analisis pengambilan keputusan pembelian saham …
Post on 09-May-2022
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN SAHAM
BERDASARKAN USIA, PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya)
Oleh:
NAFI’ BELLA PURWITASARI
145020307111068
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Nafi’ Bella Purwitasari
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 6 April !996
Alamat Rumah : Jalan Imam Muhasim nomor 7 RT 3/ RW 3 Desa
Dandong Kecamatan Srengat Kota Blitar
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Email : nafi.bella.purwitasari@gmail.com
Riwayat Pendidikan Formal
2011-2014 SMA Negeri 1 Srengat
2008-2011 SMP Negeri 1 Srengat
2002-2008 SDN 1 Srengat
Pelatihan
2016 English Language As Foreign Application Standard
2018 Certificate Of Achievement
2018 Brevet A dan B, Fakultas Ekonomi Bisnis,Universitas Brawijaya
2018 Workshop Audit dan Post Test Workshop Audit
Pengalaman Organisasi
2014 Volunteer Cahrity Event
2015 Asisten Koordinasi Bendahara FEB CUP 2015
2015 Asisten Koordinasi Konsumsi Marketing Circle
2015 Asisten Koordinasi Konsumsi GRTW 2015
2015 Asisten Koordinasi Konsumsi Entrepreneur Club
2016 Staff Divisi Humas Festival Karya Brawijaya
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT yang memberikan berkah dan
rahmat-Nya sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul:
“ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN SAHAM
BERDASARKAN USIA, PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN (Studi Kasus
Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya)”dapat terselesaikan. Skripsi ini ditulis
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi
program Strata Satu (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa aktivitas ini dapat berjalan dengan baik disebabkan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Ayahanda Purwanto dan Ibunda Siti Asiah, semoga
Allah senantiasa menjaga mereka, yang terus memberikan dukungan
berupa nasihat dan doa.
2. Bapak Noval Adib, S.E., MSi., Ph.D., Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah benyak memberi arahan dan bimbingan yang sangan memebantu
kepada Penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Ibu Ayu Fury Puspita, S.E., MSA., Ak. dan Ibu Putu Prima Wulandari
S.E., MSA., Ak. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritikan
dan saran yang membangun agar penelitian ini mejadi lebih baik.
4. Kakak saya yang bernama Adhitia Kusuma Ngesti Wardhani yang telah
menjadi teman untuk melepas kepenatan, mendukung serta membantu
dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Kepada Keluarga besar saya yang selalu memberikan doa dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman saya Binar, Vera, Vemby, Dina, Nabila, Yesa dan teman-
teman yang mendudukung dalam pengerjaan skripsi yang tidak dapat
Saya sebutkan satu persatu, namun telah memberikan banyak dukungan
atas penyelesaian skripsi ini.
vii
7. Teman-teman kost Pinang merah 1 kav 9 yang memberikan saya
dukungan, menghibur saya dan memberi semangat dalam pengerjaan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Malang, 13 Desember 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN SAHAM
BERDASARKAN USIA, PEGALAMAN DAN PENDIDIKAN
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya)
Oleh:
Nafi Bella Purwitasari
Dosen Pembimbing:
Noval Adib, S.E., M.Si., Ph.D., Ak.
Investasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.
Salah satu caranya dengan investasi di bidang saham. Menentukan saham yang
akan dibeli membutuhkan kemampuan yang didapat dari investor lain atau belajar
dari buku. Dengan usia yang masih muda, seseorang dapat mencari pengalaman
dan pendidikan sebanyak mungkin agar saham yang dibeli tidak memiliki resiko
yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai desain penelitian
dengan melakukan wawancara yang melibatkan sepuluh informan yang terdiri dari
mahasiswa Universitas Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh usia, pengalaman dan pendidikan mahasiswa mahasiswa
Universitas Brawijaya dalam menentukan saham yang akan dibeli untuk
mendapatkan keuntungan di masa depan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara keseluruhan informan mahasiswa Universitas Brawijaya yang memiliki rata-
rata usia 18-24 tahun dapat dikatakan usia muda, informan tersebut mampu dalam
menghadapi resiko yang dihadapi dan dalam pengelolaan saham. Informan
mendapat pengalaman dari pengalaman sendiri dan sharing experience dengan
investor lain untuk mengetahui perusahaan mana yang bagus. Selain itu, pendidikan
formal yang di dapat di kampus dan pendidikan non formal yang didapat saat
seminar oleh informan, hal ini membantu dalam menentukan saham yang akan
dibeli dengan teori-teori yang informan peroleh.
Kata kunci: Invetsasi, Saham, Usia, Pengalaman dan Pendidikan
ix
ABSTRAC
ANALYSIS OF SHARE PURCHASE DECISION-MAKING BASED ON
AGE, EXPERIENCE, AND EDUCATION
(A Case Study on College Students of Brawijaya University)
By:
Nafi Bella Purwitasari
Supervisor:
Noval Adib, S.E., M.Si., Ph.D., Ak.
Investment is one way to gain profit to be used in the future. One of its forms
is investing in the shares of a company. Determining the desired stock to be
purchased requires skills that can be taken from other investors or books. At a young
age, a person has to find as much experience and knowledge as possible to minimize
the high risk of the shares that have been bought. This study uses qualitative
methods for the research, which was designed by conducting interviews involving
ten respondents that consisted of Brawijaya University students. This study aims to
determine how the influence of age, experience, and education of Brawijaya
University students can determine the shares to be purchased to obtain future
profits. The results of this study indicated that overall Brawijaya University
students as respondents with an average age of 18-24 years can be identified as
young adults who are able to deal with the risks and manage the stocks. The
respondents received knowledge from their own experience and by sharing
experience with other investors; this helps them to know which company is
valuable. In addition, formal education acquired from campus and non-formal
education obtained during seminars can help in determining shares with the theories
that they received.
Keywords: Investment, Stock, Age, Experience, and Education
x
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALTAS .................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRAC ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 8
2.1. Theory of Behavioral Finance ........................................................................ 8
2.2. Saham ............................................................................................................ 9
2.2.1. Saham Preferen .................................................................................... 9
2.2.2. Saham Biasa (Common Stock) ........................................................... 10
2.3. Investasi ....................................................................................................... 10
2.3.1. Investasi Langsung .............................................................................. 11
2.3.2. Investasi Tidak Langsung.................................................................... 11
2.3.3. Reksadana............................................................................................ 11
2.3.4. Pasar Modal ......................................................................................... 13
2.3.5. Pasar Uang........................................................................................... 14
2.4. Investor Indonesia ........................................................................................ 14
2.5. Usia .............................................................................................................. 16
xi
2.5.1. Tingkat Pendapatan ............................................................................ 18
2.6. Pengalaman ................................................................................................... 19
2.6.1. Lamanya Mahasiswa Menekuni Investasi di Bidang Saham ............ 19
2.7. Pendidikan .................................................................................................... 20
2.8. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 23
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................. 23
3.2. Sumber Data ................................................................................................. 23
3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 24
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 27
4.1. Kondisi Investor Mahasiswa Universitas Brawijaya .................................... 27
4.2. Profil Singkat Informan ................................................................................ 27
4.3. Pengaruh Usia Mahasiswa Dalam Menentukan Sahan yang Dibeli ............. 31
4.3.1. Pendapat Informan Mengenai Investasi berdasarkan usia .................. 31
4.3.2. Pengelolaan Saham Informan berdasarkan usia .................................. 34
4.3.3. Resiko Pemilihan saham berdasarkan usia.......................................... 38
4.3.4. Relevansi Usia Investor ....................................................................... 42
4.4. Pengaruh Pengalamn Mahasiswa Dalam Menentukan Saham yang Dibeli . 46
4.4.1. Pengalaman Investor ........................................................................... 46
4.4.2. Sharing Experiences ............................................................................ 49
4.5. Pengaruh Pendidikan Mahasiswa Dalam Menentukan Saham yang Dibeli 54
4.5.1. Pendidikan Formal .............................................................................. 54
4.5.2. Pendidikan Non Formal ...................................................................... 57
4.6. Sintesis Hasil Penelitian .................................................................................. 60
BAB V PENUTUPAN .......................................................................................... 63
5.1. kesimpulan .................................................................................................... 63
5.2. keterbatasan Penelitian ................................................................................. 63
5.3. Saran ............................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 67
xii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Gambaran Singkat Informan Penelitian ................................................. 25
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Single Investor identification ............................ 4
Gambar 2.1 Persebaran Investor Domestik ............................................................ 15
Gambar 2.2 Diagram Kepemilikan Obligasi .......................................................... 15
Gambar 2.3 Diagram Kepemilikan Aset Saham .................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian suatu
negara karena pasar modal memiliki dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Pasar modal mempertemukan dua pihak yakni pihak yang kelebihan
dana (investor) dan pihak yang membutuhkn dana (perusahaan) dengan cara
memperjualbelikan sekuritas dan memperoleh imbalan (return) bagi investor.
Investasi merupakan upaya dalam membelanjakan uang pada sesuatu untuk
mendapatkan keuntungan di masa depan (Hartanto, 2015). Manfaat utama dari
investasi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia dan penting
dilakukan untuk jangka panjang khususnya mahasiswa yang masih usia muda.
Investasi semakin diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995
mendefinisikan Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek atau
instrumen yang diperdagangkan dipasar modal adalah saham, obligasi, bukti right,
waran dan derivatif. Perkembangan investasi di pasar modal sudah sangat pesat,
terbukti pada zaman sakarang dunia pasar modal tidak hanya dikenal oleh
masyarakat yang bekerja atau masyarakat dengan kategori umur dewasa tetapi
pasar modal sudah dikenal dikalangan mahasiswa bahkan dikalangan siswa sekolah
Menengah Atas dan siswa Sekolah Menengah Pertama.
2
Kepemimpinan di era Jokowi, kesadaran akan investasi semakin meningkat,
tidak hanya dalam saham tetapi investasi emas, reksadana, dan lainnya. Pegadaian
contohnya, telah menerapkan tabungan emas sebesar lima ribu rupiah. Semua
dipermudah oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat salah
satunya investor retail.
Investasi menargetkan semua kalangan seperti mahasiswa. Tujuannya agar
investasi dikenal msyarakat sejak dini, seperti target pencapaian pemerintah dalam
meningkatkan jumlah investor retail. Hal ini membuat pemeritah bekerjasama
dengan BEI dan universitas untuk memperkenalkan investasi bidang saham.
Dengan memberikan edukasi dan fasilitas bagi mahasiswa berbagi ilmu seperti
adanya mentor di gedung BEI. Alasan pemerintah meningkatkan investor
dikalangan mahasiswa adalah mahasiswa memiliki keingintauan sangat tinggi
untuk belajar suatu hal yang baru dan memiliki jiwa yang berani dalam memulai,
apalagi semua telah diatur aplikasi, tidak hanya dalam perbankan saja. Namun,
mahasiswa sering gegabah dalam hal memilih yang mengakibatkan mahasiswa
Perkembangan teknologi di Indonesia membantu mahasiswa mengatur tujuan
yang lebih terarah dan tertata terutama dalam hal keuangan pribadi. Banyak cara
yang dilakukan mahasiswa dalam mengelola keuangan pribadi antara lain
menabung, berbisnis, dan berinvestasi. Hal ini membuat perusahaan mengubah
metode berinvestasi dengan mudah dan cepat agar menarik investor retail seperti
mahasiswa yakni setiap sekuritas mempunyai aplikasi dalam megoperasikan dan
mengecek mengenai pertumbuhan perusahaan serta kenaikan ataupun penurunan
saham.
3
Universitas Brawijaya memiliki galeri investasi yang terletak di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB). Fakultas tersebut bekerja sama dengan Bursa Efek
Indonesia dan Mandiri Sekuritas sebagai penampung investor retail yang menarget
seluruh mahasiswa Universitas Brawijaya. Di Mandiri Sekuritas terutama yang ada
di Univestas Brawijaya dengan hanya memiliki uang sebesar lima ratus ribu rupiah
dapat membuka rekening. Selain itu, bisa dijadikan tempat belajar investasi bagi
mahasiswa karena setiap tahunnya selalu diadakan seminar mengenai investasi. Di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya pun memiliki mata kuliah
manajemen investasi sebagai dasar teorinya sebelum bisa mempraktekkan dengan
benar.
Di Indonesia, jumlah investor retail semakin banyak. Hal ini dibuktikan
dalam data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pekembangan pasar
modal hingga tahun 2017 yang mencatat jumlah Single Investor Identification
(SID) meningkat 14,7% dari 894.116 pertahun 2016 menjadi 1.025.414 per Juli
2017. Hal ini KSEI mencatat rekor baru dengan jumlah investor pasar modal yang
menembus 1 juta dan jumlah investor terbanyak di pulau Jawa sebesar 77,15%.
Namun, masih ada Single Investor Identification (SID) karena kurangnya ilmu
dalam investasi. Dari segi demografi, profil investor yang tercatat berdasarkan data
KSEI per tanggal 31 Juli 2017 sebagian besar merupakan investor berusia 21-30
tahun dan investor berusia 31-40 tahun, yang masing-masing sebesar 25%. SID
individu didominasi oleh investor dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 59% dan
tercatat sedikit dikalangan mahasiswa. Secara komposisi, sebagian besar investor
Pasar Modal Indonesia merupakan investor perorangan lokal, dengan jumlah
mencapai 993.181 investor atau 96% dari total jumlah investor. Jumlah investor
4
perorangan lokal tersebut mengalami peningkatan sebesar 109% dari 475.112
investor di tahun sebelumnya.
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Single Investor Identification (SID)
Sumber PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (2017)
Dalam penelitian Ilham dan Heri (2015), kualitas informasi dan persepsi
kontrol perilaku dapat mempengaruhi investor dalam pemilihan saham. Dalam
penelitian tersebut, perilaku yang mempengarui investor adalah dukungan modal,
keyakinan diri sendiri dan dukungan teknologi. Keyakinan dan keingingan
masyarakat Indonesia terhadap investasi semakin tinggi, dengan memahami resiko
dan keuntungan investasi membuat masyarakat memilih saham mana yang dibeli
maupun dijual. Dukungan teknologi berperan penting dalam berinvestasi, untuk
melihat keadaan pasar. Target pemerintah adalah investor retail, Bursa Efek
Indonesia bekerja sama dengan universitas untuk membantu mahasiwa yang
memiliki dukungan modal atau dana minim dalam investasi.
Pada penelitian Onsomu (2015) usia investor dibagi menjadi empat yakni, 18-
30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Hal ini dibedakan
5
karena faktor mental disetiap golongan usia berbeda. Mental yang cenderung berani
mengambil risiko merupakan golongan usia 18-30 tahun. Sedangkan mental yang
cukup dan tidak mengambil risiko terlalu banyak pada usai lebih dari 31 tahun.
Menurut pendapat Lewellen, Lease dan Schlarbaum dalam Christanti dan
Linda (2011), bahwa usia, jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan
mempengaruhi pilihan investor memperoleh dividen. Hal ini karena usia investor
yang berbeda dengan pemahaman yang berbeda pula membuat investor membeli
saham yang berbeda menurut pemahaman investor sendiri.
Menurut Alok dalam Cristanti dan Linda (2011), berita dan fortofolio
perusahan menjadi pertimbangan investor untuk mendapatkan pendapatan dalam
jangka panjang. Pendapatan yang diperoleh dari gaji saat bekerja disimpan dengan
cara investasi, untuk memperoleh pendapatan yang lebih di masa depan.
