analisis penerapan sistem informasi desa untuk mendukung tata kelola sumber daya desa
Post on 12-Feb-2017
679 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 1
Policy Paper
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata
Kelola Sumber Daya Desa
Abstrak Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengelola
sumberdaya di wilayahnya. Keberhasilan desa dalam mengelola sumberdaya diukur dari
ketepatan dan akurasi data pendukung. Sistem Informasi Desa (SID) mendukung sejumlah
kerja yang terkait dengan pengolahan data penduduk, data peristiwa, data layanan publik, dan
laporan.
A. Pendahuluan Desa yang merupakan istilah nasional yang mengacu pada Pasal 1 ayat 1
UndangUndang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (UU Desa). Pada pasal ini juga
dijelaskan bahwa desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional. Ketentuan ini menjadikan desa berdaulat untuk
mengelola sumberdayanya sendiri.
Melalui undangudang tersebut, desa memiliki keleluasaan untuk mengatur sumber
daya yang ada di desa meliputi sumber daya manusia, kekayaan alam, dan termasuk
hak untuk mengelola anggaran keuangan desa. Hakhak untuk mandiri yang tertuang
menjadi undangundang tersebut merupakan jawaban atas tuntutan dari beragam
bentuk pemerintahan masyarakat yang terbentuk sejak sebelum dan sesudah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 2
Sebagai negara yang berlandaskan hukum, selain hak yang diberikan terdapat
kewajiban yang harus dipenuhi sebagai pertanggungjawaban kembali kepada
masyarakat. Kemudian hal yang menjadi salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan desa adalah merancang, melaksanakan dan melaporkan penggunaan
anggaran dan pengelolaan sumber daya desa. Ketiga kegiatan tersebut dituntut untuk
dapat diakses dengan mudah oleh publik. Hal ini tertuang dalam UndangUndang No.
14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).
Undangundang KIP menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana
pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan
keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Ketentuan ini
dikuatkan juga dalam Pasal 82 UU Desa. Di sisi lain, pada Pasal 2 ayat 3 UU KIP
mewajibkan setiap informasi publik tersebut dapat diperoleh dengan cepat dan tepat
waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Untuk memenuhinya, diperlukan sebuah
sistem sistem informasi yang sekaligus dapat mendukung tata kelola sumber daya bagi
desa. Ketentuan sistem informasi desa ini telah diatur di UU Desa, khususnya pada
pasal 86.
Berdasar kedua amanat undangundang tersebut, sistem informasi untuk desa yang
dapat diakses secara mudah, cepat dan tepat waktu adalah dengan memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan teknologi ini meliputi
pemanfaatan internet, aplikasi sistem informasi desa dan teknologi mobile. Semua
teknologi tersebut hendaknya bersifat terbuka dan tidak bergantung pada salah satu
vendor. Sehingga tidak menambah beban baru bagi desa.
B. Rumusan Masalah Penetrasi internet di seluruh wilayah Indonesia masih tergolong rendah. Berdasar data
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2014 pengguna
internet Indonesia berada di kisaran 30% (72 juta pengguna). Itupun didominasi oleh
pengguna internet melalui perangkat mobile.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 3
Gambar 1. Penetrasi Internet di Indonesia dan pelanggan telepon genggam per 100
penduduk
Menurut APJII, masalah tersebut karena sejumlah besar pengguna internet masih
terkonsentrasi di kotakota besar. Juga tidak terlepas dari minimnya infrastruktur
internet di berbagai daerah terpencil di Indonesia. Terlebih program Palapa Ring untuk
internet kabel bawah laut wilayah Indonesia bagian timur yang memungkinkan layanan
broadband internet , belum kunjung selesai.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 4
Gambar 2. Kabel bawah laut yang saat ini aktif dan melalui Indonesia
Melihat kondisi dan kecenderungan tersebut, implikasinya adalah masih sangat sedikit
penduduk berpendidikan tinggi yang mau kembali untuk ikut membangun desanya.
