analisis pergeseran struktur ekonomi dan identifikasi sektor basis untuk memaksimalkan daya saing...
Post on 16-Dec-2015
77 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR BASIS UNTUK MEMAKSIMALKAN DAYA SAING
PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA AMBON
TIM PENELITI
KETUA : SEFNAT KRISTIANTO TOMASOA, SE., M.Si
NIDN : 1211067201
ANGGOTA : SAMIE LAMBERT JACOBS, SE., M.Si
NIDN : 1218107201
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN
(STIEM) RUTU NUSA AMBON
NOVEMBER 2014
DIBIAYAI OLEH :
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
DIREKTORAT PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
NOMOR DIPA-023.04.1.673453, TANGGAL 5 DESEMBER 2013
DIPA REVISI
-
iii
ABSTRAK
S. Kristianto Tomasoa dan Samie L. Jacobs, Analisis Pergeseran Struktur
Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing
Perekonomian Wilayah Kota Ambon.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik struktur dan
pola pertumbuhan ekonomi, sektor/subsektor basis dan daya saing perekonomian
wilayah Kota Ambon. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
analisis Shift Share, analisis Tipology Klassen, analisis Location Quotient (LQ)
dan analisis Model Dong Sung Cho.
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan
sektor kompetitif dan spesialisasi, yaitu: sektor angkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis
Tipology Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu
sektor sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa. Hasil analisis LQ menunjukkan sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis di Kota Ambon.
Hasil analisis sektor/subsektor basis yang memiliki daya saing di Kota
Ambon adalah subsektor perikanan dengan komoditi ikan. Hasil analisis Model
Dong Sung Cho menunjukkan komoditi ikan Kota Ambon memiliki indeks daya
saing permintaan domestik sebesar 8,66 berada pada rangking satu.
Kata Kunci : Sektor Basis, Daya Saing, Perekonomian Wilayah.
-
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Kuasanya menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan
Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing Perekonomian
Wilayah Kota Ambon.
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran
tentang karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi, sektor basis dan
daya saing perekonomian wilayah dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di
Kota Ambon.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan ini tak lepas
dari hambatan-hambatan yang penulis temui, meski demikian penulis dapat lalui
dan mengatasi hambatan tersebut secara baik, berkat bantuan dari berbagai pihak
yang berkompoten. Oleh karena itu, selayaknya penulis mengucapkan terima
kasih atas bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung kepada:
Ditlitabmas, Kampus STIEM Rutu Nusa Ambon, Kepala Kantor Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Maluku dan jajarannya, Kepala Kantor DKP Kota Ambon
dan jajarannya, Kepala Kantor DKP Kabupaten Maluku Tengah dan jajarannya
dan Kepala Kantor DKP Kabupaten Seram Bagian Barat dan jajarannya yang
telah membantu selama proses pengumpulan data penelitian. Secara khusus
penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang selama ini selalu
mendampingi dan memberikan semangat serta perhatian dan Doa sehingga
penulisan ini dapat diselesaikan.
Akhirnya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ambon, November 2014
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
iii 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Permasalahan ........................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Output Penelitian .................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Pergeseran Struktur Ekonomi Dalam
Proses Pembangunan ............................................................ 4
2.2. Teori Basis Ekonomi ............................................................ 5
2.3. Konsep Daya Saing .............................................................. 6
2.4. Daya Saing Sektor Basis Sebagai
Strategi Pembangunan Daerah .............................................
6
2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................ 8
2.6. Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 8
2.7. Hipotesis ............................................................................... 9
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 10
3.1. Tujuan Penelitian ................................................................. 10
3.2. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
BAB IV METODE PENELITIAN 12
4.1. Lokasi Penelitian .................................................................. 12
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 12
4.2.1. Jenis Data.. ............................................................. 12
4.2.2. Sumber Data........................................................... 12
4.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 13
-
4.4. Teknik Analisis Data ............................................................ 14
4.4.1. Analisis Deskriptif ................................................. 14
4.4.2. Analisis Shift Share .............................................. 15
4.4.3. Analisis Tipologi Klassen ................................. 20
4.4.4. Analisis Location Quotient (LQ) ...................... 22
4.4.5 Analisis Model Dong Sung Cho ...................... 23
4.5. Definisi Operasional ............................................................. 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27
5.1. Deskriptif Wilayah Penelitian .............................................. 27
5.1.1. Keadaan Geografis ................................................. 27
5.1.2. Keadaan Iklim ........................................................ 28
5.1.3. Pemerintahan.......................................................... 29
5.1.4. Kependudukan ....................................................... 29
5.1.4.1. Penduduk ............................................... 29
5.1.4.2. Ketenagakerjaan .................................... 30
5.1.4.3. Mata Pencaharian .................................. 31
5.2. Potensi Sumber Daya Alam ................................................. 32
5.3. Kondisi Ekonomi Wilayah Kota Ambon ............................. 33
5.3.1. Pendapatan Perkapita ............................................. 33
5.3.2. Pertumbuhan Ekonomi........................................... 35
5.4. Karakteristik Struktur Dan Pola Pertumbuhan
Perekonomian ....................................................................... 42
5.4.1. Karakteristik Struktur Perekonomian .................... 42
5.4.2. Pola Pertumbuhan Perekonomian .......................... 47
5.4.2.1. Analisis Shift Share ................................
5.4.2.2. Analisis Tipologi Klassen ....................... 64
5.5. Penentuan Sektor/Subsektor Basis ........................................ 75
5.6. Potensi Ekonomi Sektoral Kota Ambon ............................... 84
. 5.6.1. Analisis Sektor Pertanian ....................................... 84
5.6.2. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian...... 86
5.6,3. Analisis Sektor Industri Pengolahan ...................... 87
5.6.4. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih........... 88
5.6.5. Analisis Sektor Bangunan dan Kontruksi .............. 89
5.6.6. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran ................................................................. 90
5.6.7. Analisis Sektor Angkutan dan Komunikasi ........... 92
5.6.8. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan ...................................................... 93
5.6.9. Analisis Sektor Jasa-Jasa ....................................... 95
5.7. Daya Saing Sektor/Subsektor Basis Di Kota Ambon .......... 102
5.8. Daya Saing Terhadap Permintaan Domestik ....................... 108
-
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 112
6.1. Kesimpulan .......................................................................... 112
6.2. Saran ..................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
-
vi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
4.1. Analisis Shift Share Esteban Marquilass ......................................... 20
4.2. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipolgi Klassen ......................... 22
5.1. Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon ............................................ 28
5.2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Ambon ................ 29
5.3. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Kota Ambon Tahun 2012 ................................................................. 31
5.4. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kota Ambon
Tahun 2012 ...................................................................................... 31
5.5. Pendapatan Perkapita Kota Ambon Tahun 2003-2012 .................... 34
5.6. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2010 .................... 37
5.7. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kota Ambon dan Provinsi
Maluku Tahun 2003 2010 ............................................................. 39
5.8. Presentase Kontribusi PDRB Kota Ambon Atas Dasar
Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2010.......... 44
5.9. Rasio Pertubumhan ekonomi Kota Ambon dan Provinsi Maluku
(Rn, Rin, Rij) .................................................................................... 49
5.10. Komponen Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon
Tahun 2003 2012 .......................................................................... 51
5.11. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku
Terhadap Perekonomian Kota Ambon ................................. 54
5.12. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Maluku
Terhadap Peningkatan PDRB Kota Ambon
Tahun 2003 dan 2012 ....................................................................... 57
5.13. Identifikasi Keunggulan Kompetitif Terhadap Perekonomian
Kota Ambon Tahun 2003 2012 ..................................................... 59
-
vii
5.14. Indentifikasi Spesialisasi Terhadap Perekonomian Kota Ambon
Tahun 2003-2012 ............................................................................. 61
5.15. Pengaruh Alokasi Terhadap Perekonomian Kota Ambon
Tahun 2003-2012 ............................................................................. 63
5.16. Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan perKapita Penduduk
Provinsi Maluku dan Kota Ambon Tahun 2003-2012 ..................... 65
5.17. Identifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi Menurut Tipologi
Klassen di Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 68
5.18. Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi Menurut Tipology
Klassen di Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 69
5.19. Nilai Location Quotient Kota Ambon Dirinci
Persektor/Subsektor Ekonomi Tahun 2003-2012 ............................ 76
5.20. Potensi Sektor Pertanian .................................................................. 85
5.21. Potensi Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................. 87
5.22. Potensi Sektor Industri Pengolahan ................................................. 87
5.23. Potensi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ...................................... 89
5.24. Potensi Sektor Bangunan dan Kontruksi.......................................... 90
5.25. Potensi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ............................ 91
5.26. Potensi Sektor Angkutan dan Komunikasi ...................................... 93
5.27. Potensi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan............. 95
5.28. Potensi Sektor Jasa-Jasa ................................................................... 97
5.29. Perkembangan Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Subsektor
Perikanan Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 107
5.30. Indeks Daya Saing Permintaan Domestik Komoditi Ikan dan
Komoditi Udang ............................................................................... 108
-
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
2.1. Kerangka Pikir ................................................................................ 9
5.1. Perkembangan Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap
Sektor Pertanian Tahun 2003-2012 .................................................. 103
5.2. Perkembangan Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap
PDRB Kota Ambon Tahun 2003-2012 ............................................ 104
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
A. Instrumen Penelitian
1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2003 - 2012
2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2003 - 2012
3. Hasil Perhitungan Shfit Share Tahun 2003 - 2012
4. Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Komoditi Udang dan Komoditi
Ikan Kabupaten/Kota Tahun 2003 -2012
B. Laporan Penggunaan Dana 100 Persen Penelitian Dosen Pemula
Tahun Anggaran 2014
C. Catatan Harian (Log Book)
D. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya.
E. Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan
F. Poster
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beralihnya pemerintahan Indonesia dari Orde Baru ke Orde
Reformasi membuat perekonomian yang terkena krisis ekonomi mulai
dibenahi kembali dengan mengubah kebijakan yang pernah ditempuh
sebelumnya, antara lain dengan memberlakukan azas desentralisasi dalam
pembangunan daerah dengan wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggungjawab. Daerah lebih leluasa untuk melaksanakan
pembangunannya, ketergantungan terhadap pemerintah pusat dikurangi dan
daerah bebas mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Artinya
pembangunan yang akan dilaksanakan berpusat di daerah. Untuk itu
perencanaan pembangunan daerah mutlak diperlukan dan identifikasi awal
(kegiatan pre-planning) mengenai kondisi daerah atau wilayah harus
dilaksanakan.
Kota Ambon memiliki potensi sumberdaya yang beragam untuk
dapat dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan
dan faktor-faktor yang dimiliki. Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi
yang merupakan pusat berkembangnya industri dan perdagangan perlu
mendapat perhatian dalam mengerakan sektor-sektor perekonomian.
Pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dengan baik secara tidak
langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Demi pencapaian hasil pembangunan ekonomi sebagaimana yang
disebutkan terdahulu kita perlu menganalisis sektor basis dan sektor non
basis. Jika sektor-sektor tersebut dapat kita analisis dan diketahui,
selanjutnya dibutuhkan langkah-langkah kebijakan dan perlu mendapat
perhatian atau prioritas dari pemerintah untuk dikembangkan.
Selanjutnya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi terlebih dahulu
membuat perencanaan secara matang, dengan menetapkan skala prioritas.
Mengidentifikasi dan mengetahui sektor-sektor ekonomi yang merupakan
sektor basis dan non basis sangat dibutuhkan agar dapat menentukan sektor
-
2
basis yang memiliki daya saing. Hal ini sangatlah penting, karena dengan
alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang terarah, maka
jumlah sektor basis yang memiliki daya saing dapat dikelola dan
ditingkatkan sehingga akan mendorong peningkatan pendapatan daerah itu
sendiri. Setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect) dalam perekonomian yang pada akhirnya terjadi
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan.
Permasalahan pembangunan daerah tersebut dapat diatasi
apabila didukung oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Selain itu,
dibutuhkan kebijakan ekonomi daerah yang diarahkan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, melalui
pengembangan kegiatan utama yang berdasarkan potensi lokal untuk
meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi disparitas pembangunan
antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi akurat yang
memberikan gambaran tentang pergeseran struktur dan laju pertumbuhan,
sektor basis dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kota Ambon
yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi daerahnya.
Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pergeseran Struktur
dan Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing
Perekonomian Wilayah Kota Ambon.
1.2. Permasalahan
Atas dasar latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik pergeseran struktur dan pola pertumbuhan
ekonomi di Kota Ambon.
2. Sektor/subsektor apakah yang menjadi basis untuk dikembangkan guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.
3. Seberapa besar tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota
Ambon.
-
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi di
Kota Ambon.
2. Menganalisis sektor/subsektor basis untuk dikembangkan guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.
3. Menganalisis tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota Ambon
terhadap permintaan domestik.
1.4. Output Penelitian
1. Dapat diterbitkan pada jurnal Akreditasi Nasional di Indonesia
2. Hasil Penelitian dapat dijadikan bahan pengembangan buku ajar.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pergeseran Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan
Berkaitan dengan struktur ekonomi wilayah, Todaro (2008:82)
menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan
erat dengan perubahan struktural dan sektoral yang tinggi. Beberapa
perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara
perlahan-lahan dari aktivitas pertanian ke sektor non pertanian dan dari
sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah yang sedang berkembang
proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari pergeseran sektor
ekonominya, yaitu peran sektor pertanian dalam PDB atau PDRB akan
mengalami pertumbuhan lebih lambat atau mengalami penurunan,
sedangkan peran sektor non pertanian pertumbuhannya lebih cepat atau
semakin meningkat.
Mengambil arti pembangunan menurut Meir dalam Kuncoro
(2006:112) bahwa pembangunan adalah suatu proses di mana pendapatan
perkapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang,
dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak
semakin timpang.
Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi
yang diikuti dengan perubahan dalam hal:
1. Perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri atau jasa.
2. Perubahan dalam kelembagaan baik melalui regulasi maupun
reformasi kelembagaan itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam
struktur ekonomi suatu negara antara lain pertama, disebabkan oleh sifat
manusia dalam kegiatan konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik,
elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan (income
elasticity of demand) adalah rendah untuk konsumsi bahan makanan.
Sedangkan permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan, dan
-
5
barang-barang konsumsi hasil industri adalah sebaliknya. Sifat permintaan
masyarakat tersebut sesuai dengan hukum Engels, di mana teori Engels
mengatakan bahwa, makin tinggi pendapatan masyarakat maka akan
semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan
pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.
Faktor kedua, yaitu perubahan struktur ekonomi disebabkan pula
oleh perubahan teknologi yang terus-menerus berlangsung. Perubahan
teknologi yang terjadi di dalam proses pembangunan akan menyebabkan
perubahan pada struktur produksi yang bersifat cumpolsory dan inducive.
2.2. Teori Basis Ekonomi
Aktivitas perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor
kegiatan, yaitu aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan
kegiatan yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah
perekonomian yang bersangkutan, sedangkan kegiatan non basis merupakan
kegiatan berorientasi lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan masyarakat dalam batas wilayah perekonomian yang
bersangkutan.
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer
mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah
tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada
sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam
perekonomian regional (Adisasmita, 2005:28).
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung
perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif
(Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis
adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai
penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008:89).
-
6
2.3. Konsep Daya Saing
Kajian mengenai daya saing berawal dari pemikiran Adam Smith
mengenai konsep penting tentang spesialisasi dan perdagangan bebas
melalui teori keunggulan absolut (absolute advantage). Teori keunggulan
absolut menyatakan bahwa sebuah negara dapat melakukan perdagangan
jika relatif lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dibanding negara
lain, keuntungan akan diperoleh jika negara tersebut melakukan spesialisasi
dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut tersebut.
Konsep daya saing dalam perdagangan internasional sangat terkait
dengan keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditi atau kemampuan
suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditi tersebut secara efisien
dibanding negara lain. Daya saing atas suatu komoditi sering diukur
dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif.
Menurut Abdullah P. Dkk, (2002) yang dimuat dalam Sutikno
(2007;7): Analisis daya saing menurut Institute of Management
Development (IMD) dengan publikasinya Word Competitiveness
Yearbook melihat daya saing merupakan kemampuan suatu negara dalam
menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional
dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality
dan proximity, serta dengan mengan mengintegrasikan hubungan-hubungan
tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial.
Dengan perkataan yang lebih sederhana, daya saing nasional adalah
suatu konsep untuk mengukur dan membandingkan seberapa baik suatu
negara dalam menyediakan suatu iklim tertentu yang kondusif untuk
mempertahankan daya saing domestik maupun global kepada perusahaan-
perusahaan yang berada di wilayahnya.
2.4. Daya Saing Sektor Basis Sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi
suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat
dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang
-
7
memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di
suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang
cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari
pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut
menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor
lainnya, khususnya sektor sekunder.
Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor basis yang
berdaya saing selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi
juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.
Pengertian sektor basis pada dasarnya dikaitkan dengan suatu
bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional,
regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor
dikatakan basis jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang
sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor
dapat di kategorikan sebagai sektor basis apabila sektor di wilayah
tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.
Penentuan sektor basis yang berdaya saing menjadi hal yang
penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi
daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk
membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat
pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.
