analisis strategi promosi death by chocolate & … · bhayangkari kota sukabumi (1991-1992),...

Post on 17-Mar-2019

239 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ANALISIS STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT, BOGOR

Oleh : SRI WAHYU LESTARI

A14104028

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

SRI WAHYU LESTARI. Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor. Di bawah bimbingan YUSALINA.

Secara geografis, kota Bogor merupakan kota yang dekat dengan Ibu Kota, kota penghubung antara Ibu Kota dengan tempat tujuan wisata, dan juga memiliki tempat wisata seperti Kebun Raya, Taman Bunga, Taman Safari, dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan kota Bogor sebagai kota transit bagi wisatawan asing maupun lokal. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Bogor pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007, mengalami penurunan sebesar 17,36 persen. Karena itu, Pemerintah Kota Bogor mengupayakan peningkatan usaha di sektor pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Bogor. Kunjungan wisatawan ke kota Bogor dapat mendukung pertumbuhan usaha-usaha yang menunjang sektor pariwisata di kota Bogor seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, dan lain-lain. Saat ini, jumlah restoran di kota Bogor selalu meningkat setiap tahun pada tahun 2000-2007. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah restoran yang pada awalnya hanya 105 restoran menjadi 248 restoran. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha restoran di kota Bogor memiliki prospek usaha yang menjanjikan.

Death by Chocolate & Spageti (DBC & Spageti) Restaurant merupakan restoran yang menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. Restoran ini merupakan restoran khusus produk olahan coklat satu-satunya di Kota Bogor. Namun demikian, DBC & Spageti Restaurant pun tetap memiliki pesaing sejenis di Kota Jakarta dan penghasil substitute product di kota Bogor. Selain itu juga, DBC & Spageti Restaurant harus bersaing dengan restoran-restoran lainnya di kota Bogor. Supaya DBC & Spageti Restaurant bersaing di tengah kondisi persaingan usaha industri jasa boga yang semakin ketat, maka DBC & Spageti Restaurant harus memiliki strategi promosi yang tepat.

Jumlah penjualan rata-rata perhari restoran ini belum sesuai dengan kapasitas produksi perhari yang sudah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengunjung restoran ini masih sedikit. Karena itu, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan jumlah pengunjung supaya tingkat penjualan juga dapat ditingkatkan bahkan dapat mencapai kapasitas produksi. Dengan demikian, laba yang akan didapatkan akan semakin besar dan usaha restoran dapat lebih berkembang. Letak restoran ini dapat dikatakan kurang strategis apabila dibandingkan dengan substitute product-nya yang sudah lama berdiri dan terkenal di Kota Bogor. Di samping itu, DBC & Spageti Restaurant merupakan usaha yang tergolong baru didirikan. Hal-hal tersebut menyebabkan restoran ini belum begitu dikenal baik oleh masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant, menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, dan merumuskan alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate & Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki.

Penelitian ini dilaksanakan di Death by Chocolate & Spageti Restaurant yang berlokasi di Jalan Ceremai No. 22, Kota Bogor, Jawa Barat, dan merupakan bagian dalam dari kawasan Taman Kencana. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive karena DBC& Spageti Restaurant merupakan restoran coklat satu-satunya di Kota Bogor yang baru didirikan sekitar dua tahun dan memiliki keunikan dan potensi tersendiri untuk dikembangkan. Hal ini mendorong DBC & Spageti Restaurant untuk dapat lebih memperkenalkan produk beserta keunikan dengan melakukan strategi promosi yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2008. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian. Analisis data dilakukan dengan metode Analitycal Hierarchi Process (AHP) dan diolah dengan menggunakan software Expert Choice 2000.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant, diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya adalah meningkatkan penjualan serta memperkenalkan produk dan lokasi usahanya. Sementara faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penyusunan strategi promosi adalah faktor anggaran, karakteristik produk, karakteristik pasar, karakteristik konsumen, pesaing, daur hidup produk, dan bauran pemasaran lainnya. Berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki oleh restoran, maka dibuat lima alternatif strategi promosi yang dapat dilaksanakan oleh restoran dalam rangka mencapai tujuan promosinya. Kelima alternatif tersebut adalah (1) Tidak melakukan perubahan (hanya meningkatkan frekuensi pelaksanaan); (2) Menitikberatkan pada periklanan; (3) Menitikberatkan pada promosi penjualan; (4) Menitikbertkan pada hubungan masyarakat; dan (5) Menitikberatkan pada pemasaran langsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen restoran, dapat diketahui bahwa kegiatan promosi yang telah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant meliputi periklanan (brosur, mini banner, spanduk, papan reklame), promosi penjualan (discount, Food Expo, Sensasi Death by Chocolate), hubungan masyarakat dan publisitas (sumbangan, menjual nasi dan pakaian bekas murah, wawancara di RRI, tayangan di TV, pemberitaan di koran).

Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor DBC & Spageti Restaurant, diperoleh dua struktur hirarki yang saling berkaitan, yang terdiri dari dua hirarki. Hirarki pertama disusun untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Hirarki pertama terdiri dari fokus pada tingkat 1, tujuan pada tingkat 2, faktor pada tingkat 3, dan sub faktor pada tingkat 4. Sedangkan hirarki kedua disusun untuk menganalisis pemilihan strategi promosi yang tepat. Hirarki kedua terdiri dari fokus pada tingkat 1, kendala dan pendukung pada tingkat 3, sub kendala dan sub pendukung pada tingkat 4, dan alternatif strategi promosi pada tingkat 5.

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode AHP, pada hirarki pertama dapat diidentifikasi bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari kegiatan promosi yang dilakukannya adalah memperkenalkan produk dan lokasi usahanya. Hal ini didukung oleh keunikan dari produk yang dimiliki dan lokasi usaha yang kurang strategis sehingga diperlukan kegiatan

promosi yang lebih gencar dan tepat sasaran. Faktor utama yang dipertimbangkan pihak manajemen restoran dalam menyusun strategi promosinya adalah konsumen. Sebab itu, pihak manajemen perlu merancang kegiatan promosi yang sedemikian rupa sehingga loyalitas konsumen pun dapat dibentuk, dipertahankan, dan ditingkatkan. Sementara hasil analisis pada hirarki kedua, alternatif strategi promosi yang paling tepat bagi DBC & Spageti Restaurant berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki adalah strategi promosi yang menitikberatkan pada pemasaran langsung.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan kegiatan promosi DBC & Spageti Restaurant, yaitu DBC & Spageti Restaurant perlu membuka outlet di tempat yang strategis untuk mengantisipasi masalah lokasi usaha yang relatif kurang strategis sehingga diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk restoran serta pembagian sampel produk dan brosur di macaroni panggang, Pia Apple Pie, supermarket, sekolah, perguruan tinggi, dan factory outlet dalam rangka memperkenalkan produk DBC & Spageti Restaurant kepada pasar sasarannya.

ANALISIS STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT, BOGOR

Oleh : SRI WAHYU LESTARI

A14104028

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Judul : Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti

Restaurant, Bogor Nama : Sri Wahyu Lestari

NRP : A14104028

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523

Mengetahuui, Dekan Fakutas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI

BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA ILMIAH SENDIRI YANG BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Sri Wahyu Lestari A14104028

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Propinsi Jawa

Barat pada tanggal 26 April 1986, sebagai anak keempat dari empat bersaudara.

Penulis lahir dari pasangan H. E. Sumarna, SH dan Hj. Lili Hikmariah.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK

Bhayangkari Kota Sukabumi (1991-1992), SDN Benteng II Kota Sukabumi

(1992-1998), SMPN 5 Kota Sukabumi (1998-2001), dan SMAN 1 Kota Sukabumi

(2001-2004). Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi

mahasiswa penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) sebagai

pengurus Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (Ikamasi).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Skripsi yang

berjudul “Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant,

Bogor” ini, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi

yang dijalankan oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant, menentukan

faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi Death by

Chocolate & Spageti Restaurant, dan merumuskan alternatif strategi promosi

yang tepat bagi Death by Chocolate & Spageti Restaurant sesuai dengan kendala

yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. Penulisan skripsi ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi pihak manajemen Death by Chocolate & Spageti

Restaurant dalam menentukan strategi promosi yang tepat sehingga dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan

kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Mei 2008

Sri Wahyu Lestari

A14104028

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghormatan dan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak dan Mama tercinta, kakak-kakak dan seluruh keluarga tersayang atas

segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang, dan do’a tulus yang tiada

hentinya selama penulis menempuh pendidikan.

2. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan

bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc. atas kesediannya menjadi dosen penguji utama

dan Anita Primaswari, SP, M.Si. atas kesediannya menjadi dosen penguji

wakil komisi pendidikan serta atas masukan-masukannya yang berarti dalam

proses penyempurnaan skripsi.

4. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

5. Pihak owner, supervisor, dan seluruh karyawan Death by Chocolate & Spageti

Restaurant atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penulis

melakukan penelitian di restoran tersebut.

6. Sahabat-sahabat terbaik di AGB’41 yaitu USA (Doni Kurniawan, Kak

Feryanto W K, Medina Rachma, Melly Kusumawardhani, Nia Rosiana, R.

Irsan Nurgozali, Sri Maryati, dan Taufik Firmansyah) atas segala kebaikan,

pengertian, ketulusan, dukungan, bantuan, pengalaman dan kesan indah yang

diberikan dalam hubungan persahabatan yang terjalin selama penulis

menempuh masa perkuliahan dan melakukan penelitian serta penyusunan

skripsi.

7. Pretty Elisabeth Siahaan atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis

selaku pembahas seminar dan Agus Satriyo Budi sebagai teman satu

bimbingan skripsi atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama masa

penyusunan skripsi.

8. Teman-teman AGB’41 atas kebersamaan, kekompakan dan dukungan yang

masih terjalin sampai saat ini.

9. Rekan-rekan sedaerah yang tergabung dalam Ikamasi, terutama Ina Aulia

Rosdiana, Lala Nurmala, dan A’ Dedi Mulyadi atas bantuan, perhatian, dan

dukungan yang diberikan.

10. Teman-teman KKP (Adi Wibowo, Donny Hartanto, dan Herma Amalia),

terutama Dini Vidya atas dukungan, kebersamaan, dan kekompakan selama

KKP.

11. Teman-teman di kost “Malea Putri”, terutama Nurul Hidayah atas bantuan dan

perhatian yang diberikan kepada penulis selama ini serta atas kebersamaan

dan canda tawanya selama masa-masa di kostan.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 1.5 Keterbatasan Penelitian............................................................... 10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Restoran ......................................................................... 11 2.2 Jenis-jenis Restoran ..................................................................... 12 2.3 Coklat ........................................................................................... 16 2.4 Spageti.......................................................................................... 19 2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 23 3.1.1 Definisi Pemasaran .......................................................... 23 3.1.2 Promosi ............................................................................ 25 3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bauran Promosi ....... 36 3.1.4 Analitycal Hierarchi Process (AHP) ............................... 41 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 44

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Peneltian ........................................................ 47 4.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 47 4.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 48 4.4 Metode Pengolahan Data ............................................................. 49 4.5 Definisi Operasional .................................................................... 58

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Death by Chocolate & Spageti Restaurant .................................................................. 62

5.2 Lokasi Perusahaan ....................................................................... 66 5.3 Tujuan Perusahaan ....................................................................... 66 5.4 Struktur Organisasi Perusahaan ................................................... 67 5.5 Sumber Daya Perusahaan............................................................. 70

5.5.1 Sumber Daya Fisik........................................................... 70 5.5.2 Sumber Daya Manusia ..................................................... 70 5.6 Produksi dan Operasi DBC & Spageti Restaurant ..................... 73 5.6.1 Proses Produksi Death by Chocolate ............................... 74 5.6.2 Proses Produksi Frittata dan spageti ............................... 75 5.7 Strategi Promosi (Promotion) ..................................................... 77 VI PENERAPAN STRATEGI PROMOSI

6.1 Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi.. 84 6.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi.... 85 6.1.2 Analisis Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi ......................................... 91 6.1.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal ............................. 93 6.1.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ................................. 102 6.2 Analisis Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat........................ 108 6.2.1 Identifikasi Kendala dan Pendukung yang Dimiliki Oleh DBC & Spageti Restaurant dalam penyusunan Strategi Promosi.............................................................. 108 6.2.2 Analisis Model Alternatif Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat....................................................................... 112 6.2.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal ............................. 114 6.2.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ................................. 123

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan .................................................................................. 129 7.2 Saran ............................................................................................ 130 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 131 LAMPIRAN................................................................................................. 133

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun

2002-2006 ...................................................................................... 2

2. Kandungan Gizi Coklat Per 100 Gram .......................................... 2

3. Perbandingan antara rata-rata penjualan DBC & Spageti

Restaurant per Hari dengan Kapasitas Produksi per Hari ............. 3

4. Perbandingan antara Penerimaan Rata-rata per Bulan DBC &

Spageti dengan Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan

Kapasitas Produksi......................................................................... 6

5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu........................................... 7

6. Jenis-jenis Media Iklan Utama Beserta Keunggulan

dan Keterbatasannya ...................................................................... 29

7. Jenis dan Sumber Data Penelitian.................................................. 48

8. Nilai Skala Banding Berpasangan.................................................. 52

9. Konstanta Indeks Acak (RI)........................................................... 56

10. Divisi dan Jumlah Kayawan DBC & Spageti Restaurant

Tahun 2008 .................................................................................... 68

11. Karakteristik Karyawan DBC & Spageti Restaurant

Berdasarkan Umur dan Pendidikan Terakhir Tahun 2008............. 71

12. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Tujuan Kegiatan

Promosi) ......................................................................................... 94

13. Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen

pada Tingkat 3 (Elemen Faktor Penyusun Strategi Promosi) ........ 95

14. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Faktor

Penyusun Strategi Promosi) ........................................................... 98

15. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Dasar Pemilihan)............. 114

16. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Kendala dan

Pendukung) .................................................................................... 115

17. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Kendala dan

Sub Pendukung) ............................................................................. 116

18. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal

Antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Alternatif Strategi

Promosi) ......................................................................................... 118

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sistem Pemasaran Sederhana......................................................... 24

2. Lima M dalam Iklan....................................................................... 28

3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi

Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor.......... 46

4. Model Struktur Hirarki Analytical Hierarchi Process................... 51

5. Matriks Pendapat Individu............................................................. 53

6. Matriks Pendapat Gabungan .......................................................... 53

7. Struktur Organisasi DBC and Spageti Restaurant......................... 69

8. Proses Produksi Death by Chocolate ............................................. 75

9. Proses Produksi Frittata dan Spageti............................................. 77

10. Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi

Death By Chocolate & Spageti Bogor ........................................... 92

11. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi

Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan

Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant

Bogor.............................................................................................. 107

12. Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang

Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor..... 113

13. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Pemilihan

Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate

& Spageti Restaurant Bogor .......................................................... 128

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar Menu DBC dan Harga DBC & Spageti Restaurant ........... 133

2. Gambar dan Harga Produk DBC & Spageti Restaurant................ 134

3. Gambar Kegiatan Promosi DBC & Spageti Restaurant ................ 135

4. Denah Lokasi DBC & Spageti Restaurant .................................... 136

5. Jadwal Pembagian Kerja Karyawan DBC & Spageti Restaurant . 137

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis, kota Bogor merupakan kota yang dekat dengan Ibu Kota

dan juga merupakan kota penghubung antara Ibu Kota dengan tempat tujuan

wisata seperti Puncak, kota Bandung, dan kota Sukabumi. Selain itu, kota Bogor

sendiri memiliki beberapa tempat wisata seperti Kebun Raya, Taman Bunga,

Taman Safari, dan lain-lain. Kedua hal tersebut menjadikan kota Bogor sebagai

kota transit bagi wisatawan asing maupun lokal. Jumlah kunjungan wisatawan ke

kota Bogor pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007,

mengalami penurunan sebesar 17,36 persen (Tabel 1). Oleh karena itu,

Pemerintah Kota Bogor mengupayakan peningkatan usaha di sektor pariwisata

untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Bogor. Hal ini dapat

mendukung Visi Kota Bogor, yaitu ”Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat

Madani dan Pemerintahan Amanah”.

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor Tahun 2000-2007 Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Persentase Pertumbuhan (%) 2000 1.828.661 25,412001 1.647.884 - 9,892002 2.141.676 29,972003 1.571.465 - 26,622004 1.558.054 - 0,852005 1.856.991 19,192006 2.137.083 15,082007 1.766.009 - 17,36

Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2007

Kunjungan wisatawan ke kota Bogor dapat mendukung pertumbuhan

usaha-usaha yang menunjang sektor pariwisata di kota Bogor. Usaha-usaha yang

dapat menunjang sektor pariwisata tersebut diantaranya pusat perbelanjaan, hotel,

restoran, dan lain-lain. Saat ini, jumlah usaha restoran yang didirikan di kota

Bogor semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang hidup di

perkotaan pada umumnya tidak memiliki waktu yang banyak untuk menyiapkan

makanan, karena tingkat mobilitas mereka yang tinggi. Selain itu, peningkatan

pendapatan dan pendidikan serta kemudahan dalam memperoleh informasi

menjadikan masyarakat yang hidup di perkotaan lebih menyukai makanan yang

siap saji. Masyarakat yang hidup di perkotaan menganggap restoran bukan hanya

sebagai tempat untuk makan saja, tetapi juga untuk berkumpul dengan teman

lama, beristirahat (coffee break) bagi pegawai kantoran, bertemu dengan partner

kerja, ataupun tujuan lain yang pada saat ini sudah merupakan bagian dari gaya

hidup. Hal tersebut menyebabkan jumlah restoran di kota Bogor semakin

bertambah (Tabel 2).

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2002-2006

Sumber : Buku Pariwisata Kota Bogor, Dinas Informasi Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor, 2006

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah restoran di kota Bogor pada

tahun 2000-2006 selalu bertambah setiap tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa

usaha restoran di kota Bogor memiliki prospek usaha yang menjanjikan. Melihat

kondisi seperti ini, para pengusaha mulai berfikir untuk membuka usaha restoran

di kota Bogor. Ide bisnis datang dari pemahaman atas kebutuhan diri sendiri, dari

rekan-rekan atau keluarga, dan dapat dicari dengan melihat berbagai usaha yang

Tahun Jumlah Pertumbuhan (persen) 2000 105 -2001 107 1,902002 161 50,462003 178 10,562004 192 7,872005 222 15,632006 248 11,71

telah dilakukan orang lain atau dari pengamatan terhadap pasar dan toko

(Krisnamurthi, 2005).

Jenis restoran konvensional yang hanya menawarkan produk makanan

utama mungkin sudah menjadi suatu hal yang biasa. Tetapi, restoran yang

menjual makanan pembuka (appetizer) atau makanan penutup (dessert) saja,

merupakan suatu hal yang masih dapat dikatakan baru dan akan mendapat

perhatian serta minat pasar yang cukup besar.

Salah satu dessert yang digemari adalah produk olahan coklat. Munculnya

toko-toko coklat yang menjual produk olahan coklat menunjukkan kegemaran

masyarakat akan coklat. Selain rasanya yang enak dan membuat orang merasakan

kerinduan untuk mengonsumsinya kembali (chocolate craving), coklat juga

termasuk makanan yang bergizi. Kandungan gizi coklat pada setiap 100 gram

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan Gizi Coklat Per 100 Gram2

Zat Gizi Coklat Susu Coklat Pahit Energi (Kal) 381 504Protein (g) 9 5,5Lemak (g) 35,9 52,9Kalsium (mg) 200 98Fosfor (mg) 200 446Vit A (SI) 30 60

Tabel 3 menunjukkan bahwa coklat memiliki gizi yang baik sehingga

dapat memberikan khasiat yang baik pula bagi tubuh. Karena itu, usaha di bidang

produk olahan coklat dapat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi. Jenis

usaha yang dapat dilakukan diantaranya toko kue coklat dan restoran khusus

produk olahan coklat.

Death by Chocolate & Spageti (DBC & Spageti) Restaurant merupakan

restoran yang menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti.

Restoran ini merupakan restoran khusus produk olahan coklat satu-satunya di kota

Bogor. Namun demikian, DBC & Spageti Restaurant pun tetap memiliki pesaing

sejenis di kota Jakarta, yaitu DBC cabang DBC International Limited New

Zealand di Pondok Indah Mal dan Dapur Coklat, sedangkan di kota Bogor

pesaingnya adalah toko kue dan roti yang merupakan penghasil substitute product

dari produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant. Selain itu

juga, DBC & Spageti Restaurant harus bersaing dengan restoran-restoran lainnya

di kota Bogor. Supaya DBC & Spageti Restaurant bersaing di tengah kondisi

persaingan usaha industri jasa boga yang semakin ketat, maka DBC & Spageti

Restaurant harus memiliki strategi promosi yang tepat.

1.2 Rumusan Permasalahan

Meskipun produk olahan coklat tergolong ke dalam makanan yang cukup

mahal, namun orang tetap mengkonsumsi produk olahan coklat karena disamping

rasanya yang lezat dan bergizi, mengkonsumsi produk olahan coklat juga sudah

menjadi gaya hidup yang akan menunjukkan prestise seseorang. Hal tersebut

menunjukkan prospek usaha yang bagus di sektor produk olahan coklat. Namun

karena prospeknya yang bagus, maka semakin banyak orang yang mengusahakan

produk ini. Hal ini menimbulkan persaingan usaha yang cukup ketat.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan restoran yang

menawarkan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. Restoran ini

terletak di Jalan Ceremai No. 22 Kota Bogor. Restoran ini masih terbilang baru

didirikan, yaitu pada 18 Agustus 2006. Restoran ini merupakan salah satu unit

usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group (APG) yang diprakarsai oleh Ibu Baby

Ahnan, Ibu Tintin Kuraesin, dan Ibu Susi Gunadi. Unit usaha lainnya yang

dimiliki oleh APG adalah Pia Apple Pie (PAP) dan Macaroni Panggang (MP)

yang sudah lebih dahulu dikenal.

Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant

adalah produknya yang bernama Death by Chocolate (DBC). Makanan tersebut

serupa kue coklat yang sebagian besar bahan dasarnya adalah coklat yang

disajikan dengan unik, yaitu berbentuk kuburan oval plus nisan yang dibuat dari

coklat dan terdiri dari tiga lapisan dengan lelehan coklat pada lapisan kedua.

Harga yang diterapkan pada produk DBC & Spageti Restaurant

menunjukkan bahwa restoran ini memilih pasar sasaran dengan golongan

ekonomi menengah-atas. Harga yang diterapkan untuk produk DBC yaitu

Rp35.000, Frittata Rp19.000-Rp28.000, dan spageti Rp33.000-Rp37.000. Di

samping itu, DBC & Spageti Restaurant juga memiliki produk-produk olahan

coklat lain seperti Flower by Chocolate, Chocolate Stick, dan coklat berbentuk

telur khusus untuk Hari Raya Paskah.

Sebagian besar pelanggan DBC & Spageti Restaurant adalah keluarga dan

remaja. Hal ini menyebabkan pada event-event tertentu seperti valentine yang

biasa diidentikan dengan saling memberi coklat, tingkat penjualan DBC &

Spageti Restaurant meningkat. Selain itu, puncak-puncak ramainya pengunjung

terjadi pada akhir pekan. Tetapi, peningkatan penjualan ini belum sesuai kapasitas

produksinya. Perbandingan antara rata-rata penjualan per hari DBC & Spageti

Restaurant dengan kapasitas produksi per hari dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan antara Rata-rata Penjualan per Hari DBC & Spageti Restaurant dengan Kapasitas Produksi per Hari

No. Produk Penjualan Rata-rata

per Hari Reguler (Senin-Kamis)

Penjualan Rata-rata per Hari Weekend (Jum’at-

Minggu)

Kapasitas Produksi per

Hari 1. DBC 20 loyang 60 loyang 150 loyang2. Frittata 20 loyang 40 loyang 60 loyang3. Spageti 15 piring 30 piring 50 piring

Sumber : DBC & Spageti (2008) (diolah)

Tabel 4 memperlihatkan bahwa penjualan rata-rata per hari DBC &

Spageti Restaurant untuk produk DBC pada saat reguler hanya 13,33 persen dari

penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend hanya

40 persen dari penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya. Produk

Frittata yang terjual per hari pada saat reguler hanya 33,33 persen dari penjualan

yang sesuai dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend sekitar 66,67

persen dari penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya. Produk spageti

yang terjual per hari pada saat reguler hanya 30 persen dari penjualan yang sesuai

dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend sekitar 60 persen dari

penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya.

Penjualan setiap produk pada saat weekend lebih besar dibandingkan pada

saat reguler. Hal ini dikarenakan pada saat weekend orang memiliki waktu untuk

menikmati suasana santap di restoran. Namun demikian, penjualan DBC &

Spageti Restaurant pada akhir pekan yang meningkat dari biasanya tersebut,

masih belum dapat memenuhi kapasitas produksi per harinya.

Hasil dari penjualannya, DBC & Spageti Restaurant akan mendapatkan

penerimaan. Semakin banyak produk yang terjual, maka penerimaan yang akan

didapat pun akan semakin besar. Penerimaan rata-rata DBC & Spageti Restaurant

per bulan (1 bulan = 28 hari) yang dibandingkan dengan penerimaan rata-rata per

bulan sesuai dengan kapasitas produksinya, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan antara Penerimaan Rata-rata per Bulan DBC & Spageti Restaurant dengan Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan Kapasitas Produksi

No. Produk Penerimaan Rata-rata per Bulan (Rp)

Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan Kapasitas Produksi (Rp)

1. DBC 36.400.000 147.000.0002. Frittata 15.200.000 31.920.0003. Spageti 19.800.000 46.200.000

Sumber : DBC & Spageti (2008) (diolah)

Tabel 5 menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per bulan DBC &

Spageti Restaurant untuk produk DBC hanya 24,76 persen dari penerimaan rata-

rata per bulan sesuai dengan kapasitas produksinya, sedangkan untuk produk

frittata dan spageti secara berturut-turut sebesar 47,62 persen dan 42,86 persen.

Selain itu, total penerimaan rata-rata per bulan dari ketiga produk utama DBC &

Spageti Restaurant tersebut adalah Rp 71.400.000. Penerimaan ini hanya 31,72

persen dari penerimaan yang dapat diperoleh DBC & Spageti Restaurant apabila

dapat berproduksi sesuai dengan kapasitas produksinya. Penerimaan tersebut

adalah sebesar Rp 225.120.000.

