d batuk dan
adanya sekret
3 Data Subjektif:
Ny.”T” mengatakan tidak teratur minum obat
Data Objektif :
Akibat kurang memahami program terapi,
Ny.”T” tidak teratur minum obat
Masalah Keperawatan:
Akibat tidak teratur
minum obat sehingga
terapi diperpanjang.
Masalah Keperawatan :
Ketidakteraturan minum
obat s/d kurang
pengetahuan tentang
program terapi.
a. Prioritas Masalah
a. Penyakit TB. Paru pada klien Ny. ” T”
40
No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah: aktual 2 2/3 x 1=2/3 Terjadinya penyakit
TB Paru pada Ny.”T”
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah hanya
sebagian
1 ½ x 2=1 Sumber daya
keluarga ada
(pendidikan, kemauan
menerima
perubahan), namun
mengalami
keterbatasan dana.
Fasilitas tersedia
karena ada tenaga
kesehatan yang
datang ke keluarga.
Perlu adanya
teknologi kesehatan
dengan biaya obat
yang murah. Apalagi
dengan adanya
program gratis
kesehatan.
41
3 Potensial untuk dicegah:
tinggi
2 2/3 x 1=2/3 Masalah dapat
dicegah agar tidak
bertambah parah,
namun sangat
membutuhkan peran
serta keluarga dalam
mengubah perilaku
kehidupan pada
Ny.”T”.
4 Menonjolkan masalah:
ada, merasa perlu segera
diatasi
2 2/2 x 1=2/2 Keluarga menyadari
penyakit ini perlu di
atasi karena sangat
mengganggu
Ny.”T”.
Total Skor 3 1/3
2. Bersihkan jalan nafas inefektif pada Ny.”T”
No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran
42
1
2
3
Sifat masalah: aktual,
kurang sehat
Kemungkinan masalah di
ubah : sebagian
Potensial untuk dicegah :
3
1
3
3/3 x 1=3/3
1/2 x 2=1
3/3 x 1=3/3
Masalah adalah aktual
karena sudah menyerang
Ny.”T”, perlu tindakan
keperawatan, dapat
berdampak pada
masalah lain
(komplikasi, infeksi
sekunder).
Sumber daya keluarga
ada (pendidikan,
kemauan menerima
perubahan). Namun
dana yang mereka miliki
terbatas sehingga
keluarga mengalami
keterbatasan dalam
memodifikasi
lingkungan dan
kemungkinan penyakit
akan kambuh lagi.
Sumber daya
43
cukup masyarakat ada, fasilitas
kesehatan dan tenaga
kesehatan tersedia.
Keluarga mempunyai
motivasi untuk merawat
Tn.”R”.
Masalah belum terlalu
berat, namun sudah
berlangsung. Masalah
dapat di atasi atau
dicegah dengan
Pelayanan Kesehatan.
Kemungkinan penyakit
kambuh lagi karena
lingkungan hanya
sedikit yang yang dapat
dimodifikasi. Keluarga
membutuhkan kesadaran
yang tinggi untuk
mempunyai perilaku
memelihara lingkungan
44
4
5
Menonjolnya masalah :
ada,
Menonjolnya masalah :
masalah berat yang harus
segera di atasi
2
2
2/2 x 1=2/2
2/2 x 1= 2/2
sehat.
Anggapan keluarga TB
Paru untuk memulihkan
kesehatan Ny.”T” agar
tidak bertambah parah
Anggapan keluarga
masalah TB Paru pada
Ny.”T” harus segera
diatasi.
Total Skor 2 1/3
3. Ketidakteraturan minum obat s/d kurang informasi tentang
No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah: aktual 3 3/3 x 1=3/3 Masalah adalah
45
2 Kemungkinan masalah
harus segera diatasi
1 1/2 x 2=1
aktual karena Ny.”T”
tidak teratur minum
obat
Masalah dapat di
atasi dengan cara
harus segera diatasi
Total Skor 1 1/3
4.8 Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring
Masalah Skor
1. Penyakit TB Paru pada Ny.”T” 3 1/3
2. Kebersihan jalan nafas inefektif pada Ny.”T” 2 1/3
3. Ketidakteraturan Ny.”T” dalam minum obat 1 1/3
Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga untuk
menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan dan keluarga perlu disusun prioritas
sebagai berikut:
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Ancaman 2
1
46
2
3
Kurang Sehat
Krisis
Kemungkinan masalah dapat diubah
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Menonjolnya masalah
Masalah berat dan harus segera diatasi
Masalah dirasakan, tetapi tidak perlu segera diatasi
Masalah tidak dirasakan
3
1
2
1
0
2
1
0
2
1
BAB V
PEMBAHASAN
47
Pada tahap pembahasan ini penulis akan membandingkan teori dengan
praktek yang penulis dapatkan pada penderita TB Paru di Puskesmas Sei Baung
Palembang pada tanggal 24 Januari - 25 Februari 2012 Asuhan Keperawatan yang
dilakukan berdasarkan proses keperawatan yang terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan dan Evaluasi pada Ny. ”T” dengan Tuberkulosis Paru.
5.1`Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis melakukan pengumpulan data untuk membantu
menentukan status kesehatan klien, dalam pengkajian ini diperoleh data-data dari
klien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam melakukan wawancara dengan klien
cukup kooperatif dan keluarga berperan penting dalam membantu tercapainya proses
pengumpulan data.
