askep binaan damar
Post on 26-Jan-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN LANSIA BINAAN Ny. D DENGAN
HIPERTENSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners
Departemen Gerontologi di Kelurahan Jatimulyo
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang
Oleh:
Damar Dewangga
105070200111036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Lansia Binaan Ny. S
dengan Hipertensi, RT 5 RW 1 Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru sebagai
bukti telah melewati Departemen Gerontik Program Profesi yang dilaksanakan tanggal
8 – 27 Juni 2015. Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta masih tingginya
prevalensi lansia yang mengalami hipertensi di wilayah sasaran dengan rendahnya
tingkat pengetahuan mereka tentang penyebab, perjalanan penyakit, tanda dan gejala
penyakit, komplikasi atau bahaya keparahan penyakit, dan penatalaksanaan yang
tepat untuk kondisi kesehatannya.
Dengan selesainya Laporan Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1. Ns. Annissa W, S.Kep, M. Kep. selaku pembimbing akademik Departemen
Gerontik Program Profesi yang telah dengan sabar mengoreksi, memberi
masukan dan membimbing selama proses pelaksanaan perofesi di desa
sasaran.
2. dr. Lisna selaku kepala Puskesmas Kendalsari yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan profesi di lingkupan wilayah kerja
PKM Kendalsari.
3. Ns. S.Kep selaku pembimbing klinis Departemen Gerontik yang telah dengan
sabar membimbing untuk bisa melaksanakan program yang berguna untuk
masyarakat sekitar wilayah sasaran.
4. Teman-temanku kelompok 8 Reguler Program Profesi A atas ketekunan, kerja
keras dan kekompakkan sehingga program lansia di desa sasaran dapat
berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya,
semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, 25 Juni 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau
kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan
terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya
untuk menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia
meningkat dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi
dinegara maju.
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
(lansia). Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total
keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010).
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan
hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan
Hidup) indonesia pada tahun 2007 UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi
70,7 tahun, target untuk UHH pada tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian
Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010).
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan
degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan
struktural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi,
aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan menyebabkan manusia
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke,
infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya).
Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok
lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke),
gangguan metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok
dan terjatuh) dan gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak
efektif lagi).
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang
dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit
terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi
(38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut
merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka
kejadian gangguan hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu
pertanyaan yang berujung pada “gaya hidup” lansia itu sendiri (Darmojo 2006).
Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat
mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup
seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi,
kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan
diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress,
merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia
(Erda Fitriani, 2005).
Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap
(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan
memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang
lain.
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk
penyakit kardiovaskuler diantara lansia. Peningkatan kerangka penelitian
mendukung kefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor
resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang
dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler dengan kelompok usia ini. Seperti gaya
hidup untuk kebiasaan merokok, aktifitas fisik, pola makan, dan pola istirahat pada
lansia itu sendiri (Darmojo, 2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg (Joint National Commitee on Prevention Detection,
Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003). Hipertensi menjadi sebuah
tantangan global yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai
penyebab kematian setiap tahunnya. Diperkirakan di dunia, prevalensi hipertensi
akan meningkat dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al.,
2005).
Peningkatan tekanan darah diperkirakan bertanggungjawab atas 7,5 juta
kematian yang merupakan 12,8% dari total kematian seluruh dunia. Hipertensi juga
mengakibatkan 57 juta orang atau 3,7% dari total morbiditas menderita kecacatan
dikarenakan komplikasi yang berkembang menjadi stroke (54%), penyakit jantung
koroner (47%), iskemia, gagal jantung, gagal ginjal, perdarahan retina, dan
gangguan penglihatan (WHO, 2013). Hipertensi merupakan penyakit yang paling
banyak diderita oleh masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu
masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi
makanan yang kadar garamnya tinggi, obesitas, dan stress (Wihastuti TA et al.,
2012). Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 31.7%. Prevalensi penyakit hipertensi
di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar sebanyak 12.510 kasus pada tahun 2010
sedangkan pada tahun 2012, hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua yang
ada di Poliklinik Jantung RSSA Malang (Profil Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
tahun 2010 dan 2012).
Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi
hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat
badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah
(Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia
dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di kelurahan
Gadingkasri.