Manfaat mengetahui daya saing sektor basis, yaitu mampu
memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional.
Sektor basis dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih
cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya
faktor pendukung terhadap sektor basis tersebut yaitu akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi
(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan
dengan memberdayakan potensi sektor basis yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan.
-
8
2.5. Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu dalam literatur jrnal dapat dijadikan dasar dan bahan
pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Kusreni, 2009 dengan judul
Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral Dan
Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah
Perkotaan Di Jawa Timur. Menyimpulkan bahwa pengaruh perubahan
struktur ekonomi berpengaruh terhadap fungsi spesialisasi dan struktur
penyerapan tenaga kerja sektoral untuk daerah perkotaan di Jawa Timur.
Hanya saja secara keseluruhan perubahan struktur yang ada berjalan secara
tidak sehat artinya polanya tidak mengikuti teori yang ada.
Penelitian Amir Hidayat dan Riphat Singgih, 2005 dengan judul
Analisis Sektor Basis untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur
menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000. Menyimpulkan bahwa,
berdasarkan analisis sektor basis menggunakan angka pengganda (output,
pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral direkomendasikan
untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri, pusat perdagangan,
dan pusat pertanian.
Penelitian Imam Asngari tahun 2008, dengan judul Analisis Sektor
Unggulan dan Daya Saing Wilayah Komoditas di Wilayah Oku Timur.
Penelitian ini menggunakan alat analisis analisis Location Quotient (LQ)
dan analisis Competitive Productivity of Labour Index atau Indeks CLI.
Menyimpulkan bahwa, hasil analisis persektor menunjukan bahwa terdapat
sektor yang merupakan sektor basis namun tidak tergolong di dalam sektor
yang yang memiliki daya saing.
2.6. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian sebelumnya serta
hubungan antara variable di atas maka penulis membuat kerangka pemikiran
penelitian sebagai berikut :
-
9
Kerangka Pikir
2.7. Hipotesis
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka
dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga telah terjadi perubahan karakteristik struktur perekonomian dan
pola pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.
2. Diduga sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan
sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di Kota
Ambon.
3. Diduga sektor/subsektor basis di Kota Ambon memiliki daya saing
terhadap permintaan domestik.
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kota Ambon
Sektor-Sektor Perekonomian
Kota Ambon
Daya Saing Sektor-Sektor Perekonomian
Kota Ambon
Sektor Basis dan Non Basis
Kota Ambon
Karakteristik Struktur
dan Pola Pertumbuhan
Ekonomi Kota Ambon
Analisis Dong Sung Cho
Tipologi Klassen
LQ
Sektor Basis
Kota Ambon
Relevansi Kebijakan
Pembangunan Kota Ambon
Shift Share
Daya Saing Permintaan
Domestik
-
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Kota Ambon memiliki potensi sumberdaya yang beragam untuk
dapat dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan
dan faktor-faktor yang dimiliki. Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi
yang merupakan pusat berkembangnya industri dan perdagangan perlu
mendapat perhatian dalam mengerakan sektor-sektor perekonomian.
Pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dengan baik secara tidak
langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Berdasarkan pada alasan di atas maka, penelitian ini secara umum
bertujuan untuk menganalisis sektor/subsektor basis dan non basis yang
memiliki keunggulan dan daya saing di Kota Ambon. Secara rinci tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi di
Kota Ambon.
2. Menganalisis sektor/subsektor basis untuk dikembangkan guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.
3. Menganalisis tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota Ambon
terhadap permintaan domestik.
3.2. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan peneletian ini suatu manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi para pejabat pengambilan
keputusan di Kota Ambon, dan dinas-dinas terkait dengan
permasalahan di atas, agar dapat merumuskan kebijakan pembangunan
secara tepat dalam mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya.
Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan PDRB per sektor
dari masing-masing daerah yang merupakan indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi daerah.
-
11
2. Sebagai bahan informasi bagi dunia usaha yang berkeinginan
menanamkan investasi pada berbagai sektor/subsektor ekonomi di Kota
Ambon.
3. Sebagai bahan refrensi dan informasi bagi para peneliti selanjutnya
yang dapat dijadikan rujukan penelitian yang berkaitan dengan
perekonomian wilayah dan khususnya yang berhubungan dengan
pengembangan ekonomi sektoral.
-
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Ambon. Pilihan terhadap lokasi
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, Kota Ambon memeliki sumber
yang lengkap, sehingga hal ini akan memudahkan dalam pencaharian data.
4.2. Jenis dan Sumber Data
4.2.1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif.
- Data kuantitatif yaitu, data dalam bentuk angka-angka seperti data
besaran PDRB Kota Ambon dan PDRB Provinsi Maluku.
- Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa interaksi dan regulasi
Peraturan Daerah Kota Ambon dan sebagainya.
4.2.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini ada bentuk, yaitu
terdiri dari data primer dan data sekunder.
- Data primer dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi yang
lebih luas dari berbagai pejabat instansi yang terkait misalnya Dinas
Perikanan Kota Ambon, Dinas Perikanan Provinsi Maluku, Pelabuhan
Perikanan Nusantara, dan Lembaga Pembinaan dan Pengujian Mutu
Hasil Perikanan.
- Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari beberapa sumber
data yang dipublikasi, yaitu dari BPS Kota Ambon, serta instansi-
instansi terkait lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data yang
peneliti butuhkan. Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data
berupa time series mulai pada tahun 2003 sampai dengan 2012. Data
tersebut adalah data aspek Geografis, topografis dan administrasi
-
13
pemerintahan, Aspek demografis (kependudukan), Indikator Ekonomi
(PDRB, PDRB Perkapita, Pendapatan Perkapita), Potensi dan
perkembangan kegiatan sektoral yang menonjol dalam perekonomian
dan pembangunan daerah, Kota Ambon Dalam Angka, Data ekonomi
dan sosial lainnya yang terkait serta berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dalam penelitian ini.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:
1. Data nilai produksi subsektor perikanan Provinsi Maluku dari tahun
2003 sampai dengan tahun 2012.
2. Data nilai produksi subsektor perikanan Kota Ambon dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2012.
3. Data Ekspor terdiri dari:
a. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Provinsi
Maluku dari tahun 2003 sampai dengan 2012.
b. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Kota
Ambon dari tahun 2003 sampai dengan 2012.
c. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten
Maluku Tengah dari tahun 2003 sampai dengan 2012.
4.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data langsung pada Badan Pusat Statistik Kota Ambon,
BPS Provinsi Maluku, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon,
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku dan Pelabuhan
Perikanan Nusantara.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi dari pihak-pihak
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara untuk
mendapatkan informasi ini langsung kepada Kepala Bidang Pesisir dan
Sumber Daya Manusia Dinas Kelautan dan Perianan Kota Ambon,
-
14
Manajer Pemasaran PT. PLN Wilayah Ambon dan Kepala Unit
Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara Maluku.
3. Dokumentasi adalah cara memperoleh data dengan melihat dokumen
terkait.
4.4. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian dan pengujian hipotesis yang
telah dikemukakan, maka digunakan model analisis deskriptif, analisis Shift
Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis Tipologi Klassen dan
analisis model Dong Sung Cho.
4.4.1. Analisis Deskriptif
Penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif merupakan
penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau
keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk
mengungkapkan fakta (fact finding). Jadi hasil penelitian yang
menggunakan metode deskriptif ini ditekankan pada memberikan gambaran
secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang di selidiki.
Disamping itu agar mendapatkan manfaat penelitian yang lebih luas dalam
penelitian melalui metode deskriptif, seringkali selain mengungkapkan fakta
sebagaimana adanya juga dilakukan pemberian interpretasi-interpretasi yang
memadai.
Untuk mengetahui tingkat sumbangan atau kontribusi sektoral dan
laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sektoral
yaitu dengan menggunakan teknik analisis (Widodo, 1990:36) :
a. Analisis Kontribusi Sektoral
Distribusi persentase sektoral dihitung berdasarkan perbandingan
persentase antara besarnya nilai tiap-tiap sektor/subsektor dengan
PDRB.
PDRBit Persentase Kontribusi = ---------------- . 100% PDRBt
-
15
Di mana:
PDRBit = nilai PDRB sektor i tahun bersangkutan
PDRBt = Total jumlah PDRB tahun bersangkutan
b. Analisis Pertumbuhan Sektoral
Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukan pertumbuhan
masing-masing sektor/subsektor dari tahun ke tahun dengan
memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan
pendapatan sektor tersebut pada sebelumnya.
