askep diare bu arma print lengkap
Post on 06-Jul-2015
444 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung 5-10
juta kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia
terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di
dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak
dibawah umur 5 tahun.
Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang,
ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di Negara maju. Di Amerika, setiap
anak mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat
di Rumah Sakit dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal
setiap tahun. Di Negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami
episode diare 3 kali pertahun.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut
akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Hipocrates mendefenisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal
dan cair.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari satu bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari tiga kali (Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak, 1998).
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari empat kali pada
bayi dan lebih tiga kali pada anak ; konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau,
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun
konsistensinya, diare lebih dari tiga kali sehari (Mansjoer Arief, dkk, 2000).
Dari beberapa uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa “Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir
atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali pada bayi dan lebih empat kali
pada neonatus.
2. Etiologi
Adapun penyebab diare (Ngastiyah, (1997), dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a). Faktor infeksi
1). Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a.) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
b.) Infeksi virus ; Enterovirus (Virus Echo, Cosakie, Poliomyelitis,
Adenovirus, Rotatovirus, Astrovirus).
c.) Infeksi parasit ; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris Strongiloideus).
Protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia Lamblia, Trichomonas Honimis),
Jamur : Candida Albicans.
2). Infeksi parenteral
Infeksi diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, Keadaan ini terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b). Faktor malabsorbsi
1). Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2). Malabsorbsi lemak
3). Malabsorbsi protein
c). Faktor makanan ; makanan beracun, basi, alergi makanan.
d). Faktor psikologi : rasa takut/cemas.
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Pengeluaran elektolit dan air yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
penderita diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas kulit karena
mingkatnyya kadar keasaman feces penderita diare.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
Hal tersebut diakibatkan oleh defisit volumec cairan tubuh tang berlebihan,hal
ini juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan intergitas kulit.
Diare pada anak juga dapat mengakibatkan meningkatnya kecemasan orang
tua terhadap perubahan status kesehatan anaknya. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya infomasi mengenai penyakit anak serta terkait pula dengan
dilakukannya hospitalisasi.
4. Gambaran klinik
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai darah dan lendir . Warna tinja lama kelamaan menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur dengan empedu.anus dan daerah sekitarnya lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat dibasorbsi khusus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit.
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan sedang dan berat.
Dibawah ini cara menentukan tingkatan dehidrasi, menurut WHO derajat
dehidrasi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Dehidrasi ringan : BB turun 5%
b. Dehidrasi sedang : BB turun 8 %
c. Dehidrasi berat : BB turun > 10 %
Tabel untuk menentukan derajat dehidrasi pada klien diare menurut WHO.
(Lihat halaman berikutnya).
Tabel. 1
Penentuan derajat dehidrasi pada klien diare menurut WHO.
NO GEJALA RINGAN SEDANG BERAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keadaan umum
Nadi
Ubun-ubun
besar
Turgor
Mata
Air mata
Selaput lendir
Urine
Hilang cairan
Haus, sadar,
gelisah.
Normal
Normal
Segera
kembali
Normal
Ada
Basah
Normal
40-50 ml/kg
BB
Haus, gelisah
Cepat, kecil
Cekung
Lambat
Cekung
Tidak ada
Kering
Kering
60-90 ml/kg
BB
Ngantuk, lemah,
shock, koma.
Cepat, kecil, biasa
tak teraba.
Cekung sekali
Sangat lambat
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Tidak ada
100-110 ml/kg BB
Sumber : Arief Ridwan et.all (1997), Referensi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2 Hal. 53)
Cara menentukan derajat dehidrasi menurut WHO yang telah dimodifikasi FK.
UNHAS yang dinilai ada 6 komponen, sebagai berikut :
(Lihat halaman berikutnya).
Tabel. 2.[[]
Penentuan skor derajat dehidrasi menurut WHO yang telah dimodifikasi FK. Unhas.
NO YANG DINILAI S K O R
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keadaan umum
Mata
Mulut
Pernafasan
Turgor
Nadi
Baik
Biasa
Biasa
30 x/m
baik
120 x/menit
Lesu, haus
Cekung
Kering
30-40 x/mnt
Kurang
120-140x/mnt
Gelisah, lemas,
mengantuk, shock
Sangat cekung
Sangat kering
40 x/mnt
jelek
140 x/menit
Sumber : Arief Ridwan et.all (1997), Referensi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2 Hal. 53)
Keterangan :
- Skor 6 : Diare tanpa dehidrasi
- Skor 7 – 12 : Diare dengan dehidrasi ringan sedang
- Skor > 13 : Diare dengan dehidrasi berat.
5. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut:
a). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, perubahan EKG).
b). Renjatan hipovolemik.
c). Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan EKG).
d). Hipoglikemia.
e). Intolerance sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim
laktase.
f). Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g). Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik.
6. Pencegahan
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F “Finger, Feces, Food, dan Fly”,
maka penyuluhan yang penting adalah :
a). Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan dan setiap
habis bermain memakai alas kaki jika bermain di tanah.
b). Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu bersih agar
tidak ada lalat.
c). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
d). Makanan harus selalu tertutup.
e). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk
tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
f). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air
harus yang bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama.
(Ngastiyah, 1997).
7. Penanganan
Dasar pengobatan diare :
a). Pemberian cairan : jenis cairan, cairan peroral, cairan parenteral.
b). Dietetik (cara pemberian makanan).
c). Pemberian obat-obatan.
1). Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum klien.
a.) Cairan peroral : Diare dengan dehidrasi ringan, sedang.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan se=]dang cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang
kadar natrium 50 –60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (Formula tidak lengkap) hanya
mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi
garam dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa
berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi
lebih jauh.
b.) Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP.
Tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada
umumnya cairan Ringer Laktat selalu tersedia di fasilitas kesehatan
dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan
bergantung dari berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Cara memberikan cairan :
(1.) Belum ada dehidrasi
Peroral sampai anak masih mau minum atau 1 gelas setiap
defekasi.
(2.) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral
selanjutnya : 125 ml/kg ad. Libitum.