Sementara desa membutuhkan tenagatenaga pendamping untuk mengelola sumber
daya desa. Sehingga dapat menyebabkan penerapan undangundang dan peraturan
lainnya yang berkaitan dengan desa menjadi tersendat.
Mengelola sumber daya desa tidak terlepas dari pengelolaan data kependudukan.
Karena selama ini desa selalu menjadi objek pengambilan data tanpa dikembalikan
kembali kepada desa. Sedangkan desa dapat memanfaatkan data tersebut untuk
mendukung tata kelola Pemerintah Desa yang lebih baik. Ini yang kemudian dikenal
dengan kemandirian data. Ketika desa berdaulat dan mandiri data, maka akan
diketahui kebijakan dan kegiatan yang tepat bagi desa. Data yang dimiliki desa dalam
sistem informasi juga dapat diterapkan untuk membantu pelayanan kepada masyarakat
yang lebih cepat dan akurat. Bahkan hingga kebutuhan suratmenyurat untuk warga.
Meski demikian, setelah penerapan Sistem Informasi Desa dapat dijalankan,
permasalahan tidak berhenti di sini. Isu desa yang tengah menjadi arus utama,
mengundang banyak vendor untuk menawarkan beragam aplikasi Sistem Informasi
Desa. Jika setiap wilayah menerapkan aplikasi yang berbedabeda ini, tentunya akan
sulit bagi Pemerintah Desa dan Pemerintah Nasional membaca beragam format data
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 5
tersebut. Maka tantangannya adalah apapun aplikasinya, hasil keluaran Sistem
Informasi Desa dapat dibaca dan diagregasi oleh pemerintah supra desa.
C. Deskripsi Akhir tahun 2011 hingga tiga tahun berjalan, terdapat lebih dari lima ratus dan terus
bertambah desadesa yang memanfaatkan internet untuk mengabarkan desanya
sendiri. Desadesa yang tergabung dalam Gerakan Desa Membangun tersebut berhasil
mengusulkan dan memakai alamat internet sebagai identitas desa. Yaitu domain
desa.id. Desa Bersuara melalui internet ini menjadi pintu masuk bagi desadesa untuk
mempelajari beragam pengetahuan. Hingga tercapai tata kelola Pemerintah Desa yang
lebih baik, mandiri dan berdaulat.
Desa Bersuara merupakan serangkaian usaha untuk menyebarluaskan informasi yang
ada di desa ke ranah publik. Suatu desa bisa dikatakan telah menerapkan konsep desa
bersuara bila dia mampu mengelola informasi yang ada di desanya (mengumpulkan,
mendokumentasikan, mengemas, dan menyebarluaskan) sehingga informasi itu
diketahui oleh publik. Pada saat yang sama publik mampu diajak untuk menanggapi,
mempergunakan, dan menindaklanjuti informasi itu untuk memberikan empati atau
mendukung desa dalam menyelesaikan masalahnya.
Untuk menyebarluaskan informasi desa, desa dapat mempergunakan beragam media
informasi, salah satunya adalah website desa. Website desa merupakan salah satu
media yang memiliki daya jelajah sangat luas, bahkan mendunia. Saat desa memiliki
website, desa bisa menyebarluaskan informasi di desanya, seperti berita desa, produk
unggulan, kondisi desa, maupun laporan desa, yang dapat diakses oleh siapapun,
kapanpun, dan dimanapun.
Untuk menegaskan identitas desa di dunia internet, desa sebaiknya menggunakan
nama domain DESA.ID. Domain DESA.ID merupakan kode domain yang hanya bisa
diakses oleh desa, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengelola rumah
tangganya berdasarkan hak asalusul maupun hak tradisinonalnya (Pasal 1 UU No 6
Tahun 2014 tentang Desa).
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 6
Keberadaan website desa (desa.id) telah memberi warna baru dunia internet di
Indonesia. Pada November 2013, jumlah website desa hampir mencapai angka 1000.