Dimana :
PDRBit = nilai PDRB sektor i tahun bersangkutan
PDRBit-1 = nilai PDRB sektor i tahun sebelumnya
c. Mengukur pertumbuhan rata-rata per tahun
Di mana:
r = Pertumbuhan ekonomi setiap tahun
n = Jumlah tahun (dihitung mulai dengan sampai akhir)
tn = Tahun terakhir periode PDRB
t0 = Tahun awal periode PDRB
4.4.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis = SSA)
Menurut Robinson Tarigan, 2007, Analisis Shift Share juga
membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di
wilayah Kota Ambon dengan wilayah Provinsi Maluku. Akan tetapi metode
ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ dimana metode LQ tidak
memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode
shift share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis
ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan
perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu
PDRBit - PDRBit-1 Laju Pertumbuhan = ---------------------------- . 100%
PDRBit-1
r = ----- - 1 . 100%
n - 1
tn t0
-
16
kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor
penyebab pertumbuhan berbagai sektor di Kota Ambon tetapi dalam
kaitannya dengan ekonomi Provinsi Maluku. Ada juga yang menamakan
model analisis ini sebagai indutrial mix analysis karena komposisi industri
yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan Kota Ambon tersebut.
Artinya apakah industri yang berlokasi di Kota Ambon termasuk ke dalam
kelompok industri Provinsi Maluku yang memang berkembang pesat dan
bahwa industri tersebut cocok berlokasi di Kota Ambon atau tidak.
Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D)
suatu variabel wilayah, seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan
atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh-pengaruh
pertumbuhan Provinsi Maluku (N), industry mix (bauran industri) (M) dan
keunggulan kompetitif (C). Pengaruh pertumbuhan di Provinsi Maluku
disebut pengaruh pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut
proportional shift atau bauran komposisi dan akhirnya pengaruh keunggulan
kompetitif dinamakan differential shift atau regional share.
Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB
Kota Ambon dan Provinsi Maluku tahun 2003-2012 menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan
dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan
perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007:86).
Bentuk umum dan persamaan dari analisis Shift-Share dan
komponen-komponennya adalah sebagai berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij
Keterangan:
i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti
j = Wilayah ekonomi yang diteliti
D = Variabel wilayah
N = Pertumbuhan ekonomi daerah Propinsi Maluku
M = Bauran industri (industry mix)
C = Keunggulan kompetitif
-
17
Bila analisis itu diterapkan pada pendapatan (value adde) maka:
Dij = E*ij Eij
Nij = Eij . rn
Mij = Eij . (rin - rn)
Cij = Eij . (rij rin)
Di mana:
Dij = Perubahan variabel output i di wilayah j
Nij = Pertumbuhan ekonomi nasional sektor i wilayah j
Mij = Bauran industri sektor i di wilayah j
Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j
Di mana rij, rin, dan rn mewakili laju pertumbuhan wilayah Kota Ambon
dan laju pertumbuhan daerah Propinsi Maluku yang masing-masing
didefinisikan sebagai:
rij = (E*ij Eij) /Eij
rin = (E*in Ein) /Ein
rn = (E*n En) / En
Di mana:
rij = Laju Pertumbuhan sektor i di wilayah j (Kota Ambon)
rin = Laju pertumbuhan sektor i wilayah n (Propinsi Maluku)
rn = Laju pertumbuhan PDRB di wilayah n (Propinsi Maluku)
Eij = Nilai tambah sektor i di wilayah j (Kota Ambon)
Ein = Nilai tambah sektor i wilayah n (Propinsi Maluku)
* = Pendapatan (nilai tambah) pada tahun akhir analisis
En = Nilai tambah PDRB di wilayah n (Propinsi Maluku)
Untuk suatu daerah pertumbuhan propinsi, bauran industri, dan keunggulan
kompetitif dapat dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan
daerah, sehingga nantinya akan didapat persamaan Shift-Share untuk
sektor i di wilayah j adalah:
Dij = Eij (rn) + Eij (rin rn ) + Eij (rij rin)
Persamaan Shift-Share ini membebankan tiap sektor wilayah (Kota Ambon)
dengan laju pertumbuhan yang setara dengan laju pertumbuhan yang dicapai
-
18
oleh perekonomian yang menjadi acuan (Propinsi Maluku) selama kurun
waktu analisis.
Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan
pergeseran struktural perekonomian wilayah Kota Ambon ditentukan oleh
tiga komponen, yaitu:
a. Provincial Share (PS atau Nij), yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kota Ambon
dengan melihat nilai PDRB Kota Ambon sebagai daerah pengamatan
pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan
perekonomian Provinsi Maluku. Hasil perhitungan Provincial Share
akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Maluku yang
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kota Ambon. Jika
pertumbuhan Kota Ambon sama dengan pertumbuhan Provinsi
Maluku maka peranannya terhadap provinsi tetap.
b. Proportional Shift (P atau Mij) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto
suatu sektor i pada Kota Ambon dibandingkan total sektor di tingkat
Provinsi Maluku.
c. Differential Shift (D atau Cij) adalah perbedaan antara pertumbuhan
ekonomi Kota Ambon dan nilai tambah bruto sektor yang sama di
tingkat Provinsi Maluku.
Selanjutnya untuk memecahkan masalah pengaruh-pengaruh yang
saling terkait di atas, Esteban-Marquillas melakukan modifikasi yang
meliputi pendefinisian kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif
sebagai komponen ketiga dan menciptakan komponen ke empat yaitu
pengaruh alokasi.
Persamaan Shift Share yang direvisi ini mengandung suatu unsur
baru yaitu homothetic employment di sektor i di Kota Ambon j, diberi
notasi Eij dan dirumuskan sebagai berikut :
Eij = Ej (Ein / En)
Eij : employment atau output atau pendapatan atau nilai tambah yang
dicapai sektor i di Kota Ambon j bila struktur nilai output di wilayah itu
sama dengan struktur Provinsi Maluku.
-
19
Dengan mengganti nilai output nyata Eij dengan homothetic employment
Eij maka persamaannya menjadi :
Cij = Eij (rij rin)
Cij mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di sektor i di
perekonomian Kota Ambon.
Bagian yang belum dijelaskan dari perubahan suatu variabel wilayah
(employment, misalnya) atau D N M C disebut allocation effect.
Untuk sektor i di Kota Ambon j, pengaruh alokasi Aij dirumuskan sbb :
Aij = (Eij Eij) (rij rin)
Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional (klasik)
yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di Kota Ambon j.
Dengan perkataan lain, Aij adalah perbedaan antara nilai output nyata di
sektor i di Kota Ambon j dan nilai output di sektor Kota Ambon itu (rij) bila
struktur nilai output itu sama dengan struktur nilai output Provinsi Maluku
dan nilai perbedaan itu dikalikan dengan perbedaan antara laju pertumbuhan
sektor di Kota Ambon (rij) dan laju pertumbuhan sektor di Provinsi Maluku
(rin).
(EijEij) : menunjukkan adanya spesialisasi di sektor tersebut didapat dari
variabel nyata dengan variabel diharapkan, jika :
1. Eij Eij < 0 maka sektor tersebut bukan spesialisasi (Not Specialize)
2. Eij Eij > 0 maka sektor tersebut spesialisasi (Specialized).
(rij rin) menunjukkan adanya keunggulan kompetitif di sektor tersebut
yang didapat dari laju pertumbuhan sektor Kota Ambon dengan laju
pertumbuhan sektor Provinsi Maluku, jika:
rij rin < 0 maka sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan
kompetitif (Competitive Disadvantage).
rij rin > 0 maka sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif
(Competitive Advantage).
Persamaan (12) menunjukkan bahwa bila Kota Ambon mempunyai
spesialisasi di sektor/subsektor tertentu, maka sektor/subsektor itu juga
menikmati keunggulan kompetitif yang lebih baik. Maksudnya efek alokasi
Aij itu dapat positif atau negatif.
-
20
Efek alokasi yang positif mempunyai 2 kemungkinan :
1. Eij Eij < 0 dan rij rin < 0
2. Eij Eij > 0 dan rij rin > 0
Dengan sendirinya, efek alokasi yang negatif mempunyai dua kemungkinan
yang berkebalikan dengan efek alokasi yang positif tersebut di atas.
Modifikasi Esteban-Marquillas terhadap analisis S-S adalah :
Dij = Eij (rn) + Eij (rij- rin) + Eij (rij- rin) + (Eij Eij ) (rij- rin)
Menurut Olsen dan Herzog (1997, 445) dalam Sofwin Hardiati (2002:68),
Efek Alokasi ini mempunyai 4 kemungkinan :
Tabel 4.1. Analisis Shift Share Esteban Marquilass
No. rij rin EijE*ij Keunggulan
Kompetitif Spesialisasi
1 > 0 > 0
2 > 0 < 0 x
3 < 0 > 0 x
4 < 0 < 0 x x
4.4.3. Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassen merupakan alat analisis ekonomi regional yang
digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor/subsektor perekonomian
wilayah Kota Ambon. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan
mengidentifikasi posisi sektor/subsektor perekonomian Kota Ambon
dengan memperhatikan sektor/subsektor perekonomian Provinsi Maluku
sebagai daerah referensi.