Menurut penelitian khan, et.al (2017), bahwa investor dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi akan mempengaruhi keputusan pembelian saham. Rata-rata
mahasiswa tidak mengerti cara berinvestasi, melihat di sekitar peneliti banyak
mahasiswa kurang memahami dan mencari tau tentang berinvestasi. Dalam hal
bagaimana cara membeli saham yang baik untuk dibeli, hanya sedikit mahasiswa
yang mengetahui. Saham yang Mahasiswa tidak hanya membeli saham dengan
harga murah dan menjual dengan mahal saja tapi juga mempertimbangkan prospek
kedepannya untuk dijadikan investasi jangka panjang. Untuk investasi jangka
panjang dapat menggunakan jasa reksadana, dimana Jasa tersebut membantu
mahasiswa atau investor baru dalam memahami dunia investasi.
6
Usia, pengalaman dan pendidikan mahasiswa mempengaruhi kinerja
seseorang yang berkualitas yang dijelaskan dalam maulia dan Indira (2014).
Pebedaan usia menentukan saham yang akan dibeli. Usia muda bisa saja lebih tinggi
pendidikanya dalam memahami saham, karena Kementrian Pendidikan
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Pengalaman dalam menentukan
saham yang dibeli perlu di akui, semakin sering seseorang mempraktikan maka
akan paham saham mana yang dibeli atau tidak. Pengalaman bisa didapat di usia
muda bahkan usia tua tergantung seseorang memulai mendalami saham dan terjun
langsung dalam membeli saham.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti tentang pengambilan
keputusan pembeln saham berdasarkan usia, pengalaman, dan pendidikan dari para
investor retail khususnya di kalangan mahasiswa dan dari penjabaran latar belakang
ditemukan faktor-faktor dalam melakukan investasi dengan benar. Maka peneliti
bermaksud mengambil judul “Analisis Pegambilan Keputusan Pembelian
Saham Berdasarkan Usia, Pengalaman dan Pendidikan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasahalahan tersebut, maka dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana analisis pengambilan keputusan
pembelian saham berdasarkan usia, pengalaman dan pendidikan mahasiswa?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti ini adalah untuk memahami dan
menggali pengambilan keputusan mahasiswa terhadap pembelian saham
7
berdasarkan usia, pengalaman yang didapat selama melakakukan aktivitas investasi
dan pedidikan yang diperoleh di kampus atau luar kampus.
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini akan diuraikan menjadi dua bagian, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Memberikan bukti secara empiris mengenai Theory of Behavioral Finance
yang membuktikan usia, pengalaman dan pendidikan dalam pengambilan
keputusan pembelian saham.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini terdiri dari manfaat pada penulis, lembaga
pendidikan Perguruan Tinggi di Kota malang, serta masyarakat. Manfaat tersebut
adalah:
1. Penulis, menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian dalam menulis
penelitian ilmiah, serta memperoleh gelar sarjana dan mengetahui fenomena
yang terjadi di lingkungan kampus.
2. Pemerintah, peneltian ini bisa menjadi acuan masa depan yang lebih
memperkenalkan dan memberi edukasi tentang investasi kepada
mahasiswa.
3. Peneliti lain, dari penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai
pedoman dan dasar pertimbanga untuk melakukan penelitian selanjutnya.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Theory of Behavioral Finance
Theory of behavioral finance pertama kali dicetuskan oleh beberapa kali
mengalami perkembangan. Pekembangan tersebut diringkas oleh Ricciardi dan
Simon (2000) memberikan penjelasan tentang krnologis perkembangan behavioral
finance yang membahas emosi dan psikologi investor di pasar keuangan:
1. Tahun 1841, penelitian yang berjudul “Delusions and the Madness Of
Crowds” yang ditulis oleh Charles Mackay menjelaskan tentang
kepanikan yang terjadi di pasar, hal ini merupakan cermin dari aspek
psikologis investor.
2. Tahun 1895, penelitian yang berjudul “ The Crowds: A Studey Of The
Popular Mind” yang ditulis oleh Gustave Le Bon membahas peran
“crowds” yang didefinisikan sebagai investor di pasar dan perilaku
individu yang memcoba mempraktikkan kemampuan di bidang
perilaku keuangan, psikologi sosial, sosiologi dan sejarah.
3. Tahun 1912, G C Selden menerapkan perilaku keuangan dalam
konteks pembahasan psikologi di pasar modal.
Menurut Litner (1998) Behavioral finance merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana manusia menafisirkan dan bereaksi atas informasi
yang ada dalam upaya untuk mengambil keputusan yang dapat memaksimalkan
tingkat pengembalian dengan memperhatikan risiko yang melekat di dalamnya.
Menurut Ricciardi (2000) behavioral finance merupakan suatu disiplin
ilmu yang didalamnya melekat interaksi berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan
9
terus menerus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan
isolasi. Behavioral finance dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku
ekonomi. keterlibatan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat
dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan berinteraksi
melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan
Tujuan dari behavioral finance adalah memahami dan memprediksi
perubahan sistematis pasar keuangan dari sudut pandang psikologi. Walaupun
demikian, Olsen (1998) menekankan bahwa saat ini belum ada teori keuangan
perilaku yang terstruktur, dan sejauh ini yang ditemukan dalam literature adalah
sebatas pada mengidentifikasi aspek-aspek pengambilan keputusan dalam
berinvestasi di pasar.
2.2. Saham
Saham adalah kepemilikan dalam suatu perusahaan yang memiliki wujud
selembar kertas yang berisi kepemilikan yang dibeli oleh seseorang atau badan
(Hartanto, 2015:169). Saham merupakan investasi berjangka panjang dan
memberikan keuntungan bagi investor. Saham memiliki dua jenis saham yaitu
saham preferen dan saham biasa.
2.2.1. Saham Preferen
Saham preferen merupakan sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi
(Hartanto, 2015:169). Pemilik saham preferen lebih di prioritaskan dalam
pembagian dividen dibanding dengan pemegang saham biasa dan hak untuk
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
Menurut Hartanto (2015:169) Karakteristik yang dimiliki oleh saham
preferen sebagai berikut :
10
a. Preferen terhdap Deviden
Hak dalam menerima dividen yang diterima oleh pemegang saham preferan
di prioritaskan dibandingkan dengan saham biasa. Ketika dividen belum
diberikan kepada pemegang saham preferen maka akan menjadi dividen
komulatif yakni penggabungan semua dividen yang belum diberikan.
b. Preferen Pada Waktu Likuidasi.
Hak dalam menenrima aktiva perusahaan terlebih dahulu dari pada saham
lainnya. Aktiva perusahaan yang diterima sebesar nominal saham preferen.
Para investor menganggap karakteristik saham preferen pada waktu likuidasi
ini lebih sedikit risikonya. Namun, jika dibandingkan dengan bond, saham
preferen lebih banyak risikonya.
2.2.2. Saham Biasa (Common Stock)
Perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham yang bentuknya saham
biasa. Hak pemegang saham adalah hak control, hak menerima pembaian
keuntugan dan hak preemptif. Hak control di dalam saham biasa adalah hak
memilih dewan direksi. Hak menerima pembagian keuntungan merupakan
keuntungan yang diterima oleh investor. Sedangkan, hak preemptif merupakan hak
untuk mendapatkan persentasi kepemilikan jika perusahaan mengeluarkan lembar
saham, hal ini untuk melindungi hak control pemegang saham terdahulu dan
melindungi nilai saham.
2.3. Investasi
Investasi merupakan upaya dalam membelanjakan uang pada sesuatu untuk
mendapatkan keuntungan di masa depan (Hartanto, 2015). Tujuan investasi
menurut Halim dalam Kurniawan dan Heru (2014), mendapatkan tingkat
11
pengambalian yang diharapkan meupakan tujuan investasi yang paling utama.
Investor dari usia muda hingga dewasa mengharapkan tingkat pengembalian yang
tinggi. Pada dasarnya investasi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu investasi
langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung merupakaan pembelian
dari perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sedangkan
investasi tidak langsung merupakan pembeliaan surat berharga dari perusahaan
investasi reksadana dan pasar uang.
2.3.1. Investasi langsung
Di dalam investasi langsung, investor dapat memebeli aktiva keuangan yang
diperjual belikan di pasar uang, pasar modal atau pasar turunan. Namun, investor
juga dapat membeli aktiva keuangan yang tidak dijual belikan. Aktiva yang
diperjual belikan di pasar uang yang memiliki risiko gagal kecil dan jangka pendek
dengan tingkat pengembalian tinggi, contohnya treasury-bill dan sertifikat
deposito. Sedangkan pasar modal untuk yang jangka panjang seperti surat berharga
dan saham.
2.3.2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung merupakakn kegiatan investasi namun investor tidak
terlibat langsung dalam dan investasi ini berupa sahamdan obliasi. Investasi ini
berjangka pendek karena mereka dapat menjual ketika harga saham tinggi atau pada
waktu fluktuasi harga saham dan mata uang yang akan diperjualbelikan.
2.3.3. Reksadana
Reksadana merupakan jasa untuk membantu investor melakukan investasi
tanpa harus melakukan keterlibatan dalam analisis pasar modal (Tavinaya dan
Yulia, 2013). Bentuk reksadana terbagi menjadi dua, yakni perseroan dan kontrak
12
investasi kolektif. Reksadana bentuk perseroan adalah perusahaan yang jenis
usahanya menghimpun dana dan menjual saham, terdapat manajer yang
menganalisis fortofolio perushaan yang selanjutnya hasil dari pejualan saham
berupa dana di investasikan pada jenis efek yang ada di pasar modal dan pasar uang.
Reksadana bentuk perseroan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengelolaan kekayaan berdasarkan kontrak antara direksi perusahaan dan
manajer investasi.
b. Memiliki bentuk hukum yaitu perseroan terbatas.
c. Penyimpanan kekayaan berdasarkkan kontrak antara manajer dan bank
kustodian.
Reksadana bentuk kontrak investasi kolektif merupakan reksadana yang
banyak ditemui di masyarakat. Reksadana ini memliki manajer investasi dan bank
kustodian masing-masing dalam penjagaan aset investor. Reksadana bentuk
kontrak investasi kolektif tidak menerbitkan saham melainkan melalui unit
penyertaan sampai jumlahnya sesuai kontrak dan mendaapatkan konfirmasi dari
bank kustodian. Ciri-ciri reksadana bentuk konrak investasi kolektif, yaitu:
a. Memiliki bentuk hukum yaitu kontrak investasi kolektif.
b. Pengelolahnya adalah manajer investasi berdasarkan kontrak.
c. Penyimpan kekayaan berdasarkan kontrak oleh bank kustodian.
Secara keseluruahan reksadana memiliki manfaat bagi investor, yaitu
a. Mempermudah investor melakukan investasi.
b. Memperkecil risiko.
c. Biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan efisien.
d. Dana investor dikelola oleh professional atau oleh manajer investor.
13
e. Menyediakan pilihan investaasi bagi setiap reksanada.
f. Meningkatkan transaksi perdagangan di bursa efek.
Melalui Pasar Modal Indonesia, reksadana menawarkan beberapa jenis yaitu
a. Reksadana Pasar Uang
Jenis reksadana ini hanya melakukan investasi yang jangka waktunya
dibawah satu tahun dan memiliki tingkat risiko lebih rendah dari yang lain.
Produk yang di keluarkan bebentuk sertifikat seperti Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar uang (SBPU), Sertifikat Deposito dan
Surat Pengakuan Utang.
b. Reksadana Saham
Merupakan investasi pada aset yang bersifat saham, minimal 80 persen dan
memiliki risiko yang paling tinggi dari yang lain karena berfluktuasi. Namun,
reksadana memberikan keuntungan bagi investor pada jangka panjang.
c. Reksadana Pendapatan Tetap (Fix Income)
Merupakan investasi pada aset yang bersifat utang (obligasi), minimal 80
persen dan memiliki risiko lebih tinggi dari reksadana pasar. Namun, tinkat
pengembalian uang sangat stabil.
d. Reksadana Campuran (balance fund)
Reksadana ini adalah campuran dari reksadana pendapatan tetap dan
reksadana saham dengan memiliki risiko yang moderat.
2.3.4. Pasar Modal
Pasar modal merupakan bertemunya penjual dan pembeli dalam pembelian
modal untuk bebisnis (Kurniawan dan Heru, 2014). Pasar modal yang ada di
Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pasar modal
14
menjual obligasi, saham, reksadana dan sertifikat right. Tujuan pasar modal adalah
memobilisasi dana dan memperluas distribusi kepemilikan saham.
2.3.5. Pasar Uang
Dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya antara pemilik dana dan
pembeli untuk transaksi pembelian surat berharga jangka pendek. Pasar uang ini
memliki keamanan dana kemudahan bagi peggunanya karena berjangka pendek dan
mudah dirubah dalam bentuk kas atau bank.
2.4. Investor Indonesia
Di Indonesia, jumlah investor retail semakin banyak. Hal ini dibuktikan
dalam data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pekembangan pasar
modal hingga tahun 2017 yang mencatat jumlah Single Investor Identification
(SID) meningkat 14,7% dari 894.116 pertahun 2016 menjadi 1.025.414 per Juli
2017. Hal ini KSEI mencatat rekor baru dengan jumlah investor pasar modal yang
menembus 1 juta dan jumlah investor terbanyak di pulau Jawa sebesar 77,15%. Dari
segi demografi, profil investor yang tercatat berdasarkan data KSEI per tanggal 31
Juli 2017 sebagian besar merupakan investor berusia 21 - 30 tahun dan investor
berusia 31 - 40 tahun, yang masing-masing sebesar 25%. SID individu didominasi
oleh investor dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 59%. Secara komposisi,
sebagian besar investor Pasar Modal Indonesia merupakan investor perorangan
lokal, dengan jumlah mencapai 993.181 investor atau 96% dari total jumlah
investor. Jumlah investor perorangan lokal tersebut mengalami peningkatan sebesar
109% dari 475.112 investor di tahun sebelumnya.
15
Gambar 2.1 Persebaran Investor Domestik
Sumber: http://www.ksei.co.id/
Perbandingan antara investor asing dengan investor lokal sangat jauh, karena
investor lokal mendominasi dari sisi kepemilikan. Investor lokal mendominasi
dengan 52,65% dbandingkan degan nvestor asing 47,35%. Namun, kepemilikan
obligasi investor lokal pada tahun 2016 ke 2017 mengalami penurunan sebesar 1%
yang mulanya 93% menjadi 92%.
Gambar 2.2 Diagram Kepemilikan Obligasi
Sumber: http://www.ksei.co.id/
Sedangakan pebandingan aset saham yang tercatat pada C-BEST pada tanggal 31
juli 2017di dominasi oleh investor asing. Pada tahun 2016 kepemilikan investor
asing sebesar 64% dan investor lokal sebesar 36%. Sedangkan pada tahun 2017
investor lokal memiliki saham 47% dan investor asing sebesar 53%. Dapat dilihat
16
dari gambar 2.3 bahwa investor asing mengalami penurunan pada tahun 2016 ke
2017 sebesar 11%.
