analisis strategi promosi death by chocolate & … · bhayangkari kota sukabumi (1991-1992),...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT, BOGOR
Oleh : SRI WAHYU LESTARI
A14104028
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
SRI WAHYU LESTARI. Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor. Di bawah bimbingan YUSALINA.
Secara geografis, kota Bogor merupakan kota yang dekat dengan Ibu Kota, kota penghubung antara Ibu Kota dengan tempat tujuan wisata, dan juga memiliki tempat wisata seperti Kebun Raya, Taman Bunga, Taman Safari, dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan kota Bogor sebagai kota transit bagi wisatawan asing maupun lokal. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Bogor pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007, mengalami penurunan sebesar 17,36 persen. Karena itu, Pemerintah Kota Bogor mengupayakan peningkatan usaha di sektor pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Bogor. Kunjungan wisatawan ke kota Bogor dapat mendukung pertumbuhan usaha-usaha yang menunjang sektor pariwisata di kota Bogor seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, dan lain-lain. Saat ini, jumlah restoran di kota Bogor selalu meningkat setiap tahun pada tahun 2000-2007. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah restoran yang pada awalnya hanya 105 restoran menjadi 248 restoran. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha restoran di kota Bogor memiliki prospek usaha yang menjanjikan.
Death by Chocolate & Spageti (DBC & Spageti) Restaurant merupakan restoran yang menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. Restoran ini merupakan restoran khusus produk olahan coklat satu-satunya di Kota Bogor. Namun demikian, DBC & Spageti Restaurant pun tetap memiliki pesaing sejenis di Kota Jakarta dan penghasil substitute product di kota Bogor. Selain itu juga, DBC & Spageti Restaurant harus bersaing dengan restoran-restoran lainnya di kota Bogor. Supaya DBC & Spageti Restaurant bersaing di tengah kondisi persaingan usaha industri jasa boga yang semakin ketat, maka DBC & Spageti Restaurant harus memiliki strategi promosi yang tepat.
Jumlah penjualan rata-rata perhari restoran ini belum sesuai dengan kapasitas produksi perhari yang sudah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengunjung restoran ini masih sedikit. Karena itu, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan jumlah pengunjung supaya tingkat penjualan juga dapat ditingkatkan bahkan dapat mencapai kapasitas produksi. Dengan demikian, laba yang akan didapatkan akan semakin besar dan usaha restoran dapat lebih berkembang. Letak restoran ini dapat dikatakan kurang strategis apabila dibandingkan dengan substitute product-nya yang sudah lama berdiri dan terkenal di Kota Bogor. Di samping itu, DBC & Spageti Restaurant merupakan usaha yang tergolong baru didirikan. Hal-hal tersebut menyebabkan restoran ini belum begitu dikenal baik oleh masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant, menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, dan merumuskan alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate & Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki.
Penelitian ini dilaksanakan di Death by Chocolate & Spageti Restaurant yang berlokasi di Jalan Ceremai No. 22, Kota Bogor, Jawa Barat, dan merupakan bagian dalam dari kawasan Taman Kencana. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive karena DBC& Spageti Restaurant merupakan restoran coklat satu-satunya di Kota Bogor yang baru didirikan sekitar dua tahun dan memiliki keunikan dan potensi tersendiri untuk dikembangkan. Hal ini mendorong DBC & Spageti Restaurant untuk dapat lebih memperkenalkan produk beserta keunikan dengan melakukan strategi promosi yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2008. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian. Analisis data dilakukan dengan metode Analitycal Hierarchi Process (AHP) dan diolah dengan menggunakan software Expert Choice 2000.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant, diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya adalah meningkatkan penjualan serta memperkenalkan produk dan lokasi usahanya. Sementara faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penyusunan strategi promosi adalah faktor anggaran, karakteristik produk, karakteristik pasar, karakteristik konsumen, pesaing, daur hidup produk, dan bauran pemasaran lainnya. Berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki oleh restoran, maka dibuat lima alternatif strategi promosi yang dapat dilaksanakan oleh restoran dalam rangka mencapai tujuan promosinya. Kelima alternatif tersebut adalah (1) Tidak melakukan perubahan (hanya meningkatkan frekuensi pelaksanaan); (2) Menitikberatkan pada periklanan; (3) Menitikberatkan pada promosi penjualan; (4) Menitikbertkan pada hubungan masyarakat; dan (5) Menitikberatkan pada pemasaran langsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen restoran, dapat diketahui bahwa kegiatan promosi yang telah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant meliputi periklanan (brosur, mini banner, spanduk, papan reklame), promosi penjualan (discount, Food Expo, Sensasi Death by Chocolate), hubungan masyarakat dan publisitas (sumbangan, menjual nasi dan pakaian bekas murah, wawancara di RRI, tayangan di TV, pemberitaan di koran).
Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor DBC & Spageti Restaurant, diperoleh dua struktur hirarki yang saling berkaitan, yang terdiri dari dua hirarki. Hirarki pertama disusun untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Hirarki pertama terdiri dari fokus pada tingkat 1, tujuan pada tingkat 2, faktor pada tingkat 3, dan sub faktor pada tingkat 4. Sedangkan hirarki kedua disusun untuk menganalisis pemilihan strategi promosi yang tepat. Hirarki kedua terdiri dari fokus pada tingkat 1, kendala dan pendukung pada tingkat 3, sub kendala dan sub pendukung pada tingkat 4, dan alternatif strategi promosi pada tingkat 5.
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode AHP, pada hirarki pertama dapat diidentifikasi bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari kegiatan promosi yang dilakukannya adalah memperkenalkan produk dan lokasi usahanya. Hal ini didukung oleh keunikan dari produk yang dimiliki dan lokasi usaha yang kurang strategis sehingga diperlukan kegiatan
promosi yang lebih gencar dan tepat sasaran. Faktor utama yang dipertimbangkan pihak manajemen restoran dalam menyusun strategi promosinya adalah konsumen. Sebab itu, pihak manajemen perlu merancang kegiatan promosi yang sedemikian rupa sehingga loyalitas konsumen pun dapat dibentuk, dipertahankan, dan ditingkatkan. Sementara hasil analisis pada hirarki kedua, alternatif strategi promosi yang paling tepat bagi DBC & Spageti Restaurant berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki adalah strategi promosi yang menitikberatkan pada pemasaran langsung.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan kegiatan promosi DBC & Spageti Restaurant, yaitu DBC & Spageti Restaurant perlu membuka outlet di tempat yang strategis untuk mengantisipasi masalah lokasi usaha yang relatif kurang strategis sehingga diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk restoran serta pembagian sampel produk dan brosur di macaroni panggang, Pia Apple Pie, supermarket, sekolah, perguruan tinggi, dan factory outlet dalam rangka memperkenalkan produk DBC & Spageti Restaurant kepada pasar sasarannya.
ANALISIS STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT, BOGOR
Oleh : SRI WAHYU LESTARI
A14104028
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti
Restaurant, Bogor Nama : Sri Wahyu Lestari
NRP : A14104028
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523
Mengetahuui, Dekan Fakutas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI
BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA ILMIAH SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2008
Sri Wahyu Lestari A14104028
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Propinsi Jawa
Barat pada tanggal 26 April 1986, sebagai anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis lahir dari pasangan H. E. Sumarna, SH dan Hj. Lili Hikmariah.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK
Bhayangkari Kota Sukabumi (1991-1992), SDN Benteng II Kota Sukabumi
(1992-1998), SMPN 5 Kota Sukabumi (1998-2001), dan SMAN 1 Kota Sukabumi
(2001-2004). Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) sebagai
pengurus Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (Ikamasi).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Skripsi yang
berjudul “Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant,
Bogor” ini, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi
yang dijalankan oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant, menentukan
faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi Death by
Chocolate & Spageti Restaurant, dan merumuskan alternatif strategi promosi
yang tepat bagi Death by Chocolate & Spageti Restaurant sesuai dengan kendala
yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. Penulisan skripsi ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pihak manajemen Death by Chocolate & Spageti
Restaurant dalam menentukan strategi promosi yang tepat sehingga dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Mei 2008
Sri Wahyu Lestari
A14104028
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghormatan dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak dan Mama tercinta, kakak-kakak dan seluruh keluarga tersayang atas
segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang, dan do’a tulus yang tiada
hentinya selama penulis menempuh pendidikan.
2. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan
bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc. atas kesediannya menjadi dosen penguji utama
dan Anita Primaswari, SP, M.Si. atas kesediannya menjadi dosen penguji
wakil komisi pendidikan serta atas masukan-masukannya yang berarti dalam
proses penyempurnaan skripsi.
4. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.
5. Pihak owner, supervisor, dan seluruh karyawan Death by Chocolate & Spageti
Restaurant atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penulis
melakukan penelitian di restoran tersebut.
6. Sahabat-sahabat terbaik di AGB’41 yaitu USA (Doni Kurniawan, Kak
Feryanto W K, Medina Rachma, Melly Kusumawardhani, Nia Rosiana, R.
Irsan Nurgozali, Sri Maryati, dan Taufik Firmansyah) atas segala kebaikan,
pengertian, ketulusan, dukungan, bantuan, pengalaman dan kesan indah yang
diberikan dalam hubungan persahabatan yang terjalin selama penulis
menempuh masa perkuliahan dan melakukan penelitian serta penyusunan
skripsi.
7. Pretty Elisabeth Siahaan atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis
selaku pembahas seminar dan Agus Satriyo Budi sebagai teman satu
bimbingan skripsi atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama masa
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman AGB’41 atas kebersamaan, kekompakan dan dukungan yang
masih terjalin sampai saat ini.
9. Rekan-rekan sedaerah yang tergabung dalam Ikamasi, terutama Ina Aulia
Rosdiana, Lala Nurmala, dan A’ Dedi Mulyadi atas bantuan, perhatian, dan
dukungan yang diberikan.
10. Teman-teman KKP (Adi Wibowo, Donny Hartanto, dan Herma Amalia),
terutama Dini Vidya atas dukungan, kebersamaan, dan kekompakan selama
KKP.
11. Teman-teman di kost “Malea Putri”, terutama Nurul Hidayah atas bantuan dan
perhatian yang diberikan kepada penulis selama ini serta atas kebersamaan
dan canda tawanya selama masa-masa di kostan.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 1.5 Keterbatasan Penelitian............................................................... 10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Restoran ......................................................................... 11 2.2 Jenis-jenis Restoran ..................................................................... 12 2.3 Coklat ........................................................................................... 16 2.4 Spageti.......................................................................................... 19 2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 23 3.1.1 Definisi Pemasaran .......................................................... 23 3.1.2 Promosi ............................................................................ 25 3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bauran Promosi ....... 36 3.1.4 Analitycal Hierarchi Process (AHP) ............................... 41 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 44
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Peneltian ........................................................ 47 4.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 47 4.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 48 4.4 Metode Pengolahan Data ............................................................. 49 4.5 Definisi Operasional .................................................................... 58
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Death by Chocolate & Spageti Restaurant .................................................................. 62
5.2 Lokasi Perusahaan ....................................................................... 66 5.3 Tujuan Perusahaan ....................................................................... 66 5.4 Struktur Organisasi Perusahaan ................................................... 67 5.5 Sumber Daya Perusahaan............................................................. 70
5.5.1 Sumber Daya Fisik........................................................... 70 5.5.2 Sumber Daya Manusia ..................................................... 70 5.6 Produksi dan Operasi DBC & Spageti Restaurant ..................... 73 5.6.1 Proses Produksi Death by Chocolate ............................... 74 5.6.2 Proses Produksi Frittata dan spageti ............................... 75 5.7 Strategi Promosi (Promotion) ..................................................... 77 VI PENERAPAN STRATEGI PROMOSI
6.1 Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi.. 84 6.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi.... 85 6.1.2 Analisis Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi ......................................... 91 6.1.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal ............................. 93 6.1.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ................................. 102 6.2 Analisis Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat........................ 108 6.2.1 Identifikasi Kendala dan Pendukung yang Dimiliki Oleh DBC & Spageti Restaurant dalam penyusunan Strategi Promosi.............................................................. 108 6.2.2 Analisis Model Alternatif Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat....................................................................... 112 6.2.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal ............................. 114 6.2.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ................................. 123
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 129 7.2 Saran ............................................................................................ 130 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 131 LAMPIRAN................................................................................................. 133
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun
2002-2006 ...................................................................................... 2
2. Kandungan Gizi Coklat Per 100 Gram .......................................... 2
3. Perbandingan antara rata-rata penjualan DBC & Spageti
Restaurant per Hari dengan Kapasitas Produksi per Hari ............. 3
4. Perbandingan antara Penerimaan Rata-rata per Bulan DBC &
Spageti dengan Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan
Kapasitas Produksi......................................................................... 6
5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu........................................... 7
6. Jenis-jenis Media Iklan Utama Beserta Keunggulan
dan Keterbatasannya ...................................................................... 29
7. Jenis dan Sumber Data Penelitian.................................................. 48
8. Nilai Skala Banding Berpasangan.................................................. 52
9. Konstanta Indeks Acak (RI)........................................................... 56
10. Divisi dan Jumlah Kayawan DBC & Spageti Restaurant
Tahun 2008 .................................................................................... 68
11. Karakteristik Karyawan DBC & Spageti Restaurant
Berdasarkan Umur dan Pendidikan Terakhir Tahun 2008............. 71
12. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Tujuan Kegiatan
Promosi) ......................................................................................... 94
13. Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen
pada Tingkat 3 (Elemen Faktor Penyusun Strategi Promosi) ........ 95
14. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Faktor
Penyusun Strategi Promosi) ........................................................... 98
15. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Dasar Pemilihan)............. 114
16. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Kendala dan
Pendukung) .................................................................................... 115
17. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Kendala dan
Sub Pendukung) ............................................................................. 116
18. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal
Antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Alternatif Strategi
Promosi) ......................................................................................... 118
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Sistem Pemasaran Sederhana......................................................... 24
2. Lima M dalam Iklan....................................................................... 28
3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi
Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor.......... 46
4. Model Struktur Hirarki Analytical Hierarchi Process................... 51
5. Matriks Pendapat Individu............................................................. 53
6. Matriks Pendapat Gabungan .......................................................... 53
7. Struktur Organisasi DBC and Spageti Restaurant......................... 69
8. Proses Produksi Death by Chocolate ............................................. 75
9. Proses Produksi Frittata dan Spageti............................................. 77
10. Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi
Death By Chocolate & Spageti Bogor ........................................... 92
11. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi
Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan
Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant
Bogor.............................................................................................. 107
12. Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang
Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor..... 113
13. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Pemilihan
Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate
& Spageti Restaurant Bogor .......................................................... 128
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar Menu DBC dan Harga DBC & Spageti Restaurant ........... 133
2. Gambar dan Harga Produk DBC & Spageti Restaurant................ 134
3. Gambar Kegiatan Promosi DBC & Spageti Restaurant ................ 135
4. Denah Lokasi DBC & Spageti Restaurant .................................... 136
5. Jadwal Pembagian Kerja Karyawan DBC & Spageti Restaurant . 137
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis, kota Bogor merupakan kota yang dekat dengan Ibu Kota
dan juga merupakan kota penghubung antara Ibu Kota dengan tempat tujuan
wisata seperti Puncak, kota Bandung, dan kota Sukabumi. Selain itu, kota Bogor
sendiri memiliki beberapa tempat wisata seperti Kebun Raya, Taman Bunga,
Taman Safari, dan lain-lain. Kedua hal tersebut menjadikan kota Bogor sebagai
kota transit bagi wisatawan asing maupun lokal. Jumlah kunjungan wisatawan ke
kota Bogor pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007,
mengalami penurunan sebesar 17,36 persen (Tabel 1). Oleh karena itu,
Pemerintah Kota Bogor mengupayakan peningkatan usaha di sektor pariwisata
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Bogor. Hal ini dapat
mendukung Visi Kota Bogor, yaitu ”Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat
Madani dan Pemerintahan Amanah”.
Tabel 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor Tahun 2000-2007 Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Persentase Pertumbuhan (%) 2000 1.828.661 25,412001 1.647.884 - 9,892002 2.141.676 29,972003 1.571.465 - 26,622004 1.558.054 - 0,852005 1.856.991 19,192006 2.137.083 15,082007 1.766.009 - 17,36
Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2007
Kunjungan wisatawan ke kota Bogor dapat mendukung pertumbuhan
usaha-usaha yang menunjang sektor pariwisata di kota Bogor. Usaha-usaha yang
dapat menunjang sektor pariwisata tersebut diantaranya pusat perbelanjaan, hotel,
restoran, dan lain-lain. Saat ini, jumlah usaha restoran yang didirikan di kota
Bogor semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang hidup di
perkotaan pada umumnya tidak memiliki waktu yang banyak untuk menyiapkan
makanan, karena tingkat mobilitas mereka yang tinggi. Selain itu, peningkatan
pendapatan dan pendidikan serta kemudahan dalam memperoleh informasi
menjadikan masyarakat yang hidup di perkotaan lebih menyukai makanan yang
siap saji. Masyarakat yang hidup di perkotaan menganggap restoran bukan hanya
sebagai tempat untuk makan saja, tetapi juga untuk berkumpul dengan teman
lama, beristirahat (coffee break) bagi pegawai kantoran, bertemu dengan partner
kerja, ataupun tujuan lain yang pada saat ini sudah merupakan bagian dari gaya
hidup. Hal tersebut menyebabkan jumlah restoran di kota Bogor semakin
bertambah (Tabel 2).
Tabel 2 Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2002-2006
Sumber : Buku Pariwisata Kota Bogor, Dinas Informasi Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor, 2006
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah restoran di kota Bogor pada
tahun 2000-2006 selalu bertambah setiap tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
usaha restoran di kota Bogor memiliki prospek usaha yang menjanjikan. Melihat
kondisi seperti ini, para pengusaha mulai berfikir untuk membuka usaha restoran
di kota Bogor. Ide bisnis datang dari pemahaman atas kebutuhan diri sendiri, dari
rekan-rekan atau keluarga, dan dapat dicari dengan melihat berbagai usaha yang
Tahun Jumlah Pertumbuhan (persen) 2000 105 -2001 107 1,902002 161 50,462003 178 10,562004 192 7,872005 222 15,632006 248 11,71
telah dilakukan orang lain atau dari pengamatan terhadap pasar dan toko
(Krisnamurthi, 2005).
Jenis restoran konvensional yang hanya menawarkan produk makanan
utama mungkin sudah menjadi suatu hal yang biasa. Tetapi, restoran yang
menjual makanan pembuka (appetizer) atau makanan penutup (dessert) saja,
merupakan suatu hal yang masih dapat dikatakan baru dan akan mendapat
perhatian serta minat pasar yang cukup besar.
Salah satu dessert yang digemari adalah produk olahan coklat. Munculnya
toko-toko coklat yang menjual produk olahan coklat menunjukkan kegemaran
masyarakat akan coklat. Selain rasanya yang enak dan membuat orang merasakan
kerinduan untuk mengonsumsinya kembali (chocolate craving), coklat juga
termasuk makanan yang bergizi. Kandungan gizi coklat pada setiap 100 gram
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan Gizi Coklat Per 100 Gram2
Zat Gizi Coklat Susu Coklat Pahit Energi (Kal) 381 504Protein (g) 9 5,5Lemak (g) 35,9 52,9Kalsium (mg) 200 98Fosfor (mg) 200 446Vit A (SI) 30 60
Tabel 3 menunjukkan bahwa coklat memiliki gizi yang baik sehingga
dapat memberikan khasiat yang baik pula bagi tubuh. Karena itu, usaha di bidang
produk olahan coklat dapat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi. Jenis
usaha yang dapat dilakukan diantaranya toko kue coklat dan restoran khusus
produk olahan coklat.
Death by Chocolate & Spageti (DBC & Spageti) Restaurant merupakan
restoran yang menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti.
Restoran ini merupakan restoran khusus produk olahan coklat satu-satunya di kota
Bogor. Namun demikian, DBC & Spageti Restaurant pun tetap memiliki pesaing
sejenis di kota Jakarta, yaitu DBC cabang DBC International Limited New
Zealand di Pondok Indah Mal dan Dapur Coklat, sedangkan di kota Bogor
pesaingnya adalah toko kue dan roti yang merupakan penghasil substitute product
dari produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant. Selain itu
juga, DBC & Spageti Restaurant harus bersaing dengan restoran-restoran lainnya
di kota Bogor. Supaya DBC & Spageti Restaurant bersaing di tengah kondisi
persaingan usaha industri jasa boga yang semakin ketat, maka DBC & Spageti
Restaurant harus memiliki strategi promosi yang tepat.
1.2 Rumusan Permasalahan
Meskipun produk olahan coklat tergolong ke dalam makanan yang cukup
mahal, namun orang tetap mengkonsumsi produk olahan coklat karena disamping
rasanya yang lezat dan bergizi, mengkonsumsi produk olahan coklat juga sudah
menjadi gaya hidup yang akan menunjukkan prestise seseorang. Hal tersebut
menunjukkan prospek usaha yang bagus di sektor produk olahan coklat. Namun
karena prospeknya yang bagus, maka semakin banyak orang yang mengusahakan
produk ini. Hal ini menimbulkan persaingan usaha yang cukup ketat.
Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan restoran yang
menawarkan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. Restoran ini
terletak di Jalan Ceremai No. 22 Kota Bogor. Restoran ini masih terbilang baru
didirikan, yaitu pada 18 Agustus 2006. Restoran ini merupakan salah satu unit
usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group (APG) yang diprakarsai oleh Ibu Baby
Ahnan, Ibu Tintin Kuraesin, dan Ibu Susi Gunadi. Unit usaha lainnya yang
dimiliki oleh APG adalah Pia Apple Pie (PAP) dan Macaroni Panggang (MP)
yang sudah lebih dahulu dikenal.
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant
adalah produknya yang bernama Death by Chocolate (DBC). Makanan tersebut
serupa kue coklat yang sebagian besar bahan dasarnya adalah coklat yang
disajikan dengan unik, yaitu berbentuk kuburan oval plus nisan yang dibuat dari
coklat dan terdiri dari tiga lapisan dengan lelehan coklat pada lapisan kedua.
Harga yang diterapkan pada produk DBC & Spageti Restaurant
menunjukkan bahwa restoran ini memilih pasar sasaran dengan golongan
ekonomi menengah-atas. Harga yang diterapkan untuk produk DBC yaitu
Rp35.000, Frittata Rp19.000-Rp28.000, dan spageti Rp33.000-Rp37.000. Di
samping itu, DBC & Spageti Restaurant juga memiliki produk-produk olahan
coklat lain seperti Flower by Chocolate, Chocolate Stick, dan coklat berbentuk
telur khusus untuk Hari Raya Paskah.
Sebagian besar pelanggan DBC & Spageti Restaurant adalah keluarga dan
remaja. Hal ini menyebabkan pada event-event tertentu seperti valentine yang
biasa diidentikan dengan saling memberi coklat, tingkat penjualan DBC &
Spageti Restaurant meningkat. Selain itu, puncak-puncak ramainya pengunjung
terjadi pada akhir pekan. Tetapi, peningkatan penjualan ini belum sesuai kapasitas
produksinya. Perbandingan antara rata-rata penjualan per hari DBC & Spageti
Restaurant dengan kapasitas produksi per hari dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan antara Rata-rata Penjualan per Hari DBC & Spageti Restaurant dengan Kapasitas Produksi per Hari
No. Produk Penjualan Rata-rata
per Hari Reguler (Senin-Kamis)
Penjualan Rata-rata per Hari Weekend (Jum’at-
Minggu)
Kapasitas Produksi per
Hari 1. DBC 20 loyang 60 loyang 150 loyang2. Frittata 20 loyang 40 loyang 60 loyang3. Spageti 15 piring 30 piring 50 piring
Sumber : DBC & Spageti (2008) (diolah)
Tabel 4 memperlihatkan bahwa penjualan rata-rata per hari DBC &
Spageti Restaurant untuk produk DBC pada saat reguler hanya 13,33 persen dari
penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend hanya
40 persen dari penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya. Produk
Frittata yang terjual per hari pada saat reguler hanya 33,33 persen dari penjualan
yang sesuai dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend sekitar 66,67
persen dari penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya. Produk spageti
yang terjual per hari pada saat reguler hanya 30 persen dari penjualan yang sesuai
dengan kapasitas produksinya dan pada saat weekend sekitar 60 persen dari
penjualan yang sesuai dengan kapasitas produksinya.
Penjualan setiap produk pada saat weekend lebih besar dibandingkan pada
saat reguler. Hal ini dikarenakan pada saat weekend orang memiliki waktu untuk
menikmati suasana santap di restoran. Namun demikian, penjualan DBC &
Spageti Restaurant pada akhir pekan yang meningkat dari biasanya tersebut,
masih belum dapat memenuhi kapasitas produksi per harinya.
Hasil dari penjualannya, DBC & Spageti Restaurant akan mendapatkan
penerimaan. Semakin banyak produk yang terjual, maka penerimaan yang akan
didapat pun akan semakin besar. Penerimaan rata-rata DBC & Spageti Restaurant
per bulan (1 bulan = 28 hari) yang dibandingkan dengan penerimaan rata-rata per
bulan sesuai dengan kapasitas produksinya, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan antara Penerimaan Rata-rata per Bulan DBC & Spageti Restaurant dengan Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan Kapasitas Produksi
No. Produk Penerimaan Rata-rata per Bulan (Rp)
Penerimaan Rata-rata per Bulan sesuai dengan Kapasitas Produksi (Rp)
1. DBC 36.400.000 147.000.0002. Frittata 15.200.000 31.920.0003. Spageti 19.800.000 46.200.000
Sumber : DBC & Spageti (2008) (diolah)
Tabel 5 menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per bulan DBC &
Spageti Restaurant untuk produk DBC hanya 24,76 persen dari penerimaan rata-
rata per bulan sesuai dengan kapasitas produksinya, sedangkan untuk produk
frittata dan spageti secara berturut-turut sebesar 47,62 persen dan 42,86 persen.
Selain itu, total penerimaan rata-rata per bulan dari ketiga produk utama DBC &
Spageti Restaurant tersebut adalah Rp 71.400.000. Penerimaan ini hanya 31,72
persen dari penerimaan yang dapat diperoleh DBC & Spageti Restaurant apabila
dapat berproduksi sesuai dengan kapasitas produksinya. Penerimaan tersebut
adalah sebesar Rp 225.120.000.