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor
dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008:180):
a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)
(Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB
(ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
-
21
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.
b. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki
nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi
referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.
c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)
(Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
dengan si > s dan ski < sk.
d. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu
dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan
sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan
sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang
lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
dengan si < s dan ski < sk.
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana
tercantum pada Tabel 3.2.
-
22
Tabel 4.2. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipolgi Klassen
Laju Pertumbuhan
Pendapatan
Perkapita
Laju Pertumbuhan
Diatas Rata-Rata
Laju Pertumbuhan
Dibawah Rata-Rata
Pendapatan Perkapita
Diatas Rata-Rata
Kuadran I
Sektor yang maju dan
tumbuh dengan pesat
(developed sector)
si > s dan ski > sk
Kuadran II
Sektor maju tapi
tertekan (stagnant
sector)
si < s dan ski > sk
Pendapatan Perkapita
Dibawah Rata-Rata
Kuadran III
Sektor potensial atau
masih dapat berkembang
(developing sector)
si > s dan ski < sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sektor)
si < s dan ski < sk
Sumber: Sjafrizal, 2008:180
4.4.4. Analisis Location Quotient (LQ)
Untuk menentukan sektor/subsektor basis dan non basis di Kota
Ambon digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ
merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model
ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari
PDRB Kota Ambon yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ
digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada
identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang
sering digunakan untuk penentuan sektor/subsektor basis dapat dikatakan
sebagai sektor/subsektor yang akan mendorong tumbuhnya atau
berkembangnya sektor/subsektor lain serta berdampak pada penciptaan
lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang
mengacu pada formula yang dikemukakan oleh (Arsyad, 2004:316)
sebagai berikut:
PDRBiKA / PDRBKA LQ = ---------------------------------
PDRBiPM / PDRBPM
-
23
Dimana:
PRDBiKA = PDRB sektor i di Kota Ambon pada tahun tertentu.
PDRBKA = Total PDRB di Kota Ambon pada tahun tertentu.
PDRBiPM = PDRB sektor i di Provinsi Maluku pada tahun tertentu.
PDRBPM = Total PDRB di Provinsi Maluku pada tahun tertentu.
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di
atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh
(Tarigan, 2007:82), yaitu:
a. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i
di daerah Kota Ambon adalah sama dengan sektor/subsektor yang sama
dalam perekonomian Provinsi Maluku.
b. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i
di daerah Kota Ambon lebih besar dibandingkan dengan
sektor/subsektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Maluku.
c. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i
di daerah Kota Ambon lebih kecil dibandingkan dengan
sektor/subsektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Maluku.
Apabila nilai LQ > 1, maka dapat disimpulkan bahwa
sektor/subsektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kota Ambon. Sebaliknya
apabila nilai LQ < 1, maka sektor/subsektor tersebut bukan merupakan
sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak
perekonomian Kota Ambon.
Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) adalah
PDRB Kota Ambon dan Provinsi Maluku tahun 2003-2012 menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.
4.4.5. Analisis Model Dong Sung Cho
Salah satu faktor penting dari model Dong Sung Cho adalah
mengukur Daya Saing Permintaan Domestik. Tingkat permintaan domestik
yang lebih besar mencerminkan daya saing yang lebih tinggi dari suatu
komoditas. Untuk mengukur daya saing permintaan domestik, berdasarkan
-
24
konsep dan ukuran-ukuran yang dikemukakan oleh Dong sung Cho, maka
digunakan model yang dimodifikasi dari model Euro W. Arto dan model
Dong Sung Cho seperti yang dinotasikan oleh Junaidin (2009:12) yaitu
sebagai berikut:
Ij = Indeks Tingkat Permintaan Domestik = (1 - Tingkat ekspor)
atau:
Di mana:
1 = angka absolut
X = nilai ekspor
P = nilai produksi
N = jumlah tahun
Fd ij = indeks tingkat permintaan domestik rata-rata sektor/subsektor i
di daerah j
Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat daya saing dari
sektor/subsektor basis yang ada di Kota Ambon terhadap permintaan pasar
domestik, yaitu dengan membandingkan indeks permintaan domestik yang
sama dari Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan
Kabupaten Maluku Tenggara.
Jika koefisien indeks permintaan domestik rata-rata dari
sektor/subsektor basis suatu daerah menunjukan tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan indeks permintaan domestik terhadap sektor/subsektor
basis yang sama dari daerah lain maka sektor/subsektor unggulan dari
daerah tersebut mempunyai daya saing yang lebih tinggi pada pasar
domestik.
4.5. Definisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan dan menghindari salah pengertian dalam
penelitian ini, peneliti memberi batasan (defenisi operasional) terhadap
/
=
x 100 Fd ij = n
-
25
istilah-istilah (judul) dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melihat Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah yang diteliti yang dalam penyajiannya
dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan usaha
(sektor). Dalam penelitian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap
(harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku pada tahun dasar yang
dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan dipilih
karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi. Pengukuran
pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan angka ratio atau
persentase.
PDRB dalam konteks ini adalah PDRB Kota Ambon berdasarkan
lapangan usaha tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 atas dasar harga
konstan tahun 2000, dengan satuan rupiah.
2. Sektor-sektor ekonomi yaitu, sektor pembentuk angka PDRB Tahun
2003-2012 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di
Kota Ambon yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan
ekonomi, adapun sektor ekonomi ini terdiri dari sembilan sektor utama,
yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
3. Karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya
pergeseran atau perubahan baik pertumbuhan maupun penurunan
kontribusi perekonomian wilayah Kota Ambon dari waktu ke waktu
pada sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB.
Karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi menunjukkan
suatu pola dan posisi relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor
ekonomi berdasarkan struktur dan pertumbuhannya jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya atau sektor dan subsektor ekonomi di wilayah
lainnya. Biasanya untuk melihat karakteristik struktur atau pergeseran
struktur digunakan kontribusi dari sektor-sektor ekonomi. Sedangkan
-
26
pola pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral digunakan
klasifikasi dari klassen (Tipologi Klassen).
4. Penentuan Sektor/subsektor Ekonomi Basis, dalam penelitian ini
diartikan sebagai sektor/subsektor yang menjadi prioritas utama untuk
terus ditingkatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah guna
meningkatkan PDRB Kota Ambon secara umum.
5. Pendekatan Model Basis Ekonomi merupakan suatu pendekatan yang
membagi perekonomian wilayah Kota Ambon menjadi dua sektor yaitu
kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis (basic
activities) adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang dan
jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat
bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa
mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan
perekonomian masyarakat. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non basis
activities) adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang
yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam
batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Kegiatan-kegiatan
ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka
dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.
6. Daya saing dalam penelitian ini adalah dalam hal meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sektor/subsektor ekonomi unggulan
Kota Ambon, termasuk dalam hal tataran kebijakan yang terkait
investasi, pemasaran maupun promosi daerah. Pada gilirannya,
sektor/subsektor ekonomi basis tersebut memiliki daya saing dan
diharapkan mampu memenuhi permintaan di tingkat domestik maupun
global.
-
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
5.1.1. Keadaan Geografis
Ambon ibukota Provinsi Maluku, terletak dalam Teluk Ambon
yang indah permai. Sering disebut juga dengan Amboina. Kota ini terletak
di pulau yang sama namanya yang dalam bahasa daerah disebut Nusa
Yapono yang artinya Pulau Embun.
Kota Ambon terletak di jasirah Leitimur dan memanjang melalui
pesisir pada teluk dalam bagian luar. Di belakang pulau ini menjulang
pegunungan soya dengan uncak seperti gunung Nona dan gunung Sirimau
yang ditutupi oleh hutan dan padang rumput yang hijau subur. Dari puncak
tersebut ke arah utara dan timur laut menantang pegunungan jasirah leihitu
dengan puncak gunung salahutu dan gunung kerbau dan dilatar belakangi
pula oleh puncak tertinggi di pulau ibu yaitu pulau Seram. Kearah selatan
dan barat daya terhampar laut banda dan laut buru laksana permadani biru
yang berkilau-kilauan. Sungguh suatu pemandangan alam yang
mengasyikan.
Kota Ambon secara astronomis terletak antara 3 - 4 LS dan 128
- 129 BT (Kota Ambon Dalam Angka 2012). Total luas kawasan laut dan
darat Kota Ambon adalah 786 Km2, terbagi atas luas daratan 377 Km
2 (48
persen) sedangkan luas perairan 4 mil laut sebesar 409,0 Km2 (52 persen),
dengan garis pantai sepanjang 102,7 Km. Kawasan pesisir dan perairan
Kota Ambon dihadapkan kepada dinamika laut Banda, terdapat dalam
bentuk teluk yang relatif tertutup (Teluk Ambon) dan yang lebih terbuka
(Teluk Baguala) serta perairan terbuka (Pantai Selatan Kota Ambon).