(3.) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kg peroral/intra gastric
(sonde).
Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.
(4.) Dehidrasi berat
Untuk anak berumur 1 bulan sampai 2 tahun, BB : 3-10 kg 1 jam
pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit. (set infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes//kg BB/menit (set infus
1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya : ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (set
infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg/menit (set infus 1 ml = 20
tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau
intragastrik.
Untuk anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 18 tetes/kg BB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik,
bila anak tidak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa
intra vena 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg
BB/menit (1 ml = 20 tetes)
Untuk anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.
1 jam pertama : 20 tetes /kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kg BB/ jam atau 2 ½ tetes/kg BB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak
tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg
BB/menit.(1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg BB/menit ( 1 ml =
20 tetes).
Untuk bayi yang baru lahir neonatus dengan BB : 2-3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24
jam.
Jenis cairan, cairan 4 : 1 (4 bagian gukosa 5 % + 1 bagian
NaHCO3 1 ½ %)
4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1 ml
= 15 tetes) atau 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg
BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kg BB/menit (1 ml =
20 tetes).
Untuk BBLR dengan berat badan kurang 2 kg kebutuhan cairan :
250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan : 4 : 1
Kecepatan cairan : sama dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk MEP sedang dan berat dengan dehidrasi berat.
Misalnya anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3–10
kg.
Jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kg BB/24 jam.
Kecepatan :
4 jam pertama : 60 ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau 4
tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg BB/menit (1
ml = 20 tetes).
2). Penanganan dietetik
Untuk anak di bawah satu tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanannya :
a.) Susu (ASI atau susu formula yang rendah laktosa, dan rendah asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Elmiron).
b.) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
c.) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.
3). Pemberian obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggunakan cairan yang hilang melalui tinja
atau dengan muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa.
a.) Obat anti sekresi.
(1.) Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
(2.) Klorpromasin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
b.) Obat antibiotik, diberikan bila perlu saja dan sudah ada penyakit yang
jelas.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan melalui empat
tahap proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan
keterampilan profesional tenaga keperawatan.
1. Pengkajian data
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan,
diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien. agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung
pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari empat tahapan yaitu : a. pengumpulan data, b.
klasifikasi data, c. analisa data, d. rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada anak dengan diare adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (Talbot. Laura, 1997).
1.) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama.
2.) Riwayat kesehatan sekarang : keadaan umum, kesadaran, tanda vital.
3.) Riwayat kesehatan yang lalu.
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
- Riwayat nutrisi dan riwayat pemberian imunisasi.
4.) Kebutuhan dasar
a). Nutrisi
- Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis.
- Perubahan setelah di rumah sakit
b). Istirahat / tidur
- Kebiasaan : waktu tidur malam, tidur siang
- Perubahan setelah sakit
c). Hygiene
- Kebiasaan : Mandi, cuci rambut, gosok gigi.
- Perubahan setelah sakit
d). Eliminasi
BAK
- Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
- Perubahan setelah sakit
BAB
- Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
- Perubahan setelah sakit.
b. Pemeriksaan fisik
a). Keadaan umum : Tingkat kesadaran, rewel atau tidak, lemah/tidak.
b). Tanda-tanda vital : Tensi, nadi, suhu, pernafasan.
c). Kepala/wajah
1). Ubun-ubun cekung/tidak menutup atau belum
2). Mata cekung/tidak
3). Selaput lendir mulut kering atau tidak
d). Sistem pernafasan
1). Frekuensi pernafasan
e). Sistem kardiovaskuler
1). Denyut nadi
2). Bunyi jantung I/II
3). Suhu badan
4). Tekanan darah
f). Sistem pencernaan
1). Persitaltik usus
2). Mual, muntah
g). Sistem muskuloskeletal
1). Ekstremitas atas/bawah : keadaan akral, capillary revill, kekuatan otot,
kemampuan gerak sendi (ROM).
h). Genitalia dan anus
1). Genitalia
- Apakah ada kelainan atau tidak
2). Anus
- Keadaan kulit pada sekitar anus : kemerahan/lecet
i). Sistem integumen
1). Turgor kulit
2). Warna kulit
3). Keadaan kulit pada bokong
j). Status sosial
1). Keadaan rumah dan lingkungan
2). Status rumah
3). Kebanjiran tidak pada musim hujan.
4). Jumlah serumah
k). Keadaan psikologis orang tua
1). Tingkat pengetahuan orang tua
2). Alasan orang tua membawa anaknya ke rumah sakit
3). Perasaan orang tua terhadap keadaan anaknya.
4). Harapan orang tua/keluarga terhadap keadaan anaknya.
5). Informasi yang telah diterima/didapatkan oleh orang tua/keluarga tentang
penyakit anaknya.
l). Pemeriksaan penunjang
Untuk kasus diare biasanya dilakukan pemeriksaan penunjang :
1). Usapan dubur, untuk biakan kuman, biasanya ditemukan E. Coli, Shygella,
selain biakan kuman usapan dubur berfungsi untuk mendeteksi apakah
klien ada intoleransi terhadap makanan lemak atau karbohidrat.
2). Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, biasanya
terjadi leukositosis bila diare disebabkan infeksi kuman.
3). Analisa gas darah untuk mengetahui tingkan asidosis akibat dehidrasi.
4). Kimia darah : untuk mengetahui tingkat elektrolit dalam darah, biasanya
kalium dan natrium di bawah normal.
5). Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis urine, meningkat 1,025.
6). Pemeriksaan EKG.
c. Klasifikasi data
Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pengklasifikasian data yang
didapatkan, ke dalam data subyektif dan data obyektif.
d. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai
penyebab dari penyakit diare sampai permasalahannya tersebut.
e. Rumusan diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien diare, baik aktual maupun
potensial adalah sebagai berikut :
1.) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare.
2.) Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare
dan muntah terhadap dilatasi vaskuler.
3.) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output yang berlebihan.
4.) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare berlebihan.
5.) Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anaknya.
6.) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh.