1.2 Tujuan
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara
komprehensif.
b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia untuk mematuhi
anjuran diet yang tepat untuk pasien hipertensi, melakukan aktivitas sesuai
toleransi, dan mencegah komplikasi hipertensi.
1.3 Manfaat
Dengan terjun ke pasien secara langsung, mahasiswa dapat mengaplikasikan
teori yang didapatkan dalam bentuk tindakan kepada pasien yang membutuhkan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan keperawatan yang dimaksud
disini adalah asuhan keperawatan yang sesuai standar mulai dari pengkajian
hingga evaluasi. Intervensi yang diberikan kepada klien juga intervensi yang
berdasarkan pada evidence based sehingga asuhan yang diberikan adalah
asuhan keperawatan yang bermutu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60
tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti,
2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat
usia yaitu:
1. Usia pertengahan “middleage” 45-59 tahun,
2. Lanjut usia (lansia)“elderly”60-74 tahun,
3. Lansia tua “old” 75-90tahun,
4. Dan usia sangat tua “veryold” diatas 90 tahun
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) dalam Wijayanti
2008, terdapat tiga kelompok lansia yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara
lain (Papalia dkk, 2001 dalam Wijayanti, 2008) :
1. Primary aging
Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang
terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).
2. Secondary Aging
Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse pada tubuh
yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan
dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga
kebugaran fisik dll.
2.1.2 Kesehatan Lansia
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu (Prasetyo,1998 dalam Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut
usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran
fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi
darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan
mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa,
gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya
konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) dalam
Wijayanti (2008) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus
dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan,
gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang
cekatan.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan
akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah
perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul
adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan
curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak
acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola
tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan
enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri
sendiri.
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang
segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran
jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih
segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam
Sriwahyuniati, 2008). Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi
oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang
merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel
berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat
baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulya
kemunduran fungsi organ tubuh
Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008) secara
ringkas dapat dikatakan:
1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.
3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan
menyusut dan fungsinya menurun.
4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil,
kekuatan memompa darah berkurang.
5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pemapasan,
alveolus menjadi kurang elastis.
7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.
9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal
yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan
mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin berkurang pula.
10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus
dialami oleh semua makluk hidup.
Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena
diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas
fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap
penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan
melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran
dan penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun olahraga
pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot dan
tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru) (Sriwahyuniati,
2008).
Kemunduran fungsi organ-organ akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:
1. Kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)
a. Volume sekuncup menurun hingga menyebabkan terjadinya penurunan
isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output).
b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.
2. Respirasi
a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja lebih
keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.
b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.
3. Otot dan persendian
a. Jumlah motor unit menurun
b. Jumlah mitokondria menurun
c. Otot dan memudahkan terjadinya kelelahan, karena fungsi Mitokondria
adalah memproduksi adenosin triphospat (ATP).
d. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga
menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.
4. Tulang
a. Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis dan akan
meningkatkan resiko patah tulang.
b. Kiposis
5. Peningkatan lemak tubuh.
Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan peningkatan resiko
terserang penyakit.
2.2 Hipertensi
b.2.1 Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg
atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan
sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia
diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun
sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia
(Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan
menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh
kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).
b.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :
a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik). Penyebab pasti masih belum
diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi natrium lemak jenuh dan
penuaan adalah faktor pendukung.
b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang
terindentifikasi lainya (Stockslager, 2008).
b.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut
usia adalah :
a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-
sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya
usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi
kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal,
meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain
berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain
meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti
obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008).
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
i. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
ii. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus
ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan
hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-
benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi
pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin
kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
iii. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
i. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.
ii. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak
arteri (Rohaendi, 2008).
iii. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans
and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang
awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%
merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok
subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani,
2007).
iv. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).
v. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum
alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani,
2007).
vi. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
vii. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal
b.2.4 Penatalaksanaan
a. Pengobatan.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Menurut : Darmojo (2008), Pemakaian obat pada lanjut usia perlu dipikirkan
kemungkinan adanya :
i. Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
ii. Interaksi obat
iii. Efek samping obat.
iv. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh
terhadap kondisi penderita adalah :
i. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler
ii. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
iii. Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum
obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan
jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan mendiskusikan
informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager, 2008). Pengendalian tekanan
darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai
perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
i. Diet untuk Pasien Hipertensi
1) Diet Rendah Garam
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung) (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan
atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai,
jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung
natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan
penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
(Hayens, 2003).