Adapun letak Kota Ambon secara geografis menurut Badan Pusat
Statistik Kota Ambon (2013) dibatasi, antara lain :
-
28
Tabel 5.1. Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon
Kota Letak Posisi Batas Wilayah
A
M
B
O
N
3 - 4 Lintang Selatan
128 - 129 Bujur Timur
Sebelah Utara dengan:
Desa Hitu, Hila, Kaitetu
Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah
Sebelah Selatan dengan:
Laut Banda
Sebelah Timur dengan:
Desa Suli
Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku tengah
Sebelah Barat dengan:
Desa Hatu
Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013
Total luasan wilayah Kecamatan adalah sekitar 35.944,62 km2,
Wilayah Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang
berlereng terjal seluas 186,9 km2
atau 73 persen dan daerah daratan
dengan kemiringan sekitar 10 persen seluas 55 km2
atau 17 persen dari
total luas wilayah daratan.
5.1.2. Keadaan Iklim
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim,
karena letak pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini
sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim
musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara.
Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan
transisi dari kedua musim tersebut.
Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai
dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi
ke Musim Timur yang berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan
-
29
Oktober disusul oeh masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan
transisi ke musim Barat.
5.1.3. Pemerintahan
Wilayah Kota Ambon secara administratif pemerintahan terbagi
menjadi lima kecamatan dengan 50 desa/kelurahan berklasifikasi
swasembada. Dari jumlah tersebut sesuai dengan perkembangan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa, seluruhnya telah berkategori maju.
5.1.4. Kependudukan
5.1.4.1. Penduduk
Kota Ambon terdiri dari 30 Desa dengan total jumlah
penduduk sesuai hasil sensus penduduk Tahun 2012 adalah sekitar
354.464 jiwa. Secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan
Kabupaten Maluku Tengah. Sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2006,
Kota Ambon memiliki lima kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe,
Kecamatan Sirimau, Kecamatan Teluk Ambon, Kecamatan
Baguala, dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2012 adalah
sebesar 354.464 jiwa (Tabel 5.2.). Laju pertumbuhan penduduk
Kota Ambon rata-rata per tahun dalam kurun waktu lima tahun
terakhir (2008-2012) adalah sebesar 5,65 persen.
Tabel 5.2.
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Ambon
Kecamatan
Luas Area
Jumlah Penduduk Rasio Jenis
Kelamin
Kepadatan
Jiwa Tiap
Km2 Km2 %
Laki-Laki Perempuan L + P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Teluk Ambon 93,68 26,06 21 174 19 971 41 145 106,02 439,21
T. A. Baguala 40,11 11,16 29 365 27 854 57 219 105,42 1 426,55
Leitimur Selatan 5.050 14,05 5 042 5 017 10 059 100,50 199,19
Sirimau 86,81 24,15 75 447 74 431 149 878 101,37 1 726,51
Nusaniwe 88,35 24,58 47 850 48 313 96 163 99,04 1 088,43
Kota Ambon 359,45 100 178 878 175 586 354 464 101,87 986,13
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013 * Hasil Tabulasi
-
30
Dari hasil tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin (Sex
Ratio) penduduk Kota Ambon adalah 101,87. Hal ini
menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan dan jumlah
penduduk laki-laki berimbang. Seiring dengan kenaikan penduduk
maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2008-
2012) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2012 tercatat
sebesar 986,13 orang/km2. Kecamatan terpadat penduduknya
adalah kecamatan Sirimau dengan 1.726,51 orang/km2, dan yang
terjarang penduduknya adalah Kecamatan Leitimur Selatan, yaitu
sebanyak 199,19 orang/km2.
Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak
diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Kepadatan
penduduk di Kecamatan yang wilayahnya sebagian besar dekat
dengan pusat kota mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi
dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih
merupakan daerah pedesaan. Berdasarkan data BPMP dan KB Kota
Ambon, jumlah penduduk miskin Kota Ambon pada tahun 2012
mencapai 45.071 jiwa atau 10.523 KK. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya kesenjangan di berbagai bidang
kehidupan antara perdesaan dan perkotaan, baik di bidang sosial,
ekonomi, budaya, sarana dan prasarana, serta berbagai bidang
lainnya. Perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan seringkali
justru menimbulkan efek pengurasan sumber daya dari wilayah
sekitarnya (backwash effect).
5.1.4.2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu modal dalam
perkembangan roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga
kerja terus mengalami perubahan seiring dengan proses
berlangsungnya demografi.
Jumlah pencari kerja menurut jenis kelamin dan tingkat
pendidikan di Kota Ambon pada tahun 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
-
31
Tabel 5.3. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
di Kota Ambon Tahun 2012
Tingkat
Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
SD ke bawah 2 1 3
SLTP 21 9 30
SLTA 3.680 3.763 7.443
Sarjana Muda 433 622 1.055
Sarjana 1.190 1.795 2.985
Total 5.326 6.190 11.516
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013
5.1.4.3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kota Ambon terbesar pada
sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran kemudian
sektor angkutan dan komunikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.4. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin
di Kota Ambon Tahun 2012
No. Lapangan Usaha Utama
(Sektor)
Tenaga Kerja Jumlah
Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian 3.063 1.684 4.927
2 Pertambangan & Penggalian 1.146 389 1.535
3 Industri Pengolahan 7.119 3.785 10.904
4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.925 695 2.620
5 Bangunan/ Kontruksi 7.549 0 7.549
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.110 18.431 33.541
7 Angkutan & Komunikasi 13.798 417 14.215
8 Keua, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.687 1.084 3.771
9 Jasa-jasa 18.828 17.453 36.281
T o t a l 71.225 44.118 115.343
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
paling banyak masih bekerja di sektor jasa-jasa sebesar 36.281
jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki sebesar 18.828 jiwa dan
perempuan sebesar 17.453 jiwa. Sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran menempati urutan kedua dengan jumlah pekerja sebesar
33.541 jiwa.
-
32
5.2. Potensi Sumber Daya Alam
Kota Ambon yang terletak di kawasan timur Indonesia adalah
Ibukota Provinsi Maluku, yang lebih dikenal dengan sebutan "Daerah
Seribu Pulau", karena terdiri dari 1.027 buah pulau besar dan kecil. Letak
daerah ini sangat strategis karena terletak di titik pertemuan sirkum Pasifik
dan sirkum Mediterranean, sehingga bentangan alam flora dan faunanya
sangat unik. Potensi utama kawasan ini adalah taman lautnya yang diakui
sebagai salah satu yang terindah di dunia, keunikan budayanya dan sumber
daya alam lainnya.
Dengan ditetapkannya daerah Maluku sebagai Daerah Tujuan
Wisata ke-16, menjadikan kota Ambon sebagai pintu masuk ke daerah ini
mulai berbenah diri, baik dari segi obyek wisata, sarana maupun
prasarananya yang merupakan faktor utama dalam dunia pariwisata.
Sampai dengan Tahun 2012 di Kota Ambon terdapat 39 objek
wisata, berupa objek wisata alam 24 dan budaya 15 dengan penyebarannya
yaitu untuk Kecamatan Nusaniwe 12 objek wisata alam (Laut 10, Darat 2)
dan 2 objek wisata sejarah serta budaya. Kecamatan Sirimau, 3 objek wisata
alam (darat) serta 8 objek budaya dan sejarah. Kecamatan Baguala objek
wisata alam laut 6, Darat 1 dan Budaya serta sejarah 4. Sejumlah objek
wisata di dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan
Leitimur Selatan, belum dikembangkan.
Upaya memperkenalkan obyek wisata di kota ini adalah untuk
menarik wisatawan datang berkunjung dan untuk meningkatkan devisa bagi
pemerintah daerah. Karena aset wisata yang ada cukup potensial dan
mampu mendukung kemajuan kepariwisataan daerah ini, sehingga tujuan
untuk mewujudkan Kota Ambon sebagai pintu gerbang Daerah Tujuan
Wisata di Maluku dapat tercapai. Pengembangan pariwisata saat ini makin
penting, tidak semata-mata hanya peningkatan penerimaan devisa, tetapi
juga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, sehingga
mampu mendorong kegiatan sektor ekonomi lainnya seperti sektor
angkutan, industri kecil/rumah tangga termasuk juga perhotelan/akomodasi.
-
33
Hal ini jelas terlihat dengan berkembangnya pembangunan hotel-hotel
berbintang yang telah dibangun maupun dalam tahap proses pembangunan.
Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi yang sedang menggiatkan
pembangunan di segala bidang, Kota Ambon merupakan daya tarik bagi
penduduk daerah lain yang ingin mencari pekerjaan. Dengan banyaknya
pendatang, maka pemukiman-pemukiman baru terus dibuka. Hal inipun
dapat dibuktikan dengan perkembangan sektor Bangunan/ Kontruksi yang
dari tahun ke tahun terus meningkat.
Kota Ambon bukan seperti daerah lainnya yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah. Kota ini adalah pusat transit perdagangan, bisnis
dan jasa. Minimnya jenis sumber daya alam di Kota Ambon, membuat
Pemerintah Kota Ambon hanya mengandalkan penerimaan dari sektor jasa.
Kota Ambon seperti umumnya kota-kota pantai lainnya di
Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir dengan garis pantai yang
panjang dan indah. Pesisir Kota Ambon saat ini kurang mendapat perhatian
pemerintah dan investor dalam pembangunan. Pesisir Kota Ambon masih
dianggap sebagai wilayah belakang kota, belum dilihat sebagai beranda
depan kota. Sejarah Kota Ambon memperlihatkan bahwa terbentuknya
pesisir Kota Ambon adalah sama tuanya dengan keberadaan kota itu sendiri.
Lokasi pesisir pantai saat ini telah tumbuh dan berkembang dengan berbagai
kegiatan untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan masyarakat Ambon
atau masyarakat Maluku secara umum, memiliki pencapaian yang baik dan
kondisi tempat yang menarik.
5.3. Kondisi Ekonomi Wilayah Kota Ambon
5.3.1. Pendapatan Perkapita
Untuk melihat laju pertumbuhan pembangunan dan tingkat
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah, maka indikator yang digunakan
adalah dengan melihat angka perkembangan PDRB perkapita. Angka ini
diperoleh dengan cara membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk di
suatu daerah pada tahun yang sama.
-
34
Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara
dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun pendekatan non
ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan
berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun non pendapatan.
Berdasarkan aspek pendapatan, perekonomian biasanya diukur dengan tolak
ukur pendapatan per kapita/PDRB perkapita (Dumairy, 2004:28).
Pendapatan perkapita merupakan bagian terpenting dalam
mengukur kesejahteraan penduduk suatu daerah. Secara riil PDRB perkapita
menunjukkan kemampuan daya beli penduduk. Pada tahun 2003 PDRB
perkapita Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 senilai
4.559.295 rupiah pada tahun 2004 menjadi 4.706.732 rupiah dengan
pertumbuhan sebesar 3,23 persen. Pada tahun 2005 pendapatan perkapita
mengalami peningkatan menjadi 4.892.984 rupiah atau meningkat sebesar
3,96 persen. Selanjutnya pada tahun 2006 hingga tahun 2008 pendapatan
perkapita terus mengalami meningkat. Pada tahun 2009 pendapatan
perkapita Kota Ambon mengalami penurunan menjadi 5.168.861 rupiah.
Dimana pendapatan sebelumnya pada tahun 2008 sebesar 5.493.099 rupiah
atau pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -5,90 persen. Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5. Pendapatan Perkapita Kota Ambon
Tahun 2003-2012
No. Tahun Pendapatan Perkapita Kota Ambon
(Rp) Persentase
1 2003 4.559.295 -
2 2004 4.706.732 3,23
3 2005 4.892.984 3,96
4 2006 5.088.611 4,00
5 2007 5.241.531 3,01
6 2008 5.493.099 4,80
7 2009 5.168.861 -5,90
8 2010 4.913.427 -4,94
9 2011 5.098.825 3,77
10 2012 5.287.018 3,69
Rata-rata 5.045.038 1,74
Sumber : Kota Ambon dalam angka diolah penulis
-
35
Hal ini mengindikasikan terjadinya perbaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat secara relatif selama tahun 2003 hingga 2008. Namun pada
tahun 2009 hingga 2010 terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena pada
tahun tersebut kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kota
Ambon mengalami penurunan. Walaupun demikian nilai PDRB perkapita
tidak menggambarkan tingkat pemerataan dalam distribusinya di
masyarakat. Pada tahun 2011 hingga 2012 pendapatan perkapita terus
mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar
5.045.038. Namun dilihat dari persentase pertumbuhan pada tahun 2011
pertumbuhannya sebesar 3,77 persen. Sedangkan pada tahun 2012
persentase pertumbuhannya mengalami penurunan yaitu sebesar 3,69
dengan persentase rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 1,74 persen.
5.3.2. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian di suatu daerah diperoleh dari adanya berbagai
aktivitas ekonomi dengan tolak ukurnya adalah PDRB yang berupa arus
barang dan jasa. Hal ini menggambarkan adanya kemampuan suatu daerah
di dalam mengelola sumber daya yang ada yang tercermin dalam
perkembangan sektor-sektor ekonomi tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Secara umum PDRB Kota Ambon tahun 2003-2012 berdasarkan harga
konstan Tahun 2000 cenderung mengalami fluktuasi. Nilai PDRB Kota
Ambon dari tahun 2003 terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2012.
Namun kita lihat periode tersebut, nilai PDRB sektor pertanian mengalami
pertubuhan bernilai positif dari tahun ke tahun. Apabila kita lihat pada
subsektor tanaman perkebunan pada tahun 2012 pertumbuhannya bernilai
negatif sebesar -19,86 persen. Sehingga dilihat dari pertumbuhan rata-rata
selama periode penelitian pertumbuhannya mengalami minus sebesar -0,79
persen.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada tahun 2009 mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -16,88 persen. Pertumbuhan bernilai negatif ini
disebabkan oleh Subsektor Listrik yang mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -18,04 persen. Hal ini disebabkan oleh laju peningkatan kapasistas
-
36
pembangkit tidak secepat dari laju permintaan sehingga margin cadangan
cenderung rendah. Di samping itu kapasitas infrastuktur transmisi distribusi
pada saat itu sudah tua dan sudah mencapai daya yang maksimal sehingga
kapasitas pembangkit yang ada menjadi tidak efektif.
Selama periode tahun penelitian sektor bangunan/kontrusi, sektor
angkutan dan komunikasi serta sektor pertambangan dan penggalian
merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan rata-rata teringgi yaitu
masing 13,93 persen, 9,22 persen dan 8,25 persen.
Berdasarkan tabel 4.6, laju pertumbuhan sektor/subsektor ekonomi
periode 2003-2012 dapat kita analisis sebagai berikut:
Bila dilihat secara subsektor maka subsektor angkutan udara
memiliki rata-rata laju pertumbuhan tertinggi sebesar 17,19 persen
kemudian subsektor hotel sebesar 10,68 persen dan subsektor komunikasi
sebesar 10,54 persen. Jika diamati secara teliti dapat kita lihat laju
pertumbuhan rata-rata tertinggi dan pertumbuhan rata-rata tertinggi ketiga
ini merupakan sumbangan dari sektor angkutan dan komunikasi. Subsektor
yang memiliki laju pertumbuhan stabil setiap tahunnya adalah subsektor
perikanan dan subsektor angkutan jalan raya. Kedua subsektor ini memiliki
laju pertumbuhan yang cenderung meningkat, walaupun ada penurunan
namun tidak mempengaruhi penurunan yang dratis. Jika diamati rata-rata
laju pertumbuhan kedua subsektor ini, subsektor perikanan memiliki rata-
rata laju pertumbuhan lebih baik karena mampu meningkat lebih tinggi dari
rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian.