2. Perencanaan tindakan keperawatan/intervensi.
Adapun rencana keperawatan pada diare dengan dehidrasi sedang, berat
adalah sebagai berikut :
a). Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan :
Status cairan kembali batas normal, dengan kriteria : nilai elektrolit dalam
batas normal, tidak ada penurunan berat badan, menyangkut kelemahan, tidak
ada diare, kulit kenyal.
Intervensi
1.) Pantau tanda dan gejala dehidrasi.
a.) Kulit dan membran mukosa kering.
b.) Kenaikan berat jenis urine.
c.) Haus.
Rasional :
Dorongan faeces yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi air, volume
sirkulasi yang rendah menyebabkan kekeringan membran mukosa dan rasa
haus, urine yang pekat telah meningkatkan berat jenis.
2.) Pantau masukan dan haluaran dengan cermat.
Rasional :
Catatan masukan dan haluaran membantu mendeteksi tanda dini
ketidakseimbangan cairan.
3.) Pantau ketidakseimbangan cairan.
Rasional :
Dorongan faeces yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi elektrolit,
muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit.
4.) Hindari pengukuran suhu perektal atau memasukkan apapun kerektal.
Rasional :
Benda asing yang ditempatkan dalam rectum merangsang peristaltik.
5.) Berikan cairan sering dan dalam jumlah kecil untuk mendorong urinasi
terjadi setiap 2 jam.
a.) Air daging.
b.) Minuman ringan bikarbonat.
c.) Minuman suplemen elektrolit.
d.) Jus apel.
Rasional :
Minuman bikarbonat menggantikan natrium dan kalium yang hilang pada
diare dan muntah.
6.) Berikan obat anti emetik parenteral sesuai pesanan.
Rasional :
Anti emetik mencegah muntah dengan menghambat rangsangan terhadap
pusat muntah.
7.) Timbang berat badan klien tiap hari.
Rasional :
Penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
b). Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan
muntah terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria :
1). Perut teraba lemah.
2). Peristaltik usus normal (5 – 16 x/menit).
3). Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi :
1.) Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan
penghangat di atas abdomen.
Rasional :
Tindakan ini membantu meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi
kram.
2.) Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan (misal : teh encer, air
jahe, agar-agar, air) 30 – 60 ml setiap ½ - 1 jam.
Rasional :
Pemberian cairan dalam jumlah yang kecil tapi sering tidak akan
mendesak area gastrika dan dengan demikian tidak memperberat gejala.
3.) Instruksikan klien untuk tidak mengkonsumsi :
a.) Cairan panas atau dingin.
b.) Makanan yang mengandung lemak atau serabut (susu, buah).
c.) Kafein/makanan pedis.
Rasional :
Cairan dingin akan merangsang kram, cairan panas merangsang peristaltik,
lemak meningkatkan peristaltik, makan pedis/kafein meningkatkan
motilitas usus.
4.) Lindungi area perianal dan iritasi.
Rasional :
Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit
perianal.
c). Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output yang berlebihan.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi cukup, dengan kriteria BB naik, anak mau makan.
Intervensi :
1.) Beri susu rendah laktosa penuh.
Rasional :
Laktosa dapat menyebabkan diare, bila diare kaena intoleransi
laktosa/lemak.
2.) Timbang berat badan tiap hari.
Rasional :
Gizi yang baik pada anak ditunjukkan naiknya berat badan.
3.) Beri HE tentang manfaat gizi seimbang.
Rasional :
Gizi seimbang dapat mempercepat penyembuhan dan sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan.
4.) Kolaborasi pemberian obat roborantia.
Rasional :
Roborantia dapat membantu mempercepat penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
d). Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare.
Tujuan :
Kulit perineal mengalami pemulihan gizi dengan kriteria warna kulit perineal
sama dengan warna sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta kemerahan.
Intervensi :
1.) Intruksikan keluarga klien untuk membersihkan area perineal dengan air
hangat setiap defekasi.
Rasional :
Pembersihan dapat mengontrol bau dan menghilangkan substansi
pengiritasi, sabun dengan parfum cenderung mengeringkan kulit.
2.) Keringkan area perineal kemudian usap dengan tissu, berikan pelindung
kulit (salep, krim desitin) pada daerah perineal.
Rasional :
Kertas tissu mengandung minyak yang mempunyai efek menyejukkan.
Pelindung kulit mengurangi kontak kulit perineal dengan asam dan cairan
faeces.
3.) Instruksikan pada keluarga klien untuk menggunakan pakaian dari bahan
katun bukan nilon.
Rasional :
Pakaian katun meningkatkan sirkulasi darah lebih baik untuk
meningkatkan kekeringan area perineal, kelembaban meningkatkan
pertumbuhan bakteri.
4.) Hindari pemberian bedak pada area perineal.
Rasional :
Bedak dapat menyebabkan iritasi.
e). Kecemasan keluarga berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kesehatan anak.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria : ada pemahaman keluarga terhadap
penyakit klien, wajah tampak tenang.
Intervensi :
1.) Beri kesempatan keluarga untuk mengemukakan perasaannya.
Rasional :
Dengan mengungkapkan perasaan mempermudah penyelesaian masalah
dan juga memungkinkan perawat mengidentifikasi kecemasannya.
2.) Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi. Beri
dorongan untuk bertanya.
Rasional :
Pemecahan masalah untuk orang yang cemas, karena cemas merusak
belajar dan persepsi, penjelasan yang jelas, sederhana paling baik
dipahami.
3.) Jelaskan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
Rasional :
Pengetahuan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi
kecemasan.
f). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
Tujuan
Tidak ada manifestasi infeksi dengan kriteria ; suhu 37 0C, SDP 5000 –
10.000/mm3, jaringan perineal utuh.
Intervensi :
1.) Pantau suhu tubuh tiap empat jam.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2.) Berikan antibiotik yang diprogramkan dan evaluasi keefektivannya
Rasional :
Antibiotik diperlukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
3.) Gunakan kewaspadaan umum tehnik mencuci tangan yang baik sebelum
dan sesudah kontak dengan klien, dan bersihkan area peritoneal
keseluruhan setelah toileting.