2) Diet Rendah Kolesterol dan Lemak
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat
tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari
setiap makanan (Amir, 2002).
3) Diet Tinggi Serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak
terdapat pada sayuran dan buah – buahan, sedangkan serat makanan
terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong
dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit
tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung
serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).
4) Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah
terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal – hal
berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per
minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
ii. Aktivitas
Beberapa aktivitas yang penting dilakukan antara lain:
Waktu istirahat / tidur yang cukup
Hiburan dan penyaluran hobi yang seimbang dengan tugas dan
kewajiban olahraga teratur, dianjurkan 2 – 3 kali seminggu sekurangnya
30 menit setiap kali olahraga
menghindari konsumsi rokok, alkohol,
iii. Mengukur Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah dengan sphygmomanometer. Sphygmomanometer berupa
sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat
ini mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter air raksa (mm
Hg).
Pemeriksaan tekanan darah idealnya dilaksanakan oleh dokter atau
minimal paramedis yang memahami standar pengukuran tekanan darah yang
ideal.
iv. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
v. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
vi. Follow Up
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
b.2.5 Pathway
Renin
Iskemik ginjal
Deficit lapang pandang
Resiko cedera
Gangguan penglihatan
Tekanan intraocular meningkat
Tekanan pembuluh darah otak meningkat
Gangguan rasa nyaman
Tekanan intravascular meningkat
Tekanan darah meningkat
Peningkatan volume cairan ekstrasel
Koping individu tidak efektif
Mekanisme koping, harapan tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik
Deficit motorikIntoleransi aktivitas
Suplai O2 dan nutrien tidak maksimal
Reabsorbsi Na dan air Sekresi K dan H
Ion exchange di tubulus ginjal
Sekresi aldosteron
Angiotensin II (vasokontriksi)
ACE
Angiotensin
Angiotensin I
Penurunan volume extrasel dan perfusi renal
Kelemaha
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
Intake inadekuat
Mual, muntahMenurunnya relaksasi otot polos pembuluh darah
ateroskeloris
Tahanan perifer meningkatPenurunan cardiac output
Vasokontriksi pembuluh darah
Hilangnya elastisitas jaringan ikat
Usia Lanjut Rokok Kopi
Elastisitas dinding aorta menurunKatup jantung menebal dan kakuKemampuan memompa darah
menurunHilangnya elastisistas pembuluh darahMeningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer
Tembakau Nikotin
Penyempitan pembuluh darah
Tekanan darah meningkat
Meningkatkan adrenalin
Meningkatkan tekanan darah, Nadi, dan tekanan kontraksi jantung
Kafein
Hipertensi PrimerHipertensi Primer
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2015
1. IDENTITAS
KLIEN
:
Nama : Ny. D
Umur : 73 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Kalpataru 65 RT 4 RW 1 Kel. Jatimulyo
Tanggal datang :
2
.
DATA
KELUARGA
:
Nama : Nn. N
Hubungan : Cucu Ny.D
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Kalpataru 65
3
.
STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Klien mengatakan nyeri (linu-linu) dikaki sebelah kiri.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Klien mengatakan apabila merasa tidak enak badan (linu-linu) diobati dengan obat
yang diperoleh dari puskesmas
Obat-obatan:
Captopril, Simfastatin, Voltadec
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu
makan
: √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Klien mengatakan untuk kondisi tubuhnya saat ini baik,
namun cepat sekali kelelahan karena faktor usia,
nafsu makan berubah, terkadang kesulitan untuk tidur
pada malam hari dan TD 180/100 mmHg, meskipun
begitu klien masih bisa beraktivitas
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : system integument klien sesuai usia yaitu terdapat
penurunan elastisitas kulit (berkerut), tidak ada
memar, pruritus ,lesi maupun pola penyembuhan luka.
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. : √
Limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Klien tampak lemah tetapi konjungtiva mata tidak
anemis, tidak ada perdarahan, terdapat pembekakan
kelenjar limfe di leher sebelah kanan ± 5cm
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit
kepala
: √
KETERANGAN : TD 180/100 mmHg, klien tidak merasakan sakit
kepala, pusing ataupun gatal pada kulit kepala.