Pada Ny. ”T” tidak semua data yang ada diteori ditemukan, seperti batuk sejak
satu bulan yang lalu, nyeri dada sesak nafas, sering berkeringat pada malam hari,
berat badan menurun dan keadaan umum yang lemah, batuk bercampur darah
berkurang.
5.2 Diagnosa Keperawatan
Pada tahap Diagnosa Keperawatan ini penulis mencoba menganalisa data
yang telah diperoleh melalui pengkajian lalu mengidentifikasi masalah tersebut.
48
Adapun diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan selama melakukan asuhan
keperawatan adalah:
5.2.1 Ketidakmampuan Ny.”T” dalam melakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB Paru.
Tujuan:
Ny.”T” dan keluarga dapat mengetahui bagaimana cara melakukan
tindakan keperawatan, dalam hal ini ketidakmampuan Ny.”T” dalam
melakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit TB paru dan cara utama untuk
meningkatkn perawatan atau penanggulangan TB Paru adalah dengan
penyuluhan.
5.2.2. Ketidakefektifan jalan nafas pada Ny.”T “ sehubungan dengan batuk dan
adanya sekret
Tujuan:
Mempertahankan jalan nafas Ny.”T” mengeluarkan sekret dan
memperbaiki kebersihan jalan nafas yang inefektif
5.2.3 Ketidakteraturan Ny.”T” dalam minum obat s/d kurang informasi tentang
terapi
Tujuan:
49
Setelah diberikan penjelasan mengenai ketidakteraturan minum obat
Ny.”T” dapat mengetahui akibat tidak teratur minum obat..
5.3 Perencanan / Intervensi
Perencanaan yang dibuat pada asuhan keperawatan pada Ny.”T”, yaitu:
5.3.1 Menjelaskan pada keluarga Ny. ”T” pengertian penyakit TB Paru dan
penularannya
5.3.2 Menjelaskan pada keluarga Ny ”T” tanda dan gejala serta penyebab
TB Paru.
5.3.3 Menjelaskan pada keluarga Ny. ”T” pencegahan dan perawatan pada
keluarga Ny.”T”
5.4 Implementasi
5.4.1 Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang penyakit TB Paru
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala dan perawatannya.
5.4.2 Menganjurkan pada keluarga untuk selalu membawa Ny. ”T” ke
Puskesmas.
5.4.3 Memberikan Ny.”T” dan keluarga tentang posisi yang efektif untuk
kemudahan bernafas, misal: memberitahukan posisi yang efektif;
setengah duduk.
5.4.4 Memberikan penjelasan bahwa pentingnya mempertahankan intake
cairan sedikitnya 2500 ml hari kecuali kontra indikasi.
5.4.5 Menjelaskan pada Ny.”T” tentang pentingnya minum obat untuk
kesembuhan penyakit TB Paru yang dideritanya dan akibat bila tidak
50
teratur minum obat menyebabkan: Kuman TB Paru akan berkembang
menjadi kuman kebal obat (resisten)
5.5 Evaluasi
Pada tahap evaluasi secara umum dapat disimpulkan bahwa keluarga
Ny ”T” sudah mengerti tentang pengertian, tanda dan gejala penyakit TB.
Paru serta mau mengikuti program pengobatan TB. Paru.
51
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Setelah penyusun membahas teori-teori yang ada tentang penyakit TB Paru,
maka penyusun menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
6.1.1 Gejala yang ada pada teori tidak semuanya ada pada penderita, hal itu
tergantung pada tingkat kekebalan tubuh dan keadaan umm penderita.
6.1.2 Pengetahuan tentang penyakit TB Paru pada Ny.”T” dan keluarga
Ny.”T” masih kurang, sehingga keluarga tidak dapat memahami
bentuk masalah yang dapat ditimbulkan pada keluarga yang menderita
TB Paru.
6.1.3 Dari hasil pengumpulkan data yang penulis buat, tidak terdapat
bebebapa masalah kesehatan lingkungan rumah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan antara lain:
6.1.4 Ventilasi yang kurang
6.1.5 Penyajian makanan yang kurang baik
6.1.6 Penggunaan alat makan dan minum yang dilakukan secara bersama
6.1.7 Pembuangan ludah sembarang
6.1.8 Klien dan keluarga tidur dalam satu kamar
52
Dengan keadaan ini, dapat menimbulkan semakin berkembangnya
penularan penyakit TB Paru pada anggota keluarga lain.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
Diharapkan Ny.”T” dapat terus meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TB
Paru bagi anggota keluarga yang lain:
6.2.1 Diharapkan keluarga dapat menggunakan perlengkapan makan dan
minum yang berbeda dengan penderita.
6.2.2 Keluarga diharapkan dapat memperbaiki keadaan lingkungan seperti
memperbanyak ventilasi rumah dan sebagainya.
6.2.3 Dalam melakukan Asuhan Keperawatan diharapkan tidak hanya
ditujukan pada penderita saja, tetapi juga pada anggota keluarga.
53
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta
Dongoes Marilynn, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta:
EGC
Effendi Nasrul (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Somantri Irman (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
54
LEMBAR KONSUL
Kelompok / Puskesmas: Sei Baung
Judul Askep: Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.”T” dengan TB Paru
N
O
HARI/
TGL
BAB
MATERI
PARAF
PEMBIMBINGKETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
55
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta
56
Dongoes Marilynn, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta:
EGC
Effendi Nasrul (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Somantri Irman (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
top related