aplikasi immunochromatography untuk mendeteksi kandungan babi dalam produk pangan
Post on 18-Oct-2015
188 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
1/6
AplikasiImmunochromatographyuntuk Mendeteksi
Kandungan Babi dalam Produk Pangan Olahan
Ratih Rizqi Nirwana, S.Si., M.Pd
Di akhir tahun 2012 yang lalu, masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah
Jabodetabek dihebohkan berita adanya bakso sapi yang pada pembuatannya dioplos
dengan daging babi hutan (celeng). Pemberitaan yang terus menerus di barbagai media
tentang hal ini, tentu saja menyebabkan masyarakat Indonesia yang sebagian besar
beragama Islam menjadi was-was ketika akan mengkonsumsi bakso. Sebelum
pemberitaan ini marak, tepatnya ketika menjelang lebaran tahun 2012, juga ramai
diberitakan adanya pencampuran daging sapi segar dengan daging babi oleh pedagang
nakal. Hal ini disebabkan karena harga daging sapi yang cukup tinggi, sehingga untuk
menekan harga jual daging sapi, beberapa oknum nekat mencampurkan daging babi
diantara daging sapi. Tetapi pemanfaatan babi ternyata tidak hanya terbatas pada
produk makanan. Pada September 2012, walaupun tidak seheboh pemberitaan bakso
sapi yang dioplos dengan daging babi, juga telah dilaporkan oleh Reportase Investigasi
(Trans TV, 15 September 2012) mengenai adanya pencampuran lemak babi ke dalam
body lotionpalsu.
Tidak diragukan lagi bahwa babi memiliki segudang manfaat. Dari bulu hingga
kotorannya, semua bisa dimanfaatkan. Bulu babi biasa dimanfaatkan sebagai kuas
(kuas kosmetik, kuas cat, kuas masak, kuas lukis, dll). Lemak babi bisa dihidrolisis
menjadi gliserin untuk dimanfaatkan dalam pembuatan soft drink, bahan kosmetik
(pelembab, hand & body lotion), sabun, bahan roti, dll. Lemak babi juga bisadimanfaatkan sebagai emulsifier, pembuatan coklat, pengempuk / pelezat roti dan
masakan,serta sebagai bahan starter vetsin (kasus Ajinomoto). Dagingnya merupakan
sumber protein hewani yang murah, disamping sifatnya yang empuk dan berserat halus.
Tulang babi juga biasa digunakan dalam industri makanan/minuman,misalnya
penggunaan arang tulang sebagai filter penyaring air mineral, sebagai sumber gelatin
untuk pembuatan soft capsule dan soft candy (permen lunak). Bersama sama denag
kulit babi, tulang babi juga banyak dimanfaatkan dalam industry pariwisata, yaitu
dalam pembuatan handicraft seperti patung, bompet, sepatu, dll. Organ dalam babi juga
tak kalah dalam hal pemanfaatannya. Organ dalam babi bisa digunakan dalam
transplantasi ginjal, hati dan jantung. Plasenta-nya diekstrak untuk dimanfaatkan dalam
industri kosmetika (facial, hand & body lotion),sabun, dll. Usus babi biasa digunakan
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
2/6
untuk casing sosis dan benang jahit luka. Enzim pencernaannya (amilase, lipase,
tripsin, pankreatin, pepsin, dll) juga sering dimanfaatkan manusia. Yang terakhir,
kotoran babi juga banyak dimanfaatkan. Misalnya saja di Jepang untuk pupuk Apel,
dan di Indonesia sebagai Pupuk sayuran (di Baturraden, Temanggung, Wonosobo, dll).
Akan tetapi, walaupun babi memiliki banyak manfaat, tetap saja hewan ini diharamkan
dalam Islam.