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan
penglihatan
: √
Pakai kacamata : √
Kekeringan
mata
: √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Perubahan penglihatan yang dialami oleh klien
berhubungan dengan proses penuaan, klien menggunakan
kacamata hanya ketika membaca dan mengaji. Klien
mengatakan kadang-kadang mata terasa gatal.
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan
telinga
: √
Dampak pada ADL : Tidak berdampak
KETERANGAN : Tidak ada masalah yang berarti pada telinga klien,
klien tidak mengalami penurunan pendengaran,
tidak ada riwayat infeksi, tidak menggunakan alat
bantu dengar, klien juga rajin membersihkan
telinga 1x seminngu menggunakan cottonbad.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Kondisi hidung masih dalam batas normal, Klien tidak pernah
merasakan gangguan pada hidung ataupun infeksi, tidak ada
alergi dan obstruksi. Tidak ada snoring maupun rinorhea.
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan
menelan
: √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Klien masih rajin sikat gigi 3 kali sehari
KETERANGAN : Klien tidak mengalami kesusahan saat menelan, klien biasa memakan berkuah dan tidak digoreng, tidak ada nyeri telan, tidak ada riwayat infeksi maupun perdarahan gusi, namun terdapat caries pada gigi depan atas dan bawah
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Terdapat massa pada leher sebelah kanan ± 5cm, tidak merasakan
nyeri ataupun kaku
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ada dispnea maupun suara nafas tambahan
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : S1S2 tunggal,tidak ada suara tambahan, Tidak
ada keluhan nyeri dada, saat pemeriksaan fisik
tidak ada edema
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu
makan
: √
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : Klien mengatakan pola BAB lancer 1 kali sehari
KETERANGAN : Klien tidak merasakan mual, tidak pernah muntah darah,
keadaannnya normal
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : 4-5 x sehari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Klien mengatakan pola BAK normal 4-5x sehari
KETERANGAN : BAK berwarna jernih dan tidak ada keluhan
14. Reproduksi (laki-laki)
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Ny.D mengatakan riwayat menstruasi normal
Aktifitas seksual : √
Pap smear : √
KETERANGAN : Menopause sejak 13 tahun yang lalu,tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear, tidak ada nyeri tekan
pada pelvis.
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Masih mampu sholat 5 waktu, masih bisa berjalan agak jauh
rumah ke tetangga meskipun agak terbata-bata
Dampak ADL : Berjalanan terbata-bata karena nyeri sendi.
KETERANGAN : nyeri sendi di kaki kiri dan punggung (linu-linu) skala nyeri 2,
bertambah nyeri saaat berjalan, nyeri tumpul, ADL Mandiri,
berjalan terbata-bata
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Klien pernah mengalami kejang hingga pingsan karena tekanan
darah yang terlalu tinggi hingga MRS. Klien masih mampu
mengingat dengan baik kejadian yang terjadi di masa lampau
5
.
POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil
keputusan
: √
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Adaptif
Ny. D saat pengkajian sangat terbuka
terhadap perawat, klien merasa seneng
saat bercerita tentang dirinya dan
keluarganya.
Persepsi tentang kematian :
Klien mengatakan bahwa kematian adalah suatu takdir yang pasti akan
dialami oleh setiap orang dan klien siap jika suatu saat harus menghadapi
kematian
Dampak pada ADL : tidak ada dampak
Spiritual
Aktivitas ibadah : Ny. D masih menjalani sholat 5 waktu, tahajjud
dan mengaji
Hambatan : tidak ada, klien masih mampu melakukan mandiri,
tetapi untuk baca alquran masih menggunakan alat bantu kacamata
KETERANGAN : Ny. D tidak memiliki hambatan dalam melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu tetapi dalam membaca alquran klien memerlukan
kacamata sebagai alat bantu dan klien tidak memiliki masalah psikologi
yang berarti.
6. LINGKUNGAN :
Kamar : terdapat 3 kamar tidur dalam rumah yang ditinggali oleh klien
Kamar mandi : terdapat 1 kamar mandi di rumah klien
Dalam rumah
wisma :.......................................................................................................
............
Luar
rumah :.......................................................................................................
...............