Rasional :
Dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-
tindakan yang direncakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses keperawatan
harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain, keluarga klien dan
dengan klien sendiri.
Dalam proses pelaksanaan perawatan mencakup 3 hal :
a). Melaksanakan rencana keperawatan.
Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan, merupakan dasar
atau pedoman dalam intervensi dalam perawatan.
b). Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien.
Dalam mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-
gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai akibat tindakan
perawatan yang diberikan dengan melihat, akan sangat membantu perawatan
dalam mengidentifikasi rekasi klien yang mungkin menunjukkan adanya
penyimpangan-penyimpangan.
c). Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien.
Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang
diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi bila
perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intervensi perawatan
dapat diterima oleh klien.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan.
Adapun evaluasi klien dengan asuhan keperawatan pada klien dengan diare dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan
perencanaan yang diberikan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan dengan
diare.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Di bawah ini penulis akan menguraikan laporan pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan “Diare” yang dirawat di ruangan
perawatan anak RSUD Provinsi Kendari. Tinjauan kasus dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Anak
Nama : “An. R”
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
b. Identitas penanggung
Nama ayah : “Tn. H”
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Penghasilan : Rp 2.200.000,-
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
Nama ibu : “Ny. R”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : BAB encer lebih dari 5 kali.
2.) Riwayat keluhan utama :
a.) Keluhan dirasakan sejak dua hari yang lalu, mulai dari tanggal 21 Maret
2011, ibu klien mengatakan anaknya buang air besar lebih dari 5 kali
encer, tidak ada ampas disertai dengan mual, muntah sebanyak 4 kali
(menyemprot), lama-kelamaan kondisi tubuh klien melemah. Pada saat itu
ibu klien membawa anaknya ke RSUD Provinsi Kendari untuk berobat
(opname) setelah sampai di Rumah Sakit, klien masih BAB encer dan
muntah tapi faeces sudah ada ampas sampai sekarang tanggal 23 Maret
2011..
b.) Faktor pencetus : minum susu SGM 2 yang disimpan di kulkas selama 1
bulan yang lalu.
c.) Sifat keluhan tidak terus-menerus.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Klien pernah menderita penyakit empedu pada umur 2 bulan. Klien berobat ke
praktek dokter dan sembuh (nama obatnya lupa).
2.) Klien pernah demam pada umur 5 bulan, klien berobat di praktek dokter dan
sembuh (nama obatnya lupa).
3.) Makanan pantang tidak ada.
4.) Makanan yang disukai adalah buah jeruk.
5.) Minuman yang disukai adalah susu dan air putih.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
1.) Keluarga tidak ada menderita TBC, jantung, hepatitis, dll.
2.) Keluarga tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
3.) Tidak ada anggota keluarga minum minuman keras dan alkohol.
4.) Ada anggota keluarga yang merokok (ayahnya).
5.) Genogram 3 generasi.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Orang tua klien
: Saudara kandung klien
: Klien
: Serumah dengan klien.
- G I, dari pihak bapak klien (nenek klien) meninggal karena proses ketuaan
?
? ? ?
?
? ? ? ? ? ? ? ?
25 35
- G I, dari pihak bapak klien (kakek klien) meninggal karena proses ketuaan.
- G II, bapak dan ibu klien saat ini tidak memiliki keluhan penyakit
- G III, anak kedua umur 11 bulan sakit diare.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Prenatal
1.) Ibu klien tidak mempunyai keluhan sewaktu hamil.
2.) Lama kehamilan adalah 9 bulan 10 hari.
3.) Ibu klien memeriksakan kehamilannya di rumah bersalin sebanyak 4 kali.
4.) Pengobatan selama hamil, ibu klien diberi vitamin dan imunisasi TT 2 kali.
5.) Ibu tidak ada ketergantungan obat dan tidak merokok.
b. Natal
1.) Tempat persalinan di rumah Sakit ibu dan anak.
2.) Jenis persalinan normal (spontan).
3.) Ditolong oleh bidan.
4.) Keadaan bayi waktu lahir segera menangis.
c. Post natal
1.) Keadaan ibu setelah melahirkan sakit pinggang.
2.) Keadaan bayi : sehat.
3.) Produksi ASI belum ada.
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1.) Panjang badan lahir : 48 cm
2.) Berat badan lahir : 3,5 kg
3.) Lingkar kepala : Lupa
4.) Lingkar dada : Lupa.
5.) Lingkar lengan atas : Lupa
6.) Lingkar perut : Lupa.
b. Perkembangan sesuai umur
1.) Miring : 2 bulan
2.) Tengkurap : 4 bulan
3.) Duduk : 7 bulan
4.) Merangkak : 8 bulan
5.) Berdiri sendiri : 10 bulan
6.) Berjalan dg pegangan : 11 bulan
7.) Belajar manjat/lompat : Belum lancar
5. Riwayat nutrisi
a. Umur 0 – 3 bulan : ASI
b. Umur 3 – 6 bulan : ASI + Bubur tim + Buah
c. Umur 6 – 11 bulan : ASI + Susu FM SGM 2 + Bubur + Buah
6. Riwayat imunisasi
a. BCG 1 x Umur 1 bulan
b. Polio 4 x Umur 1 bulan interval 4 minggu
c. DPT 3 x Umur 2 bulan interval 4 minggu
d. Campak 1 x Umur 9 bulan
e. Hepatitis B 3 x Umur 2 bulan interval 4 minggu
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien nampak lemah.
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu badan : 37 0C
d. - Berat badan : 8,5 kg
- Panjang badan : 78 cm
- Lingkar kepala: 43 cm
- Lingkar dada : 48 cm
- Lingkar lengan atas : 14 cm
- Lingkar perut : 45 cm
e. Kepala
1.) Inspeksi
a.) Keadaan rambut
- Warna hitam.
- Penyebaran merata.
- Tidak mudah rontok.
- Tidak ada benjolan.
- Ubun-ubun sudah menutup.
b.) Keadaan kulit kepala
- Tampak bersih.