Tingkat penerimaan aktual yang lebih kecil dari pada tingkat penerimaan
yang sesuai dengan kapasitas produksi merupakan hal yang sangat disayangkan
karena tingkat keuntungan yang didapatkan oleh DBC & Spageti Restaurant
menjadi belum optimal. Fenomena ini dapat mengindikasikan bahwa pembelian di
ke DBC & Spageti Restaurant masih belum memenuhi target dan harus terus
ditingkatkan agar sesuai dengan kapasitas produksi. Jumlah pembelian yang
belum terlalu banyak ini diduga karena jumlah orang yang mengetahui
keberadaan DBC & Spageti Restaurant masih sedikit. Selain itu juga ada
kemungkinan bahwa orang yang sudah mengetahui keberadaan restoran ini sulit
untuk menemukan lokasinya yang kurang strategis. Hal ini diduga terjadi karena
promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant kurang gencar atau
kurang tepat sasaran.
Letak DBC & Spageti Restaurant termasuk ke dalam lokasi usaha yang
kurang strategis. Hal ini dapat ditunjukkan oleh posisinya yang tidak terletak di
jalan yang sering dilalui oleh banyak kendaraan dan atau banyak orang. Restoran
ini merupakan satu-satunya restoran coklat di kota Bogor. Hanya saja, di kota
Bogor terdapat banyak toko kue dan roti yang menghasilkan substitute product
dari produk DBC & Spageti Restaurant, yang lebih strategis letaknya jika
dibandingkan dengan DBC & Spageti Restaurant. Penghasil substitute product
diantaranya Bogor Permai yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.23A, Roti
Unyil Venus yang terletak di Jalan Pajajaran No.1 (di samping Ekalokasari Mal),
Elta Tan Ek Tjoan yang terletak di Jalan Siliwangi No.137 (di depan Ekalokasari
Mal), de Paris yang terletak di Jalan Pajajaran No. 60, dan Keik Hauz yang
terletak di Jalan Pajajaran No. 21. Karena itu, DBC & Spageti Restaurant harus
melakukan strategi promosi yang tepat supaya para konsumen merasa tertarik
untuk membeli produknya yang unik dan dapat bersaing di tengah situasi
persaingan usaha restoran yang semakin ketat..
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by Chocolate
& Spageti Restaurant?
2. Faktor apa yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi
Death by Chocolate & Spageti Restaurant ?
3. Bagaimana alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate &
Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang
dimiliki?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari dilaksanakannya
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh Death by
Chocolate & Spageti Restaurant
2. Menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi
promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant
3. Merumuskan alternatif strategi promosi yang tepat bagi Death by Chocolate &
Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang
dimiliki
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang akan didapat sebagai
berikut :
1. Bagi pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant, hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi
promosi dari produk-produknya sehingga skala usahanya dapat mengalami
perkembangan
2. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan informasi mengenai strategi promosi usaha restoran dan sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya
1.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Dengan metode ini, permasalahan strategi promosi
hanya dilihat dari sudut pandang DBC & Spageti Restaurant saja. Sedangkan
untuk mendapatkan strategi promosi yang paling sesuai untuk dilaksanakan DBC
& Spageti Restaurant, selain dari sudut pandang pihak restoran, diperlukan juga
masukan dari para pengunjung mengenai bentuk promosi yang dirasakan sangat
efektif bagi mereka.
Ruang lingkup dari penelitian ini hanya menganalisis strategi promosi
yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant, mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant,
dan merumuskan alternatif strategi promosi DBC & Spageti Restaurant
berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. Oleh karena itu,
hasil akhir yang dapat direkomendasikan kepada pihak DBC & Spageti
Restaurant dari penelitian ini adalah sebatas prioritas alternatif strategi promosi
berdasarkan pengolahan AHP dan tidak disertai dengan analisis mengenai
perbandingan antara biaya dan manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan strategi
promosi yang direkomendasikan tersebut.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Restoran
Restoran berasal dari kata dalam bahasa Perancis restaurer yang berarti
tempat yang menyediakan makanan. Makna aslinya berarti restoran menyajikan
ragam makanan lengkap mulai dari pembuka, makanan utama, sampai pencuci
mulut.
Restoran adalah suatu tempat atau bagian yang diorganisasikan secara
komersial untuk menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua
tamunya dan produk berupa makanan atau minuman (Soekresno, 2001). Restoran
ada yang berada dalam suatu hotel, kantor, maupun pabrik dan banyak juga yang
berdiri sendiri di luar bangunan itu. Jenis pelayanan yang diberikan oleh sebuah
restoran biasanya mempunyai macam makanan yang dihidangkan agak banyak
sehingga pelanggan dapat leluasa memilih dan menikmati makanan yang
dikehendakinya (Moehyi, 1992).
Selain itu, menurut Torsina (2000) usaha restoran meliputi usaha yang
terus-menerus melibatkan semua bidang pengadaan peralatan dan bahan mentah,
quality control untuk bahan dan produksi, standarisasi resep dan proses, berurusan
dengan segi-segi hukum, reklame, promosi dan publisitas, mengenai pegawai,
keluhan langganan, dekorasi, identitas dan ciri restoran, merendahkan kebocoran
uang dan barang, menetapkan menu yang seimbang, kalkulasi harga-harga pokok
dan tingkat waste (kerusakan makanan), strategi harga, sampai kepada
penanganan sampah, air, listrik, dan lain-lain.
2.2 Jenis-jenis Restoran
Usaha restoran terbagi ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan
target pasar sasaran, tujuan utamanya, lokasi, dekorasi tempat serta jenis menu
dan makanan yang disediakan. Torsina (2000) membagi jenis restoran ke dalam
sepuluh jenis restoran yang ada sekarang yaitu :
1. Family Conventional
Restoran yang ditunjukkan pada tradisi keluarga. Prioritas utama
menyediakan menu makanan dan minuman yang enak, suasana yang nyaman, dan
harga yang bersahabat. Restoran ini menawarkan pelayanan dan dekorasi yang
sederhana.
2. Fast Food
Restoran ini lebih menekankan pada kecepatan penyajian. Makanan dan
minuman yang dipesan akan segera tersedia dalam waktu yang paling singkat.
Jenis menu relatif terbatas dan harga yang ditawarkan relatif tidak mahal. Lebih
mngutamakan banyak pelanggan. Dekorasi tempat dengan warna-warna utama
dan terang. Restoran jenis ini erat kaitannya dengan eat-in (makan di restoran)
dan take-out (dibawa keluar). Restoran jenis ini lebih mengutamakan turnover
yang tinggi dari pengunjung.
3. Speciality Restaurants
Restoran ini menyajikan menu yang khas, berkualitas, dan menarik
perhatian. Harga yang relatif mahal. Tempat dan lokasi biasanya jauh dari pusat
keramaian yang ditunjukkan utamanya untuk wisatawan atau orang-orang yang
ingin mentraktir teman bisnis, keluarga dalam suasana yang khas dan unik.
Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk ke dalam restoran
jenis Speciality Restaurants ini karena memiliki ciri-ciri seperti produk yang unik
dengan cara penyajian yang unik (sensasi Death by Chocolate), lokasinya yang
cukup jauh dari keramaian, harga yang cukup mahal karena produknya
berkualitas, unik, dan bergizi, konsumennya sebagian besar remaja dan keluarga
yang secara sengaja mengunjungi DBC & Spageti Restaurant tidak hanya untuk
makan atau mentraktir teman, tetapi juga untuk berkumpul dan bersantai. Selain
berasal dari daerah Bogor, konsumen DBC & Spageti juga banyak yang berasal
dari luar daerah Bogor seperti Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan lain-lain.
4. Kafetaria
Restoran jenis ini dapat dilihat dengan jelas dari tempatnya berada.
Biasanya terletak di perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, dan pabrik-pabrik.
Target konsumen utama sesuai dengan lingkungannya berada. Menu terbatas,
harga murah dan berganti-ganti setiap hari seperti menu makanan yang ada di
rumah.
5. Coffee Shop
Ciri khas dari jenis restoran ini adalah tempat duduk yang berganti-ganti
dengan cepat untuk menandakan suasana tidak formal. Pelayanan pesanan
makanan yang cepat, lokasi dan tempat utama berada di sekitar gedung
perkantoran, pabrik-pabrik, dan pusat perbelanjaan dengan traffic pejalan yang
tinggi. Menu utama ditujukan untuk coffe break.
6. Gourmet
Restoran yang memiliki suasana sangat nyaman dengan dekorasi tempat
yang sangat artistik. Restoran ini yang termasuk restoran yang berkelas yang
ditunjukkan untuk konsumen yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan
bergengsi. Biasanya restoran ini membidik target pasar dengan standar prestise
yang tinggi.
7. Etnik
Restoran ini dicirikan dengan menyajikan menu makanan yang berasal
dari daerah tertentu yang spesifik. Pakaian seragam dari pelayannya disesuaikan
dengan asal daerah makanan dan minuman. Dekorasi tempat dan ruangan
menggambarkan suasana etnik tertentu.
8. Snack Bar
Restoran ini ditunjukkan untuk orang-orang yang ingin jajanan dan
makanan kecil. Banyak menawarkan pesanan take-out. Dekorasi tempat sederhana
serta ukuran kecil hanya untuk beberapa orang.
9. Buffet
Ciri utama buffet yaitu berlakunya satu harga untuk makanan sepuasnya
apa yang disajikan pada buffet. Produk minuman berupa wine, linquor, dan bir
yang dapat dipesan dengan khusus. Display makanan cukup memegang peranan
penting dalam promosi.
10. Drive In Drive Thru or Parking
Restoran jenis ini melayani pembelian dengan diantar hingga ke mobil
pelayan untuk eat-in (sementara parkir) atau take away dengan kemasan makanan
yang dibungkus dengan praktis.
Dalam melakukan usahanya, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh sebuah restoran agar usahanya dapat berhasil. Menurut Mukhtar
(2004), keberhasilan operasional restoran dapat dilihat dari lima hal yang disebut
G - factors, yaitu :
1. Good Food (G-1)
Makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan segar dan sistem
pengelolaan yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan perlengkapan
berkualitas tinggi dan higienis, cita rasa makanan baik dan sesuai dengan
selera konsumen.
2. Good Location & Parking Fasilities (G-2)
Lokasi restoran harus strategis, dimana lokasi merupakan pedoman dalam
mendirikan restoran. Luas tempat parkir juga menentukan kenyamanan
konsumen. Oleh sebab itu restoran harus mudah terlihat, mudah dijumpai,
memiliki daya tarik dengan pemilihan warna atau ornamen khusus serta
letaknya tidak terlalu jauh dari pusat keramaian.
3. Good Atmosphere (G-3)
Suasana yang nyaman dan menyenangkan perlu diciptakan melalui
penampilan interior dan eksterior yang seimbang, dekorasi yang digunakan,
pemilihan warna dan fasilitas yang lengkap, seperti toilet, kursi dan meja yang
berkualitas baik, dan table set up yang lengkap.
4. Good Reputation (G-4)
Restoran harus memiliki reputasi yang baik yang meliputi pelayanan,
pengelolaan dan prestasi yang mempengaruhi pendapat masyarakat.
5. Good Pleasant & Courteous Service (G-5)
Tata saji dilakukan dengan begitu mengesankan, menyenangkan dan
memuaskan. Pramusaji harus mampu memberikan masukan bagi tamu mereka
yang kurang memahami keinginannya dan menyajikan makanan dengan tata
saji yang berkualitas, sopan dan ramah.
Berdasarkan G-factors tersebut, hanya faktor good location (G-2) yang
dirasa belum dapat dipenuhi oleh DBC & Spageti Restaurant. Hal ini disebabkan
oleh lokasi usaha restoran yang kurang strategis, yaitu tidak mudah terlihat dan
sedikit jauh dari keramaian. Hal tersebut mengakibatkan restoran ini memiliki
sedikit kendala untuk mendapatkan jumlah pengunjung yang sangat banyak.
Lokasi usahanya ini tidak terletak di jalan raya yang sering dilalui oleh banyak
orang dan atau banyak kendaraan. Namun demikian, restoran ini memiliki
lapangan parkir yang cukup luas sehingga komponen parking facilities dapat
dipenuhi oleh restoran ini.
2.3 Coklat
Coklat diperoleh dari tanaman coklat (Theobroma cocoa L) yang berasal
dari Mexico. Coklat biasa digunakan sebagai bahan baku untuk membuat
makanan maupun minuman dengan rasa dan aroma yang khas. Menurut Khomsan
(2002) kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman
pahit. Suku Aztec dan Maya di Mexico percaya bahwa Dewa Pertanian telah
mengirimkan coklat yang berasal dari surga kepada mereka. Cortes kemudian
membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol
minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak. Coklat
kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan
pabrik coklat di Massachusetts AS.
Saat ini coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack
yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Selain rasanya enak,
coklat juga ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang.
Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard
yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Studi ini menggunakan food frequency
questionnaire dan berhasil mengumpulkan informasi tentang kebiasaan makan
permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard.
Studi ini menemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat
umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan
fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa
berusia lebih panjang.
Menurut kepercayaan suku Maya, coklat adalah makanan para dewa. Rasa
asli biji coklat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui
rekayasa proses dapat dihasilkan coklat sebagai makanan yang disukai oleh
siapapun. Biji coklat mengandung lemak 31 persen, karbohidrat 14 persen, dan
protein 9 persen. Protein coklat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan
tyrosin. Coklat mengandung lemak yang tinggi, tetapi relatif tidak mudah tengik
karena coklat juga mengandung polifenol (6 persen) yang berfungsi sebagai
antioksidan pencegah ketengikan.
Coklat mengandung lemak yang disebut lemak kakao atau cocoa butter.
Jenis lemak ini berbeda dengan jenis lemak yang terkandung dalam tanaman yang
lainnya seperti sawit, kedelai, biji bunga matahari, dan lain-lain. Lemak kakao
tersebut akan menentukan bagaimana coklat akan meleleh begitu sampai di lidah.
Sepertiga lemak yang terdapat dalam coklat adalah asam oleat yaitu asam
lemak tak jenuh. Asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun.
Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi
asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positif oleat bagi kesehatan
jantung.
Dapat dikatakan tidak ada orang yang tidak suka coklat. Mulai dari anak-
anak sampai orang dewasa, semua makan coklat. Mulai dari yang harganya
ratusan rupiah sampai belasan ribu rupiah per potong, semua memiliki pasar.
Selain itu, coklat juga merupakan bagian dari gaya hidup bagi masyarakat kelas
menengah-atas.
Makan coklat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian
orang rasa coklat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk
mengkonsumsinya kembali. Ini yang disebut chocolate craving. Dampak coklat
terhadap perilaku dan suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving.
Rindu coklat dapat disebabkan oleh aromanya, teksturnya, rasa manis-pahitnya,
dsb. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine, yaitu
suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke
dalam otak dan menghasilkan dopamine. Dopamine akan menimbulkan dampak
perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap
mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang
sedang jatuh cinta.
Kakao berasal dari Amerika Selatan, tetapi diproduksi menjadi coklat di
Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini, sumber kakao utama dunia menurut
Departemen Pertanian (Deptan) Indonesia bukan lagi dari Amerika Selatan,
melainkan Pantai Gading dan Ghana di Afrika, serta Indonesia. Negara-negara
tersebut tidak pernah dikenal sebagai penghasil coklat tetapi penghasil kakao saja.
Hal ini disebabkan oleh kakao yang dihasilkan Indonesia dan negara-negara lain
dibawa ke Eropa lalu diproses menjadi coklat, dan diekspor lagi ke Indonesia. Hal
ini merupakan sebuah ironi untuk Indonesia.
2.4 Spageti
Saat ini, sektor kuliner sudah sangat berkembang. Hal ini dapat dilihat dari
semakin terdiferensiasinya suatu jenis produk. Mi yang dikenal saat ini sudah
memiliki jenis yang banyak dan istilah atau sebutan yang beragam untuk setiap
jenisnya. Spageti adalah mi Italia yang berbentuk panjang seperti lidi. Pada
umumnya, spageti dimasak selama 9-12 menit di dalam air mendidih hingga al-
dente. Al dente artinya tidak lengket di gigi, tidak terlalu mentah ataupun terlalu
matang. Cara memakannya bervariasi tetapi yang sangat terkenal adalah Spaghetti
alla Bolognese yaitu dengan saus daging cincang lalu ditaburi keju parmesan
parut.
Hampir setiap orang mengira bahwa spageti adalah bakmi yang dibawa pulang
oleh Marco Polo dalam perjalanannya dari Tiongkok pada tahun 1292. Tetapi
setelah diselidiki oleh banyak pihak, sejak zaman dahulu Bangsa Romawi yang
menang dari medan perang selalu menyantap spageti. Spageti merupakan salah
satu jenis pasta yang telah dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia
bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Spageti terbuat dari tepung yang
dihasilkan oleh mereka pada saat itu lalu diolah dengan sedikit air dan telur
menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Setelah itu, pasta digiling tipis
menjadi lembaran-lembaran, yang merupakan induk pasta yang dikenal sebagai
Lasagna. Saat ini telah berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne,
Tagliatelle3.
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, studi literatur juga
dilakukan dengan mempelajari dan mencari informasi dari penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan judul skripsi. Penelitian terdahulu tidak hanya
mengacu pada satu tahun yang sama tetapi pada dua tahun yang berbeda supaya
diperoleh perbandingan mengenai skripsi-skripsi untuk setiap tahunnya. Penelitian
terdahulu mengenai strategi promosi diambil dari enam skripsi yaitu tiga skripsi
tahun 2005 dan tiga skripsi tahun 2007. Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu
yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti/Tahun Topik Metode Hasil Penelitian 1. Permaswati
(2005)
Analisis Strategi Promosi Teh Botol Sosro di PT. Sinar Sosro Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Barat Area 1 Bandung
AHP Strategi promosi yang sesuai bagi PT. Sinar Sosro KPW Jabar Area 1 adalah dengan menitikberatkan pada pemasaran langsung. Strategi ini diutamakan untuk menghambat aktivitas pesaing dan diimplementasikan pada target operasi lokasi makan yaitu food court, dengan melakukan kegiatan branding berupa penempatan dan pemasangan materi promosi di lokasi makan agar dapat menjaga positioning produk TBS dalam bisnis minuman ready to drink.
2. Siahaan (2005)
Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Promosi Sayuran Organik PT. Amani Mastra
AHP Tujuan utama perusahaan melakukan promosi yaitu untuk mengingatkan dan menginformasikan keberadaan sayuran organik di pasar. Alternatif strategi promosi yang menjadi prioritas utama yang dijalankan oleh perusahaan adalah melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat (HUMAS) dan publikasi.
3. Simamora (2005)
Analisis Strategi Promosi Produk Mahkota Dewa di PT. Mahkotadewa Indonesia Jakarta
AHP Tujuan utama promosi perusahaan adalah menciptakan kesadaran merek sehingga konsumen dapat mengenal produk-produk MDI dan tidak beralih kepada produk kesehatan tradisional pesaing. Hasil penelitian merupakan alternatif strategi yang paling tepat bagi perusahaan dengan menitikberatkan pada periklanan (advertising).
4. Zulhiyardi (2007)
Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan Curfos pada PT.Interbat
AHP Faktor penyusun strategi promosi PT. Interbat didasarkan pada pemilihan kendala yang dihadapi olehnya. Faktor utama dari kendala yang dihadapi secara berturut-turut adalah faktor pesaing diikuti oleh faktor manajemen perusahaan. Sedangkan subfaktor pesaing secara berturut-turut adalah subfaktor promosi diikuti subfaktor merek produk pesaing. Alternatif Strategi promosi yang tepat untuk perusahaan adalah dengan meningkatkan aktivitas promosi yang dilakukan saat ini, menitikberatkan pada periklanan, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas, menitikberatkan pada personel selling dan
pemasaran langsung. 5. Prastya (2007)
Analisis Strategi Promosi Makanan Tradisional Khas Bogor, Gepuk dan Ikan Balita Karuhun pada PT. Anofood Prima Nusantara
AHP Alternatif strategi yang paling tepat bagi PT. Anofood adalah dengan menitikberatkan pada promosi penjualan. Hal ini dapat dioptimalkan dengan mengikuti pameran, pekan raya, bazar, potongan pembelian dan sampel produk kepada konsumen.
6. Nugroho (2007)
Analisis Strategi Promosi Agrowisata Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
AHP Alternatif strategi promosi yang sesuai dengan faktor kendala dan pendukung perusahaan adalah melakukan promosi dengan menitikberatkan pada kegiatan personel selling dan direct marketing yang diimplementasikan pada target operasi promosi sekolah, dengan melakukan kegiatan roadshow
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini mengambil topik yang berbeda mengenai analisis strategi promosi
Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor. Selain itu, perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perusahaan yang diteliti merupakan
restoran produk olehan coklat. Alat analisis data yang digunakan adalah
Analitycal Hierarchi Process (AHP), yaitu metode yang memasukkan aspek
kualitatif dan memberikan prioritas untuk setiap alternatif. Data diolah dengan
software Expert Choice 2000.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi Pemasaran
Keberhasilan suatu usaha sangat tergantung pada program pemasaran yang
dilakukannya. Karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dari program
pemasaran yang dilakukan, perusahaan harus memberi perhatian yang khusus
terhadap aspek pemasaran tersebut. Kotler (2005) mendefinisikan pemasaran
sebagai suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan pihak lain. David (2002) mendefinisikan pemasaran sebagai proses
memantapkan, mengantisipasi, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan akan barang dan jasa.
Definisi lain mengemukakan bahwa pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1991).
Asosiasi Pemasaran Amerika, mengartikan pemasaran sebagai proses perencanaan
dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran
individu dan organisasi (Kotler, 2005). Lembaga pemasaran terkemuka di Inggris,
British Institute of Marketing, mendefinisikan istilah pemasaran sebagai proses
manajemen yang bertanggung jawab terhadap identifikasi, antisipasi, serta
Komunikasi
Barang/Jasa
Uang
Informasi
pemenuhan kebutuhan konsumen, dan dalam waktu bersamaan menciptakan
keuntungan bagi perusahaan (Jefkins, 1996).
Untuk memfokuskan program pemasaran, setiap perusahaan perlu
membatasi pasar yang akan mereka kuasai. Hal ini akan mempermudah bagi
pemasar dalam menentukan bentuk kegiatan untuk memasarkan produknya agar
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen dan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menciptakan suatu pola hubungan antara
industri sebagai kumpulan penjual dan pasar sebagai kumpulan pembeli seperti
yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Sistem Pemasaran Sederhana (Sumber : Kotler, 2005)
Para ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli dan
penjual yang melakukan transaksi atas produk/kelompok produk tertentu. Gambar
1 menunjukkan hubungan antara industri dan pasar. Para penjual dan pembeli
dihubungkan oleh empat arus. Penjual mengirimkan barang dan jasa serta
komunikasi (iklan, surat langsung) ke pasar; sebaliknya, penjual menerima uang
dan informasi (sikap, data penjualan). Garis lingkaran sebelah dalam
menunjukkan pertukaran uang untuk mendapatkan barang dan jasa; garis
lingkaran sebelah luar menunjukkan pertukaran informasi (Kotler, 2005).
Industri (Kumpulan
Penjual)
Pasar (Kumpulan Pembeli)
3.1.2 Promosi
Bauran pemasaran yang sangat berpengaruh terhadap penjualan produk
atau jasa pada suatu perusahaan adalah promosi. Definisi promosi menurut Kotler
(1997) adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para
konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Swastha (1990) menjelaskan
pengertian promosi sebagai berikut :
1. Promosi adalah arus informasi/persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang/organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran.
2. Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditunjukkan untuk
mendorong permintaan.
Konsumen diharapkan dapat memiliki informasi yang mereka butuhkan
untuk dapat memutuskan pembelian suatu produk atau jasa. Oleh karena itu,
kegiatan promosi sangat dibutuhkan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan
kegiatan promosi menurut Cummins (1991) adalah :
1. Meningkatkan volume penjualan
2. Meningkatkan percobaan oleh konsumen
3. Meningkatkan pembelian berulang
4. Meningkatkan kesetiaan konsumen
5. Memperluas pemakaian
6. Menimbulkan minat
7. Menimbulkan kesadaran
8. Mengalihkan perhatian dari harga
9. Memperoleh dukungan perantara
10. Memperoleh display
3.1.2.1 Periklanan (Advertising)
Definisi iklan menurut Kotler (2005) adalah segala bentuk persentasi
nonpribadi dan promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang
harus dibayar. Shimp (2003), mengemukakan bahwa tujuan dari
diselenggarakannya periklanan diantaranya membuat konsumen menyadari suatu
merek baru, mempengaruhi pengharapan mereka tentang atribut dan keuntungan
dari suatu merek, dan mendorong konsumen untuk mencoba merek tersebut.
Jefkins (1996) membagi iklan menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Iklan lini atas (Above the Line/ATL)
Iklan lini atas adalah jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi
kepada biro iklan, contohnya : tayangan iklan di media cetak, televisi, radio,
bioskop, billboard, dan sebagainya.
2. Iklan lini bawah (Below the Line/BTL)
Iklan lini bawah adalah jenis-jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya
komisi seperti iklan pada pameran, brosur, lembar informasi, dan sebagainya.
Di samping memiliki beberapa kelebihan, pada umumnya iklan menuntut
biaya anggaran yang besar namun memberikan manfaat yang besar pula.
Beberapa manfaat yang dapat diberikan oleh pemasangan iklan adalah untuk
membangun citra jangka panjang sebuah produk dan mendorong terjadinya
penjualan. Selain itu, iklan juga mampu menjangkau calon pembeli yang jaraknya
berjauhan. Karena pemasangan iklan memberikan pengaruh yang sangat penting
bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, maka dalam
pengambilan keputusan untuk mengembangkan program iklan, perusahaan harus
memiliki beberapa pertimbangan.
Ada lima keputusan utama yang harus diambil oleh pihak perusahaan
dalam mengembangkan program iklan, yang dikenal sebagai “lima M” (Kotler,
2005), yaitu Misi (Mission): menentukan tujuan iklan, Uang (Money):
memutuskan anggaran iklan, Pesan (Message): memilih pesan iklan, Media
(Media): memutuskan media iklan, dan Ukuran (Measurement): mengevaluasi
hasil.
Gambar 2 halaman 28 merepresentasikan hubungan antara kelima M
tersebut. Misi yang telah ditetapkan membutuhkan anggaran (uang) untuk
membiayai program periklanan yang akan dilakukan. Uang menentukan berapa
banyak yang dapat dibelanjakan. Hal ini mempengaruhi pilihan media yang akan
digunakan dan pesan yang akan disampaikan. Kemudian diukur dampak
komunikasi dan dampak penjualan atas pesan dan media yang telah ditentukan
pada iklan yang diterapkan.