Tingkat penerimaan aktual yang lebih kecil dari pada tingkat penerimaan

yang sesuai dengan kapasitas produksi merupakan hal yang sangat disayangkan

karena tingkat keuntungan yang didapatkan oleh DBC & Spageti Restaurant

menjadi belum optimal. Fenomena ini dapat mengindikasikan bahwa pembelian di

ke DBC & Spageti Restaurant masih belum memenuhi target dan harus terus

ditingkatkan agar sesuai dengan kapasitas produksi. Jumlah pembelian yang

belum terlalu banyak ini diduga karena jumlah orang yang mengetahui

keberadaan DBC & Spageti Restaurant masih sedikit. Selain itu juga ada

kemungkinan bahwa orang yang sudah mengetahui keberadaan restoran ini sulit

untuk menemukan lokasinya yang kurang strategis. Hal ini diduga terjadi karena

promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant kurang gencar atau

kurang tepat sasaran.

Letak DBC & Spageti Restaurant termasuk ke dalam lokasi usaha yang

kurang strategis. Hal ini dapat ditunjukkan oleh posisinya yang tidak terletak di

jalan yang sering dilalui oleh banyak kendaraan dan atau banyak orang. Restoran

ini merupakan satu-satunya restoran coklat di kota Bogor. Hanya saja, di kota

Bogor terdapat banyak toko kue dan roti yang menghasilkan substitute product

dari produk DBC & Spageti Restaurant, yang lebih strategis letaknya jika

dibandingkan dengan DBC & Spageti Restaurant. Penghasil substitute product

diantaranya Bogor Permai yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.23A, Roti

Unyil Venus yang terletak di Jalan Pajajaran No.1 (di samping Ekalokasari Mal),

Elta Tan Ek Tjoan yang terletak di Jalan Siliwangi No.137 (di depan Ekalokasari

Mal), de Paris yang terletak di Jalan Pajajaran No. 60, dan Keik Hauz yang

terletak di Jalan Pajajaran No. 21. Karena itu, DBC & Spageti Restaurant harus

melakukan strategi promosi yang tepat supaya para konsumen merasa tertarik

untuk membeli produknya yang unik dan dapat bersaing di tengah situasi

persaingan usaha restoran yang semakin ketat..

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by Chocolate

& Spageti Restaurant?

2. Faktor apa yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi

Death by Chocolate & Spageti Restaurant ?

3. Bagaimana alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate &

Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang

dimiliki?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari dilaksanakannya

penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by

Chocolate & Spageti Restaurant

2. Menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi

promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant

3. Merumuskan alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate &

Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang

dimiliki

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang akan didapat sebagai

berikut :

1. Bagi pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi

promosi dari produk-produknya sehingga skala usahanya dapat mengalami

perkembangan

2. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan informasi mengenai strategi promosi usaha restoran dan sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya

1.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP). Dengan metode ini, permasalahan strategi promosi

hanya dilihat dari sudut pandang DBC & Spageti Restaurant saja. Sedangkan

untuk mendapatkan strategi promosi yang paling sesuai untuk dilaksanakan DBC

& Spageti Restaurant, selain dari sudut pandang pihak restoran, diperlukan juga

masukan dari para pengunjung mengenai bentuk promosi yang dirasakan sangat

efektif bagi mereka.

Ruang lingkup dari penelitian ini hanya menganalisis strategi promosi

yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant, mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant,

dan merumuskan alternatif strategi promosi DBC & Spageti Restaurant

berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. Oleh karena itu,

hasil akhir yang dapat direkomendasikan kepada pihak DBC & Spageti

Restaurant dari penelitian ini adalah sebatas prioritas alternatif strategi promosi

berdasarkan pengolahan AHP dan tidak disertai dengan analisis mengenai

perbandingan antara biaya dan manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan strategi

promosi yang direkomendasikan tersebut.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Restoran

Restoran berasal dari kata dalam bahasa Perancis restaurer yang berarti

tempat yang menyediakan makanan. Makna aslinya berarti restoran menyajikan

ragam makanan lengkap mulai dari pembuka, makanan utama, sampai pencuci

mulut.

Restoran adalah suatu tempat atau bagian yang diorganisasikan secara

komersial untuk menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua

tamunya dan produk berupa makanan atau minuman (Soekresno, 2001). Restoran

ada yang berada dalam suatu hotel, kantor, maupun pabrik dan banyak juga yang

berdiri sendiri di luar bangunan itu. Jenis pelayanan yang diberikan oleh sebuah

restoran biasanya mempunyai macam makanan yang dihidangkan agak banyak

sehingga pelanggan dapat leluasa memilih dan menikmati makanan yang

dikehendakinya (Moehyi, 1992).

Selain itu, menurut Torsina (2000) usaha restoran meliputi usaha yang

terus-menerus melibatkan semua bidang pengadaan peralatan dan bahan mentah,

quality control untuk bahan dan produksi, standarisasi resep dan proses, berurusan

dengan segi-segi hukum, reklame, promosi dan publisitas, mengenai pegawai,

keluhan langganan, dekorasi, identitas dan ciri restoran, merendahkan kebocoran

uang dan barang, menetapkan menu yang seimbang, kalkulasi harga-harga pokok

dan tingkat waste (kerusakan makanan), strategi harga, sampai kepada

penanganan sampah, air, listrik, dan lain-lain.

2.2 Jenis-jenis Restoran

Usaha restoran terbagi ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan

target pasar sasaran, tujuan utamanya, lokasi, dekorasi tempat serta jenis menu

dan makanan yang disediakan. Torsina (2000) membagi jenis restoran ke dalam

sepuluh jenis restoran yang ada sekarang yaitu :

1. Family Conventional

Restoran yang ditunjukkan pada tradisi keluarga. Prioritas utama

menyediakan menu makanan dan minuman yang enak, suasana yang nyaman, dan

harga yang bersahabat. Restoran ini menawarkan pelayanan dan dekorasi yang

sederhana.

2. Fast Food

Restoran ini lebih menekankan pada kecepatan penyajian. Makanan dan

minuman yang dipesan akan segera tersedia dalam waktu yang paling singkat.

Jenis menu relatif terbatas dan harga yang ditawarkan relatif tidak mahal. Lebih

mngutamakan banyak pelanggan. Dekorasi tempat dengan warna-warna utama

dan terang. Restoran jenis ini erat kaitannya dengan eat-in (makan di restoran)

dan take-out (dibawa keluar). Restoran jenis ini lebih mengutamakan turnover

yang tinggi dari pengunjung.

3. Speciality Restaurants

Restoran ini menyajikan menu yang khas, berkualitas, dan menarik

perhatian. Harga yang relatif mahal. Tempat dan lokasi biasanya jauh dari pusat

keramaian yang ditunjukkan utamanya untuk wisatawan atau orang-orang yang

ingin mentraktir teman bisnis, keluarga dalam suasana yang khas dan unik.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk ke dalam restoran

jenis Speciality Restaurants ini karena memiliki ciri-ciri seperti produk yang unik

dengan cara penyajian yang unik (sensasi Death by Chocolate), lokasinya yang

cukup jauh dari keramaian, harga yang cukup mahal karena produknya

berkualitas, unik, dan bergizi, konsumennya sebagian besar remaja dan keluarga

yang secara sengaja mengunjungi DBC & Spageti Restaurant tidak hanya untuk

makan atau mentraktir teman, tetapi juga untuk berkumpul dan bersantai. Selain

berasal dari daerah Bogor, konsumen DBC & Spageti juga banyak yang berasal

dari luar daerah Bogor seperti Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan lain-lain.

4. Kafetaria

Restoran jenis ini dapat dilihat dengan jelas dari tempatnya berada.

Biasanya terletak di perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, dan pabrik-pabrik.

Target konsumen utama sesuai dengan lingkungannya berada. Menu terbatas,

harga murah dan berganti-ganti setiap hari seperti menu makanan yang ada di

rumah.

5. Coffee Shop

Ciri khas dari jenis restoran ini adalah tempat duduk yang berganti-ganti

dengan cepat untuk menandakan suasana tidak formal. Pelayanan pesanan

makanan yang cepat, lokasi dan tempat utama berada di sekitar gedung

perkantoran, pabrik-pabrik, dan pusat perbelanjaan dengan traffic pejalan yang

tinggi. Menu utama ditujukan untuk coffe break.

6. Gourmet

Restoran yang memiliki suasana sangat nyaman dengan dekorasi tempat

yang sangat artistik. Restoran ini yang termasuk restoran yang berkelas yang

ditunjukkan untuk konsumen yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan

bergengsi. Biasanya restoran ini membidik target pasar dengan standar prestise

yang tinggi.

7. Etnik

Restoran ini dicirikan dengan menyajikan menu makanan yang berasal

dari daerah tertentu yang spesifik. Pakaian seragam dari pelayannya disesuaikan

dengan asal daerah makanan dan minuman. Dekorasi tempat dan ruangan

menggambarkan suasana etnik tertentu.

8. Snack Bar

Restoran ini ditunjukkan untuk orang-orang yang ingin jajanan dan

makanan kecil. Banyak menawarkan pesanan take-out. Dekorasi tempat sederhana

serta ukuran kecil hanya untuk beberapa orang.

9. Buffet

Ciri utama buffet yaitu berlakunya satu harga untuk makanan sepuasnya

apa yang disajikan pada buffet. Produk minuman berupa wine, linquor, dan bir

yang dapat dipesan dengan khusus. Display makanan cukup memegang peranan

penting dalam promosi.

10. Drive In Drive Thru or Parking

Restoran jenis ini melayani pembelian dengan diantar hingga ke mobil

pelayan untuk eat-in (sementara parkir) atau take away dengan kemasan makanan

yang dibungkus dengan praktis.

Dalam melakukan usahanya, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh sebuah restoran agar usahanya dapat berhasil. Menurut Mukhtar

(2004), keberhasilan operasional restoran dapat dilihat dari lima hal yang disebut

G - factors, yaitu :

1. Good Food (G-1)

Makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan segar dan sistem

pengelolaan yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan perlengkapan

berkualitas tinggi dan higienis, cita rasa makanan baik dan sesuai dengan

selera konsumen.

2. Good Location & Parking Fasilities (G-2)

Lokasi restoran harus strategis, dimana lokasi merupakan pedoman dalam

mendirikan restoran. Luas tempat parkir juga menentukan kenyamanan

konsumen. Oleh sebab itu restoran harus mudah terlihat, mudah dijumpai,

memiliki daya tarik dengan pemilihan warna atau ornamen khusus serta

letaknya tidak terlalu jauh dari pusat keramaian.

3. Good Atmosphere (G-3)

Suasana yang nyaman dan menyenangkan perlu diciptakan melalui

penampilan interior dan eksterior yang seimbang, dekorasi yang digunakan,

pemilihan warna dan fasilitas yang lengkap, seperti toilet, kursi dan meja yang

berkualitas baik, dan table set up yang lengkap.

4. Good Reputation (G-4)

Restoran harus memiliki reputasi yang baik yang meliputi pelayanan,

pengelolaan dan prestasi yang mempengaruhi pendapat masyarakat.

5. Good Pleasant & Courteous Service (G-5)

Tata saji dilakukan dengan begitu mengesankan, menyenangkan dan

memuaskan. Pramusaji harus mampu memberikan masukan bagi tamu mereka

yang kurang memahami keinginannya dan menyajikan makanan dengan tata

saji yang berkualitas, sopan dan ramah.

Berdasarkan G-factors tersebut, hanya faktor good location (G-2) yang

dirasa belum dapat dipenuhi oleh DBC & Spageti Restaurant. Hal ini disebabkan

oleh lokasi usaha restoran yang kurang strategis, yaitu tidak mudah terlihat dan

sedikit jauh dari keramaian. Hal tersebut mengakibatkan restoran ini memiliki

sedikit kendala untuk mendapatkan jumlah pengunjung yang sangat banyak.

Lokasi usahanya ini tidak terletak di jalan raya yang sering dilalui oleh banyak

orang dan atau banyak kendaraan. Namun demikian, restoran ini memiliki

lapangan parkir yang cukup luas sehingga komponen parking facilities dapat

dipenuhi oleh restoran ini.

2.3 Coklat

Coklat diperoleh dari tanaman coklat (Theobroma cocoa L) yang berasal

dari Mexico. Coklat biasa digunakan sebagai bahan baku untuk membuat

makanan maupun minuman dengan rasa dan aroma yang khas. Menurut Khomsan

(2002) kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman

pahit. Suku Aztec dan Maya di Mexico percaya bahwa Dewa Pertanian telah

mengirimkan coklat yang berasal dari surga kepada mereka. Cortes kemudian

membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol

minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak. Coklat

kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan

pabrik coklat di Massachusetts AS.

Saat ini coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack

yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Selain rasanya enak,

coklat juga ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang.

Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard

yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Studi ini menggunakan food frequency

questionnaire dan berhasil mengumpulkan informasi tentang kebiasaan makan

permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard.

Studi ini menemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat

umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan

fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa

berusia lebih panjang.

Menurut kepercayaan suku Maya, coklat adalah makanan para dewa. Rasa

asli biji coklat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui

rekayasa proses dapat dihasilkan coklat sebagai makanan yang disukai oleh

siapapun. Biji coklat mengandung lemak 31 persen, karbohidrat 14 persen, dan

protein 9 persen. Protein coklat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan

tyrosin. Coklat mengandung lemak yang tinggi, tetapi relatif tidak mudah tengik

karena coklat juga mengandung polifenol (6 persen) yang berfungsi sebagai

antioksidan pencegah ketengikan.

Coklat mengandung lemak yang disebut lemak kakao atau cocoa butter.

Jenis lemak ini berbeda dengan jenis lemak yang terkandung dalam tanaman yang

lainnya seperti sawit, kedelai, biji bunga matahari, dan lain-lain. Lemak kakao

tersebut akan menentukan bagaimana coklat akan meleleh begitu sampai di lidah.

Sepertiga lemak yang terdapat dalam coklat adalah asam oleat yaitu asam

lemak tak jenuh. Asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun.

Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi

asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positif oleat bagi kesehatan

jantung.

Dapat dikatakan tidak ada orang yang tidak suka coklat. Mulai dari anak-

anak sampai orang dewasa, semua makan coklat. Mulai dari yang harganya

ratusan rupiah sampai belasan ribu rupiah per potong, semua memiliki pasar.

Selain itu, coklat juga merupakan bagian dari gaya hidup bagi masyarakat kelas

menengah-atas.

Makan coklat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian

orang rasa coklat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk

mengkonsumsinya kembali. Ini yang disebut chocolate craving. Dampak coklat

terhadap perilaku dan suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving.

Rindu coklat dapat disebabkan oleh aromanya, teksturnya, rasa manis-pahitnya,

dsb. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine, yaitu

suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke

dalam otak dan menghasilkan dopamine. Dopamine akan menimbulkan dampak

perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap

mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang

sedang jatuh cinta.

Kakao berasal dari Amerika Selatan, tetapi diproduksi menjadi coklat di

Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini, sumber kakao utama dunia menurut

Departemen Pertanian (Deptan) Indonesia bukan lagi dari Amerika Selatan,

melainkan Pantai Gading dan Ghana di Afrika, serta Indonesia. Negara-negara

tersebut tidak pernah dikenal sebagai penghasil coklat tetapi penghasil kakao saja.

Hal ini disebabkan oleh kakao yang dihasilkan Indonesia dan negara-negara lain

dibawa ke Eropa lalu diproses menjadi coklat, dan diekspor lagi ke Indonesia. Hal

ini merupakan sebuah ironi untuk Indonesia.

2.4 Spageti

Saat ini, sektor kuliner sudah sangat berkembang. Hal ini dapat dilihat dari

semakin terdiferensiasinya suatu jenis produk. Mi yang dikenal saat ini sudah

memiliki jenis yang banyak dan istilah atau sebutan yang beragam untuk setiap

jenisnya. Spageti adalah mi Italia yang berbentuk panjang seperti lidi. Pada

umumnya, spageti dimasak selama 9-12 menit di dalam air mendidih hingga al-

dente. Al dente artinya tidak lengket di gigi, tidak terlalu mentah ataupun terlalu

matang. Cara memakannya bervariasi tetapi yang sangat terkenal adalah Spaghetti

alla Bolognese yaitu dengan saus daging cincang lalu ditaburi keju parmesan

parut.

Hampir setiap orang mengira bahwa spageti adalah bakmi yang dibawa pulang

oleh Marco Polo dalam perjalanannya dari Tiongkok pada tahun 1292. Tetapi

setelah diselidiki oleh banyak pihak, sejak zaman dahulu Bangsa Romawi yang

menang dari medan perang selalu menyantap spageti. Spageti merupakan salah

satu jenis pasta yang telah dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia

bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Spageti terbuat dari tepung yang

dihasilkan oleh mereka pada saat itu lalu diolah dengan sedikit air dan telur

menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Setelah itu, pasta digiling tipis

menjadi lembaran-lembaran, yang merupakan induk pasta yang dikenal sebagai

Lasagna. Saat ini telah berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne,

Tagliatelle3.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, studi literatur juga

dilakukan dengan mempelajari dan mencari informasi dari penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan dengan judul skripsi. Penelitian terdahulu tidak hanya

mengacu pada satu tahun yang sama tetapi pada dua tahun yang berbeda supaya

diperoleh perbandingan mengenai skripsi-skripsi untuk setiap tahunnya. Penelitian

terdahulu mengenai strategi promosi diambil dari enam skripsi yaitu tiga skripsi

tahun 2005 dan tiga skripsi tahun 2007. Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu

yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Tahun Topik Metode Hasil Penelitian 1. Permaswati

(2005)

Analisis Strategi Promosi Teh Botol Sosro di PT. Sinar Sosro Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Barat Area 1 Bandung

AHP Strategi promosi yang sesuai bagi PT. Sinar Sosro KPW Jabar Area 1 adalah dengan menitikberatkan pada pemasaran langsung. Strategi ini diutamakan untuk menghambat aktivitas pesaing dan diimplementasikan pada target operasi lokasi makan yaitu food court, dengan melakukan kegiatan branding berupa penempatan dan pemasangan materi promosi di lokasi makan agar dapat menjaga positioning produk TBS dalam bisnis minuman ready to drink.

2. Siahaan (2005)

Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Promosi Sayuran Organik PT. Amani Mastra

AHP Tujuan utama perusahaan melakukan promosi yaitu untuk mengingatkan dan menginformasikan keberadaan sayuran organik di pasar. Alternatif strategi promosi yang menjadi prioritas utama yang dijalankan oleh perusahaan adalah melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat (HUMAS) dan publikasi.

3. Simamora (2005)

Analisis Strategi Promosi Produk Mahkota Dewa di PT. Mahkotadewa Indonesia Jakarta

AHP Tujuan utama promosi perusahaan adalah menciptakan kesadaran merek sehingga konsumen dapat mengenal produk-produk MDI dan tidak beralih kepada produk kesehatan tradisional pesaing. Hasil penelitian merupakan alternatif strategi yang paling tepat bagi perusahaan dengan menitikberatkan pada periklanan (advertising).

4. Zulhiyardi (2007)

Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan Curfos pada PT.Interbat

AHP Faktor penyusun strategi promosi PT. Interbat didasarkan pada pemilihan kendala yang dihadapi olehnya. Faktor utama dari kendala yang dihadapi secara berturut-turut adalah faktor pesaing diikuti oleh faktor manajemen perusahaan. Sedangkan subfaktor pesaing secara berturut-turut adalah subfaktor promosi diikuti subfaktor merek produk pesaing. Alternatif Strategi promosi yang tepat untuk perusahaan adalah dengan meningkatkan aktivitas promosi yang dilakukan saat ini, menitikberatkan pada periklanan, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas, menitikberatkan pada personel selling dan

pemasaran langsung. 5. Prastya (2007)

Analisis Strategi Promosi Makanan Tradisional Khas Bogor, Gepuk dan Ikan Balita Karuhun pada PT. Anofood Prima Nusantara

AHP Alternatif strategi yang paling tepat bagi PT. Anofood adalah dengan menitikberatkan pada promosi penjualan. Hal ini dapat dioptimalkan dengan mengikuti pameran, pekan raya, bazar, potongan pembelian dan sampel produk kepada konsumen.

6. Nugroho (2007)

Analisis Strategi Promosi Agrowisata Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

AHP Alternatif strategi promosi yang sesuai dengan faktor kendala dan pendukung perusahaan adalah melakukan promosi dengan menitikberatkan pada kegiatan personel selling dan direct marketing yang diimplementasikan pada target operasi promosi sekolah, dengan melakukan kegiatan roadshow

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka dalam

penelitian ini mengambil topik yang berbeda mengenai analisis strategi promosi

Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor. Selain itu, perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perusahaan yang diteliti merupakan

restoran produk olehan coklat. Alat analisis data yang digunakan adalah

Analitycal Hierarchi Process (AHP), yaitu metode yang memasukkan aspek

kualitatif dan memberikan prioritas untuk setiap alternatif. Data diolah dengan

software Expert Choice 2000.

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Definisi Pemasaran

Keberhasilan suatu usaha sangat tergantung pada program pemasaran yang

dilakukannya. Karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dari program

pemasaran yang dilakukan, perusahaan harus memberi perhatian yang khusus

terhadap aspek pemasaran tersebut. Kotler (2005) mendefinisikan pemasaran

sebagai suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai

dengan pihak lain. David (2002) mendefinisikan pemasaran sebagai proses

memantapkan, mengantisipasi, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan akan barang dan jasa.

Definisi lain mengemukakan bahwa pemasaran adalah sistem keseluruhan dari

kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan

kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1991).

Asosiasi Pemasaran Amerika, mengartikan pemasaran sebagai proses perencanaan

dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan,

barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran

individu dan organisasi (Kotler, 2005). Lembaga pemasaran terkemuka di Inggris,

British Institute of Marketing, mendefinisikan istilah pemasaran sebagai proses

manajemen yang bertanggung jawab terhadap identifikasi, antisipasi, serta

Komunikasi

Barang/Jasa

Uang

Informasi

pemenuhan kebutuhan konsumen, dan dalam waktu bersamaan menciptakan

keuntungan bagi perusahaan (Jefkins, 1996).

Untuk memfokuskan program pemasaran, setiap perusahaan perlu

membatasi pasar yang akan mereka kuasai. Hal ini akan mempermudah bagi

pemasar dalam menentukan bentuk kegiatan untuk memasarkan produknya agar

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen dan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menciptakan suatu pola hubungan antara

industri sebagai kumpulan penjual dan pasar sebagai kumpulan pembeli seperti

yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem Pemasaran Sederhana (Sumber : Kotler, 2005)

Para ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli dan

penjual yang melakukan transaksi atas produk/kelompok produk tertentu. Gambar

1 menunjukkan hubungan antara industri dan pasar. Para penjual dan pembeli

dihubungkan oleh empat arus. Penjual mengirimkan barang dan jasa serta

komunikasi (iklan, surat langsung) ke pasar; sebaliknya, penjual menerima uang

dan informasi (sikap, data penjualan). Garis lingkaran sebelah dalam

menunjukkan pertukaran uang untuk mendapatkan barang dan jasa; garis

lingkaran sebelah luar menunjukkan pertukaran informasi (Kotler, 2005).

Industri (Kumpulan

Penjual)

Pasar (Kumpulan Pembeli)

3.1.2 Promosi

Bauran pemasaran yang sangat berpengaruh terhadap penjualan produk

atau jasa pada suatu perusahaan adalah promosi. Definisi promosi menurut Kotler

(1997) adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk

mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para

konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Swastha (1990) menjelaskan

pengertian promosi sebagai berikut :

1. Promosi adalah arus informasi/persuasi satu arah yang dibuat untuk

mengarahkan seseorang/organisasi kepada tindakan yang menciptakan

pertukaran dalam pemasaran.

2. Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditunjukkan untuk

mendorong permintaan.

Konsumen diharapkan dapat memiliki informasi yang mereka butuhkan

untuk dapat memutuskan pembelian suatu produk atau jasa. Oleh karena itu,

kegiatan promosi sangat dibutuhkan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan

kegiatan promosi menurut Cummins (1991) adalah :

1. Meningkatkan volume penjualan

2. Meningkatkan percobaan oleh konsumen

3. Meningkatkan pembelian berulang

4. Meningkatkan kesetiaan konsumen

5. Memperluas pemakaian

6. Menimbulkan minat

7. Menimbulkan kesadaran

8. Mengalihkan perhatian dari harga

9. Memperoleh dukungan perantara

10. Memperoleh display

3.1.2.1 Periklanan (Advertising)

Definisi iklan menurut Kotler (2005) adalah segala bentuk persentasi

nonpribadi dan promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang

harus dibayar. Shimp (2003), mengemukakan bahwa tujuan dari

diselenggarakannya periklanan diantaranya membuat konsumen menyadari suatu

merek baru, mempengaruhi pengharapan mereka tentang atribut dan keuntungan

dari suatu merek, dan mendorong konsumen untuk mencoba merek tersebut.

Jefkins (1996) membagi iklan menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Iklan lini atas (Above the Line/ATL)

Iklan lini atas adalah jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi

kepada biro iklan, contohnya : tayangan iklan di media cetak, televisi, radio,

bioskop, billboard, dan sebagainya.

2. Iklan lini bawah (Below the Line/BTL)

Iklan lini bawah adalah jenis-jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya

komisi seperti iklan pada pameran, brosur, lembar informasi, dan sebagainya.

Di samping memiliki beberapa kelebihan, pada umumnya iklan menuntut

biaya anggaran yang besar namun memberikan manfaat yang besar pula.

Beberapa manfaat yang dapat diberikan oleh pemasangan iklan adalah untuk

membangun citra jangka panjang sebuah produk dan mendorong terjadinya

penjualan. Selain itu, iklan juga mampu menjangkau calon pembeli yang jaraknya

berjauhan. Karena pemasangan iklan memberikan pengaruh yang sangat penting

bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, maka dalam

pengambilan keputusan untuk mengembangkan program iklan, perusahaan harus

memiliki beberapa pertimbangan.

Ada lima keputusan utama yang harus diambil oleh pihak perusahaan

dalam mengembangkan program iklan, yang dikenal sebagai “lima M” (Kotler,

2005), yaitu Misi (Mission): menentukan tujuan iklan, Uang (Money):

memutuskan anggaran iklan, Pesan (Message): memilih pesan iklan, Media

(Media): memutuskan media iklan, dan Ukuran (Measurement): mengevaluasi

hasil.

Gambar 2 halaman 28 merepresentasikan hubungan antara kelima M

tersebut. Misi yang telah ditetapkan membutuhkan anggaran (uang) untuk

membiayai program periklanan yang akan dilakukan. Uang menentukan berapa

banyak yang dapat dibelanjakan. Hal ini mempengaruhi pilihan media yang akan

digunakan dan pesan yang akan disampaikan. Kemudian diukur dampak

komunikasi dan dampak penjualan atas pesan dan media yang telah ditentukan

pada iklan yang diterapkan.

