askep keluarga pada balita
Post on 15-Apr-2017
398 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Askep keluarga Pada Balita
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga membentuk unit dasar dari masyarakat. Maka lembaga sosial yang paling banyak
memiliki efek-efek yang paling menonjol tehadap anggotanya yaitu keluarga. Unit dasar ini
memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat
menentukan berhasil-tidaknya kehidupan individu tersebut. Setiap anggota keluarga memiliki
kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial.
Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan dari
semua individu yang ada dalam unit tersebut. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari orang tua dan anak-anak. Ini menjadi satu
tugas yang sulit karena harus memprioritaskan kebutuhan individu yang beraneka ragam pada
saat tertentu. Di lain pihak, masyarakat mengharapkan setiap anggotanya memenuhi kewajiban-
kewajibannya dan tuntutannya. Sebab itu keluarga harus menjadi perantara bagi kebutuhan dan
tuntutan dari anggota keluarganya dengan kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat.
Dalam suatu keluarga tentunya terdapat orang dewasa dan anak-anak. Di dunia yang semakin
modern ini, yang kita kenal dengan era post modern. Ada begitu banyak tantangan yang harus
dihadapi oleh setiap individu dan keluarga, apalagi bicara soal kesehatan. Kesehatan sangat
penting bagi kelangsungan hidup keluarga, termasuk kesehatan anak-anak, terutama anak-anak
yang berusia 5 tahun ke bawah. Di usia ini anak-anak rentan dengan sakit penyakit, karena itu
orang tua perlu ekstra waspada dengan situasi dan kondisi anak-anaknya.
Untuk itu pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan
BALITA. Didalamnya juga dapat melibatkan perawat untuk melaksanakan proses keperawatan,
guna membantu dan membimbing keluarga menjadi keluarga yang mandiri dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan berkaitan dengan anak yang berusia di bawah lima tahun (BALITA).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai askep keluarga pada balita
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai teori/konsep dasar mengenai
keperawatan keluarga dengan Balita.
b. Untuk memaparkan kepada mahasiswa, tahap-tahap perkembangan keluarga dengan Balita.
c. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana proses keperawatan berperan dalam
kehidupan keluarga dengan Balita.
d. Untuk memaparkan kepada mahasiswa, masalah-masalah kesehatan apa saja yang sering
muncul pada anak-anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
e. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang bagaimana memberikan bimbingan pada anak-
anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui informasi mengenai teori/konsep keperawatan keluarga dengan
Balita.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang menjadi tahap-tahap perkembangan keluarga
dengan Balita.
3. Mahasiswa dapat mengerti melaksanakan proses keperawatan pada keluarga dengan Balita.
4. Mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah kesehatan yang sering muncul pada anak-anak
di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
5. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara memberikan bimbingan kepada anak-anak di
usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi
usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh
semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka
anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-
5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah.
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan
dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).
1. Karakteristik Batita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari
anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
2. Karakteristik Usia Pra-sekolah
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup
sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap
ajakan.
Karakteristik anak pra-sekolah ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta
emosional anak. Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh
besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi-geligi, otot, serta
jaringan lemak, darah, dan lainnya. Sedangkan kemampuan motorik dan emosional anak
mencakup sikap anak dalam lingkungan, gerakan anggota badan, serta kemampuan intelektual
anak seperti menyebutkan nama atau bercerita lainnya.
B. Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita
1. Pengertian Makanan bagi Balita
Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus
baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, dan bergizi. Artinya makanan mengandung semua
zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan:
a. Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang
berkembang pesat.
b. Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai sumber energi.
c. Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat pembangun
terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi kecerdasan walaupun tak secara
signifikan.
2. Pola Makan Sehat dan Seimbang
Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara seseorang atau sekelompok
orang dalam memilih pangan dan makanannya serta mengkonsumsinya sebagai tanggapan
terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan
makan, kebiasaan pangan atau pola pangan (Suhardjo, 2003).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier,
2004). Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan
menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan
daya toleran si anak. Dengan kata lain menu seimbang adalah menu yang kebutuhan gizinya
sudah disesuaikan dengan golongan usia balita.
Ciri khas pola menu di Indonesia ialah Empat Sehat Lima Sempurna yaitu menu lengkap terdiri
dari nasi atau makanan pokok, lauk, sayur, buah dan agar menjadi sempurna ditambahkan
dengan susu (Santoso, 2004).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Pengetahuan Gizi Ibu
Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan
untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja
tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi
masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Sapoetra, 1997).