Tujuan iklan menurut Kotler (2005), dapat digolongkan menjadi
empat, yaitu:
1. Iklan Informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan
tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada
2. Iklan Persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,
keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa
3. Iklan Pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa
kembali
4. Iklan Penguatan dimaksudkan menyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka
telah melakukan pilihan yang tepat.
Menurut Kotler (2005) terdapat lima faktor khusus yang harus
dipertimbangkan pada saat menetapkan anggaran iklan :
1. Tahap dalam siklus hidup produk
Produk baru biasanya mendapat anggaran iklan yang besar guna membangun
kesadaran dan mengupayakan pelanggan mencobanya. Merek-merek yang
sudah mapan biasanya didukung anggaran iklan yang lebih rendah sebanding
dengan penjualannya.
Gambar 2 Lima M dalam Iklan (Sumber : Kotler, 2005)
Pengukuran (Measurement)
• Dampak
komunikasi • Dampak
penjualan
Misi (Mission)
• Sasaran
penjualan • Tujuan
periklanan
Uang (Money)
Faktor-faktor yang dipertimbangkan : • Tahap PLC (siklus
hidup produk) • Pangsa pasar dan basis
konsumen • Persaingan dan
gangguan • Frekuensi periklanan • Kemungkinan substitusi
produk
Pesan (Message)
• Pembuatan pesan • Evaluasi dan
pemilihan pesan • Pelaksanaan
produk • Kajian ulang
tanggung jawab sosial
Media
Langkah-langkah dalam menentukan media : • Dampak, frekuensi,
jangkauan • Jenis media utama • Wahana media
tertentu • Penentuan waktu
media • Alokasi media
secara geografis
2. Pangsa pasar dan basis konsumen
Merek berpangsa pasar tinggi biasanya membutuhkan lebih sedikit
pengeluaran iklan.
3. Persaingan dan gangguan
Pasar yang memiliki jumlah pesaing yang banyak dan pengeluaran iklan yang
tinggi, suatu merek harus diiklankan secara besar-besaran untuk didengar.
4. Frekuensi Iklan
Jumlah pengulangan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan merek
tersebut kepada konsumen mempunyai dampak penting terhadap anggaran
iklan.
5. Daya substitusi produk
Merek-merek dalam kelas komoditas (rokok dan minuman ringan)
memerlukan iklan besar-besaran untuk membangun citra yang berbeda.
Menurut Kotler (2005) terdapat beberapa jenis media iklan utama beserta
keunggulan dan keterbatasannya masing-masing yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis-jenis Media Iklan Utama Beserta Keunggulan dan Keterbatasannya
Media Iklan Keunggulan Keterbatasan Koran Fleksibilitas; ketepatan waktu;
jangkauan pasar lokal yang baik; penerimaan luas; tingkat kepercayaan tinggi
Usia penggunaan pendek, mutu reproduksi jelek, audiens “terusan” kecil
Televisi Menggabungkan gambar, suara dan gerakan; merangsang indera; perhatian tinggi; jangkauan tinggi
Biaya absolut tinggi; kekacauan tinggi; paparan bergerak kilat; pemilihan audiens kurang
Surat Langsung (direct mail)
Audiens terpilih; fleksibilitas; tidak ada pesaing iklan dalam media yang sama; personalisasi
Biaya relatif tinggi; citra surat sampah
Radio Penggunaan masal; pemilihan geografis dan demografis tinggi; biaya rendah
Hanya penyajian suara; perhatian lebih rendah daripada televisi; struktur harga tidak standar; sasaran bergerak kilat
Majalah Pemilihan geografis dan demografis Perencanaan pembelian
tinggi; kredibilitas dan gengsi; reproduksi bermutu tinggi; usia penggunaan panjang; penerusan pembacaan baik
iklan panjang; sebagian sirkulasi sia-sia; tidak ada jaminan posisi
Reklame luar ruang
Fleksibilitas; pengulangan paparan tinggi; biaya rendah; persaingan rendah
Pemilihan audiens terbatas; kreativitas terbatas
Yellow Pages Liputan lokal sangat bagus; tingkat kepercayaan tinggi; jangkauan luas; biaya rendah
Persaingan tinggi; perencanaan pembelian iklan panjang; kreativitas terbatas
Berita berkala Pemilihan audiens sangat tinggi; terkontrol penuh; peluang interaktif; biaya relatif rendah
Biaya dapat hilang sia-sia
Brosur Fleksibilitas; terkendali penuh; dapat mendramatisir pesan
Produksi berlebihan dapat membuat biaya hilang sia-sia
Telepon Banyak pengguna; peluang memberikan sentuhan pribadi
Biaya relatif tinggi kecuali jika digunakan sukarelawan
Internet Pemilihan audiens tinggi; kemungkinan interaktif; biaya relatig rendah
Media relatif baru dengan jumlah pengguna yang rendah di beberapa negara
Sumber : Kotler (2005)
3.1.2.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan yang merupakan unsur utama dalam kampanye
pemasaran, adalah berbagai kumpulan alat-alat insentif, yang sebagian besar
berjangka pendek, yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa
tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang (Kotler,
2005). Menurut Stanton (1993), promosi penjualan adalah sesuatu yang
direncanakan untuk menambah dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan
personal dan periklanan yang meliputi kegiatan pameran di toko, pameran dagang,
membagikan contoh/kupon-kupon “cent-off” (untuk pembulatan harga ke bawah).
Kotler (2005), menjelaskan alat-alat promosi penjualan diantaranya
mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang kembali,
potongan harga, cinderamata, hadiah, hadiah berlangganan, pengujian gratis,
garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di tempat pembelian, dan
peragaan); promosi perdagangan (potongan harga, dana iklan dan pajangan, dan
barang gratis); serta promosi bisnis dan tenaga penjualan (pameran dan konvensi
perdagangan, kontes untuk perwakilan penjualan, dan iklan khusus). Promosi
pemasaran menawarkan tiga manfaat yang berbeda, yaitu :
1. Komunikasi : Promosi penjualan mendapat perhatian dan mungkin akan
mengarahkan konsumen ke produk tersebut.
2. Insentif : Promosi penjualan menggabungkan suatu konsesi, dorongan, atau
kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
3. Ajakan : Promosi penjualan merupakan ajakan yang jelas untuk terlibat dalam
transaksi tersebut sekarang.
3.1.2.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations - Publicity)
Hubungan masyarakat (publisitas) didefinisikan Kotler (1993) sebagai
rangsangan non personal demi permintaan akan sebuah produk jasa atau unit
usaha dengan cara menyebarkan berita niaga penting mengenai produk atau jasa
di media cetak, atau dengan memperkenalkan produk atau jasa tersebut melalui
radio, televisi atau pentas tanpa dibayar oleh sponsor. Hubungan masyarakat
meliputi berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau
melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya (Kotler, 2005)
Menurut Stanton (1993) publisitas adalah usaha memacu permintaan
secara non personal dan usaha ini tidak dibiayai oleh orang atau organisasi yang
memetik manfaat dari publisitas ini. Ciri-ciri publisitas menurut Kotler (1993)
adalah :
1. Nilai kepercayaan yang tinggi. Artikel dan berita di media biasanya lebih
otentik dan lebih dipercaya oleh pembaca dari pada iklan.
2. Dorongan keluar. Publisitas bisa menjangkau banyak pihak yang menghindari
wiraniaga atau iklan. Pesan yang sampai ke pembeli berupa berita, bukan
suatu komunikasi penjualan langsung.
3. Dramatisasi. Seperti iklan, publisitas berpotensi untuk mendramatisasi suatu
perusahaan atau produk.
Kotler (2005), menjelaskan alat-alat utama dalam humas pemasaran
sebagai berikut :
1. Terbitan : bahan-bahan ini mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, berita
berkala dan majalah perusahaan, dan bahan-bahan audio visual.
2. Acara-acara : kegiatan perusahaan dengan menyelenggarakan acara-acara
khusus seperti konferensi berita, seminar, tamasya, pameran dagang,
pemajangan produk, kontes dan kompetisi, dan ulang tahun yang akan
menjangkau masyarakat sasaran.
3. Pemberian dana sponsor : perusahaan dapat mempromosikan mereka dan
nama perusahaannya dengan mensponsori pertandingan olahraga dan acara
budaya.
4. Berita : salah satu tugas utama profesional humas adalah menemukan atau
menciptakan berita yang menguntungkan tentang perusahaan tersebut,
produknya, orang-orangnya, dan mengupayakan agar media menerima siaran
pers dan menghadiri konferensi pers.
5. Ceramah : memberi ceramah dalam perhimpunan-perhimpunan perdagangan
atau rapat-rapat penjualan, dan penampilan ini dapat membangun citra
perusahaan tersebut.
6. Kegiatan layanan masyarakat : perusahaan-perusahaan dapat membangun
kehendak baik dengan menyumbangkan uang dan waktu untuk tujuan baik.
7. Media identitas : perusahaan membutuhkan identitas visual yang langsung
dikenal masyarakat. Identitas visual tersebut terdapat dalam logo perusahaan,
alat tulis, brosur, tanda formulir bisnis, kartu nama, bangunan, seragam, dan
aturan berpakaian.
3.1.2.4 Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Kotler (2005), mendefinisikan pemasaran langsung sebagai penggunaan
saluran-saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan menyerahkan barang
dan jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Pemasaran-
pemasaran langsung dapat menggunakan sejumlah saluran untuk menjangkau
masing-masing calon dan pelanggan. Saluran ini meliputi (Kotler, 2005) :
1. Penjualan tatap muka : kunjungan penjualan lapangan.
2. Surat langsung : pengiriman tawaran, pemberitahuan, alat pengingat atau
sesuatu yang lain kepada seseorang.
3. Pemasaran katalog : perusahaan akan mengirimkan katalog barang dagangan
lini lengkap, katalog konsumen untuk barang khusus, dan katalog bisnis,
biasanya dalam bentuk cetakan tetapi juga kadang-kadang cd, video atau
secara on-line.
4. Telemarketing dan e-perdagangan : penggunaan telepon dan pusat layanan
telepon (call center) untuk menarik calon pelanggan, menjual kepada
pelanggan yang sudah ada, dan menyediakan layanan dengan menerima
pesanan dan menjawab pertanyaan.
5. Media lain untuk pemasaran tanggapan langsung : Koran dan majalah memuat
banyak iklan cetak yang menawarkan barang dan jasa yang dapat dipesan
dengan memencet bebas pulsa.
6. Pemasaran melalui kios : kios adalah bangunan kecil yang dapat menampung
unit penjualan atau informasi. Selain itu, istilah tersebut juga meliputi mesin
penjaja yang tersambung dengan komputer dan “mesin penerima pesanan
pelanggan” yang terlihat di toko, bandara, dan tempat-tempat lain.
7. e-Pemasaran : saluran terbaru untuk pemasaran langsung adalah elektronik.
Contohnya adalah pemasaran melalui internet.
3.1.2.5 Tenaga Penjualan/Penjualan personal (Personal Selling)
Kotler (2005) mendefinisikan bahwa penjualan personal adalah alat yang
paling efektif pada tahap terakhir proses berupa proses pembelian, khususnya
dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Penjualan
pribadi memiliki tiga ciri khusus, yaitu :
1. Pertemuan pribadi :Penjualan pribadi mencakup hubungan langsung dan
interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengamati
reaksi-reaksi pihak lain.
2. Perkembangan hubungan : Penjualan pribadi memungkinkan segala jenis
hubungan berkembang, mulai dari hubungan penjualan seadanya sampai
hubungan pribadi yang mendalam.
3. Tanggapan : Penjualan pribadi membuat pembeli merasakan suatu kewajiban
untuk mendengarkan pembicaraan penjualan
Kotler (1995) menguraikan bahwa wiraniaga (sales representatives) dapat
melakukan enam tugas bagi perusahaannya, yaitu :
1. Mencari konsumen baru/prospek. Wiraniaga dapat mencari dan
mengusahakan pelanggan baru.
2. Komunikasi. Wiraniaga dapat mengkomunikasikan informasi yang
bermanfaat tentang perusahaan.
3. Menjual. Wiraniaga dapat menjadi efektif dalam “seni kewiraniagaan” yang
terdiri dari mendekati, mengajukan, menjawab bantahan, dan meningkatkan
tindakan.
4. Melayani. Wiraniaga dapat menyediakan berbagai jasa kepada pelanggan
seperti konsultasi atas masalah-masalah mereka, memberi bantuan teknis, dan
mempercepat waktu pelayanan.
5. Mengumpulkan informasi. Wiraniaga dapat menyediakan riset pasar dan
pengetahuan yang bermanfaat bagi perusahaan.
6. Mengalokasi. Wiraniaga dapat memberi nasihat kepada perusahaan tentang
cara mengalokasi barang-barang dan jasa yang langka kepada pelanggan pada
masa-masa kekurangan produk.
3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Promosi
Manajemen perusahaan tidak dapat terlepas dari berbagai macam faktor
yang mempengaruhi dalam menentukan kombinasi yang terbaik dari variabel-
variabel bauran promosi untuk melaksanakan strategi promosi yang efektif. Agar
bauran promosi yang optimal dapat dicapai maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi strategi bauran promosi yang akan dilakukan perusahaan (Kotler,
2000), yaitu :
3.1.3.1 Dana yang Tersedia
Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor pesaing yang mempengaruhi
bauran promosi. Perusahaan yang memiliki dana lebih besar, kegiatan promosinya
akan lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya mempunyai
sember dana lebih terbatas. Namun perusahaan yang mampu mendayagunakan
anggaran promosi secara efektiflah yang paling baik.
3.1.3.2 Sifat Pasar
Keputusan mengenai susunan bauran promosi akan sangat dipengaruhi
oleh sifat pasar. Promosi untuk pasar yang luas dan tidak terkonsentrasi akan
berbeda dibandingkan dengan pasar lokal yang kecil dan terkonsentrasi. Beberapa
macam sifat pasar tersebut adalah :
1. Luas pasar Secara Geografis
Perusahaan yang hanya memiliki pasar lokal sering mengadakan kegiatan
promosi yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pasar nasional atau
internasional. Bagi perusahaan yang mempunyai pasar lokal mungkin sudah
cukup menggunakan penjualan tatap muka saja, tetapi bagi perusahaan yang
mempunyai pasar nasional paling tidak harus menggunakan periklanan.
2. Konsentrasi Pasar
Konsentrasi pasar dapat mempengaruhi strategi promosi yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap jumlah calon pembeli, jumlah pembeli potensial dan
konsentrasi secara nasional. Perusahaan yang hanya memusatkan
penjualannya pada satu kelompok pembeli saja, maka penggunaan alat
promosinya akan berbeda dengan perusahaan yang menjual pada semua
kelompok pribadi.
3. Macam Pembeli
Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh objek
atas gagasan dalam kampanye penjualan, apakah pembeli industri, konsumen
rumah tangga atau pembeli lainnya.
3.1.3.3 Sifat Produk
Strategi promosi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan bergantung pada
sifat produk. Berdasarkan tujuannya produk dibagi menjadi dua kategori, yaitu
barang konsumsi (consumer goods) dan barang industri (industrial goods). Untuk
barang konsumsi biasanya perusahaan menggunakan periklanan. Hal ini
disebabkan oleh barang konsumsi didistribusikan secara luas, tidak begitu
memerlukan demonstrasi atau penerangan khusus. Untuk barang industri biasanya
menggunakan personal selling, hal ini karena biasanya satuan penjualan meliputi
jumlah uang besar. Produk kebanyakan dibuat menurut persyaratan-persyaratan
pembeli dan diperlukan jasa-jasa prajual dan purnajual yang dilakukan oleh
pegawai perusahaan produsen.
3.1.3.4 Pelanggan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi promosi
berkaitan dengan faktor pelanggan, yaitu :
1) Strategi Dorong Maupun Strategi Tarik
Strategi dorong mencakup kegiatan pemasaran produsen (terutama wiraniaga
dan promosi perdagangan) yang diarahkan pada perantara saluran. Tujuannya
adalah untuk mendorong perantara memesan dan menjual produk itu dan
mempromosikannya kepada pemakai akhir. Strategi tarik mencakup kegiatan
pemasaran (terutama periklanan dan promosi kepada konsumen) yang
diarahkan kepada pemakai akhir, tujuannya adalah mendorong pemakai akhir
untuk meminta produk itu kepada perantara dan dengan demikian perantara
memesan produk itu dari produsen.
2) Tahap Kesiapan Membeli
Alat-alat promosi memiliki efektivitas biaya yang berbeda pada berbagai
tahap kesiapan membeli. Periklanan dan publisitas paling efektif biaya pada
tahap kesadaran sedangkan penjualan pribadi dan promosi penjualan paling
efektif biaya pada tahap pemesanan atau pembelian.
3.1.3.5 Pesaing
Perusahaan dapat mempertimbangkan strategi promosi yang akan
dijalankan berdasarkan aktivitas promosi yang dijalankan pesaing atau dapat pula
menyesuaikan dengan tingkat persaingan yang ada dalam industri tersebut.
3.1.3.6 Tahap Daur Hidup Produk
Strategi yang akan diambil untuk mempromosikan suatu produk
dipengaruhi oleh tahap-tahap siklus kehidupan produk tersebut. Hubungan antara
strategi promosi dan tahap daur hidup produk sebagai berikut :
1) Tahap Perkenalan
Situasi pasar yang terjadi pada tahap ini adalah pelanggan tidak menyadari
bahwa mereka menghendaki produk dan dapat memetik manfaaat dari produk.
Strategi promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan informasi
dan pendidikan kepada pelanggan potensial, menerangkan bahwa produk itu
ada, bagaimana itu dapat digunakan dan faedah apa yang berguna untuk
pemenuhan kebutuhan. Biasanya perhatian besar diberikan kepada penjualan
pribadi, pameran dagang juga banyak digunakan dalam bauran promosi.
2) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini pelanggan mulai menyadari manfaat produk sehingga
permintaannya meningkat. Produk cukup laku dan penyalur pun mulai tertarik
dengan potensi produk baru. Promosi yang tepat pada tahap ini adalah
menstimulasi permintaan selektif (merek), lebih menekankan pentingnya
periklanan dan penyalur ikut ambil bagian dalam memikul beban promosi.
3) Tahap Kedewasaan
Pada tahap ini, persaingan menjadi semakin intensif. Penjualan perusahaan
mencapai titik tertinggi dan perhatian perusahaan akan terpusat pada segmen
pasar tertentu. Periklanan digunakan sebagai alat himbauan/bujukan, bukan
sekedar informasi saja. Persaingan tajam mengharuskan penjual menyediakan
dana lebih besar untuk periklanan dan menyebabkan turunnya laba
perusahaan. Promosi diintensifkan kepada para dealer dalam rangka
memelihara kesetiaan. Promosi kepada konsumen juga sangat diperlukan
apabila pangsa pasar ingin dipertahankan.
4) Tahap Kemunduran
Situasi pasar yang terjadi pada tahap ini adalah penjualan dan laba mengalami
penurunan. Pasar yang dikuasai semakin sempit karena adanya produk baru
yang lebih baik mulai diperkenalkan ke pasar. Akibatnya, intensitas promosi
mulai diturunkan untuk menekan biaya.
3.1.3.7 Bauran Pemasaran Lainnya
Keputusan bauran pemasaran lainnya selain promosi, yaitu produk, harga,
dan tempat/distribusi, orang, proses, dan bukti fisik yang ditetapkan oleh
perusahaan mempunyai pengaruh dalam penyusunan strategi promosi yang akan
diterapkan oleh perusahaan. Produk dengan harga tinggi biasanya identik dengan
mutu yang baik, sehingga periklanan merupakan kegiatan promosi yang tepat.
Demikian pula dengan saluran distribusi, bila saluran distribusinya langsung atau
tidak langsung maka dibutuhkan iklan dalam berpromosi. Jika saluran
distribusinya langsung maka penggunaan penjualan pribadi adalah hal yang tepat
dalam berpromosi.
Orang sebagai subjek yang membuat dan menyajikan atau menyampaikan
produk kepada konsumen mempunyai peranan yang cukup penting dalam
mempromosikan dan membentuk imej perusahaan. Komponen proses dalam
bauran pemasaran sangat erat kaitannya dengan komponen orang. Oleh karena itu,
dalam memenuhi kepusan pelanggan dalam hal pelayanan, kedua komponen
tersebut sangat perlu untuk diperhatikan. Bukti fisik berupa lay out bangunan, dan
lingkungan fisik dimana jasa disampaikan kepada konsumen sangat penting untuk
diperhatikan karena dapat membentuk citra perusahaan dan sebagai acuan
kenyaman konsumen dalam melakukan transaksi pembelian dan atau menikmati
produk serta jasa yang diberikan yang dapat mengakibatkan keputusan konsumen
untuk datang kembali ke perusahaan atau tidak.
3.1.7 Analitycal Hierarchi Process (AHP)
Metode AHP merupakan model yang fleksibel dan memungkinkan
pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok untuk membentuk gagasan-gagasan dan
membatasi masalah dengan membuat asumsi (dugaan) mereka sendiri dan
menghasilkan pemecahan yang diinginkan oleh mereka. Metode ini disebut
Analitycal Hierarchi Process (AHP). Metode AHP bermanfaat dalam
menganalisis suatu permasalahan yang kompleks menjadi permasalahan yang
lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan
keputusan yang efektif dapat diambil.
Pada dasarnya prinsip kerja AHP yaitu memecah situasi yang kompleks
dan tidak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, kemudian menata
bagian atau variabel ke dalam suatu hirarki. Pada tahap selanjutnya, dilakukan
pemberian nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya
suatu variabel, dan pelaksanaan sintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode AHP memiliki kemampuan untuk menguji konsistensi penilaian.
Apabila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsisten sempurna,
maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang. Menurut Saaty
(1993) metode AHP memiliki tiga prinsip utama dalam memecahkan persoalan
dengan analisis logis eksplisit, yaitu :
1. Prinsip Menyusun Hirarki
Ketika menyusun hirarki, perusahaan berusaha untuk menggambarkan dan
menguraikan permasalahan atau realitas secara hirarki. Untuk memperoleh
pengetahuan terinci, persoalan yang kompleks disusun ke dalam bagian
elemen pokoknya dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya
lagi, dan seterusnya sehingga akhirnya persoalan yang kompleks tersebut
dapat dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menetapkan peringkat elemen-
elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip Konsistensi Logis
Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang
logis.
Metode AHP memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) dapat
memecahkan berbagai persoalan yang kompleks; (2) dapat digambarkan secara
grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan; (3) dapat digunakan tanpa database, asalkan para analisis
memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan;
dan (4) dapat menguji konsistensi penilaian sehingga bila terjadi penyimpangan
dapat dilakukan perbaikan (Saaty, 1993).
Metode AHP berdasarkan pada penilaian orang yang ahli pada bidang
yang dipermasalahkan. Penilaian tersebut harus didukung oleh keahlian,
pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang luas supaya penilaian yang
diberikan tepat terhadap variabel keputusan yang dijadikan kriteria pemilihan.
Metode AHP dapat melibatkan mulai dari hanya satu orang responden hingga
beberapa orang responden atau suatu kelompok responden. Jumlah responden
dengan keahlian yang dimilikinya akan mempengaruhi validitas hasil
keseluruhan. Meskipun demikian metode AHP tetap dapat dilakukan oleh satu
orang responden dengan syarat responden tersebut merupakan orang yang ahli
pada bidang yang dipermasalahkan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha restoran di kota Bogor sangat berkembang dewasa ini. Hal ini
menyebabkan situasi persaingan usaha di industri jasa ini semakin ketat, terlebih
lagi bagi usaha restoran yang baru berdiri seperti Death by Chocolate & Spageti
Restaurant. Selain baru berdiri, DBC & spageti Restaurant memiliki
permasalahan berupa tingkat penjualan yang belum dapat mencapai kapasitas
produksi dan lokasi usaha yang relatif kurang strategis apabila dibandingkan
dengan pesaingnya yang menghasilkan substitute product.
Untuk mempublikasikan kelebihan yang dimiliki, setiap usaha termasuk
restoran harus melakukan kegiatan publikasi secara terencana dan terorganisasi
supaya terlaksana secara efisien dan efektif. Kegiatan publikasi biasa dilakukan
melalui kegiatan promosi. Promosi yang dilakukan dapat berperan sebagai suatu
strategi dalam memperkenalkan suatu usaha atau suatu produk. Strategi promosi
juga sering digunakan sebagai metode untuk meningkatkan jumlah pengunjung
restoran sehingga tingkat penjualan dan tingkat penerimaannya dapat meningkat.
Saat ini tingkat minat masyarakat untuk makan di restoran semakin
meningkat. Hal ini dimanfaatkan oleh restoran-restoran untuk terus
mengembangkan usahanya dan mempromosikan produknya. Suatu usaha yang
berhasil tidak akan terlepas dari peran strategi promosi yang dilakukan. Oleh
karena itu, untuk dapat terus bertahan dalam lingkungan industrinya dan mampu
mengungguli pesaingnya atau dapat bertahan dalam situasi persaingan usaha yang
semakin ketat, DBC & Spageti Restaurant pun perlu menyusun strategi promosi
yang tepat.
Promosi dilakukan untuk mencapai tujuan atau target-target tertentu.
Target tersebut dapat tercapai tidak hanya dengan menjalankan strategi promosi
yang gencar, tetapi juga strategi promosi tersebut harus dilakukan secara efektif
karena berbenturan dengan kendala yang dimiliki.
Dalam penelitian ini, terdapat tiga hal yang menjadi permasalahan.
Masalah yang pertama adalah mengkaji bentuk kegiatan promosi yang dijalankan
oleh Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Masalah yang kedua adalah
menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi
DBC & Spageti Restaurant. Masalah yang terakhir adalah merumuskan alternatif
strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant sesuai dengan
kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki.
Data yang diperoleh untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut
dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchi Process (AHP).
Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice
2000 dan akan dihasilkan alternatif strategi promosi yang tepat bagi DBC &
Spageti Restaurant. Alternatif strategi promosi yang tepat tersebut akan
direkomendasikan kepada DBC & Spageti Restaurant dalam upaya
memperkenalkan produknya kepada masyarakat dan meningkatkan penjualan
serta penerimaannya. Secara sistematis, kerangka pemikiran operasional Analisis
Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor
Salah satu restoran di kota Bogor adalah Death by Chocolate & Spageti Restaurant
Strategi Promosi
Identifikasi kegiatan promosi yang dijalankan
DBC & Spageti Restaurant
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi promosi DBC & Spageti
Restaurant
AHP
Prioritas alternatif strategi promosi yang tepat
Analisis pemilihan Alternatif strategi promosi berdasarkan kendala dan pendukung yang
dimiliki DBC & Spageti Restaurant
Usaha restoran di kota Bogor semakin berkembang sehingga tingkat persaingan usaha semakin meningkat
Masih relatif baru berdiri; tingkat penjualan belum mencapai kapasitas produksi; lokasi usaha relatif kurang strategis
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di restoran coklat Death by Chocolate & Spageti
(DBC & Spageti) Restaurant yang beralamat di Jalan Ceremai No. 22 Kota
Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan bahwa DBC & Spageti Restaurant merupakan satu-satunya
restoran produk olahan coklat di Kota Bogor tetapi relatif baru didirikan dan
memiliki letak yang kurang strategis serta memiliki tingkat penjualan yang belum
optimal, sehingga memerlukan strategi promosi yang efektif supaya dapat
berkembang dan bersaing dengan substitute product-nya. Kegiatan pengumpulan
data dilakukan pada minggu pertama bulan Maret hingga minggu kedua bulan
April 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan melakukan studi kasus di DBC & Spageti Restaurant. Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan.
Data sekunder merupakan data pendukung bagi data primer. Adapun jenis dan
sumber data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Jenis dan Sumber Data Penelitian No. Jenis Data Sumber Data Teknik 1. Primer Supervisor, wakil
supervisor, bagian administrasi
Wawancara mengenai gambaran umum restoran dan strategi promosi restoran
Pengisian kuesioner oleh supervisor restoran
2. Sekunder Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor
Internet
Pengambilan data mengenai Pertumbuhan Restoran di Kota Bogor 2000-2006
Pengambilan data mengenai Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor 2000-2006
Membaca artikel terkait
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah :
1. Teknik Observasi : melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan
promosi perusahaan.
2. Teknik Wawancara : melakukan wawancara dengan supervisor DBC &
Spageti Restaurant dan wakil supervisor serta pegawai restoran yang lainnya
untuk mendapatkan informasi yang lengkap.
3. Teknik Kepustakaan : membaca buku-buku yang terkait dengan judul
penelitian dan literatur-literatur lainnya yang menunjang pelaksanaan
penelitian.
4. Studi Pendahuluan : mendatangi DBC & Spageti Restaurant untuk melakukan
pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak DBC & Spageti
Restaurant sebelum mulai melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi.
5. Teknik Pengisian Kuesioner : Pengisian kuesioner dilakukan oleh satu orang
responden, yaitu supervisor DBC & Spageti Restaurant. Pemilihan responden
berdasarkan pertimbangan bahwa pihak yang memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan keahlian dalam permasalahan yang berhubungan dengan
strategi promosi di DBC & Spageti Restaurant hanya supervisor tersebut.
Selain itu, struktur organisasi DBC & Spageti Restaurant sangat sederhana
dengan hirarki yang pendek dan tidak terdapat divisi khusus bagian promosi,
sehingga satu-satunya pihak yang dapat dijadikan responden adalah
supervisor. Adapun pihak owner yang bertanggungjawab di restoran ini
adalah Ibu Baby Ahnan. Dalam pelaksanaan usahanya, owner hanya berperan
sebagai evaluator, controller dan pengambil kebijakan melalui musyawarah
bersama tim manajemen, yang terdiri dari supervisor, wakil supervisor, dan
ketua dari setiap divisi. Selain itu, owner pun memiliki tugas tersendiri, yaitu
lebih concern kepada produk dan pengembangannya. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan kegiatan studi banding mengenai taste dari produk spageti
ke Itali yang dilakukan oleh Ibu Baby ketika pelaksanaan penelitian ini.
4.4 Metode Pengolahan Data
Metode AHP dapat menyederhanakan persoalan yang kompleks menjadi
persoalan yang sederhana sehingga akan didapatkan kesimpulan sebagai suatu
keputusan yang dapat menyelesaikan persoalan yang ada. Metode ini digunakan
sebagai alat analisis dan diproses dengan menggunakan software Expert Choice
2000 untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai prioritas program promosi
yang tepat bagi perusahaan. Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan
metode AHP terdiri dari :
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan yang
diinginkan.
Penguasaan masalah secara mendalam merupakan hal yang sangat dibutuhkan
dalam tahap ini. Hal ini disebabkan oleh pemilihan tujuan, kriteria, dan
elemen-elemen yang menyusun hirarki akan menjadi pusat perhatian. Tidak
terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen
sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan
dalam suatu hirarki. Kemampuan pada analisa untuk dapat menemukan unsur-
unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem dapat menjadi dasar dalam
penentuan komponen-komponen dalam sistem.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari
sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi
sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan,
tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario.
Jenis keputusan yang akan diambil merupakan hal yang menjadi dasar dalam
penyusunan hirarki ini. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu
elemen yang disebut dengan fokus. Fokus berarti sasaran keseluruhan yang
bersifat luas. Tingkat di bawahnya terdiri dari beberapa elemen yang dibagi
dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen
yang berada pada tingkat sebelumnya. Abstraksi hirarki dalam metode ini
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Model Struktur Hirarki Analytical Hierarchi Process Sumber : Saaty (1993)
3. Menyusun Matriks Pembandingan Berpasangan (MPB). Matriks pembanding
berpasangan dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk
melakukan pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di
bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen
tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil pembandingan
yang diperoleh pada langkah 3. Melakukan pembandingan berpasangan antar
elemen pada kolom ke-j dengan setiap elemen pada baris ke-i, yang
berhubungan dengan fokus. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di
kolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di
baris puncak. Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut
dilakukan dengan pertanyaan: “seberapa penting elemen baris ke-i
mempengaruhi atau mendominasi fokus permasalahan, dibandingkan dengan
G
O1
F2 F3 F4
A1 A2 A3 An
F1
O2 O3 On
S1 S2 S3 Sn …
…
…
…
Tingkat 1: Fokus
Tingkat 3: Pelaku
Tingkat 4: Tujuan
Tingkat 5: Skenario
Tingkat 2: Faktor
kolom ke-j?” Untuk mengisi MPB menggunakan skala banding yang terdapat
pada Tabel 8. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya
suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat
atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas
garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
Tabel 8 Nilai Skala Banding Berpasangan
Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi
sama kuat pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya
Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8, Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikan nilai-nilai di atas
Bila nilai-nilai di atas dianggap membandinglan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, ¼, …, 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A
Sumber : Saaty (1993)
5. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.
Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi
sifat fokus puncak hirarki (X) dibandingkan dengan Fj, sedangkan Fi kurang
mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj maka
digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi
dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya, bila elemen Fij = F12 memiliki nilai
8, maka nilai F21 adalah 1/8.
6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap
tingkat hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks
pembandingan dalam metode AHP dibedakan menjadi Matriks Pendapat
Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks
hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang
disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j
(Gambar 5)
G A1 A2 A3 … Aj A1 A2 A3 … … Ai
A11 A21 A31 … … Ai1
A12 A22 A32 … … Ai2
A13 A23 A33 … … Ai3
… … … … … …
A1j A2j A3j … … Aij
Gambar 5 Matriks Pendapat Individu Sumber : Saaty (1993)
Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang elemen
(gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio
inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen
pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain
tidak terjadi konflik. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Gambar 6.
G G1 G2 G3 … Gj G1 G2 G3 … … Gi
G11 G21 G31 … … Gi1
G12 G22 G32 … … Gi2
G13 G23 G33 … … Gi3
… … … … … …
G1j G2j G3j … … Gij
Gambar 6 Matriks Pendapat Gabungan (Sumber : Saaty, 1993)
Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah: (1) Pendapat masing-
masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari
empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang
terendah; (2) Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama.
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah
sebagai berikut (Saaty, 1993) :
1
( )m
mij ij
k
g a k=
=∏
Dimana : Gij = elemen MPG baris ke-I kolom ke-j
m = akar pangkat m
m = jumlah MPI yang memenuhi syarat
1
m
k=∏ = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m
(aij)k = elemen baris ke-I kolom ke-j dari MPI ke-k
k = indeks KPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat
7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
berikutnya dan seterusnya.
Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan
horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat
dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI
dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi
persyaratan rasio inkonsistensi.
a) Pengolahan horizontal, meliputi tiga bagian yaitu menentukan vektor
prioritas (eigen vector), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang
memiliki rasio inkonsistensi tinggi.
Tahap perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal yaitu :
Perkalian baris (Z), dengan rumus :
1
nni ij
k
z a=
= ∏
Perhitungan vektor prioritas (VP) dengan eigen vector, dengan rumus :
1
1 1
nn ij
k
nnn ij
i k
aVPi
a
=
= =
=∏
∑ ∏ (i, j = 1,2,3,…,n)
Perhitungan nilai eigen maks (Maks λ), dengan rumus :
( )ijVA a xVP= dengan VA = (vai)
VAVBVP
= dengan VB = (vbi)
1 n
i kmaks vbi
nλ
=
= ∑ untuk I = 1,2,3,…,n
Perhitungan indeks inkonsistensi (CI), dengan rumus :
1maks nCI
nλ −
=−
Perhitungan rasio inkonsistensi (CR), dengan rumus :
CICRRI
= dengan RI = Indeks acak (random indeks) yang
dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory
(Saaty, 1993) dari matriks berorde 1
sampai dengan 15 yang menggunakan
sample berukuran 100.
Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1
merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan oleh CR merupakan tolak
ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil pembandingan berpasangan
dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).
Tabel 9 Konstanta Indeks Acak (RI)
Jumlah Kriteria Indeks Acak Jumlah Kriteria Indeks Acak 1 2 3 4 5 6 7 8
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41
9 10 11 12 13 14 15
1,45 1,49 1,51 1,53 1,56 1,57 1,59
Sumber : Saaty, 1993
b) Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen
pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus.
Apabila cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada
tingkat ke-I terhadap sasaran utama, maka :
( ; 1) ( 1)Cvij CHij t i xVWt i= − −∑ untuk I,j,t = 1,2,3,…,n
Dimana :
CHij (t; i-j) = Nilai prioritas elemen ke-I terhadap elemen ke-t pada tingkat
di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan
horizontal.
VWt (i-1) = Nilai prioritas pengaruh elmen ke-t pada tingkat ke (i-t)
terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan
horizontal.
p = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pada pengisian judgement
pada tahap MPB terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
membandingkan elemen satu dengan elemen yang lainnya sehingga
diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP, penyimpangan masih dapat
ditoleransi sebesar rasio inkonsistensi yaitu dibawah 10 persen. Langkah ini
dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-
prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini
dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak,
yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Hasil yang baik akan
diperoleh apabila nilai rasio inkonsistensi kurang atau sama dengan 10 persen.
Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan
menggunakan software Expert Choice 2000. Kualitas informasi harus
dievaluasi kembali dan diperbaiki jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai
yang lebih besar dari 10 persen. Cara yang dapat dilakukan untuk
memperbaikinya adalah dengan menggunakan pertanyaan ketika melakukan
pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden dalam
mengisi kuesioner.
4.5 Definisi Operasional
Hirarki Pertama :
Tingkat 1 adalah fokus, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang
dilakukan. Pada hirarki pertama, tujuan penelitian ini adalah menentukan
faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi
Death by Chocolate & Spageti Restaurant
Tingkat 2 adalah tujuan, yaitu tujuan DBC & Spageti Restaurant dalam
menjalankan kegiatan promosinya yang terdiri dari meningkatkan penjualan
dan memperkenalkan produk dan lokasi.
Tingkat 3 adalah faktor-faktor yang menjadi penyusun strategi promosi DBC
& Spageti Restaurant yang terdiri dari anggaran, sifat pasar, karakteristik
produk, daur hidup produk, pesaing, konsumen, dan bauran pemasaran
lainnya.
Tingkat 4 adalah subfaktor, yaitu penjabaran dari faktor yang terdapat di
tingkat 3. Anggaran terdiri dari cash (perputaran kas perusahaan), invest
(promosi sebagai bentuk investasi). Karakteristik produk terdiri dari sifat
produk dan mutu produk. Karakteristik pasar terdiri dari luas geografi pasar
dan segmen pasar. Daur hidup produk terdiri dari penjualan dan laba.
Konsumen terdiri dari loyalitas konsumen dan karakteristik konsumen. Bauran
pemasaran lainnya terdiri dari produk, harga, dan tempat, orang, proses, dan
bukti fisik.
Hirarki Kedua :
Tingkat 1 adalah fokus yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang
akan dilakukan. Pada hirarki kedua, tujuan penelitian ini adalah menentukan
faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi
DBC & Spageti.
Tingkat 2 adalah dasar pemilihan yang terdiri dari faktor kendala dan
pendukung. Kendala merupakan segala sesuatu baik yang datang dari dalam
maupun ancaman dari luar yang menyulitkan perusahaan dalam menetapkan
strategi promosi. Pendukung merupakan segala sesuatu yang memudahkan
perusahaan dalam pemilihan strategi promosi.
Tingkat 3 adalah faktor kendala dan pendukung. Kendala perusahaan dalam
menentukan strategi promosi meliputi manajemen dan sikap. Pendukung
perusahaan dalam menetapkan strategi promosi meliputi perusahaan,
keunggulan produk, dan unit usaha APG lainnya.
Tingkat 4 adalah sub kendala dan sub pendukung. Subkendala manajemen
terdiri dari dana dan sumber daya manusia. Subkendala sikap terdiri dari
masyarakat dan pengunjung. Subpendukung perusahaan terdiri dari fasilitas
perusahaan dan struktur organisasi perusahaan yang fleksibel. Subpendukung
produk terdiri dari sifat produk dan keunikan produk, serta sub pendukung
yang terakhir yaitu unit usaha APG lainnya.
Tingkat 5 adalah alternatif strategi promosi. Terdapat lima alternatif strategi
promosi yaitu tidak melakukan perubahan (hanya meningkatkan frekuensi
pelaksanaan), menitikberatkan pada periklanan, menitikberatkan pada promosi
penjualan, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas, serta
menitikberatkan pada pemasaran langsung.
Alternatif Strategi Promosi
Alternatif 1 merupakan strategi promosi yang tetap seperti yang sudah
dijalankan (hanya meningkatkan frekuensi pelaksanaan). Pihak manajemen
restoran tetap menjalankan strategi promosi yang telah dijalankan selama ini
(brosur, mini banner, tayangan di TV, sensasi Death by Chocolate, menjadi
peserta pameran, menjadi donatur, wawancara di RRI, berita di Koran,
potongan harga, kunjungan ke RSJ, menjual nasi murah dan pakaian bekas
layak pakai, spanduk, papan reklame) dan atau hanya perlu meningkatkan
frekuensi pelaksanaannya saja.
Alternatif 2 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada
periklanan merupakan salah satu alat promosi yang terdiri dari iklan cetak
(majalah, Koran, tabloid), iklan elektronik (televisi, radio), selebaran (leaflet,
brosur), banner, papan reklame, spanduk.
Alternatif 3 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada promosi
penjualan merupakan alat promosi yang menawarkan insentif untuk membeli,
yang sebagian besar berjangka pendek, contohnya pemberian sampel produk,
voucher, potongan harga, pameran, pekan raya, bazar.
Alternatif 4 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada hubungan
dengan masyarakat, yang mencakup sumbangan amal, menjadi sponsor pada
suatu acara atau kegiatan, talkshow, diliput dalam pemberitaan-pemberitaan
baik media cetak maupun elektronik, mengadakan acara-acara yang secara
tidak langsung bertujuan mempromosikan produk.
Alternatif 5 merupakan strategi promosi yang menitikberatkan pada
pemasaran langsung dengan menggunakan saluran-saluran langsung
konsumen untuk menjangkau dan atau menyerahkan produk kepada konsumen
tanpa menggunakan perantara misalnya pemanfaatan telepon, faksimil,
website, email, delivery order kepada konsumen, membuka outlet.
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Sejarah dan Perkembangan Death by Chocolate & Spageti Restaurant
Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan restoran yang
menyajikan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti. DBC & Spageti
Restaurant didirikan pada 18 Agustus 2006 oleh Baby Ahnan, Tintin Kuraesin,
dan Susy Gunadi. Mereka tergabung dalam Apple Pie Group. Mereka juga
merupakan pendiri sekaligus owner dari Pia Apple Pie dan Macaroni Panggang.
Usaha ini berawal dari research and development yang dilakukan oleh para owner
sehingga didapatkan produk yang unik, memiliki rasa yang enak dan nilai jual
yang tinggi.
Ide untuk membuka usaha di bidang coklat ini ditemukan melalui
pengamatan adanya peluang pasar akan produk olahan coklat yang hampir dapat
dikatakan digemari oleh semua orang. Menu utama dari restoran ini adalah Death
by Chocolate (DBC). Pada nama tersebut, terdapat keunikan istilah death yang
berarti kematian. Hal ini dapat mengingatkan pada peristiwa Perang Dunia II yang
terjadi ketika zaman nazi dulu. Hitler menggempur Inggris dengan strategi
memasukkan bom ke dalam batang-batang coklat. Serdadu Inggris yang memakan
coklat tersebut, akan meninggal setelah bom yang ada di dalamnya meledak
dalam hitungan waktu tujuh detik.
Makna DBC dalam sejarah kuliner, dimulai ketika salah seorang chef
Inggris membuat kue coklat pertama dengan nama tersebut. Tentu ada kaitan
antara sejarah Perang Dunia II dengan sejarah kuliner tersebut mengenai
pergeseran makna ‘kematian’. Makna kematian pada DBC bukan seperti makna
yang sebenarnya, melainkan pengunjung bisa mati karena kelezatannya.
Death by Chocolate (DBC) merupakan nama sebuah resep yang pertama
kali ditemukan oleh seorang chef sebuah restoran di Inggris. Resep ini
berkembang menjadi nama restoran. Di Indonesia, terdapat dua restoran yang
bernama DBC. Restoran DBC yang pertama berlokasi di Pondok Indah Mal
(PIM) Jakarta yang merupakan cabang dari DBC International Limited yang ada
di New Zealand. Restoran DBC yang kedua adalah DBC & Spageti Restaurant
yang berlokasi di Jalan Ceremai No. 22 Kota Bogor, yang menjadi pembahasan
dalam skripsi ini. Kemiripan nama ini menimbulkan anggapan bahwa keduanya
merupakan cabang usaha yang memiliki konsep restoran dan menu yang sama.
Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. DBC Jakarta
mengusung tema lux atau mewah yang dapat dilihat dari lay out-nya yang elegant,
sedangkan DBC & Spageti Bogor mengusung tema gothic dengan lay out yang
didominasi oleh warna hitam yang melambangkan kematian dan coklat yang
berarti coklat itu sendiri, cara penyajian produk yang unik, serta memiliki ritual
yang unik (sensasi Death by Chocolate) dan menjadi ciri khas dari DBC &
Spageti Bogor ini.
Berdasarkan informasi yang didapat dari salah satu blog yang ada di
internet, seorang karyawan yang bekerja di Jakarta, dia telah mencoba untuk
mengunjungi DBC yang ada di PIM dan dia sangat menyukainya. Setelah dia
mendengar informasi bahwa ada DBC yang terletak di kota Bogor, dia sangat
ingin mencobanya. Setelah dia mencoba DBC yang merupakan menu utama dari
DBC & Spageti Restaurant yang terletak di kota Bogor, dia sangat merasa
terkejut dengan kelezatan yang diciptakan oleh coklatnya dan ingin memakannya
dalam jumlah yang lebih banyak. Kepuasan yang didapatkannya dengan hanya
memakan DBC di rumahnya saja, mungkin belum seberapa apabila dibandingkan
dengan kepuasan dan kesenangan yang akan dia rasakan jika dia menikmati DBC
secara langsung di DBC & Spageti Restaurant. Hal tersebut akan lebih
mengesankan apabila dia menikmati DBC sambil merasakan sensasi DBC yang
diciptakan oleh DBC & Spageti Restaurant. Dengan demikian, kemiripan nama
antara DBC PIM Jakarta dan DBC & Spageti Restaurant Bogor tidak akan
memberikan tendensi negatif apabila konsumen telah mendatangi DBC & Spageti
Restaurant dan mencicipi produk-produk yang ditawarkannya. Meskipun
demikian, kemungkinan timbulnya tendensi negatif tersebut akan tetap ada dan
sedikit mempengaruhi kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti
Restaurant. Oleh karena itu, DBC & Spageti Restaurant sangat memerlukan
strategi promosi yang tepat untuk memajukan usahanya.
Death by Chocolate serupa kue coklat yang disajikan dengan unik,
berbentuk kuburan oval plus nisan yang terbuat dari coklat juga dan terdiri dari
tiga lapisan dengan lelehan coklat pada lapisan kedua. Prinsip kue DBC adalah
mengandung sedikit sekali tepung dan kaya sekali butiran coklat
Selain memiliki produk yang unik, restoran ini juga memiliki cara
penyajian yang unik pula pada hari-hari tertentu. Setiap hari Jumat, Sabtu dan
Minggu pada pukul 20:00 WIB, seluruh lampu dalam ruangan restoran akan
dimatikan. Dalam kegelapan akan muncul tiga sosok tubuh dengan jubah hitam
berjalan secara beriringan dengan membawa lonceng dan diiringi oleh musik
kematian. Ketiga sosok itu akan datang ke meja para pengunjung secara satu-
persatu untuk memberikan kesan yang khas dari DBC & Spageti Restaurant.
Setelah mendatangi pengunjung dari arah dalam ke arah luar restoran, ketiga
sosok itu masuk ke restoran kembali dengan membawa obor yang sudah menyala.
Mereka kemudian mendatangi meja para pengunjung lagi dengan membisikan
selamat datang kepada para pengunjung. Anda yang hidup seakan-akan dapat
bercakap-cakap dengan sosok-sosok di dunia kematian. Hal tersebut merupakan
sensasi Death by Chocolate yang dilakukan oleh tim DBC & Spageti Restaurant
agar memiliki performance yang berbeda dari restoran-restoran yang lain.
Produk DBC & Spageti Restaurant dapat dinikmati secara langsung di
restoran dan dapat dibawa pulang dengan sistem take away. Sistem take away ini
hanya berlaku untuk produk DBC karena bersifat cukup tahan lama dan rasanya
tidak berubah. Sistem ini tidak diberlakukan pada produk lainnya seperti frittata
karena frittata akan lebih enak jika dinikmati pada saat panas dan rasanya akan
berubah jika sudah dingin.
DBC & Spageti Restaurant beroperasi pada hari Senin-Minggu mulai
pukul 07.00-24.00 WIB. Restoran ini mulai beroperasi pada pagi hari karena ingin
menjangkau konsumen yang tidak sempat sarapan pagi di rumah dan
menginginkan menu makanan yang siap saji. Pasar sasaran restoran ini adalah
masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah-atas dengan kelompok konsumen
dari kalangan remaja dan keluarga. Jangkauan pasar restoran ini secara geografis
mencakup Bogor, Jakarta, Bandung, dan Sukabumi.
Pada awalnya, produk yang ditawarkan oleh restoran ini sebanyak 45
jenis. Akan tetapi, saat ini jenis produk yang ditawarkan bertambah tiga jenis
sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 48 jenis. Selain itu, dalam
perkembangannya, restoran ini juga terus mengembangkan idenya untuk membuat
produk baru. Produk Flower by Chocolate (FBC), Chocolate Stick dan Coklat
Telur Paskah merupakan produk-produk yang relatif baru dikembangkan oleh
restoran ini. Pada perkembangannya juga, karena harga bahan baku yang
digunakan terus meningkat, maka harga yang diterapkan oleh DBC & Spageti
Restaurant pun mengalami peningkatan untuk sebagian produknya.
5.2 Lokasi DBC & Spageti Restaurant
Lokasi DBC & Spageti Restaurant berada di Jalan Ceremai No. 22 Kota
Bogor. Lokasi ini berada di dalam kawasan Taman Kencana. Restoran ini
mengusung tema yang khas. Suasana interior restoran yang unik dan gothic
karena didominasi oleh warna hitam dan coklat ini sesuai dengan sensasi-sensasi
yang ingin diciptakan oleh Manajemen DBC & Spageti Restaurant. Selain itu,
relung-relung jendela dibuat setengah lingkaran, batu kali di dinding dicat hitam,
kursi dan meja memakai warna hitam, dan cahaya lampu minyak di meja,
melengkapi kesan seram yang ingin diciptakan di restoran ini.
5.3 Tujuan Perusahaan
Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lainnya, tujuan utama Apple
Pie Group adalah mendapatkan keuntungan. Selain itu, perusahaan ini juga sangat
memperhatikan kesejahteraan dan kemajuan karyawannya. Karyawan-karyawan
yang bekerja pada perusahaan ini memiliki tingkat pendidikan yang beragam,
mulai dari karyawan yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah
hingga lulusan SLTA. Salah satu bukti dari perhatian perusahaan akan kemajuan
karyawannya terutama di bidang pendidikan, perusahaan memberikan beasiswa
pendidikan bagi karyawannya yang berprestasi, memiliki dedikasi dan loyalitas
yang tinggi pada perusahaan dan telah bekerja selama jangka waktu tertentu.
Budaya kerja yang bersifat kekeluargaan dan pelayanan yang ramah
kepada para pengunjung juga termasuk ke dalam tujuan yang ditetapkan oleh
perusahaan. Budaya kekeluargaan ini diwujudkan dalam fleksibilitas fungsional
dalam manajemen dan kebiasaan saling membantu yang dikembangkan oleh para
karyawan dan ownernya. Karyawan yang memiliki keterampilan dan keahlian
seperti mengendarai motor, mengendarai mobil, dan mengoperasikan komputer,
mengajari karyawan lainnya yang belum memiliki keterampilan dan keahlian
tersebut. Keramahan para pelayan memberikan kenyamanan dan kepuasan
tersendiri bagi para pengunjung.
5.4 Struktur Organisasi DBC & Spageti Restaurant
Death by Chocolate & Spageti Restaurant memiliki struktur organisasi
yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun terkadang sangat
fleksibel sehingga tumpang tindih jabatan pun tidak dapat dihindari. Hal ini dapat
dilihat dari semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada.
Struktur organisasi DBC & Spageti Restaurant masih menganut sistem
klasik dengan puncak kepemimpinan dan penentuan kebijakan dipegang oleh
supervisor yang mengawasi kerja karyawan lainnya. Owner hanya berfungsi
sebagai evaluator dan controller serta pengambil kebijakan dengan melakukan
musyawarah bersama tim manajemen.
Seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh
seorang wakil supervisor. Mereka mengawasi para karyawan lainnya yang terbagi
ke dalam tujuh divisi. Divisi dan jumlah karyawan yang berada di dalamnya dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Divisi dan Jumlah Karyawan DBC & Spageti Restaurant Tahun 2008 No. Nama Divisi Jumlah Karyawan (orang) 1. Waiter 32. Bar 43. Kasir mencakup bagian keuangan 24. Produksi 25. Dapur Produksi 46. Umum 47. Gudang 1
Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008
Supervisor berfungsi sebagai pemimpin, pengawas serta pemegang
tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan DBC & Spageti Restaurant. Wakil
supervisor memiliki kewajiban membantu supervisor dalam menjalankan
tugasnya, menggantikan peran supervisor jika sedang tidak berada di tempat.
Divisi kasir yang mencakup bagian keuangan bertugas melayani proses
pembayaran para konsumen dan membuat laporan keuangan untuk
dipertanggungjawabkan kepada owner.
Divisi produksi DBC memiliki kewajiban memproduksi (mencampur
adonan, mencetak, hingga memanggang) DBC, serta menjaga kualitas dan
kehigienisan DBC. Selain itu, divisi produksi DBC juga harus selalu mengontrol
persediaan dari bahan baku yang diperlukan dalam proses produksinya. Divisi
waiter bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu sampai
penyajiannya serta merapikan meja setelah para pengunjung selesai menyantap
hidangan. Selain itu, waiter juga memiliki kewajiban memberikan informasi menu
spesial di DBC & Spageti Restaurant dan deskripsi dari setiap menu supaya
pengunjung dapat merasa terbantu dalam proses penentuan menu yang akan
dipesan.
Divisi bar memiliki kewajiban membuat minuman atau aneka drinks
seperti Hot by Chocolate, Euporia by Chocolate, Granita Chocolate, Granitta
Strawberry, Granitta Orange dan berbagai minuman lainnya. Divisi dapur
produksi bertugas memproduksi menu makanan selain DBC seperti berbagai
menu frittata, spageti, appetizer, rice, soup, dan aneka dessert lainnya. Selain itu,
divisi dapur produksi juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang
diperlukan dalam proses produksinya.
Tugas dari divisi gudang adalah belanja bahan baku. Mereka biasa
berbelanja ke Pasar Anyar dan Pasar Kapuk Bogor. Selain itu, divisi gudang juga
bertanggung jawab atas persediaan bahan baku yang ada di gudang. Divisi umum
seperti divisi gudang, juga memiliki kewajiban belanja. Selain itu, bagian umum
juga bertanggung jawab akan masalah kebersihan di DBC & Spageti. Struktur
hirarki dari DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Gambar 7.
OWNER
SUPERVISOR
WAKIL SUPERVISOR
BAR DAPUR PRODUKSI
GUDANG UMUM KASIR /BAGIAN
KEUANGAN
PRODUKSI DBC
WAITER
Gambar 7 Struktur Organisasi DBC & Spageti Restaurant
5.5 Sumber Daya Perusahaan
5.5.1 Sumber Daya Fisik
Death by Chocolate & Spageti Restaurant, dalam menjalankan usahanya
didukung oleh beberapa sumber daya berupa fisik. Sumber daya fisik tersebut
meliputi bangunan restoran yang terdiri dari ruangan tempat pengunjung
menikmati makanan dan minumannya, dapur yang sangat berfungsi dalam
pelaksanaan proses produksi, ruang meeting, ruang mushala sekaligus tempat
untuk melakukan kegiatan administratif restoran, kamar mandi, peralatan
produksi, peralatan administrasi restoran, fasilitas komunikasi, dan fasilitas
transportasi.
Peralatan administrasi restoran untuk mendukung kegiatan transaksi di
bagian kasir dan kegiatan rekapitulasi data terdiri dari dua unit komputer dan satu
unit printer. Fasilitas transportasi terdiri satu unit motor dan satu unit mobil.
Fasilitas transportasi ini biasa digunakan untuk kegiatan belanja bahan baku dan
kegiatan yang menyangkut kepentingan DBC & Spageti Restaurant lainnya.
Peralatan produksi terdiri dari lima buah kompor gas, dua buah oven, mixer,
blender, mesin penggilingan spageti, tiga ratus loyang DBC, dua ratus loyang
frittata, dua ratus piring spageti, kulkas besar, dan peralatan produksi lainnya
yang menunjang pelaksanaan proses produksi. Fasilitas komunikasi yang tersedia
di DBC & Spageti Restaurant adalah telepon. Peralatan lainnya yang sangat
penting dan dimiliki oleh restoran ini adalah delapan belas meja dan 79 kursi.
5.5.2 Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh DBC & Spageti adalah 22
orang yang terbagi ke dalam tujuh divisi dengan umur dan tingkat pendidikan
yang bervariasi (Tabel 11). Seluruh karyawan yang dipekerjakan di restoran ini
berstatus karyawan tetap. Sistem mutasi atau pemindahan karyawan juga
diberlakukan di restoran ini. Biasanya karyawan yang mengalami mutasi adalah
karyawan yang sudah cukup lama bekerja, memiliki potensi dan keterampilan,
dan memiliki dedikasi dan loyalitas pada perusahaan. Mereka yang dimutasikan
biasanya mengalami kenaikan jabatan di tempat bekerjanya yang baru dan
merupakan unit usaha dari Apple Pie Group juga.
Tabel 11 Karakterisitik Karyawan DBC & Spageti Restaurant Berdasarkan Umur
dan Pendidikan Terakhir Tahun 2008
No. Jabatan Jenis Kelamin (L/P)
Umur (tahun) Pendidikan Terakhir
1. Supervisor L 32 SMA 2. Wakil Supervisor P 25 SMA
3. Divisi Waiter L L P
25 22 20
SMA SMA SMA
4. Divisi Kasir L P
23 20
SMA SMA
5. Divisi Bar
P P P L
23 23 22 25
SMA SMA SMA SMA
6. Divisi Dapur
P P P P
45 43 32 38
SD SD SD SD
7. Divisi Umum
L L L L
24 25 24 20
SMP D3
SMA Tidak Sekolah
8. Divisi Gudang L 32 SMA Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008
Berdasarkan pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar
karyawan DBC & Spageti Restaurant berjenis kelamin laki-laki (L), berumur 20-
25 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Selain itu, Tabel 11 juga dapat
memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan bukan merupakan persyaratan utama
untuk dapat menjadi karyawan DBC & Spageti Restaurant. Sebagian karyawan
yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dari Apple Pie Group,
melanjutkan tingkat pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Karyawan-karyawan yang dipekerjakan di restoran ini semata-mata hanya dilihat
dari kejujuran, sifat kerja keras, kemauan untuk belajar dan loyalitas yang tinggi
kepada DBC & Spageti Restaurant dan APG.
Sistem perekrutan bersifat kekeluargaan, artinya tenaga kerja umumnya
memiliki hubungan keluarga ataupun kekerabatan baik dengan owner maupun
karyawan yang sudah dipekerjakan oleh APG. Calon karyawan terlebih dahulu
diwawancarai oleh tim khusus yang terdiri dari tiga orang, yaitu dua orang yang
mengerti tentang ilmu psikologi dan satu orang yang sudah sering bertemu dengan
banyak orang sehingga dapat langsung menebak karakter seseorang. Tim khusus
tersebut juga merupakan karyawan APG.
Setelah lolos dari tahap wawancara, calon karyawan harus melaksanakan
training selama dua minggu. Selama melaksanakan training, calon karyawan
tersebut dinilai kinerja dan tingkah lakunya. Penilaian yang baik dari pihak
manajemen akan membuat calon karyawan tersebut diangkat sebagai karyawan
tetap.
Jam kerja yang diberlakukan di restoran ini adalah sembilan jam kerja.
Setiap minggunya, karyawan memiliki kesempatan libur sebanyak satu hari antara
hari Senin-Kamis. Di luar hari libur pada setiap minggunya itu, para karyawan
tetap bekerja termasuk pada saat libur nasional. Jadwal pembagian kerja karyawan
dibagi ke dalam tiga shift. Shift yang pertama pada pukul 06.30-16.30 WIB, shift
yang kedua pada pukul 12.00-22.00 WIB, dan shift yang ketiga pada pukul 14.00-
24.00 WIB. Jadwal pembagian kerja karyawan DBC & Spageti Restaurant dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Budaya kerja antar karyawan DBC & Spageti Restaurant sangat bersifat
kekeluargaan. Dalam melayani para pengunjung, para karyawan juga sangat
ramah. Hal ini menyebabkan para pengunjung merasa nyaman untuk makan,
minum dan berlama-lama di restoran ini. Mereka juga menjadi tidak enggan untuk
datang kembali ke DBC & Spageti Restaurant.
5.6 Produksi dan Operasi DBC & Spageti Restaurant
Persediaan bahan baku yang digunakan oleh DBC & Spageti Restaurant
selalu terjaga dengan baik. Bahan baku yang bersifat perishable atau mudah
rusak, selalu dipasok setiap hari agar kualitas bahan baku selalu terjaga
kesegarannya. Bahan baku yang tahan lama, dipasok setiap dua minggu sekali.
Bahan baku utama yang digunakan diantaranya coklat, susu kental, terigu,
dan telur. Bahan baku biasa dibeli di Pasar Anyar dan Pasar Kapuk Bogor. Selain
itu, jika keperluan bahan baku sangat mendesak maka pembelian bahan baku
dapat dilakukan di supermarket atau toko-toko terdekat. Jadi, pihak restoran tidak
memiliki pemasok dalam pengadaan bahan bakunya.
Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan DBC yaitu coklat blok,
telur, gula putih, cocoa powder, dan susu kental manis. Spageti yang merupakan
bahan baku utama dalam membuat produk frittata dan spageti biasa dibuat sendiri
oleh DBC & Spageti Restaurant agar memiliki ciri khas dan cita rasa tersendiri
karena dibuat secara mendadak. Bahan baku utama yang diperlukan untuk
membuat spageti tersebut yaitu tepung terigu dan telur. Produk frittata
memerlukan bahan baku tambahan berupa susu murni, ayam, jamur, tuna cincang,
saus tomat, dll.
Kegiatan produksi yang dilakukan di DBC & Spageti Restaurant
menggunakan peralatan yang cukup modern, seperti kompor gas, mixer, blender,
oven, alat penggiling untuk adonan spageti, dll. Restoran ini sangat menjaga
keamanan dan kehigienisan dari proses produksinya supaya dapat menghasilkan
produk-produk yang berkulitas tinggi demi memuaskan para konsumen. Kapasitas
produksi rata-rata untuk DBC adalah 150 loyang, untuk frittata sebanyak 60
loyang dan untuk spageti sebanyak 50 piring. Sampai saat ini, DBC & Spageti
Restaurant masih belum dapat mencapai kapasitas produksi ini.
5.6.1 Proses Produksi DBC
Proses pembuatan DBC terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah
penimbangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat adonan DBC. Tahap
penimbangan ini dilakukan di gudang. Ukuran banyaknya bahan yang ditimbang
disesuaikan dengan resep yang ada. Tahap kedua yaitu pembuatan adonan DBC.
Bahan-bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur secara berurutan ke dalam
mixer. Adonan yang dibuat untuk membuat DBC terdiri dari dua adonan yaitu
adonan kue dan adonan coklat.
Tahap yang ketiga adalah pencetakan. Dua adonan yang sudah dibuat,
dimasukkan ke dalam loyang DBC yang sudah dialasi oleh aluminium foil agar
tidak lengket di loyang dengan kombinasi lapisan adonan berupa lapisan atas dan
bawah merupakan adonan kue dan lapisan tengah merupakan adonan coklat.
Bentuk loyang dan penggunaan aluminium foil sebagai alas DBC, merupakan
inovasi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant supaya memiliki ciri khas
yang dapat membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh restoran
lainnya. Setelah pencetakan, tahap terakhir dari proses produksi DBC ini adalah
pemanggangan. Adonan yang telah dicetak dimasukkan ke dalam oven untuk
dipanggang hingga matang. Death by Chocolate yang sudah matang dikeluarkan
dari oven dan setelah agak dingin, DBC siap untuk dilengkapi dengan
pemasangan batu nisan yang juga terbuat dari coklat dan sudah dicetak
sebelumnya pada salah satu bagian ujung loyangnya. Seluruh tahap produksi DBC
ini dapat dilihat pada gambar 8.
Keterangan: 1 = proses penimbangan bahan baku 2 = proses pencampuran bahan baku menjadi dua jenis adonan 3 = proses pencetakan adonan 4 = proses pemanggangan
5.6.2 Proses Produksi Frittata dan Spageti
Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan frittata dan spageti
adalah pembuatan spagetinya itu sendiri. Spageti dibuat sendiri oleh DBC &
Spageti Restaurant agar kesegaran dari produk yang dihasilkan dapat terjamin dan
DBC & Spageti Restaurant memiliki ciri khas tersendiri di lidah para
konsumennya. Pertama-tama, bahan baku yang diperlukan untuk membuat adonan
Bahan Baku
Adonan Kue
Adonan Coklat
Tiga Lapis DBC
Death by Chocolate
12 3 4
Gambar 8 Proses Produksi Death by Chocolate
spageti ditimbang sesuai dengan resep. Proses penimbangan ini dilakukan di
gudang. Tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan baku sampai menjadi
adonan.
Adonan spageti yang telah dibuat, digiling dengan menggunakan mesin
penggiling spageti sampai ketebalannya sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah
proses penggilingan, proses berikutnya yaitu pemotongan adonan spageti yang
disesuaikan dengan panjang loyang frittata dan yang dikehendaki untuk spageti
biasa. Spageti yang telah dipotong lalu direbus sampai al-dente dan ditiriskan.
Spageti yang telah direbus dan ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam
loyang yang sebelumnya telah dialasi oleh aluminium foil sampai hampir
memenuhi permukaan loyang. Bahan lain seperti potongan daging asap dan
kacang merah ditaruh di atasnya. Tahap terakhir yaitu spageti disiram campuran
saus mayones dan susu murni lalu dipanggang hingga matang.
Lain halnya dengan spageti bakar, spageti biasa tidak mengalami proses
pemanggangan. Spageti sebanyak ukuran tertentu yang telah direbus dan
ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam piring. Setelah itu, saus tomat dengan
daging cincang disiramkan di atasnya dan parutan keju parmesan ditaburkan pula
di atasnya. Menu frittata dan spageti yang lainnya memiliki proses produksi yang
sama. Hanya saja taburan atau bahan tambahan yang digunakannya saja yang
berbeda sesuai dengan menu yang dipesan. Proses produksi frittata dan spageti
dapat dilihat pada gambar 9.
Keterangan: 1 = Proses penimbangan bahan baku 2 = Proses pencampuran bahan baku 3 = Proses penggilingan adonan, pemotongan adonan dan perebusan spageti hingga al-dente 4 = Proses pencetakan, pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam loyang dan pemanggangan
untuk frittata; proses pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam spageti al-dente yang disajikan di atas piring
5.7 Strategi Promosi (Promotion)
Suatu usaha dalam pelaksanaannya, sangat memerlukan strategi promosi.
Tujuan dari kegiatan promosi itu sendiri adalah mengkomunikasikan keunggulan
yang terdapat pada suatu produk serta meyakinkan dan membujuk masyarakat
untuk membeli produk tersebut. Usaha yang baru berdiri akan lebih memerlukan
kegiatan promosi. Strategi promosi yang diterapkan harus dapat dilakukan
seefektif mungkin agar dapat menghemat biaya promosi. Kegiatan promosi akan
mendatangkan penjualan dan keuntungan. Akan tetapi manfaat dari kegiatan
promosi ini tidak akan langsung terasa.
Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk usaha yang masih
terbilang baru. Oleh karena itu, strategi promosi yang dilakukan pun harus
dilakukan secara gencar dan tepat sasaran supaya efektif. Sampai saat ini,
kegiatan promosi yang sudah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant masih
bersifat konvensional dan tidak kontinu. Frekuensi promosi yang tidak kontinu
dan lebih bersifat spontanitas menyebabkan kegiatan promosi di DBC & Spageti
432Bahan Baku Adonan
Spageti Spageti al-dente
frittata
Aneka spaget
1
Gambar 9 Proses Produksi Frittata dan Spageti
Restaurant belum optimal. Selain itu juga, terkadang masalah keterlambatan yang
bersifat teknis dapat menghambat terlaksananya kegiatan promosi yang sudah
direncanakan.
Bentuk-bentuk promosi yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant
diantaranya sebagai berikut :
1) Periklanan
a. Brosur Death by Chocolate (DBC) dan Flower by Chocolate (FBC)
Bentuk promosi berupa brosur DBC dilakukan pada awal pendirian
DBC & Spageti Restaurant. Kegiatan promosi ini dilakukan selama satu
minggu dan disebar di depan pintu tol Baranang Siang, gereja Katedral,
sekitar kawasan kebun raya, Balai Kota, Botani Square, Pia Apple Pie,
dan Macaroni Panggang. Brosur yang disebar sebanyak 3000 lembar.
Sebenarnya jumlah brosur DBC yang siap disebar adalah 10.000 lembar.
Akan tetapi, 7.000 lembar brosur DBC harus dimusnahkan karena
mendapat teguran dari pihak Death by Chocolate (DBC) Jakarta yang
merupakan cabang DBC International Limited yang ada di New Zealand.
Teguran tersebut disebabkan oleh brosur yang disebar oleh DBC &
Spageti Restaurant hanya menggunakan nama DBC. Selain itu, sekitar dua
puluh kaos pun harus dimusnahkan karena penggunaan istilah DBC pada
kaos tersebut. Pihak DBC & Spageti Restaurant dianggap telah melanggar
hak paten yang dimiliki oleh DBC yang ada di Pondok Indah Mal (PIM)
Jakarta tersebut. Oleh karena itu, sangsi berupa pemusnahan bentuk-
bentuk promosi itu pun tidak dapat dihindari.
Pada saat launching produk FBC, pihak manajemen juga
melakukan kegiatan promosi berupa penyebaran brosur FBC. Brosur ini
disebar di tempat-tempat strategis seperti tempat penyebaran brosur DBC
oleh karyawan DBC & Spageti Restaurant selama satu minggu.
b. Mini Banner FBC
Pemasangan bentuk promosi berupa mini banner ini dilakukukan di sekitar
Lapangan Sempur dan Jalan Pajajaran. Bentuk promosi ini dijalankan
sebanyak tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada saat Hari Raya Idul Fitri,
Hari Natal, dan Tahun Baru. Biasanya pemasangan mini banner ini
dilakukan pada satu minggu sebelum hari-hari besar tersebut.
c. Papan Reklame
Papan reklame DBC & Spageti Restaurant terdiri dari dua buah berukuran
1 m x 1,5 m.. Satu buah papan reklame dipasang di Taman Kencana dan
satu buah lagi dipasang di Lokasi Restoran.
d. Spanduk
DBC & Spageti Restaurant memiliki dua buah spanduk yang terdiri dari
satu buah spanduk yang dipasang secara paten di atas atap bangunan
restoran dan satu buah spanduk FBC yang dipasang di depan restoran.
2) Humas dan Publisitas
a. Wawancara di RRI
Jenis promosi ini, berupa wawancara selama sepuluh menit melalui
telepon yang dilakukan secara langsung pada saat siaran radio. Radio
Republik Indonesia (RRI) merupakan satu-satunya stasiun radio yang
pernah memberitakan DBC & Spageti Restaurant.
b. Menjual Nasi Murah dan Pakaian Bekas Layak Pakai
Bentuk promosi ini dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant sebagai
salah satu bentuk kepedulian sosial kepada masyarakat sekitar sekaligus
untuk memperkenalkan keberadaannya. Kegiatan ini dilakukan atas nama
Apple Pie Group. Kegiatan ini dilakukan dengan sistem pembagian dalam
hal penyediaan nasi, sayur, lauk dan buahnya untuk masing-masing unit
usaha APG. Adapun tempat penyelenggaraannya dilakukan secara
bergiliran pula. Jadi, setiap unit usaha APG termasuk DBC & Spageti
Restaurant mendapat giliran sebagai penyelenggara setiap tiga bulan satu
kali atau tiga kali dalam satu tahun. Kegiatan ini berupa penjualan paket
nasi komplit kepada anak-anak jalanan dan pedagang koran seharga Rp
300. Nasi yang dijual sebanyak 150 bungkus. Teknis dari kegiatan ini
adalah pada pagi hari, kupon disebar di lampu merah dan pada siang hari,
kegiatan penjualan nasi pun dilakukan dengan menukarkan kupon dan
membayar nasi sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Bersamaan
dengan hal itu, ada pula bazar yang menjual pakaian bekas layak pakai
dengan harga yang murah seperti Rp 300 dan Rp 500. Kegiatan ini
terselenggara atas sumbangan dari para donatur atau pengunjung.
c. Tayangan di Televisi
Adanya kegiatan promosi ini bermula dari rekomendasi yang dilakukan
oleh manajemen MP. Keunikan produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti
Restaurant, memberikan daya tarik tersendiri bagi stasiun-stasiun TV
lainnya untuk meliput restoran ini juga. Stasiun TV dan acaranya yang
pernah meliput DBC & Spageti Restaurant diantaranya Trans TV dalam
acara Wisata Kuliner, Jelang Siang, dan Good Morning; Trans 7 dalam
acara Unyil; Metro TV, TPI, dan Indosiar dalam acara berita; serta ANTV
dalam acara Planet Remaja. Bentuk promosi ini cukup efektif karena
berdampak pada banyaknya pengunjung yang berasal dari luar kota seperti
Jakarta ke DBC & Spageti Restaurant menurut supervisornya.
d. Sumbangan
Ketika Aceh dilanda musibah tsunami, APG yang memiliki kepekaan
sosial yang tinggi mengirimkan timnya untuk membantu para korban
dalam meringankan beban mereka. Bantuan yang diberikan berupa
pembagian bubur kacang hijau dan susu coklat.
e. Kunjungan ke Rumah Sakit Jiwa
Bentuk promosi ini dilakukan setiap satu bulan satu kali. Kegiatan ini
dilakukan atas nama APG dengan membagi-bagikan 50 bungkus kue
kepada para pasien yang ada di Rumah Sakit Jiwa Cilendek. Kegiatan ini
terpaksa dihentikan untuk sementara waktu karena APG sedang
merencanakan untuk mengganti tempat kunjungan sebagai upaya
pemerataan. Saat ini APG masih melakukan survei untuk tempat
kunjungan berikutnya.
3) Promosi penjualan
a. Discount
Potongan penjualan merupakan salah satu bentuk promosi yang dapat
memberikan insentif bagi konsumen. Selain itu, promosi ini juga memiliki
daya tarik tersendiri bagi para konsumen dan dapat mempengaruhi
keputusan pembelian mereka. Potongan pembelian yang diberlakukan oleh
DBC & Spageti Restaurant adalah sebesar 20 persen untuk semua produk
pada awal berdiri; serta 20 persen pada saat peluncuran FBC dan 15 persen
pada saat Hari Raya Idul Fitri untuk seluruh produk FBC. Bentuk promosi
ini masing-masing dilaksanakan selama satu minggu.
b. Peserta Food Expo
Menjadi peserta Food Expo yang diselenggarakan oleh IPB di IPB
International Convention Centre (IICC) dirasa merupakan kegiatan
promosi yang cukup efektif dalam memperkenalkan produknya. Produk
yang dijual di stand DBC & Spageti pada saat itu adalah DBC dan FBC.
Pameran tersebut berlangsung selama tiga hari dan menghasilkan
penjualan yang cukup banyak.
c. Sensasi Death by Chocolate
Bentuk promosi ini merupakan salah satu keunikan yang dimiliki DBC &
Spageti Restaurant dan merupakan kegiatan promosi yang cukup efektif.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at-Minggu pada pukul 20.00 WIB.
Kegiatan ini berlangsung selama 10-15 menit. Gambaran dari kegiatan ini
adalah tepat pada pukul 20.00 WIB, lampu restoran dipadamkan dan
hanya lampu lilin yang ada di atas meja pengunjung yang menerangi
ruangan restoran. Pada saat itu, tiga sosok tubuh berjubah hitam lengkap
dengan memakai capuchon coklat, muncul dari bagian halaman belakang
restoran sambil membawa lonceng dan diiringi oleh musik kematian.
Mereka mendatangi meja pengunjung satu per satu dan berusaha
mendekati para pengunjung hingga mencapai pintu masuk restoran.
Setelah itu, sensasi tersebut masih berlanjut dengan masuknya kembali
ketiga sosok tersebut ke dalam restoran dan kembali mendatangi meja
pengunjung sambil membisikkan kata ”Selamat Datang” kepada setiap
pengunjung. Sensasi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pengunjung terutama yang berasal dari luar Kota Bogor untuk datang ke
DBC & Spageti Restaurant dan mencicipi produk-produknya.
VI. PENERAPAN STRATEGI PROMOSI
6.1 Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi
Strategi promosi yang tepat akan menghasilkan penjualan dan keuntungan
yang meningkat. Oleh karena itu, dalam penentuannya terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam penentuan strategi
promosi untuk produk-produk Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah
menentukan tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan strategi promosi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak DBC & Spageti Restaurant, dapat
diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari
kegiatan promosi yang dilakukannya, yaitu :
1. Meningkatkan Penjualan Produk
Setiap usaha pasti memiliki orientasi untuk mendapatkan keuntungan atau
laba. Hal tersebut juga merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai
oleh DBC & Spageti Restaurant. Peningkatan penjualan dari produk-produk
yang dijualnya adalah hal yang diharapkan dari adanya kegiatan promosi yang
dijalankannya. Laba yang diperoleh akan meningkat apabila penjualan yang
terjadi juga meningkat. Semakin meningkatnya laba tersebut akan
berpengaruh pada kelangsungan usaha yang dijalankan, kesejahteraan para
karyawan bahkan perluasan usaha.
2. Memperkenalkan Produk dan Lokasi
Produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant tergolong
produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, tujuan lain dari kegiatan
promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant adalah
memperkenalkan produk dan lokasi usaha restoran tersebut kepada pasar
sasaran atau para konsumennya maupun pasar potensial atau calon
konsumennya yang belum mengetahui keberadaannya. Melalui kegiatan
promosinya, DBC & Spageti Restaurant juga menginformasikan keunikan
dari produk-produk yang dimilikinya. Selain itu juga, Pihak DBC & Spageti
Restaurant berharap masyarakat akan mengenal produknya dan mengetahui
letak usahanya sehingga akan merasa tertarik untuk mengunjungi restoran dan
membeli produk-produknya.