- Tidak ada ketombe.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba benjolan.
f. Mata
1.) Inspeksi
- Palpebra tidak edema.
- Sklera tidak icterus.
- Konjungtiva tidak anemi (pucat).
- Mata nampak cekung.
- Pupil isokor kiri dan kanan, refleks cahaya .
- Bulu mata tumbuh merata.
2.) Palpasi
- Tidak ada peningkatan tekanan bola mata.
g. Hidung
1.) Inspeksi
- Septum : tidak ada sekret/cairan.
- Hidung simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak pernafasan cuping hidung.
- Tidak nampak pembengkakan.
- Tidak nampak tanda-tanda peradangan.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
h. Telinga
1.) Inspeksi
- Bentuk simetris kiri dan kanan.
- Kanalis tidak ada serumen/cairan.
- Telinga nampak bersih.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada mastoid.
i. Mulut
1.) Inspeksi
- Bibir nampak kering.
- Keadaan mulut bersih.
- Gigi belum ada tumbuh.
- Gusi tidak ada peradangan.
2.) Palpasi
- Mukosa mulut agak kering.
j. Leher
1.) Inspeksi
- Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid.
- Tidak nampak pembesaran vena jugularis.
2.) Palpasi
- Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.
- Tidak teraba pembesaran vena jugularis.
- Tidak ada kaku kuduk.
k. Dada dan paru-paru
1.) Inspeksi
- Dada simetris kiri dan kanan.
- Pergerakan dada ikut pola pernafasan.
- Ekspansi dada seimbang kiri kanan.
2.) Palpasi
- Vokal resonan teraba getaran seimbang paru-paru kiri dan kanan.
- Tidak teraba adanya massa.
- Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
3.) Perkusi
- Terdengar sonor pada semua lapang paru.
4.) Auskultasi
- Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan.
l. Jantung
1.) Inspeksi
- Ictus cordis tidak nampak.
2.) Palpasi
- Ictus cordis tidak teraba.
3.) Perkusi
- Terdengar redup pada ICS III, IV dan V garis midklavikula kiri.
4.) Auskultasi
- BJ I dan II reguler, kesan murni.
- BJ tambahan tidak ada.
m. Abdomen
1.) Inspeksi
- Tidak nampak pembesaran pada perut.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
2.) Auskultasi
- Peristaltik usus 20 kali permenit.
- Bising usus meningkat.
3.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba adanya massa.
4.) Perkusi
- Bunyi tympani pada keempat kuadran.
n. Genetalia dan anus
1.) Genetalia tidak ada kelainan.
2.) Anus :
- Nampak kemerahan karena sering BAB.
- Tidak nampak adanya haemoroid.
o. Ekstremitas atas dan bawah
1.) Ekstremitas atas
- Kedua lengan dapat digerakkan.
- Tonus otot baik.
- Refleks triceps
- Refleks biceps
2.) Ekstremitas bawah
- Tampak terpasang infus asering 24 tetes/menit pada kaki kanan.
- Tonus otot baik.
- Kaki kanan tidak bebas bergerak.
- APR
- KPR
p. Kulit
1.) Inspeksi
- Warna putih.
- Turgor kulit kurang.
- Kelembaban kering.
- Anus kemerahan.
2.) Palpasi
- Kulit teraba hangat.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium tanggal 21 – 08 – 2002
1.) HB : 10,29 gr/dl Normal : 12 – 14 gr/dl
2.) Leukosit : 8800/mm3 Normal : 5.000 – 10.000/mm3
3.) Hematokrit : 32,4 % Normal : 37 – 43 %
9. Pola kegiatan sehari-hari
a. Eliminasi
1.) Buang air besar (BAB)
a.) Frekuensi 1 – 2 kali perhari.
b.) Konsistensi lembek (lunak).
c.) Warna kuning.
d.) Bau amoniak.
Perubahan selama sakit :
a.) Frekuensi BAB 3 – 5 kali perhari.
b.) Konsistensi cair/encer + ampas.
c.) Warna kuning.
d.) Tidak ada darah dan lendir.
2.) Buang air kecil (BAK)
a.) Frekuensi 4 – 5 kali perhari.
b.) Warna kuning.
c.) Bau pesing.
d.) Volume tidak diketahui.
Perubahan selama sakit :
a.) Frekuensi : tiap kali BAB.
b.) Warna kuning.
c.) Bau pesing.
d.) Jumlah tidak diketahui.
b. Nutrisi
1.) Pola makan : Bubur, buah, ASI, Susu FM SGM 2
2.) Nafsu makan : Menghabiskan porsi makan.
Perubahan selama sakit :
1.) Anak malas makan.
2.) Nafsu makan : Tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan (½
porsi)
3.) pada saat pengkajian anak muntah 1 kali, ada aampas dan berwarna kuning.
c. Istirahat dan tidur
1.) Tidur malam jam 20.00 wita, bangun jam 06.00 wita.
2.) Klien tidak mudah terbangun.
3.) Posisi waktu tidur miring kiri dan kanan secara bergantian.
4.) Tidur siang jam 10.00 s.d 11.00 wita dan jam 05.00 s.d 06.00 wita.
d. Hygiene
1.) Mandi 2 x/hari dengan memakai sabun mandi.
2.) Sikat gigi belum.
3.) Cuci rambut 2 – 3 x/seminggu.
Perubahan selama sakit
1.) Klien mandi dengan waslap basah.
10. Kesehatan sosial
a. Keadaan rumah dan lingkungan : Bersih.
b. Status rumah : Rumah Pribadi.
c. Jumlah penghuni rumah : 4 orang.
d. Tidak banjir saat musim hujan.
e. Jumlah saudara kandung : 1 orang
11. Pola emosi
a. Orang tua
1.) Ibu mengantar anaknya ke rumah sakit karena berak-berak dan muntah.
2.) Dokter mengatakan bahwa anaknya harus dirawat di rumah sakit karena
kehilangan banyak cairan yang menyebabkan dehidrasi.
3.) Ibu selalu bertanya tentang keadaan (penyakit anaknya).