Yang menjadi masalah, bagaimana cara membedakan produk yang mengandung
babi dengan produk yang tidak mengandung babi? Seperti yang dikutip Republika,
menurut Ahli Gizi Institut Pertanian Bogor, Dr. Ikeu Tanziha, sulit membedakan
daging sapi dan daging babi, jika sudah dalam bentuk bakso (Republika Online 13
Desember 2012). Hal ini karena protein dari babi telah terdenaturasi dan termodifikasi
karena adanya perlakuan pemanasan. Selain itu, seorang ahli dari UNPAD juga
mengatakan bahwa kandungan babi dalam body lotion palsu yang dibuat oleh oknum
seperti yang telah diberitakan Reportase Investigasi, tidak dapat dideteksi.
Sebenarnya, bukanlah hal yang mustahil untuk mengetahui adanya kandungan
babi dalam suatu produk. Selama ini, identifikasi kandungan babi bisa dideteksi dengan
cara PCR (Polymerase Chain Reaction) dan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent
assay). PCR merupakan teknologi biokimia dalam biologi molekuler untuk
memperkuat salinan tunggal atau beberapa potong DNA melalui beberapa siklus
penguatan, menghasilkan ribuan sampai jutaan salinan dari urutan DNA tertentu.
Sedangkan ELISA adalah adalah format yang populer dari pengujian biokimia analitik
yang menggunakan immunoassay enzim - fasa padat untuk mendeteksi keberadaan
suatu zat, biasanya antigen, dalam sampel cair atau sampel basah. Kedua metode
tersebut sudah sangat dikenal dan sering digunakan untuk mengidentifikasi kandungan
babi. Akan tetapi, kedua metode ini dikenal mahal, dan harus melalui serangkaianlangkah yang rumit di laboratorium. Lagipula, bagi masyarakat umum, kedua metode
tersebut tidaklah mudah digunakan untuk mendeteksi kandungan babi kapan saja dan
dimana saja. Pada makalah ini penulis membatasi pada penentuan ada tidaknya
kandungan babi hanya pada produk olahan pangan saja.
Pada Agustus 2012 lalu, beberapa peneliti di Jepang mematenkan penelitiannya
tentang pendeteksi kandungan babi dengan menggunakan ujiImmunochromatography
yang dikombinasikan dengan nanoteknologi (European Patent Application, Bulletin
2012/31). Menurut mereka, cara ini lebih mudah, bisa digunakan kapan saja dan di
mana saja, dan lebih murah. Immunochromatography merupakan teknik kromatografi
fasa padat dengan eluen (fasa gerak) reagen immunologis. Sedangkan nanoteknologi
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
3/6
adalah teknologi manipulasi materi pada skala atomic atau molekuler, yang salah satu
dimensinya berukuran paling tidak dari 1 sampai 100 nanometer (10-9
m).
Prinsip dasar aplikasi immunochromatography merupakan gabungan dari
prinsip kromatografi dan immunoassay. Kromatografi merupakan teknik pemisahan
kimia berdasarkan perbedaan distribusi sampel dalam dua fasa yang berbeda, yaitu fasadiam dan fasa gerak. Sedangkan immunoassay merupakan metode untuk menentukan
suatu substansi (yang selanjutnya akan disebut antigen) dengan menggunakan antibodi.
Antigen merupakan zat asing yang masuk ke dalam tubuh, yang akan
merangsang timbulnya antibodi. Pada umumnya antigen merupakan makromolekul
berupa protein, tetapi beberapa diantaranya adalah oligosakarida atau polipeptida
dengan berat molekul lebih dari 10.000. Antibodi juga merupakan protein. Bedanya
dengan antigen, jika antigen ini adalah zat/substansi asing, antibodi merupakan protein
yang dibentuk oleh sel darah putih dalam rangka sistem pertahanan/kekebalan tubuh.
Jika ada antigen masuk ke dalam tubuh, misalnya antigen dari bakteri atau virus, maka
tubuh akan memproduksi antibodi yang spesifik berikatan dengan antigen tersebut.
Konfigurasi molekul antara antigen-antibodi yang sedemikian rupa, sehingga
hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang
cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Interaksi antigen-
antibodi bisa terjadi karena adanya ikatan hidrogen, ikatan van der waals dan juga
ikatan elektrostatik antara keduanya (Sumartini, S., 2011).