6.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Promosi
Hal kedua yang perlu diperhatikan setelah menentukan tujuan promosi
adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi
promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak manajemen restoran, serta dipadukan dengan teori
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi, maka
dapat diidentifikasi faktor-faktor dan sub faktor yang mempengaruhi penyusunan
strategi promosi DBC & Spageti Restaurant, yaitu :
1. Faktor Anggaran
a. Cash (Dana promosi berdasarkan perputaran kas restoran)
Perputaran kas restoran sangat mempengaruhi jumlah anggaran yang akan
dialokasikan untuk kegiatan promosi. Hal tersebut mengakibatkan besar
kecilnya anggaran akan ditetapkan oleh pihak manajemen berdasarkan
kemampuan keuangan restoran. Implikasi dari hal ini adalah dana yang
dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan restoran akan diprioritaskan
berdasarkan kepentingannya.
b. Invest (Promosi sebagai bentuk investasi)
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan promosi dianggap sebagai
suatu bentuk investasi jangka panjang atau penanaman modal. Hal ini
berarti dana yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi akan memberikan
manfaat atau hasil tidak pada saat itu juga, akan tetapi pada masa yang
akan datang atau bersifat jangka panjang.
2. Faktor Karakteristik Produk
a. Sifat Produk
Produk-produk yang ditawarkan oleh DBC & Spageti Restaurant termasuk
ke dalam golongan consumer goods atau barang konsumsi sehingga dalam
kegiatan promosinya, tidak perlu penerangan khusus dalam
penggunaannya. Barang konsumsi mengandalkan periklanan dalam
kegiatan promosinya, akan tetapi bentuk promosi yang lainnya yang
mampu meningkatkan penjualan restoran dapat diterapkan juga
b. Mutu Produk
Mutu produk dapat menjadi kekuatan DBC & Spageti Restaurant dalam
memperkenalkan dan menawarkan produk-produknya. Mutu produk
tersebut dapat dilihat dari kesegaran bahan baku yang digunakan untuk
membuat produk-produknya dan kandungan gizi yang dimiliki oleh
produk tersebut dengan higienitas yang terjamin.
3. Faktor Karakteristik Pasar
a. Luas Geografi
Lokasi DBC & Spageti Restaurant yang berada di kota Bogor,
memungkinkan jangkauan pasar potensialnya secara geografis meliputi
kota Bogor dan kota-kota di luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Cianjur,
Sukabumi, dll. Oleh karena itu, pihak manajemen restoran perlu
mempertimbangkan bentuk promosi yang paling tepat untuk dapat
menjangkau luas pasar yang dimilikinya.
b. Segmen Pasar
Segmen pasar terdiri dari jenis pelanggan dan target konsumen. Pasar
sasaran DBC & Spageti Restaurant adalah konsumen dengan kelas
ekonomi menengah-atas, sedangkan target konsumennya adalah remaja
dan keluarga. Berdasarkan hal itu, DBC & Spageti Restaurant perlu
mempertimbangkan bentuk promosi yang efektif dan tepat sasaran.
4. Faktor Daur Hidup Produk
a. Penjualan
Berdasarkan Product Life Cycle (PLC), DBC & Spageti Restaurant berada
pada tahap pertumbuhan (growth) dengan tingkat penjualan yang mulai
meningkat tetapi masih fluktuatif. Selain itu, masyarakat Kota Bogor dan
di luar Kota Bogor masih banyak yang belum mengetahui keberadaan
produk dan lokasi usaha dari DBC & Spageti Restaurant. Oleh karena itu,
bentuk promosi yang dijalankan harus dapat meningkatkan penjualan dan
pemilihan strateginya harus mempertimbangkan tingkat penjualan yang
terjadi.
b. Laba
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan akan
mempengaruhi anggaran yang tersedia untuk kegiatan promosi. Seperti
halnya tingkat penjualan, tingkat laba ini juga dipengaruhi oleh posisi
produk pada daur hidup produknya. Semakin besar laba yang diperoleh
maka semakin besar pula dana yang tersedia untuk kegiatan promosi. Oleh
karena itu, laba yang diperoleh juga merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan strategi promosi yang tepat bagi DBC &
Spageti Restaurant.
5. Faktor Pesaing
Pesaing merupakan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha yang
sama, membidik pasar sasaran yang sama, ataupun memiliki produk yang
dapat dijadikan produk substitusi (substitute product), yang dapat
mengalihkan perhatian konsumen. Death by Chocolate & Spageti Restaurant
merupakan restoran coklat satu-satunya di kota Bogor untuk saat ini. Pesaing
sejenis terdapat di kota Jakarta, diantaranya Death by Chocolate dan Dapur
Coklat. Akan tetapi, restoran ini memiliki pesaing berupa produk substitusi
yang dijual oleh toko-toko roti dan kue yang ada di kota Bogor. Para pesaing
dan substite product ini termasuk usaha yang sudah terbilang mapan dengan
skala usaha yang sudah cukup besar. Oleh karena itu, pihak manajemen DBC
& Spageti Restaurant perlu mempertimbangkan bentuk promosi yang harus
dilakukannya agar dapat disesuaikan dengan bentuk promosi yang digunakan
oleh pesaing dan substitute product-nya itu.
6. Faktor Konsumen
a. Loyalitas Konsumen
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant
diharapkan dapat membentuk, mempertahankan, dan meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap produk-produknya. Dengan demikian,
konsumen akan melakukan pembelian ulang.
b. Karakter Konsumen
Karakter konsumen yang dituju oleh DBC & Spageti Restaurant
didasarkan pada segmentasi ekonomi. Dilihat dari harga produknya,
restoran ini membidik konsumen kelas ekonomi menengah-atas dan
memilih konsumen sasaran dari kalangan remaja dan keluarga.
7. Faktor Bauran Pemasaran Lainnya (Selain Promosi)
a. Produk (Product)
Produk DBC & Spageti Restaurant merupakan makanan jadi yang
diantaranya memiliki bentuk penyajian yang unik karena berbeda dari
produk-produk lain yang sudah ada. Selain itu, khusus untuk produk DBC,
selain dapat dikonsumsi di restoran, DBC juga memiliki sistem take away
atau dibawa pulang dengan kemasan berupa box dan kantong plastik
berlabel DBC & Spageti sehingga dapat memberi nilai tambah pada
produk DBC tersebut. Produk-produk yang ditawarkan oleh restoran ini
terdiri dari aneka frittata, appetizer, soup, rice, spaghetti, dessert, hot
drinks, cold drinks. Adapun produk pendukung DBC & Spageti
Restaurant yang lainnya yaitu Flower by Chocolate (FBC), chocolate
stick, dan coklat telur paskah khusus selama event Hari Raya Paskah.
Produk-produk tersebut disajikan dalam porsi tertentu sehingga memiliki
ciri khas tersendiri.
b. Harga (Price)
Harga jual yang ditetapkan oleh DBC & Spageti Restaurant bervariasi
untuk setiap produknya. Price Range yang dimiliki oleh produk-produk
utama yang terdapat di DBC & Spageti Restaurant adalah Rp 3.000-Rp
54.000. Harga yang diterapkan ini sesuai dengan mutu yang dimiliki oleh
produk dan tingkat kepuasan atas pelayanan dan lay out restoran yang
khas bagi konsumen.
c. Tempat (Place)
Tempat produksi, distribusi dan konsumsi produk-produk DBC & Spageti
Restaurant terletak pada satu lokasi yang sama, yaitu di Jalan Ceremai No.
22 Kota Bogor. Lokasi ini tepatnya ada di dalam kawasan Taman
Kencana. Tempatnya relatif kurang strategis karena tidak terletak di jalan
raya, yang sering dilalui oleh banyak orang dan kendaraan. Oleh karena
itu, dalam penentuan bentuk promosinya, faktor tempat juga perlu
diperhatikan supaya dapat berjalan secara efektif.
d. Orang (People)
Seluruh personel DBC & Spageti Restaurant selalu mengenakan seragam
berupa kaos DBC & Spageti dan bagi karyawan bagian dapur dilengkapi
dengan celemek DBC & Spageti. Selain itu, sikap ramah kepada para
pengunjung juga selalu dilakukan oleh para karyawan restoran ini.
e. Proses (Process)
Proses pembuatan produk-produk DBC & Spageti Restaurant selalu
menjaga kehigienisan, kesegaran, dan kualitas produk seperti yang
diharapkan oleh para konsumen. Proses penyajian produk selalu
diusahakan secara cepat dan sesuai dengan pesanan.
f. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik yang mendukung penyampaian produk DBC & Spageti
Restaurant terdiri dari tempat parkir yang cukup luas, empat buah toilet,
ruang mushalla sekaligus ruang administrasi, ruang meeting, dapur umum
dan dapur khusus untuk proses pemanggangan, ruang DBC, dan taman.
6.1.2 Analisis Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan
Strategi Promosi DBC & Spageti Restaurant
Proses identifikasi pada tahap sebelumnya memiliki maksud untuk
mengetahui urutan prioritas dari tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
promosi yang dilakukan dan faktor mana yang paling berperan dalam penyusunan
strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Analisis identifikasi faktor-faktor
penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dilakukan dengan
menyusun model struktur hirarki keputusan dengan empat tingkat.
Tingkat 1 pada model struktur hirarki keputusan adalah fokus, yaitu
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi.
Tingkat 2 adalah tujuan Death by Chocolate & Spageti Restaurant dalam
melakukan kegiatan promosinya. Tingkat 3 adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam menyusun strategi promosinya, yang terdiri dari anggaran,
karakteristik produk, karakteristik pasar, daur hidup produk, pesaing, konsumen,
dan bauran pemasaran lainnya. Adapun tingkat 4 adalah sub faktor penyusun
strategi promosi, yang merupakan penjabaran dari faktor-faktor yang ada pada
tingkat 3. Model struktur hirarki keputusan tujuan promosi dan faktor-faktor
penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Gambar
10.
Keterangan : Tingkat 1 : Fokus (Identifikasi faktor-faktor penyusun strategi promosi) Tingkat 2 : Tujuan Promosi DBC & Spageti Restaurant
Gambar 10 Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor
Tingkat 3
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI DEATH BY CHOCOLATE
& SPAGETI RESTAURANT BOGOR
MPj MPL
Agr Prd Psr Dhp Pes Kons Bpl
Cash
Invest Mutu
Sft
Sgmn
Geo
Laba
Pen
Kar
Lyl
Tpt
Hrg
Pro
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 4
Org
Prs
BF
MPj : Meningkatkan penjualan MPL : Memperkenalkan produk dan lokasi Tingkat 3 : Faktor Agr : Anggaran Prd : Karakteristik produk Psr : Karakteristik pasar
Dhp : Daur hidup produk Pes : Pesaing Kons : Konsumen Bpl : Bauran pemasaran lainnya (selain promosi)
Tingkat 4 : Sub faktor Cash : Besarnya anggaran promosi berdasarkan kas restoran
Invest : Promosi sebagai bentuk investasi perusahaan di masa yang akan datang Sft : Sifat produk Mutu : Mutu produk Geo : Luas geografi pasar Sgm : Segmen pasar Penj : Penjualan Laba : tingkat keuntungan yang diperoleh Lyl : Loyalitas konsumen Kar : Karakteristik konsumen Hrg : Harga Prod : Produk Tpt : Tempat Org : Orang Prs : Proses BF : Bukti Fisik
6.1.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal
Pengolahan AHP secara horizontal terdiri dari tiga bagian. Bagian yang
pertama adalah analisis tujuan DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan
kegiatan promosinya pada tingkat 2. Bagian yang kedua yaitu analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi pihak restoran dalam menentukan strategi promosinya
pada tingkat 3, dan bagian yang ketiga yaitu analisis sub faktor yang
mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant pada
tingkat 4.
Tujuan dari pengolahan elemen yang terdapat pada tingkat 2 yaitu
mengetahui prioritas dari tujuan yang hendak dicapai oleh DBC & Spageti
Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya. Hasil pengolahan pada
tingkat 2 tersebut menunjukkan bahwa DBC & Spageti Restaurant menempatkan
tujuan memperkenalkan produk dan lokasi pada prioritas pertama dengan bobot
0,750. Tujuan meningkatkan penjualan menempati prioritas kedua dengan bobot
0,250 (Tabel 12).
Tabel 12 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Tujuan Kegiatan Promosi)
Elemen Tujuan Bobot Prioritas
Meningkatkan penjualan 0.250 2 Memperkenalkan produk dan lokasi 0,750 1 Rasio Inkonsistensi 0,00
Berdasarkan tabel 12, dapat diidentifikasi bahwa tujuan utama yang ingin
dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan kegiatan promosinya
yaitu memperkenalkan produk dan lokasi restoran. Pihak manajemen restoran
berharap produknya yang unik dan bermutu dapat dikenal, baik oleh masyarakat
Bogor maupun luar daerah Bogor. Selain itu, mereka juga berharap lokasi restoran
yang dirasa kurang strategis dapat dikenal pula melalui kegiatan promosi yang
dilakukannya.
Selama ini, pemberitaan mengenai DBC & Spageti Restaurant melalui
stasiun televisi cukup mendukung pihak DBC & Spageti Restaurant dalam
memperkenalkan produknya terutama bagi para konsumen yang berada di luar
daerah Bogor, akan tetapi masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui
keberadaan dari produk dan lokasi usahanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kegiatan promosi yang dapat memperkenalkan produk dan lokasi usahanya
supaya masyarakat dapat menyadari keberadaan produk dan lokasi usahanya
dengan jelas. Produk-produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant
memiliki ciri yang khas dan keunikan tersendiri baik dari bentuk, cita rasa
maupun penyajiannya. Selain itu, produk-produknya juga memiliki kandungan
gizi yang baik untuk kesehatan. Keunggulan dari produknya tersebut didukung
pula oleh lay out dan suasana yang disajikan secara khas oleh DBC & Spageti
Restaurant pada lokasi restoran.
Tujuan kedua yang ingin dicapai oleh DBC & Spageti Restaurant dari
kegiatan promosi yang dilakukannya adalah meningkatkan penjualan. Hal ini
menjadi prioritas kedua dari tujuan DBC & Spageti Restaurant karena pihak
manajemen restoran beranggapan apabila produk dan lokasi usahanya sudah
dikenal oleh masyarakat Bogor dan luar daerah Bogor, maka jumlah pengunjung
dan tingkat penjualannya dapat meningkat dengan sendirinya. Tingkat penjualan
yang meningkat akan meyebabkan tingkat keuntungan yang didapatkan pun
meningkat. Hal ini merupakan suatu hal yang bagus bagi kelangsungan dan
pengembangan usaha restoran di masa yang akan datang.
Tabel 13 Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Faktor Penyusun Strategi Promosi)
Faktor yang mempengaruhi
Tujuan Agr Prd Psr Dhp Pes Kons Bpl
RI
MPj 0,187 0,212 0,168 0,071 0,046 0,211 0,105 0,09 MPL 0,220 0,111 0,092 0,067 0,220 0,220 0,071 0,08
Keterangan : MPj : Meningkatkan penjualan MPL : Memperkenalkan produk dan lokasi Agr : Anggaran Prd : Karakteristik produk Psr : Karakteristik pasar Dhp : Daur hidup produk Pes : Pesaing Kons : Konsumen Bpl : Bauran pemasaran lainnya RI : Rasio Inkonsistensi
Hasil pengolahan horizontal pada tingkat 3 menunjukkan faktor-faktor
yang mempengaruhi DBC & Spageti Restaurant dalam menentukan strategi
promosinya (Tabel 13). Pada Tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang
paling berpengaruh dalam meningkatkan penjualan DBC & Spageti Restaurant
adalah karakteristik produk dengan bobot 0,212. Faktor karakteristik produk
menjadi hal yang paling penting dalam penentuan strategi promosi DBC &
Spageti Restaurant karena pihak manajemen mengutamakan mutu dan keaslian
dari produk yang mereka tawarkan sehingga dapat memuaskan hati para
pelanggannya yang sebagian besar merupakan pencinta coklat. Selain itu,
keunikan yang terdapat dalam cita rasa, bentuk dan cara penyajian dari produk-
produknya, menyebabkan DBC & Spageti Restaurant perlu menginformasikan
keunggulan dari produk yang dimilikinya melalui kegiatan-kegiatan promosinya.
Dengan demikian, para konsumen akan merasa tertarik untuk mengunjungi dan
mencoba produk-produk yang ditawarkan oleh restoran tersebut sehingga tingkat
penjualannya pun akan meningkat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi DBC &
Spageti Restaurant dalam menyusun strategi promosi beserta bobotnya adalah
konsumen (0,211), anggaran (0,187), karakteristik pasar (0,168), bauran
pemasaran lainnya (0,105), daur hidup produk (0,071), dan pesaing (0,046).
Faktor anggaran, pesaing dan konsumen dalam mempengaruhi DBC &
Spageti Restaurant dalam menentukan strategi promosinya untuk mencapai tujuan
memperkenalkan produk dan lokasi memiliki bobot yang sama yaitu 0,220. Faktor
anggaran membutuhkan perhatian yang lebih karena umur usaha restoran ini baru
sekitar 2 tahun sehingga belum memiliki dana yang sangat mencukupi untuk
menunjang kegiatan-kegiatan promosi yang ingin dilakukan. Jumlah anggaran
sangat menentukan jenis promosi yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan yang ingin dicapai oleh restoran. Semakin besar anggaran yang dimiliki
maka pihak manajemen restoran pun semakin leluasa dalam memilih bentuk
promosi yang paling tepat untuk dilakukan. Tujuan memperkenalkan produk dan
lokasi dari kegiatan promosi ini pada umumnya lebih didominasi oleh bentuk
promosi berupa periklanan, promosi penjualan dan publisitas yang relatif dapat
menyerap anggaran yang cukup besar. Oleh karena itu, dalam mempengaruhi
faktor-faktor penyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant, faktor
anggaran menempati prioritas pertama.
Faktor pesaing berupa substitute product yang sudah cukup terkenal dan
memiliki letak yang strategis di Kota Bogor, bagi DBC & Spageti Restaurant
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena letaknya yang kurang
strategis dan produknya yang belum dikenal oleh sebagian masyarakat Bogor dan
luar daerah Bogor. Jenis-jenis bentuk promosi yang dilakukan oleh pesaing perlu
diamati sehingga dapat menjadi pembanding dan inspirasi dalam proses
penentuan strategi promosi yang tepat.
Faktor Konsumen mendapat perhatian yang cukup besar pula dalam
penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dalam mencapai tujuan
memperkenalkan produk dan lokasi. Pihak manajemen restoran perlu mengamati
bentuk promosi, waktu dan tempat pelaksanaan yang paling sesuai untuk dapat
menjangkau konsumen sasarannya yaitu kelompok remaja dan keluarga. Hal
tersebut akan menyebabkan kegiatan promosi yang dilakukan menjadi tepat
sasaran dan efektif. Faktor-faktor lain yang memiliki prioritas di bawah ketiga
faktor tersebut beserta bobotnya adalah karakteristik produk (0,111), karakteristik
pasar (0,168), bauran pemasaran lainnya (0,105), dan daur hidup produk (0,071).
Tabel 14 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Faktor Penyusun Strategi Promosi)
Pengolahan horizontal bagian ketiga yaitu analisis sub faktor yang
mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant pada
tingkat 4 (Tabel 14). Faktor anggaran menempatkan sub faktor cash dan invest
pada posisi yang sama dalam proses penyusunan strategi promosi yang tepat bagi
DBC & Spageti Restaurant dengan bobot masing-masing sebesar 0,500. Besarnya
anggaran yang dapat digunakan untuk kegiatan promosi sangat dipengaruhi oleh
kondisi perputaran kas yang terjadi di restoran. Besarnya penjualan yang
didapatkan dari setiap Rp 1 uang kas yang dikeluarkan menunjukkan perputaran
kas. Perputaran kas dapat menggambarkan efisiensi restoran dalam menggunakan
uang kasnya dalam menghasilkan penjualan. Semakin cepat perputaran kas yang
terjadi, maka semakin besar pula anggaran yang tersedia untuk melaksanakan
kegiatan promosi. Selain itu, anggaran yang dikeluarkan untuk menjalankan
Faktor Sub Faktor Bobot Prioritas RI Cash 0,500 1 Anggaran Invest 0,500 1 0,00
Sifat Produk 0,500 1 Karakteristik Produk Mutu Produk 0,500 1 0,00
Luas Geografi Pasar 0,500 1 Karakteristik Pasar Segmentasi pasar 0,500 1 0,00
Penjualan 0,833 1 Daur Hidup Produk Laba 0,167 2 0,00
Loyalitas Konsumen 0,833 1 Konsumen Karakteristik Konsumen 0,167 2
0,00
Produk 0,312 1 Harga 0,058 6 Tempat 0,284 2 Orang 0,113 4 Proses 0,142 3
Bauran Pemasaran Lainnya
Bukti Fisik 0,092 5
0,06
promosi dianggap sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang oleh DBC &
Spageti Restaurant. Investasi dalam bentuk ini akan dirasakan manfaatnya pada
masa yang akan datang dan akan berdampak positif bagi kemajuan usaha DBC &
Spageti Restaurant jika strategi promosi yang dijalankan berhasil. Oleh karena itu,
kedua sub faktor untuk faktor anggaran ini memiliki tingkat kepentingan yang
sama dalam menyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant.
Faktor karakteristik produk memprioritaskan kedua sub faktornya yaitu
sifat dan mutu produk dengan bobot masing-masing sebesar 0,500. Pihak
manajemen DBC & Spageti Restaurant beranggapan bahwa sifat produk sebagai
barang konsumsi perlu mendapatkan perhatian juga dalam menyusun strategi
promosinya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan promosinya, pihak
restoran tidak perlu mencantumkan cara penggunaan produknya seperti halnya
pada barang industri. Subfaktor mutu produk juga sangat perlu diperhatikan dalam
menentukan strategi promosi karena produk DBC & Spageti Restaurant yang
memiliki mutu, kandungan gizi, dan cara penyajian yang baik akan menjadi suatu
keunggulan. Keunggulan yang dimiliki oleh produk DBC & Spageti Restaurant
ini penting untung diinformasikan kepada masyarakat agar dapat menarik mereka
untuk berkunjung ke restoran dan membeli produk-produknya.
Luas geografi dan segmentasi pasar yang dimiliki oleh DBC & Spageti
Restaurant termasuk sub faktor karakteristik pasar dalam penyusunan strategi
promosinya. Kedua sub faktor tersebut memiliki bobot yang sama yaitu 0,500
sehingga harus diperhatikan secara seimbang. Masyarakat Bogor dan luar daerah
Bogor (Jadetabek, Sukabumi, Cianjur, Bandung) masih banyak yang belum
mengetahui keberadaan produk dan lokasi DBC & Spageti Restaurant. Melalui
kegiatan promosi yang tepat, maka luas geografi pasar yang dimilikinya pun dapat
dijangkau. Selain itu, sub faktor segmentasi pasar juga tak kalah pentingnya untuk
diperhatikan dalam penyusunan strategi promosi di restoran ini. Segmentasi pasar
yang dipilih oleh restoran ini adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah-atas dengan kelompok konsumen dari kalangan remaja dan keluarga.
Oleh karena itu, pihak manajemen restoran perlu mempertimbangkan sub faktor
ini agar strategi promosi yang dijalankan dapat tepat sasaran.
Pada faktor daur hidup produk, sub faktor penjualan menempati prioritas
yang pertama dengan bobot 0,833. Anggaran yang dapat digunakan untuk
menjalankan kegiatan promosi akan sangat tergantung pada tingkat penjualan
yang dicapai. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat penjualan, maka semakin
banyak pula dana yang tersedia untuk kegiatan promosi. Subfaktor laba
menempati prioritas yang kedua dengan bobot 0,167. Pihak manajamen DBC &
Spageti Restaurant meduga bahwa apabila tingkat penjualan tinggi, maka tingkat
laba yang diperoleh pun akan tinggi pula. Hal ini menyebabkan dana untuk
melakukan kegiatan promosi di restoran ini pun akan tersedia dalam jumlah yang
besar dengan sendirinya.
Faktor konsumen menempatkan sub faktor loyalitas konsumen pada
prioritas pertama dengan bobot 0,833 dan sub faktor karakteristik konsumen pada
prioritas kedua dengan bobot 0,167. Pihak manajemen restoran berfikir bahwa
dalam menyusun strategi promosi yang tepat, perlu dipertimbangkan bentuk
promosi yang paling tepat agar dapat membuat konsumen potensialnya menjadi
loyal terhadap produk restoran. Setelah membuat konsumen potensialnya loyal,
pihak manajemen restoran hanya perlu memfokuskan kegiatan promosi yang tepat
bagi konsumen sasarannya sesuai dengan karakter konsumennya. Dengan
demikian, restoran ini tidak hanya mendapat konsumen sasaran yang loyal, akan
tetapi konsumen potensial yang loyal juga.
Pada faktor bauran pemasaran lainnya, sub faktor produk menempati
prioritas pertama dengan bobot 0,312. hal ini disebabkan oleh keunikan dari
produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant sangat dipertimbangkan
dalam penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant yang tepat.
Prioritas kedua ditempati oleh sub faktor tempat dengan bobot 0,284. Lokasi
usaha DBC & Spageti Restaurant yang relatif kurang strategis menyebabkan
pihak manajemen perlu memperhitungkan sub faktor ini dalam penyusunan
strategi promosinya yang tepat. Proses yang meliputi keseluruhan aktivitas yang
ada di DBC & Spageti Restaurant dianggap cukup penting untuk diperhitungkan
dalam penyusunan strategi promosi yang tepat sehingga sub faktor ini menempati
prioritas ketiga dengan bobot 0,142.
Sub faktor orang yang membuat hingga menyajikan produk-produk di
DBC & Spageti Restaurant turut mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
mutu produk dan kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh
karena itu, sub faktor orang menempati prioritas keempat dengan bobot 0,113.
Lingkungan fisik yang ada di sekitar tempat penyampaian jasa menjadi sesuatu
hal yang dipertimbangkan pula oleh pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant
dalam penyusunan strategi promosi yang tepat karena hal tersebut dapat
meningkatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, sub faktor bukti fisik
menempati prioritas kelima dengan bobot 0,092. Sub faktor harga dengan bobot
0,058 menmpati prioritas akhir karena pihak manajemen DBC & Spageti
Restaurant beranggapan bahwa dengan menentukan kelima bauran strategi
pemasaran dengan baik, maka harga pun akan dianggap tidak terlalu penting oleh
konsumen. Hal ini juga sesuai dengan mutu dan keunikan produk serta segmentasi
pasar yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant.