Gambar 2.3 Diagram kepemilikan Aset Saham
Sumber: http://www.ksei.co.id/
2.5. Usia
Usia menurut Maulia dan Indira (2014) didefinisikan sebagai pengukur
rentang kehidupan lamanya hidup dengan tahun. Usia 18 sampai 40 tahun disebut
usia awal dewasa yaitu masa seseorang memulai menata kehidupan dan mulai
mencoba hal baru untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Pada fase ini, dilihat
dari emosional dan keuangan, sebagian besar mahasiswa masih bergantung pada
orang tua. Menurut Levinson dalam Fitriantoro (2009), semakin lama bergantung
pada orang tua mengakibatkan sering gagal dalam karirnya. Usia 41 sampai 60
tahun disebut usia madya dewasa yaitu masa seseorang menikmati kepuasan dari
hasil kerjanya dan fase menurunnya fisik seseseorang. Usia lebih dari 60 tahun
disebut dewasa.
Pada penelitian Onsomu (2015) usia investor dibagi menjadi empat yakni, 18-
30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Dalam penelitian
tersebut, mencari informasi tentang perusahaan untuk memilih saham yang dibeli,
setiap golongan usia berbeda. Investor yang memiliki umur 18-30 tahun, sebagian
besar mencari informasi lebih dulu untuk memastikan perusahaan tersebut memiliki
prospek yang bagus untuk kedepannya. Pada usia 31-40 tahun, investor sudah
17
memiliki pengalaman dalam memilih saham yang dibeli, tanpa melihat perusahaan
tersebut masuk dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) atau tidak. Namun, investor pada
fase ini masih melihat informasi terkait perusahaan. Mayoritas investor di fase ini
memilih investasi di bidang telekomunikasi selain itu pada bidang perbankan,
energi, komersial dan lain-lain. Usia 41-50 tahun, mayoritas investor lebih berani
dalam membeli terbukti dalam penelitian Onsomu (2015), investor membeli saham
lebih dari satu dan memiliki informasi lebih dalam mempertimbangkan saham yang
dibeli. Sedangkan usia lebih dari 50 tahun memiliki saham lebih dari satu. Hal ini,
karena pada usia ini mayoritas investor memulai sejak usia muda dan menekuni
bidang investasi hingga usia lebh dari 50 tahun. Informasi yang dicari investor pada
fase ini tidak banyak, karena mayoritas mereka sudah memiliki saham dan
pengalaman yang lebih.
Menurut pendapat Lewellen, Lease dan Schlarbaum dalam Christanti dan
Linda (2011), bahwa usia, jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan
mempengaruhi pilihan investor memperoleh dividen. Hal ini karena usia investor
yang berbeda dengan pemahaman yang berbeda pula membuat investor membeli
saham yang berbeda menurut pemahaman investor sendiri.
Sedangkan Warren dkk dalam Christanti dan Linda (2011), bahwa selain dari
usia investor, pengaruh gaya hidup dan karakteristik demografi memperngaruhi
saham yang akan dibeli untuk mendpatkan dividen. Usia memang menjadi faktor
utama seseorang membeli saham, namun dengan usia yang berbeda gaya hidup
yang dihasilkan investor juga berbeda. Utamanya investor yang berusia 18 sampai
22 tahun yang rata-rata mahasiswa, investor kalangan ini lebih memilih menabung
berupa investasi untuk jangka panjang.
18
Dari hasil analisis dari penelitian Cristanti dan Linda (2011), rata-rata
responden berusia 25 sampai 29 tahun usia yang produkif dalam melakukan
apapun, seperti bekerja, pengembangan karir dan urusan keluarga. Usaha
mengumpulkan uang sebanyak mungkin ini untuk keperluan pada hari tua mereka.
Menurut Kurniawan dan Heru (2014), semakin tinggi tingkat risiko yang
diambil investor maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan
investor. Usia muda lebih memilih untuk mengambil risiko tinggi untuk
mendapatkan tingkat pengembalian, sedangkan usia lebih tua lebih berhati-hati
dalam melakukan pembelian saham. Risiko yang yang diambil dapat berupa
membeli saham dengan jumlah banyak tanpa melihat latar belakang perusaaan.
2.5.1. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
Seseorang memperoleh pendapat dari gaji saat bekerja di sebuah perusaan atau
keuntungan dari bisnis. Selain dari gaji dan bisnis, cara menambah penghasilan
dengan cara melakukan investasi (Zaniarti, et.al, 2017). Pendapatan
Menurut Alok dalam Cristanti dan Linda (2011), berita dan fortofolio
perusahan menjadi pertimbangan investor untuk mendapatkan pendapatan dalam
jangka panjang. Pendapatan yang diperoleh dari gaji saat bekerja disimpan dengan
cara investasi, untuk memperoleh pendapatan yang lebih di masa depan. Pendaatan
yang diterima investor dalam jangka panjang adalah Capital gain, capital loss atau
dividen. Capital gain merupakan selisih dari harga beli dan harga jual ketika
investor menjual saham dengan harg lebih tinggi dari harga beli sedangkan capital
loss sebaliknya. Dividen merupakan pendapatan investor daam bentuk saham.
19
2.6. Pengalaman
Pengalaman di definisikan sebagai proses pembelajaran dalam mempraktikan
pendidikan formal secara nyata (Ranupandojo dan Suad, 1984:71). Pengalaman
tidak hanya di dapat dalam dunia kerja saja, namun pengalaman didapat secara tidak
langsung seperti membaca. Pengalaman yang sudah didapat akan membantu
seseorang dalam menangani pekerjaan, terutama dalam pekerjaan yang memiliki
kesulitan dan membutuhkan keahlian khusus.
Menurut Septyanto (2013), bahwa pengaruh pengambilan keputusan investor
dipengaruhi oleh teman, anggota keluarga, atasan dan pengalaman individu.
pengalaman tidak hanya dari individu saja, namun pengalaman dari orang lain dapat
mempengaruh perubahan keputasan investor membeli saham.
Memiliki pengalaman yang cukup akan unggul dalam mendeteksi kesalahan
dan mencari penyebab munculnya kesalahan dalam waktu singkat. Banyak
pendapat yang menyatakan bahwa semakin banyaknya seseorang mencoba sesuatu
maka semakin berpengalaman orang tersebut. Sehingga semakin banyak investor
mencoba membeli saham akan semakin berpengalaman. Pengalaman dapat dicari
2.6.1. Lamanya Mahasiswa Menekuni Investasi di Bidang Saham
Faktor ini merupakan pendukung pertimbangan investor dalam membeli
saham. Hal ini dibuktikan dalam penelitan Christanti dan Linda (2011), tahap awal
pengenalan dan pengembangan investasi rata-rata 1 sampai 3 tahun. Pengenalan
dalam memilih saham, kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham
membantu dalam melakukan investasi di kemudian hari.
20
2.7. Pendidikan
Warga negara mempunyai hak dalam memperoleh pendidikan yang bermutu
menurut UU Nomor 20 tahun 2013. Pendidikan adalah proses perkembangan
seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang akan di praktikkan dalam
kesehariannya (Good, Carter V,1977). Pendidikan membantu masayarakat dalam
memahami dan memecahkan sebuah masalah yang dihadapi. Di tahun 2018
Pemerintah Indonesia terus memperbaiki sektor pendidikan, agar sumber daya
manusia tetap bisa bersaing dengan negara maju lainnya. Semakin tinggi tingkat
penghasilan seseorang maka semakin tinggi penghasilan yang diterima individu.
Hal ini berpengaruh pada kemampuan seseorang yang meningkat dalam memahami
bidang saham.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diperoleh warga negara
secara teratur, sistematis dan mengituti hukum yang berlaku. Jenjang pendidikan
formal dibedakan menjadi empat yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan tambahan bagi warga negara
yang memerlukan layanan pendidikan. Pendidikan nonformal befungsi sebagai
penambaah, pengganti dan pelengkap dalam mendukun pendidikan formal.
Menurut penelitian khan, et.al (2017), bahwa investor dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi akan mempengaruhi keputusan pembelian saham.
Pendidikan membantu investor dalam memahami bidang saham dan risiko saham.
Mempertimbangkan investasi dalam jangka panjang untuk mendapatkan tingkat
pengembalian. Pendidikan di negara maju berbeda dengan negara berkembang, hal
ini mempengaruhi keputusan saham yang dibeli.
21
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai usia, pengalaman dan pendidikan mahasiswa telah
banyak diakukan sebelumnya dengan variabel lain yang berbeda, hal ini digunakan
sebagai acuan dan dasar. Penelitian yang relevan dengan pembahasan yang sesuai
merupakan salah satu pendukung meurut peneliti. Penelitian yang terkait keputusan
pembelian saham dan teori yang terkait menjadi focus penelitian. Oleh karena itu,
peneliti melakukan pemilihan penelitian terdahul dalam skripsi dan jurnal-jurnal.
Pertama, Onsumu (2015) mencoba membagi usia investor menjadi beberapa
kategori dan setiap kategori memiliki standart dalam memilih saham yang akan
dibeli. Penelitian tersebut menjelaskan tujuan dari hubungan antar usia investor di
Nairo Securities Exchange tepatnya di Kenya dengan variabel yakni
Overconfidence bias, Representativeness bias, Confirmation bias, dan Disposition
effect. Hasil dari penenlitian tersebut menunjukkan usia investor dipengaruhi oleh
demografis mahasiswa sehingga akan mempengaruhi pengamabilan keputusan
pembelian saham.
Kedua, Khan, et.al (2017) mengenai survey menunjukkan hasil keputusan
investor dalam memilih saham dipengaruhi oleh Anchoring and adjustment,
Representativeness dan availability. Penelitian ini mempertimbangkan faktor-
faktor demografis seperti pendapatan, pendidikan dan pengalaman investor.
Ketiga, Septyanto (2013) menguji manfaat investasi dalam laporan keuangan
dan norma subjektif untuk memaksimalkan utilitas dalam proses pengamilan
keputusan investasi. Data yang di kumpulkan menggunakan metode survei dengan
menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menujukkan bahwa informasi keuangan
22
tidak mempengaruhi niat investasi dan rivisi keyakinan. Sedangkan, norma
subyekif berpengaruh terhadap niat investasi dan revisi keyakinan. Revisi
keyakinan berpengaruh terhadap niat investasi.
Keempat, Christanti dan Linda (2011) menguji tujuh faktor yang menjadi
pertimbanngan keputusan investor dan perilaku investor dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neutral
information, accounting information dan aspek demografi mempengaruhi
keputusan investor. Asek demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan dan
pengalaman investor.
Kelima, Sri Zaniarti, et.al (2017), tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh fakor pengambilan keputusan dengan keputusan investasi dan variabel
yang di gunakan adalah faktor fundamental, faktor analisis teknikal, pengalaman
berinvestasi dan usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental
berpegaruh terhadap keputusan investor, sedangkan pengalaman dan umur tidak
berpengaruh dalam trading. Faktor analisi teknikal mendasari keputusan investor.
23
BAB III
METODE PENENLITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan penelitian
Metode penelitian ini menggunakan jenis kualitatif merupakan suatu
penelitian yang manganalisis perilaku subjek dari penelitian tersebut misalnya
perilaku dan persepsi (Moleong, 2009:6). Teknik penelitian menurut Moleong
(2009: 157) merupakan unsur terpenting dari penelitian. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peneliian kualitatif. Penelitian ini
mengambarkan objek penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, mengolah dan menyajikan.
Pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif. Menurut Moleong (2009:11) pedekatan deskriptif adalah laporan
penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran pada
laporan tersebut yang berasal dar naskah wawancara,catatan lapangan, foto,
dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi. Penelitian ini sesuai
dengan definisi deskriptif yakni untuk melakukan analisis mengenai pengaruh usia,
pengalaman dan pendidikan mahasiwa Universitas Brawijaya dalam menentukan
saham yang dibeli. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat
menggambarkan usia, pengalaman dan pendidikan berpengaruh pada saham yang
akan dibeli.
3.2. Sumber Data
Sumber data yang dignakan adalah sumber data primer. Sumber data primer
merupakan sumber yang diperoleh dari sumber pertama hasil wawancara
24
(Moleong, 2009:38). Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara kepada narasumber yang terpilih. Data yang diperoleh dari
wawancara ini merupakan informasi secara langsung yang kemudian di susun dan
ditarik kesimpulan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara merupakan percakapan minimal dua individu yang perannya
sebagai pewawancara dan terwawancara. Pewawancara yang dimaksud adalah
peneliti sedangkan terwawancara adalah narasumber (Moleong, 2009: 186).
Wawancara dilakukan secara langsung dan ada juga wawancara melalui telepon.
Wawancara yang menggunakan telepon ketika narasumber berada diluar kota, hal
ini lebih efisien dibandingkan peneliti datang ke tempat narasumber. Wawancara
secara langsung biasanya si narasumber dilingkungan dan di lokasai yang dapat
terjangkau oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan peneliti ini secara langsung
karena lingkup penelitian pada mahasiswa Universitas Brawijaya dan lokasi mudah
terjangkau. Metode pengumpulan data dilkukan dengan tanya jawab kepada
mahasiswa Universitas Brawijaya yang sudah mempunyai saham.
Jenis-jenis wawancara menurut Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233),
terdapat tiga yakni wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan teknik wawancara
yang peneliti mengetahui pasti informannya. Oleh karena itu, peneliti
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulit yang kemudian ditanyakan kepada
informan dan setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Wawancara semi
terstruktur merupakan teknik wawancara yang lebih bebas daripada wawancara
semi terstruktur. Teknik ini menggali tentang pendapat informan tentang topik.
25
Wawancara tidak terstruktur merupakan teknik wawancara yang bebas dan tidak
berpedoman pada wawancara yang tersusun secara sistematis. Tujuan wawancara
ini hanya melihat gari besar pemasalahan yang dipertanyakan.
Informan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas Brawijaya yang memiliki investasi. Informan dipilih berdasarkan
investasi pada bidang saham. Peneliti dengan informan sepakat tidak menyebutkan
nama asli dengan mengubah nama menjadi informan 1 hingga informan 10, erikut
kualifikasi informan berdasarkan kualifikasi informan dalam penelitian ini:
Table 3.1
Gambaran Singkat Informan Penelitian
Nama Jurusan Angkatan
Informan 1 FEB 2014
Informan 2 FEB 2014
Informan 3 FEB 2014
Informan 4 FEB 2014
Informan 5 FEB 2015
Informan 6 FEB 2015
Informan 7 FIA 2015
Informan 8 FTP 2014
Informan 9 FT 2014
Informan 10 FIA 2016
Sumber: Data Primer
Jenis wawancara penelitian ini termasuk wawancara semi terstruktur.
Wawancara tersebut didasarkan pada suatu daftar pertanyaan yang telah disusun
secara terstruktur sebelumnya oleh peneliti, tetapi peneliti menyediakan tempat
bagi variasi jawaban yang akan disampaikan oleh informan.
3.4. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan analisis data yakni reduksi data, penyajian data dan
menarik kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16). Reduksi data
adalah proses pemilihan, penyerderhanaan, pengabtraksian dan pengubah data yang
26
masih kasar. Penyajian data merupakan sekumpuln data yang telah disajikan secara
tersusun. Menarik kesimpulan/verifikasi adalah tahapan terakhir dari teknik analisis
data untuk menarik kesimpulan.
Tahapan penelitian dimulai dengan tahapan reduksi data, dengan cara
mengumpulkan data yang berkiatan dengan jumalah investasi mahasiswa
Unversitas Brawijaya. Kemudiian peneliti berfokus menganaliis data pada
pengambilan keputusan mahasiswa Universitas Brawijaya itu sendiri, sekaligus
mencari informasi dari informan menggunakan praktik wawancara seara semi
terstruktur. Selanjutya pada tahap analisis data, analisis berkaitan dengan saran atas
adanya pegambilan keputusan mahasiswa berdasarkan usia, pengalaman dan
pendidikan.