Tujuan iklan menurut Kotler (2005), dapat digolongkan menjadi

empat, yaitu:

1. Iklan Informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan

tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada

2. Iklan Persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,

keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa

3. Iklan Pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa

kembali

4. Iklan Penguatan dimaksudkan menyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka

telah melakukan pilihan yang tepat.

Menurut Kotler (2005) terdapat lima faktor khusus yang harus

dipertimbangkan pada saat menetapkan anggaran iklan :

1. Tahap dalam siklus hidup produk

Produk baru biasanya mendapat anggaran iklan yang besar guna membangun

kesadaran dan mengupayakan pelanggan mencobanya. Merek-merek yang

sudah mapan biasanya didukung anggaran iklan yang lebih rendah sebanding

dengan penjualannya.

Gambar 2 Lima M dalam Iklan (Sumber : Kotler, 2005)

Pengukuran (Measurement)

• Dampak

komunikasi • Dampak

penjualan

Misi (Mission)

• Sasaran

penjualan • Tujuan

periklanan

Uang (Money)

Faktor-faktor yang dipertimbangkan : • Tahap PLC (siklus

hidup produk) • Pangsa pasar dan basis

konsumen • Persaingan dan

gangguan • Frekuensi periklanan • Kemungkinan substitusi

produk

Pesan (Message)

• Pembuatan pesan • Evaluasi dan

pemilihan pesan • Pelaksanaan

produk • Kajian ulang

tanggung jawab sosial

Media

Langkah-langkah dalam menentukan media : • Dampak, frekuensi,

jangkauan • Jenis media utama • Wahana media

tertentu • Penentuan waktu

media • Alokasi media

secara geografis

2. Pangsa pasar dan basis konsumen

Merek berpangsa pasar tinggi biasanya membutuhkan lebih sedikit

pengeluaran iklan.

3. Persaingan dan gangguan

Pasar yang memiliki jumlah pesaing yang banyak dan pengeluaran iklan yang

tinggi, suatu merek harus diiklankan secara besar-besaran untuk didengar.

4. Frekuensi Iklan

Jumlah pengulangan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan merek

tersebut kepada konsumen mempunyai dampak penting terhadap anggaran

iklan.

5. Daya substitusi produk

Merek-merek dalam kelas komoditas (rokok dan minuman ringan)

memerlukan iklan besar-besaran untuk membangun citra yang berbeda.

Menurut Kotler (2005) terdapat beberapa jenis media iklan utama beserta

keunggulan dan keterbatasannya masing-masing yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis-jenis Media Iklan Utama Beserta Keunggulan dan Keterbatasannya

Media Iklan Keunggulan Keterbatasan Koran Fleksibilitas; ketepatan waktu;

jangkauan pasar lokal yang baik; penerimaan luas; tingkat kepercayaan tinggi

Usia penggunaan pendek, mutu reproduksi jelek, audiens “terusan” kecil

Televisi Menggabungkan gambar, suara dan gerakan; merangsang indera; perhatian tinggi; jangkauan tinggi

Biaya absolut tinggi; kekacauan tinggi; paparan bergerak kilat; pemilihan audiens kurang

Surat Langsung (direct mail)

Audiens terpilih; fleksibilitas; tidak ada pesaing iklan dalam media yang sama; personalisasi

Biaya relatif tinggi; citra surat sampah

Radio Penggunaan masal; pemilihan geografis dan demografis tinggi; biaya rendah

Hanya penyajian suara; perhatian lebih rendah daripada televisi; struktur harga tidak standar; sasaran bergerak kilat

Majalah Pemilihan geografis dan demografis Perencanaan pembelian

tinggi; kredibilitas dan gengsi; reproduksi bermutu tinggi; usia penggunaan panjang; penerusan pembacaan baik

iklan panjang; sebagian sirkulasi sia-sia; tidak ada jaminan posisi

Reklame luar ruang

Fleksibilitas; pengulangan paparan tinggi; biaya rendah; persaingan rendah

Pemilihan audiens terbatas; kreativitas terbatas

Yellow Pages Liputan lokal sangat bagus; tingkat kepercayaan tinggi; jangkauan luas; biaya rendah

Persaingan tinggi; perencanaan pembelian iklan panjang; kreativitas terbatas

Berita berkala Pemilihan audiens sangat tinggi; terkontrol penuh; peluang interaktif; biaya relatif rendah

Biaya dapat hilang sia-sia

Brosur Fleksibilitas; terkendali penuh; dapat mendramatisir pesan

Produksi berlebihan dapat membuat biaya hilang sia-sia

Telepon Banyak pengguna; peluang memberikan sentuhan pribadi

Biaya relatif tinggi kecuali jika digunakan sukarelawan

Internet Pemilihan audiens tinggi; kemungkinan interaktif; biaya relatig rendah

Media relatif baru dengan jumlah pengguna yang rendah di beberapa negara

Sumber : Kotler (2005)

3.1.2.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promosi penjualan yang merupakan unsur utama dalam kampanye

pemasaran, adalah berbagai kumpulan alat-alat insentif, yang sebagian besar

berjangka pendek, yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa

tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang (Kotler,

2005). Menurut Stanton (1993), promosi penjualan adalah sesuatu yang

direncanakan untuk menambah dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan

personal dan periklanan yang meliputi kegiatan pameran di toko, pameran dagang,

membagikan contoh/kupon-kupon “cent-off” (untuk pembulatan harga ke bawah).

Kotler (2005), menjelaskan alat-alat promosi penjualan diantaranya

mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang kembali,

potongan harga, cinderamata, hadiah, hadiah berlangganan, pengujian gratis,

garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di tempat pembelian, dan

peragaan); promosi perdagangan (potongan harga, dana iklan dan pajangan, dan

barang gratis); serta promosi bisnis dan tenaga penjualan (pameran dan konvensi

perdagangan, kontes untuk perwakilan penjualan, dan iklan khusus). Promosi

pemasaran menawarkan tiga manfaat yang berbeda, yaitu :

1. Komunikasi : Promosi penjualan mendapat perhatian dan mungkin akan

mengarahkan konsumen ke produk tersebut.

2. Insentif : Promosi penjualan menggabungkan suatu konsesi, dorongan, atau

kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.

3. Ajakan : Promosi penjualan merupakan ajakan yang jelas untuk terlibat dalam

transaksi tersebut sekarang.

3.1.2.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations - Publicity)

Hubungan masyarakat (publisitas) didefinisikan Kotler (1993) sebagai

rangsangan non personal demi permintaan akan sebuah produk jasa atau unit

usaha dengan cara menyebarkan berita niaga penting mengenai produk atau jasa

di media cetak, atau dengan memperkenalkan produk atau jasa tersebut melalui

radio, televisi atau pentas tanpa dibayar oleh sponsor. Hubungan masyarakat

meliputi berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau

melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya (Kotler, 2005)

Menurut Stanton (1993) publisitas adalah usaha memacu permintaan

secara non personal dan usaha ini tidak dibiayai oleh orang atau organisasi yang

memetik manfaat dari publisitas ini. Ciri-ciri publisitas menurut Kotler (1993)

adalah :

1. Nilai kepercayaan yang tinggi. Artikel dan berita di media biasanya lebih

otentik dan lebih dipercaya oleh pembaca dari pada iklan.

2. Dorongan keluar. Publisitas bisa menjangkau banyak pihak yang menghindari

wiraniaga atau iklan. Pesan yang sampai ke pembeli berupa berita, bukan

suatu komunikasi penjualan langsung.

3. Dramatisasi. Seperti iklan, publisitas berpotensi untuk mendramatisasi suatu

perusahaan atau produk.

Kotler (2005), menjelaskan alat-alat utama dalam humas pemasaran

sebagai berikut :

1. Terbitan : bahan-bahan ini mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, berita

berkala dan majalah perusahaan, dan bahan-bahan audio visual.

2. Acara-acara : kegiatan perusahaan dengan menyelenggarakan acara-acara

khusus seperti konferensi berita, seminar, tamasya, pameran dagang,

pemajangan produk, kontes dan kompetisi, dan ulang tahun yang akan

menjangkau masyarakat sasaran.

3. Pemberian dana sponsor : perusahaan dapat mempromosikan mereka dan

nama perusahaannya dengan mensponsori pertandingan olahraga dan acara

budaya.

4. Berita : salah satu tugas utama profesional humas adalah menemukan atau

menciptakan berita yang menguntungkan tentang perusahaan tersebut,

produknya, orang-orangnya, dan mengupayakan agar media menerima siaran

pers dan menghadiri konferensi pers.

5. Ceramah : memberi ceramah dalam perhimpunan-perhimpunan perdagangan

atau rapat-rapat penjualan, dan penampilan ini dapat membangun citra

perusahaan tersebut.

6. Kegiatan layanan masyarakat : perusahaan-perusahaan dapat membangun

kehendak baik dengan menyumbangkan uang dan waktu untuk tujuan baik.

7. Media identitas : perusahaan membutuhkan identitas visual yang langsung

dikenal masyarakat. Identitas visual tersebut terdapat dalam logo perusahaan,

alat tulis, brosur, tanda formulir bisnis, kartu nama, bangunan, seragam, dan

aturan berpakaian.

3.1.2.4 Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Kotler (2005), mendefinisikan pemasaran langsung sebagai penggunaan

saluran-saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan menyerahkan barang

dan jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Pemasaran-

pemasaran langsung dapat menggunakan sejumlah saluran untuk menjangkau

masing-masing calon dan pelanggan. Saluran ini meliputi (Kotler, 2005) :

1. Penjualan tatap muka : kunjungan penjualan lapangan.

2. Surat langsung : pengiriman tawaran, pemberitahuan, alat pengingat atau

sesuatu yang lain kepada seseorang.

3. Pemasaran katalog : perusahaan akan mengirimkan katalog barang dagangan

lini lengkap, katalog konsumen untuk barang khusus, dan katalog bisnis,

biasanya dalam bentuk cetakan tetapi juga kadang-kadang cd, video atau

secara on-line.

4. Telemarketing dan e-perdagangan : penggunaan telepon dan pusat layanan

telepon (call center) untuk menarik calon pelanggan, menjual kepada

pelanggan yang sudah ada, dan menyediakan layanan dengan menerima

pesanan dan menjawab pertanyaan.

5. Media lain untuk pemasaran tanggapan langsung : Koran dan majalah memuat

banyak iklan cetak yang menawarkan barang dan jasa yang dapat dipesan

dengan memencet bebas pulsa.

6. Pemasaran melalui kios : kios adalah bangunan kecil yang dapat menampung

unit penjualan atau informasi. Selain itu, istilah tersebut juga meliputi mesin

penjaja yang tersambung dengan komputer dan “mesin penerima pesanan

pelanggan” yang terlihat di toko, bandara, dan tempat-tempat lain.

7. e-Pemasaran : saluran terbaru untuk pemasaran langsung adalah elektronik.

Contohnya adalah pemasaran melalui internet.

3.1.2.5 Tenaga Penjualan/Penjualan personal (Personal Selling)

Kotler (2005) mendefinisikan bahwa penjualan personal adalah alat yang

paling efektif pada tahap terakhir proses berupa proses pembelian, khususnya

dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Penjualan

pribadi memiliki tiga ciri khusus, yaitu :

1. Pertemuan pribadi :Penjualan pribadi mencakup hubungan langsung dan

interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengamati

reaksi-reaksi pihak lain.

2. Perkembangan hubungan : Penjualan pribadi memungkinkan segala jenis

hubungan berkembang, mulai dari hubungan penjualan seadanya sampai

hubungan pribadi yang mendalam.

3. Tanggapan : Penjualan pribadi membuat pembeli merasakan suatu kewajiban

untuk mendengarkan pembicaraan penjualan

Kotler (1995) menguraikan bahwa wiraniaga (sales representatives) dapat

melakukan enam tugas bagi perusahaannya, yaitu :

1. Mencari konsumen baru/prospek. Wiraniaga dapat mencari dan

mengusahakan pelanggan baru.

2. Komunikasi. Wiraniaga dapat mengkomunikasikan informasi yang

bermanfaat tentang perusahaan.

3. Menjual. Wiraniaga dapat menjadi efektif dalam “seni kewiraniagaan” yang

terdiri dari mendekati, mengajukan, menjawab bantahan, dan meningkatkan

tindakan.

4. Melayani. Wiraniaga dapat menyediakan berbagai jasa kepada pelanggan

seperti konsultasi atas masalah-masalah mereka, memberi bantuan teknis, dan

mempercepat waktu pelayanan.

5. Mengumpulkan informasi. Wiraniaga dapat menyediakan riset pasar dan

pengetahuan yang bermanfaat bagi perusahaan.

6. Mengalokasi. Wiraniaga dapat memberi nasihat kepada perusahaan tentang

cara mengalokasi barang-barang dan jasa yang langka kepada pelanggan pada

masa-masa kekurangan produk.

3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Promosi

Manajemen perusahaan tidak dapat terlepas dari berbagai macam faktor

yang mempengaruhi dalam menentukan kombinasi yang terbaik dari variabel-

variabel bauran promosi untuk melaksanakan strategi promosi yang efektif. Agar

bauran promosi yang optimal dapat dicapai maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi strategi bauran promosi yang akan dilakukan perusahaan (Kotler,

2000), yaitu :

3.1.3.1 Dana yang Tersedia

Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor pesaing yang mempengaruhi

bauran promosi. Perusahaan yang memiliki dana lebih besar, kegiatan promosinya

akan lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya mempunyai

sember dana lebih terbatas. Namun perusahaan yang mampu mendayagunakan

anggaran promosi secara efektiflah yang paling baik.

3.1.3.2 Sifat Pasar

Keputusan mengenai susunan bauran promosi akan sangat dipengaruhi

oleh sifat pasar. Promosi untuk pasar yang luas dan tidak terkonsentrasi akan

berbeda dibandingkan dengan pasar lokal yang kecil dan terkonsentrasi. Beberapa

macam sifat pasar tersebut adalah :

1. Luas pasar Secara Geografis

Perusahaan yang hanya memiliki pasar lokal sering mengadakan kegiatan

promosi yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pasar nasional atau

internasional. Bagi perusahaan yang mempunyai pasar lokal mungkin sudah

cukup menggunakan penjualan tatap muka saja, tetapi bagi perusahaan yang

mempunyai pasar nasional paling tidak harus menggunakan periklanan.

2. Konsentrasi Pasar

Konsentrasi pasar dapat mempengaruhi strategi promosi yang dilakukan oleh

perusahaan terhadap jumlah calon pembeli, jumlah pembeli potensial dan

konsentrasi secara nasional. Perusahaan yang hanya memusatkan

penjualannya pada satu kelompok pembeli saja, maka penggunaan alat

promosinya akan berbeda dengan perusahaan yang menjual pada semua

kelompok pribadi.

3. Macam Pembeli

Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh objek

atas gagasan dalam kampanye penjualan, apakah pembeli industri, konsumen

rumah tangga atau pembeli lainnya.

3.1.3.3 Sifat Produk

Strategi promosi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan bergantung pada

sifat produk. Berdasarkan tujuannya produk dibagi menjadi dua kategori, yaitu

barang konsumsi (consumer goods) dan barang industri (industrial goods). Untuk

barang konsumsi biasanya perusahaan menggunakan periklanan. Hal ini

disebabkan oleh barang konsumsi didistribusikan secara luas, tidak begitu

memerlukan demonstrasi atau penerangan khusus. Untuk barang industri biasanya

menggunakan personal selling, hal ini karena biasanya satuan penjualan meliputi

jumlah uang besar. Produk kebanyakan dibuat menurut persyaratan-persyaratan

pembeli dan diperlukan jasa-jasa prajual dan purnajual yang dilakukan oleh

pegawai perusahaan produsen.

3.1.3.4 Pelanggan

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi promosi

berkaitan dengan faktor pelanggan, yaitu :

1) Strategi Dorong Maupun Strategi Tarik

Strategi dorong mencakup kegiatan pemasaran produsen (terutama wiraniaga

dan promosi perdagangan) yang diarahkan pada perantara saluran. Tujuannya

adalah untuk mendorong perantara memesan dan menjual produk itu dan

mempromosikannya kepada pemakai akhir. Strategi tarik mencakup kegiatan

pemasaran (terutama periklanan dan promosi kepada konsumen) yang

diarahkan kepada pemakai akhir, tujuannya adalah mendorong pemakai akhir

untuk meminta produk itu kepada perantara dan dengan demikian perantara

memesan produk itu dari produsen.

2) Tahap Kesiapan Membeli

Alat-alat promosi memiliki efektivitas biaya yang berbeda pada berbagai

tahap kesiapan membeli. Periklanan dan publisitas paling efektif biaya pada

tahap kesadaran sedangkan penjualan pribadi dan promosi penjualan paling

efektif biaya pada tahap pemesanan atau pembelian.

3.1.3.5 Pesaing

Perusahaan dapat mempertimbangkan strategi promosi yang akan

dijalankan berdasarkan aktivitas promosi yang dijalankan pesaing atau dapat pula

menyesuaikan dengan tingkat persaingan yang ada dalam industri tersebut.

3.1.3.6 Tahap Daur Hidup Produk

Strategi yang akan diambil untuk mempromosikan suatu produk

dipengaruhi oleh tahap-tahap siklus kehidupan produk tersebut. Hubungan antara

strategi promosi dan tahap daur hidup produk sebagai berikut :

1) Tahap Perkenalan

Situasi pasar yang terjadi pada tahap ini adalah pelanggan tidak menyadari

bahwa mereka menghendaki produk dan dapat memetik manfaaat dari produk.

Strategi promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan informasi

dan pendidikan kepada pelanggan potensial, menerangkan bahwa produk itu

ada, bagaimana itu dapat digunakan dan faedah apa yang berguna untuk

pemenuhan kebutuhan. Biasanya perhatian besar diberikan kepada penjualan

pribadi, pameran dagang juga banyak digunakan dalam bauran promosi.

2) Tahap Pertumbuhan

Pada tahap ini pelanggan mulai menyadari manfaat produk sehingga

permintaannya meningkat. Produk cukup laku dan penyalur pun mulai tertarik

dengan potensi produk baru. Promosi yang tepat pada tahap ini adalah

menstimulasi permintaan selektif (merek), lebih menekankan pentingnya

periklanan dan penyalur ikut ambil bagian dalam memikul beban promosi.

3) Tahap Kedewasaan

Pada tahap ini, persaingan menjadi semakin intensif. Penjualan perusahaan

mencapai titik tertinggi dan perhatian perusahaan akan terpusat pada segmen

pasar tertentu. Periklanan digunakan sebagai alat himbauan/bujukan, bukan

sekedar informasi saja. Persaingan tajam mengharuskan penjual menyediakan

dana lebih besar untuk periklanan dan menyebabkan turunnya laba

perusahaan. Promosi diintensifkan kepada para dealer dalam rangka

memelihara kesetiaan. Promosi kepada konsumen juga sangat diperlukan

apabila pangsa pasar ingin dipertahankan.

4) Tahap Kemunduran

Situasi pasar yang terjadi pada tahap ini adalah penjualan dan laba mengalami

penurunan. Pasar yang dikuasai semakin sempit karena adanya produk baru

yang lebih baik mulai diperkenalkan ke pasar. Akibatnya, intensitas promosi

mulai diturunkan untuk menekan biaya.

3.1.3.7 Bauran Pemasaran Lainnya

Keputusan bauran pemasaran lainnya selain promosi, yaitu produk, harga,

dan tempat/distribusi, orang, proses, dan bukti fisik yang ditetapkan oleh

perusahaan mempunyai pengaruh dalam penyusunan strategi promosi yang akan

diterapkan oleh perusahaan. Produk dengan harga tinggi biasanya identik dengan

mutu yang baik, sehingga periklanan merupakan kegiatan promosi yang tepat.

Demikian pula dengan saluran distribusi, bila saluran distribusinya langsung atau

tidak langsung maka dibutuhkan iklan dalam berpromosi. Jika saluran

distribusinya langsung maka penggunaan penjualan pribadi adalah hal yang tepat

dalam berpromosi.

Orang sebagai subjek yang membuat dan menyajikan atau menyampaikan

produk kepada konsumen mempunyai peranan yang cukup penting dalam

mempromosikan dan membentuk imej perusahaan. Komponen proses dalam

bauran pemasaran sangat erat kaitannya dengan komponen orang. Oleh karena itu,

dalam memenuhi kepusan pelanggan dalam hal pelayanan, kedua komponen

tersebut sangat perlu untuk diperhatikan. Bukti fisik berupa lay out bangunan, dan

lingkungan fisik dimana jasa disampaikan kepada konsumen sangat penting untuk

diperhatikan karena dapat membentuk citra perusahaan dan sebagai acuan

kenyaman konsumen dalam melakukan transaksi pembelian dan atau menikmati

produk serta jasa yang diberikan yang dapat mengakibatkan keputusan konsumen

untuk datang kembali ke perusahaan atau tidak.

3.1.7 Analitycal Hierarchi Process (AHP)

Metode AHP merupakan model yang fleksibel dan memungkinkan

pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok untuk membentuk gagasan-gagasan dan

membatasi masalah dengan membuat asumsi (dugaan) mereka sendiri dan

menghasilkan pemecahan yang diinginkan oleh mereka. Metode ini disebut

Analitycal Hierarchi Process (AHP). Metode AHP bermanfaat dalam

menganalisis suatu permasalahan yang kompleks menjadi permasalahan yang

lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan

keputusan yang efektif dapat diambil.

Pada dasarnya prinsip kerja AHP yaitu memecah situasi yang kompleks

dan tidak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, kemudian menata

bagian atau variabel ke dalam suatu hirarki. Pada tahap selanjutnya, dilakukan

pemberian nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya

suatu variabel, dan pelaksanaan sintesis berbagai pertimbangan ini untuk

menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak

untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Metode AHP memiliki kemampuan untuk menguji konsistensi penilaian.

Apabila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsisten sempurna,

maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang. Menurut Saaty

(1993) metode AHP memiliki tiga prinsip utama dalam memecahkan persoalan

dengan analisis logis eksplisit, yaitu :

1. Prinsip Menyusun Hirarki

Ketika menyusun hirarki, perusahaan berusaha untuk menggambarkan dan

menguraikan permasalahan atau realitas secara hirarki. Untuk memperoleh

pengetahuan terinci, persoalan yang kompleks disusun ke dalam bagian

elemen pokoknya dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya

lagi, dan seterusnya sehingga akhirnya persoalan yang kompleks tersebut

dapat dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.

2. Prinsip Menetapkan Prioritas

Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menetapkan peringkat elemen-

elemen menurut relatif pentingnya.

3. Prinsip Konsistensi Logis

Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang

logis.

Metode AHP memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) dapat

memecahkan berbagai persoalan yang kompleks; (2) dapat digambarkan secara

grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam

pengambilan keputusan; (3) dapat digunakan tanpa database, asalkan para analisis

memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan;

dan (4) dapat menguji konsistensi penilaian sehingga bila terjadi penyimpangan

dapat dilakukan perbaikan (Saaty, 1993).

Metode AHP berdasarkan pada penilaian orang yang ahli pada bidang

yang dipermasalahkan. Penilaian tersebut harus didukung oleh keahlian,

pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang luas supaya penilaian yang

diberikan tepat terhadap variabel keputusan yang dijadikan kriteria pemilihan.

Metode AHP dapat melibatkan mulai dari hanya satu orang responden hingga

beberapa orang responden atau suatu kelompok responden. Jumlah responden

dengan keahlian yang dimilikinya akan mempengaruhi validitas hasil

keseluruhan. Meskipun demikian metode AHP tetap dapat dilakukan oleh satu

orang responden dengan syarat responden tersebut merupakan orang yang ahli

pada bidang yang dipermasalahkan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha restoran di kota Bogor sangat berkembang dewasa ini. Hal ini

menyebabkan situasi persaingan usaha di industri jasa ini semakin ketat, terlebih

lagi bagi usaha restoran yang baru berdiri seperti Death by Chocolate & Spageti

Restaurant. Selain baru berdiri, DBC & spageti Restaurant memiliki

permasalahan berupa tingkat penjualan yang belum dapat mencapai kapasitas

produksi dan lokasi usaha yang relatif kurang strategis apabila dibandingkan

dengan pesaingnya yang menghasilkan substitute product.

Untuk mempublikasikan kelebihan yang dimiliki, setiap usaha termasuk

restoran harus melakukan kegiatan publikasi secara terencana dan terorganisasi

supaya terlaksana secara efisien dan efektif. Kegiatan publikasi biasa dilakukan

melalui kegiatan promosi. Promosi yang dilakukan dapat berperan sebagai suatu

strategi dalam memperkenalkan suatu usaha atau suatu produk. Strategi promosi

juga sering digunakan sebagai metode untuk meningkatkan jumlah pengunjung

restoran sehingga tingkat penjualan dan tingkat penerimaannya dapat meningkat.

Saat ini tingkat minat masyarakat untuk makan di restoran semakin

meningkat. Hal ini dimanfaatkan oleh restoran-restoran untuk terus

mengembangkan usahanya dan mempromosikan produknya. Suatu usaha yang

berhasil tidak akan terlepas dari peran strategi promosi yang dilakukan. Oleh

karena itu, untuk dapat terus bertahan dalam lingkungan industrinya dan mampu

mengungguli pesaingnya atau dapat bertahan dalam situasi persaingan usaha yang

semakin ketat, DBC & Spageti Restaurant pun perlu menyusun strategi promosi

yang tepat.

Promosi dilakukan untuk mencapai tujuan atau target-target tertentu.

Target tersebut dapat tercapai tidak hanya dengan menjalankan strategi promosi

yang gencar, tetapi juga strategi promosi tersebut harus dilakukan secara efektif

karena berbenturan dengan kendala yang dimiliki.

Dalam penelitian ini, terdapat tiga hal yang menjadi permasalahan.

Masalah yang pertama adalah mengkaji bentuk kegiatan promosi yang dijalankan

oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Masalah yang kedua adalah

menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi

DBC & Spageti Restaurant. Masalah yang terakhir adalah merumuskan alternatif

strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant sesuai dengan

kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki.

Data yang diperoleh untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut

dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchi Process (AHP).