6.1.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal
Analisis pengolahan secara vertikal dilakukan dengan menyusun prioritas
yang paling berpengaruh pada setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan
terhadap sasaran utama atau fokus dari pihak manajemen DBC & Spageti
Restaurant. Analisis pengolahan secara vertikal ini dilakukan pada tingkat 2,
tingkat 3, dan tingkat 4. Pengolahan secara vertikal ini dimaksudkan untuk hirarki
keputusan bagi penentuan faktor-faktor penyusun strategi promosi Death by
Chocolate & Spageti Restaurant. Pengolahan secara vertikal pada tingkat 2, yaitu
pada elemen-elemen tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan promosi memberikan
hasil yang sama dengan hasil pengolahan pada tingkat 2 secara horizontal, yaitu
tujuan memperkenalkan produk dan lokasi menempati prioritas pertama dengan
bobot 0,750 dan tujuan meningkatkan penjualan menempati prioritas kedua
dengan bobot 0,250. Oleh karena itu, kedua hal tersebut tidak akan diuraikan lagi
pada bagian ini.
Elemen faktor yang menyusun strategi promosi DBC & Spageti
Restaurant pada tingkat 3 memberikan hasil pengolahan secara vertikal berupa
faktor konsumen yang menempati prioritas pertama dengan bobot 0,218.
Loyalitas konsumen yang ingin dibentuk oleh pihak manajemen melalui kegiatan
promosinya dan karakteristik konsumen sasaran dengan kelas ekonomi
menengah-atas serta kelompok konsumen dari kalangan remaja dan keluarga
menjadikan faktor konsumen sebagai faktor yang paling penting untuk
dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosinya. Dengan memperhatikan
faktor tersebut, pihak manajemen restoran harus dapat menyusun strategi promosi
yang sedemikian rupa sehingga para konsumennya menjadi loyal terhadap
produk-produk yang ditawarkannya.
Faktor kedua yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC &
Spageti Restaurant adalah anggaran dengan bobot 0,211. Pihak manajemen
beranggapan faktor anggaran perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena dana
yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan restoran masih sangat terbatas. Hal ini
dikarenakan usaha ini baru berdiri sekitar 2 tahun. Penggunaan dana yang terbatas
ini harus secara efisien dan efektif supaya dapat memberikan pengembalian yang
besar dan cepat kepada restoran. Dengan demikian, pihak manajemen harus dapat
menyusun strategi promosi yang dapat mengoptimalkan sumber daya berupa dana
yang ada.
Faktor pesaing dipilih sebagai prioritas ketiga dengan bobot 0,176 dalam
proses penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Restoran ini
merupakan restoran coklat satu-satunya di Bogor akan tetapi memiliki pesaing
(substitute product) berupa toko kue dan roti yang cukup banyak dan sudah sangat
terkenal di Kota Bogor serta memiliki letak yang lebih strategis jika dibandingkan
dengan letak DBC & Spageti Restaurant. Oleh karena itu, dalam menyusun
strategi promosinya, pihak manajemen harus mengamati kegiatan-kegiatan
promosi yang dilakukan oleh para pesaingnya tersebut supaya sebagai usaha yang
baru berdiri, DBC & Spageti Restaurant dapat bertahan dalam situasi persaingan
yang semakin ketat.
Faktor keempat yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi DBC &
Spageti Restaurant adalah karakteristik produk dengan bobot 0,135. keunggulan
produk berupa keunikan yang dimiliki olehnya seperti cita rasa, bentuk dan cara
penyajian perlu mendapatkan perhatian yang cukup pula dari pihak manajemen.
Hal ini perlu dipublikasikan kepada masyarakat supaya mereka dapat merasa
tertarik untuk mengunjungi dan membeli produk-produk yang ditawarkan oleh
restoran ini. Dengan demikian, pihak manajemen harus menyusun strategi
promosi yang tepat supaya keunggulan yang dimiliki produknya ini dapat
tersampaikan dengan baik kepada para konsumen.
Faktor karakteristik pasar dengan bobot 0,112 menempati prioritas kelima
dalam proses penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Pasar
yang berarti konsumen potensial merupakan objek dalam melakukan kegiatan
promosi. Keberadaan pasar ini perlu diperhatikan dalam hal luas geografis dan
segmentasinya. Hal tersebut dilakukan supaya kegiatan promosi yang dijalankan
dapat tepat sasaran. Pemilihan strategi promosi yang memperhatikan
karakateristik pasarnya diharapkan dapat memungkinkan pihak restoran dalam
mencapai tujuan promosi yang telah ditetapkan.
Faktor keenam yang mempengaruhi pihak manajemen restoran dalam
menyusun strategi promosinya adalah daur hidup produk dengan bobot 0,076.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan menyangkut daur hidup produk DBC &
Spageti Restaurant yang masih berada pada tahap pertumbuhan (growth) adalah
penjualan dan laba. Tingkat penjualan harus selalu diperhatikan dalam
melaksanakan kegiatan operasional restoran, terlebih lagi dalam penyusunan
strategi promosi yang akan dilakukan. Apabila tingkat penjualan meningkat, maka
tingkat keuntungan atau laba pun akan meningkat. Hal ini menyebabkan anggaran
yang tersedia untuk melakukan kegiatan promosi pun akan semakin besar. Dana
yang besar akan memberikan keleluasaan bagi pihak manajemen restoran dalam
memilih bentuk promosinya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,
penyusunan strategi promosi pun akan berjalan lancar.
Faktor bauran pemasaran lainnya dengan bobot 0,073 merupakan faktor
terakhir yang harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi restoran.
Hal tersebut dikarenakan pada tahap awal didirikannya usaha ini, pihak
manajemen restoran telah memperhitungkan dengan cermat mengenai produk apa
saja yang akan dibuat sesuai dengan kesukaan para konsumen sasarannya, berapa
harga yang harus diterapkan pada setiap produknya supaya restoran mendapatkan
keuntungan yang maksimal, dan bagaimana rancangan mengenai tempat usaha
yang tepat dan nyaman bagi para pengunjung. Bagaimana personel DBC &
Spageti Restaurant bersikap ramah kepada para konsumen sehingga konsumen
merasa senang. Proses pembuatan produk dan penyajiannya yang cepat dan tepat
sesuai dengan pesanan dan bukti fisik yang dimiliki oleh DBC & Spageti
Restaurant yang mampu mendukung penyampaian produknya kepada para
konsumen. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut pada proses penyusunan strategi
promosi hanya merupakan hal-hal tambahan yang perlu mendapat perhatian juga
dari pihak manajemen.
Hasil pengolahan secara vertikal pada tingkat 4 yaitu analisis terhadap sub
faktor dari setiap faktor yang berada pada tingkat 3. Hasil dari pengolahan pada
tingkat ini memiliki beberapa kesamaan pada urutan prioritasnya, hanya saja
bobotnya berbeda. Oleh karena itu, pada bagian ini tidak akan dijelaskan secara
mendetil. Prioritas pertama yang dipilih pada sub faktor yang mempengaruhi
penyusunan strategi promosi DBC & Spageti Restaurant adalah loyalitas
konsumen dengan bobot 0,181. Adapun sub faktor lainnya yang berada di bawah
prioritas pertama tersebut adalah pesaing (0,176), cash (0,106), invest (0,106),
sifat produk (0,068), mutu produk (0,068), penjualan (0,057), luas geografi pasar
(0,056), segmentasi pasar (0,056), karakteristik konsumen (0,036), produk
(0,025), tempat (0,023), proses (0,011), orang (0,009), bukti fisik (0,007), dan
harga (0,005).
Pada gambar 11 dapat dilihat hasil pengolahan vertikal secara keseluruhan.
Rasio inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0,08 yang menunjukkan bahwa mutu
informasi yang diberikan masih dapat diterima dan dapat dipercaya. Dengan kata
lain, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten
karena berada dibawah atau sama dengan 0,1.
Gambar 11 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor
Rasio Inkonsistensi Keseluruhan = 0,08
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI DEATH BY
CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT
MPj 0,750
MPL 0,250
Agr 0,211
Prd 0,135
Psr 0,112
Dhp 0,076
Pes 0,176
Kons 0,218
Bpl 0,073
Cash 0,106
Invest 0,106
Mutu 0,068
Sft 0,068
Sgmn 0,056
Geo 0,056
Laba 0,011
Penj 0,057
Kar 0,036
Lyl 0,181
Tpt 0,014
Hrg 0.020
Prod 0,046
Tingkat 1
Tingkat 3
Tingkat 2
Tingkat 4
Org 0,009
Prs 0,011
BF 0,007
6.2 Analisis Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat
Alternatif strategi promosi akan dapat dirumuskan setelah faktor kendala
yang dihadapi dan faktor pendukung yang dimiliki oleh DBC & Spageti
Restaurant telah diidentifikasi. Kendala dalam hal ini, artinya segala sesuatu yang
berasal dari dalam maupun luar restoran yang menyulitkan dan menghambat
pihak manajemen restoran dalam menyusun dan menjalankan kegiatan promosi.
Di sisi lain, pendukung merupakan segala sesuatu yang berasal dari dalam dan
luar restoran, yang dapat memudahkan pihak manajemen restoran dalam
menyusun dan melakukan kegiatan promosi. Hal-hal yang menjadi kendala yang
dihadapi dan pendukung yang dimiliki oleh restoran tersebut akan menjadi
pertimbangan dalam menyusun strategi promosi DBC & Spageti Restaurant.
6.2.1 Identifikasi Kendala dan Pendukung yang Dimiliki Oleh DBC &
Spageti Restaurant dalam Penyusunan Strategi Promosi
Menurut hasil wawancara dengan pihak manajemen DBC & Spageti
Restaurant, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala dan
pendukung DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan strategi promosi.
Kendala yang dihadapi oleh DBC & Spageti Restaurant antara lain :
1. Manajemen
Kendala manajemen merupakan kendala yang datangnya dari dalam restoran
(internal), yang dapat menghambat pihak manajemen restoran dalam
menyusun dan melakukan strategi promosi. Subkendala dari faktor kendala
manajemen ini terdiri dari :
a. Dana, berkenaan dengan sejumlah uang yang dimiliki oleh restoran untuk
menjalankan strategi promosi yang jumlahnya masih terbatas.
b. Sumber daya manusia, berkenaan dengan jumlah sumber daya manusia
yang dimiliki oleh restoran, yang masih bersifat terbatas dalam
pelaksanaan strategi promosi.
2. Sikap
Kendala sikap merupakan faktor kendala yang berasal dari luar restoran dan
dapat menghambat pelaksanaan strategi promosi restoran. Subkendala yang
perlu diperhatikan antara lain :
a. Masyarakat, berkenaan dengan sikap kurang ramah yang ditunjukkan oleh
masyarakat terhadap pelaksanaan strategi promosi restoran.
b. Pengunjung, berkenaan dengan sikap kurang appreciate yang mungkin
akan dilakukan oleh pengunjung terhadap pelaksanaan strategi promosi
restoran.
Selain faktor kendala, DBC & Spageti Restaurant juga memiliki faktor
pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan strategi promosinya, yaitu :
1. Keadaan Restoran
Keadaan restoran dalam hal ini berkenaan dengan unsur-unsur dan kegiatan
yang terdapat dalam restoran sebagai suatu bentuk usaha yang dapat
mendukung dalam strategi promosi DBC & Spageti Restaurant. Beberapa sub
pendukung yang dimiliki oleh restoran tersebut diantaranya :
a. Fasilitas restoran, berhubungan dengan fasilitas fisik yang dimiliki oleh
restoran dan dapat membantu dalam penentuan strategi promosi yang
tepat.
b. Struktur organisasi yang fleksibel dan budaya kerja yang cooperative
dengan peraturan yang tidak begitu mengikat, dapat mendukung restoran
dalam menjalankan strategi promosinya.
2. Produk
Produk yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant memiliki keunggulan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh produk-produk lain. Hal tersebut menjadi
pendukung bagi penentuan strategi promosi yang tepat. Subpendukung yang
perlu diperhatikan, yaitu :
a. Sifat produk, berkenaan dengan kualitas produk Death by Chocolate &
Spageti Restaurant yang baik dengan kandungan gizi yang baik pula dan
cita rasanya yang khas dan membuat orang tertarik untuk mencobanya
kembali.
b. Keunikan produk, berkenaan dengan bentuk produk; cara penyajian
produk; cara pengemasan untuk produk take away yaitu dengan box dan
kantong plastik khas berlabel DBC & Spageti yang memuat alamat, nomor
telepon, alamat email, dan waktu operasi DBC & Spageti Restaurant. Hal
tersebut akan membantu orang dalam mengenal dan mengingat restoran
ini sehingga dapat mendukung dalam penentuan strategi promosi yang
efektif.
3. Unit Usaha Apple Pie Group (APG) lainnya
Kehadiran unit usaha APG lainnya seperti Macaroni Panggang dan Pia Apple
Pie dengan letak yang tidak terlalu berjauhan dari letak DBC & Spageti
Restaurant, dapat mendukung DBC & Spageti Restaurant dalam penentuan
strategi promosi yang tepat. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh
unit usaha APG lainnya ini dalam pelaksanaan strategi promosi DBC &
Spageti Restaurant adalah rekomendasi yang diberikan kepada para
pengunjung untuk dapat mengunjungi DBC & Spageti Restaurant juga
ataupun sebagai tempat pelaksanaan kegiatan promosi.
Setelah mengidentifikasi faktor kendala dan pendukung yang dimiliki oleh
DBC & Spageti Restaurant, maka tahap selanjutnya adalah penyusunan alternatif
strategi promosi yang tepat dan dapat dijalankan oleh pihak restoran demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak manajemen restoran dan dikaitkan dengan studi literatur, alternatif strategi
promosi yang dapat diidentifikasi diantaranya :
1. Alternatif 1, yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah
frekuensi pelaksanaan). Pihak manajemen restoran tetap menjalankan strategi
promosi yang telah dijalankan selama ini (brosur, mini banner, tayangan di
TV, sensasi Death by Chocolate, menjadi peserta pameran, menjadi donatur,
wawancara di RRI, berita di Koran, potongan harga, kunjungan ke RSJ,
menjual nasi murah dan pakaian bekas layak pakai, spanduk, papan reklame)
dan atau hanya perlu meningkatkan frekuensi pelaksanaannya saja.
2. Alternatif 2, yaitu strategi promosi yang menitikberatkan pada periklanan.
Strategi promosi yang dilakukan pada alternatif yang kedua ini diantaranya
above the line (iklan di media cetak dan media elektronik), below the line
(leaflet, spanduk, serta media luar ruangan seperti papan reklame dan banner).
3. Alternatif 3, menitikberatkan pada promosi penjualan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan potongan harga (discount) kepada para
konsumen; memberikan hadiah (voucher) berupa produk restoran pada event-
event tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain; mengikuti pameran,
bazar atau pekan raya; memberikan sampel produk.
4. Alternatif 4, merupakan strategi promosi yang memfokuskan pada hubungan
masyarakat (humas) dan publisitas. Bentuk-bentuk promosi yang dapat
dilakukan pada strategi ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada acara-
acara tertentu dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan;
menjadi narasumber dalam talk show pada suatu acara yang diliput oleh
stasiun radio; menampilkan berita-berita mengenai produk-produk DBC &
Spageti Restaurant maupun profil perusahaan yang diliput oleh media cetak
atau media elektronik yang dilakukan secara kerja sama dengan pihak terkait.
5. Alternatif 5, memfokuskan kegiatan promosi pada pemasaran langsung. Pihak
restoran dapat menggunakan saluran-saluran langsung konsumen untuk
menjangkau dan atau menyerahkan produk kepada konsumen tanpa
menggunakan perantara. Saluran ini terdiri dari telepon, faksimil, email,
website; peralatan bergerak (dalam hal ini delivery order); mengoptimalkan
penjualan produk melalui outlet.
6.2.2 Analisis Model Alternatif Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat
Alternatif strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant
dapat ditentukan melalui model hirarki keputusan dengan lima tingkat (Gambar
12 halaman 113). Berdasarkan model tersebut, prioritas terhadap kelima alternatif
strategi promosi yang tepat bagi restoran pun dapat diketahui. Tingkat 1
merupakan fokus dari hirarki tersebut, yaitu alternatif strategi promosi yang tepat
bagi DBC & Spageti Restaurant. Tingkat 2 merupakan kendala dan pendukung
yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih strategi promosi yang
tepat. Tingkat 3 merupakan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki
restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat. Tingkat 4 adalah sub kendala
dan sub pendukung yang merupakan penjabaran dari kendala dan pendukung yang
berada pada tingkat 3. Adapun tingkat tingkat 5 merupakan alternatif strategi
promosi yang dapat dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant.
Keterangan : Tingkat 1 : Fokus (Analisis Pemilihan Strategi promosi yang Tepat) Tingkat 2 : Dasar Pemilihan
Kendala : Segala sesuatu baik yang berasal dari dalam maupun luar restoran yang menghambat pihak restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat
Pendukung : Segala sesuatu yang memudahkan restoran dalam memilih strategi promosi yang tepat
Tingkat 3 : Kendala dan pendukung Man : Manajemen DBC & Spageti Restaurant
Gambar 12 Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant
ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI PROMOSI YANG TEPAT
KendalaPendukung
Man Skp
Dana
SDMMasy
Pjg
Res Prod US
Fslt
SO
Sft
unik
Alt 1 Alt 3Alt 2 Alt 4 Alt 5
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Tingkat 5
Skp : Sikap Rest : Restoran Prod : Produk USL : Unit usaha APG lainnya Tingkat 4 : Sub kendala dan sub pendukung Dana : Dana restoran untuk kegiatan promosi SDM : Sumber daya manusia Masy : Masyarakat, berkenaan dengan sikap kurang ramah yang dilakukannya
terhadap kegiatan promosi restoran
Pjg : Pengunjung, berkenaan dengan sikap kurang appreciate dari pengunjung terhadap
bentuk promosi yang dilakukan restoran Fslt : Fasilitas yang dimiliki oleh restoran SO : Struktur organisasi restoran yang fleksibel Sft : Sifat produk Unik : Keunikan produk Tingkat 5 : Alternatif strategi promosi Alt 1 : Tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) Alt 2 : Memfokuskan pada periklanan
Alt 3 : Memfokuskan pada promosi penjualan Alt 4 : Memfokuskan pada hubungan masyarakat (Humas) Alt 5 : Memfokuskan pada pemasaran langsung
6.2.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal yang pertama dilakukan pada tingkat 2 (Tabel 15)
yang menunjukkan bobot dan prioritas yang dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam pemilihan kendala yang dihadapi dan pendukung yang
dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun strategi promosi yang
tepat.
Tabel 15 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Dasar Pemilihan)
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa faktor kendala menempati
prioritas pertama dengan bobot 0,750 dan faktor pendukung menempati prioritas
kedua dengan bobot 0,250. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun
strategi promosinya, DBC & Spageti Restaurant lebih memperhatikan faktor
Dasar Pemilihan Bobot Prioritas Kendala 0,750 1 Pendukung 0,250 2 Rasio Inkonsistensi 0,00
kendala yang dihadapi dari pada faktor pendukung yang dimiliki. Pihak
manajemen beranggapan bahwa mereka harus mengantisipasi setiap kemungkinan
kendala yang dapat menghambat kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan
promosinya. Dengan demikian, strategi promosi dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Faktor pendukung
menjadi prioritas kedua karena pihak manajemen berfikir bahwa strategi promosi
akan berjalan semakin baik apabila ditambah dengan hal–hal yang dapat
mendukungnya.
Pengolahan horizontal yang kedua dilakukan pada tingkat 3 (Tabel 16)
yang menunjukkan bobot dan prioritas elemen kendala yang dihadapi dan
pendukung yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun
strategi promosinya.
Tabel 16 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Kendala dan Pendukung)
Pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa elemen manajemen menjadi prioritas
pertama dalam faktor kendala dengan bobot 0,833. Kendala manajemen sangat
mempersulit pihak manajemen dalam penentuan strategi promosi DBC & Spageti
Restaurant mengingat restoran ini baru berdiri sekitar 2 tahun sehingga dana yang
dimiliki untuk melakukan kegiatan promosi pun masih terbatas. Selain itu, dalam
menjalankan berbagai kegiatan promosinya, restoran ini belum memiliki jumlah
sumber daya manusia yang mencukupi. Elemen sikap menjadi prioritas kedua
Dasar Pemilihan Elemen Bobot Prioritas RI Manajemen 0,833 1 Kendala Sikap 0,167 2 0,00
Restoran 0,429 1 Produk 0,429 1 Pendukung Unit Usaha APG Lainnya 0,143 2
0,00
dalam faktor kendala dengan bobot 0,167. pihak manajemen berfikir bahwa
gangguan berupa sikap yang kurang appreciate terhadap bentuk promosi yang
dijalankan tidak terlalu menyulitkan pihak manajemen dalam menentukan strategi
promosi restoran karena masih dapat ditanggulangi dengan memilih alternatif
strategi yang lain.
Pengolahan horizontal yang ketiga dilakukan pada tingkat 4 (Tabel 17)
yang menunjukkan bobot dan prioritas elemen sub kendala yang dihadapi dan sub
pendukung yang dimiliki dalam menyusun strategi promosi yang tepat.
Tabel 17 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Sub Kendala dan Sub Pendukung)
Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa sub kendala dana dan
sumber daya manusia memiliki bobot yang sama yaitu 0,500 sehingga keduanya
sama-sama diprioritaskan oleh DBC & Spageti Restaurant. Pihak manajemen
merasa dana yang miliki oleh restoran untuk melakukan kegiatan promosi masih
sangat terbatas sehingga dalam menyusun strategi promosinya, mereka tidak
memiliki keleluasaan. Selain itu, sumber daya manusia yang mereka miliki masih
sangat terbatas pula dalam proses penentuan strategi promosi dan pelaksanaannya.
Oleh karena itu, dalam penyusunan strategi promosinya, mereka sangat
mempertimbangkan kedua sub kendala tersebut.
Elemen Sub elemen Bobot Prioritas RI Dana 0,500 1 Manajemen SDM 0,500 1
0,00
Masyarakat 0,500 1 Sikap Pengunjung 0,500 1
0,00
Fasilitas 0,500 1 Restoran Struktur Organisasi 0,500 1 0,00
Sifat 0,167 2 Produk Keunikan 0,833 1 0,00
Subkendala masyarakat dan pengunjung pada kendala sikap menempati
prioritas yang sama dengan bobot masing-masing 0,500. Sikap masyarakat yang
kurang ramah dan pengunjung yang kemungkinan akan kurang appreciate
terhadap bentuk promosi yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant,
membuat pihak menajemen sangat memperhatikan kedua sub kendala ini. Hal
tersebut dikarenakan mereka tidak menginginkan adanya hambatan yang berarti
dalam pelaksanaan kegiatan promosinya.
Pada faktor pendukung restoran, sub pendukung fasilitas dan struktur
organisasi mendapatkan perhatian yang sama dari pihak manajemen dengan bobot
0,500. Dalam menyusun strategi promosinya, DBC & Spageti Restaurant
mengoptimalkan pendukung berupa fasilitas fisik yang dimiliki untuk melakukan
kegiatan promosi seperti mini banner, spanduk, dan kendaraan operasional. Selain
itu, mereka juga sangat memanfaatkan struktur organisasi mereka yang bersifat
fleksibel sehingga kegiatan promosinya dapat berjalan dengan lancar.
Subpendukung keunikan produk pada faktor pendukung produk
menempati prioritas pertama dengan bobot 0,833. Keunikan produk seperti cita
rasa, bentuk, dan cara penyajian yang dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant,
merupakan hal yang sangat mendukung pihak manajemen dalam menyusun
strategi promosinya. Subpendukung sifat produk menempati prioritas kedua
dengan bobot 0,167. Sifat produk restoran yang memiliki kualitas dan kandungan
gizi yang baik serta cita rasa yang enak, sudah dirasa jelas oleh pihak manajemen
dan baru dapat diketahui oleh para pengunjung setelah mencobanya. Oleh karena
itu, pihak manajemen tidak terlalu memperhatikan sub faktor pendukung ini
dalam proses penyusunan strategi promosinya.
Pengolahan horizontal yang keempat dilakukan pada tingkat 5 (Tabel 18)
yang menunjukkan alternatif strategi promosi mana saja yang dianggap paling
sesuai untuk masing-masing sub kendala yang dihadapi dan sub pendukung yang
dimiliki oleh DBC & Spageti Restaurant.
Tabel 18 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Alternatif Strategi Promosi)
Keterangan : Alternatif 1 : Tidak melakukan perbahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) Alternatif 2 : Menitikberatkan pada periklanan Alternatif 3 : Menitikberatkan pada promosi penjualan Alternatif 4 : Menitikberatkan pada humas dan publisitas Alternatif 5 : Mentitikberatkan pada pemasaran langsung
Alternatif strategi promosi yang dipilih sebagai prioritas pertama pada sub
kendala manajemen berupa dana adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang
menitikberatkan pada pemasaran langsung, dengan bobot 0,423. Kegiatan
pemasaran secara langsung dengan menggunakan saluran seperti telepon,
faksimil, email, website, peralatan bergerak (dalam hal ini delivery order), outlet
yang dapat mengoptimalkan penjualan produk, dll, memerlukan dana yang lebih
kecil apabila dibandingkan dengan memasang iklan di televisi, atau memasang
papan reklame secara besar-besaran di jalan raya. Selain itu, kegiatan promosi
dengan melakukan pemasaran langsung juga sangat berpotensi untuk
Alternatif RI
Faktor 1 2 3 4 5 Dana 0,114 0,106 0,047 0,311 0,423 0,07 SDM 0,140 0,057 0,054 0,322 0,427 0,08 Masyarakat 0,128 0,067 0,031 0,499 0,276 0,10 Pengunjung 0,192 0,228 0,059 0,098 0,423 0,08 Fasilitas 0,189 0,333 0,362 0,078 0,038 0,07 Struktur Organisasi 0,360 0,331 0,076 0,035 0,198 0,07 Sifat 0,532 0,046 0,081 0,170 0,170 0,09 Keunikan 0,183 0,313 0,366 0,072 0,067 0,06 Unit Usaha APG Lainnya 0,170 0,341 0,108 0,062 0,318 0,07
menghasilkan penjualan. Oleh karena itu, pemilihan strategi promosi tersebut
sangat tepat dalam menanggulangi masalah keterbatasan dana. Alternatif strategi
yang menempati prioritas kedua sampai dengan kelima beserta bobotnya adalah
alternatif 4 (0,311), alternatif 1 (0,114), alternatif 2 (0,106), dan alternatif 3
(0,047).