Menurut Suhardjo (1989), bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan
mampu untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.
b. Pendidikan Ibu
Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengetahuan yang
diperoleh baik formal maupun non formal sangat menentukan untuk ditetapkan dalam hal
pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga
lainnya.
Pendidikan gizi ibu bertujuan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang
tersedia. Dari hal tersebut dapat disumsikan bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada
balita relatif tinggi bila pendidikan ibu tinggi (Depkes RI, 2010).
c. Pendapatan Keluarga
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada susunan
makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan
tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian besar pendapatan tambahan
tersebut untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan
semakin besar pula persentase dari pendapatan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur
mayur, dan berbagai jenis bahan pangan lain (Berg, A &Sajogyo, 1986).
4. Porsi Makanan
Menurut Lia Amalia yang dikutip oleh Komsatiningrum (2009), porsi makan bagi orang dewasa
dan balita sangatlah jauh berbeda, porsi makan anak balita lebih sedikit karena kebutuhan gizi
esensial jumlahnya lebih sedikit yang harus dipenuhi.
Selain itu karakteristik pertumbuhan dan aktivitasnya juga berbeda. Porsi makan bagi anak balita
harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur
makanannya agak lunak agar mudah dicerna, memberikan rasa kenyang. Makanan selingan perlu
diberikan kepada balita terutama jika porsi makan utama yang dikonsumsi belum mencukupi.
Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan berkurangnya
nafsu makan akibat terlalu kenyang makan makanan selingan. Pemilihan makanan selingan
disesuaikan dengan fungsinya yaitu:
1. Mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang pada saat pemberian makan pagi, siang, sore.
2. Memperkenalkan aneka ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan selingan.
3. Mengatasi masalah anak yang sulit makan nasi.
4. Untuk mencukupi kebutuhan kalori terutama pada anak yang banyak melakukan aktivitas.
5. Bahan Makanan
Bahan makanan bagi anak balita harus dipilih yang tidak merangsang, rendah serat, dan tidak
mengandung gas. Penggunaan rempah yang merangsang seperti cabai, asam sebaiknya dihindari,
penambahan vetsin sebaiknya dihindari dan sebaiknya menggunakan garam dan gula yang tidak
membahayakan tubuh. Menu Empat Sehat Lima Sempurna sangat baik diberikan kepada balita,
di dalam menu ini digunakan berbagai jenis bahan makanan yang terdiri atas:
a. Bahan makanan pokok
Bahan makanan pokok memegang peranan penting, biasa dihidangkan pada waktu makan pagi,
siang, dan malam. Pada umumnya bahan makanan pokok jumlahnya (kuantitas/volume) lebih
banyak dibanding bahan makanan lainnya. Bahan makanan pokok merupakan sumber energi dan
mengandung banyak karbohidrat. Jenis bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi adalah
beras, jagung, gandum, sagu, umbi-umbian.
b. Bahan makanan lauk pauk
Bahan makanan lauk pauk biasa digunakan sebagai teman makanan pokok yang memberikan
rasa enak dan merupakan sumber protein. Sebagai sumbernya dikenal bahan makanan berasal
dari hewan yang disebut protein hewani seperti daging, ikan, telur, lauk yang berasal dari
tumbuhan disebut protein nabati yaitu kacangkacangan serta hasil olahnya seperti tahu dan
tempe.
c. Bahan makanan sayur mayur
Dalam hidangan orang Indonesia sayur mayur sebagai teman makanan pokok, pemberi serat
dalam hidangan. Bahan makanan sayuran biasa berasal dari berbagai jenis tumbuhan seperti
batang, daun, bunga, umbi, buah muda. Bagi balita sebaiknya diberikan sayuran yang kadar
seratnya tidak terlalu tinggi. Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun jika
mengalami pemanasan maka zat gizi yang terdapat di dalamnya dapat rusak atau berkurang.
d. Bahan makanan buah-buahan
Buah biasanya di hidangkan dan disantap terakhir kali dalam suatu acara makan, umumnya buah
yang dipilih buah yang matang dan berasa manis. Buah-buahan merupakan sumber vitamin bagi
tubuh dan zat pengatur.
e. Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang dikeluarkan oleh kelenjar susu. Susu merupakan
makanan alami yang hampir sempurna. Istilah untuk air susu manusia adalah air susu ibu (ASI)
dan susu yang bukan berasal dari manusia disebut pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa
berasal dari hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda. Susu merupakan minuman yang baik bagi
balita, selain itu air putih juga baik diberikan. Susu dapat diperoleh dalam berbagai bentuk yaitu
bubuk dan cair (Soegeng Santoso, 2004).