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice

2000 dan akan dihasilkan alternatif strategi promosi yang tepat bagi DBC &

Spageti Restaurant. Alternatif strategi promosi yang tepat tersebut akan

direkomendasikan kepada DBC & Spageti Restaurant dalam upaya

memperkenalkan produknya kepada masyarakat dan meningkatkan penjualan

serta penerimaannya. Secara sistematis, kerangka pemikiran operasional Analisis

Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor

Salah satu restoran di kota Bogor adalah Death by Chocolate & Spageti Restaurant

Strategi Promosi

Identifikasi kegiatan promosi yang dijalankan

DBC & Spageti Restaurant

Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi promosi DBC & Spageti

Restaurant

AHP

Prioritas alternatif strategi promosi yang tepat

Analisis pemilihan Alternatif strategi promosi berdasarkan kendala dan pendukung yang

dimiliki DBC & Spageti Restaurant

Usaha restoran di kota Bogor semakin berkembang sehingga tingkat persaingan usaha semakin meningkat

Masih relatif baru berdiri; tingkat penjualan belum mencapai kapasitas produksi; lokasi usaha relatif kurang strategis

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di restoran coklat Death by Chocolate & Spageti

(DBC & Spageti) Restaurant yang beralamat di Jalan Ceremai No. 22 Kota

Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan bahwa DBC & Spageti Restaurant merupakan satu-satunya

restoran produk olahan coklat di Kota Bogor tetapi relatif baru didirikan dan

memiliki letak yang kurang strategis serta memiliki tingkat penjualan yang belum

optimal, sehingga memerlukan strategi promosi yang efektif supaya dapat

berkembang dan bersaing dengan substitute product-nya. Kegiatan pengumpulan

data dilakukan pada minggu pertama bulan Maret hingga minggu kedua bulan

April 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan melakukan studi kasus di DBC & Spageti Restaurant. Data

yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder merupakan data pendukung bagi data primer. Adapun jenis dan

sumber data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Jenis dan Sumber Data Penelitian No. Jenis Data Sumber Data Teknik 1. Primer Supervisor, wakil

supervisor, bagian administrasi

Wawancara mengenai gambaran umum restoran dan strategi promosi restoran

Pengisian kuesioner oleh supervisor restoran

2. Sekunder Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor

Internet

Pengambilan data mengenai Pertumbuhan Restoran di Kota Bogor 2000-2006

Pengambilan data mengenai Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor 2000-2006

Membaca artikel terkait

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah :

1. Teknik Observasi : melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan

promosi perusahaan.

2. Teknik Wawancara : melakukan wawancara dengan supervisor DBC &

Spageti Restaurant dan wakil supervisor serta pegawai restoran yang lainnya

untuk mendapatkan informasi yang lengkap.

3. Teknik Kepustakaan : membaca buku-buku yang terkait dengan judul

penelitian dan literatur-literatur lainnya yang menunjang pelaksanaan

penelitian.

4. Studi Pendahuluan : mendatangi DBC & Spageti Restaurant untuk melakukan

pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak DBC & Spageti

Restaurant sebelum mulai melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi.

5. Teknik Pengisian Kuesioner : Pengisian kuesioner dilakukan oleh satu orang

responden, yaitu supervisor DBC & Spageti Restaurant. Pemilihan responden

berdasarkan pertimbangan bahwa pihak yang memiliki pengetahuan,

pengalaman, dan keahlian dalam permasalahan yang berhubungan dengan

strategi promosi di DBC & Spageti Restaurant hanya supervisor tersebut.

Selain itu, struktur organisasi DBC & Spageti Restaurant sangat sederhana

dengan hirarki yang pendek dan tidak terdapat divisi khusus bagian promosi,

sehingga satu-satunya pihak yang dapat dijadikan responden adalah

supervisor. Adapun pihak owner yang bertanggungjawab di restoran ini

adalah Ibu Baby Ahnan. Dalam pelaksanaan usahanya, owner hanya berperan

sebagai evaluator, controller dan pengambil kebijakan melalui musyawarah

bersama tim manajemen, yang terdiri dari supervisor, wakil supervisor, dan

ketua dari setiap divisi. Selain itu, owner pun memiliki tugas tersendiri, yaitu

lebih concern kepada produk dan pengembangannya. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan kegiatan studi banding mengenai taste dari produk spageti

ke Itali yang dilakukan oleh Ibu Baby ketika pelaksanaan penelitian ini.

4.4 Metode Pengolahan Data

Metode AHP dapat menyederhanakan persoalan yang kompleks menjadi

persoalan yang sederhana sehingga akan didapatkan kesimpulan sebagai suatu

keputusan yang dapat menyelesaikan persoalan yang ada. Metode ini digunakan

sebagai alat analisis dan diproses dengan menggunakan software Expert Choice

2000 untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai prioritas program promosi

yang tepat bagi perusahaan. Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan

metode AHP terdiri dari :

1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan yang

diinginkan.

Penguasaan masalah secara mendalam merupakan hal yang sangat dibutuhkan

dalam tahap ini. Hal ini disebabkan oleh pemilihan tujuan, kriteria, dan

elemen-elemen yang menyusun hirarki akan menjadi pusat perhatian. Tidak

terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen

sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan

dalam suatu hirarki. Kemampuan pada analisa untuk dapat menemukan unsur-

unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem dapat menjadi dasar dalam

penentuan komponen-komponen dalam sistem.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.

Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari

sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi

sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan,

tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario.

Jenis keputusan yang akan diambil merupakan hal yang menjadi dasar dalam

penyusunan hirarki ini. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu

elemen yang disebut dengan fokus. Fokus berarti sasaran keseluruhan yang

bersifat luas. Tingkat di bawahnya terdiri dari beberapa elemen yang dibagi

dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen

yang berada pada tingkat sebelumnya. Abstraksi hirarki dalam metode ini

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Model Struktur Hirarki Analytical Hierarchi Process Sumber : Saaty (1993)

3. Menyusun Matriks Pembandingan Berpasangan (MPB). Matriks pembanding

berpasangan dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk

melakukan pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di

bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen

tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil pembandingan

yang diperoleh pada langkah 3. Melakukan pembandingan berpasangan antar

elemen pada kolom ke-j dengan setiap elemen pada baris ke-i, yang

berhubungan dengan fokus. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di

kolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di

baris puncak. Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut

dilakukan dengan pertanyaan: “seberapa penting elemen baris ke-i

mempengaruhi atau mendominasi fokus permasalahan, dibandingkan dengan

G

O1

F2 F3 F4

A1 A2 A3 An

F1

O2 O3 On

S1 S2 S3 Sn …

Tingkat 1: Fokus

Tingkat 3: Pelaku

Tingkat 4: Tujuan

Tingkat 5: Skenario

Tingkat 2: Faktor

kolom ke-j?” Untuk mengisi MPB menggunakan skala banding yang terdapat

pada Tabel 8. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya

suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat

atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas

garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

Tabel 8 Nilai Skala Banding Berpasangan

Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi

sama kuat pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya

5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya

Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek

7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya

Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi

2,4,6,8, Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan nilai-nilai di atas

Bila nilai-nilai di atas dianggap membandinglan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, ¼, …, 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A

Sumber : Saaty (1993)

5. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.

Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi

sifat fokus puncak hirarki (X) dibandingkan dengan Fj, sedangkan Fi kurang

mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj maka

digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi

dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya, bila elemen Fij = F12 memiliki nilai

8, maka nilai F21 adalah 1/8.

6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam

hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap

tingkat hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks

pembandingan dalam metode AHP dibedakan menjadi Matriks Pendapat

Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks

hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang

disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j

(Gambar 5)

G A1 A2 A3 … Aj A1 A2 A3 … … Ai

A11 A21 A31 … … Ai1

A12 A22 A32 … … Ai2

A13 A23 A33 … … Ai3

… … … … … …

A1j A2j A3j … … Aij

Gambar 5 Matriks Pendapat Individu Sumber : Saaty (1993)

Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang elemen

(gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio

inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen

pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain

tidak terjadi konflik. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Gambar 6.

G G1 G2 G3 … Gj G1 G2 G3 … … Gi

G11 G21 G31 … … Gi1

G12 G22 G32 … … Gi2

G13 G23 G33 … … Gi3

… … … … … …

G1j G2j G3j … … Gij

Gambar 6 Matriks Pendapat Gabungan (Sumber : Saaty, 1993)

Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah: (1) Pendapat masing-

masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari

empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang

terendah; (2) Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama.

Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah

sebagai berikut (Saaty, 1993) :

1

( )m

mij ij

k

g a k=

=∏

Dimana : Gij = elemen MPG baris ke-I kolom ke-j

m = akar pangkat m

m = jumlah MPI yang memenuhi syarat

1

m

k=∏ = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m

(aij)k = elemen baris ke-I kolom ke-j dari MPI ke-k

k = indeks KPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor

prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai

prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikutnya dan seterusnya.

Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan

horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat

dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI

dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi

persyaratan rasio inkonsistensi.

a) Pengolahan horizontal, meliputi tiga bagian yaitu menentukan vektor

prioritas (eigen vector), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang

memiliki rasio inkonsistensi tinggi.

Tahap perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal yaitu :

Perkalian baris (Z), dengan rumus :

1

nni ij

k

z a=

= ∏

Perhitungan vektor prioritas (VP) dengan eigen vector, dengan rumus :

1

1 1

nn ij

k

nnn ij

i k

aVPi

a

=

= =

=∏

∑ ∏ (i, j = 1,2,3,…,n)

Perhitungan nilai eigen maks (Maks λ), dengan rumus :

( )ijVA a xVP= dengan VA = (vai)

VAVBVP

= dengan VB = (vbi)

1 n

i kmaks vbi

=

= ∑ untuk I = 1,2,3,…,n

Perhitungan indeks inkonsistensi (CI), dengan rumus :

1maks nCI

nλ −

=−

Perhitungan rasio inkonsistensi (CR), dengan rumus :

CICRRI

= dengan RI = Indeks acak (random indeks) yang

dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory

(Saaty, 1993) dari matriks berorde 1

sampai dengan 15 yang menggunakan

sample berukuran 100.

Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1

merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan oleh CR merupakan tolak

ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil pembandingan berpasangan

dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).

Tabel 9 Konstanta Indeks Acak (RI)

Jumlah Kriteria Indeks Acak Jumlah Kriteria Indeks Acak 1 2 3 4 5 6 7 8

0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41

9 10 11 12 13 14 15

1,45 1,49 1,51 1,53 1,56 1,57 1,59

Sumber : Saaty, 1993

b) Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen

pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus.

Apabila cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada

tingkat ke-I terhadap sasaran utama, maka :

( ; 1) ( 1)Cvij CHij t i xVWt i= − −∑ untuk I,j,t = 1,2,3,…,n

Dimana :

CHij (t; i-j) = Nilai prioritas elemen ke-I terhadap elemen ke-t pada tingkat

di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan

horizontal.

VWt (i-1) = Nilai prioritas pengaruh elmen ke-t pada tingkat ke (i-t)

terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan

horizontal.

p = jumlah tingkat hirarki keputusan

r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i

s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pada pengisian judgement

pada tahap MPB terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam

membandingkan elemen satu dengan elemen yang lainnya sehingga

diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP, penyimpangan masih dapat

ditoleransi sebesar rasio inkonsistensi yaitu dibawah 10 persen. Langkah ini

dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-

prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini

dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak,

yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Hasil yang baik akan

diperoleh apabila nilai rasio inkonsistensi kurang atau sama dengan 10 persen.

Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan

menggunakan software Expert Choice 2000. Kualitas informasi harus

dievaluasi kembali dan diperbaiki jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai

yang lebih besar dari 10 persen. Cara yang dapat dilakukan untuk

memperbaikinya adalah dengan menggunakan pertanyaan ketika melakukan

pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden dalam

mengisi kuesioner.

4.5 Definisi Operasional

Hirarki Pertama :

Tingkat 1 adalah fokus, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang

dilakukan. Pada hirarki pertama, tujuan penelitian ini adalah menentukan

faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi

Death by Chocolate & Spageti Restaurant

Tingkat 2 adalah tujuan, yaitu tujuan DBC & Spageti Restaurant dalam

menjalankan kegiatan promosinya yang terdiri dari meningkatkan penjualan

dan memperkenalkan produk dan lokasi.

Tingkat 3 adalah faktor-faktor yang menjadi penyusun strategi promosi DBC

& Spageti Restaurant yang terdiri dari anggaran, sifat pasar, karakteristik

produk, daur hidup produk, pesaing, konsumen, dan bauran pemasaran

lainnya.

Tingkat 4 adalah subfaktor, yaitu penjabaran dari faktor yang terdapat di

tingkat 3. Anggaran terdiri dari cash (perputaran kas perusahaan), invest

(promosi sebagai bentuk investasi). Karakteristik produk terdiri dari sifat

produk dan mutu produk. Karakteristik pasar terdiri dari luas geografi pasar

dan segmen pasar. Daur hidup produk terdiri dari penjualan dan laba.

Konsumen terdiri dari loyalitas konsumen dan karakteristik konsumen. Bauran

pemasaran lainnya terdiri dari produk, harga, dan tempat, orang, proses, dan

bukti fisik.

Hirarki Kedua :

Tingkat 1 adalah fokus yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang

akan dilakukan. Pada hirarki kedua, tujuan penelitian ini adalah menentukan

faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi

DBC & Spageti.

Tingkat 2 adalah dasar pemilihan yang terdiri dari faktor kendala dan

pendukung. Kendala merupakan segala sesuatu baik yang datang dari dalam

maupun ancaman dari luar yang menyulitkan perusahaan dalam menetapkan

strategi promosi. Pendukung merupakan segala sesuatu yang memudahkan

perusahaan dalam pemilihan strategi promosi.

Tingkat 3 adalah faktor kendala dan pendukung. Kendala perusahaan dalam

menentukan strategi promosi meliputi manajemen dan sikap. Pendukung

perusahaan dalam menetapkan strategi promosi meliputi perusahaan,

keunggulan produk, dan unit usaha APG lainnya.

Tingkat 4 adalah sub kendala dan sub pendukung. Subkendala manajemen

terdiri dari dana dan sumber daya manusia. Subkendala sikap terdiri dari

masyarakat dan pengunjung. Subpendukung perusahaan terdiri dari fasilitas

perusahaan dan struktur organisasi perusahaan yang fleksibel. Subpendukung

produk terdiri dari sifat produk dan keunikan produk, serta sub pendukung

yang terakhir yaitu unit usaha APG lainnya.

Tingkat 5 adalah alternatif strategi promosi. Terdapat lima alternatif strategi

promosi yaitu tidak melakukan perubahan (hanya meningkatkan frekuensi

pelaksanaan), menitikberatkan pada periklanan, menitikberatkan pada promosi

penjualan, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas, serta

menitikberatkan pada pemasaran langsung.

Alternatif Strategi Promosi

Alternatif 1 merupakan strategi promosi yang tetap seperti yang sudah

dijalankan (hanya meningkatkan frekuensi pelaksanaan). Pihak manajemen

restoran tetap menjalankan strategi promosi yang telah dijalankan selama ini

(brosur, mini banner, tayangan di TV, sensasi Death by Chocolate, menjadi

peserta pameran, menjadi donatur, wawancara di RRI, berita di Koran,

potongan harga, kunjungan ke RSJ, menjual nasi murah dan pakaian bekas

layak pakai, spanduk, papan reklame) dan atau hanya perlu meningkatkan

frekuensi pelaksanaannya saja.

Alternatif 2 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada

periklanan merupakan salah satu alat promosi yang terdiri dari iklan cetak

(majalah, Koran, tabloid), iklan elektronik (televisi, radio), selebaran (leaflet,

brosur), banner, papan reklame, spanduk.

Alternatif 3 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada promosi

penjualan merupakan alat promosi yang menawarkan insentif untuk membeli,

yang sebagian besar berjangka pendek, contohnya pemberian sampel produk,

voucher, potongan harga, pameran, pekan raya, bazar.

Alternatif 4 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada hubungan

dengan masyarakat, yang mencakup sumbangan amal, menjadi sponsor pada

suatu acara atau kegiatan, talkshow, diliput dalam pemberitaan-pemberitaan

baik media cetak maupun elektronik, mengadakan acara-acara yang secara

tidak langsung bertujuan mempromosikan produk.

Alternatif 5 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada

pemasaran langsung dengan menggunakan saluran-saluran langsung

konsumen untuk menjangkau dan atau menyerahkan produk kepada konsumen

tanpa menggunakan perantara misalnya pemanfaatan telepon, faksimil,

website, email, delivery order kepada konsumen, membuka outlet.

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah dan Perkembangan Death by Chocolate & Spageti Restaurant

Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan restoran yang

menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. DBC & Spageti

Restaurant didirikan pada 18 Agustus 2006 oleh Baby Ahnan, Tintin Kuraesin,

dan Susy Gunadi. Mereka tergabung dalam Apple Pie Group. Mereka juga

merupakan pendiri sekaligus owner dari Pia Apple Pie dan Macaroni Panggang.

Usaha ini berawal dari research and development yang dilakukan oleh para owner

sehingga didapatkan produk yang unik, memiliki rasa yang enak dan nilai jual

yang tinggi.

Ide untuk membuka usaha di bidang coklat ini ditemukan melalui

pengamatan adanya peluang pasar akan produk olahan coklat yang hampir dapat

dikatakan digemari oleh semua orang. Menu utama dari restoran ini adalah Death

by Chocolate (DBC). Pada nama tersebut, terdapat keunikan istilah death yang

berarti kematian. Hal ini dapat mengingatkan pada peristiwa Perang Dunia II yang

terjadi ketika zaman nazi dulu. Hitler menggempur Inggris dengan strategi

memasukkan bom ke dalam batang-batang coklat. Serdadu Inggris yang memakan

coklat tersebut, akan meninggal setelah bom yang ada di dalamnya meledak

dalam hitungan waktu tujuh detik.

Makna DBC dalam sejarah kuliner, dimulai ketika salah seorang chef

Inggris membuat kue coklat pertama dengan nama tersebut. Tentu ada kaitan

antara sejarah Perang Dunia II dengan sejarah kuliner tersebut mengenai

pergeseran makna ‘kematian’. Makna kematian pada DBC bukan seperti makna

yang sebenarnya, melainkan pengunjung bisa mati karena kelezatannya.

Death by Chocolate (DBC) merupakan nama sebuah resep yang pertama

kali ditemukan oleh seorang chef sebuah restoran di Inggris. Resep ini

berkembang menjadi nama restoran. Di Indonesia, terdapat dua restoran yang

bernama DBC. Restoran DBC yang pertama berlokasi di Pondok Indah Mal

(PIM) Jakarta yang merupakan cabang dari DBC International Limited yang ada

di New Zealand. Restoran DBC yang kedua adalah DBC & Spageti Restaurant

yang berlokasi di Jalan Ceremai No. 22 Kota Bogor, yang menjadi pembahasan

dalam skripsi ini. Kemiripan nama ini menimbulkan anggapan bahwa keduanya

merupakan cabang usaha yang memiliki konsep restoran dan menu yang sama.

Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. DBC Jakarta

mengusung tema lux atau mewah yang dapat dilihat dari lay out-nya yang elegant,

sedangkan DBC & Spageti Bogor mengusung tema gothic dengan lay out yang

didominasi oleh warna hitam yang melambangkan kematian dan coklat yang

berarti coklat itu sendiri, cara penyajian produk yang unik, serta memiliki ritual

yang unik (sensasi Death by Chocolate) dan menjadi ciri khas dari DBC &

Spageti Bogor ini.

Berdasarkan informasi yang didapat dari salah satu blog yang ada di

internet, seorang karyawan yang bekerja di Jakarta, dia telah mencoba untuk

mengunjungi DBC yang ada di PIM dan dia sangat menyukainya. Setelah dia

mendengar informasi bahwa ada DBC yang terletak di kota Bogor, dia sangat

ingin mencobanya. Setelah dia mencoba DBC yang merupakan menu utama dari

DBC & Spageti Restaurant yang terletak di kota Bogor, dia sangat merasa

terkejut dengan kelezatan yang diciptakan oleh coklatnya dan ingin memakannya

dalam jumlah yang lebih banyak. Kepuasan yang didapatkannya dengan hanya

memakan DBC di rumahnya saja, mungkin belum seberapa apabila dibandingkan

dengan kepuasan dan kesenangan yang akan dia rasakan jika dia menikmati DBC

secara langsung di DBC & Spageti Restaurant. Hal tersebut akan lebih

mengesankan apabila dia menikmati DBC sambil merasakan sensasi DBC yang

diciptakan oleh DBC & Spageti Restaurant. Dengan demikian, kemiripan nama

antara DBC PIM Jakarta dan DBC & Spageti Restaurant Bogor tidak akan

memberikan tendensi negatif apabila konsumen telah mendatangi DBC & Spageti

Restaurant dan mencicipi produk-produk yang ditawarkannya. Meskipun

demikian, kemungkinan timbulnya tendensi negatif tersebut akan tetap ada dan

sedikit mempengaruhi kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti

Restaurant. Oleh karena itu, DBC & Spageti Restaurant sangat memerlukan

strategi promosi yang tepat untuk memajukan usahanya.

Death by Chocolate serupa kue coklat yang disajikan dengan unik,

berbentuk kuburan oval plus nisan yang terbuat dari coklat juga dan terdiri dari

tiga lapisan dengan lelehan coklat pada lapisan kedua. Prinsip kue DBC adalah

mengandung sedikit sekali tepung dan kaya sekali butiran coklat

Selain memiliki produk yang unik, restoran ini juga memiliki cara

penyajian yang unik pula pada hari-hari tertentu. Setiap hari Jumat, Sabtu dan

Minggu pada pukul 20:00 WIB, seluruh lampu dalam ruangan restoran akan

dimatikan. Dalam kegelapan akan muncul tiga sosok tubuh dengan jubah hitam

berjalan secara beriringan dengan membawa lonceng dan diiringi oleh musik

kematian. Ketiga sosok itu akan datang ke meja para pengunjung secara satu-

persatu untuk memberikan kesan yang khas dari DBC & Spageti Restaurant.

Setelah mendatangi pengunjung dari arah dalam ke arah luar restoran, ketiga

sosok itu masuk ke restoran kembali dengan membawa obor yang sudah menyala.

Mereka kemudian mendatangi meja para pengunjung lagi dengan membisikan

selamat datang kepada para pengunjung. Anda yang hidup seakan-akan dapat

bercakap-cakap dengan sosok-sosok di dunia kematian. Hal tersebut merupakan

sensasi Death by Chocolate yang dilakukan oleh tim DBC & Spageti Restaurant

agar memiliki performance yang berbeda dari restoran-restoran yang lain.

Produk DBC & Spageti Restaurant dapat dinikmati secara langsung di

restoran dan dapat dibawa pulang dengan sistem take away. Sistem take away ini

hanya berlaku untuk produk DBC karena bersifat cukup tahan lama dan rasanya

tidak berubah. Sistem ini tidak diberlakukan pada produk lainnya seperti frittata

karena frittata akan lebih enak jika dinikmati pada saat panas dan rasanya akan

berubah jika sudah dingin.

DBC & Spageti Restaurant beroperasi pada hari Senin-Minggu mulai

pukul 07.00-24.00 WIB. Restoran ini mulai beroperasi pada pagi hari karena ingin

menjangkau konsumen yang tidak sempat sarapan pagi di rumah dan

menginginkan menu makanan yang siap saji. Pasar sasaran restoran ini adalah

masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah-atas dengan kelompok konsumen

dari kalangan remaja dan keluarga. Jangkauan pasar restoran ini secara geografis

mencakup Bogor, Jakarta, Bandung, dan Sukabumi.

Pada awalnya, produk yang ditawarkan oleh restoran ini sebanyak 45

jenis. Akan tetapi, saat ini jenis produk yang ditawarkan bertambah tiga jenis

sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 48 jenis. Selain itu, dalam

perkembangannya, restoran ini juga terus mengembangkan idenya untuk membuat

produk baru. Produk Flower by Chocolate (FBC), Chocolate Stick dan Coklat

Telur Paskah merupakan produk-produk yang relatif baru dikembangkan oleh

restoran ini. Pada perkembangannya juga, karena harga bahan baku yang

digunakan terus meningkat, maka harga yang diterapkan oleh DBC & Spageti

Restaurant pun mengalami peningkatan untuk sebagian produknya.

5.2 Lokasi DBC & Spageti Restaurant

Lokasi DBC & Spageti Restaurant berada di Jalan Ceremai No. 22 Kota

Bogor. Lokasi ini berada di dalam kawasan Taman Kencana. Restoran ini

mengusung tema yang khas. Suasana interior restoran yang unik dan gothic

karena didominasi oleh warna hitam dan coklat ini sesuai dengan sensasi-sensasi

yang ingin diciptakan oleh Manajemen DBC & Spageti Restaurant. Selain itu,

relung-relung jendela dibuat setengah lingkaran, batu kali di dinding dicat hitam,

kursi dan meja memakai warna hitam, dan cahaya lampu minyak di meja,

melengkapi kesan seram yang ingin diciptakan di restoran ini.

5.3 Tujuan Perusahaan

Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lainnya, tujuan utama Apple

Pie Group adalah mendapatkan keuntungan. Selain itu, perusahaan ini juga sangat

memperhatikan kesejahteraan dan kemajuan karyawannya. Karyawan-karyawan

yang bekerja pada perusahaan ini memiliki tingkat pendidikan yang beragam,

mulai dari karyawan yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah

hingga lulusan SLTA. Salah satu bukti dari perhatian perusahaan akan kemajuan

karyawannya terutama di bidang pendidikan, perusahaan memberikan beasiswa

pendidikan bagi karyawannya yang berprestasi, memiliki dedikasi dan loyalitas

yang tinggi pada perusahaan dan telah bekerja selama jangka waktu tertentu.

Budaya kerja yang bersifat kekeluargaan dan pelayanan yang ramah

kepada para pengunjung juga termasuk ke dalam tujuan yang ditetapkan oleh

perusahaan. Budaya kekeluargaan ini diwujudkan dalam fleksibilitas fungsional

dalam manajemen dan kebiasaan saling membantu yang dikembangkan oleh para

karyawan dan ownernya. Karyawan yang memiliki keterampilan dan keahlian

seperti mengendarai motor, mengendarai mobil, dan mengoperasikan komputer,

mengajari karyawan lainnya yang belum memiliki keterampilan dan keahlian

tersebut. Keramahan para pelayan memberikan kenyamanan dan kepuasan

tersendiri bagi para pengunjung.

5.4 Struktur Organisasi DBC & Spageti Restaurant

Death by Chocolate & Spageti Restaurant memiliki struktur organisasi

yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun terkadang sangat

fleksibel sehingga tumpang tindih jabatan pun tidak dapat dihindari. Hal ini dapat

dilihat dari semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan

dengan kondisi dan situasi yang ada.