Laju pertumbuhan PDRB Kota Ambon sebagaimana dapat dilihat
dalam grafik pada tabel sebagai berikut :
-
Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2012 Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pertanian 3,09 3,82 3,80 4,31 4,00 4,86 8,50 2,18 9,00 4,84
a. Tanaman Bahan Makanan - 2,12 2,26 2,40 2,38 0,26 0,19 1,86 1,87 6,71 2,23
b. Tanaman Perkebunan - 1,43 1,45 1,51 1,35 1,28 1,21 0,71 3,81 -19,86 -0,79
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya - 2,61 2,15 2,29 3,24 2,93 3,05 4,04 7,91 7,86 4,01
d. Kehutanan - 0,03 1,77 1,32 1,14 0,96 0,78 0,07 0,07 0,06 0,69
e. Perikanan - 3,24 4,07 4,03 4,59 4,45 5,41 9,34 2,04 9,68 5,21
2 Pertambangan & Penggalian - 5,14 5,67 5,91 5,10 5,12 5,19 13,84 13,77 14,50 8,25
a. Pertambangan - - - - - - - - - - -
b. Penggalian - 5,14 5,67 5,91 5,10 5,12 5,19 13,84 13,77 14,50 8,25
Primer - 3,10 3,83 3,81 4,31 4,01 4,86 8,53 2,26 9,04 4,86
3 Industri Pengolahan - 7,25 2,94 5,71 9,06 8,49 7,55 4,36 14,75 10,38 7,83
a. Industri Tanpa Migas - 7,25 2,94 5,71 9,06 8,49 7,55 4,36 14,75 10,38 7,83
4 Listrik, Gas & Air Bersih - 8,09 6,65 7,23 6,98 1,42 -16,88 7,66 7,79 7,65 4,07
a. Listrik - 8,51 7,03 7,49 7,23 1,37 -18,04 7,95 7,69 7,65 4,10
b. Air Bersih - 2,61 1,35 3,47 3,22 2,23 1,30 3,94 9,09 7,62 3,87
5 Bangunan/ Kontruksi - 6,31 6,75 7,81 7,61 7,80 8,72 56,74 15,91 7,74 13,93
Sekunder - 7,25 4,44 6,32 8,33 6,85 2,84 15,70 14,01 9,24 8,33
6 Perdagangan, Hotel & Restoran - 5,48 6,38 6,94 6,88 6,59 6,22 5,91 6,05 9,88 6,70
a. Perdagangan Besar Eceran - 5,36 6,37 6,95 6,95 6,61 6,34 4,62 6,24 9,87 6,59
b. Hotel - 7,74 6,93 7,36 7,74 7,99 4,81 36,14 5,58 11,80 10,68
c. Restoran - 5,94 6,08 6,43 5,02 5,12 5,23 5,59 3,12 8,09 5,62
7 Angkutan & Komunikasi - 14,57 12,50 11,28 8,65 6,44 4,87 10,25 6,54 7,86 9,22
A. Angkutan - 14,70 12,26 10,45 8,28 6,27 4,84 10,97 6,77 7,83 9,15
a. Angkutan Jalan Raya - 3,66 3,52 3,75 3,73 3,71 5,27 8,94 7,17 5,41 5,02
b. Angkutan Laut - 3,20 2,80 4,65 8,05 5,79 3,56 5,54 0,72 7,41 4,64
c. Angkutan Penyeberangan - 10,71 12,83 13,41 13,33 7,66 2,27 8,84 3,13 9,83 9,11
d. Angkutan Udara - 44,47 29,77 19,42 10,81 8,11 6,35 16,19 10,08 9,54 17,19
e. Jasa Penunjang Angkutan - 9,97 10,03 10,67 9,86 6,49 1,08 6,81 5,04 6,10 7,34
B. Komunikasi - 12,18 16,84 25,79 14,25 8,80 5,34 0,21 3,01 8,44 10,54
8 Keua, Persewaan & Jasa Perus. - 3,74 3,99 4,88 5,16 5,44 5,61 2,15 2,80 4,70 4,27
a. Bank - 4,61 4,71 5,01 5,23 5,77 5,99 1,06 1,73 7,24 4,59
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank - 2,60 3,10 4,63 5,62 5,75 6,01 0,33 3,07 4,29 3,93
c. Sewa Bangunan - 3,47 3,73 4,82 4,93 5,04 5,15 3,92 3,51 2,83 4,16
d. Jasa Perusahaan - 7,34 6,98 7,03 3,95 4,69 4,13 2,26 3,67 5,52 5,06
9 Jasa-jasa - 3,21 4,71 5,00 5,56 6,18 6,36 3,71 10,09 9,36 6,02
i. Pemerintahan Umum & Pertahanan - 3,17 4,75 5,06 5,67 6,38 6,67 3,75 10,57 9,75 6,20
ii. Swasta - 3,91 4,09 4,14 3,90 3,12 1,29 2,97 1,81 2,11 3,04
a. Jasa Sosial Kemasyarakatan - 2,68 2,84 3,04 2,72 1,76 0,71 3,94 2,58 0,02 2,25
b. Hiburan & Rekreasi - 6,45 7,47 7,54 6,89 6,07 5,95 2,17 2,90 3,26 5,41
c. Perorangan dan Rumah Tangga - 4,58 4,52 4,38 4,28 3,65 0,54 2,27 0,73 3,87 3,20
Tersier - 6,33 6,88 7,06 6,68 6,29 5,87 5,84 7,20 8,69 6,76
PDRB - 5,73 6,22 6,43 6,31 5,91 5,58 6,65 6,58 8,77 6,46
Sumber: BPS Kota Ambon, Kota Ambon Dalam Angka
diolah penulis
37
-
38
Tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun Kota Ambon dan
Provinsi Maluku selama periode penelitian mengalami kenaikan dan
penurunan baik sektor maupun subsektor menurut lapangan usaha. Untuk
pertumbuhan ekonomi Kota Ambon selama periode penelitian mengalami
pertumbuhan yang positif dan negatif, sedangkan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Maluku juga mengalami pertumbuhan baik positif maupun negatif.
Secara lengkap tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun Kota
Ambon dan Provinsi Maluku menurut lapangan usaha tahun 2003-2012
seperti terlihat pada tabel 5.7.
-
39
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Ambon periode 2003-2012 mengalami
peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,46 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku
sebesar 5,63 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun
Tabel 5.7. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Kota Ambon dan Provinsi Maluku Tahun 2003 - 2012 (jutaan rupiah)
Lapangan Usaha
Kota Ambon Provinsi Maluku
2003 2012 Rata-
rata 2003 2012
Rata-
rata
1 Pertanian 230.930,76 352.601,30 4,81 1.029.450,16 1.458.218,14 3,94
a. Tanaman Bahan Makanan 20.846,53 25.384,61 2,21 264.691,02 342.100,68 2,89
b. Tanaman Perkebunan 3.983,56 3.622,18 (1,05) 214.495,22 288.994,67 3,37
c. Peternakan & Hasil-hasilnya 5.676,94 8.085,23 4,01 36.711,87 51.895,12 3,92
d. Kehutanan 364,45 387,60 0,69 54.694,94 51.618,27 (0,64)
e. Perikanan 200.059,28 315.121,68 5,18 458.857,11 723.609,40 5,19
2 Pertambangan & Penggalian 1.391,44 2.830,17 8,21 25.260,22 38.200,78 4,70
a. Pertambangan 0,00 0,00 0,00 14.298,34 17.357,39 2,18
b. Penggalian 1.391,44 2.830,17 8,21 10.961,88 20.843,39 7,40
3 Industri Pengolahan 24.775,08 48.641,22 7,78 142.165,09 234.164,31 5,70
a. Industri Tanpa Migas 24.775,08 48.641,22 7,78 142.165,09 234.164,31 5,70
4 Listrik, Gas & Air Bersih 8.547,62 11.904,64 3,75 15.946,09 23.222,39 4,27
a. Listrik 7.942,24 11.054,91 3,74 14.181,07 20.795,92 4,35
b. Air Bersih 605,38 849,73 3,84 1.765,02 2.426,47 3,60
5 Bangunan/ Kontruksi 7.842,79 23.550,52 12,99 37.369,87 93.285,97 10,70
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 284.730,46 510.255,86 6,70 719.658,30 1.282.675,22 6,63
a. Perdagangan Besar Eceran 259.003,25 459.679,31 6,58 687.894,41 1.222.148,74 6,60
b. Hotel 10.782,62 26.135,78 10,34 11.663,01 27.610,12 10,05
c. Restoran 14.944,59 24.440,77 5,62 20.100,88 32.916,36 5,63
7 Angkutan & Komunikasi 189.940,34 418.638,27 9,18 257.266,28 527.268,12 8,30
A. Angkutan 179.768,72 394.057,00 9,11 244.985,49 498.456,43 8,21
a. Angkutan Jalan Raya 65.793,85 102.093,37 5,10 97.978,77 152.003,85 5,00
b. Angkutan Laut 47.053,40 70.606,13 4,61 69.493,55 103.203,96 4,50
c. Angkutan Penyeberangan 9.714,89 21.170,73 9,04 15.872,19 34.483,97 9,00
d. Angkutan Udara 42.093,93 171.694,79 16,91 44.212,58 176.517,67 16,63
e. Jasa Penunjang Angkutan 15.112,65 28.491,98 7,30 17.428,40 32.246,98 7,08
B. Komunikasi 10.171,62 24.581,27 10,30 12.280,79 28.811,69 9,94
8 Keua, Persewaan & Jasa Perus. 104.194,34 151.766,80 4,27 168.612,35 243.013,48 4,14
a. Bank 36.413,25 54.474,45 4,58 43.036,31 63.965,67 4,50
b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank 21.353,83 30.179,20 3,92 25.674,66 36.014,02 3,83
c. Sewa Bangunan 45.107,83 65.057,45 4,15 98.342,61 140.638,89 4,05
d. Jasa Perusahaan 1.319,43 2.055,70 5,05 1.558,77 2.394,90 4,89
9 Jasa-jasa 337.302
top related