Prinsip interaksi antigen-antibodi yang spesifik inilah yang mendasari
immunoassay yang selama ini telah berkembang, seperti ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay), RIA (radioimmunoassay) dan CIA (chemoluminessence-
immunoassay), dan yang terbaru yaitu immunochromatography . Menurut Stolle, Babi
memiliki protein spesifik dengan berat 17.000 Da. Protein spesifik yang tidak dimiliki
oleh hewan-hewan lain tersebut, bisa digunakan sebagai antigen untuk memproduksi
antibodi spesifik (Ardhani, F., dkk, 2007). Tetapi ternyata protein spesifik yang ada
pada daging babi yang telah diolah dengan panas, memiliki perbedaan. Protein spesifik
dari produk daging babi yang telah diolah dengan pemanasan berada pada kisaran berat
molekul 23.000 dan 50.000 Dalton (Sakakibara, 2012)
Untuk bisa digunakan untuk mendeteksi kandungan babi dalam bahan pangan
olahan, diperlukan antibodi spesifik dari babi yang telah mengalami pengolahan suhu
tinggi. Antibodi ini diperoleh dari hewan seperti mencit ataupun kelinci yang telah
diimunisasi dengan serum albumin babi -yang telah terdenaturasi karena panas.
Sakakibara dkk kemudian mengembangkan alat/kit Immunochromatography yang
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
4/6
terdiri atas bagian aplikasi sampel (sample pad), bagian penyangga material yang telah
dilabeli (conjugate pad), bagian membran pembawa sebagai medium kromatografi,
bagian pendeteksi dan bagian penyerap (absorbtion pad). Gambar 1 berikut merupakan
gambaran dari kit tersebut.
Gambar 1. Alat immunochromatography
Bagian aplikasi sampel terdiri atas lembaran berpori yang bersifat cepat
menyerap sampel tetapi kua. Pada bagian ini bisa digunakan filter selulosa, filter kaca,
poliuretan, poliasetat, selulosa asetat, nilon, serat kapas, dll. Sedangkan reagen untuk
mengekstrak sampel berisikan larutan buffer, surfaktan non-ionik dan protein.
Bagian penyangga material berlabel (conjugate pad) mengandung molekul yang
memiliki kemampuan mengenali sampel analit, yaitu antibodi poliklonal dari antigen
yang berasal dari protein spesifik dari babi yang telah diolah dengan panas. Bagian
penyangga dikonfigurasikan sedemikian rupa untuk mendukung reagen yang telah
dilabeli dengan zat pengenal. Zat pengenal yang dimaksud misalnya partikel koloid
logam emas atau perak, lateks (karet) berwarna, enzim, zat yang bisa berfluoresens, dll.
Diantara material-material tersebut, penggunaan koloid emas menunjukkan
perkembangan warna yang kuat, mudah diproduksi, dan mudah diaplikasikan untuk
pelabelan. Guna kepentingan pelabelan, lebih disukai digunakan ukuran partikel emas
koloid 30 - 100 nm.
Bagian medium kromatografi terdiri atas membran pembawa dan bagian
pendeteksi. Bagian membran pembawa bisa berasal dari kelompok nitroselulosa,
selulosa asetat, nilon, polietet sulfon, polivinil alcohol, polyester, fiber gelas,
polyolefin, selulosa dan bisa juga dari polimer buatan yang terdiri dari campuran
beberapa serat tersebut. Sedangkan bagian pendeteksi mengandung antibodi poliklonal
yang diimobilisasi pada lembar nitroselulosa
Cara kerja dari sistem ini sebenarnya sangat sederhana, seperti terlihat pada
Gambar 2 berikut. Sampel dilarutkan ke dalam cairan pengekstraksi yang disediakan,
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
5/6
lalu dikocok. Setelah itu dilakukan pencelupan test kit immunochromatography ke
dalam larutan sampel yang telah dibuat, dan ditunggu selama 10 menit. Hasil yang
positif ada kandungan babi ditunjukkan adanya 2 garis, dan jika negatif hanya 1 garis
yang terbentuk.