4.) Ibu mengharap agar anaknya cepat sembuh.
5.) Ibu tidak pernah meninggalkan anaknya selama dirawat di rumah sakit.
6.) Ekspresi wajah ibu tegang.
b. Anak
1.) Anak nampak cengeng.
2.) Anak menangis.
12. Kegiatan keagamaan
a. Orang tua beragama Islam dan taat beribadah.
13. Perawatan dan pengobatan
a. Perawatan
1.) Istirahat.
2.) Pemberian minum banyak sesuai toleransi.
3.) Pemberian ASI.
4.) Diet : makanan lunak (bubur).
b. Pengobatan
1.) Sanprima syrup 2 x 1 / hari.
2.) Nifural syrup 3 x 1 / hari.
3.) Oralit
4.) Infus asering 24 tts/menit.
B. Klasifikasi Data
1. Data Subyektif
- Ibu klien mengatakan anaknya berak-berak, frekuensi 5 kali, encer, dan ada
ampas.
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah 1 kali, tidak menyemprot dan ada ampas,
warna kuning.
- Ibu klien mengatakan anaknya malas makan dan minum susu.
- Ibu klien mengatakan anaknya cengeng.
- Ibu klien selalu bertanya tentang keadaan/penyakit anaknya.
2. Data Obyektif
- Keadaan umum nampak lemah.
- Anak nampak muntah 1 kali, ada ampas dan warna kuning.
- Bibir nampak kering.
- Turgor kulit kurang.
- Ekspresi wajah ibu tegang.
- Porsi makan tidak dihabiskan ( ½ dari porsi yang disediakan).
- BAB 5 kali, konsistensi encer/cair, ada ampas.
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37 0C
- Skor dehidrasi : 11
- Anus nampak kemerahan.
C. Analisa Data
NO D A T A ETIOLOGI MASALAH
1.
2.
3.
DS :
- Ibu mengatakan anaknya berak-berak, 5 kali, encer dan
ada ampas. - Ibu mengatakan anaknya
muntah 1 kali dan ada ampas.
DO : - KU lemah
- Anak nampak muntah 1 kali dan BAB 5 kali.
- Bibir kering.
- Turgor kulit kering. - Tanda-tanda vital :
T : 120/80 mmHg
N : 108 x/menit P : 24 x/menit
S : 37 0 C - Skor dehidrasi 11
DS :
- Ibu mengatakan anaknya berak 5 kali dan muntah 1 kali.
- Ibu mengatakan anaknya malas makan.
DO : - KU lemah. - Anak nampak muntah 1 kali.
- Porsi makan tidak dihabiskan (½ dari porsi yang dise-
diakan). DS :
- Ibu selalu bertanya tentang keadaan/penyakit anaknya.
DO : - Ekspresi wajah ibu nampak
tegang.
Faktom malabsobsi
Intoleransi laktosa
Zat-zat sulit diserab oleh
tubuh
Pergeseran cairan & elektrolit kedalam usus
Penigkatan motilitas
usus
Peristaltik usus meningkat
DIARE
Pengeluaran cairan & elektrolit meningkat
Distress GI
Mual, muntah
Pengeluaran isi lambung
Anoreksia
Intake in ade kuat
Informasi yang kurang
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya
Gangguan keseim-
bangan cairan dan elektrolit.
Gangguan pemenu-han nutrisi kurang
dari kebutuhan.
Kecemasan orang
tua klien.
NO D A T A ETIOLOGI MASALAH
4.
DS : - DO :
- BAB lebih dari normal (5 kali).
- Faeces encer/cair.
- Anus nampak kemerahan.
Stressor ibu meningkat
Koping tidak efektif.
Cemas
BAB yang sering
Daerah anus selalu basah
Mudah terjadi lecet
Resiko tinggi terjadi
gangguan integritas kulit
Resiko tinggi terjadi gangguan integritas kulit.
D. Prioritas Masalah
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output yang berlebihan.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
4. Resiko tinggi terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang
berlebihan.
BAB IV
PENUTUP
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran yang bertitik
tolak pada hasil pembahasan dari bab sebelumnya.
A. Kesimpulan
1. Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari .3 kali
pada anak, konsistensi faeces encer , dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir atau darah.
2. Masalah diare merupakan masalah yang cukup serius karena diare dapat
menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit serta dapat menyebabkan kematian.
3. Prinsip perawatan dan pengobatan pada kasus diare adalah menggantikan cairan yang
keluar melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa sesegera mungkin.
4. Keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien diare terutama anak-anak sangat
diperlukan terutama dalam pemberian ASI dan pemahaman terhadap perawatan diare
di rumah.
B. Saran
1. Bahwa dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, selain mengacu pada teori yang
didapatkan, juga harus disesuaikan dengan kebutuhan klien mengingat respon
individu terhadap penyakit berbeda-beda tergantung pada berat ringannya penyakit
dan kemampuan adaptasi dari individu.
2. Pemahaman keluarga dan masyarakat tentang diare, kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan pertolongan pada pasien diare merupakan hal yang penting dalam rangka
penanganan kasus-kasus diare. Oleh karena itu perlu ditingkatkan pengetahuan
keluarga dan masyarakat tentang diare serta peningkatan kemampuan petugas
kesehatan dalam penanganan diare baik melalui penyuluhan, pelatihan dan lain-lain.
3. Penanganan pada kasus diare utamanya pada anak tidak hanya difokuskan pada aspek
fisik saja, tetapi harus mencakup pada keseluruhan dari pasien tersebut yang
mencakup bio, psiko, sosial dan kultural agar proses pemberian asuhan keperawatan
dapat lebih optimal.
4. Penanganan awal diare merupakan hal yang penting oleh karena itu diharapkan
kepada keluarga klien dan petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam penanganan kasus tersebut.
5. Dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan pada klien anak, perawat harus lebih
mengaktifkan peran keluarga/orang tua klien agar dapat tercapai hasil yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman, M.H., dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, penerbit : FKUI, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall, 1998, Diagnosa Keperawatan Dan Aplikasi Pada Praktek Klinis,
edisi 6, EGC, Jakarta.