7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan
Bantuan
Mandiri Skor
Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau
sebaliknya
5-10 15 15
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok
gigi)
0 5 5
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5
kursi roda )
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek
Kognitif
Nilai
maksimal
Nilai
Klien
Kriteria
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2015 Hari : selasa
Musim : dingin Bulan : juni
Tanggal : 16
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :indonesia Propinsi: jawa
timur Wisma :
Kabupaten/kota : Malang
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja
3). Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari
100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4).
72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
1). kursi
2). meja
3). Minta klien untuk mengulangi
kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
”tidak ada,dan, jika atau tetapi”
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk
Total nilai 30 28 Tiddak ada gangguan kognitif
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : klien tidak memiliki gangguan kognitif,untuk menulis dan menyalin
gambar segi lima klien tampak kesulitan melakukannya
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 16 Juni 2015 15 detik
2 18 Juni 2015 17 detik
3
Rata-rata Waktu TUG 16 detik
Interpretasi hasil Dari hasil pemeriksaan
hasil TUG > 13,5 detik
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan
ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No PertanyaanJawaban
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan
sesuatu hal
1 0 0
10
.
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11
.
Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12
.
Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13
.
Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14
.
Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15
.
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 1
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indikators score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2 0
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman
beralkohol setiap harinya
2 0
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak
dapat makan makanan yang keras
2 2
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali
atau lebih setiap harinya
1 1
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan
terakhir
2 0
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk
belanja, memasak atau makan sendiri
2 0
Total score 4
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
6. Hasil pemeriksaan Diagnostik
No Jenis pemeriksaan
Diagnostik
Tanggal
Pemeriksaan
Hasil
1 Kadar asam urat 17/6/2015 5,5 mg/dl
2 Tekanan darah 16/6/2015 180/100 mmHg
7. Fungsi sosial lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
ADAPTATION 2
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
PARTNERSHIP 2
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru
GROWTH 2
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
AFFECTION 2
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
meneyediakan waktu bersama-sama
RESOLVE 2
Kategori Skor:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
TOTAL 10
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
3.2 Analisa data
Data EtiologiMasalah
keperawatan
DS :
- Klien tidak tahu
bahan makanan
apa saja yang
mengandung tinggi
natrium
- Klien jarang
memeriksakan
kondisi
kesehatannya
- Klien mengatakn
langsung ke
puskesmas jika
merasa tidak enak
badan dan jika
obatnya habis
- Klien mengatakan
mudah lelah
DO :
- TD = 180/100
mmHg
- Makan makanan
yang
mengandung
garam
- Banyak
bertanya
tentang kondisi
kesehatannya
Usia lanjut
Elastisitas dinding aorta menurun
Katup jantung menebal Kemampuan memompa darah
menurun Hilangnya elastisitas pembuluh
darah Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer
Ditunjang dengan pola makan yang salah
Hipertensi primer (180/100)
Perilaku ketidakpatuhan diet hipertensi
Ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri
Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan Diri
DS : gerontik+gaya hidup yg tidak sehat Nyeri akut
- Klien mengatakan
sendi kaki terasa nyeri
- Klien mengatakan
nyeri bertambah
apabila dibuat
beraktivitas yang
berlebih
- Klien mengatakan :
- Skala nyeri 2-3
- Sendi kaki (lutut)
- Kualitas tumpul
DO :
- TD = 180/100 mmHg
- Wajah grimace
- Skala nyeri 3
- Nyeri sendi di kaki
sebelah kiri dan di
punggung
- Cara berjalan yang
terbata-bata
↓
Perubahan struktur dan fungsi
vaskuler
↓
Meningkatkan TD sistemik
↓
Hipertensi
↓
- TD 180/100 mmHg
- nyeri sendi
↓
Nyeri akut
a. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
2. Nyeri akut
b. Rencana Keperawatan
Nama Klien : Ny. D No Reg : -
Usia : 73 tahun Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2015
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria hasil
Intervensi
Ketidakefektifan
pemeliharaan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 kali
1. Kaji mengenai manajemen HT
selama ini
2. Kaji hambatan/kesulitan klien
kesehatan pertemuan, masalah
ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
teratasi
NOC : Knowledge :
Hypertension Management
Indikator 1 2 3 4 5
Target
tekanan
darah sistolik
Target
tekanan
darah
diastolik
Tanda gejala
hipertensi
Management
HT yang
benar
Manfaat
modifikasi
diet
dalam menjalani manajemen HT
3. Kaji TTV klien, terutama TD dan
Nadi
4. Kaji pengetahuan klien mengenai
managemen farmakologi HT
5. Kaji pengetahuan klien mengenai
manajemen non farmakologis HT
6. Edukasi klien tentang pentingnya
manajemen HT secara
farmakologis dan non farmakologis
7. Edukasikan tentang diet rendah
garam/DASH
8. Fasilitasi contoh menu makanan
klien dalam sehari dan tawarkan
berbagai bahan makanan yang
disukai klien
9. Diskusikan dengan klien mengenai
diet yang diajalani selama ini
10. Berkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
sesuai indikasi, seperti obat
antihipertensi
Nyeri akut Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dalam 2 kali
pertemuan, gangguan rasa
nyaman teratasi
NOC : Pain Level
Indikator 1 2 3 4 5
Melaporkan
nyeri (tidak
ada)
Skala nyeri
1. Kaji PQRST of pain dengan
komunikasi terapeutik.