Struktur organisasi DBC & Spageti Restaurant masih menganut sistem

klasik dengan puncak kepemimpinan dan penentuan kebijakan dipegang oleh

supervisor yang mengawasi kerja karyawan lainnya. Owner hanya berfungsi

sebagai evaluator dan controller serta pengambil kebijakan dengan melakukan

musyawarah bersama tim manajemen.

Seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh

seorang wakil supervisor. Mereka mengawasi para karyawan lainnya yang terbagi

ke dalam tujuh divisi. Divisi dan jumlah karyawan yang berada di dalamnya dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Divisi dan Jumlah Karyawan DBC & Spageti Restaurant Tahun 2008 No. Nama Divisi Jumlah Karyawan (orang) 1. Waiter 32. Bar 43. Kasir mencakup bagian keuangan 24. Produksi 25. Dapur Produksi 46. Umum 47. Gudang 1

Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008

Supervisor berfungsi sebagai pemimpin, pengawas serta pemegang

tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan DBC & Spageti Restaurant. Wakil

supervisor memiliki kewajiban membantu supervisor dalam menjalankan

tugasnya, menggantikan peran supervisor jika sedang tidak berada di tempat.

Divisi kasir yang mencakup bagian keuangan bertugas melayani proses

pembayaran para konsumen dan membuat laporan keuangan untuk

dipertanggungjawabkan kepada owner.

Divisi produksi DBC memiliki kewajiban memproduksi (mencampur

adonan, mencetak, hingga memanggang) DBC, serta menjaga kualitas dan

kehigienisan DBC. Selain itu, divisi produksi DBC juga harus selalu mengontrol

persediaan dari bahan baku yang diperlukan dalam proses produksinya. Divisi

waiter bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu sampai

penyajiannya serta merapikan meja setelah para pengunjung selesai menyantap

hidangan. Selain itu, waiter juga memiliki kewajiban memberikan informasi menu

spesial di DBC & Spageti Restaurant dan deskripsi dari setiap menu supaya

pengunjung dapat merasa terbantu dalam proses penentuan menu yang akan

dipesan.

Divisi bar memiliki kewajiban membuat minuman atau aneka drinks

seperti Hot by Chocolate, Euporia by Chocolate, Granita Chocolate, Granitta

Strawberry, Granitta Orange dan berbagai minuman lainnya. Divisi dapur

produksi bertugas memproduksi menu makanan selain DBC seperti berbagai

menu frittata, spageti, appetizer, rice, soup, dan aneka dessert lainnya. Selain itu,

divisi dapur produksi juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang

diperlukan dalam proses produksinya.

Tugas dari divisi gudang adalah belanja bahan baku. Mereka biasa

berbelanja ke Pasar Anyar dan Pasar Kapuk Bogor. Selain itu, divisi gudang juga

bertanggung jawab atas persediaan bahan baku yang ada di gudang. Divisi umum

seperti divisi gudang, juga memiliki kewajiban belanja. Selain itu, bagian umum

juga bertanggung jawab akan masalah kebersihan di DBC & Spageti. Struktur

hirarki dari DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Gambar 7.

OWNER

SUPERVISOR

WAKIL SUPERVISOR

BAR DAPUR PRODUKSI

GUDANG UMUM KASIR /BAGIAN

KEUANGAN

PRODUKSI DBC

WAITER

Gambar 7 Struktur Organisasi DBC & Spageti Restaurant

5.5 Sumber Daya Perusahaan

5.5.1 Sumber Daya Fisik

Death by Chocolate & Spageti Restaurant, dalam menjalankan usahanya

didukung oleh beberapa sumber daya berupa fisik. Sumber daya fisik tersebut

meliputi bangunan restoran yang terdiri dari ruangan tempat pengunjung

menikmati makanan dan minumannya, dapur yang sangat berfungsi dalam

pelaksanaan proses produksi, ruang meeting, ruang mushala sekaligus tempat

untuk melakukan kegiatan administratif restoran, kamar mandi, peralatan

produksi, peralatan administrasi restoran, fasilitas komunikasi, dan fasilitas

transportasi.

Peralatan administrasi restoran untuk mendukung kegiatan transaksi di

bagian kasir dan kegiatan rekapitulasi data terdiri dari dua unit komputer dan satu

unit printer. Fasilitas transportasi terdiri satu unit motor dan satu unit mobil.

Fasilitas transportasi ini biasa digunakan untuk kegiatan belanja bahan baku dan

kegiatan yang menyangkut kepentingan DBC & Spageti Restaurant lainnya.

Peralatan produksi terdiri dari lima buah kompor gas, dua buah oven, mixer,

blender, mesin penggilingan spageti, tiga ratus loyang DBC, dua ratus loyang

frittata, dua ratus piring spageti, kulkas besar, dan peralatan produksi lainnya

yang menunjang pelaksanaan proses produksi. Fasilitas komunikasi yang tersedia

di DBC & Spageti Restaurant adalah telepon. Peralatan lainnya yang sangat

penting dan dimiliki oleh restoran ini adalah delapan belas meja dan 79 kursi.

5.5.2 Sumber Daya Manusia

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh DBC & Spageti adalah 22

orang yang terbagi ke dalam tujuh divisi dengan umur dan tingkat pendidikan

yang bervariasi (Tabel 11). Seluruh karyawan yang dipekerjakan di restoran ini

berstatus karyawan tetap. Sistem mutasi atau pemindahan karyawan juga

diberlakukan di restoran ini. Biasanya karyawan yang mengalami mutasi adalah

karyawan yang sudah cukup lama bekerja, memiliki potensi dan keterampilan,

dan memiliki dedikasi dan loyalitas pada perusahaan. Mereka yang dimutasikan

biasanya mengalami kenaikan jabatan di tempat bekerjanya yang baru dan

merupakan unit usaha dari Apple Pie Group juga.

Tabel 11 Karakterisitik Karyawan DBC & Spageti Restaurant Berdasarkan Umur

dan Pendidikan Terakhir Tahun 2008

No. Jabatan Jenis Kelamin (L/P)

Umur (tahun) Pendidikan Terakhir

1. Supervisor L 32 SMA 2. Wakil Supervisor P 25 SMA

3. Divisi Waiter L L P

25 22 20

SMA SMA SMA

4. Divisi Kasir L P

23 20

SMA SMA

5. Divisi Bar

P P P L

23 23 22 25

SMA SMA SMA SMA

6. Divisi Dapur

P P P P

45 43 32 38

SD SD SD SD

7. Divisi Umum

L L L L

24 25 24 20

SMP D3

SMA Tidak Sekolah

8. Divisi Gudang L 32 SMA Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008

Berdasarkan pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar

karyawan DBC & Spageti Restaurant berjenis kelamin laki-laki (L), berumur 20-

25 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Selain itu, Tabel 11 juga dapat

memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan bukan merupakan persyaratan utama

untuk dapat menjadi karyawan DBC & Spageti Restaurant. Sebagian karyawan

yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dari Apple Pie Group,

melanjutkan tingkat pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Karyawan-karyawan yang dipekerjakan di restoran ini semata-mata hanya dilihat

dari kejujuran, sifat kerja keras, kemauan untuk belajar dan loyalitas yang tinggi

kepada DBC & Spageti Restaurant dan APG.

Sistem perekrutan bersifat kekeluargaan, artinya tenaga kerja umumnya

memiliki hubungan keluarga ataupun kekerabatan baik dengan owner maupun

karyawan yang sudah dipekerjakan oleh APG. Calon karyawan terlebih dahulu

diwawancarai oleh tim khusus yang terdiri dari tiga orang, yaitu dua orang yang

mengerti tentang ilmu psikologi dan satu orang yang sudah sering bertemu dengan

banyak orang sehingga dapat langsung menebak karakter seseorang. Tim khusus

tersebut juga merupakan karyawan APG.

Setelah lolos dari tahap wawancara, calon karyawan harus melaksanakan

training selama dua minggu. Selama melaksanakan training, calon karyawan

tersebut dinilai kinerja dan tingkah lakunya. Penilaian yang baik dari pihak

manajemen akan membuat calon karyawan tersebut diangkat sebagai karyawan

tetap.

Jam kerja yang diberlakukan di restoran ini adalah sembilan jam kerja.

Setiap minggunya, karyawan memiliki kesempatan libur sebanyak satu hari antara

hari Senin-Kamis. Di luar hari libur pada setiap minggunya itu, para karyawan

tetap bekerja termasuk pada saat libur nasional. Jadwal pembagian kerja karyawan

dibagi ke dalam tiga shift. Shift yang pertama pada pukul 06.30-16.30 WIB, shift

yang kedua pada pukul 12.00-22.00 WIB, dan shift yang ketiga pada pukul 14.00-

24.00 WIB. Jadwal pembagian kerja karyawan DBC & Spageti Restaurant dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Budaya kerja antar karyawan DBC & Spageti Restaurant sangat bersifat

kekeluargaan. Dalam melayani para pengunjung, para karyawan juga sangat

ramah. Hal ini menyebabkan para pengunjung merasa nyaman untuk makan,

minum dan berlama-lama di restoran ini. Mereka juga menjadi tidak enggan untuk

datang kembali ke DBC & Spageti Restaurant.

5.6 Produksi dan Operasi DBC & Spageti Restaurant

Persediaan bahan baku yang digunakan oleh DBC & Spageti Restaurant

selalu terjaga dengan baik. Bahan baku yang bersifat perishable atau mudah

rusak, selalu dipasok setiap hari agar kualitas bahan baku selalu terjaga

kesegarannya. Bahan baku yang tahan lama, dipasok setiap dua minggu sekali.

Bahan baku utama yang digunakan diantaranya coklat, susu kental, terigu,

dan telur. Bahan baku biasa dibeli di Pasar Anyar dan Pasar Kapuk Bogor. Selain

itu, jika keperluan bahan baku sangat mendesak maka pembelian bahan baku

dapat dilakukan di supermarket atau toko-toko terdekat. Jadi, pihak restoran tidak

memiliki pemasok dalam pengadaan bahan bakunya.

Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan DBC yaitu coklat blok,

telur, gula putih, cocoa powder, dan susu kental manis. Spageti yang merupakan

bahan baku utama dalam membuat produk frittata dan spageti biasa dibuat sendiri

oleh DBC & Spageti Restaurant agar memiliki ciri khas dan cita rasa tersendiri

karena dibuat secara mendadak. Bahan baku utama yang diperlukan untuk

membuat spageti tersebut yaitu tepung terigu dan telur. Produk frittata

memerlukan bahan baku tambahan berupa susu murni, ayam, jamur, tuna cincang,

saus tomat, dll.

Kegiatan produksi yang dilakukan di DBC & Spageti Restaurant

menggunakan peralatan yang cukup modern, seperti kompor gas, mixer, blender,

oven, alat penggiling untuk adonan spageti, dll. Restoran ini sangat menjaga

keamanan dan kehigienisan dari proses produksinya supaya dapat menghasilkan

produk-produk yang berkulitas tinggi demi memuaskan para konsumen. Kapasitas

produksi rata-rata untuk DBC adalah 150 loyang, untuk frittata sebanyak 60

loyang dan untuk spageti sebanyak 50 piring. Sampai saat ini, DBC & Spageti

Restaurant masih belum dapat mencapai kapasitas produksi ini.

5.6.1 Proses Produksi DBC

Proses pembuatan DBC terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah

penimbangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat adonan DBC. Tahap

penimbangan ini dilakukan di gudang. Ukuran banyaknya bahan yang ditimbang

disesuaikan dengan resep yang ada. Tahap kedua yaitu pembuatan adonan DBC.

Bahan-bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur secara berurutan ke dalam

mixer. Adonan yang dibuat untuk membuat DBC terdiri dari dua adonan yaitu

adonan kue dan adonan coklat.

Tahap yang ketiga adalah pencetakan. Dua adonan yang sudah dibuat,

dimasukkan ke dalam loyang DBC yang sudah dialasi oleh aluminium foil agar

tidak lengket di loyang dengan kombinasi lapisan adonan berupa lapisan atas dan

bawah merupakan adonan kue dan lapisan tengah merupakan adonan coklat.

Bentuk loyang dan penggunaan aluminium foil sebagai alas DBC, merupakan

inovasi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant supaya memiliki ciri khas

yang dapat membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh restoran

lainnya. Setelah pencetakan, tahap terakhir dari proses produksi DBC ini adalah

pemanggangan. Adonan yang telah dicetak dimasukkan ke dalam oven untuk

dipanggang hingga matang. Death by Chocolate yang sudah matang dikeluarkan

dari oven dan setelah agak dingin, DBC siap untuk dilengkapi dengan

pemasangan batu nisan yang juga terbuat dari coklat dan sudah dicetak

sebelumnya pada salah satu bagian ujung loyangnya. Seluruh tahap produksi DBC

ini dapat dilihat pada gambar 8.

Keterangan: 1 = proses penimbangan bahan baku 2 = proses pencampuran bahan baku menjadi dua jenis adonan 3 = proses pencetakan adonan 4 = proses pemanggangan

5.6.2 Proses Produksi Frittata dan Spageti

Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan frittata dan spageti

adalah pembuatan spagetinya itu sendiri. Spageti dibuat sendiri oleh DBC &

Spageti Restaurant agar kesegaran dari produk yang dihasilkan dapat terjamin dan

DBC & Spageti Restaurant memiliki ciri khas tersendiri di lidah para

konsumennya. Pertama-tama, bahan baku yang diperlukan untuk membuat adonan

Bahan Baku

Adonan Kue

Adonan Coklat

Tiga Lapis DBC

Death by Chocolate

12 3 4

Gambar 8 Proses Produksi Death by Chocolate

spageti ditimbang sesuai dengan resep. Proses penimbangan ini dilakukan di

gudang. Tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan baku sampai menjadi

adonan.

Adonan spageti yang telah dibuat, digiling dengan menggunakan mesin

penggiling spageti sampai ketebalannya sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah

proses penggilingan, proses berikutnya yaitu pemotongan adonan spageti yang

disesuaikan dengan panjang loyang frittata dan yang dikehendaki untuk spageti

biasa. Spageti yang telah dipotong lalu direbus sampai al-dente dan ditiriskan.

Spageti yang telah direbus dan ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam

loyang yang sebelumnya telah dialasi oleh aluminium foil sampai hampir

memenuhi permukaan loyang. Bahan lain seperti potongan daging asap dan

kacang merah ditaruh di atasnya. Tahap terakhir yaitu spageti disiram campuran

saus mayones dan susu murni lalu dipanggang hingga matang.

Lain halnya dengan spageti bakar, spageti biasa tidak mengalami proses

pemanggangan. Spageti sebanyak ukuran tertentu yang telah direbus dan

ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam piring. Setelah itu, saus tomat dengan

daging cincang disiramkan di atasnya dan parutan keju parmesan ditaburkan pula

di atasnya. Menu frittata dan spageti yang lainnya memiliki proses produksi yang

sama. Hanya saja taburan atau bahan tambahan yang digunakannya saja yang

berbeda sesuai dengan menu yang dipesan. Proses produksi frittata dan spageti

dapat dilihat pada gambar 9.

Keterangan: 1 = Proses penimbangan bahan baku 2 = Proses pencampuran bahan baku 3 = Proses penggilingan adonan, pemotongan adonan dan perebusan spageti hingga al-dente 4 = Proses pencetakan, pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam loyang dan pemanggangan

untuk frittata; proses pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam spageti al-dente yang disajikan di atas piring

5.7 Strategi Promosi (Promotion)

Suatu usaha dalam pelaksanaannya, sangat memerlukan strategi promosi.

Tujuan dari kegiatan promosi itu sendiri adalah mengkomunikasikan keunggulan

yang terdapat pada suatu produk serta meyakinkan dan membujuk masyarakat

untuk membeli produk tersebut. Usaha yang baru berdiri akan lebih memerlukan

kegiatan promosi. Strategi promosi yang diterapkan harus dapat dilakukan

seefektif mungkin agar dapat menghemat biaya promosi. Kegiatan promosi akan

mendatangkan penjualan dan keuntungan. Akan tetapi manfaat dari kegiatan

promosi ini tidak akan langsung terasa.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk usaha yang masih

terbilang baru. Oleh karena itu, strategi promosi yang dilakukan pun harus

dilakukan secara gencar dan tepat sasaran supaya efektif. Sampai saat ini,

kegiatan promosi yang sudah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant masih

bersifat konvensional dan tidak kontinu. Frekuensi promosi yang tidak kontinu

dan lebih bersifat spontanitas menyebabkan kegiatan promosi di DBC & Spageti

432Bahan Baku Adonan

Spageti Spageti al-dente

frittata

Aneka spaget

1

Gambar 9 Proses Produksi Frittata dan Spageti

Restaurant belum optimal. Selain itu juga, terkadang masalah keterlambatan yang

bersifat teknis dapat menghambat terlaksananya kegiatan promosi yang sudah

direncanakan.

Bentuk-bentuk promosi yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant

diantaranya sebagai berikut :

1) Periklanan

a. Brosur Death by Chocolate (DBC) dan Flower by Chocolate (FBC)

Bentuk promosi berupa brosur DBC dilakukan pada awal pendirian

DBC & Spageti Restaurant. Kegiatan promosi ini dilakukan selama satu

minggu dan disebar di depan pintu tol Baranang Siang, gereja Katedral,

sekitar kawasan kebun raya, Balai Kota, Botani Square, Pia Apple Pie,

dan Macaroni Panggang. Brosur yang disebar sebanyak 3000 lembar.

Sebenarnya jumlah brosur DBC yang siap disebar adalah 10.000 lembar.

Akan tetapi, 7.000 lembar brosur DBC harus dimusnahkan karena

mendapat teguran dari pihak Death by Chocolate (DBC) Jakarta yang

merupakan cabang DBC International Limited yang ada di New Zealand.

Teguran tersebut disebabkan oleh brosur yang disebar oleh DBC &

Spageti Restaurant hanya menggunakan nama DBC. Selain itu, sekitar dua

puluh kaos pun harus dimusnahkan karena penggunaan istilah DBC pada

kaos tersebut. Pihak DBC & Spageti Restaurant dianggap telah melanggar

hak paten yang dimiliki oleh DBC yang ada di Pondok Indah Mal (PIM)

Jakarta tersebut. Oleh karena itu, sangsi berupa pemusnahan bentuk-

bentuk promosi itu pun tidak dapat dihindari.

Pada saat launching produk FBC, pihak manajemen juga

melakukan kegiatan promosi berupa penyebaran brosur FBC. Brosur ini

disebar di tempat-tempat strategis seperti tempat penyebaran brosur DBC

oleh karyawan DBC & Spageti Restaurant selama satu minggu.

b. Mini Banner FBC

Pemasangan bentuk promosi berupa mini banner ini dilakukukan di sekitar

Lapangan Sempur dan Jalan Pajajaran. Bentuk promosi ini dijalankan

sebanyak tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada saat Hari Raya Idul Fitri,

Hari Natal, dan Tahun Baru. Biasanya pemasangan mini banner ini

dilakukan pada satu minggu sebelum hari-hari besar tersebut.

c. Papan Reklame

Papan reklame DBC & Spageti Restaurant terdiri dari dua buah berukuran

1 m x 1,5 m.. Satu buah papan reklame dipasang di Taman Kencana dan

satu buah lagi dipasang di Lokasi Restoran.

d. Spanduk

DBC & Spageti Restaurant memiliki dua buah spanduk yang terdiri dari

satu buah spanduk yang dipasang secara paten di atas atap bangunan

restoran dan satu buah spanduk FBC yang dipasang di depan restoran.

2) Humas dan Publisitas

a. Wawancara di RRI

Jenis promosi ini, berupa wawancara selama sepuluh menit melalui

telepon yang dilakukan secara langsung pada saat siaran radio. Radio

Republik Indonesia (RRI) merupakan satu-satunya stasiun radio yang

pernah memberitakan DBC & Spageti Restaurant.

b. Menjual Nasi Murah dan Pakaian Bekas Layak Pakai

Bentuk promosi ini dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant sebagai

salah satu bentuk kepedulian sosial kepada masyarakat sekitar sekaligus

untuk memperkenalkan keberadaannya. Kegiatan ini dilakukan atas nama

Apple Pie Group. Kegiatan ini dilakukan dengan sistem pembagian dalam

hal penyediaan nasi, sayur, lauk dan buahnya untuk masing-masing unit

usaha APG. Adapun tempat penyelenggaraannya dilakukan secara

bergiliran pula. Jadi, setiap unit usaha APG termasuk DBC & Spageti

Restaurant mendapat giliran sebagai penyelenggara setiap tiga bulan satu

kali atau tiga kali dalam satu tahun. Kegiatan ini berupa penjualan paket

nasi komplit kepada anak-anak jalanan dan pedagang koran seharga Rp

300. Nasi yang dijual sebanyak 150 bungkus. Teknis dari kegiatan ini

adalah pada pagi hari, kupon disebar di lampu merah dan pada siang hari,

kegiatan penjualan nasi pun dilakukan dengan menukarkan kupon dan

membayar nasi sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Bersamaan

dengan hal itu, ada pula bazar yang menjual pakaian bekas layak pakai

dengan harga yang murah seperti Rp 300 dan Rp 500. Kegiatan ini

terselenggara atas sumbangan dari para donatur atau pengunjung.

c. Tayangan di Televisi

Adanya kegiatan promosi ini bermula dari rekomendasi yang dilakukan

oleh manajemen MP. Keunikan produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti

Restaurant, memberikan daya tarik tersendiri bagi stasiun-stasiun TV

lainnya untuk meliput restoran ini juga. Stasiun TV dan acaranya yang

pernah meliput DBC & Spageti Restaurant diantaranya Trans TV dalam

acara Wisata Kuliner, Jelang Siang, dan Good Morning; Trans 7 dalam

acara Unyil; Metro TV, TPI, dan Indosiar dalam acara berita; serta ANTV

dalam acara Planet Remaja. Bentuk promosi ini cukup efektif karena

berdampak pada banyaknya pengunjung yang berasal dari luar kota seperti

Jakarta ke DBC & Spageti Restaurant menurut supervisornya.

d. Sumbangan

Ketika Aceh dilanda musibah tsunami, APG yang memiliki kepekaan

sosial yang tinggi mengirimkan timnya untuk membantu para korban

dalam meringankan beban mereka. Bantuan yang diberikan berupa

pembagian bubur kacang hijau dan susu coklat.

e. Kunjungan ke Rumah Sakit Jiwa

Bentuk promosi ini dilakukan setiap satu bulan satu kali. Kegiatan ini

dilakukan atas nama APG dengan membagi-bagikan 50 bungkus kue

kepada para pasien yang ada di Rumah Sakit Jiwa Cilendek. Kegiatan ini

terpaksa dihentikan untuk sementara waktu karena APG sedang

merencanakan untuk mengganti tempat kunjungan sebagai upaya

pemerataan. Saat ini APG masih melakukan survei untuk tempat

kunjungan berikutnya.

3) Promosi penjualan

a. Discount

Potongan penjualan merupakan salah satu bentuk promosi yang dapat

memberikan insentif bagi konsumen. Selain itu, promosi ini juga memiliki

daya tarik tersendiri bagi para konsumen dan dapat mempengaruhi

keputusan pembelian mereka. Potongan pembelian yang diberlakukan oleh

DBC & Spageti Restaurant adalah sebesar 20 persen untuk semua produk

pada awal berdiri; serta 20 persen pada saat peluncuran FBC dan 15 persen

pada saat Hari Raya Idul Fitri untuk seluruh produk FBC. Bentuk promosi

ini masing-masing dilaksanakan selama satu minggu.

b. Peserta Food Expo

Menjadi peserta Food Expo yang diselenggarakan oleh IPB di IPB

International Convention Centre (IICC) dirasa merupakan kegiatan

promosi yang cukup efektif dalam memperkenalkan produknya. Produk

yang dijual di stand DBC & Spageti pada saat itu adalah DBC dan FBC.

Pameran tersebut berlangsung selama tiga hari dan menghasilkan

penjualan yang cukup banyak.

c. Sensasi Death by Chocolate

Bentuk promosi ini merupakan salah satu keunikan yang dimiliki DBC &

Spageti Restaurant dan merupakan kegiatan promosi yang cukup efektif.

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at-Minggu pada pukul 20.00 WIB.

Kegiatan ini berlangsung selama 10-15 menit. Gambaran dari kegiatan ini

adalah tepat pada pukul 20.00 WIB, lampu restoran dipadamkan dan

hanya lampu lilin yang ada di atas meja pengunjung yang menerangi

ruangan restoran. Pada saat itu, tiga sosok tubuh berjubah hitam lengkap

dengan memakai capuchon coklat, muncul dari bagian halaman belakang

restoran sambil membawa lonceng dan diiringi oleh musik kematian.

Mereka mendatangi meja pengunjung satu per satu dan berusaha

mendekati para pengunjung hingga mencapai pintu masuk restoran.

Setelah itu, sensasi tersebut masih berlanjut dengan masuknya kembali

ketiga sosok tersebut ke dalam restoran dan kembali mendatangi meja

pengunjung sambil membisikkan kata ”Selamat Datang” kepada setiap

pengunjung. Sensasi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para

pengunjung terutama yang berasal dari luar Kota Bogor untuk datang ke

DBC & Spageti Restaurant dan mencicipi produk-produknya.

VI. PENERAPAN STRATEGI PROMOSI

6.1 Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi

Strategi promosi yang tepat akan menghasilkan penjualan dan keuntungan

yang meningkat. Oleh karena itu, dalam penentuannya terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam penentuan strategi

promosi untuk produk-produk Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah

menentukan tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan strategi promosi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak DBC & Spageti Restaurant, dapat

diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari

kegiatan promosi yang dilakukannya, yaitu :

1. Meningkatkan Penjualan Produk

Setiap usaha pasti memiliki orientasi untuk mendapatkan keuntungan atau

laba. Hal tersebut juga merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai

oleh DBC & Spageti Restaurant. Peningkatan penjualan dari produk-produk

yang dijualnya adalah hal yang diharapkan dari adanya kegiatan promosi yang

dijalankannya. Laba yang diperoleh akan meningkat apabila penjualan yang

terjadi juga meningkat. Semakin meningkatnya laba tersebut akan

berpengaruh pada kelangsungan usaha yang dijalankan, kesejahteraan para

karyawan bahkan perluasan usaha.

2. Memperkenalkan Produk dan Lokasi

Produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant tergolong

produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, tujuan lain dari kegiatan

promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant adalah

memperkenalkan produk dan lokasi usaha restoran tersebut kepada pasar

sasaran atau para konsumennya maupun pasar potensial atau calon

konsumennya yang belum mengetahui keberadaannya. Melalui kegiatan

promosinya, DBC & Spageti Restaurant juga menginformasikan keunikan

dari produk-produk yang dimilikinya. Selain itu juga, Pihak DBC & Spageti

Restaurant berharap masyarakat akan mengenal produknya dan mengetahui

letak usahanya sehingga akan merasa tertarik untuk mengunjungi restoran dan

membeli produk-produknya.