6. Pengaturan Makanan Untuk Balita
Dalam merencanakan pengetahuan makanan makan untuk balita, jika kita hendak menentukan
makanan yang tepat untuk seorang bayi atau anak, maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah kebutuhan zat gizi dengan menggunakan data tentang kebutuhan zat gizi.
b. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi yang
diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi zat gizi dari berbagai macam bahan makanan.
c. Menentukan jadwal waktu makan dan menentukan hidangan. Perlu pula ditentukan cara
pemberian makan.
d. Memperhatikan masukan yang terjadi terhadap hidangan tersebut.
Perlu dipertimbangkan kemungkinan faktor kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu
makanan. Perhatikan pula bila ia betul-betul terjadi keadaan anoreksia. Bila tidak terdapat sisa
makanan, mungkin makanan yang diberikan jumlahnya kurang.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat adalah umur, berat
badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan dan
ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan.
Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas, umumnya tidak
akan banyak terjadi kekeliruan dalam mengatur makan untuk seorang anak balita. Pada
umumnya kepada anak balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa, yaitu 3 kali
makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack).
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia toddler dan
prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya
tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai
penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang, jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik, oleh
para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik
dilakukan.
Berkaitan dengan uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah
kesehatan yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha pencegahan dan penanganannya
terutama yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah yang
paling menonjol sehingga muncul satu diagnosa keperawatan.
1. Konsep Dasar
Periode Eraly Childhood yaitu sejak umur 1 tahun sampai dengan 6 tahun dibagi atas :
a. Toddler : umur 1 /sd 3 tahun
b. Preschool : umur 3 s/d 6 tahun
2. Perkembangan Fungsi Mental dan personality
a. Fase oral (0-1 tahun)
Positif :
Memberikan kepuasan/kesenangan
Menghisap, menelan, memainkan bibir
Makan kenyang, tidur
Negatif :
Mengigit, mengeluarkan air liur
Marah, menangis.
b. Fase anal (1-3 tahun)
Dengan tubuh memberi kepuasan berkisar sekitar anus
Positif :
BAB/BAK dan senang melakukannya sendiri
Negatif :
Anak akan menahan dan mempermainkannya
c. Fase phalic (3-6 tahun)
Memegang genetalia dan Oedipus complex
Positif :
Egosentris : sosial interaksi
Mempertahankan keinginanya.
3. Perkembangan Psikosial (Ericson)
a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain
Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan
b. Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)
Alat gerak dan rasa, telah matang
Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan kemampuan mengontrol tubuhnya, diri
dan lingkungan.
Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan membuat sesuatu
sesuai dengan keinginannya.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
Rasa inisiatif mulai menguasai anak
Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
Kemampuan anak berbahasa meningkat
Rasa kecewa dan bersalah.
4. Perkembangan Kongnitif (Piaget)
a. Sensori motorik (lahir – 2 tahun)
Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungan.
b. Pre operasional (2-7 tahun)
Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan
datang.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Toddler
a. Masa mengeksplorasi lingkungan
b. Tugas tahap ini sukses membutuhkan trust pada saat bayi dan bimbingan orang tua.
6. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun)
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat
mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum, mengosok
gigi, BAB dan BAK, dll.