Analisis terkait pengambilan keputusan tak luput dari beberapa faktor yang
mempengaruhi mahasiswa dalam membeli saham, peneliti membagi menjadi tiga
aspek, yaitu usia, pengalaman dan pendidikan. Berkaitan dengan dampak dampak
keputusan akan tercipta pemahaman dalam membeli saham setelah adanya analisis
terhadap pengambilan keputusan yang akan digali berdasarkan tiga aspek tersebut.
Tahap terakhir pada penelitian ini adalah proses penarikan kesimpulan.
Peneliti membuat sebuah kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan
sesuai urutan untuk mengetahui pengambilan keputusan dari sudut pandang
mahasiswa khususnya yang memiliki saham.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Investor Mahasiswa Universitas Brawijaya
Perkembangan pendidikan di Indonesia sangat baik kushusnya dalam hal
investasi, hal ini menjadikan sumber daya manusia Indonesia lebih berkompeten
dan dapat bersaing di dunia khususnya mahasiswa Universitas Brawijaya.
Mahasiswa yang memiliki saham di Universitas Brawijaya tidak terlalu banyak. hal
ini karena mata kuliah tentang investasi tidak semua ada di setiap fakultas. Peneliti
mengatahui bahwa fakultas yang memiliki mata kuliah tentang investasi adalah
Fakultas Ilmu Administrasi dan Fekultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Brawijaya adalah satu lembaga yang memiliki fasilitas Galeri
Investasi yang membantu mahasiswa dalam melakukan investasi dengan mudah
karena Galeri Investasi bekerjasama dengan Mandiri Sekuritas. Dengan adanya
Galeri Investasi mahasiswa dapat berbagi ilmu dengan pengurusnya atau mentor.
Tidak hanya mahasiswa Universitas Brawijaya, Galeri Investasi menerima dan
membatu masyarakat umum untuk melakukan aktivitas investasi bidang saham.
Galeri investasi terletak di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, letaknya sangat
strategis. Mampu menjangkau seluruh mahasiswa yang ada di Universitas
Brawijaya. Galeri investasi memfokuskan mahasiswa Fakutas Ekonomi dan Bisnis
untuk bergabung karena mata kuliah FEB mencakup dasar-dasar teori investasi.
4.2. Profil Singkat Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh (10) orang yang merupakan
mahasiswa Universitas Brawijaya. Peneliti dengan informan sepakat tidak
menyebutkan nama asli dengan mengubah nama menjadi informan 1 hingga
28
informan 10, berikut profil singkat dan beberapa alasan peneliti dalam menentukan
responden yang terkait:
1. Informan 1
Informan 1 merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada
semester akhir yang berasal dari Mojokerto. Informan 1 merupakan
mahasiswa angkatan 2014 yang sangat aktif di bidangnya yakni investasi
bidang saham. Peneliti memilih Informan 1 sebagai informan karena
salah satu mahasiwa perempuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang aktif
dan mahir dalam bidang saham. Menekuni dunia saham kurang lebih 2,5
tahun. Informan 1 tidak bergabung dalam organisasi investasi di dalam
maupun diluar Universitas Brawijaya.
2. Informan 2
Salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2014.
Informan 2 berada di semester akhir namun masih aktif dalam investasi
bidang saham dan beberapa bidang lainnya. Menekuni dunia saham
kurang lebih 3 tahun. Peneliti memilih Informan 2 sebagai informan
karena salah satu mahasiswa laki-laki Fakultas Ekonomi dan Bisni yang
aktif dan mahir dalam investasi. Informan 2 tidak bergabung dalam
organisasi investasi didalam maupun diluar Universitas Brawijaya.
3. Informan 3
Informan 3 merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
angkatan 2014. Peneliti memilih Informan 3 sebagai informan karena
selain salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dia berada di
semester akhir dan bekerja sebagai maketing salah satu perusahaan
29
sekuritas di malang. Menekuni dunia saham sejak dibangku SMA
kuranglebih 6 tahun. Hal ini menjadikan informan yang paling
berpengalaman.
4. Informan 4
Informan 4 adalah salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
angkatan 2014 yang aktif dalam investasi. Peneliti memilih informan 4
sebagai salah satu informan karena informan 4 anggota salah satu
anggota pengurus Galeri Investasi. Mengenal investasi sejak bergabung
menjadi pengurus GI pada semester 2 dan pernah berhenti juga menjadi
investor namun kembali lagi.
5. Informan 5
Informan 5 merupakan ketua Galeri Investasi hal ini membuat Informan
5 mengetahui perkembangan investasi sektor saham. Informan 5 adalah
salah satu mahasiswa Fakults Ekonomi dan Bisnis angkatan 2015 yang
sedang menempuh KKNP di salah satu kantor bagian rektorat
Universitas Brawijaya.
6. Informan 6
Informan 6 adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan
2015 yang bergabung menjadi anggota pengurus Galeri Investasi
Universitas Brawijaya. Peneliti memilih Informan 6 karena sudah lama
terjun di dunia saham.
7. Informan 7
Informan 7 merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi angkatan
2015. Peneliti mengetahui Informan 7 ini dari salah satu teman peneliti.
30
Informan 7 terkadang di panggil dalam seminar yang temanya
pengalaman menekuni bidang saham. Menekuni dunia saham kurang
lebih 3 tahun.
8. Informan 8
Informan 8 merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Teknik Pertanian
angkatan 2014. Informan 8 berada di semester akhir perkuliaahannya,
selain itu juga bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Peneliti memilih
Informan 8 karena dapat membagi uang yang dia dapat untuk saham dan
keperluan sehari-hari. Menekuni dunia saham kurang lebih 2 tahun. Hal
ini, memperkuat jika saham ini penting bagi mahasiswa untuk menabung
di masa depan.
9. Informan 9
Informan 9 merupakan mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2014.
Peneliti mengenal Informan 9 dari salah satu teman penelti. Informan 9
berada di semester akhir dimana waktu kuliah hanya erfokus pada skripsi
dan memiliki waktu luang dalam kegiatan investasi bidang bisnis.
Menekuni dunia saham kurang lebih 2 tahun. Peneliti memilih Informan
9 karena di Fakultas teknik tidak ada mata kulih tentang Manajemen
Investasi. Hal ini akan memperkuat jawaban informan.
10. Informan 10
Informan 10 merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi angkatan
2016. Informan 10 sedang menempuh kuliah semester 5 dimana mata
kuliah yang informan ambil cukup banyak. peneliti memilih Informan 10
sebagai informan karena diusianya yang muda sudah memiliki saham
31
dan memiliki cukup pengalaman dalam bermain saham. Menekuni dunia
saham kurang lebih 7 tahun.
Keterangan diatas menunjukkan terdapat perbedaan fakultas informan, hal ini
sama seperti penelitian Zaniarti, dkk (2017) menyatakan bahwa responden
terbanyak pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Fakultas Ekonomi dan Bisni
Universitas Brawijaya memiliki mata kuliah manajemen invetasi.
4.3. Pengaruh Usia Mahasiswa Dalam Menentukan Saham yang Dibeli
Mengenal dan mengetahui usia informan merupakan tahap awal dalam
penulisan. Peneliti memilih beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya yang
berinvestasi dibidang saham. Informan yang terpilih berusia sekitar 18-30 tahun
seperti pada pembagian usia menurut Onsomu (2015). Onsomu (2015) menyatakan
pada usia 18-30 tahun memilih mencari informasi lebih dulu untuk memastikan
perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus untuk kedepannya.
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usia
Mahasiswa Universitas Brwaijaya mempengaruhi dalam menentukan saham yang
dibeli. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing faktor
4.3.1. Pendapat Informan Mengenai Investasi Berdasarkan Usia
Keputusan mahasiswa untuk terjun di dunia investasi cukup sulit karena usia
yang masih muda untuk memahami dunia investasi. Namun, invetasi juga di
perlukan di zaman milenial ini, anak muda harus bisa hidup mandiri dengan sedikit
bantuan orang tua. Menurut Hartanto (2015) bahwa ketika membelanjakan uang
untuk mendapatkan keuntungan di masa depan merupakan suatu upaya sesorang
melakukan kegitan investasi. Hal ini membuat sesorang perlu akan investasi karena
mempertibangkan masa depan mereka. Dalam penggalian informasi yang
32
dilakukan peneliti, saham dijadikan informan sebagai alat untuk menabung dan
untuk masa depan. Hal ini sesuai dengan hasil Christanti dan Linda (2011), bahwa
usia 20 tahun keatas merupakan usia produktif dan fase pengembangan karir seperti
bekerja dan menghasilkan uang sebanyak mungkin untuk digunkan pada saat
mereka pensiun. Salah satu informan, Informan 8 memberikan jawabannya:
“Tujuan investasi untuk mandiri financial dan masa depan karena kita
tidak selamanya di usia produktif dan memasuki masa pensiun.
Melakukan investasi bagi saya saat ini agar bisa mandiri financial dari
saham, treding saham dan reksadana. Dan ketika masuk masa pensiun
saya akan mendapatkan hasil investasi.”
Mahasiswa dengan usianya masih belasan tahun dengan pola pikir cepat tanpa
melihat risiko yang ada. Mahasiswa beranggapan dengan mendapat penghasilan
tanpa harus bekerja, membuat mereka memilih berinvestasi di bidang saham.
Seperti jawaban dari informan 2 memberikan jawaban sebagai berikut:
“Sangat bagus untuk anak muda. Segala ilmu tentang isvestasi perlu
ditanamkan pada anak muda karena bermanfaat dimasa depan.
Manfaat investasi bagi anak muda adalah menambah uang mereka
walaupun kita tidak bekerja. Tanpa melakukan sesuatu apapun tetap
menghasilkan dan menambah uang kita.”
Pendapat mengenai penambahan uang dari hasil investasi juga di nyatakan
oleh Informan 5, yakni:
“berinvestasi di usia sekanang sangat penting karena menambah uang
saku bagi saya.”
Penambahan penhasilan bagi investor dirasakan juga oleh informan 7 pada
saat lulus dan belum memiliki pekerjaan dalam waktu singkat. Informan 7
menyatakan:
“investasi diusia saya sekarang, sangat perlu karena untuk menambah
penghasilan. Setelah saya lulus dan mencoba mencari kerja di zaman
sekarang yang terbilang sulit, belum tentu saya mendapatkan kerja di
waktu yang singkat. Hal ini, menjadikan investasi sebagai penambah
33
penghasilan saya. Di sisi lain mengajarkan saya bagaimana
memanajemmen keuangan dengan baik.”
Pendapat Informan 6 dan Informan 10 mengkaitkan dengan pendidikan yang
dia dapat. Informan 6 menyatakan:
“Di usia saya sekarang memiliki modal yang terbatas dari tabungan
saya dan saya belum memiliki penghasilan sendiri. Jadi saya hanya
untung sedikit tidak terlalu banyak, hal ini saya jadikan sebagai
penghasilan sampingan. Namun, pengalaman yang didapat dari
investasi sangat banyak. Mulai dari akuntansi, manajemen, ilmu
ekonomi, makro dan mikro terpakai.”
Dan Informan 10 Menyatakan sebagai berikut:
“investasi pada usia 21 bagi mahasiswa menjadi hal yang baru. Saya
di ajarin mengatur keuangan dan bagaimana cara berinvestasi baik
dan benar. Saya Fakutas Ilmu Administrasi yang jurusanya
Administrasi Bisnis, pasti berhubungan dengan pasar modal. Hal ini
memberikan manfaat bagi saya yang berinvestasi diusia muda.”
Keputusan mereka melakukan investasi dalam bidang saham memang sangat
berani untuk anak muda di usia 18-24 tahun. Usia muda merupakan usia yang
produktif dimana seseorang dengan mudah memilih tanpa melihat risiko yang ada.
Namun, di sisi lain beberapa mahasiswa merasa mengenal investasi bidang saham.
Saham di zaman sekarang sangat mudah untuk dipelajari. Fasilitas yang
mendudukung, membuat mahasiswa lebih cepat mengenal dan memahami pasar
modal dan investasi. Informan 1 yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi
menyesali hal itu, dan sebagai berikut jawabannya:
“Bagus tapi sedikit penyesalan bagi saya karena tidak memulai dari
awal. Saya ingin anak-anak yang baru masuk kuliah dan siswa yang
memnduduki sekolah menengah keatas memiliki pengetahuan pasar
moda cukup. Investasi pasar modal itu sangat bagus karena selain
menambah penghasilan juga dapat belajar hal lain dan menurut saya
beajar saham itu sedini mungkin.”
Hal lain juga dirasakan informan 4, yakni:
34
“karena saya memulai investasi pada semester 4 dan usia saya 19
tahun, menurut saya sangat terlambat. Seharusnya ilmu investasi di
terapkan pada anak SMA.”
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Universitas Brawijaya yang memiliki saham rata-rata menyatakan pentingnya
berinvestasi di dunia saham. Penting untuk melatih kemandirian dalam hal
menambah penghasilan, menambah ilmu pengetahuan dan melatih manajemen
waktu. Mahasiswa yang memiliki saham mendapat dampak positif secara langsung
maupun tidak langsung dapat dilihat dari hasil penelitian diatas. Dengan usia yang
masih muda membuat kesempatan mahasiswa berinvestasi untuk menghasilkan
uang sendiri, hal ini seperti pendapat Halim dalam Kurniawan dan Heru (2014).
Pendapat lain diungkapkan oleh Cristanti dan Linda (2011), bahwa
perkembangan investasi berpengaruh dalam pengambilan keputusan seseorang
untuk investasi. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana keputusan dapat
meningkatkan kekayaan dan motivasi dalam diri sendiri. Gaya hidup seseorang
memperngaruhi keputusan mereka dalam berinvetasi diutarakan di penelitian
Warren dkk (1990) dalam Christanti dan Linda (2011).
Pada penelitian Utami dan Kartini (2006), 61,9% menunjukan banyaknya
yang berinvestasi di saham adalah usia muda dan memiliki sifat overconfidence
yang mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi. Investor tua juga mempunyai
sifat tersebut karena memiliki pengalaman hidup lebih banyak.
4.3.2. Pengelolaan Saham Informan Berdasarkan Usia
Setiap orang memiliki kegiatan masing-masing seperti kegiataan yang
terjadwal atau tidak terjadwal. Kegiatan mahasiswa yang terjadwal adalah
mengikuti perkuliahan yang telah dipilih dan kegiatan organisasi. Sedangkan
35
kegiatan mahasiswa yang tidak terjadwal seperti tugas dari dosen dan jurusan yang
ditentukan deadline, mengharuskan mahasiswa mengerjakan dengan cepat dan
tepat. Seseorang yang menjadi mahasiswa, menharuskan mereka belajar mengatur
waktu, terlebih lagi mahasiswa yang luar kota dan terpisah dari orang tua. Pada
awal perkuliahan mahasiswa suslit sekali beradaptasi, yang dulunya mahasiswa
dibantu dengan orang tuanya. Memasuki di semester akhir, banyak mahasiswa
memilih tidak ikut organisasi dan fokus pada skripsi. Seperti salah satu informan
penelitian yang bernama Informan 9 menjawab:
“ketika saya masih banyak kagiatan kampus saya jarang mengurusnya
(saham) dan ketika saya sudah masuk di semester akhir yang dimana
saya memiliki banyak waktu kosong saya kemabali mengurusnya
(saham) kembali. Kalau saya memiliki banyak waktu yang kosong
sangat mudah bagi saya untuk mengontrol saham.”
