asthma.doc
Post on 15-Dec-2014
17 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ASTHMA
DIAGNOSA
1. Klinis :
o Sesak nafas disertai mengi yang timbul mendadak dan kumat-kumatan.
o Batuk dengandahak kental.
2. Pemeriksaan fisis :
o Hyperventilasi.
o Tachycardia.
o Dada tampak hyperinflasi.
o Hypertropi otot bantu pernafasan.
o Wheezing atau mengi pada saat inspirasi maupun ekspirasi yang bersifat
menyeluruh.
o Ekspirasi memanjang.
3. Laboratorium :
o Kadar serum Ig E, Ig A, Ig M meningkat, Ig G dapat menurun.
o Eosiniphilia meningkat.
o Analisa gas darah, pada saat serangan mulai PaO2 masih dalam keadaan
normal, PaCO2 mulai meninggi.
Pada saat serangan memasuki ritme kedua PaO2 menurun disertai peningkatan
PaCO2 , pH normal atau sedikit menurun.
4. Foto thorax :
o Tampak paru hyperinflasi.
o Perlu diperhatikan apakah ada gambaran pneumothorax, atelektase,
pneumomediastinum serta gambaran lainnya.
5. Test provokasi :
23
o Penurunan PEFR lebih dari 20%.
6. Test allergi kulit :
o Positif terhadap beberapa alergen.
7. Test faal paru :
o FEV1/FVC kurang dari 75%, reversible terhadap brochodilator.
o PEFR kurang dari 150 l/menit.
KLASIFIKASI
1. ASTHMA DALAM SERANGAN
Derajat serangan berdasarkan indeks Fischl dibagi :
a. Asthma ringan : score kurang dari 3.
b. Asthma sedang : score 3.
c. Asthma berat : score 4 atau lebih.
Sistem skoring indeks Fischl :
Faktor Nilai 0 Nilai 1
- denyut nadi kurang 120 120 atau lebih
- frekwensi pernafasan kurang 30 30 atau lebih
- pulsus paradoksus kurang 28 28 atau lebih
- A P E (L/menit) lebih 120 120 atau kurang
- sesak nafas tidak ada sedang – berat
ringan
- otot bantu nafas tidak ada sedang – berat
ringan
- mengi tidak ada sedang – berat
24
Sistem Parameter Subjektif :
a. Keluhan sesak nafas :
Derajat Sesak Nafas :
0 : tidak ada
skor 0
1 : sesak nafas ringan
2 : sesak nafas sedang
skor 1
3 : sesak nafas berat.
b. Penggunaan otot bantu nafas :
Terutama M.Sternokleidomastoideus.
0 : tidak ada
skor 0
1 : ringan
2 : sedang
skor 1
3 : berat
c. Bising mengi (wheezing)
0 : tidak ada
skor 0
1 : ringan
2 : sedang
skor 1
3 : berat
Sistem Parameter Obyektif (klinis)
a. Frekwensi nadi
o denyut nadi kurang 120 kali/menit : skor 0
25
o denyut nadi lebih 120 kali/menit : skor 1
b. Frekwensi nafas
o frekwensi nafas kurang 30 kali/menit : skor 0
o frekwensi nafas lebih 30 kali/menit : skor 1
c. Pulsus Paradoksus
o pulsus pardoksus kurang 18 mmHg : skor 0
o pulsus paradoksus : skor 1
Sistem Parameter Fisiologik :
Memaklai alat Mini wright peak flow meter dengan mengukur Arus Puncak Ekspirasi
(APE)
o APE lebih 120 lt/m : skor 0
o APE kurang 120 lt/m : skor 1
2. ASTHMA TIDAK DALAM SERANGAN
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru dibagi dalam :
a. Asthma (kronis) ringan :
o Gejala sesak ringan kurang dari 1-2 kali/minggu.
o Gejala nokturnal kurang dari 2 kali/bulan.
o Tak ada gejala yang timbul bila tidak dalam serangan.
o A P E kurang dari 80%.
o Variasi A P E kurang dari 20%.
o A P E normal setelah pemberian bronchodilator.
b. Asthma (kronis) sedang :
o Serangan asthma lebih dari 1-2 kali/minggu.
o Gejala nokturnal lebih dari 2 kali/bulan.
o Perlu pemakaian agonis tiap hari.
o A P E 60-80%.
26
o Variasi A P E 20-30%.
o A P E normal setelah pemberian bronchodilator.
c. Asthma (kronis) berat :
o Sering serangan asthma.
o Gejala asthma terus menerus timbul.
o Sering timbul gejala nokturnal.
o Aktivitas fisik terbatas karena gejala asthma.
o Pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit akibat serangan asthma.
o Pernah mendapat serangan berat yang mengancam jiwa.
o A P E kurang dari 60%.
o Variasi A P E lebih dari 30%.
o A P E tetap dibawah normal meskipun sudah diberikan bronchodilator.
TERAPI
1. Asthma ringan :
o Bila perlu 1-2 puff agonis, dapat diulang tiap 3-4 jam.
o Bila kurang atau tidak membaik lanjutkan ke pengobatan asthma sedang.
2. Asthma sedang :
o Inhalasi agonis, bila perlu 1-2 puff, 2 kali/hari.
o Inhalasi steroid 2-4 puff, 2 kali/hari.
o Teofilin lepas lambat 240, 48 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 1-2 dosis.
o Bila respon kurang dapat diberikan agonis.
o Bila masih kurang atau tidak membaik, lanjut ke pengobatan asthma berat.
3. Asthma berat :
o Inhalasi agonis 1-2 puff, 4 kali/hari, ditambah ekstra 2-4 puff.
o Inhalasi steroid 2-6 puff, 3-4 kali/hari.
o Teofilin lepas lambat 240, 48 mg/kgBB/hari.
27
o Steroid oral 40 mg/hari, dibagi dalam 1-3 dosis selama 1 minggu, kemudian
tappering off dalam 1 minggu.
4. Asthma eksaserbasi akut :
A. Di UGD/Poliklinik :
o Bila terjadi gagal nafas (PaCO2 > 40mg %) masuk ICU.
o Bila gagal nafas belum terjadi
Inhalasi agonis 2 puff dalam 60-90 menit atau epinephrin 3 x 0,3 mg
subcutan dalam 60-90 menit.
O2 mulai 1-2 L/menit, atau hingga 6 L/menit.
Dapat diberikan steroid sistemik :
Metilprednison 60-80 mg bolus/6-8 jam atau
Hidrokortison 2 mg/kgBB IV bolus/4 jam.
Dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari.
Bila respon kurang maka 2 agonis diberikan setiap jam, boleh
ditambahkan dengan epinephrin subcutan.
Bila dalam 4 jam sejak pemberian terapi awal respon tidak ada pasien
harus dirawat di ruangan.
B. Di Ruangan :
o Inhalasi 2 agonis tiap 1-2 jam.
o Steroid sistemik dosis sama dengan di UGD.
o Aminophilin IV : 6 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 0,6 mg/kgBB/jam, perinfus
atau teofilin oral 240, 48 mg/kgBB/hari.
o O2 mulai 2-6 L/jam.
o Bila dalam 24 jam perbaikan tidak ada pasien masuk ke ICU.
C. Di ICU :
28
o Nebuhaler 2 agonis tiap 30-60 menit, boleh ditambahkan epinephrin subcutan
0,3 mg.
o Steroid sistemik dilanjutkan.
o Aminophilin sistemik dilanjutkan.
o O2 4-6 L/jam, bila diperlukan pemasangan ventilator dengan persentase O2
dimulai 30-40%, dengan tekanan dan volume yang disesuaikan.
29
top related