Depkes RI Pusdiknakes, 1992, Asuhan Keperawatan Anak Dalam Koteks Keluarga,
Jakarta.
Doenges E. Marilynn, dkk, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.
Mansjoer Arief., dkk, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Penerbit Media Aeusculapius FKUI.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, penerbit EGC.
Sastroasmono Sudigdo, DSAK, 1993, Kedaduratan Pada Anak, penerbit : Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Suharyono, dkk, 1999, Gastroenterologi Anak Praktis, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Talbot A. Laura, 1997, Pengkajian Keperawatan Kritis, edisi 2, EGC Jakarta.
Tucker Martin Susan, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien ; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Volume 2, edisi 5, EGC Jakarta.
Watson AJM, dkk, 1992, Pedoman Diagnosis dan Therapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam,
penerbit FKUI, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama klien : An. R Tanggal Masuk RS : 21- 03 - 2011
Umur : 11 bulan Tanggal Pengkajian : 23 03 - 2011
Jenis Kelamin : Perempuan No. Register : 05 85 15
Ruangan : Anak ‘Melati’
Diag. Medis : Diare
NO/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1
23/03
2011
Gangguan keseimbangan volume
cairan dan elektrolit berhubungan
dengan output yang berlebihan,
ditandai dengan :
DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya
berak-berak 5 kali, encer/cair
dan ada ampas.
- Ibu klien mengatakan anaknya
muntah 1 kali dan ampas.
DO :
- KU lemah.
- Anak nampak muntah 1 kali
dan BAB 5 kali.
- Bibir kering.
Anak menunjukkan ke-
seimbangan cairan dan
elektrolit dengan kriteria
dalam waktu 24 jam:
DS :
- BAB 2 – 3 kali sehari.
- Konsistensi faeces
lembek.
DO:
- Turgor kulit baik.
- KU baik.
- Bibir lembab.
1. Observasi tanda-tanda
dehidrasi.
2. Observasi intake dan
output.
3. Beri minum sedikit
demi sedikit tapi
sering.
4. Penatalaksanaan cairan
infus.
5. Penatalaksanaan obat
anti muntah dan diare.
Sebagai dasar untuk menentukan
intervensi dengan tepat dan cepat.
Untuk mengetahui balance dan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Mencegah muntah dan pengeluaran
cairan yang berlebihan.
Cairan infus dapat mengganti
cairan dan elektrolit yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya muntah
dan membunuh kuman penyebab
NO/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2
23/03/
2011
- Turgor kulit kurang.
- Tanda-tanda vital :
T : 120/80 mmHg
N : 108 x/menit
P : 24 x/menit
S : 37 0C
- Skor dehidrasi 11
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output yang
berlebihan ditandai dengan :
DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya
berak 5 kali dan muntah 1 kali.
- Ibu klien mengatakan anaknya
malas makan.
DO :
- KU lemah.
- Anak nampak muntah 1 kali.
- Porsi makan tidak dihabiskan.
Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dalam waktu 24
jam dengan criteria :
DS :
- Nafsu makan baik
(menghabiskan porsi).
DO :
- Bibir tampak lembab.
- Berat badan sesuai
umur.
6. HE pada orang tua dan
keluarga klien menge-
nai perlunya pemberian
minum.
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji asupan nutrisi
klien.
3. Beri makan sedikit tapi
sering.
4. Kerjasama dengan tim
kesehatan untuk mem-
beri diet lunak.
diare.
Agar orang tua dan keluarga dapat
mengerti, membantu dan mau be-
kerja sama dalam pemberian
asuhan keperawatan.
Untuk mengetahui pola makan dan
makanan kesukaan klien.
Asupan makanan yang baik dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Makanan yang cukup dapat meme-
nuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh
dan sangat penting untuk masa
penyembuhan.
Makanan yang lunak akan memu-
dahkan usus untuk mengabsorbsi
sehingga tidak menimbulkan diare.
NO/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4
23/03/
2011
- (½ porsi yang telah dise-
diakan).
- Bibir kering.
Resiko tinggi terjadi integritas
kulit berhubungan dengan sering
BAB dan kadar keasaman faeces
meningkat ditandai dengan :
DS : -
DO :
- BAB lebih dari normal (5
kali).
- Faeces encer/cair.
- Anus nampak kemerahan.
Integritas kulit tidak terjadi
dalam waktu 48 jam
dengan kriteria :
DO :
- Anus tidak kemerahan.
5. HE pada ibu klien
tentang makanan yang
bergizi bagi anak yang
sakit dan untuk masa
penyembuhan.
1. Observasi keadaan
kulit pada daerah anus.
2. Ganti pakaian bila
basah.
3. Bersihkan dan kering-
kan pantat bila basah
(setelah BAB).
4. HE pada orang tua
klien tentang penting-
nya mengganti pakaian
bila basah dan penting-
nya kebersihan.
Agar ibu klien dapat memahami
pentingnya zat gizi bagi tubuh.
Untuk menentukan intervensi
secara cepat dan tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Pakaian basah akan mempercepat
integritas kulit.
Kulit yang basah dan kering
mencegah lecetnya kulit karena
asam.
Agar orang tua klien dapat
mengerti tentang perawatan/tinda-
kan yang dapat bekerja sama.
NO/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3.
23/03
2011
Kecemasan orang tua berhu-
bungan dengan kurangnya penge-
tahuan tentang anaknya ditandai
dengan :
DS :
- Ibu selalu bertanya tentang
keadaan/penyakit anaknya.
DO :
- Ekspresi wajah ibu nampak
tegang.
Kecemasan orang tua
teratasi dalam waktu 2 jam
dengan kriteria :
DS :
- Orang tua klien tidak
bertanya lagi tentang
keadaan anaknya.
DO :
- Ekspresi wajah nampak
ceria.
1. Beri kesempatan orang
tua klien untuk meng-
ungkapkan perasaan-
nya.
2. Jelaskan pada orang tua
tentang keadaan anak-
nya saat ini.