Pengaturan waktu bagi mahasiswa akhir lebih baik ketimbang mahasiswa
semester awal. Mahasiswa semester akhir selain kegiatan perkuliahan berkurang,
mereka hanya menyelesaikan skripsi. Hal ini banyak waktu kosong, sedikit
mahasiswa yang memilih untuk masuk dunia kerja. Mahasiswa laki-laki dengan
usia semakin banyak dan memiliki tanggung jawab lebih untuk masa depan. Selain
menerima uang bulanan dari ortu mereka juga mendapatkan dari hasil bekerja untuk
dialokasikan pada saham dan kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti Informan 8
mengelola saham kehidupan sehari-hari dan bersaham. Sebagai berikut:
“saya setiap bulan selalu investasi di saham dan reksadana. Karena
saya kerja dan mendapatkan gaji yang nantinya saya bagi ke dalam
empat botol dimana setiap botol tersebut ada labelnya, 15%-20% untuk
investasi, beberapa persen untuk dua botol dan sisanya untuk
kehidupan seharihari seperti makan, beli pket internet dan lain-lain.
Sehingga dalam sebulan saya mendapatkan rata-rata Rp 100.000-Rp
150.000 untuk saham dan reksadana.”
36
Di sisi lain mahasiswa yang terbiasa dengan kegiatan organisasi yang padat,
maka mereka juga berbiasa dengan kegiatan yang menyita waktu. Informan dalam
penelitian ini rata-rata mengikuti organisasi dalam kampus. Organisasi dalam
kampus mengajarkan mereka bagaimana mengatur waktu antara kuliah, organisasi
dan berivestasi. Seperti informan Fani Anggrai, Informan 7, Informan 6 dan
Informan 10 yang merupakan mahasiswa yang mengikuti organisasi. Seperti yang
dinyatakan Fani Anggrai sebagai berikut:
“Diusia saya sekarangkan banyak kesibukan seperti kuliah atau
organisasi. Dengan semboyan saham “Yuk Nabung Saham” jadi kita
nabung bukan sebagai trading yang harian. Hal ini membuat
mempelajari perusahaan mana yang akan kita beli sahamnya, nantinya
kita investasikan untuk bulanan atau tahunan. Jadi tidak mengganggu
kegiatan kita.”
Informan 7 menyatakan kegiatan perkuliahan pada waktu sang hari, yakni:
“kuliah saya tidak terlalu padat seperti jam 7-12 siang, jadi saya
belajarnya melalui telegram. Sebelum membeli saham, malang harinya
saya menganalisis terlebih dahulu karena saya tidak sembarangan
membeli saham.”
Informan 6 menjawab dengan memberi penjelasan mengenai investor dan
trader, sebagai berikut:
“Saya bukan tipe orang melakukan saham tiap hari. Jadi di dalam
pasar modal terdapat dua pengguna yakni investor dan trader. Trader
memiliki tipe melihat pergerakan pasar setiap hari. Sedangkan investor
ketika membeli saham, mereka hanya melihat seminggu sekali atau
disaat malam hari dan siangnya dibiarkan saja. Dan saya tipe orang
investor bukan yang trader yang setiap hari melihat itu (pergerakan
pasar). Kenapa investor? Karena saya kuliah, aktif organisasi, dan
sekarang magang, jadi tidak setiap hari melihat saham. Saham ini juga
tidak mengganggu saya pada saat kuliah.”
Sedangkan Informan 10 memberikan penjelasan serupa namun, lebih ringkas.
Pendapat Informan 10 ialah:
“Untuk mengatur saham saya tidak terlalu ribet karean saya tipe
investor dan saya tidak meyukai saham yang pergerakannya cepat. Jadi
37
lebih ke investasi dan saya tidak perlu kontrol tiap hari. Antara kuliah
dan investasi berjalan dengan seimbang.”
Pernyataan Informan 2 dan Informan 3 memiliki cara sendiri karena mereka
memiliki saham yang lebih dari satu. Pendapat Informan 2 yakni:
“saya mengalokasikan ke beberapa tempat investasi, seperti saham,
emas, reksadana dan lain-lain. Namun, yang paling besar
persentasinya di saham dan reksadana”
Sedangkan Informan 3 seorang trader dan investor. Diusia informan 3 yang
memiliki ke ahlian bidang investor, membuatnya mengerti cara mengelola saham
saham. Informan 3 menyatakan:
“Untuk sekarang saya memiliki dua saham yang pertama, trading
memiliki akun sekuritas sendiri dan yang kedua, investasi juga memiliki
akun sekutritas sendiri. Hal ini membuat mindset saya terpisah.”
Informan 4 mengelola saham dengan tenang, dan tetap mengutamakan kuliah.
Sebagai berikut:
“Let it flow, saya tetap mengutamakan study (kuliah) saya. Untuk
saham saya hanya melihat pagi hingga siang.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Universitas Brawijaya yang memiliki kegiatan yang padat seperti kuliah, organisasi
dan magang. Mahasiswa mampu membagi antara tiga kegiatan dan berinvestasi,
tanpa harus meninggalkan tugas mahasiswa untuk kuliah. Mahasiswa Universitas
Brawijaya yang memiliki saham rata-rata memiliki investasi jenis saham. Saham
yang kebanyak mereka lakukan adalah saham yang dapat ditinggalkan, jadi mereka
bisa melihat saham diwaktu malam hari atau bisa seminggu dua kali. Selain saham,
mahasiswa Universitas Brawijaya tertarik dengan reksadana walaupun tidak
banyak profit yang didapat dari reksadana. Reksadana memiliki manajemen untuk
38
memutar uang investor. Hal ini mempermudah mahasiswa Universitas Brawijaya
untuk mendapatkan profit walau hanya sedikit namun akan terus meningkat.
4.3.3. Risiko Pemilihan Saham Berdasarkan usia
Risiko dalam saham memiliki intensitas risiko yang berbeda-beda. risiko
dapat di kategorikan rendah atau tinggi juga, tergantung keadaan pasar. Seperti
halnya naik-turunya indeks pasar yang menggambarkan fluktuasi pasar disebut
risiko pasar.
Risiko dapat di minimalisir dengan cara investor mempelajari dan
menganalisa perusahaan tersebut seperti laporan keuangan perusahaan. Contoh lain
pengelolaan intern perusahaan terutama utang perusahaan cukup besar maka risiko
keuangan akan semakian besar. Hal ini membuat investor harus teliti dalam
mempelajari perusahaan, yang menyebabkan sewaktu-waktu harga saham turun.
Usia informan yang tergolong muda, dan belom memiliki pengalaman
banyak, informan penelitian ini berusaha belajar agar mengerti mana saham yang
memiliki risiko rendah atau tinggi. Seperti informan 3 dan Informan 9, hasil dari
wawancara mereka yang sependapat. Pertama, Informan 3 menyatakan:
“Untuk trading atau investasi, setiap saham sediri memiliki risiko.
Namun, jika menganalisa terlebih dahulu atau memiliki informasi saya
rasa cukup (mengatasi risiko).”
Kedua, Informan 9 menyatakan:
“Harus berani, karena saya masih belajar juga. Saya juga harus berani
karena itu proses pemebelajaran tentang investai kedepannya.”
Beberapa informan lainnya yang sudah lama dalam berinvestasi memiliki
keberanian atau mampu menangani risiko yang saham misalnya rugi. Investor yang
memiliki saham cukup lama, investor tersebut rata-rata menerima risiko yang akan
datang. Beberapa menganggap risiko yang diterima adalah pembelajaran untuk
39
mengerti perusahaan mana yang bagus dan mana yang tidak. Hal ini, investor
mengerti ciri-ciri saham yang tidak mengutungkan bagi mereka. Pertama, Informan
4 menjawab:
“Jika kita sudah masuk ke dalam dunia investasi, berarti mau tidak
mau kita memahi risikonya. Hal ini, membuat kita berani menngaggung
risiko yang akan datang.”
Informan kedua pendapat Informan 10 yakni:
“Kalau saya ditanya berani mengambil risiko, itu sudah pasti. Ketika
saya buka akun rekening saham pasti saya mengetahui risiko yang saya
ambil. Sehingga saya belajar dari pengalaman saya jika sewaktu-
waktu saya rugi. Karena didunia investasi itu sudah wajar jika investor
mengalami rugi, dan kita tidak selalu benar dalam memprediksi apakah
saham ini nanti untung atau rugi.”
Semakin tinggi tingkat risiko yang diambil investor maka semakin tinggi pula
tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Pernyataan tersebut sesuai dengan
hasil wawancara dengan informan 1 yang menyatakan berani menanggung risiko,
namun informan 1 menambahkan hal lain mengenai usia muda yang tidak berani
dalam risiko yang besar agar berinvestasi tahunan atau investasi yang memiliki
risiko yang rendah. Seperti yang diutarakan sebagai berikut:
“Ketika pertama kali buka akun, seharusnya kita sudah tau dan berana
menanggung risiko itu. Rata-rata diusia kita itu jika mengalami rugi
akan berpengaruh pada psikologis kita. Usia kita itu yang terpenting
mengatur psikoogis terkait dengan risiko itu (rugi saham). jika kita
merasa takut akan risiko, maka lebih baik berinvestasi yang tahunan.
Namun, memiliki return yang sedikit seperti semboyannya “high risk
high return”. Semakin tinggi hasil yang kamu dapat maka semakin
tinggi risiko yang kita tanggung.”
Pendapat lain diungkapakan oleh Informan 2 bahwa awal memiliki saham
sangan berani akan risiko yang dihadapi karena memiliki saham jika dinilai dengan
uang masih sangat sedikit. Jadi rugi menurut Informan 2 pada awal mula memiliki
40
saham untuk mengerti memposisikan diri sendiri dalam pasar modal. Seperti yang
Informan 2 diutarakan sebagai berikut:
“Saya berani, karena uang saya awalnya sedikit di saham. Namun,
dengan berjalannya waktu kita akan terbiasa dengan risiko. Hal ini
membuat kita mengerti memposisikan di pasar modal itu dimana.”
Mengalami rugi adalah hal yang wajar bagi investor pemula maupun yang
sudah lama. Untuk mencapai kesuksesan membutuhkan banyak hal yang perlu
dilalui seperti halnya untuk mencapai return yang diinginkan. Ketika pasar
mengalami penurunan yang mengakibatkan harga saham juga turun.
Mengakibatkan investor sering mengalami kerugian kecil maupun besar. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Informan 7 sebagi berikut:
“rugi merupakan hal yang wajar bagi seorang investor. Jika
diibaratkan jalan manusia tidak mulus pasti akan mengalami jatuh
juga. Untuk rugi sendiri saya pernah dan sekarang saya sedang
mengalami rugi yang cukup banyak.”
Berbeda dengan pendapat Informan 6 yang mengkaitkan dengan ilmu yang
dipelajari saat kuliah. Hal ini membantu informan dalam mengurangi risiko saat
membeli saham nanti. Pendapat Informan 6 sebagaii berikut:
“siap, ilmu pasar modal yang saya pelajari selama ini tujuannya
adalah unuk mengurangi risiko yang saya ambil nantinya. Jadi selama
proses belajar saya mengetahui saham yang tidak memiliki risiko,
memiliki risiko ringan dan risiko yang tinggi. Biasanya trader lebih
senang melihat pasar modal tipe yang memilih saham yang berisiko
tinggi yang bisa turun 10%-15%, namun kemungkinan bisa juga naik
10%-15% tergantung keaadaan pasar. Sedangkan investor yang
hanyak melihat saham sekitar seminggu sekali, memilih berinvestasi di
saham yang aman. Karena saham tersebut bisa turun kurag lebih 5%.”
Berdasarakan hasil wawancara diatas dapat disimpulakan oleh peneliti bahwa
mahasiswa Universitas Brawijaya berani akan risiko untuk membeli saham dan
terdapat beberapa alasan mengapa informan berani dengan hal itu. Alasan pertama
karena usia yang muda yang memiliki sifat untuk memcoba hal baru. Seperti
41
membeli saham dengan tingkat risiko yang tinggi. Jadi ketika membeli saham,
informan sudah memperkirakan risiko yang akan terjadi. Alasan kedua, mereka
memiliki bekal ilmu pengetahuan. Ketika mereka membeli saham mereka
memahami keadaan pasar, jadi mampu untuk meminimalisir risiko. Berbeda
dengan usia dewasa dalam melakukan investasi, mereka cenderung untuk
menghindari risiko. Hal ini seperti diungkapkan dalam penelitian Kiran dan Rao
(2004) dalam Pratiwi dan Parjiti (2015) dalam penelitian Zaniarti, dkk (2017) yang
menyatakan bahwa usia sangat berpengaruh besar pada risiko yang diambil dan
pada usia 41-50 tahun akan menghindari risiko sedangkan usia dibahwanya akan
mencoba walaupun risiko yang dihadapi besar.
Sedangkan Arrow (1971) dalam Raditya, et.al (2014) menyatakan bahwa
seseorang lebih banyak mengabaikan risiko jika yang depertaruhkan tidak besar.
Sebaliknya, jika yang dipertaruhkan memiliki nilai besar maka setiap orang akan
berusaha semaksimal untuk menekan risiko. Investor pria lebih berani membeli
produk investasi yang bersiko tinggi dibandingkan dengan investor wanita karena
investor pria lebih overconfidence. Investor wanita lebih berhati-hati dibanding
investor pria untuk mendapatkan keuntungan dan menhindari risiko dalam hasil
penelitian Marie, at al (2007) dalam Utami dan Kartini (2016). Pada penelitian
Zaniarti, dkk (2007) responden pria dan wanita memiliki jumlah hampir sama yang
disebabkan pria dan wanita memiliki kemampuan meganalisa yang saham yang
sama, bahkan wanita lebih aman dalam melakukan transaksi saham dan lebih
melihat risiko dengan hati-hati.
Penelitian ini terdapat beberapa informan wanita yang menyatakan berani
dalam risiko. Seperti pada Utami dan Kartini (2016) yang memiliki 87 responden
42
yang berinvestasi saham terdapat 34% investor wanita. Saat ini wanita telah
memiliki pengetahuan dan pendidikan yang sejajar dengan pria sehingga
kepercayaan diri investor waniata meingkat dalam hal membeli saham dalam risiko
tinggi (Utami dan Kartini, 2016). Ketika pertama kali membuka akun, seorang
investor sudah mengetahui dan berani menghadapi risiko yang akan datang, hal ini
akan mempengaruhi pola pikir seseorang atau psikologis.
Usia mahasiswa memiliki psikologis yang berbeda walaupun usia mereka
sama. Psikologi setiap orang dapat berubah-ubah yang dapat membuat mereka
mendapat keberuntungan atau keburukan. Psikologi investor dapat mempengaruhi
keputusan investor yang diambil seperti ketika investor terlalu percaya diri dengan
keuntungan sebelumnya membuat mereka mampu menghadapi pasar (Adib dan
Randy, 2017). Hal ini membuat mahasiswa tidak menganalisis perusahaan yang
akan dibeli sahamnya dan membuat mahasiswa tersebut mendapat risiko dalam
investasi berupa kegurugian.
4.3.4. Relevansi Usia Investor
Perkembangan setiap manusia memiliki tingkat yang berbeda. Usia anak
sekolah menengah atas memiliki pola pikir yang rata-rata. Ada yang bisa membagi
antara otak kanan dan otak kiri, hanya bisa mengandalkan otak kanan saja atau kiri
saja. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan anak. Ketika mereka memahami
dunia social dan dunia akademik menurut peneliti usia anak tersebut mampu
mengendalikan otak kiri dan kanan.
