analisis pp no. 37 tahun 2012
Post on 17-Jan-2016
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Tugas I Mata KuliahPengelolaan Daerah Aliran Sungai
Juan Samuel12/334152/KT/07322
HASIL ANALISIS PP No. 37 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAS
Berikut merupakan hasil analisis PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS. Yang menjadi bagian yang dianalisis adalah bagian PP yang memuat peraturan tersebut dan penjelasannya.
A. Pasal 1- Pada ayat 7, tertera “Instansi Terkait adalah kementerian/lembaga pemerintahan
non kementerian, .... dst.”. Dalam pengelolaan DAS yang merupakan kerjasama dari setiap badan yang memiliki kepentingan di dalamnya, seharusnya menjadi “kementerian, lembaga pemerintahan non kementerian”. Apabila tetap menggunakan kata-kata yang sama, maka di dalam pengelolaan DAS, hanya terdapat elemen kementerian ATAU lembaga pemerintahan non kementerian. Hal ini menunjukkan adanya pilihan dalam penentuan badan-badan yang seharusnya dapat bekerja sama secara terpadu agar penyelenggaraan pengelolaan DAS menjadi lebih kompleks dan terstruktur dan tidak condong kepada ke salah satu badan saja tanpa adanya sinergitas antar sesama pengelola yang memiliki kepentingan di dalamnya. Selain itu, terdapat kemungkinan dalam pengelolaan DAS, kementerian dapat memilih untuk tidak ikut campur dalam setiap kegiatannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pembinaan.
- Pada ayat 9, mengenai kementerian yang bertanggung jawab dalam pengelolaan DAS, yakni kementerian kehutanan, perlu adanya perubahan dikarenakan susunan kementerian saat ini telah bergabung menjadi kementerian lingkungan hidup dan kehutanan, yang menunjukkan adanya peran lingkungan hidup dalam pengelolaan DAS.
B. Pasal 2- Pasal 1 ayat 9 dinyatakan secara lebih terang dalam BAB PENJELASAN Pasal 2 ayat
4.
C. Pasal 6- Pada butir a dalam BAB PENJELASAN, peta tematik yang disediakan adalah peta
dasar tematik kehutanan (PDTK) dan peta rupa bumi Indonesia (RBI). Padahal, dalam pasal sebelumnya (Pasal 1 ayat 3), dalam klasifikasi DAS, pemanfaatan ruang wilayah menjadi salah satu kriterianya. PDTK hanya berisikan bahan untuk Pengelolaan Hutan Lestari, yang memuat informasi mengenai sumber daya hutan saja. Seharusnya, dibutuhkan peta tematik lainnya, seperti peta kelas penggunaan lahan, agar dalam pengklasifikasian DAS tidak hanya condong pada penggunaan ruang wilayah untuk kehutanan saja, namun dapat lebih luas, seperti pemukiman, pertanian, dan sebagainya.
D. Pasal 8- Pada ayat 1, muncul kata-kata “batas DAS indikatif” dan tidak diterangkan definisinya
pada ayat atau pasal selanjutnya. Apabila PP ini hanya ditujukan pada kalangan yang disebutkan dalam Instansi Terkait yang sudah mengerti isi dari PP ini, maka definisi tersebut tidak diperlukan. Namun, karena dalam pengelolaan DAS melibatkan peran serta masyarakat, diperlukan definisi tersebut, khususnya untuk masyarakat yang kurang mengerti hal-hal mengenai DAS.
E. Pasal 10 dan 11- Pada kedua pasal ini, diterangkan bahwa dalam penentuan batas DAS, pihak yang
berwenang adalah kementerian saja. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan batas DAS dilakukan oleh pemerintah pusat, yang memiliki cakupan daerah nasional. Untuk batas DAS yang lebih akurat, dibutuhkan pertimbangan dari cakupan daerah maupun lokal, tidak hanya atas pertimbangan ranah kementerian saja.
F. Pasal 15- Poin b, mengenai tingkat kesejahteraan penduduk, tidak dijelaskan dalam BAB
PENJELASAN pedoman atau kriteria yang digunakan dalam penentuan tingkat kesejahteraan penduduk. Hal ini dikarenakan terdapat banyak kriteria yang dibuat oleh beragam instansi dan antara kriteria satu dan kriteria lainnya terdapat tolok ukur yang berbeda-beda. Sebagai contoh tingkat kesejahteraan menurut World Bank dan tingkat kesejahteraan menurut BPS mempunyai tolok ukur dan kriteria yang berbeda.
- Poin c, keberadaan dan penegakan peraturan yang tercantum tidak dijelaskan secara detail mengenai cara penentuannya dan tolok ukur yang digunakan (masih terlalu abstrak).
G. Pasal 37- Dalam penetapan rencana pengelolaan DAS yang terpadu untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, diperlukan kementerian lain yang turut berkepentingan dalam DAS tersebut, seperti kementerian pertanian, dsb. Hal ini agar dapat diterapkannya teknik konservasi tanah dan air yang dapat menjamin keberlangsungan dan kontinuitas DAS serta pemanfaatannya. Namun, apabila kementerian dirasa terlalu umum dalam penerapan teknik konservasi tanah dan air, dapat dilimpahkan pada level provinsi atau daerah.
H. Pasal 47- Pelaksanaan monitoring yang dilakukan minimal setahun sekali dirasa belum
menggambarkan indikator kinerja DAS yang secara periodik mudah berubah seiring berjalannya waktu. Satu kali dalam satu tahun kurang representatif apabila hasil monitoring digunakan untuk evaluasi dan penentuan kegiatan lanjutan. Setidaknya, monitoring dilakukan tiga kali dalam setahun. Perangkat monitoring yang digunakan pun belum dijelaskan dalam pasal ini maupun pasal-pasal berikutnya.
I. Pasal 63- Pada ayat 1, mengenai hal-hal yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat,
diharapkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang berada di kawasan DAS yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat.
J. BAB VII mengenai Sistem Informasi Pengelolaan DASApabila kegiatan monitoring dan evaluasi hanya dilakukan dalam jangka waktu tahunan, maka informasi yang akan ditampilkan pun hanya dalam jangka waktu tahunan saja. Dinamika pengelolaan DAS tidak ditampilkan dan informasi yang digunakan pun dapat terbilang kurang terbaru. Sehingga, diharapkan informasi yang ditampilkan dapat lebih up to date dan akurat.
K. BAB VIII mengenai Pendanaan Pengelolaan DASApabila dimungkinkan, dapat juga disertakan anggaran, perincian dana, serta realita pembelanjaan yang dilakukan, sehingga masyarakat dapat mengetahui aliran pendanaan dan menuju pengelolaan yang lebih transparan dan terbuka.
top related