Angka ini cukup fantastis karena sebagian besar desa mampu mengelola website justru
berasal dari daerah yang tidak memiliki akses internet yang bagus. Untuk sekadar
mengunggah konten, mereka susah payah mencari titik akses di kota terdekat.
Dahsyatnya, desadesa itu justru mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
warganya berkat promosi dan pemasaran produk unggulan desa secara online.
Sebutlah Karangnangka, sebuah desa di lereng Gunung Slamet di Kecamatan
Kedungbanteng, Banyumas. Lewat website mereka http://karangnangka.desa.id
beragam produk unggulan desa dipublikasikan secara rutin. Ada benih ikan, susu segar,
mebeler, es cream, peternakan, dan lainnya. Dampaknya, komoditas desa itu tak
sekadar diketahui oleh warga setempat tapi juga para pelaku ekonomi di daerah lainnya.
Sekarang penjualan benih ikan gurami warga Desa Karangnangka sudah berlangsung
antarkota sehingga setiap hari total omzet benih yang terjual mencapai 23 juta rupiah.
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan internet merupakan
media yang tren penggunanya terus meningkat setiap tahun. Pada 2013, ada 82 juta
penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Pada 2014, APJII memprediksi ada 107
juta pengguna internet dan pada 2015 ada 138 juta pengguna. Jumlah itu merupakan
pangsa pasar potensial yang sangat besar bagi pemasaran produkproduk unggulan
desa.
Hal itu menunjukkan keberadaan website desa memiliki hubungan yang erat dengan tata
kelola dunia perdesaan. Keberadaan website desa tak sekadar sebagai media untuk
menyebarluaskan informasi (infomobilisasi) dari desa tapi juga untuk mendorong
tumbuhnya para pelaku ekonomi dan pemasaran produk unggulan di dunia perdesaan
(mobilisasi sumberdaya). Bila tren di sejumlah desa itu mampu direplikasi oleh
desadesa lainnya, maka bukan hal yang mustahil bila 510 tahun ke depan, desa
mampu menjadi garda depan pertumbuhan ekonomi nasional.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 7
Manfaat website desa makin besar bila konten yang dipublikasikan mendapat apresiasi
publik, hal itu ditandai dengan:
1. Angka kunjungan website yang terus meningkat. Angka kunjungan ditandai
dengan tiga hal, yaitu jumlah pengunjung, lama waktu kunjungan, dan seberapa
besar komentar yang diberikan para pengunjung.
2. Informasi yang kita sebarkan di website menjadi topik obrolan dan disebarluaskan
di forum atau media sosial. Semakin banyak pegiat online menjadikan informasi
kita sebagai topik obrolan akan meningkatkan popularitas website kita.
3. Informasi yang kita sebarkan menjadi bahan rujukan pengambilan keputusan
pengunjung, misalnya: kita mempublikasikan beras bermutu dari desa kita, lalu
banyak orang membeli beras tersebut maka informasi kita sudah menjadi rujukan
bagi pembeli beras.
Desa Bersuara diawali dengan kepemilikan website desa. Website desa ini menjadi
media untuk mengabarkan berita desa, menampilkan monografi, video, gambar, hingga
Peraturan Desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan
pelaporan anggaran desa. Mengiringi website desa, sosial media menjadi sarana untuk
mempromosikan desa. Pemanfaatan internet ini menjadikan tidak lagi menjadikan desa
hanya sebagai pengakses internet melainkan juga sebagi penyumbang konten.