Usia memang menjadi faktor utama seseorang membeli saham, namun
dengan usia yang berbeda gaya hidup yang dihasilkan investor juga berbeda.
Utamanya investor yang berusia 18 sampai 22 tahun yang rata-rata mahasiswa,
43
investor kalangan ini lebih memilih menabung berupa investasi untuk jangka
panjang.
Mahasiswa Universitas Brawijaya yang mengerti saham mengatakan bahwa
rata-rata usia SMA (Sekolah Menengah Atas) sudah dapat mendapatakan
pendidikan mengenai pasar modal. Informan 1, Informan 2, Informan 5, Informan
3, dan Informan 10 mengatakan usia SMA sudah pentas mendapatkan ilmu
mengenai pasara modal. Seperti yang diutarakan secara urut sebgai berikut:
“Usia Sekolah Menengah Atas Sudah relevan mendapat pendidikan
mengenai investasi yang masuk dalam pelajaran ekonomi. Ketika
masuk kuliah akan lebih dalam seperti jurusan akuntansi”
“Di usia SMA sudah bisa memahami investasi, karena salah satu teman
saya disaat SMA sudah memulai investasi di pasar modal. Jika dimulai
sejak muda dan istiqomah pasti bisa.”
“Usia 17 tahun atau setara dengan SMA, dan menurut saya usia ini
sudah cukup dewasa jadi sudah mengerti tentang risiko.”
“Konsep mengenai investasi dapat diberikan pada saat SMA. Jadi pada
kelas 1 SMA bisa dimulai pendidikan mengenai investasi, saham dan
menabung dengan cara investasi.”
“Untuk usia SMA bisa, karena sangat berguna. Program kerja BEI
yang masuk sekolah-sekolah yang mengajarkan pasar modal saya
setuju. Yang penting mengenal dulu aja, nanati bisa didalami saat
kulah.”
Sedangkan informan 8 dan Informan 6, menyatakan usia pada saat kuliah
sudah pantas mendapatkan ilmu mengenai pasar modal. Informan 8 memberikan
alasan investasi dianggap kurang baik di masyarakat umum. Hal ini, usia
mahasiswa dapat memberikan penjelasan umum apakah itu investasi dan
bagaimana cara investasi dengan baik.
“Kalo seharusnya pada usia awal mahasiswa masuk perguruan tinggi
menurut saya sudah pantas. Karena di dunia investasi khususnya
bidang saham terkadang diangap judi atau money game. Di usia
mahasiswa seharusnya mampu memberikan edukasi (penjelasan)
44
terkait apa itu saham, agar masyarakat luar memahami pentingnya
investasi. Kalau usia dibawah itu (usia mahasiswa) menurut saya
pemikiran mereka belum mampu untuk memahami hal tersebut
(saham). ketika sudah masuk usia produktif atau ke jenjang kuliah
kalau bisa mereka sudah mendapat edukasi mengenai pasar modal,
saham, reksadana atau instrument investasi lainnya.”
Sedangkan alasan Informan 6 adalah ilmu investasi dapat dipelajari sendiri
dan idealnya didapat pada masa perkulihaan. Ketika belajar memerlukan mentor
yang mampu mengarahkan cara berinvestasi dengan benar.
“Ilmu tentang saham harus belajar sendiri menurut saya pribadi.
Seperti dosen megajarkan pasar modal namun mereka tidak terjun
langsung atau bermain saham. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya menurut saya, dosen yang mengajarkan pasar
modal dan gimana saham yang baik, namun saat praktek tidak tau. Hal
ini, terkadang lebih pintar mahasiswa yang sudah punya saham
dibandingkan dosen tersebut. Belajar pasar modal dimulai pada saat
kuliah idealnya setelah itu belajar sendiri dengan baca buku. Namun
untuk terjun di pasar modal sendiri bisa pada usia berapa aja, tapi
dengan di damping mentor. Karena untuk masuk dunia pasar modal
sendiri itu sulit.”
Menurut pendapat Informan 7, menyatakan usia yang cocok untuk
berinvestasi adalah usia mahasiswa namun informan 7 tidak menyebutkan usia
pastinya.hal ini karena informan beralasan mahasiswa sekarang memiliki usia pada
fase sibuk. Mahasiswa merupakan usia pada fase ingin tahu hal yang baru namun
mereka melihat sisi dana. Untuk melihat hal baru tersebut mereka melihat dana
yang mereka miliki. Ketika dana tersebut cukup untuk untuk berinvestasi, mereka
akan menggali dan mempelajarinya ilmu investasi dengan terjun langsung. Namun,
investasi tersebut membutuhkan dana yang tinggi mereka akan memikir ulang
apakah hal tersebut menguntungkan untuk mereka. Pendapat Informan 7 sebagai
berikut:
“Untuk relevannya usia mahasiswa mengetahui investasi, saya tidak
tau pasti. Karena orang-orang (mahasiswa) Universitas Brawijaya
tidak terbuka dengan invetasi, dalam artian mereka sibuk dengan
45
kegiatan organisasinya. Mahasiswa belum berani melakukan investasi
karena terkendala modal.”
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Universitas Brawijaya memberikan alasan usia SMA dsudah pantas untuk
mendapatkan ilmu mengenai pasar modal. Mereka sudah mampu memahami dan
dunia luar tidak terfokus dalam mata kuliah wajib. Berbeda dengan hasil penelitian
Christanti dan Linda (2011) bahwa tingkat usia S1 merupakan tingkat investor yang
memiliki usia yang cukup karena berbekal pendidikan dan pemkiran yang lebih
baik. Mengenal investasi memang perlu diperkenalkan sejak dini. Bukan hanya
ingin menambah uang, namun usia muda dapat memahami saham yang akan dia
beli. Secara tidak langsung mengajarkan mereka mengolah uang dengan baik.
Dengan mereka membelanjakan uang kepada perusahaan yang bagus, mereka akan
mendapatkan uang yang lebih. Hal ini, menunjukkan program kerja BEI
terlaksanakan.
Hasil di atas sesuai dengan hasil penelitian Zaniarti, dkk (2017) bahwa
rentang usia 19-25 tahun paling banyak memiliki saham yang terdaftar di Galeri
Investasi. Galeri investasi tidak hanya di khususkan mahasiswa tetapi juga untuk
investor umum. Sedangkan dihasil penelitian Christanti dan Linda (2011) usia 25-
29 tahun memiliki usia di fase pengembangan karir dan urusan keluarga sehingga
kemampuan yang mereka miliki digunakan untuk bekerja dan menghasilkan uang
sebanyak mungkin yang dapat digunakan pada hari tua mereka. Usia yang
disebutkan oleh Zaniarti, dkk (2017) dan Christanti dan Linda (2011) adalah usia
produktif, sehingga mereka mencari uang dengan usaha mereka. Investasi salah
46
satunya cara untuk mereka menambah uang untuk kebutuhan hidup dan memenuhi
kepuasan.
4.4. Pengaruh Pengalaman Mahasiswa Dalam Menentukan Saham yang
Dibeli
Pengalaman tidak hanya di dapat dalam dunia kerja saja, namun pengalaman
didapat secara tidak langsung seperti membaca. Pengalaman yang sudah didapat
akan membantu seseorang dalam menangani pekerjaan, terutama dalam pekerjaan
yang memiliki kesulitan dan membutuhkan keahlian khusus. Menurut Septyanto
(2013), bahwa pengaruh pengambilan keputusan investor dipengaruhi oleh teman,
anggota keluarga, atasan dan pengalaman individu.
4.4.1. Pengalaman investor
Pengalaman yang didapat invetor berberda mulai berapa lama mengenal
investasi, investasi yang apa aja yang ditekuni dan berapa kali mengalami kerugian
atau untung. Pertama Informan 4 sudah masuk pada usia 21 tahun. informan 4
mengenal saham pada semester 2 atau pada usia 18 tahun, sedangkan memiliki akun
saham pada semester 4 pada usia sekitar 19 tahun. Informan 4 memulai investasi
karena bergabung dalam Galeri Investasi yan ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya. Pada awal memiliki akun saham Informan 4 sering
mengalami rugi hal ini diutarakan Informan 4 adalah hal yang wajar dan masih
proses pembelajaran. Untuk sekarang lebih pada untung yang didapat dari investasi
Kedua, Informan 9 memiliki usia 21 tahun memiliki investasi di bidang
saham. Informan 9 menekuni saham pada bulan Novemver 2017, karena Informan
9 berada di Fakultas Teknik yang tidak memiliki mata kuliah manajemen investasi
seperti Fakultas Eonomi dan Bisni dan Fakultas Ilmu Administrasi, maka dia
47
mendapat ilmu tersebut dengan sharing bersama teman satu kontrakan yang
mengenal saham.
Ketiga, Informan 8 mengginjak usia 24 tahun merupakan informan yang
paling tua diusia mahasiswa penelitian ini. Informan 8 berinvestasi di saham dan
reksadana, namun Informan 8 memiliki rencana untuk investasi di property dan
emas jika Informan 8 sudah bekerja tetap disuatu perusahaan.
Keempat, Informan 1 yang berada di semester akhir dan memiliki usia 22
tahun. Informan 1 memulai buka akun saham pada akhir tahun 2015, namun aktif
karena tidak tahu mengenai saham. Mulai aktif melakukan saham pada awal tahun
2016. Informan 1 memiliki saham, namun beberaa bulan lalu pernah memiliki
reksadana. Reksadana ini tidak berjalan lama karena return yang di dapat kecil.
Informan 1 sering mengalami rugi karena IHSG yang nilainya turun. Untung atau
rugi menurut Informan 1 dientukan pada IHSG itu sendiri.
Kelima, informan salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi yakni Informan 2.
Usia Informan 223 tahun yang sudah perpengalaman investasi selama satu setangah
tahun dan berinvestasi di bidang saham, reksadana dan emas. Informan 2juga
manambah dunia bisnis pakaian bebasis online. Hal ini merupakan investasi juga,
namun bisnis ini tidak hanya dijalan oleh Informan 2saja namun juga dibantu oleh
teman-temannya.
Selanjutnya informan 7 mengenal saham di semester 2 kuliahnya, namun
belum berminat di dunia saham. pada usianya yang menginjak 21 tahun Informan
7 menekuni saham sekitar satu setengah tahun. Rugi merupakan tahap awal dimana
investor untuk sukses kedepan. Informan 7 sering mengalami rugi dengan
48
mengestimasi maksimal kerugian 5%. Hal ini, dapat di kendalikan dengan
manajemen risk.
Sedangkan Informan 5 merupakan katua Galeri Investasi salah satu fasilitas
bagi mahasiswa untuk lebih mengenal saham. Informan 5 menginjak usia 22 tahun
berpengalamn investasi kurang lebih 3 tahun sejak usia 19 tahun pada tahun 2015.
Informan 5 memiliki saham dan reksadana.
Kedelapan, Informan 3 memulai berinvestasi pada usia 17 tahun saat
menginjak sekolah menengah atas. Sebelum SMA Informan 3 mengenal sejak
sekolah menengah pertama yang dikenalkan oleh ayahnya. Pengalaman kurang
lebih 5 tahun dan sekarang menginjak 22 tahun, Informan 3 sudah memiliki saham,
reksadana dan opsi. Untuk manngalami rugi atau untung cukup banyak, namun
untuk rugi dengan jumlah banyak pernah beberapa kali.
Sedangkan informan 6 menginjak usia 21 tahun. mulai terjun dibidang bisnis
pada bulan april tahun 2017. Informan 6 merupakan salah satu anggota Galeri
Investasi, hal ini membuat Informan 6 lebih memahami mengenai saham. Informan
6 juga sering sharing dengan informan 5 mengenai saham dan reksadana.
Yang terakhir informan 10 terjun di dunia saham masuk kuliah atau sering
disebut mahasiswa baru. Awalnya Informan 10 mengenal dari teman dan memulai
ke sekuritasnya untuk mendalami apa itu saham. Setelah buka rekening Informan
10 juga bergabung organisasi saham. Menurut Informan 10 usia 22 tahun sudah
memiliki saham, merpakan langkah tepat bagi mahasiswa hidup mandiri.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Universitas Brawijaya yang memiliki saham dalam penelitian ini rata-rata memiliki
pengalaman lebih dari 1 tahun. Pengalaman 1 tahun di awal merupakan
49
pengalamana yang berharga, karena mereka mengetahui naik turunnya saham yang
berdampak pada mereka. Dampak yang mereka terima adalah untung dan rugi.
Selain belajar memahami fluktuasi pasar dan memahami pasar modal, para
informan juga belajar tentang hidup mandiri dan belajar manajemen waktu sendiri.
Hal ini diperkuat rata-rata informan yang berasal dari luar kota Malang. Hasil
wawancara diatas sependapat dengan hasil penelitian Christanti dan Linda (2011),
dan hasil penelitian Septyanto dan Arrozi (2014) bahwa investor yang memiliki
pengalaman rentang 1-5 tahun yang paling banyak, sedangkan semakin besar
pengalaman investor akan semikin dikit jumlah investornya karena berhenti atau
tidak melanjutkan berinvestasi.
Sedangkan, Utami dan Kartini (2016) pengalaman termasuk salah satu faktor
demografis yang mempengaruhi sebuah keputusan investor dan tidak
mempengaruhi overconfidence investor. Penelitian tersebut menjelaskan investor
pemula mendapatkan saran dari beberapa orang yang dianggap telah ahli dalam
berinvestasi untuk membeli saham dan memprediksi investasi yang baik.
Sedangkan investor yang memiliki pengalaman yang banyak dalam mengambil
keputusan lebih mengikuti pengalamannya terlebih ketika pengalaman
mendapatkan keuntungan yang banyak.
4.4.2. Sharing Experiences
Pelatihan yang diadakan oleh bebererapa lembaga atau organisasi sangat
membantu bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang memiliki saham.
Mengikuti pelatihan, kita dapat mendengar pemateri yang memiliki segudang
pengalaman dan diceritakan kepada investor pemula. Manfaat mnegikuti pelatihan
50
adalah dapat memahami dasar investasi, memperkecil risiko, dan mendapatkan trik
cepat berinvestasi.
Selain mengikuti pelatihan saham, sharing dengan sesama investor juga dapat
dilakukan oleh investor yang sudah berpengalaman maupun pemula. Sharing
sesama investor biasanya tidak banyak orang, hal ini karena investor biasanya tidak
memiliki waktu yang lama atau bahkan ingin mengetahui pengalaman seseorang
lebih intens. Berbeda dengan mengikuti pelatihan, mereka membutuhkan atau harus
meluangkan waktu untuk mmenghandiri acara tersebut. Untuk sekedar bertanya
terkadang seseorang investor lebih memilih sharing dengan teman sendiri karena
tidak dikejar waktu dan lebi fleksibel.
Mahasiswa yang mengikuti pelatihan rata-rata menganggap itu penting untuk
awal pemula investor. Pemateri akan memberikan penjelasan dasar investasi,
bagaimana cara memilih saham yang akan dibeli, dan hal-hal dasar lainnya. Seperti
informan 5 dan Informan 8 mengungkapkan bahwa megikuti pelatihan memiliki
banyak manfaat antara lain mendapatkan mentor yang berpengalaman,
mendapatkan motivasi dan pengetahuan dasar mengenai investasi. Jawaban yang
informan berikan secara berurutan:
“saya sering mengikuti pelatihaan diluar UB atau di dalam UB, hal ini
memantu bagi saya untuk mengenal investasi. Untuk berbagi sama
temen saya juga sering, karena saya lebih sering ditanya oleh temen
saya. Untuk lebih menguntungkan mengikuti pelatihan atau sharing
dengan teman, saya lebih memilih mengikuti pelatihan karena kita
belajar dengan ahlinya langsung.”