6.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi

Hal kedua yang perlu diperhatikan setelah menentukan tujuan promosi

adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi

promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pihak manajemen restoran, serta dipadukan dengan teori

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi, maka

dapat diidentifikasi faktor-faktor dan sub faktor yang mempengaruhi penyusunan

strategi promosi DBC & Spageti Restaurant, yaitu :

1. Faktor Anggaran

a. Cash (Dana promosi berdasarkan perputaran kas restoran)

Perputaran kas restoran sangat mempengaruhi jumlah anggaran yang akan

dialokasikan untuk kegiatan promosi. Hal tersebut mengakibatkan besar

kecilnya anggaran akan ditetapkan oleh pihak manajemen berdasarkan

kemampuan keuangan restoran. Implikasi dari hal ini adalah dana yang

dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan restoran akan diprioritaskan

berdasarkan kepentingannya.

b. Invest (Promosi sebagai bentuk investasi)

Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan promosi dianggap sebagai

suatu bentuk investasi jangka panjang atau penanaman modal. Hal ini

berarti dana yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi akan memberikan

manfaat atau hasil tidak pada saat itu juga, akan tetapi pada masa yang

akan datang atau bersifat jangka panjang.

2. Faktor Karakteristik Produk

a. Sifat Produk

Produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant termasuk

ke dalam golongan consumer goods atau barang konsumsi sehingga dalam

kegiatan promosinya, tidak perlu penerangan khusus dalam

penggunaannya. Barang konsumsi mengandalkan periklanan dalam

kegiatan promosinya, akan tetapi bentuk promosi yang lainnya yang

mampu meningkatkan penjualan restoran dapat diterapkan juga

b. Mutu Produk

Mutu produk dapat menjadi kekuatan DBC & Spageti Restaurant dalam

memperkenalkan dan menawarkan produk-produknya. Mutu produk

tersebut dapat dilihat dari kesegaran bahan baku yang digunakan untuk

membuat produk-produknya dan kandungan gizi yang dimiliki oleh

produk tersebut dengan higienitas yang terjamin.

3. Faktor Karakteristik Pasar

a. Luas Geografi

Lokasi DBC & Spageti Restaurant yang berada di kota Bogor,

memungkinkan jangkauan pasar potensialnya secara geografis meliputi

kota Bogor dan kota-kota di luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Cianjur,

Sukabumi, dll. Oleh karena itu, pihak manajemen restoran perlu

mempertimbangkan bentuk promosi yang paling tepat untuk dapat

menjangkau luas pasar yang dimilikinya.

b. Segmen Pasar

Segmen pasar terdiri dari jenis pelanggan dan target konsumen. Pasar

sasaran DBC & Spageti Restaurant adalah konsumen dengan kelas

ekonomi menengah-atas, sedangkan target konsumennya adalah remaja

dan keluarga. Berdasarkan hal itu, DBC & Spageti Restaurant perlu

mempertimbangkan bentuk promosi yang efektif dan tepat sasaran.

4. Faktor Daur Hidup Produk

a. Penjualan

Berdasarkan Product Life Cycle (PLC), DBC & Spageti Restaurant berada

pada tahap pertumbuhan (growth) dengan tingkat penjualan yang mulai

meningkat tetapi masih fluktuatif. Selain itu, masyarakat Kota Bogor dan

di luar Kota Bogor masih banyak yang belum mengetahui keberadaan

produk dan lokasi usaha dari DBC & Spageti Restaurant. Oleh karena itu,

bentuk promosi yang dijalankan harus dapat meningkatkan penjualan dan

pemilihan strateginya harus mempertimbangkan tingkat penjualan yang

terjadi.

b. Laba

Besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan akan

mempengaruhi anggaran yang tersedia untuk kegiatan promosi. Seperti

halnya tingkat penjualan, tingkat laba ini juga dipengaruhi oleh posisi

produk pada daur hidup produknya. Semakin besar laba yang diperoleh

maka semakin besar pula dana yang tersedia untuk kegiatan promosi. Oleh

karena itu, laba yang diperoleh juga merupakan hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan strategi promosi yang tepat bagi DBC &

Spageti Restaurant.

5. Faktor Pesaing

Pesaing merupakan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha yang

sama, membidik pasar sasaran yang sama, ataupun memiliki produk yang

dapat dijadikan produk substitusi (substitute product), yang dapat

mengalihkan perhatian konsumen. Death by Chocolate & Spageti Restaurant

merupakan restoran coklat satu-satunya di kota Bogor untuk saat ini. Pesaing

sejenis terdapat di kota Jakarta, diantaranya Death by Chocolate dan Dapur

Coklat. Akan tetapi, restoran ini memiliki pesaing berupa produk substitusi

yang dijual oleh toko-toko roti dan kue yang ada di kota Bogor. Para pesaing

dan substite product ini termasuk usaha yang sudah terbilang mapan dengan

skala usaha yang sudah cukup besar. Oleh karena itu, pihak manajemen DBC

& Spageti Restaurant perlu mempertimbangkan bentuk promosi yang harus

dilakukannya agar dapat disesuaikan dengan bentuk promosi yang digunakan

oleh pesaing dan substitute product-nya itu.

6. Faktor Konsumen

a. Loyalitas Konsumen

Kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant

diharapkan dapat membentuk, mempertahankan, dan meningkatkan

loyalitas konsumen terhadap produk-produknya. Dengan demikian,

konsumen akan melakukan pembelian ulang.

b. Karakter Konsumen

Karakter konsumen yang dituju oleh DBC & Spageti Restaurant

didasarkan pada segmentasi ekonomi. Dilihat dari harga produknya,

restoran ini membidik konsumen kelas ekonomi menengah-atas dan

memilih konsumen sasaran dari kalangan remaja dan keluarga.

7. Faktor Bauran Pemasaran Lainnya (Selain Promosi)

a. Produk (Product)

Produk DBC & Spageti Restaurant merupakan makanan jadi yang

diantaranya memiliki bentuk penyajian yang unik karena berbeda dari

produk-produk lain yang sudah ada. Selain itu, khusus untuk produk DBC,

selain dapat dikonsumsi di restoran, DBC juga memiliki sistem take away

atau dibawa pulang dengan kemasan berupa box dan kantong plastik

berlabel DBC & Spageti sehingga dapat memberi nilai tambah pada

produk DBC tersebut. Produk-produk yang ditawarkan oleh restoran ini

terdiri dari aneka frittata, appetizer, soup, rice, spaghetti, dessert, hot

drinks, cold drinks. Adapun produk pendukung DBC & Spageti

Restaurant yang lainnya yaitu Flower by Chocolate (FBC), chocolate

stick, dan coklat telur paskah khusus selama event Hari Raya Paskah.

Produk-produk tersebut disajikan dalam porsi tertentu sehingga memiliki

ciri khas tersendiri.

b. Harga (Price)

Harga jual yang ditetapkan oleh DBC & Spageti Restaurant bervariasi

untuk setiap produknya. Price Range yang dimiliki oleh produk-produk

utama yang terdapat di DBC & Spageti Restaurant adalah Rp 3.000-Rp

54.000. Harga yang diterapkan ini sesuai dengan mutu yang dimiliki oleh

produk dan tingkat kepuasan atas pelayanan dan lay out restoran yang

khas bagi konsumen.

c. Tempat (Place)

Tempat produksi, distribusi dan konsumsi produk-produk DBC & Spageti

Restaurant terletak pada satu lokasi yang sama, yaitu di Jalan Ceremai No.

22 Kota Bogor. Lokasi ini tepatnya ada di dalam kawasan Taman

Kencana. Tempatnya relatif kurang strategis karena tidak terletak di jalan

raya, yang sering dilalui oleh banyak orang dan kendaraan. Oleh karena

itu, dalam penentuan bentuk promosinya, faktor tempat juga perlu

diperhatikan supaya dapat berjalan secara efektif.

d. Orang (People)

Seluruh personel DBC & Spageti Restaurant selalu mengenakan seragam

berupa kaos DBC & Spageti dan bagi karyawan bagian dapur dilengkapi

dengan celemek DBC & Spageti. Selain itu, sikap ramah kepada para

pengunjung juga selalu dilakukan oleh para karyawan restoran ini.

e. Proses (Process)

Proses pembuatan produk-produk DBC & Spageti Restaurant selalu

menjaga kehigienisan, kesegaran, dan kualitas produk seperti yang

diharapkan oleh para konsumen. Proses penyajian produk selalu

diusahakan secara cepat dan sesuai dengan pesanan.

f. Bukti Fisik (Physical Evidence)

Bukti fisik yang mendukung penyampaian produk DBC & Spageti

Restaurant terdiri dari tempat parkir yang cukup luas, empat buah toilet,

ruang mushalla sekaligus ruang administrasi, ruang meeting, dapur umum

dan dapur khusus untuk proses pemanggangan, ruang DBC, dan taman.

6.1.2 Analisis Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan

Strategi Promosi DBC & Spageti Restaurant

Proses identifikasi pada tahap sebelumnya memiliki maksud untuk

mengetahui urutan prioritas dari tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan

promosi yang dilakukan dan faktor mana yang paling berperan dalam penyusunan

strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Analisis identifikasi faktor-faktor

penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dilakukan dengan

menyusun model struktur hirarki keputusan dengan empat tingkat.

Tingkat 1 pada model struktur hirarki keputusan adalah fokus, yaitu

identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi.

Tingkat 2 adalah tujuan Death by Chocolate & Spageti Restaurant dalam

melakukan kegiatan promosinya. Tingkat 3 adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam menyusun strategi promosinya, yang terdiri dari anggaran,

karakteristik produk, karakteristik pasar, daur hidup produk, pesaing, konsumen,

dan bauran pemasaran lainnya. Adapun tingkat 4 adalah sub faktor penyusun

strategi promosi, yang merupakan penjabaran dari faktor-faktor yang ada pada

tingkat 3. Model struktur hirarki keputusan tujuan promosi dan faktor-faktor

penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Gambar

10.

Keterangan : Tingkat 1 : Fokus (Identifikasi faktor-faktor penyusun strategi promosi) Tingkat 2 : Tujuan Promosi DBC & Spageti Restaurant

Gambar 10 Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor

Tingkat 3

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE

& SPAGETI RESTAURANT BOGOR

MPj MPL

Agr Prd Psr Dhp Pes Kons Bpl

Cash

Invest Mutu

Sft

Sgmn

Geo

Laba

Pen

Kar

Lyl

Tpt

Hrg

Pro

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 4

Org

Prs

BF

MPj : Meningkatkan penjualan MPL : Memperkenalkan produk dan lokasi Tingkat 3 : Faktor Agr : Anggaran Prd : Karakteristik produk Psr : Karakteristik pasar

Dhp : Daur hidup produk Pes : Pesaing Kons : Konsumen Bpl : Bauran pemasaran lainnya (selain promosi)

Tingkat 4 : Sub faktor Cash : Besarnya anggaran promosi berdasarkan kas restoran

Invest : Promosi sebagai bentuk investasi perusahaan di masa yang akan datang Sft : Sifat produk Mutu : Mutu produk Geo : Luas geografi pasar Sgm : Segmen pasar Penj : Penjualan Laba : tingkat keuntungan yang diperoleh Lyl : Loyalitas konsumen Kar : Karakteristik konsumen Hrg : Harga Prod : Produk Tpt : Tempat Org : Orang Prs : Proses BF : Bukti Fisik

6.1.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal

Pengolahan AHP secara horizontal terdiri dari tiga bagian. Bagian yang

pertama adalah analisis tujuan DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan

kegiatan promosinya pada tingkat 2. Bagian yang kedua yaitu analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi pihak restoran dalam menentukan strategi promosinya

pada tingkat 3, dan bagian yang ketiga yaitu analisis sub faktor yang

mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant pada

tingkat 4.

Tujuan dari pengolahan elemen yang terdapat pada tingkat 2 yaitu

mengetahui prioritas dari tujuan yang hendak dicapai oleh DBC & Spageti

Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya. Hasil pengolahan pada

tingkat 2 tersebut menunjukkan bahwa DBC & Spageti Restaurant menempatkan

tujuan memperkenalkan produk dan lokasi pada prioritas pertama dengan bobot

0,750. Tujuan meningkatkan penjualan menempati prioritas kedua dengan bobot

0,250 (Tabel 12).

Tabel 12 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Tujuan Kegiatan Promosi)

Elemen Tujuan Bobot Prioritas

Meningkatkan penjualan 0.250 2 Memperkenalkan produk dan lokasi 0,750 1 Rasio Inkonsistensi 0,00

Berdasarkan tabel 12, dapat diidentifikasi bahwa tujuan utama yang ingin

dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya

yaitu memperkenalkan produk dan lokasi restoran. Pihak manajemen restoran

berharap produknya yang unik dan bermutu dapat dikenal, baik oleh masyarakat

Bogor maupun luar daerah Bogor. Selain itu, mereka juga berharap lokasi restoran

yang dirasa kurang strategis dapat dikenal pula melalui kegiatan promosi yang

dilakukannya.

Selama ini, pemberitaan mengenai DBC & Spageti Restaurant melalui

stasiun televisi cukup mendukung pihak DBC & Spageti Restaurant dalam

memperkenalkan produknya terutama bagi para konsumen yang berada di luar

daerah Bogor, akan tetapi masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui

keberadaan dari produk dan lokasi usahanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

kegiatan promosi yang dapat memperkenalkan produk dan lokasi usahanya

supaya masyarakat dapat menyadari keberadaan produk dan lokasi usahanya

dengan jelas. Produk-produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant

memiliki ciri yang khas dan keunikan tersendiri baik dari bentuk, cita rasa

maupun penyajiannya. Selain itu, produk-produknya juga memiliki kandungan

gizi yang baik untuk kesehatan. Keunggulan dari produknya tersebut didukung

pula oleh lay out dan suasana yang disajikan secara khas oleh DBC & Spageti

Restaurant pada lokasi restoran.

Tujuan kedua yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari

kegiatan promosi yang dilakukannya adalah meningkatkan penjualan. Hal ini

menjadi prioritas kedua dari tujuan DBC & Spageti Restaurant karena pihak

manajemen restoran beranggapan apabila produk dan lokasi usahanya sudah

dikenal oleh masyarakat Bogor dan luar daerah Bogor, maka jumlah pengunjung

dan tingkat penjualannya dapat meningkat dengan sendirinya. Tingkat penjualan

yang meningkat akan meyebabkan tingkat keuntungan yang didapatkan pun

meningkat. Hal ini merupakan suatu hal yang bagus bagi kelangsungan dan

pengembangan usaha restoran di masa yang akan datang.

Tabel 13 Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Faktor Penyusun Strategi Promosi)

Faktor yang mempengaruhi

Tujuan Agr Prd Psr Dhp Pes Kons Bpl

RI

MPj 0,187 0,212 0,168 0,071 0,046 0,211 0,105 0,09 MPL 0,220 0,111 0,092 0,067 0,220 0,220 0,071 0,08

Keterangan : MPj : Meningkatkan penjualan MPL : Memperkenalkan produk dan lokasi Agr : Anggaran Prd : Karakteristik produk Psr : Karakteristik pasar Dhp : Daur hidup produk Pes : Pesaing Kons : Konsumen Bpl : Bauran pemasaran lainnya RI : Rasio Inkonsistensi

Hasil pengolahan horizontal pada tingkat 3 menunjukkan faktor-faktor

yang mempengaruhi DBC & Spageti Restaurant dalam menentukan strategi

promosinya (Tabel 13). Pada Tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang

paling berpengaruh dalam meningkatkan penjualan DBC & Spageti Restaurant

adalah karakteristik produk dengan bobot 0,212. Faktor karakteristik produk

menjadi hal yang paling penting dalam penentuan strategi promosi DBC &

Spageti Restaurant karena pihak manajemen mengutamakan mutu dan keaslian

dari produk yang mereka tawarkan sehingga dapat memuaskan hati para

pelanggannya yang sebagian besar merupakan pencinta coklat. Selain itu,

keunikan yang terdapat dalam cita rasa, bentuk dan cara penyajian dari produk-

produknya, menyebabkan DBC & Spageti Restaurant perlu menginformasikan

keunggulan dari produk yang dimilikinya melalui kegiatan-kegiatan promosinya.

Dengan demikian, para konsumen akan merasa tertarik untuk mengunjungi dan

mencoba produk-produk yang ditawarkan oleh restoran tersebut sehingga tingkat

penjualannya pun akan meningkat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi DBC &

Spageti Restaurant dalam menyusun strategi promosi beserta bobotnya adalah

konsumen (0,211), anggaran (0,187), karakteristik pasar (0,168), bauran

pemasaran lainnya (0,105), daur hidup produk (0,071), dan pesaing (0,046).

Faktor anggaran, pesaing dan konsumen dalam mempengaruhi DBC &

Spageti Restaurant dalam menentukan strategi promosinya untuk mencapai tujuan

memperkenalkan produk dan lokasi memiliki bobot yang sama yaitu 0,220. Faktor

anggaran membutuhkan perhatian yang lebih karena umur usaha restoran ini baru

sekitar 2 tahun sehingga belum memiliki dana yang sangat mencukupi untuk

menunjang kegiatan-kegiatan promosi yang ingin dilakukan. Jumlah anggaran

sangat menentukan jenis promosi yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai

tujuan yang ingin dicapai oleh restoran. Semakin besar anggaran yang dimiliki

maka pihak manajemen restoran pun semakin leluasa dalam memilih bentuk

promosi yang paling tepat untuk dilakukan. Tujuan memperkenalkan produk dan

lokasi dari kegiatan promosi ini pada umumnya lebih didominasi oleh bentuk

promosi berupa periklanan, promosi penjualan dan publisitas yang relatif dapat

menyerap anggaran yang cukup besar. Oleh karena itu, dalam mempengaruhi

faktor-faktor penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant, faktor

anggaran menempati prioritas pertama.

Faktor pesaing berupa substitute product yang sudah cukup terkenal dan

memiliki letak yang strategis di Kota Bogor, bagi DBC & Spageti Restaurant

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena letaknya yang kurang

strategis dan produknya yang belum dikenal oleh sebagian masyarakat Bogor dan

luar daerah Bogor. Jenis-jenis bentuk promosi yang dilakukan oleh pesaing perlu

diamati sehingga dapat menjadi pembanding dan inspirasi dalam proses

penentuan strategi promosi yang tepat.

Faktor Konsumen mendapat perhatian yang cukup besar pula dalam

penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dalam mencapai tujuan

memperkenalkan produk dan lokasi. Pihak manajemen restoran perlu mengamati

bentuk promosi, waktu dan tempat pelaksanaan yang paling sesuai untuk dapat

menjangkau konsumen sasarannya yaitu kelompok remaja dan keluarga. Hal

tersebut akan menyebabkan kegiatan promosi yang dilakukan menjadi tepat

sasaran dan efektif. Faktor-faktor lain yang memiliki prioritas di bawah ketiga

faktor tersebut beserta bobotnya adalah karakteristik produk (0,111), karakteristik

pasar (0,168), bauran pemasaran lainnya (0,105), dan daur hidup produk (0,071).

Tabel 14 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Faktor Penyusun Strategi Promosi)

Pengolahan horizontal bagian ketiga yaitu analisis sub faktor yang

mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant pada

tingkat 4 (Tabel 14). Faktor anggaran menempatkan sub faktor cash dan invest

pada posisi yang sama dalam proses penyusunan strategi promosi yang tepat bagi

DBC & Spageti Restaurant dengan bobot masing-masing sebesar 0,500. Besarnya

anggaran yang dapat digunakan untuk kegiatan promosi sangat dipengaruhi oleh

kondisi perputaran kas yang terjadi di restoran. Besarnya penjualan yang

didapatkan dari setiap Rp 1 uang kas yang dikeluarkan menunjukkan perputaran

kas. Perputaran kas dapat menggambarkan efisiensi restoran dalam menggunakan

uang kasnya dalam menghasilkan penjualan. Semakin cepat perputaran kas yang

terjadi, maka semakin besar pula anggaran yang tersedia untuk melaksanakan

kegiatan promosi. Selain itu, anggaran yang dikeluarkan untuk menjalankan

Faktor Sub Faktor Bobot Prioritas RI Cash 0,500 1 Anggaran Invest 0,500 1 0,00

Sifat Produk 0,500 1 Karakteristik Produk Mutu Produk 0,500 1 0,00

Luas Geografi Pasar 0,500 1 Karakteristik Pasar Segmentasi pasar 0,500 1 0,00

Penjualan 0,833 1 Daur Hidup Produk Laba 0,167 2 0,00

Loyalitas Konsumen 0,833 1 Konsumen Karakteristik Konsumen 0,167 2

0,00

Produk 0,312 1 Harga 0,058 6 Tempat 0,284 2 Orang 0,113 4 Proses 0,142 3

Bauran Pemasaran Lainnya

Bukti Fisik 0,092 5

0,06

promosi dianggap sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang oleh DBC &

Spageti Restaurant. Investasi dalam bentuk ini akan dirasakan manfaatnya pada

masa yang akan datang dan akan berdampak positif bagi kemajuan usaha DBC &

Spageti Restaurant jika strategi promosi yang dijalankan berhasil. Oleh karena itu,

kedua sub faktor untuk faktor anggaran ini memiliki tingkat kepentingan yang

sama dalam menyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant.

Faktor karakteristik produk memprioritaskan kedua sub faktornya yaitu

sifat dan mutu produk dengan bobot masing-masing sebesar 0,500. Pihak

manajemen DBC & Spageti Restaurant beranggapan bahwa sifat produk sebagai

barang konsumsi perlu mendapatkan perhatian juga dalam menyusun strategi

promosinya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan promosinya, pihak

restoran tidak perlu mencantumkan cara penggunaan produknya seperti halnya

pada barang industri. Subfaktor mutu produk juga sangat perlu diperhatikan dalam

menentukan strategi promosi karena produk DBC & Spageti Restaurant yang

memiliki mutu, kandungan gizi, dan cara penyajian yang baik akan menjadi suatu

keunggulan. Keunggulan yang dimiliki oleh produk DBC & Spageti Restaurant

ini penting untung diinformasikan kepada masyarakat agar dapat menarik mereka

untuk berkunjung ke restoran dan membeli produk-produknya.

Luas geografi dan segmentasi pasar yang dimiliki oleh DBC & Spageti

Restaurant termasuk sub faktor karakteristik pasar dalam penyusunan strategi

promosinya. Kedua sub faktor tersebut memiliki bobot yang sama yaitu 0,500

sehingga harus diperhatikan secara seimbang. Masyarakat Bogor dan luar daerah

Bogor (Jadetabek, Sukabumi, Cianjur, Bandung) masih banyak yang belum

mengetahui keberadaan produk dan lokasi DBC & Spageti Restaurant. Melalui

kegiatan promosi yang tepat, maka luas geografi pasar yang dimilikinya pun dapat

dijangkau. Selain itu, sub faktor segmentasi pasar juga tak kalah pentingnya untuk

diperhatikan dalam penyusunan strategi promosi di restoran ini. Segmentasi pasar

yang dipilih oleh restoran ini adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi

menengah-atas dengan kelompok konsumen dari kalangan remaja dan keluarga.

Oleh karena itu, pihak manajemen restoran perlu mempertimbangkan sub faktor

ini agar strategi promosi yang dijalankan dapat tepat sasaran.

Pada faktor daur hidup produk, sub faktor penjualan menempati prioritas

yang pertama dengan bobot 0,833. Anggaran yang dapat digunakan untuk

menjalankan kegiatan promosi akan sangat tergantung pada tingkat penjualan

yang dicapai. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat penjualan, maka semakin

banyak pula dana yang tersedia untuk kegiatan promosi. Subfaktor laba

menempati prioritas yang kedua dengan bobot 0,167. Pihak manajamen DBC &

Spageti Restaurant meduga bahwa apabila tingkat penjualan tinggi, maka tingkat

laba yang diperoleh pun akan tinggi pula. Hal ini menyebabkan dana untuk

melakukan kegiatan promosi di restoran ini pun akan tersedia dalam jumlah yang

besar dengan sendirinya.

Faktor konsumen menempatkan sub faktor loyalitas konsumen pada

prioritas pertama dengan bobot 0,833 dan sub faktor karakteristik konsumen pada

prioritas kedua dengan bobot 0,167. Pihak manajemen restoran berfikir bahwa

dalam menyusun strategi promosi yang tepat, perlu dipertimbangkan bentuk

promosi yang paling tepat agar dapat membuat konsumen potensialnya menjadi

loyal terhadap produk restoran. Setelah membuat konsumen potensialnya loyal,

pihak manajemen restoran hanya perlu memfokuskan kegiatan promosi yang tepat

bagi konsumen sasarannya sesuai dengan karakter konsumennya. Dengan

demikian, restoran ini tidak hanya mendapat konsumen sasaran yang loyal, akan

tetapi konsumen potensial yang loyal juga.

Pada faktor bauran pemasaran lainnya, sub faktor produk menempati

prioritas pertama dengan bobot 0,312. hal ini disebabkan oleh keunikan dari

produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant sangat dipertimbangkan

dalam penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant yang tepat.

Prioritas kedua ditempati oleh sub faktor tempat dengan bobot 0,284. Lokasi

usaha DBC & Spageti Restaurant yang relatif kurang strategis menyebabkan

pihak manajemen perlu memperhitungkan sub faktor ini dalam penyusunan

strategi promosinya yang tepat. Proses yang meliputi keseluruhan aktivitas yang

ada di DBC & Spageti Restaurant dianggap cukup penting untuk diperhitungkan

dalam penyusunan strategi promosi yang tepat sehingga sub faktor ini menempati

prioritas ketiga dengan bobot 0,142.

Sub faktor orang yang membuat hingga menyajikan produk-produk di

DBC & Spageti Restaurant turut mempengaruhi persepsi konsumen terhadap

mutu produk dan kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh

karena itu, sub faktor orang menempati prioritas keempat dengan bobot 0,113.

Lingkungan fisik yang ada di sekitar tempat penyampaian jasa menjadi sesuatu

hal yang dipertimbangkan pula oleh pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant

dalam penyusunan strategi promosi yang tepat karena hal tersebut dapat

meningkatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, sub faktor bukti fisik

menempati prioritas kelima dengan bobot 0,092. Sub faktor harga dengan bobot

0,058 menmpati prioritas akhir karena pihak manajemen DBC & Spageti

Restaurant beranggapan bahwa dengan menentukan kelima bauran strategi

pemasaran dengan baik, maka harga pun akan dianggap tidak terlalu penting oleh

konsumen. Hal ini juga sesuai dengan mutu dan keunikan produk serta segmentasi

pasar yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant.