B. Tahap perkembangan keluarga dengan BALITA
1. Tahap Keluarga dengan Childbearing/melahirkan:
a. Dimulai dengan kelahiran s/d umur 30 bln
b. Orang tua menjalankan peran baru
c. Peran ini awalnya sulit karena :
Perasaan ketidak adekuatan menjadi orang tua baru
Kurangnya bantuan dari keluarga
Nasehat yang menimbulkan konflik
Tidur kurang karena anak rewel
Faktor yang menyulitkan (Bradt 1988) :
Banyaknya wanita yang bekerja
Naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan
Penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim
Meningkatnya biaya perawatan anak
Masalah yang sering terjadi :
Kesulitan dalam perawatan anak
Suami merasa diabaikan
Terdapat peningkatan perselisihan
Interupsi dalam jadwal yang terus menerus
Kehidupan sosial dan seksual terganggu
Tugas perkembangan keluarga dengan tahap Childbearing/ melahirkan :
Membentuk keluarga muda yang bahagia
Penyesuaian tugas baru
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar/teman
Mendidik anak berdasar agama
Masalah kesehatan pada keluarga dengan Childbearing :
Perawatan bayi yang baik
Imunisasi
KB
Penyakit infeksi
Masalah transisi pada orangtua
Sibling rivalry
Tempertantrum
Negativisme
Tumbuh kembang
2. Tahap Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
a. Anak I berumur 2,5 th s/d 5 th
b. Keluarga menjadi majemuk
c. Kesibukan orangtua meningkat
d. Kelompok bermain sangat membantu dalam perkembangan anak
Tumbuh Kembang Balita
Toddler (1-3)
Biologis ( ↑ BB, TB)
Motorik (berjalan, lari,memegang benda)
Psikososial : otonomi vs ragu – ragu negativism dari otonomi → tempertantrum, Sibling
Kognitif : prekonseptual, egosentris
Psikoseksual : fase anal; toilet training
Sosial : bermain, ↑ sosialisasi
Pra sekolah (3 – 5 tahun)
Biologis : pertumbuhan fisik lambat
Motorik : menulis, memakai/melepas baju
Psikososial : Inisiatif vs rasa bersalah bereksperimen, sosialisasi > luas, meniru
Kognitif : prekonseptual, intuitive
Psikoseksual : oedipal, elektra kompleks
Sosial : berdiskusi dengan orangtua
Tugas perkembangan keluarga tahap Keluarga dengan Anak Pra Sekolah :
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
Membantu anak untuk sosialisasi
Beradaptasi dengan anak ke 2
Pembagian waktu untuk individu, pasangan, keluarga
Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
Merencanakan kegiatan untuk stimulasi tumbang anak
Masalah kesehatan pada keluarga dengan anak pra sekolah :
Masalah kesehatan fisik pada anak ; sakit, jatuh
Kes psikososial : hubungan perkawinan
Persaingan kakak – adik
Masalah komunikasi keluarga
Masalah pengasuhan anak,
C. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Balita
1. Pengkajian
a. Pengkajian pada keluarga :
Identitas : nama KK, alamat, pekerjaan
Riwayat dan tahap perkembangan
Lingkungan : rumah, lingkungan, sistem sosial
Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota
Fungsi Keluarga
Penyebab masalah keluarga dan koping
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
b. Pengkajian pada balita :
Identitas anak
Riwayat kehamilan, persalinan
Riwayat kesehatan bayi
Pertumbuhan dan perkembangan
Pemeriksaan fisik
Berapa lama waktu bersama orangtua
Siapa pengasuh anak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan hubungan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
berat.
b. Hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah yang terjadi pada anak.
c. Meningkatnya kemandirian anak.
d. Pemeliharaan kesehatan yang optimal.
e. Hubungan keluarga yang harmonis.
3. Intervensi
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan penyebab ketidakharmonisan
c. Identifikasi sumber dukungan yang ada
d. Ajarkan cara merawat anak
e. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka
f. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah di atas, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa
Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat. Setiap keluarganya tentunya pernah
mengalami atau memiliki anak dengan usia BALITA. Masa Balita ini terbagi atas dua masa yaitu
Toddler dan Pra Sekolah. Sehingga masing-masing memiliki fase bimbingan yang berbeda. Pada
masa ini anak mengalami peningkatan dan kemajuan yang menakjubkan. Keluarga dengan Balita
memiliki dua tahap perkembangan yaitu tahap keluarga dengan Childbearing dan tahap keluarga
dengan anak pra sekolah. Dalam perkembangan keluarga ini ada beberapa tugas dan masalah
yang harus dihadapi oleh keluarga termasuk anak yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu,
keluarga perlu diperlengkapi dengan proses keperawatan/asuhan keperawatan keluarga dengan
Balita.
B. Saran
Keluarga dengan Balita, seperti yang sudah dibicarakan di atas, banyak diperhadapkan dengan
masalah. Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus memperhatikan dengan benar setiap asuhan
perawatan yang diberikan baik terhadap keluarga maupun pada anak. Dengan begitu keluarga
dapat melaksanakan pola asuhan keluarga dengan Balita secara mandiri. Untuk itu tidak lepas
pula bimbingan dari tenaga kesehatan, terutama perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASKEP%20KELUARGA%20DENGAN%20 BALITA.pdf
http://umitrastikes.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-anak.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3587/1/keperawatan-siti%20zahara.pdf
http://yayannerz.blogspot.com/2011/03/askep-keluarga-dengan-balita.html
top related