Alternatif strategi yang dipilih pada sub kendala manajemen berupa
sumber daya manusia adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang
menitikberatkan pada pemasaran langsung. Kegiatan pemasaran langsung selain
menyerap dana yang tidak besar, juga menyerap sumber daya yang tidak banyak.
Oleh karena itu, alternatif strategi tersebut sangat tepat untuk menyelesaikan
kendala manejemen berupa sumber daya manusia yang jumlahnya masih terbatas.
Alternatif strategi lainnya yang menempati prioritas di bawah alternatif strategi 5
ini beserta bobotnya adalah alternatif 4 (0,322), alternatif 1 (0,140), alternatif 2
(0,057), dan alternatif 3 (0,054).
Alternatif 4 dengan bobot 0,499 dipilih sebagai prioritas pertama pada
kendala sikap berupa masyarakat. Kegiatan promosi ini menitikberatkan pada
humas dan publisitas. Bentuk promosi yang dapat dilakukan pada strategi promosi
ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada acara-acara tertentu dengan tujuan
untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan; menjadi narasumber dalam talk
show pada suatu acara yang diliput oleh stasiun radio; menampilkan berita-berita
mengenai produk-produk DBC & Spageti Restaurant maupun profil perusahaan
yang diliput oleh media cetak atau media elektronik yang dilakukan secara kerja
sama dengan pihak terkait. Melalui kegiatan promosi tersebut, pihak manajemen
dapat menghindari masalah sikap masyarakat yang kurang ramah terhadap
kegiatan promosi yang dilakukan. Sikap yang kurang ramah tersebut dapat
ditunjukkan dengan hilangnya penunjuk arah milik DBC & Spageti Restaurant
yang terbuat kayu yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebanyak dua buah
dari jumlah seluruhnya yaitu tiga buah. Penunjuk arah tersebut diletakkan secara
terpisah di sepanjang Jalan Ceremai menuju lokasi restoran. Alternatif strategi
lainnya yang menempti prioritas kedua hingga kelima beserta bobotnya yaitu
alternatif 5 (0,276), alternatif 1 (0,128), alternatif 2 (0,067), dan alternatif 3
(0,031).
Alternatif 5 yaitu strategi promosi yang menitikberatkan pada pemasaran
langsung dipilih sebagai prioritas pertama pada kendala sikap berupa pengunjung
dengan bobot 0,423. Sikap pengunjung sepertinya akan kurang appreciate
terhadap bentuk promosi berupa branding pada interior restoran. Kegiatan
branding ini dapat dilakukan dengan memasang beberapa materi promosi seperti
jam dinding, tempat tisu, korek api, alat tulis, tempat payung, keset, tempat lilin,
dll. Oleh karena itu, pemilihan alternatif 5 sebagai strategi promosi untuk dapat
mengatasi masalah ini adalah tepat. Alternatif strategi lainnya yang berada di
bawah prioritas pertama ini beserta bobotnya adalah alternatif 2 (0,228), alternatif
1 (0,192), alternatif 4 (0,098) dan alternatif 3 (0,059).
Pendukung restoran berupa fasilitas fisik restoran yang menunjang
kegiatan promosi memprioritaskan alternatif 3, yaitu strategi promosi yang
menitikberatkan pada promosi penjualan dengan bobot 0,362. Kegiatan promosi
penjualan ini meliputi pemberian potongan harga (discount) kepada para
konsumen; pemberian hadiah (voucher) berupa produk restoran pada event-event
tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain; mengikuti pameran, bazar atau
pekan raya; memberikan sampel produk. Oleh karena itu, pemilihan strategi ini
sangat tepat untuk mengoptimalkan pendukung restoran berupa sub pendukung
fasilitas fisik restoran. Alternatif strategi lain yang menempati prioritas di bawah
alternatif 3 beserta bobotnya yaitu alternatif 2 (0,333), alternatif 1 (0,189),
alternatif 4 (0,078), dan alternatif 5 (0,038).
Alternatif 1 yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah
frekuensi pelaksanaan) dengan bobot 0,360 dipilih sebagai prioritas pertama pada
pendukung manajemen berupa struktur organisasi yang fleksibel. Kegiatan
promosi yang sudah dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant diduga sudah
tepat karena pemanfaatan fleksibilitas dari struktur organisasi dirasa sudah
optimal. Apabila strategi promosi dipaksakan berubah dengan kegiatan promosi
yang membutuhkan tingkat fleksibilitas struktur organisasi yang lebih tinggi,
maka dikhawatirkan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh restoran menjadi
terbengkalai dan penjualan menjadi menurun. Oleh karena itu, keputusan untuk
tidak melakukan perubahan (hanya perlu menambah frekuensi pelaksanaan) pada
sub pendukung ini adalah tepat. Alternatif strategi lainnya yang berada di bawah
prioritas pertama ini beserta bobotnya adalah alternatif 2 (0,331), alternatif 5
(0,198), alternatif 3 (0,076), alternatif 4 (0,035).
Subpendukung sifat pada pendukung produk memprioritaskan alternatif 1
sebagai strategi promosi pada DBC & Spageti Restaurant dengan bobot 0,532.
Sifat produk restoran ini yang memiliki cita rasa yang enak, serta kualitas dan
kandungan gizi yang baik, menyebabkan pihak manajemen merasa strategi
promosi yang sudah dijalankan selama ini sudah tepat dalam memanfaatkan sub
pendukung berupa sifat produk. Alternatif strategi promosi lainnya adalah
alternatif 4 (0,170), alternatif 5 (0,170), alternatif 3 (0,081), dan alternatif 2
(0,046).
Alternatif 3 (0,366) menempati prioritas pertama pada pendukung produk
berupa keunikan. Kegitan promosi seperti mengikuti pekan raya, pameran, bazar,
pemberian sampel produk, dll, akan sangat efektif dalam memberitahukan
keunggulan produk yang mereka miliki berupa keunikan produk dalam hal bentuk
dan cara penyajian. Kegiatan promosi tersebut dapat menjangkau konsumen
secara langsung sehingga para konsumen juga dapat secara langsung mengetahui
keunikan produk yang dimiliki oleh restoran. Dengan demikian, konsumen yang
merasa tertarik pun dapat melakukan pembelian secara langsung pada saat itu juga
atau mendatangi lokasi restoran. Alternatif 2 (0,313), alternatif 1 (0,138),
alternatif 4 (0,072), dan alternatif 5 (0,067) merupakan alternatif strategi promosi
yang menempati prioritas kedua hingga kelima.
Pendukung unit usaha APG lainnya memprioritaskan alternatif 2 (0,341)
dalam pemilihan strategi promosi di DBC & Spageti Restaurant. Alternatif ini
menitikberatkan pada periklanan berupa above the line (iklan di media cetak dan
media elektronik), below the line (leaflet, spanduk, dan media luar ruangan seperti
papan reklame dan banner). Bentuk promosi yang dapat mengoptimalkan
pendukung ini diantaranya brosur, mini banner, leaflet, spanduk, dll. Bentuk
promosi tersebut dapat disimpan atau dipasang oleh pihak DBC & Spageti
Restaurant di lokasi usaha unit usaha APG lainnya yaitu Macaroni Panggang dan
Pia Apple Pie yang sudah lebih dikenal oleh masyarakat Bogor dan luar daerah
Bogor dan memiliki letak yang lebih strategis apabila dibandingkan dengan letak
DBC & Spageti Restaurant. Hal tersebut dirasa akan menjadi strategi promosi
yang tepat dalam memanfaatkan pendukung unit usaha APG lainnya ini.
Alternatif 5 (0,318), alternatif 1 (0,170), alternatif 3 (0,108), dan alternatif 4
(0,062) merupakan alternatif strategi promosi lainnya yang berada di bawah
prioritas pertama.
6.2.4 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal
Pengolahan secara vertikal pada hirarki kedua yaitu analisis pemilihan
strategi promosi yang tepat dilakukan pada tingkat 2, tingkat 3, tingkat 4, dan
tingkat 5 (Gambar 13 halaman 128). Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 2
memberikan hasil yang sama dengan hasil pengolahan secara horizontal, yaitu
faktor kendala menempati prioritas pertama dengan bobot 0,750 dan faktor
pendukung menempati prioritas kedua dengan bobot 0,250. Oleh karena itu, hasil
pengolahan vertikal pada tingkat 2 ini tidak akan diuraikan kembali pada bagian
ini.
Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 3 juga memberikan hasil yang
relatif sama dengan hasil pengolahan horizontalnya. Keduanya menghasilkan
prioritas yang sama tetapi dengan bobot yang berbeda. Hasil pengolahan secara
vertikal pada elemen kendala yaitu manajemen (0,506), dan sikap (0,101)
sedangkan pada elemen pendukung yaitu restoran (0,169), produk (0,169), dan
unit usaha APG lainnya (0,056).
Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 4 memberikan hasil yang hampir
relevan dengan hasil pengolahan secara horizontal. Hasilnya yaitu dana (0,276),
sumber daya manusia (0,276), fasilitas (0,092), struktur organisasi (0,092), sifat
(0,092), masyarakat (0,055), pengunjung (0,055), keunikan (0,031), dan unit
usaha APG lainnya (0,031).
Pengolahan vertikal pada tingkat 5 menunjukkan prioritas alternatif
strategi promosi yang dapat digunakan oleh DBC & Spageti Restaurant dalam
menghadapi kendala yang ada dan memanfaatkan pendukung yang dimiliki.
Prioritas pertama yang dipilih oleh pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant
adalah alternatif 5, yaitu strategi promosi yang memfokuskan kegiatan
promosinya pada pemasaran langsung dengan bobot 0,309. Pihak restoran dapat
menggunakan saluran-saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan atau
menyerahkan produk kepada konsumen tanpa menggunakan perantara. Saluran ini
terdiri dari telepon, faksimil, email, website; peralatan bergerak (dalam hal ini
delivery order); mengoptimalkan penjualan produk melalui outlet. Anggaran dana
restoran yang terbatas untuk melakukan kegiatan promosinya, menyebabkan
pemilihan strategi ini menjadi tepat. Semua bentuk promosi melalui pemasaran
langsung tidak memerlukan dana yang sangat besar sehingga sebagai usaha yang
baru berdiri sekitar 2 tahun, DBC & Spageti Restaurant telah memilih strategi
promosi yang tepat. Strategi promosi ini diharapkan akan meningkatkan penjualan
restoran dan membuat usaha restoran ini berkembang. Selain itu, strategi promosi
ini juga dapat mengefisienkankan penggunaan tenaga kerja yang dimiliki oleh
restoran.
Alternatif 4 yaitu strategi promosi yang menekankan pada humas dan
publisitas menempati prioritas kedua dengan bobot 0,221. Bentuk-bentuk promosi
yang dapat dilakukan pada strategi ini diantaranya dengan menjadi sponsor pada
acara-acara tertentu dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan
pelanggan; menjadi narasumber dalam talk show pada suatu acara yang diliput
oleh stasiun radio; menampilkan berita-berita mengenai produk-produk DBC &
Spageti Restaurant maupun profil perusahaan yang diliput oleh media cetak atau
media elektronik yang dilakukan secara kerja sama dengan pihak terkait.
Keunikan produk yang dimiliki dan kekhasan suasana yang dapat dirasakan di
restoran menyebabkan pihak restoran perlu untuk menginformasikan keunggulan
yang dimilikinya tersebut. Hal tersebut akan membuat masyarakat merasa tertarik
untuk mendatangi restoran, membeli produk yang ditawarkan oleh restoran, dan
menikmati suasana yang ada di restoran. Selain itu, dengan strategi ini, restoran
juga memiliki kesempatan untuk mempublikasikan lokasi usahanya yang kurang
strategis supaya masyarakat mengetahuinya secara pasti.
Alternatif strategi 1, yaitu tidak melakukan perubahan (hanya perlu
menambah frekuensi pelaksanaan) menempati prioritas ketiga dalam penyusunan
strategi promosi DBC & Spageti Restaurant dengan bobot 0,175. Kegiatan
promosi yang telah dijalankan masih dianggap cukup efektif dalam
mempromosikan DBC & Spageti Restaurant sehingga pihak manajemen masih
mempertimbangkan strategi ini dalam penyusunan strategi promosinya. Hanya
saja, kegiatan promosinya tersebut belum dapat berjalan dengan maksimal dalam
mencapai tujuan promosi yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat diduga karena
frekuensi pelaksanaan dari setiap kegiatan promosi masih dirasa kurang.
Kurangnya frekuensi pelaksanaan ini disebabkan oleh anggaran dana dan jumlah
tenaga kerja yang dimiliki oleh restoran masih sangat terbatas. Selain itu,
terkadang hal-hal yang menyangkut teknis baik yang datangnya dari lingkungan
internal yaitu pihak manajemen perusahaan maupun dari lingkungan eksternal
seperti pihak percetakan, menyebabkan kegiatan promosinya menjadi terhambat.
Prioritas ketiga juga jatuh pada pilihan alternatif 2 dengan bobot yang
sama yaitu 0,175. Alternatif ini berupa strategi promosi yang menitikberatkan
pada periklanan, diantaranya above the line (iklan di media cetak dan media
elektronik), below the line (leaflet, spanduk, dan media luar ruangan seperti papan
reklame dan banner). Strategi ini tidak begitu dihiraukan karena bertentangan
dengan anggaran dana restoran yang masih sangat terbatas. Karena itu, strategi ini
kurang tepat apabila dilakukan pada DBC & Spageti Restaurant.
Alternatif 3 merupakan alternatif strategi terakhir yang dipilih oleh pihak
manajemen. Strategi ini menitikberatkan pada promosi penjualan dengan bobot
0,121. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan potongan harga
(discount) kepada para konsumen; memberikan hadiah (voucher) berupa produk
restoran pada event-event tertentu secara bekerja sama dengan pihak lain;
mengikuti pameran, bazar atau pekan raya; memberikan sampel produk. Strategi
promosi ini kurang sesuai untuk dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant
karena dapat mengurangi keuntungan restoran yang masih berada dalam daur
hidup produk pada tahap perkenalan dan memerlukan tenaga kerja yang cukup
banyak.
Pada penelitian ini, alat-alat promosi yang dapat digunakan untuk setiap
alternatif strategi promosi yang direkomendasikan berdasarkan literatur. Adapun
dalam pengaplikasiannya secara langsung di lapangan, jenis-jenis alat promosi
yang dipilih disesuaikan kembali dengan kemampuan pihak manajemen DBC &
Spageti Restaurant. Selain itu, untuk pembahasan mengenai peningkatan
frekuensi pelaksanaan dari strategi promosi yang telah dijalankan oleh DBC &
Spageti Restaurant, intensitas peningkatan pelaksanaannya diserahkan kembali
kepada pihak manajemen DBC & Spageti Restaurant sesuai dengan keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki. Hal yang terpenting adalah DBC & Spageti
Restaurant harus menjaga kontinuitas dalam melaksanakan kegiatan promosinya.
Jadi, kegiatan promosi tidak cukup hanya dilakukan sekali saja pada saat
pendirian usaha restoran ini ataupun pada saat launching produk baru saja. Khusus
untuk kegiatan promosi berupa sensasi Death by Chocolate, perlu diusahakan
untuk dilakukan setiap hari karena kegiatan promosi tersebut sangat diminati oleh
para pengunjung sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjung serta
penjualan produk.
Pada gambar 13 halaman 128 dapat dilihat hasil pengolahan vertikal
secara keseluruhan. Nilai rasio inkonsistensi secara keseluruhan adalah sebesar
0,07. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pengisian kuesioner, responden
cukup konsisten. Angka tersebut juga bernilai kurang atau sama dengan 0,1
sehingga masih dapat diterima dan dilaksanakan oleh pihak manajemen DBC &
Spageti Restaurant sebagai masukan dalam penyusunan strategi promosi di masa
yang akan datang.
Kendala 0,750
Pendukung 0,250
Man 0,506
Skp 0,101
Dana 0,276
SDM 0,276
Masy 0,055
Pjg 0,055
Rest 0,169
Prod 0,169
USL 0,056
Fslt 0,09
SO 0,09
Sft 0,09
Unik 0,03
Alt 1 0,175
Alt 3 0,121
Alt 2 0,175
Alt 4 0,221
Alt 5 0,309
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Tingkat 5
ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI PROMOSI YANG TEPAT
Rasio Inkonsistensi Keseluruhan = 0,07
Gambar 13 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi Promosi yang Tepat untuk Death by Chocolate & Spageti Restaurant Bogor
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh dan hasil analisis pada
pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. DBC & Spageti Restaurant telah menjalankan berbagai kegiatan promosi,
yaitu periklanan (below the line: brosur, mini banner, spanduk, dan papan
reklame), promosi penjualan (discount, menjadi peserta Food Expo dan
sensasi Death by Chocolate), humas dan publisitas (wawancara di RRI,
pemberitaan di internet, tayangan di TV, menjual nasi murah dan pakaian
bekas layak pakai, menjadi donatur, dan kunjungan ke RSJ Cilendek).
2. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode AHP pada hirarki
pertama, dapat diketahui bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh pihak
restoran dalam menjalankan kegiatan promosinya adalah memperkenalkan
produk dan lokasi. Faktor konsumen merupakan faktor utama yang
mempengaruhi DBC & Spageti Restaurant dalam menyusun strategi
promosinya. Karena itu, dalam menyusun strategi promosinya, pihak
manajemen berusaha untuk mendesain kegiatan promosi yang sedemikian
rupa sehingga loyalitas konsumen yang diharapkannya pun dapat terbentuk
pada setiap konsumennya.
Dalam pemilihan strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant
pada hirarki kedua, pihak manajemen lebih memperhatikan faktor kendala
yang dihadapi dari pada faktor pendukung yang dimiliki. Berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan metode AHP, DBC & Spageti Restaurant
memilih pemasaran langsung sebagai strategi promosi yang tepat baginya.
Strategi promosi dengan pemasaran langsung contohnya menerima pesanan
melalui telepon dengan sistem delivery order, membuat website DBC &
Spageti Restaurant untuk memperkenalkan produk dan lokasinya sekaligus
untuk menawarkan produknya melalui pemesanan via internet atau
memanfaatkan email yang telah dimiliki untuk pemesanan produk, membuka
outlet di tempat yang strategis, serta dapat juga dilakukan penjualan atau
penawaran produk melalui katalog,
7.2 Saran
1. Untuk mengantisipasi masalah lokasi usaha yang relatif kurang strategis, DBC
& Spageti Restaurant perlu membuka outlet di tempat yang strategis sehingga
diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk restoran dan memajukan
usaha ini.
2. Pembagian sampel produk dan brosur dapat dilakukan untuk memperkenalkan
produk DBC & Spageti Restaurant kepada pasar sasarannya. Hal ini dapat
dilakukan di macaroni panggang, Pia Apple Pie, supermarket, sekolah,
perguruan tinggi, dan factory outlet.
DAFTAR PUSTAKA Cummins, Julian. 1991. Promosi Penjualan. Binarupa Aksara. Jakarta. David, F. R. 2002. Manajemen Strategis. Edisi Ketujuh. The Irwin Series in
Marketing. Boston. Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. 2006. Perkembangan
Jumlah Restoran di Kota Bogor 200-2006. Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. Bogor
. 2007. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor. Tahun 2000-2007.
Bogor. Jefkins, frank. 1996. Periklanan. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Khomsan, Ali. 2002. Coklat Baik Untuk Jantung Dan Suasana Hati. http://kolom
pacific.net.id. 25 Februari 2008. Khrisnamurthi, Bayu dan Lusi Fausia. Langkah Sukses Memulai Agribisnis. 2005.
Penebar Swadaya. Jakarta. Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT.
Prehallindo. Jakarta. . 1995. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prehallindo.
Jakarta. . 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prehallindo.
Jakarta. . 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid satu. Edisi Millenium. PT.
Prehallindo Jakarta. Jakarta. . 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta. . 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Jilid 2. PT. Indeks. Jakarta. Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Industri dan Jasa Boga. Bhratara.
Jakarta. Mukhtar. 2004. Perlunya Standar Lingkup & Permasalahan Pelayanan Sebuah
Restoran Hotel. Jurnal. Program Studi Pariwisata. Fakultas Sastra. Universitas Sumatera Utara.
Permaswati, Tatik. 2005. Analisis Strategi Promosi The Botol Sosro di PT. Sinar Sosro Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Barat Area 1 Bandung.
Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prasetya, Belinda P. 2007. Analisis Strategi Promosi Makanan Tradisional Khas
Bogor, Gepuk dan Ikan Balita Karuhun pada PT. Anofood Prima Nusantara. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saaty, T.L. 1993. Seri Manajemen Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin
(Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks). Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Kedua. LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Shimp, T.A. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunkasi Pemasaran
Terpadu. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Siahaan, Nataliawati. 2005. Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Promosi
Sayuran Organik PT. Amani Mastra. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simamora, Saur C. 2005. Analisis Strategi Promosi Produk Mahkota Dewa di PT.
Mahkotadewa Indonesia, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simatupang, Nugraha. 2004. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Restoran
Macaroni Panggang. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekresno. 2001. Manajemen Food and Beverage Service Hotel. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua.
Erlangga. Jakarta. . 1993. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta. Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-2.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Torsina, M. 2000. Usaha Restoran Yang Sukses. PT. Bhuana Ilmu Populer.
Kelompok Gramedia. Jakarta. Zulhiyardi, Muhammad. 2007. Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan
Curfos pada PT. Interbat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN 1. Daftar Menu dan Harga DBC & Spageti Restaurant
dbc & spageti
Jl. Ceremai 22 0251 377725 [email protected]
Frittata (Spageti Bakar)
Spinach Frittata 19.000,- Tomato Frittata 19.000,- Ground Beef Frittata 24.000,- Chicken Mushroom Frittata 23.000,- Tuna Frittata 27.000,- Smoked Chicken Frittata 24.000,- Sausage Frittata 24.000,- Seafood Frittata 28.000,-
Appetizer
Fried Ravioli 13.000,- (fried chicken ravioli served with salsa)
Salad 18.000,- (fresh spinach & letuce, boiled red kidney bean & sweet corn, fresh guava & avocado, served with creamy dressing)
Omelette 15.000,- (3 eggs layered by potatoes, sweet corn & smoked chicken on top)
Beef mushroom Om. 20.000,- Potato & Sausage S. 18.000,-
Soup Ravioli Soup 13.000,-
(light chicken stock with ravioli & chicken balls)
Red Kidney Bean Soup 18.000,- (roast ox-tail in creamy red kidney bean sauce, served with garlic croûtons)
Sausage Cream Soup 14.000,- (chicken sausages in heavy cream soup, served with garlic bread)
Rice Nasi Goreng Octopus 25.000,-
Nasi Goreng Smoked Chicken sausage 23.000,-
Ketupat Lemak Santan 26.000,-
Spaghetti Spaghetti Carbonara 34.000,-
(fresh spaghetti mixed with smoked beef, coated in our special cream sauce)
Spaghetti Bolognese 33.000,- (fresh spaghetti with meat balls & tomato sauce)
Spaghetti Marinara 36.000,- (fresh spaghetti with seafood & tomato sauce)
Spicy Spaghetti 33.000,- (fresh spaghetti mixed in hot & spicy ground beef)
Spinach Spaghetti 33.000,- (fresh green spinach spaghetti covered with our special cream, served with spinach sautéed)
Octopus Spaghetti 37.000,- (octopus with fresh spaghetti covered with our special receipt tint squid)
Dessert
Death by Chocolate 35.000,-
Special “dbc” ala mode 23.000,- (Hot small dbc served with vanilla ice cream, rum & crushed cashew)
“dbc” ala mode 19.000,- (Hot small dbc served with vanilla ice cream )
Chocolate Pudding 13.000,- (Chocolate jello served with fresh strawberry sauce)
Chocolate Mouse 14.000,- (chocolate mouse with whip cream on top)
Fruit Salad 14.000,- (mixed fruits with lemon juice)
Fruit Caramel 14.000,- (mixed fruits served with milk chocolate and caramel on top)
Hot Drinks Hot by Chocolate 16.000,-
(our special hot chocolate served with our special eclair dip)
Euphoria by Chocolate 16.000,- (fresh banana hot chocolate & nutmeg served with our special eclair dip)
Cool by Chocolate 16.000,- (biscuit hot chocolate served with our special eclair dip)
Hot by Chocolate 30.000,- (for adult) (liquor in our special hot chocolate served with our special eclair dip)
***Double Dip +8.000,- (each item served with double eclair dips)
Hot Coffee 9.000,- Lemon Tea 9.000,-
Cold Drinks
Granita Orange 12.000,- Granita Strawberry 12.000,- Granita Chocolate 14.000,- Soft Drinks 4.000,- Aqua Botol 5.000,- Ice Coffee 9.000,- Ice Tea 3.000,- Beer Bintang 620 ml 17.000,- Yogurt 10.000,-
(fruit cocktail/
LAMPIRAN 2. Gambar dan Harga Produk DBC & Spageti Restaurant
Granita Strawberry (Rp 12.000), Granita Chocolate (Rp 14.000) & Granita
Orange (Rp 12.000)
Hot by Chocolate (Rp 16.000) & & Death by Chocolate (Rp 35.000)
Smoke Chicken Frittata (Rp 24.000)
Chocolate Stick (Rp 6.000)
Flower by Chocolate 12 tangkai (Rp 150.000 ) & 15 tangkai (Rp 163.000)
Flower by Chocolate isi 6 (Rp 18.000) & isi 12 (Rp 32.000)
LAMPIRAN 3. Gambar Kegiatan Promosi DBC & Spageti Restaurant
Sosok Kematian dalam Sensasi
DBC di Ruang DBC Sensasi DBC di Ruang DBC
Brosur FBC dan discount 15 % pada event Hari Raya idul Fitri
Brosur FBC
Bazar Pakaian Bekas Layak Pakai (Rp 300 dan Rp 500) Penjualan Nasi Murah
untuk anak jalanan
Jadwal
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
L (Supervisor) 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 v1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
P (Wk. Supervisor) 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1
Waiter
L 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1
L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Kasir
L 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2
P 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
Bar
P 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1
P 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
L 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1
LAMPIRAN 5. Jadwal Pembagian Kerja Karyawan DBC & Spageti Restaurant
Jadwal
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
Dapur .
P 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 P 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 P 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1
DBC L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 P 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Umum L 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 L 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 L 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 L 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1
Gudang L 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008
Keterangan : : Hari Libur Shift 1 : Pukul 06.30-16.30 WIB Shift 2 : Pukul 12.00-22.00 WIB Shift 3 : Pukul 14.00-24.00 WIB Karyawan setiap hari libur nasional tetap masuk