2. Kaji dampak nyeri pada aktivitas
sehari-hari.
3. Sarankan klien untuk
meningkatkan istirahat.
4. Sarankan klien untuk memodifikasi
lingkungan agar meningkatkan
rasa nyaman klien (seperti : tidur
menggunakan bantal yang lebih
rendah)
5. Edukasi klien tentang
(skala 0)
Ketegangan
otot (normal)
Ekspresi
wajah
(tenang)
penggunaan teknik relaksasi
dalam meningkatkan rasa nyaman
6. Edukasi klien menggunakan teknik
masase dalam meningkatkan rasa
nyaman
7. Berkolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan obat sesuai
indikasi, seperti obat analgesik.
c. Implementasi
Tgl No. Dx Kep Jam Tindakan Keperawatan EVALUASI Tanda
tangan
16 Juni
2015
1,2 10.00 Memperkenalkan diri dengan
sopan
Membuat kontrak waktu dengan
pasien
Menjelaskan tujuan pertemuan
Mengukur tekanan darah pasien
Mengkaji keluhan yang dirasakan
klien
Mengkaji dampak gangguan rasa
nyaman pada aktivitas sehari-hari
Menyarankan klien untuk
meningkatkan istirahat
Menyarankan pasien untuk
memodifikasi lingkungan agar
meningkatkan rasa nyaman pasien
(seperti : tidur menggunakan bantal
yang lebih rendah)
Mengkaji mengenai pengetahuan
klien tentang HT
S:
Klien mengatakan tengkuknya masih terasa
agak berat
Klien mengatakan mengerti tentang informasi
yang disampaikan
Klien mengatakan akan memperbanyak
istirahatnya
Klien mengatakan senang telah diberi
motivasi tentang kesehatan terutama tentang
penyakit klien.
O:
Klien kooperatif dalam diskusi
Klien aktif bertanya
Klien mendengarkan penjelasan dengan baik
Tekanan darah: 180/100 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan
kesehatan tentang penatalaksanaan hipertensi
dengan diet hipertensi
Memberikan KIE tentang HT dan
tanda gejala.
18 Juni
2015
1,2 11.00 Membuat kontrak waktu dengan
pasien
Mengukur tekanan darah pasien
Mengkaji keluhan yang dirasakan
klien
Menanyakan kembali tentang
pengetahuan klien tentang
hipertensi
Mengkaji pengetahuan klien
tentang managemen terapi non
farmakologi (makanan)
Memberikan KIE tentang
pentingnya managemen diet
hipertensi
Berdiskusi tentang menu makanan
yang baik untuk penderita
hipertensi
Menganjurkan klien banyak
mengonsumsi buah dan sayur
S:
Klien mengatakan tengkuknya terkadang
masih terasa berat.