3. HE pada orang tua
klien tentang penyakit
diare.
Ungkapan perasaan dapat memban-
tu mengurangi beban pikiran, juga
agar perawat dapat mengidentifika-
si kecemasan orang tua klien
sehingga dapat melakukan
intervensi selanjutnya.
Agar orang tua dapat mengetahui
dan memahami keadaan anaknya.
Agar orang tua klien mengerti ten-
tang penyakit diare dan dapat me-
lakukan tindakan antisipasi/ pen-
cegahan terhadap penyakit diare.
IMPLEMENTASI
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1.
Jum’at
23-03-
2011
1
12.30
12.35
12.40
12.45
1. Mengobservasi tanda-tanda
dehidrasi dengan hasil : KU
mulai baik, bibir kering,
BAB masih encer tapi sudah
ada ampas.
2. Mengobservasi intake dan
output dengan hasil : klien
minum air putih 1 gelas
(120 cc).
3. Pemberian cairan infus
(asering) dihentikan (di aff)
dengan hasil : infus asering
dihentikan
4. Memberi minum obat
sanprima 1 sendok teh dan
nifural 1 sendok teh. dengan
hasil klien meminum obat
Tanggal 24/03/2011
Jam 12.50
S : - Ibu klien mengata-
kan anaknya masih
berak 3 kali dan
berampas.
- Ibu klien mengata-
kan anaknya tidak
muntah lagi.
O : - KU masih lemah
- Anak bab 3 kali
- TTV :
T : 120/80 mmHg
N : 108 x/menit
P : 24 x/menit
S : 37 0 C
- Skor dehidrasi 8
A : - Masalah teratasi
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
12.50
sanprima dan nifural
4. Memberi pengertian/penyu-
luhan kesehatan kepada ibu
klien tentang perlunya
memberi minuman. Dengan
hasil : ibu klien mengerti
pentingnya memberi
minuman pada anak
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-
tanda dehidrasi.
2. Observasi intake
dan output.
3. Beri minum sedikit
demi sedikit tapi se-
ring.
5. Penatalaksanaan
pemberian obat anti
muntah dan diare.
6. HE pada orang tua
dan keluarga klien
mengenai pemberi-
an minum.
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
2.
Jum’at,
23/3/11
2.
01.00
01.15
01.10
01.15
01.20
1. Mengkaji pola makan klien,
hasil : klien makan bubur,
sayur.
2. Mengkaji asupan nutrisi
klien dengan hasil : klien
menghabiskan porsi makan
2 – 3 sendok makan.
3. Memberi makan sedikit tapi
sering. Dengan hasil : porsi
makan anak sedikit namun
sering
4. Bekerjasama dengan tim
kesehatan dalam pemberian
makanan lunak 1 (bubur)
dengan hasil anak diberikan
makan bubur.
5. Memberi penyuluhan ke-
Tanggal 24/03/2011
Jam 01.25
S : - Ibu klien mengata-
kan anaknya ma-
sih malas makan
- Ibu klien mengata-
kan anaknya bab 3
kali dan berampas
O : - KU masih lemah
- Porsi makan belum
dihabiskan (2-3 sen
dok)
- Anak bab 3 kali
A : Masalah belum ter-
atasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji asupan nutrisi
klien
3. Beri makan sedikit-se-
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
4.
Jum’at
23/03/
2011
3
01.25
01.30
sehatan tentang pentingnya
makanan yang bergizi bagi
anak yang sakit dan untuk
penyembuhannya dengan
hasil HE pada ibu mulai
mengerti.
1. Mengobservasi keadaan
kulit pada daerah anus
dengan hasil kulit pada anus
nampak kemerahan
2. Mengganti pakaian (celana)
yang basah setiap kali BAB
dengan hasil celana anak
diganti setiap selesai
BAB/BAK
dikit tapi sering.
4. Kerjasama dengan tim
kesehatan untuk mem-
beri diet lunak (bubur).
5. HE pada ibu klien ten-
tang makanan bergizi
bagi anak yang sakit
untuk proses penyem-
buhan.
Tanggal 24/03/2011
Jam 1.35
S : -
O : - Faeces encer/cair
- Anus nampak ke-
merahan.
A : - Masalah belum ter-
atasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi keadaan kulit
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
3.
Jum’at,
23/3/11
4
01.35
3. Membersihkan dan menge-
ringkan pantat bila basah
(setelah bab) dengan hasil
setelah BAB pantat anak
tidak basah lagi
4. Memberikan HE pada
orang tua klien tentang
pentingnya mengganti
pakaian bila basah dan
pentingnya kebersihan
dengan hasil HE ibu mulai
mengerti
1. Memberi kesempatan kepa-
da orang tua klien untuk
mengungkapkan perasaan-
nya dengan hasil : ibu klien
mau berkomunikasi dan be-
kerja sama dengan perawat
dalam proses perawatan
anaknya.
pada daerah anus.
2. Ganti pakaian bila
basah.
3. Bersihkan dan kering-
kan pantat bila basah
(setelah bab).
4. HE pada orang tua kli-
en tentang pentingnya
mengganti pakaian bila
basah dan pentingnya
kebersihan.
Tanggal 24/03/2011
Jam 02.10
S : - Ibu klien masih
bertanya tentang
keadaan/penyakit
anaknya.
O : - Ekspresi wajah ibu
klien masih
No. Hari/
Tgl
No.
DX Jam Implementasi Evaluasi Paraf
01.40
02.00
2. Memberi penjelasan kepada
orang tua dan keluarga
tentang keadaan anaknya,
hasil anaknya sudah mulai
membaik.
3. Memberi penyuluhan kese-
hatan kepada ibu dan
keluarga klien tentang
penyakit diare dengan hasil
: belum dilaksanakan.
nampak tegang.
A : Masalah belum ter-
atasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Beri kesempatan pada
orang tua klien untuk
mengungkapkan pera-
saannya.
2. Jelaskan pada orang tua
klien tentang keadaan
anaknya saat ini.
3. HE pada orang tua
klien tentang penyakit
diare.
top related