Gambar 2. Proses deteksi kandungan babi pada sampel menggunakan
immunochromatography
Prinsipnya sebagai berikut. Sampel dilarutkan pada cairan pengekstraksisehingga proteinnnya terlarut. Cairan tersebut tersusun atas susu skim, surfaktan Tween
20, sodium klorida yang ditambahkan ke dalam larutan buffer pH 8, dan ditambah
bahan pengawet sodium azida. Test kit kemudian dicelupkan pada larutan sampel. Pada
test kit selanjutnya terjadi serangkaian reaksi. Jika pada sampel mengandung babi,
maka antigen babi akan terikat oleh antibodi yang telah dilabeli emas (antigen pertama)
yang terdapat pada bagian conjugate pad dari kit immunochromatography tersebut.
Kompleks antigen babi dengan antibodi lalu berjalan bersama hingga di bagian
pendeteksi, dan diikat oleh antigen ke-dua, sehingga timbul warna. Jika dalam sampel
tidak mengandung babi, maka tidak akan timbul warna karena tidak ada kompleks
antigen-antibodi berlabel yang ditangkap oleh antigen kedua. Secara singkatnya, dari
immunochromatography bisa dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Prinsip deteksi denganImmunochromatography
-
5/28/2018 Aplikasi Immunochromatography Untuk Mendeteksi Kandungan Babi Dalam Produk Pangan
6/6
Dengan immunochromatography kit tersebut, deteksi kandungan babi dalam
produk pangan bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Hal ini karena jika dilihat
dari bahan-bahannya, produksi kit ini jauh lebih murah dari pada metode ELISA dan
PCR yang sudah populer.
Saat ini di Indonesia LPPOM MUI sudah mulai menggunakan kit pendeteksikandungan babi (porcine detection kits) produksi Amerika. Tetapi kit pendeteksi
kandungan babi belum dijual luas di pasaran. Harapannya, di masa mendatang
Indonesia bisa memproduksi sendiri kit ini, sehingga masyarakat Indonesia yang
kebanyakan pemeluk agama Islam bisa memanfaatkannya dalam proses pemilihan
makanan.
Daftar Pustaka
Ardhani, F., dkk, Deteksi Protein Spesifik Untuk Membedakan Daging Babi dengan
Berbagai Macam Daging Spesies Lain,Bulletin PeternakanVol 31 (1), 2007.
Koolman, J., dan Rohm, KH., 2000, Atlas Berwarna dan Teks Biokimia, Terj. LestariMuchtadi, Hipokrates, Jakarta
Sakakibara, Y., et.al, 2012a, European Patent Application Bulletin, Method For
Detecting Pork In Processed Food And Detection Kit Therefor, Japan, EP2482071,diunduh 24 Desember 2012 dari https://data.epo.org/publication-
server/rest/v1.0/publication-
dates/20120801/patents/EP2482071NWA1/document.pdf
Sakakibara, Y., et.al, 2012b, Patent, Method For Detecting Raw Pork And Detection
Kit Therefor, Japan, EP2541247, diunduh 9 Januari 2013 dari
http://www.freepatentsonline.com/EP2541247A1.html
Reportase Investigasi Trans TV, 15 September 2012.
Republika Online, 13 Desember 2012, Bakso Campuran Daging Babi dan Sapi Sulit
Dibedakan, diakses 7 Januari 2013
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/13/meymg0-bakso-campuran-daging-babi-sapi-sulit-dibedakan
Sumartini, S., dkk, 2011, Aplikasi ELISA Kit untuk Mendeteksi Adanya Daging Babi
dalam Makanan, Prosiding Seminar Tantangan Penelitian Kimia, diunduh 25
Desember 2012 dari
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/4074/
4075.pdf
Tanaka Precious Metal, 2010, Tanaka Precious Metals is Ready to Supply Japan and
Islamic Countries with a Sensitive Easy to Use Pork Detection Kits for Detection
of Pork in Food,Artikel Online, diunduh 24 Desember 2012 dari
http://www.tanaka.co.jp/english/topics/pdf/topics_20100405_01.pdf
Sujadi, 1988,Metode Pemisahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
top related