6.1.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal

Analisis pengolahan secara vertikal dilakukan dengan menyusun prioritas

yang paling berpengaruh pada setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan

terhadap sasaran utama atau fokus dari pihak manajemen DBC & Spageti

Restaurant. Analisis pengolahan secara vertikal ini dilakukan pada tingkat 2,

tingkat 3, dan tingkat 4. Pengolahan secara vertikal ini dimaksudkan untuk hirarki

keputusan bagi penentuan faktor-faktor penyusun strategi promosi Death by

Chocolate & Spageti Restaurant. Pengolahan secara vertikal pada tingkat 2, yaitu

pada elemen-elemen tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan promosi memberikan

hasil yang sama dengan hasil pengolahan pada tingkat 2 secara horizontal, yaitu

tujuan memperkenalkan produk dan lokasi menempati prioritas pertama dengan

bobot 0,750 dan tujuan meningkatkan penjualan menempati prioritas kedua

dengan bobot 0,250. Oleh karena itu, kedua hal tersebut tidak akan diuraikan lagi

pada bagian ini.

Elemen faktor yang menyusun strategi promosi DBC & Spageti

Restaurant pada tingkat 3 memberikan hasil pengolahan secara vertikal berupa

faktor konsumen yang menempati prioritas pertama dengan bobot 0,218.

Loyalitas konsumen yang ingin dibentuk oleh pihak manajemen melalui kegiatan

promosinya dan karakteristik konsumen sasaran dengan kelas ekonomi

menengah-atas serta kelompok konsumen dari kalangan remaja dan keluarga

menjadikan faktor konsumen sebagai faktor yang paling penting untuk

dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosinya. Dengan memperhatikan

faktor tersebut, pihak manajemen restoran harus dapat menyusun strategi promosi

yang sedemikian rupa sehingga para konsumennya menjadi loyal terhadap

produk-produk yang ditawarkannya.

Faktor kedua yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC &

Spageti Restaurant adalah anggaran dengan bobot 0,211. Pihak manajemen

beranggapan faktor anggaran perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena dana

yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan restoran masih sangat terbatas. Hal ini

dikarenakan usaha ini baru berdiri sekitar 2 tahun. Penggunaan dana yang terbatas

ini harus secara efisien dan efektif supaya dapat memberikan pengembalian yang

besar dan cepat kepada restoran. Dengan demikian, pihak manajemen harus dapat

menyusun strategi promosi yang dapat mengoptimalkan sumber daya berupa dana

yang ada.

Faktor pesaing dipilih sebagai prioritas ketiga dengan bobot 0,176 dalam

proses penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Restoran ini

merupakan restoran coklat satu-satunya di Bogor akan tetapi memiliki pesaing

(substitute product) berupa toko kue dan roti yang cukup banyak dan sudah sangat

terkenal di Kota Bogor serta memiliki letak yang lebih strategis jika dibandingkan

dengan letak DBC & Spageti Restaurant. Oleh karena itu, dalam menyusun

strategi promosinya, pihak manajemen harus mengamati kegiatan-kegiatan

promosi yang dilakukan oleh para pesaingnya tersebut supaya sebagai usaha yang

baru berdiri, DBC & Spageti Restaurant dapat bertahan dalam situasi persaingan

yang semakin ketat.

Faktor keempat yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC &

Spageti Restaurant adalah karakteristik produk dengan bobot 0,135. keunggulan

produk berupa keunikan yang dimiliki olehnya seperti cita rasa, bentuk dan cara

penyajian perlu mendapatkan perhatian yang cukup pula dari pihak manajemen.

Hal ini perlu dipublikasikan kepada masyarakat supaya mereka dapat merasa

tertarik untuk mengunjungi dan membeli produk-produk yang ditawarkan oleh

restoran ini. Dengan demikian, pihak manajemen harus menyusun strategi

promosi yang tepat supaya keunggulan yang dimiliki produknya ini dapat

tersampaikan dengan baik kepada para konsumen.

Faktor karakteristik pasar dengan bobot 0,112 menempati prioritas kelima

dalam proses penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Pasar

yang berarti konsumen potensial merupakan objek dalam melakukan kegiatan

promosi. Keberadaan pasar ini perlu diperhatikan dalam hal luas geografis dan

segmentasinya. Hal tersebut dilakukan supaya kegiatan promosi yang dijalankan

dapat tepat sasaran. Pemilihan strategi promosi yang memperhatikan

karakateristik pasarnya diharapkan dapat memungkinkan pihak restoran dalam

mencapai tujuan promosi yang telah ditetapkan.

Faktor keenam yang mempengaruhi pihak manajemen restoran dalam

menyusun strategi promosinya adalah daur hidup produk dengan bobot 0,076.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan menyangkut daur hidup produk DBC &

Spageti Restaurant yang masih berada pada tahap pertumbuhan (growth) adalah

penjualan dan laba. Tingkat penjualan harus selalu diperhatikan dalam

melaksanakan kegiatan operasional restoran, terlebih lagi dalam penyusunan

strategi promosi yang akan dilakukan. Apabila tingkat penjualan meningkat, maka

tingkat keuntungan atau laba pun akan meningkat. Hal ini menyebabkan anggaran

yang tersedia untuk melakukan kegiatan promosi pun akan semakin besar. Dana

yang besar akan memberikan keleluasaan bagi pihak manajemen restoran dalam

memilih bentuk promosinya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,

penyusunan strategi promosi pun akan berjalan lancar.

Faktor bauran pemasaran lainnya dengan bobot 0,073 merupakan faktor

terakhir yang harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi restoran.

Hal tersebut dikarenakan pada tahap awal didirikannya usaha ini, pihak

manajemen restoran telah memperhitungkan dengan cermat mengenai produk apa

saja yang akan dibuat sesuai dengan kesukaan para konsumen sasarannya, berapa

harga yang harus diterapkan pada setiap produknya supaya restoran mendapatkan

keuntungan yang maksimal, dan bagaimana rancangan mengenai tempat usaha

yang tepat dan nyaman bagi para pengunjung. Bagaimana personel DBC &

Spageti Restaurant bersikap ramah kepada para konsumen sehingga konsumen

merasa senang. Proses pembuatan produk dan penyajiannya yang cepat dan tepat

sesuai dengan pesanan dan bukti fisik yang dimiliki oleh DBC & Spageti

Restaurant yang mampu mendukung penyampaian produknya kepada para

konsumen. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut pada proses penyusunan strategi

promosi hanya merupakan hal-hal tambahan yang perlu mendapat perhatian juga

dari pihak manajemen.

Hasil pengolahan secara vertikal pada tingkat 4 yaitu analisis terhadap sub

faktor dari setiap faktor yang berada pada tingkat 3. Hasil dari pengolahan pada

tingkat ini memiliki beberapa kesamaan pada urutan prioritasnya, hanya saja

bobotnya berbeda. Oleh karena itu, pada bagian ini tidak akan dijelaskan secara

mendetil. Prioritas pertama yang dipilih pada sub faktor yang mempengaruhi

penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant adalah loyalitas

konsumen dengan bobot 0,181. Adapun sub faktor lainnya yang berada di bawah

prioritas pertama tersebut adalah pesaing (0,176), cash (0,106), invest (0,106),

sifat produk (0,068), mutu produk (0,068), penjualan (0,057), luas geografi pasar

(0,056), segmentasi pasar (0,056), karakteristik konsumen (0,036), produk

(0,025), tempat (0,023), proses (0,011), orang (0,009), bukti fisik (0,007), dan

harga (0,005).

Pada gambar 11 dapat dilihat hasil pengolahan vertikal secara keseluruhan.

Rasio inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0,08 yang menunjukkan bahwa mutu

informasi yang diberikan masih dapat diterima dan dapat dipercaya. Dengan kata

lain, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten

karena berada dibawah atau sama dengan 0,1.

Gambar 11 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor

Rasio Inkonsistensi Keseluruhan = 0,08

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI DEATH BY

CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT

MPj 0,750

MPL 0,250

Agr 0,211

Prd 0,135

Psr 0,112

Dhp 0,076

Pes 0,176

Kons 0,218

Bpl 0,073

Cash 0,106

Invest 0,106

Mutu 0,068

Sft 0,068

Sgmn 0,056

Geo 0,056

Laba 0,011

Penj 0,057

Kar 0,036

Lyl 0,181

Tpt 0,014

Hrg 0.020

Prod 0,046

Tingkat 1

Tingkat 3

Tingkat 2

Tingkat 4

Org 0,009

Prs 0,011

BF 0,007

6.2 Analisis Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat

Alternatif strategi promosi akan dapat dirumuskan setelah faktor kendala

yang dihadapi dan faktor pendukung yang dimiliki oleh DBC & Spageti

Restaurant telah diidentifikasi. Kendala dalam hal ini, artinya segala sesuatu yang

berasal dari dalam maupun luar restoran yang menyulitkan dan menghambat

pihak manajemen restoran dalam menyusun dan menjalankan kegiatan promosi.

Di sisi lain, pendukung merupakan segala sesuatu yang berasal dari dalam dan

luar restoran, yang dapat memudahkan pihak manajemen restoran dalam

menyusun dan melakukan kegiatan promosi. Hal-hal yang menjadi kendala yang

dihadapi dan pendukung yang dimiliki oleh restoran tersebut akan menjadi

pertimbangan dalam menyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant.

6.2.1 Identifikasi Kendala dan Pendukung yang Dimiliki Oleh DBC &

Spageti Restaurant dalam Penyusunan Strategi Promosi

Menurut hasil wawancara dengan pihak manajemen DBC & Spageti

Restaurant, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala dan

pendukung DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan strategi promosi.

Kendala yang dihadapi oleh DBC & Spageti Restaurant antara lain :

1. Manajemen

Kendala manajemen merupakan kendala yang datangnya dari dalam restoran

(internal), yang dapat menghambat pihak manajemen restoran dalam

menyusun dan melakukan strategi promosi. Subkendala dari faktor kendala

manajemen ini terdiri dari :

a. Dana, berkenaan dengan sejumlah uang yang dimiliki oleh restoran untuk

menjalankan strategi promosi yang jumlahnya masih terbatas.

b. Sumber daya manusia, berkenaan dengan jumlah sumber daya manusia

yang dimiliki oleh restoran, yang masih bersifat terbatas dalam

pelaksanaan strategi promosi.

2. Sikap

Kendala sikap merupakan faktor kendala yang berasal dari luar restoran dan

dapat menghambat pelaksanaan strategi promosi restoran. Subkendala yang

perlu diperhatikan antara lain :

a. Masyarakat, berkenaan dengan sikap kurang ramah yang ditunjukkan oleh

masyarakat terhadap pelaksanaan strategi promosi restoran.

b. Pengunjung, berkenaan dengan sikap kurang appreciate yang mungkin

akan dilakukan oleh pengunjung terhadap pelaksanaan strategi promosi

restoran.

Selain faktor kendala, DBC & Spageti Restaurant juga memiliki faktor

pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan strategi promosinya, yaitu :

1. Keadaan Restoran

Keadaan restoran dalam hal ini berkenaan dengan unsur-unsur dan kegiatan

yang terdapat dalam restoran sebagai suatu bentuk usaha yang dapat

mendukung dalam strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Beberapa sub

pendukung yang dimiliki oleh restoran tersebut diantaranya :

a. Fasilitas restoran, berhubungan dengan fasilitas fisik yang dimiliki oleh

restoran dan dapat membantu dalam penentuan strategi promosi yang

tepat.

b. Struktur organisasi yang fleksibel dan budaya kerja yang cooperative

dengan peraturan yang tidak begitu mengikat, dapat mendukung restoran

dalam menjalankan strategi promosinya.

2. Produk

Produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant memiliki keunggulan

tersendiri yang tidak dimiliki oleh produk-produk lain. Hal tersebut menjadi

pendukung bagi penentuan strategi promosi yang tepat. Subpendukung yang

perlu diperhatikan, yaitu :

a. Sifat produk, berkenaan dengan kualitas produk Death by Chocolate &

Spageti Restaurant yang baik dengan kandungan gizi yang baik pula dan

cita rasanya yang khas dan membuat orang tertarik untuk mencobanya

kembali.

b. Keunikan produk, berkenaan dengan bentuk produk; cara penyajian

produk; cara pengemasan untuk produk take away yaitu dengan box dan

kantong plastik khas berlabel DBC & Spageti yang memuat alamat, nomor

telepon, alamat email, dan waktu operasi DBC & Spageti Restaurant. Hal

tersebut akan membantu orang dalam mengenal dan mengingat restoran

ini sehingga dapat mendukung dalam penentuan strategi promosi yang

efektif.

3. Unit Usaha Apple Pie Group (APG) lainnya

Kehadiran unit usaha APG lainnya seperti Macaroni Panggang dan Pia Apple

Pie dengan letak yang tidak terlalu berjauhan dari letak DBC & Spageti

Restaurant, dapat mendukung DBC & Spageti Restaurant dalam penentuan

strategi promosi yang tepat. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh

unit usaha APG lainnya ini dalam pelaksanaan strategi promosi DBC &

Spageti Restaurant adalah rekomendasi yang diberikan kepada para

pengunjung untuk dapat mengunjungi DBC & Spageti Restaurant juga

ataupun sebagai tempat pelaksanaan kegiatan promosi.

Setelah mengidentifikasi faktor kendala dan pendukung yang dimiliki oleh

DBC & Spageti Restaurant, maka tahap selanjutnya adalah penyusunan alternatif

strategi promosi yang tepat dan dapat dijalankan oleh pihak restoran demi

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pihak manajemen restoran dan dikaitkan dengan studi literatur, alternatif strategi

promosi yang dapat diidentifikasi diantaranya :

1. Alternatif 1, yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah

frekuensi pelaksanaan). Pihak manajemen restoran tetap menjalankan strategi

promosi yang telah dijalankan selama ini (brosur, mini banner, tayangan di

TV, sensasi Death by Chocolate, menjadi peserta pameran, menjadi donatur,

wawancara di RRI, berita di Koran, potongan harga, kunjungan ke RSJ,

menjual nasi murah dan pakaian bekas layak pakai, spanduk, papan reklame)

dan atau hanya perlu meningkatkan frekuensi pelaksanaannya saja.

2. Alternatif 2, yaitu strategi promosi yang menitikberatkan pada periklanan.

Strategi promosi yang dilakukan pada alternatif yang kedua ini diantaranya

above the line (iklan di media cetak dan media elektronik), below the line

(leaflet, spanduk, serta media luar ruangan seperti papan reklame dan banner).

3. Alternatif 3, menitikberatkan pada promosi penjualan. Strategi ini dapat

dilakukan dengan cara memberikan potongan harga (discount) kepada para

konsumen; memberikan hadiah (voucher) berupa produk restoran pada event-

event tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain; mengikuti pameran,

bazar atau pekan raya; memberikan sampel produk.

4. Alternatif 4, merupakan strategi promosi yang memfokuskan pada hubungan

masyarakat (humas) dan publisitas. Bentuk-bentuk promosi yang dapat

dilakukan pada strategi ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada acara-

acara tertentu dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan;

menjadi narasumber dalam talk show pada suatu acara yang diliput oleh

stasiun radio; menampilkan berita-berita mengenai produk-produk DBC &

Spageti Restaurant maupun profil perusahaan yang diliput oleh media cetak

atau media elektronik yang dilakukan secara kerja sama dengan pihak terkait.

5. Alternatif 5, memfokuskan kegiatan promosi pada pemasaran langsung. Pihak

restoran dapat menggunakan saluran-saluran langsung konsumen untuk

menjangkau dan atau menyerahkan produk kepada konsumen tanpa

menggunakan perantara. Saluran ini terdiri dari telepon, faksimil, email,

website; peralatan bergerak (dalam hal ini delivery order); mengoptimalkan

penjualan produk melalui outlet.

6.2.2 Analisis Model Alternatif Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat

Alternatif strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant

dapat ditentukan melalui model hirarki keputusan dengan lima tingkat (Gambar

12 halaman 113). Berdasarkan model tersebut, prioritas terhadap kelima alternatif

strategi promosi yang tepat bagi restoran pun dapat diketahui. Tingkat 1

merupakan fokus dari hirarki tersebut, yaitu alternatif strategi promosi yang tepat

bagi DBC & Spageti Restaurant. Tingkat 2 merupakan kendala dan pendukung

yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih strategi promosi yang

tepat. Tingkat 3 merupakan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki

restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat. Tingkat 4 adalah sub kendala

dan sub pendukung yang merupakan penjabaran dari kendala dan pendukung yang

berada pada tingkat 3. Adapun tingkat tingkat 5 merupakan alternatif strategi

promosi yang dapat dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant.

Keterangan : Tingkat 1 : Fokus (Analisis Pemilihan Strategi promosi yang Tepat) Tingkat 2 : Dasar Pemilihan

Kendala : Segala sesuatu baik yang berasal dari dalam maupun luar restoran yang menghambat pihak restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat

Pendukung : Segala sesuatu yang memudahkan restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat

Tingkat 3 : Kendala dan pendukung Man : Manajemen DBC & Spageti Restaurant

Gambar 12 Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant

ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI PROMOSI YANG TEPAT

KendalaPendukung

Man Skp

Dana

SDMMasy

Pjg

Res Prod US

Fslt

SO

Sft

unik

Alt 1 Alt 3Alt 2 Alt 4 Alt 5

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Tingkat 5

Skp : Sikap Rest : Restoran Prod : Produk USL : Unit usaha APG lainnya Tingkat 4 : Sub kendala dan sub pendukung Dana : Dana restoran untuk kegiatan promosi SDM : Sumber daya manusia Masy : Masyarakat, berkenaan dengan sikap kurang ramah yang dilakukannya

terhadap kegiatan promosi restoran

Pjg : Pengunjung, berkenaan dengan sikap kurang appreciate dari pengunjung terhadap

bentuk promosi yang dilakukan restoran Fslt : Fasilitas yang dimiliki oleh restoran SO : Struktur organisasi restoran yang fleksibel Sft : Sifat produk Unik : Keunikan produk Tingkat 5 : Alternatif strategi promosi Alt 1 : Tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) Alt 2 : Memfokuskan pada periklanan

Alt 3 : Memfokuskan pada promosi penjualan Alt 4 : Memfokuskan pada hubungan masyarakat (Humas) Alt 5 : Memfokuskan pada pemasaran langsung

6.2.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal yang pertama dilakukan pada tingkat 2 (Tabel 15)

yang menunjukkan bobot dan prioritas yang dapat dijadikan sebagai dasar

pertimbangan dalam pemilihan kendala yang dihadapi dan pendukung yang

dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun strategi promosi yang

tepat.

Tabel 15 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Dasar Pemilihan)

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa faktor kendala menempati

prioritas pertama dengan bobot 0,750 dan faktor pendukung menempati prioritas

kedua dengan bobot 0,250. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun

strategi promosinya, DBC & Spageti Restaurant lebih memperhatikan faktor

Dasar Pemilihan Bobot Prioritas Kendala 0,750 1 Pendukung 0,250 2 Rasio Inkonsistensi 0,00

kendala yang dihadapi dari pada faktor pendukung yang dimiliki. Pihak

manajemen beranggapan bahwa mereka harus mengantisipasi setiap kemungkinan

kendala yang dapat menghambat kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan

promosinya. Dengan demikian, strategi promosi dapat berjalan sesuai dengan

rencana dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Faktor pendukung

menjadi prioritas kedua karena pihak manajemen berfikir bahwa strategi promosi

akan berjalan semakin baik apabila ditambah dengan hal–hal yang dapat

mendukungnya.

Pengolahan horizontal yang kedua dilakukan pada tingkat 3 (Tabel 16)

yang menunjukkan bobot dan prioritas elemen kendala yang dihadapi dan

pendukung yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun

strategi promosinya.

Tabel 16 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Kendala dan Pendukung)

Pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa elemen manajemen menjadi prioritas

pertama dalam faktor kendala dengan bobot 0,833. Kendala manajemen sangat

mempersulit pihak manajemen dalam penentuan strategi promosi DBC & Spageti

Restaurant mengingat restoran ini baru berdiri sekitar 2 tahun sehingga dana yang

dimiliki untuk melakukan kegiatan promosi pun masih terbatas. Selain itu, dalam

menjalankan berbagai kegiatan promosinya, restoran ini belum memiliki jumlah

sumber daya manusia yang mencukupi. Elemen sikap menjadi prioritas kedua

Dasar Pemilihan Elemen Bobot Prioritas RI Manajemen 0,833 1 Kendala Sikap 0,167 2 0,00

Restoran 0,429 1 Produk 0,429 1 Pendukung Unit Usaha APG Lainnya 0,143 2

0,00

dalam faktor kendala dengan bobot 0,167. pihak manajemen berfikir bahwa

gangguan berupa sikap yang kurang appreciate terhadap bentuk promosi yang

dijalankan tidak terlalu menyulitkan pihak manajemen dalam menentukan strategi

promosi restoran karena masih dapat ditanggulangi dengan memilih alternatif

strategi yang lain.

Pengolahan horizontal yang ketiga dilakukan pada tingkat 4 (Tabel 17)

yang menunjukkan bobot dan prioritas elemen sub kendala yang dihadapi dan sub

pendukung yang dimiliki dalam menyusun strategi promosi yang tepat.

Tabel 17 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Kendala dan Sub Pendukung)

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa sub kendala dana dan

sumber daya manusia memiliki bobot yang sama yaitu 0,500 sehingga keduanya

sama-sama diprioritaskan oleh DBC & Spageti Restaurant. Pihak manajemen

merasa dana yang miliki oleh restoran untuk melakukan kegiatan promosi masih

sangat terbatas sehingga dalam menyusun strategi promosinya, mereka tidak

memiliki keleluasaan. Selain itu, sumber daya manusia yang mereka miliki masih

sangat terbatas pula dalam proses penentuan strategi promosi dan pelaksanaannya.

Oleh karena itu, dalam penyusunan strategi promosinya, mereka sangat

mempertimbangkan kedua sub kendala tersebut.

Elemen Sub elemen Bobot Prioritas RI Dana 0,500 1 Manajemen SDM 0,500 1

0,00

Masyarakat 0,500 1 Sikap Pengunjung 0,500 1

0,00

Fasilitas 0,500 1 Restoran Struktur Organisasi 0,500 1 0,00

Sifat 0,167 2 Produk Keunikan 0,833 1 0,00

Subkendala masyarakat dan pengunjung pada kendala sikap menempati

prioritas yang sama dengan bobot masing-masing 0,500. Sikap masyarakat yang

kurang ramah dan pengunjung yang kemungkinan akan kurang appreciate

terhadap bentuk promosi yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant,

membuat pihak menajemen sangat memperhatikan kedua sub kendala ini. Hal

tersebut dikarenakan mereka tidak menginginkan adanya hambatan yang berarti

dalam pelaksanaan kegiatan promosinya.

Pada faktor pendukung restoran, sub pendukung fasilitas dan struktur

organisasi mendapatkan perhatian yang sama dari pihak manajemen dengan bobot

0,500. Dalam menyusun strategi promosinya, DBC & Spageti Restaurant

mengoptimalkan pendukung berupa fasilitas fisik yang dimiliki untuk melakukan

kegiatan promosi seperti mini banner, spanduk, dan kendaraan operasional. Selain

itu, mereka juga sangat memanfaatkan struktur organisasi mereka yang bersifat

fleksibel sehingga kegiatan promosinya dapat berjalan dengan lancar.

Subpendukung keunikan produk pada faktor pendukung produk

menempati prioritas pertama dengan bobot 0,833. Keunikan produk seperti cita

rasa, bentuk, dan cara penyajian yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant,

merupakan hal yang sangat mendukung pihak manajemen dalam menyusun

strategi promosinya. Subpendukung sifat produk menempati prioritas kedua

dengan bobot 0,167. Sifat produk restoran yang memiliki kualitas dan kandungan

gizi yang baik serta cita rasa yang enak, sudah dirasa jelas oleh pihak manajemen

dan baru dapat diketahui oleh para pengunjung setelah mencobanya. Oleh karena

itu, pihak manajemen tidak terlalu memperhatikan sub faktor pendukung ini

dalam proses penyusunan strategi promosinya.

Pengolahan horizontal yang keempat dilakukan pada tingkat 5 (Tabel 18)

yang menunjukkan alternatif strategi promosi mana saja yang dianggap paling

sesuai untuk masing-masing sub kendala yang dihadapi dan sub pendukung yang

dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant.

Tabel 18 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Alternatif Strategi Promosi)

Keterangan : Alternatif 1 : Tidak melakukan perbahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) Alternatif 2 : Menitikberatkan pada periklanan Alternatif 3 : Menitikberatkan pada promosi penjualan Alternatif 4 : Menitikberatkan pada humas dan publisitas Alternatif 5 : Mentitikberatkan pada pemasaran langsung

Alternatif strategi promosi yang dipilih sebagai prioritas pertama pada sub

kendala manajemen berupa dana adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang

menitikberatkan pada pemasaran langsung, dengan bobot 0,423. Kegiatan

pemasaran secara langsung dengan menggunakan saluran seperti telepon,

faksimil, email, website, peralatan bergerak (dalam hal ini delivery order), outlet

yang dapat mengoptimalkan penjualan produk, dll, memerlukan dana yang lebih

kecil apabila dibandingkan dengan memasang iklan di televisi, atau memasang

papan reklame secara besar-besaran di jalan raya. Selain itu, kegiatan promosi

dengan melakukan pemasaran langsung juga sangat berpotensi untuk

Alternatif RI

Faktor 1 2 3 4 5 Dana 0,114 0,106 0,047 0,311 0,423 0,07 SDM 0,140 0,057 0,054 0,322 0,427 0,08 Masyarakat 0,128 0,067 0,031 0,499 0,276 0,10 Pengunjung 0,192 0,228 0,059 0,098 0,423 0,08 Fasilitas 0,189 0,333 0,362 0,078 0,038 0,07 Struktur Organisasi 0,360 0,331 0,076 0,035 0,198 0,07 Sifat 0,532 0,046 0,081 0,170 0,170 0,09 Keunikan 0,183 0,313 0,366 0,072 0,067 0,06 Unit Usaha APG Lainnya 0,170 0,341 0,108 0,062 0,318 0,07

menghasilkan penjualan. Oleh karena itu, pemilihan strategi promosi tersebut

sangat tepat dalam menanggulangi masalah keterbatasan dana. Alternatif strategi

yang menempati prioritas kedua sampai dengan kelima beserta bobotnya adalah

alternatif 4 (0,311), alternatif 1 (0,114), alternatif 2 (0,106), dan alternatif 3

(0,047).