“saya dulu pernah mengikuti seminar pasar modal, training for mentor
dan terkadang ke mandiri sekuritas karena disana beberapa trader
juga yang sangat welcome saat saya bertanya atau lebih tepatnya
sharing sesama investor. Untuk disuruh milih antara pelatihan dan
sharing sesama investor, awalnya mengikuti pelatihan dulu setalah itu
sharing sesama investor. Hal ini agar obrolannya yang kita bagikan ke
sesama investor lebih nyambung. Ketika kita memiliki ilmu pada level
51
1 dan lawan bicara kita level tinggi akan membutuhkan waktu lama
untuk memahami pengalaman lawan bicara kita. Jika kita sama-sama
memiliki ilmu yang misal di level 3, maka obrolan kita akan lebih
mudah dan lebih luas.”
Ketika mahasiswa Univesitas Brawijaya yang memiliki banyak kegiatan dan
sedikit waktu, mereka memilih untuk sharing dengan sesama investor. Berdiskusi
secara intens membuat mereka lebih nyaman karena lebih fokus pada tujuan mereka
sharing. Dengan kata lain mereka memiliki sedikit ilmu, namun mendapatkan
banyak ilmu. Hal ini diungkapkan oleh informan 1, Informan 2, Informan 3,
Informan 4, Informan 6, Informan 7 dan Informan 10. Pernyataan informan
sampaikan sabagai berikut secara urut:
“Sepertinya saya mengikuti 2 kali, yang pertama Capital Market
Academy pada awal saya membuka akun saham pada tahun 2015 dan
yang kedua mengikuti pelatihan Sekolah Pasar Modal di Surabaya.
Saya juga sering sharing ke sesama investor entah itu sesama daerah
atau luar daerah. Karena sekarang banyak sekali grup saham yang
bisa kita dapat dan join secara gratis. Mengikuti pelatihan dan sharing
dengan sesama investor, keduannya penting. Namun, menurut saya
lebih benefit sharing sesama investor. Pemikiran sesama orang
berbeda-beda, ada yang memahami teknikalya dan ada yang bisa
memahami kinerja perusahaan dengan kata lain mengerti fundamental
perusahaan tersebut. Jika seminar hanya mengajarkan secara umum,
tidak langsung apa yang kita inginkan.”
“Pelatihan pasar modal pernah dan pasar modal yang syariah saya
juga pernah mengikuti. Untuk yang syariah saya pernah mengikuti
sekali sedangkan yang biasa dan dasar-dasar saya pernah mengikuti
kurang lebih 3 kali. Secara umum sama yang membedakan hanya
perjualan secara syariah, apakah ini baik untuk dibeli atau tidak dan
haram atau tidak. Saya sering berbagi pengalaman sesama investor
yang ada di fakultas dan saya juga bebagi pengalaman lewat grup
komunikasi. Menurut saya lebih menyenangkan face to face, selain
fleksibel juga kita dapat bercanda.”
“saya pernah mengikuti pelatihan kurang lebih 2 kali, yang pertama
mengenai metode investasinya dan yang kedua timing trading. Dua
pelatihan tersebut memang saya pilih berbeda teman agar lebih
bervariasi saja dan saya memilih pelatihan diluar Universitas
Brawijaya karena pematernya leih sering teman sendiri. Untuk sharing
sama temen deket cukup sering seperti teman fakultas atau teman
52
dirumah karena sekarang minat mahasiswa terhadap investasi lebih
tinggi daripada dulu waktu saya trading. Jika mahasiswa masih awam
mengenai saham atau investasi, mahasiswa bisa mengikuti saham dulu,
namun untuk pendalaman materi mahasiswa bisa sharing dengan
sesama investor. Sharing dengan sesama investor lebih bergun karena
infromasi yang didapat lebih detail.”
“Ikut pelatihan sekitar 3 kali dan saya juga mengikuti lomba. Dari situ
saya bisa mengetahui seberapa tinggi ilmu investasi saya. Dan saya
sering juga diskusi sama temen tentang saham.”
“Saya pernah mengikuti pelatihan di dalam UB, namun berencana
akan mengikuti pelatihan diluar UB. Saya mengikuti pelatihan sekitar
3 kali sisanya saya belajar ke kakak kelas yang mahir dan lebih cepat
memahami.”
“Saya mengikuti seminar masih 2 kali dan membantu dalam hal
motivasi tapi untuk praktek dilapangan saya harus belajar sendiri
melalui telegram, whatsapp, dan youtube. Untuk komunikasi secara
langsung masih dengan teman sendiri. Saya memiliki grup di Fakultas
Ilmu Administrasi berjumlah 5 orang, saya sendiri sebagai mentornya.
Saya sering memberikan arahan dan mengajarkan mereka tentang
saham. Menurut saya lebih nyaman berbagi dengan sesama investor,
jika mengikuti pelatihan hanya untuk meningkarkan motivasi saja.”
“Kemarin pernah mengikuti peatihan dari organisasi saya dan
menambah ilmu juga bagi saya. Kebetulan saya di organisasi
memegang edukasi tentang saham ini jadi kegitannya banyak sharing
dengan teman-teman, mengisi seminar investasi saham di Universitas
Macung. Pelatihan dengan shareing sama-sama mendapatkan ilmu,
kalau sharing sama temen itu kita lebih tau apa kekukrangan kita dan
bsa lebih mudah dipahami. Untuk kelebihan mengikuti pelatihan
seperti seminar kita bisa mendapatkan mentor atau pemateri yang lebih
jago.”
Berbeda dengan pengalaman Informan 9 yang tidak pernah mengikuti
pelatihan seperti seminar. Informan 9 lebih memfokuskan kegiatan perkuliahan,
dan Informan 9 tergolong mahasiswa yang rajin. Untuk mendapat kan ilmu tersebut
Informan 9 lebih menyukai sharing ke sesama investor lebih efisien waktu karena
berada satu kontrakan.
“Tidak pernah mengikuti pelatihan, namun saya ingin mengikuti
karena kemarin masih sibuk mengurusi urusan perkuliahan.
Untungnya saya mempunyai teman kontrakan yang diajak sharing.”
53
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat peneliti menyimpulkan bahwa
mahasiswa Universitas Brawijaya yang memiliki saham lebih dari 1 tahun rata-rata
menyukai berbagi pengalaman kepada sesama Investor. Karena keterbatassan
waktu mahasiswa dan tidak terikat oleh waktu. Pelatihan membutuhkan waktu yang
banyak untuk dikorbankan oleh mahasiswa, sedangkan berbagi kesesama investor
tidak memerlukan waktu banyak karena informan dapat langsung berdiskusi
menjurus ke topik yang informan inginkan. Perilaku investor lain mempengaruhi
investor dalam mengambil keputusan investasi yang terlalu cepat atau terlalu lama,
sehingga keputusan investi tergantung dengan perilaku investor lain (Adib dan
Randy, 2017). Namun, sedikit informan juga memerlukan pelatihan karena
memotivasi. Zaniarti, dkk (2011) berpendapat pelatihan-pelatihan yang diberikan
oleh Galeri Investasi untuk mahasiswa jurusan lain dan umum membantu
menyadarkan mereka akan pentingnnya berinvestasi dan dapat dilakukan oleh
semua orang.
Hasil penelitian Christanti dan Linda (2011), lamanya investasi
mempengaruhi keputusan investor dalam membeli saham, bagi investor yang baru
saat berinvestasi sangat mempertimbangkan faktor yang berhbungan dengan
berinvestasi sedangkan investor lama akan sedikit mempertimbangkan faktor yang
berhungan dengan investasi sebab pengalaman yang dimiliki membuat keputusan
berdasarkan pengalaman saja. Christanti dan Linda (2011) menanbahkan usia tidak
mempengaruhi keputusan, namun pengalaman dapat mempengaruhi keputusan
investor dalam membeli saham dan berinvestasi.
54
4.5. Pengaruh Pendidikan Mahasiwa Dalam Menentukan Saham yang Dibeli
Pendidikan membantu masayarakat dalam memahami dan memecahkan
sebuah masalah yang dihadapi. Menurut penelitian khan, et.al (2017), bahwa
investor dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan mempengaruhi keputusan
pembelian saham. Pendidikan membantu investor dalam memahami bidang saham
dan risiko saham. Mempertimbangkan investasi dalam jangka panjang untuk
mendapatkan tingkat pengembalian. Pendidikan di negara maju berbeda dengan
negara berkembang, hal ini mempengaruhi keputusan saham yang dibeli.
4.5.1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diperoleh warga negara
secara teratur, sistematis dan mengituti hukum yang berlaku. Pendidikan mengenai
investasi di Universitas tidak mencakup seluruh fakultas. Fakultas yang memiliki
mata kuliah investasi adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Administrasi.
Mata kuliah tersebut bernama manajemen investasi. Jika di FEB ada penambahan
mata kuliah analisis laporan keuangan untuk menganalisis keadaan perusahaan.
Menurut informan mata kuliah tersebut kurang membantu dalam investasi,
karena hanya sebatas dasar-dasar pengertian saja. Ketika teori tidak dipraktikkan,
ilmu tersebut tidak berguna bagi mahasiswa. Seperti yang diutarakan oleh informan
4 sebagai berikut:
“Saya sudah menempuh manivest pada semester 5 dan mata kuliah
tersebut hanya membantu sedikit. Karena mata kuliah hanya mencakup
tentang teori saja jika untuk praktikya kurang.”
Sedangkan informan 1 sependaat dengan Informan 4 dengan menabah
beberapa alasan mengenai isi dari mata kuliah yang didapat. Jawaban Fanis
Anggraini sebagai berikut:
55
“FEB memiliki mata kuliah Manajemen Investasi, mata kuliah tersebut
menjelaskan pengertian pasar uang dan pasar modal yang didalamnya
ada gambaran analisi teknikal dan fundamental. Mata kuliah yang ada
di FEB tidak mencakup keseluruhan mengenai investasi, karena ilmu
yang didapat masih secara umum. Namun, untuk mata kuliah analisis
laporan keuangan membantu saya dalam menghitung ROE dan ROA
digunakan untuk menganalisis suatu perusahaan baik atau tidak.
Sedangkan manajemen investasi mengajari analisis teknikal dan
fundamental, teknika membaca chart itu juga diguakan dipasar
modal.”
Informan 2 beralasan bahwa informan mempelajari sendiri untuk bagian
praktik tentang saham itu sendiri. Pernyataan tersebut sebagai berikut:
“Menurut saya mata kuliah yang ada di FEB mengenai investasi
kurang berguna, karena kurang dalam menganalisis perusahaan hanya
ada teori saja. Ilmu yang baik menurut saya sesuai yang ada di
lapangan karena tergantung supply dan demand. Saya bisa
mempraktikan saham dengan mencoba sendiri dan belajar dari teman-
teman saya yang lebih ahli.”
Untuk pemula, mata kuliah yang ada di FEB sangat berguna hal ini
seperti yang diutarakan oleh Informan 3, yakni:
“Di FEB sendiri memiliki mata kuliah manajemen investasi. Mata
kuliah ini tidak menganjarkan investasi atau timing membeli saham
jadi kurang membantu. Tapi untuk pemula, mata kuliah manivest
sangat membantu.”
Informan 7 dari FIA berpendapat sama dengan Informan 3 bahwa mata
kuliah yang ada di FIA membantu bagi pemula yan beri mengenai manajemen
risk dan return. Pendapat informan sebagai berikut:
“FIA memiliki mata kuliah manajemen invetasi pada semester 6. Mata
kuliah tersebut membantu mahasiswa dalam mengenal dasar investassi
seperti menejemen risk dan return. Namun, jika tidak didukung dengan
praktik, ilmu tersebut akan sia-sia.”
Sependapat dengan Informan 10, namun belum menempuh mata kuliah
tersebut. Pendapat Informan 10 sebagai berikut:
“FIA memiliki mata kuliah mengenai investasi, namun yang saya sudah
tempuh masih belum spesifik ke investasinya masih mengenai laporan
56
keuangan dan transaksi saham. Namun untuk lebih lanjut pada
semester 7.”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat peneliti menyimpulkan bahwa
mahasiswa Universitas Brawijaya yang fakultasnya memiliki mata kuliah mengenai
saham rata-rata menjawab mata kuliah tersebut kurang berpengaruh atau kurang
berperan dalam investasi meskipun mata kuliah tersebut mengjarkan mengenai
dasar teori saham. Abdul Dzali (2002) dalam Maulia dan Indira (2014), mengatakan
pendidikan formal membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori,
logika dan kemampuan analisis. Hal ini membuat mahasiswa untuk mahasiswa
tersebut mengeksplore kemampuannya dengan mencari ilmu nonformal. Pada
penelitian Christanti dan Linda (2011) responden yang keseluruhan S1 termasuk
tingkat tinggi sehingga kemampuan menganalisa sesuatu cukup bagus, namun pada
hasil tersebut ternyata investor masih belum dapat memprioritaskan faktor-faktor
yang memang dibutuhkan dalam keputusan investasi.
Hasil penelitian septyanto (2013) memperlihatkan 72,4% responden yang
pendidikannya S1. Sedangkan hasil dari penelitian Silmy (2011) menunjukkan
sebanyak 58,6% responden berpendidikan S1 dan ada responden yang masih SMA
sebanyak 16,1%. Hal ini menunjukkan pendidikan formal sangat dibutuhkan bagi
setiap manusia khususnya pada zaman sekarang, tidak hanya mendapat
pengetahuan namun juga mendapatkan pendidikan sopan santun, saling
menghormati satu sama lain dan lain-lain. Investasi dapat dikerjakaan ketika kita
menempuh pendidikan formal dan aktivitas invetasi tidak mengganggu kegiatan
sehari-hari. Pendidikan formal pada fakultas yang memberikan mata kuliah
mengenai investasi membantu investor muda dalam mengenal investasi, namun
57
untuk memahami dan menghindari risiko investor perlu menambah pendidikan non
formal.
4.5.2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan tambahan bagi warga negara
yang memerlukan layanan pendidikan. Pendidikan nonformal befungsi sebagai
penambaah, pengganti dan pelengkap dalam mendukung pendidikan formal.
Mahasiswa yang fakultasnya tidak memiliki mata kuliah mengenai investasi adalah
informan 8 dan Informan 9. Hal ini membuat mereka mencari ilmu tersebut dari
pengalaman teman, buku, internet dan grup komunikasi. Hal ini diutarakan oleh
Informan 9 sebagai berikut:
“Saya mengerti investasi dari teman sekontrakan saya. Setiap hari atau
ketika kami bertemu selalu ada topik untuk dibicarakan salah satunya
mengeai inestasi dalam saham. hal ini membantu saya dalam
mempraktikkan saham, karena bahasa dikusi dengan teman lebih
mudah dipahamui. Ketika raut wajah saya bingung, teman saya cepat
tanggap dan memperjelas apa yang sebelumnya di jelaskan kepada
saya.”
Sedangkan Informan 8 berpendapat:
“Fakultas saya tidak memiliki mata kuliah wajib mengenai investasi
atau pasar modal. Saya mendapat ilmu dari buku, internet, join grop
whatsapp dan telegram dan jika ada waktu luang saya berkunjung ke
Galeri Investasi. Disana sana bertemu dengan teman-teman seperti
gatra dan fajar.”