Aktifitas ini yang kemudian mendapatkan istilah Desa 2.0. Melihat fungsinya sebagai
media untuk menampilkan informasi, website desa merupakan salah satu komponen
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 8
dari Sistem Informasi Desa. Pembuatan website desa terbuka untuk umum, bisa dibuat
oleh siapa saja, atau dapat mendaftarkan melalui alamat http://desa.web.id
Penyediaan dan update website desa seringkali membutuhkan tenaga pendamping
untuk membuatkan maupun sekedar tempat bertanya. Meja Bantu atau helpdesk
menjadi ruang untuk bertanya, berdiskusi dan belajar antar desa tentang Sistem
Informasi Desa hingga tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Ketidaktersediaan
Meja Bantu di suatu daerah akan berimplikasi pada desadesa yang telah diberikan
pelatihan tentang Sistem Informasi Desa, kemudian tidak ada tempat untuk
mendampingi desa dalam hal teknis didekatnya.
Peran Pendamping atau Meja Bantu juga nantinya yang akan memastikan desa untuk
dapat menggunakan aplikasi Sistem Informasi Desa. Aplikasi ini juga menjadi alat bagi
desa untuk memiliki data yang dapat diakses dengan cepat. Berdasar data yang dimiliki
tersebut, maka desa memiliki dokumen awal untuk merancang berbagai program
kegiatan yang akan dilaksanakan di desa. Tidak lagi berdasar perkiraan semata.
D. Analisis Minimnya pemberitaan arus utama desa membuat desa hanya terkabarkan sesekali
saja. Itupun biasanya hanya diberitakan ketika desa mendapat bencana atau tindak
kriminal. Kecenderungan tersebut membuat kebutuhan, kekurangan dan keunggulan
desa tidak terkabarkan. Menyebabkan desa terus termarjinalkan karena desa belum
mampu bersuara. Kondisi seperti ini mendorong desa Mandalamekar, Tasikmalaya,
Jawa Barat, untuk memanfaatkan internet agar kabar desanya diketahui masyarakat
luas. Melalui website desa, Mandalamekar menuliskan ragam kegiatan di desa.
Termasuk kegiatan konservasi hutan Mandalamekar. Rekam jejak konservasi hutan di
website desa ini kemudian terbaca dan diganjar penghargaan Seacology Prize. Sebuah
yayasan nirlaba yang memberikan hadiah pagi para pegiat lingkungan hidup.
Akhir tahun 2011 konsep ini diusung ke Banyumas, Jawa Tengah. Dimulai dari lima
desa, terus berkembang hingga puluhan desa di Banyumas yang mau memanfaatkan
internet untuk menyuarakan desa mereka sendiri. Percepatan ini tidak lepas dari peran
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 9
pendamping desa dari relawan beberapa komunitas dan Relawan TIK di Banyumas.
Desadesa 2.0 di Banyumas memiliki tempat dan personal meja bantu (helpdesk) untuk
bertanya dan saling belajar, sehingga kendala teknis dapat segera teratasi. Kendala
teknis yang teratasi terbukti berpengaruh pada semangat belajar desa yang terus
terjaga.
Semangat yang terus terjaga itu yang kemudian memunculkan keinginan desa untuk
memiliki aplikasi Sistem Informasi Desa. Sebuah sistem yang kemudian dirumuskan
antara Pengembang (developer) dengan Desadesa 2.0. Tercapai rumusan aplikasi
Sistem Informasi Desa sebagai berikut :
1. Kode Sumber Terbuka (open source). Kode sumber terbuka memungkinkan untuk dimodifikasi, dikembangkan dan
disebarluaskan oleh siapa saja. Sistem tersebut mendorong banyak orang untuk
berpartisipasi, sehingga aplikasi kode sumber terbuka akan lebih cepat dalam
pengembangan dan implementasi di masyarakat. Baik aplikasi maupun Sistem
Operasi (OS) kode sumber terbuka juga terbukti lebih tahan terhadap virus
komputer maupun Perangkat Perusak (Malware).
Secara aktif, GDM terus mendorong pemakaian Sistem Operasi kode sumber
terbuka di desadesa. Penggunaan Sistem Operasi kode sumber terbuka
dimaksudkan untuk memutus ketergantungan terhadap satu vendor yang
biasanya digunakan desa adalah versi ilegalnya. Sebagai para pelopor yang
hendak menerapkan tata pemerintahan yang lebih baik, akan terlihat tidak etis
jika masih menggunakan perangkat lunak yang tidak legal untuk pelayanan
warga.