Alternatif strategi yang dipilih pada sub kendala manajemen berupa

sumber daya manusia adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang

menitikberatkan pada pemasaran langsung. Kegiatan pemasaran langsung selain

menyerap dana yang tidak besar, juga menyerap sumber daya yang tidak banyak.

Oleh karena itu, alternatif strategi tersebut sangat tepat untuk menyelesaikan

kendala manejemen berupa sumber daya manusia yang jumlahnya masih terbatas.

Alternatif strategi lainnya yang menempati prioritas di bawah alternatif strategi 5

ini beserta bobotnya adalah alternatif 4 (0,322), alternatif 1 (0,140), alternatif 2

(0,057), dan alternatif 3 (0,054).

Alternatif 4 dengan bobot 0,499 dipilih sebagai prioritas pertama pada

kendala sikap berupa masyarakat. Kegiatan promosi ini menitikberatkan pada

humas dan publisitas. Bentuk promosi yang dapat dilakukan pada strategi promosi

ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada acara-acara tertentu dengan tujuan

untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan; menjadi narasumber dalam talk

show pada suatu acara yang diliput oleh stasiun radio; menampilkan berita-berita

mengenai produk-produk DBC & Spageti Restaurant maupun profil perusahaan

yang diliput oleh media cetak atau media elektronik yang dilakukan secara kerja

sama dengan pihak terkait. Melalui kegiatan promosi tersebut, pihak manajemen

dapat menghindari masalah sikap masyarakat yang kurang ramah terhadap

kegiatan promosi yang dilakukan. Sikap yang kurang ramah tersebut dapat

ditunjukkan dengan hilangnya penunjuk arah milik DBC & Spageti Restaurant

yang terbuat kayu yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebanyak dua buah

dari jumlah seluruhnya yaitu tiga buah. Penunjuk arah tersebut diletakkan secara

terpisah di sepanjang Jalan Ceremai menuju lokasi restoran. Alternatif strategi

lainnya yang menempti prioritas kedua hingga kelima beserta bobotnya yaitu

alternatif 5 (0,276), alternatif 1 (0,128), alternatif 2 (0,067), dan alternatif 3

(0,031).

Alternatif 5 yaitu strategi promosi yang menitikberatkan pada pemasaran

langsung dipilih sebagai prioritas pertama pada kendala sikap berupa pengunjung

dengan bobot 0,423. Sikap pengunjung sepertinya akan kurang appreciate

terhadap bentuk promosi berupa branding pada interior restoran. Kegiatan

branding ini dapat dilakukan dengan memasang beberapa materi promosi seperti

jam dinding, tempat tisu, korek api, alat tulis, tempat payung, keset, tempat lilin,

dll. Oleh karena itu, pemilihan alternatif 5 sebagai strategi promosi untuk dapat

mengatasi masalah ini adalah tepat. Alternatif strategi lainnya yang berada di

bawah prioritas pertama ini beserta bobotnya adalah alternatif 2 (0,228), alternatif

1 (0,192), alternatif 4 (0,098) dan alternatif 3 (0,059).

Pendukung restoran berupa fasilitas fisik restoran yang menunjang

kegiatan promosi memprioritaskan alternatif 3, yaitu strategi promosi yang

menitikberatkan pada promosi penjualan dengan bobot 0,362. Kegiatan promosi

penjualan ini meliputi pemberian potongan harga (discount) kepada para

konsumen; pemberian hadiah (voucher) berupa produk restoran pada event-event

tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain; mengikuti pameran, bazar atau

pekan raya; memberikan sampel produk. Oleh karena itu, pemilihan strategi ini

sangat tepat untuk mengoptimalkan pendukung restoran berupa sub pendukung

fasilitas fisik restoran. Alternatif strategi lain yang menempati prioritas di bawah

alternatif 3 beserta bobotnya yaitu alternatif 2 (0,333), alternatif 1 (0,189),

alternatif 4 (0,078), dan alternatif 5 (0,038).

Alternatif 1 yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah

frekuensi pelaksanaan) dengan bobot 0,360 dipilih sebagai prioritas pertama pada

pendukung manajemen berupa struktur organisasi yang fleksibel. Kegiatan

promosi yang sudah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant diduga sudah

tepat karena pemanfaatan fleksibilitas dari struktur organisasi dirasa sudah

optimal. Apabila strategi promosi dipaksakan berubah dengan kegiatan promosi

yang membutuhkan tingkat fleksibilitas struktur organisasi yang lebih tinggi,

maka dikhawatirkan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh restoran menjadi

terbengkalai dan penjualan menjadi menurun. Oleh karena itu, keputusan untuk

tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) pada

sub pendukung ini adalah tepat. Alternatif strategi lainnya yang berada di bawah

prioritas pertama ini beserta bobotnya adalah alternatif 2 (0,331), alternatif 5

(0,198), alternatif 3 (0,076), alternatif 4 (0,035).

Subpendukung sifat pada pendukung produk memprioritaskan alternatif 1

sebagai strategi promosi pada DBC & Spageti Restaurant dengan bobot 0,532.

Sifat produk restoran ini yang memiliki cita rasa yang enak, serta kualitas dan

kandungan gizi yang baik, menyebabkan pihak manajemen merasa strategi

promosi yang sudah dijalankan selama ini sudah tepat dalam memanfaatkan sub

pendukung berupa sifat produk. Alternatif strategi promosi lainnya adalah

alternatif 4 (0,170), alternatif 5 (0,170), alternatif 3 (0,081), dan alternatif 2

(0,046).

Alternatif 3 (0,366) menempati prioritas pertama pada pendukung produk

berupa keunikan. Kegitan promosi seperti mengikuti pekan raya, pameran, bazar,

pemberian sampel produk, dll, akan sangat efektif dalam memberitahukan

keunggulan produk yang mereka miliki berupa keunikan produk dalam hal bentuk

dan cara penyajian. Kegiatan promosi tersebut dapat menjangkau konsumen

secara langsung sehingga para konsumen juga dapat secara langsung mengetahui

keunikan produk yang dimiliki oleh restoran. Dengan demikian, konsumen yang

merasa tertarik pun dapat melakukan pembelian secara langsung pada saat itu juga

atau mendatangi lokasi restoran. Alternatif 2 (0,313), alternatif 1 (0,138),

alternatif 4 (0,072), dan alternatif 5 (0,067) merupakan alternatif strategi promosi

yang menempati prioritas kedua hingga kelima.

Pendukung unit usaha APG lainnya memprioritaskan alternatif 2 (0,341)

dalam pemilihan strategi promosi di DBC & Spageti Restaurant. Alternatif ini

menitikberatkan pada periklanan berupa above the line (iklan di media cetak dan

media elektronik), below the line (leaflet, spanduk, dan media luar ruangan seperti

papan reklame dan banner). Bentuk promosi yang dapat mengoptimalkan

pendukung ini diantaranya brosur, mini banner, leaflet, spanduk, dll. Bentuk

promosi tersebut dapat disimpan atau dipasang oleh pihak DBC & Spageti

Restaurant di lokasi usaha unit usaha APG lainnya yaitu Macaroni Panggang dan

Pia Apple Pie yang sudah lebih dikenal oleh masyarakat Bogor dan luar daerah

Bogor dan memiliki letak yang lebih strategis apabila dibandingkan dengan letak

DBC & Spageti Restaurant. Hal tersebut dirasa akan menjadi strategi promosi

yang tepat dalam memanfaatkan pendukung unit usaha APG lainnya ini.

Alternatif 5 (0,318), alternatif 1 (0,170), alternatif 3 (0,108), dan alternatif 4

(0,062) merupakan alternatif strategi promosi lainnya yang berada di bawah

prioritas pertama.

6.2.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal

Pengolahan secara vertikal pada hirarki kedua yaitu analisis pemilihan

strategi promosi yang tepat dilakukan pada tingkat 2, tingkat 3, tingkat 4, dan

tingkat 5 (Gambar 13 halaman 128). Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 2

memberikan hasil yang sama dengan hasil pengolahan secara horizontal, yaitu

faktor kendala menempati prioritas pertama dengan bobot 0,750 dan faktor

pendukung menempati prioritas kedua dengan bobot 0,250. Oleh karena itu, hasil

pengolahan vertikal pada tingkat 2 ini tidak akan diuraikan kembali pada bagian

ini.

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 3 juga memberikan hasil yang

relatif sama dengan hasil pengolahan horizontalnya. Keduanya menghasilkan

prioritas yang sama tetapi dengan bobot yang berbeda. Hasil pengolahan secara

vertikal pada elemen kendala yaitu manajemen (0,506), dan sikap (0,101)

sedangkan pada elemen pendukung yaitu restoran (0,169), produk (0,169), dan

unit usaha APG lainnya (0,056).

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 4 memberikan hasil yang hampir

relevan dengan hasil pengolahan secara horizontal. Hasilnya yaitu dana (0,276),

sumber daya manusia (0,276), fasilitas (0,092), struktur organisasi (0,092), sifat

(0,092), masyarakat (0,055), pengunjung (0,055), keunikan (0,031), dan unit

usaha APG lainnya (0,031).

Pengolahan vertikal pada tingkat 5 menunjukkan prioritas alternatif

strategi promosi yang dapat digunakan oleh DBC & Spageti Restaurant dalam

menghadapi kendala yang ada dan memanfaatkan pendukung yang dimiliki.

Prioritas pertama yang dipilih oleh pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant

adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang memfokuskan kegiatan

promosinya pada pemasaran langsung dengan bobot 0,309. Pihak restoran dapat

menggunakan saluran-saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan atau

menyerahkan produk kepada konsumen tanpa menggunakan perantara. Saluran ini

terdiri dari telepon, faksimil, email, website; peralatan bergerak (dalam hal ini

delivery order); mengoptimalkan penjualan produk melalui outlet. Anggaran dana

restoran yang terbatas untuk melakukan kegiatan promosinya, menyebabkan

pemilihan strategi ini menjadi tepat. Semua bentuk promosi melalui pemasaran

langsung tidak memerlukan dana yang sangat besar sehingga sebagai usaha yang

baru berdiri sekitar 2 tahun, DBC & Spageti Restaurant telah memilih strategi

promosi yang tepat. Strategi promosi ini diharapkan akan meningkatkan penjualan

restoran dan membuat usaha restoran ini berkembang. Selain itu, strategi promosi

ini juga dapat mengefisienkankan penggunaan tenaga kerja yang dimiliki oleh

restoran.

Alternatif 4 yaitu strategi promosi yang menekankan pada humas dan

publisitas menempati prioritas kedua dengan bobot 0,221. Bentuk-bentuk promosi

yang dapat dilakukan pada strategi ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada

acara-acara tertentu dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan

pelanggan; menjadi narasumber dalam talk show pada suatu acara yang diliput

oleh stasiun radio; menampilkan berita-berita mengenai produk-produk DBC &

Spageti Restaurant maupun profil perusahaan yang diliput oleh media cetak atau

media elektronik yang dilakukan secara kerja sama dengan pihak terkait.

Keunikan produk yang dimiliki dan kekhasan suasana yang dapat dirasakan di

restoran menyebabkan pihak restoran perlu untuk menginformasikan keunggulan

yang dimilikinya tersebut. Hal tersebut akan membuat masyarakat merasa tertarik

untuk mendatangi restoran, membeli produk yang ditawarkan oleh restoran, dan

menikmati suasana yang ada di restoran. Selain itu, dengan strategi ini, restoran

juga memiliki kesempatan untuk mempublikasikan lokasi usahanya yang kurang

strategis supaya masyarakat mengetahuinya secara pasti.

Alternatif strategi 1, yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu

menambah frekuensi pelaksanaan) menempati prioritas ketiga dalam penyusunan

strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dengan bobot 0,175. Kegiatan

promosi yang telah dijalankan masih dianggap cukup efektif dalam

mempromosikan DBC & Spageti Restaurant sehingga pihak manajemen masih

mempertimbangkan strategi ini dalam penyusunan strategi promosinya. Hanya

saja, kegiatan promosinya tersebut belum dapat berjalan dengan maksimal dalam

mencapai tujuan promosi yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat diduga karena

frekuensi pelaksanaan dari setiap kegiatan promosi masih dirasa kurang.

Kurangnya frekuensi pelaksanaan ini disebabkan oleh anggaran dana dan jumlah

tenaga kerja yang dimiliki oleh restoran masih sangat terbatas. Selain itu,

terkadang hal-hal yang menyangkut teknis baik yang datangnya dari lingkungan

internal yaitu pihak manajemen perusahaan maupun dari lingkungan eksternal

seperti pihak percetakan, menyebabkan kegiatan promosinya menjadi terhambat.

Prioritas ketiga juga jatuh pada pilihan alternatif 2 dengan bobot yang

sama yaitu 0,175. Alternatif ini berupa strategi promosi yang menitikberatkan

pada periklanan, diantaranya above the line (iklan di media cetak dan media

elektronik), below the line (leaflet, spanduk, dan media luar ruangan seperti papan

reklame dan banner). Strategi ini tidak begitu dihiraukan karena bertentangan

dengan anggaran dana restoran yang masih sangat terbatas. Karena itu, strategi ini

kurang tepat apabila dilakukan pada DBC & Spageti Restaurant.

Alternatif 3 merupakan alternatif strategi terakhir yang dipilih oleh pihak

manajemen. Strategi ini menitikberatkan pada promosi penjualan dengan bobot

0,121. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan potongan harga

(discount) kepada para konsumen; memberikan hadiah (voucher) berupa produk

restoran pada event-event tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain;

mengikuti pameran, bazar atau pekan raya; memberikan sampel produk. Strategi

promosi ini kurang sesuai untuk dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant

karena dapat mengurangi keuntungan restoran yang masih berada dalam daur

hidup produk pada tahap perkenalan dan memerlukan tenaga kerja yang cukup

banyak.

Pada penelitian ini, alat-alat promosi yang dapat digunakan untuk setiap

alternatif strategi promosi yang direkomendasikan berdasarkan literatur. Adapun

dalam pengaplikasiannya secara langsung di lapangan, jenis-jenis alat promosi

yang dipilih disesuaikan kembali dengan kemampuan pihak manajemen DBC &

Spageti Restaurant. Selain itu, untuk pembahasan mengenai peningkatan

frekuensi pelaksanaan dari strategi promosi yang telah dijalankan oleh DBC &

Spageti Restaurant, intensitas peningkatan pelaksanaannya diserahkan kembali

kepada pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant sesuai dengan keterbatasan-

keterbatasan yang dimiliki. Hal yang terpenting adalah DBC & Spageti

Restaurant harus menjaga kontinuitas dalam melaksanakan kegiatan promosinya.

Jadi, kegiatan promosi tidak cukup hanya dilakukan sekali saja pada saat

pendirian usaha restoran ini ataupun pada saat launching produk baru saja. Khusus

untuk kegiatan promosi berupa sensasi Death by Chocolate, perlu diusahakan

untuk dilakukan setiap hari karena kegiatan promosi tersebut sangat diminati oleh

para pengunjung sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjung serta

penjualan produk.

Pada gambar 13 halaman 128 dapat dilihat hasil pengolahan vertikal

secara keseluruhan. Nilai rasio inkonsistensi secara keseluruhan adalah sebesar

0,07. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pengisian kuesioner, responden

cukup konsisten. Angka tersebut juga bernilai kurang atau sama dengan 0,1

sehingga masih dapat diterima dan dilaksanakan oleh pihak manajemen DBC &

Spageti Restaurant sebagai masukan dalam penyusunan strategi promosi di masa

yang akan datang.

Kendala 0,750

Pendukung 0,250

Man 0,506

Skp 0,101

Dana 0,276

SDM 0,276

Masy 0,055

Pjg 0,055

Rest 0,169

Prod 0,169

USL 0,056

Fslt 0,09

SO 0,09

Sft 0,09

Unik 0,03

Alt 1 0,175

Alt 3 0,121

Alt 2 0,175

Alt 4 0,221

Alt 5 0,309

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Tingkat 5

ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI PROMOSI YANG TEPAT

Rasio Inkonsistensi Keseluruhan = 0,07

Gambar 13 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh dan hasil analisis pada

pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. DBC & Spageti Restaurant telah menjalankan berbagai kegiatan promosi,

yaitu periklanan (below the line: brosur, mini banner, spanduk, dan papan

reklame), promosi penjualan (discount, menjadi peserta Food Expo dan

sensasi Death by Chocolate), humas dan publisitas (wawancara di RRI,

pemberitaan di internet, tayangan di TV, menjual nasi murah dan pakaian

bekas layak pakai, menjadi donatur, dan kunjungan ke RSJ Cilendek).

2. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode AHP pada hirarki

pertama, dapat diketahui bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh pihak

restoran dalam menjalankan kegiatan promosinya adalah memperkenalkan

produk dan lokasi. Faktor konsumen merupakan faktor utama yang

mempengaruhi DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun strategi

promosinya. Karena itu, dalam menyusun strategi promosinya, pihak

manajemen berusaha untuk mendesain kegiatan promosi yang sedemikian

rupa sehingga loyalitas konsumen yang diharapkannya pun dapat terbentuk

pada setiap konsumennya.

Dalam pemilihan strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant

pada hirarki kedua, pihak manajemen lebih memperhatikan faktor kendala

yang dihadapi dari pada faktor pendukung yang dimiliki. Berdasarkan hasil

analisis dengan menggunakan metode AHP, DBC & Spageti Restaurant

memilih pemasaran langsung sebagai strategi promosi yang tepat baginya.

Strategi promosi dengan pemasaran langsung contohnya menerima pesanan

melalui telepon dengan sistem delivery order, membuat website DBC &

Spageti Restaurant untuk memperkenalkan produk dan lokasinya sekaligus

untuk menawarkan produknya melalui pemesanan via internet atau

memanfaatkan email yang telah dimiliki untuk pemesanan produk, membuka

outlet di tempat yang strategis, serta dapat juga dilakukan penjualan atau

penawaran produk melalui katalog,

7.2 Saran

1. Untuk mengantisipasi masalah lokasi usaha yang relatif kurang strategis, DBC

& Spageti Restaurant perlu membuka outlet di tempat yang strategis sehingga

diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk restoran dan memajukan

usaha ini.

2. Pembagian sampel produk dan brosur dapat dilakukan untuk memperkenalkan

produk DBC & Spageti Restaurant kepada pasar sasarannya. Hal ini dapat

dilakukan di macaroni panggang, Pia Apple Pie, supermarket, sekolah,

perguruan tinggi, dan factory outlet.

DAFTAR PUSTAKA Cummins, Julian. 1991. Promosi Penjualan. Binarupa Aksara. Jakarta. David, F. R. 2002. Manajemen Strategis. Edisi Ketujuh. The Irwin Series in

Marketing. Boston. Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. 2006. Perkembangan

Jumlah Restoran di Kota Bogor 200-2006. Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. Bogor

. 2007. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor. Tahun 2000-2007.

Bogor. Jefkins, frank. 1996. Periklanan. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Khomsan, Ali. 2002. Coklat Baik Untuk Jantung Dan Suasana Hati. http://kolom

pacific.net.id. 25 Februari 2008. Khrisnamurthi, Bayu dan Lusi Fausia. Langkah Sukses Memulai Agribisnis. 2005.

Penebar Swadaya. Jakarta. Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT.

Prehallindo. Jakarta. . 1995. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prehallindo.

Jakarta. . 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prehallindo.

Jakarta. . 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid satu. Edisi Millenium. PT.

Prehallindo Jakarta. Jakarta. . 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta. . 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Jilid 2. PT. Indeks. Jakarta. Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Industri dan Jasa Boga. Bhratara.

Jakarta. Mukhtar. 2004. Perlunya Standar Lingkup & Permasalahan Pelayanan Sebuah

Restoran Hotel. Jurnal. Program Studi Pariwisata. Fakultas Sastra. Universitas Sumatera Utara.

Permaswati, Tatik. 2005. Analisis Strategi Promosi The Botol Sosro di PT. Sinar Sosro Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Barat Area 1 Bandung.

Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prasetya, Belinda P. 2007. Analisis Strategi Promosi Makanan Tradisional Khas

Bogor, Gepuk dan Ikan Balita Karuhun pada PT. Anofood Prima Nusantara. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saaty, T.L. 1993. Seri Manajemen Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin

(Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks). Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Kedua. LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Shimp, T.A. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunkasi Pemasaran

Terpadu. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Siahaan, Nataliawati. 2005. Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Promosi

Sayuran Organik PT. Amani Mastra. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simamora, Saur C. 2005. Analisis Strategi Promosi Produk Mahkota Dewa di PT.

Mahkotadewa Indonesia, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simatupang, Nugraha. 2004. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Restoran

Macaroni Panggang. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekresno. 2001. Manajemen Food and Beverage Service Hotel. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua.

Erlangga. Jakarta. . 1993. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta. Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-2.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Torsina, M. 2000. Usaha Restoran Yang Sukses. PT. Bhuana Ilmu Populer.

Kelompok Gramedia. Jakarta. Zulhiyardi, Muhammad. 2007. Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan

Curfos pada PT. Interbat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LAMPIRAN 1. Daftar Menu dan Harga DBC & Spageti Restaurant

dbc & spageti

Jl. Ceremai 22 0251 377725 dbc.spageti@cbn.net.id

Frittata (Spageti Bakar)

Spinach Frittata 19.000,- Tomato Frittata 19.000,- Ground Beef Frittata 24.000,- Chicken Mushroom Frittata 23.000,- Tuna Frittata 27.000,- Smoked Chicken Frittata 24.000,- Sausage Frittata 24.000,- Seafood Frittata 28.000,-

Appetizer

Fried Ravioli 13.000,- (fried chicken ravioli served with salsa)

Salad 18.000,- (fresh spinach & letuce, boiled red kidney bean & sweet corn, fresh guava & avocado, served with creamy dressing)

Omelette 15.000,- (3 eggs layered by potatoes, sweet corn & smoked chicken on top)

Beef mushroom Om. 20.000,- Potato & Sausage S. 18.000,-

Soup Ravioli Soup 13.000,-

(light chicken stock with ravioli & chicken balls)

Red Kidney Bean Soup 18.000,- (roast ox-tail in creamy red kidney bean sauce, served with garlic croûtons)

Sausage Cream Soup 14.000,- (chicken sausages in heavy cream soup, served with garlic bread)

Rice Nasi Goreng Octopus 25.000,-

Nasi Goreng Smoked Chicken sausage 23.000,-

Ketupat Lemak Santan 26.000,-

Spaghetti Spaghetti Carbonara 34.000,-

(fresh spaghetti mixed with smoked beef, coated in our special cream sauce)

Spaghetti Bolognese 33.000,- (fresh spaghetti with meat balls & tomato sauce)

Spaghetti Marinara 36.000,- (fresh spaghetti with seafood & tomato sauce)

Spicy Spaghetti 33.000,- (fresh spaghetti mixed in hot & spicy ground beef)

Spinach Spaghetti 33.000,- (fresh green spinach spaghetti covered with our special cream, served with spinach sautéed)

Octopus Spaghetti 37.000,- (octopus with fresh spaghetti covered with our special receipt tint squid)

Dessert

Death by Chocolate 35.000,-

Special “dbc” ala mode 23.000,- (Hot small dbc served with vanilla ice cream, rum & crushed cashew)

“dbc” ala mode 19.000,- (Hot small dbc served with vanilla ice cream )

Chocolate Pudding 13.000,- (Chocolate jello served with fresh strawberry sauce)

Chocolate Mouse 14.000,- (chocolate mouse with whip cream on top)

Fruit Salad 14.000,- (mixed fruits with lemon juice)

Fruit Caramel 14.000,- (mixed fruits served with milk chocolate and caramel on top)

Hot Drinks Hot by Chocolate 16.000,-

(our special hot chocolate served with our special eclair dip)

Euphoria by Chocolate 16.000,- (fresh banana hot chocolate & nutmeg served with our special eclair dip)

Cool by Chocolate 16.000,- (biscuit hot chocolate served with our special eclair dip)

Hot by Chocolate 30.000,- (for adult) (liquor in our special hot chocolate served with our special eclair dip)

***Double Dip +8.000,- (each item served with double eclair dips)

Hot Coffee 9.000,- Lemon Tea 9.000,-

Cold Drinks

Granita Orange 12.000,- Granita Strawberry 12.000,- Granita Chocolate 14.000,- Soft Drinks 4.000,- Aqua Botol 5.000,- Ice Coffee 9.000,- Ice Tea 3.000,- Beer Bintang 620 ml 17.000,- Yogurt 10.000,-

(fruit cocktail/

LAMPIRAN 2. Gambar dan Harga Produk DBC & Spageti Restaurant

Granita Strawberry (Rp 12.000), Granita Chocolate (Rp 14.000) & Granita

Orange (Rp 12.000)

Hot by Chocolate (Rp 16.000) & & Death by Chocolate (Rp 35.000)

Smoke Chicken Frittata (Rp 24.000)

Chocolate Stick (Rp 6.000)

Flower by Chocolate 12 tangkai (Rp 150.000 ) & 15 tangkai (Rp 163.000)

Flower by Chocolate isi 6 (Rp 18.000) & isi 12 (Rp 32.000)

LAMPIRAN 3. Gambar Kegiatan Promosi DBC & Spageti Restaurant

Sosok Kematian dalam Sensasi

DBC di Ruang DBC Sensasi DBC di Ruang DBC

Brosur FBC dan discount 15 % pada event Hari Raya idul Fitri

Brosur FBC

Bazar Pakaian Bekas Layak Pakai (Rp 300 dan Rp 500) Penjualan Nasi Murah

untuk anak jalanan

LAMPIRAN 4. Denah Lokasi DBC & Spageti Restaurant lychee/ chocolate)

Jadwal

S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M

L (Supervisor) 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 v1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

P (Wk. Supervisor) 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1

Waiter

L 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1

L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3

P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Kasir

L 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2

P 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3

Bar

P 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1

P 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3

P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

L 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1

LAMPIRAN 5. Jadwal Pembagian Kerja Karyawan DBC & Spageti Restaurant

Jadwal

S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M

Dapur .

P 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 P 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 P 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1

DBC L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Umum L 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 L 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 L 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1

Gudang L 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008

Keterangan : : Hari Libur Shift 1 : Pukul 06.30-16.30 WIB Shift 2 : Pukul 12.00-22.00 WIB Shift 3 : Pukul 14.00-24.00 WIB Karyawan setiap hari libur nasional tetap masuk

top related