Pendapat mengenai fakultas yang tidak memiliki mata kuliah mengeai
investasi, yang pertama Informan 1 yakni:
“untuk mahasiswa fakultas lain yang tidak memiliki mata kuliah
tersebut (manajemen investasi) dapat belajar secara otodidak atau
dating ke Galeri Investasi. Setiap universitas sekarang memiliki Galeri
investasi yang terletak di lantai 2 gedung pascasarjana yang
bekerjasama dengan Mandiri Sekuritas. Mahasiswa dapat berkunjung
ke galeri tersebut secara free.”
Yang kedua, pendapat dari Informan 10 adalah:
58
“Tidak harus anak bisnis FEB dan FIA yang mengenal saham, tapi
semua kalangan harus tau mengenai investasi. Dengan cara mengikuti
seminar umum dan sosialisasi dari sekuritas.”
Informan lainnya berpendapat agar menggunakan fasilitas yang diberikan
Universitas Brawijaya yakni Galeri investasi. Galeri Investasi merupakan wadah
bagi mahasiswa yang mempunyai saham untuk sharing, konsultasi bahkan
membukan akun bagi pemula. Galeri Investasi tidak hanya di Universitas Brawijaya
saja namun juga ada dibeberapa universitas yang ada di Malang. Pendapat tersebut
diutarakan oleh informan 2, Informan 5, Informan 3 dan Informan 6. Penndapat
tersebut dijelaskan sebaga berikut secara berurutan:
“Universitas memberikan Galeri investasi yang ditujukan untuk semua
mahasiswa. Tidak hanya di UB namun dibeberapa universitas yang ada
di Malang.”
“Untuk mahasiswa diluar FEB yang tidak mendapatkan mata kuliah
mengeni investasi bisa datang ke Galeri Investasi.”
“Informasi mengenai saham sudah banyak di internet, jika masih
belom mengerti sama sekali bisa tanya ke teman atau sahabat. Tapi jika
fakultasnya memiliki Galeri investasu bisa datang kesana.”
“Saya sudah menempuh mata kuliah manajemen investasi. Namun
untuk mahasiswa luar FEB yang ingin mengetahui pasar modal bisa
datang ke Galeri Investasi. Jika mahasiswa tersebut membuka akun di
Galeri Investasi pasti jauh lebih murah, karena kerja sama dengan
Mandiri Sekuritas jadi harga mahasiswa. Untuk datang langsung ke
Mandiri sekuritas itu sendiri untuk membuka akun minimal 5 juta,
namun lewat Galeri Investasi hanya Rp. 500.000. Galeri Investasi
memiliki pengurus, hal ini bisa dianggap menjadi mentor karena
pengurusnya pasti mempunyai saham dan perpengalaman juga.”
Sedangkan Informan 4 berpendapat bahwa minat untuk mengetahui saham
terletak pada niat seseorang. Niat tersebut akan mendorong mahasiswa untuk
mencari apa itu saham dan bagaimana cara mempraktikkan saham. pendapat
Informan 4 sebgai berikut:
59
“Untuk fakultas lain, tergantung minat mereka sendiri seperti apa. Jadi
untuk mereka yang memiliki rasa ingin tahu mereka pasti mencari
sendiri.”
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti meyimpulkan bahwa mahasiswa
Universitas Brawijaya yang fakultasnya tidak mmiliki mata kuliah mengenai
investasi dapat berkunjung ke Galeri Investasi. Galeri Investasi merupakan fasilitas
yang diberikan kepada mahasiswa untuk mendalami investasi. Mahasiswa bisa
mendapatkan mentor yang berpengalaman dan mendapat ilmu secara gratis. Untuk
membuka akun saham sendiri di Galeri investasi, mahasiswa mendapatkan harga
yang sangat jauh lebih murah dibandingkan harus melalui sekuritas sendiri.
Tidak ada paksaan mahasiswa dalam membuka akun saham, rata-rata
keinginan mahasiswa sendiri. Dorongan dalam diri mahasiswa sendiri untuk terus
belajar dari mulai mengikuti pelatihan, berbagi sesama investor, belajar dari buku,
internet dan grup komunikasi. Pengalaman yang mereka miliki dalam dunia saham
sangat bermafaat bagi untuk memperkecil risiko yang ada. Selain itu, pendidikan
juga memperkecil risiko yang akan terjadi.
Penelitian Utami dan Kartini (2016) dengan latar pendidikan manapun
seseorang dapat belajar investasi dengan cara otodidak dengan mengikuti forum-
forum diskusi terbuka yang membahasa mengenai investasi saham dipasar modal
atau dengan media lannya, terbukti dengan 26,8% adalah investor saham
berpendidikan SMA sedangkan S2 hanya 1%. Investasi dapat dipelajari melalui
media apapun, handphone yang digunakan mahasiswa jaman sekarang memiliki
fitur yang sangat canggih dan dapat mengakses apapun yang kita mau. Mahasiswa
dapat belajar otodidak dari media tersebut dengan menonton youtube, mengakses
web resmi OJK, BEI dan lain-lain yang memberikan informasi mengenai ivestasi.
60
4.6. Sintesis Hasil Penelitian
Hasil pernyataan diatas, peneliti membentuk suatu ringkasan dari hasil penelitian
pada inti sub-bab 4.3 samapai 4.5.3.
Mahasiswa Universitas Brawijaya yang berinvestasi rata-rata memiliki
investasi jenis saham. Jenis saham yang mereka tekuni adalah saham yang yang
dapat ditinggalkan, jadi mereka bisa melihat saham diwaktu malam hari atau bisa
seminggu dua kali. Selain saham, mahasiswa Universitas Brawijaya tertarik dengan
reksadana walaupun tidak banyak profit yang didapat dari reksadana. Reksadana
memiliki manajemen untuk memutar uang investor. Hal ini mempermudah
mahasiswa Universitas Brawijaya untuk mendapatkan profit walau hanya sedikit
namun akan terus meningkat. Selain investor pemula, ada salah satu informan yang
pernah menjadi trader. Mengalami rugi dengan nilai yang tinggi sering dialami oleh
informan karena memang pergerakan pasar sulit untuk ditebak dan untuk
mengetahui hal ini tersebut memang membutuhkan keahlian yang tinggi.
Usia mahasiswa rata-rata pada usia 18-22 tahun yang memiliki sifat berbeda.
Pendapat Christanti dan Linda (2011), bahwa usia 20 tahun keatas merupakan usia
produktif dan fase pengembangan karir seperti bekerja dan menghasilkan uang
sebanyak mungkin untuk digunakan pada saat mereka pensiun.
Informan yang memiliki usia paling muda dapat berpikiran secara dewasa
dalam menyikapi investasi. Informan berpendapat anak muda seusia SMA mampu
menangkap ilmu mengenai investasi, walaupun hanya sekedar mengenal. Beberapa
mahasiswa menyatakan bahwa usia sebelum kuliah atau masa sekolah mampu
dalam menerima ilmu investasi karena ilmu investasi jika di tanam sejak dini akan
membuat mereka menjadi mandiri dan memiliki ilmu yang universal. Pada saat
61
mendalami lebih lanjut informan dapat mempraktikkan saat kuliah. Namun,
beberapa informan menyarankan anak milenial mendapatkan ilmu mengenai
investasi dan pasar modal pada awal perkuliahan karena psikologis dan mental yang
sudah siap menghadapi risiko. Risiko investasi seperti rugi menjadi penghalang
untuk mahasiswa membeli saham atau masuk dunia investasi khususnya saham.
Persepsi terhadap risiko mempengaruhi minat investasi mahasiswa, hal ini sesuai
dengan teori return dan risiko investasi yang menyatakan semakin besar risiko
semakin kecil minat mahasiswa untuk berivestasi. ketika saham sudah ditanamkan
sejak dini, tipe investor ini memiliki mental yang matang dan jiwa yang tenang
untuk menghadapi hal tersebut. Seseorang lebih banyak mengabaikan risiko ji yang
dipertaruhkan tidak besar. Sebaliknya, jika yang dipertaruhkan memiliki nilai
kabesar maka setiap orang akan berusaha semaksimal untuk menekan risiko.
Pengalaman dalam berinvestasi dibutuhkan bagi setiap investor muda dan
pemula, hal ini untuk menghindari resiko yang sangat besar dan membantu investor
dalam membeli saham. Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian Christanti dan
Linda (2011), bahwa lamanya investasi memengaruhi keputusan seseorang
membeli saham, terutama bagi investor baru dalam berinvestasi akan
mempertimangkan faktor-fakor yang berhubungan dengan keputusan membeli
saham. Sedangkan investor yang memiliki pengalaman lebih banyak akan sedikit
mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi keputusan saat membeli saham
karena semakin lama sesorenag melakukan investasi maka keputusan yang diambil
berdasarkan pengalamannya saja. Pengalamn investor Mahasiswa Brawijaya rata-
rata lebih dari 1 tahun. Menurut peneliti, psikologis dan mental investor Mahasiswa
Brawijaya mampu dalam menghadapi risiko. Pengalaman yang informan dapat dari
62
pelatihan atau seminar dan sharing experience sesama investor. Informan
berpendapat lebih menguntungkan berbagi/sharing dengan sesama investor, karena
selain dengan teman sendiri juga topic yang dipelajari lebih detail. Berbeda dengan
mengikuti pelatihan yang tema pembicara, waktu dan tempat ditentukan oleh
pelaksana acara. Hal ini membutuhkan waktu yang banyak untuk diluangkan.
Pendidikan formal maupun nonformal semua mendukung mahasiswa
brawijaya dalam mempelajari investasi. Hasil penelitian Christanti dan Linda
(2014) menyatakan mata kuliah yang diajarkan di S1 tergolong tinggi sehingga
pengetahuan dalam menganalisa dapat dikatakan cukup bagus, namun beberapa
investor masih belum dapat memprioritaskan faktor-faktor yang memang
dibutuhkan dalam keputusan investasi. Untuk fakultas yang tidak ada mata kuliah
mengenai investasi, mahasiswa dapat datang langsung ke Galeri Investasi atau
mencari ilmu melalui internet, buku, sharing experience sesama investor dan grup
kominikasi.
Dari hasil wawancara diatas dapat diambil beberapa rangkuman. Tidak ada
paksaan mahasiswa dalam membuka akun saham dan rata-rata keinginan
mahasiswa sendiri. Dorongan dari dalam diri mahasiswa sendiri untuk terus belajar
dengan mengikuti pelatihan, sharing experience dengan sesama investor, belajar
dari buku, internet dan grup komunikasi. Pengalaman yang mereka miliki dalam
dunia saham sangat bermafaat bagi mereka untuk memperkecil risiko sudah ada
dan memperkecil risiko yang akan terjadi.
63
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh usia,
pengalaman dan pendidikan mahasiswa Universitas Brawijaya dalam menentukan
saham yang dibeli. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti
menarik kesimpulan bahwa mahasiswa Universitas Brawijaya mentukan saham
yang dibeli dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan pengalaman investor lain
yang didapat saat berbagi pengalaman. Selain itu, pendidikan formal yang ada di
kampus dan pendidikan non formal seperti mengikuti seminar, membaca buku,
mencari di internet dan join grup komunikasi seperti telegram dan whatsapp. Akan
tetapi pengaruh usia mahasiswa tidak menjadi penentu mahasiswa memilih saham
yang dibeli karena menurut informan memiliki saham boleh dimiliki pada usia
berapa pun. Bahkan usia sekolah dapat mengenal tentang saham, beberapa informan
mengenal saham mulai usia belasan tahun. faktor yang mempengaruhi adalah
lingkungan keluarga informan yang memiliki saham.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan
penelitian. Dengan adanya beberapa keterbatasan tersebut memungkan timbulnya
kelemahan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut adalah beberapa informan
sulit ditemui dkarenakan kegiatan magang yang merupakan matakuliah wajib bagi
setiap mahasiswa dan kurangnya sumber informasi data mahasiswa Universitas
Brawijaya yang memiliki saham.
64
5.3. Saran
Berasarkan evaluasi dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka saran yang mampu diberikan adalah pemilihan informan yang lebih
menerima dan memberi waktu lebih dalam melakukan wawancara, sehingga
memiliki waktu lebih banyak dalam mendalami informan. Selain itu, peneliti
selanjutnya dapat mencari data berapa jumlah masing-masing fakultas yang
mahasiswanya memiliki saham dan untuk penelitian selanjutnya dapat menambah
jumlah informan agar mendapat informasi yang lebih akurat dalam dari penelitian
sebelumnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Noval dan M. Randy Pratama. 2017. The Influence Of Investors Psychology In
Making Investment Decision (paper). SIBR Conference Sydney.
Christanti, Natalia dan Linda Ariany Mahastanti. 2011. Faktor-Faktor yang
Dipertimbangkan Investor dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori
dan Terapan I Tahun 4 Nomoor 3.
Hartanto, Jogiyanto. 2015. Treori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Khan, Habib Hussain, et.al. 2017. Heuristics and Stock Buying Decision: Evidence
From Malaysian and Pakistani Stock Markets. Borsa Istanbul. Review 17
February 2017 (97-110).
Kurniawan, Dovi dan Heru Suprihhadi. 2014. Pengaruh Harga Saham, Ukuran
Perusahaan dan Risiko Saham terhadap Required of Return Saham. Jurnal STIE
Surabaya Departemen Manajemen.
Maulia, Shelly Tri dan Indira Januarti. 2014. Pengaruh Usia, Pendaptan, Pendidikan
Dewan Komisaris terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Diponegoro Journal of
Accounting. Volume 3, nomor 3, halaman 1-3. ISSN (online): 2337-3806.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, Lexy J. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Onsomu, Zipporah Nyaboke. 2015. Effect Of Age On Investor Decisions. Jurnal of
Innovative Research and Development. Volume 4 issue12. ISSN 2278-0211.
Raditya T, Daniel, I Ketut Budiartha dan I Made Sadha Suardikha. 2014. Pengaruh
Modal Investasi Minimal Di BNI Sekuritas, Return Dan Persepsi Terhadap
Risiko Pada Minat Investasi Mahasiswa, Dengan Penghasilan Sebagai Variabel
Moderasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Unversitas Udayana 3.7: 377-390.
Ranupandojo, H., dan Suad Husnan, 1984, Manajemen Personalia, Edisi III,
Yogyakarta: BPFE.
66
Septyanto, Dihin. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ivestor Individu dalam
Pengambilan Keputusan Investasi Sekuritas DI Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Ekonomi. Volume 4 Nomor 2.
Silmy, Fikri Indra. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Investasi
Saham Syariah. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Utami, Liring Dwi dan Kartini. 2016. Faktor Demografis, Personality Traits, dan
Overconfidence (survey terhadap investor saham di Yogyakarta). Jurnal Siasat
Bisnis volume 20 nomor 2, 181-196.
Website resmi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
(http://www.ksei.co.id/files/uploads/press_releases/press_file/id-
id/131_berita_pers_ksei_terima_penghargaan_kustodian_terbaik_di_asia_tengg
ara_20170918104743.pdf )
Yuwono, R.S. 2011. Pengaruh Karakteristik Investor Terhadap Besaran Minat
Invetasi Saham Di Pasar Modal (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.
Zaniarti, Sri, Ida dan Fransisca Novita. 2017. Perilaku Investor Galeri Investasi dengan
AB Mitra Sinarmas Sekuritas Jawa Barat. Volume 29 (2): 176-200.
top related