2. Multiplatform. Sistem informasi Desa hendaknya bisa diakses dari mana saja dan dari media
apa saja. Faktor ini sejalan dengan semangat pemakaian perangkat lunak kode
sumber terbuka. Jika mudah diakses dan tidak bergantung pada satu vendor,
maka hal ini tidak menambah beban baru bagi desa. Desa juga dapat
menentukan sendiri teknologi yang tepat sesuai dengan kondisinya.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 10
3. Beragam Fitur. Aplikasi Sistem Informasi Desa merupakan sebuah sistem yang membantu
desa untuk mengelola data kependudukan, yang berarti desa memiliki data
warganya sehingga bisa digunakan untuk menentukan kegiatan dan kebijakan
di wilayahnya. Sistem ini juga dapat membantu tata kelola pemerintahan, yang
berarti SID mempunyai kemampuan untuk suratmenyurat, sensus penduduk
miskin, dan buruh migran. Tidak menutup kemungkinan jika terdapat kebutuhan
lain bisa ditambahkan ke dalam aplikasi SID ini.
Berdasar kebutuhankebutuhan tersebut, menghasilkan aplikasi SID bernama “Mitra
Desa”. Sebuah aplikasi kode sumber terbuka berbasis web (webbased) yang dapat
dioperasikan secara online maupun offline.
Pada perkembangan selanjutnya, selain peran pendamping, pejabat pemangku
kebijakan yang berpihak kepada desa juga bisa mempercepat penerapan Sistem
Informasi Desa. Desadesa 2.0 yang didukung oleh Kepala Daerah akan mendapat
dukungan fasilitas dan kebijakan sesuai kondisi masingmasing daerah.
Undangundang Desa juga merupakan produk kebijakan yang dapat dimanfaaatkan
desa sebagai dasar untuk mempercepat implementasi SID.
E. Kesimpulan Undangundang No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan penerapan Sistem Informasi
Desa. Sebuah sistem yang memungkinkan desa untuk melaporkan kegiatan dan
anggarannya ke publik. Sesuai dengan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Media pelaporan ini adalah dengan pemanfaatan website desa yang
sekaligus menjadi desa bersuara. Sistem Informasi Desa ini memungkinkan bagi desa
untuk memiliki kemandirian data. Kemandirian data tersebut dapat digunakan untuk
mengelola sumber daya desa itu sendiri. Percepatan penerapan SID dapat terlaksana
dengan adanya peran pendamping dan dukungan dari Pemerintah.
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 11
F. Rekomendasi Memenuhi amanat UU Desa, SID perlu diterapkan sebagai media untuk mengelola
sumber daya desa. Upaya yang perlu dilakukan untuk mempercepat penerapannya
adalah :
1. Dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat dalam bentuk saranaprasarana
dan juga kebijakan.
2. Terdapat Meja Bantu di setiap wilayah yang mampu merespon dengan cepat
pertanyaan, kendala dan kebutuhan teknis desa di wilayah tersebut.
3. Tiap desa mempunyai website desa berdomain desa.id sebagai identitas desa di
internet.
4. Aplikasi Sistem Informasi Desa yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
desa. Dikembangkan dengan sistem sumber kode terbuka dan multiplatform,
sehingga tidak membebani desa terhadap satu vendor teknologi informasi.
Aplikasi tersebut juga hendaknya dapat diakses secara online dan offline.
G. Daftar Pustaka UndangUndang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UndangUndang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
Press Release APJII tentang Profil Internet Indonesia.
http://www.apjii.or.id/v2/read/content/infoterkini/213/pressreleaseprofilterkiniinternet
industriind.html
Pemaparan Infrastruktur dan Tata Kelola Internet di Indonesia.
https://citizenlab.org/2013/10/igf2013pemaparaninfrastrukturdantatakelolainternet
diindonesia/
top related