Klien dapat menjelaskan kembali tentang
hipertensi
Klien mengatakan selama jarang makan
makanan yang digoreng, bersantan, dan
sering dihangatkan
Klien mengatakan mengerti pentingnya
menerapkan diet rendah garam
O:
Klien kooperatif dalam diskusi
Klien mendengarkan penjelasan dengan baik
Tekanan darah: 160/90 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan
kesehatan tentang pemeriksaan rutin tekanan darah
Membuat kontrak dengan klien
untuk pertemuan berikutnya
24 Juni
2015
1 09.30 Membuat kontrak waktu dengan
pasien
Mengukur tekanan darah pasien
Menanyakan diet rendah garam
untuk hipertensi
Menanyakan menu sarapan yang
telah dimakan
Memberikan KIE tentang
pentingnya mengontrol tekanan
darah setiap bulan
Memberikan buah semangka dan
pisang sebagai terapi untuk
mengurangi tekanan darah
Membuat kontrak dengan klien
untuk pertemuan berikutnya
S:
Klien mengatakan mulai mengurangi garam
dalam masakannya dan mengurangi makanan
yang digoreng
Klien mengatakan tadi pagi sarapan dengan
nasi, sayur, tahu dan tempe
Klien mengatakan mengerti pentingnya
mengukur tekanan darah setiap bulan
O:
Klien kooperatif dalam diskusi
Klien mendengarkan penjelasan dengan baik
Klien menerima anjuran untuk mengkonsumsi
buah semangka dan pisang
Tekanan darah: 160/100 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan
kesehatan tentang teknik relaksasi mengontrol
tekanan darah
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Alasan
Berdasarkan hasil intervensi selama 3 minggu dengan dilakukan tiga kali
kunjungan rumah menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil tetapi untuk
penggunaan buah semangka dan pisang masih belum diketahui keberhasilannya
karena klien tidak ada di rumah saat pengecekan tekanan darah. Hal ini tampak
dengan outcome masalah yang ditemukan pada saat pengkajian dapat teratasi setelah
intervensi dijalankan. Tekanan darah klien menunjukkan penurunan dibandingkan
sejak awal pengkajian. Selain itu klien juga tidak mengeluhkan lagi tekait
ketidaknyaman yang dialaminya akibat penyakit yang dirasakannya.
Hipertensi yang dialami lansia merupakan hipertensi primer yang dikarenakan
usia lansia. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan klien terjadi karena kurangnya
pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit yang dialaminya.
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. D cenderung mengalami peningkatan
tekanan darah dikarenakan usia dan penurunan degeneratif. Selain itu, kondisi Ny. D
juga diperparah oleh konsumsi makanan yang tidak sehat dan ketidakteraturannya
meminum obat antihipertensi. Dalam hal ini perawat pengelola memberikan KIE yang
tepat kepada klien diantaranya KIE hipertensi dan tanda gejalanya, KIE
penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi, KIE penatalaksanaan hipertensi
dengan diet rendah garan dan KIE konsumsi buah semangka dan pisang untuk
menurunkan tekanan darah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ny. D mengalami hipertensi yang kurang terkontrol. Pengetahuan klien tentang
penyakit dan penatalaksaannya masih kurang. Hasil intervensi yang diberikan
menunjukkan output yang baik dimana meningkatnya pengetahuan lansia tentang
penyakitnya serta adanya penurunan tekanan darah.
5.2. Saran
Penyakit hipertensi adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan dan
hanya dapat dikontrol. Sehingga perlunya peran serta dari orang – orang sekitar klien
seperti keluarga, dan masyarakat disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Buku Pedoman Sehat Bersama Askes, Sehat Bersama Hipertensi. 2007. Jakarta :
Depkes RI.
Chobanian AV. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressue : Hypertension
(JNC 7). Journal of the American Heart Association, 2003, 42, 1206 – 1252.
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Jakarta : Balai
Pustaka FKUI
Doengoes, et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H (ed). 2012. Nanda Internasional : Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC.
Kearney, P. M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P. K, HE, J. 2005.
Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. The Lancet, 365,
217-223.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta :EGC.
RSSA. 2010&2012. Profil Rumah Sakit Saiful Anwar: Prevalensi penyakit hipertensi di
Rumah Sakit Saiful Anwar. Malang.
Soendoro, Triono. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS
Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan RI.
Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. 2008. Buku saku : Asuhan keperawatan geriatric.
Edisi 2. Alih bahasa Nike B.S. Jakarta : EGC.
WHO. 2013. Raised Blood Pressure, (Online),
(http>//www.who.int./gho/ncd/riskfactors/bloodpressureprevalencetext/en/,
diakses tanggal 20 September 2013).
Wihastuti TA, Ika Setyo R, Luh Putu AA. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi di
Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnoses Handbook With NIC Interventions Dan
NOC Outcomes. New Jersey: Pearson Prentica Hall.
Wolff, Hans Peter. 2009. Hipertensi – cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan darah
Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
top related