analisis penerapan sistem informasi desa untuk mendukung tata kelola sumber daya desa

11
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 1 Policy Paper Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa Abstrak Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayahnya. Keberhasilan desa dalam mengelola sumberdaya diukur dari ketepatan dan akurasi data pendukung. Sistem Informasi Desa (SID) mendukung sejumlah kerja yang terkait dengan pengolahan data penduduk, data peristiwa, data layanan publik, dan laporan. A. Pendahuluan Desa yang merupakan istilah nasional yang mengacu pada Pasal 1 ayat 1 UndangUndang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (UU Desa). Pada pasal ini juga dijelaskan bahwa desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional. Ketentuan ini menjadikan desa berdaulat untuk mengelola sumberdayanya sendiri. Melalui undangudang tersebut, desa memiliki keleluasaan untuk mengatur sumber daya yang ada di desa meliputi sumber daya manusia, kekayaan alam, dan termasuk hak untuk mengelola anggaran keuangan desa. Hakhak untuk mandiri yang tertuang menjadi undangundang tersebut merupakan jawaban atas tuntutan dari beragam bentuk pemerintahan masyarakat yang terbentuk sejak sebelum dan sesudah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk.

Upload: pradna-paramita

Post on 12-Feb-2017

679 views

Category:

Government & Nonprofit


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 1

 

 

Policy Paper 

 

Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata 

Kelola Sumber Daya Desa 

  

Abstrak Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengelola 

sumberdaya di wilayahnya. Keberhasilan desa dalam mengelola sumberdaya diukur dari 

ketepatan dan akurasi data pendukung. Sistem Informasi Desa (SID) mendukung sejumlah 

kerja yang terkait dengan pengolahan data penduduk, data peristiwa, data layanan publik, dan 

laporan.  

 

 

 

A. Pendahuluan Desa yang merupakan istilah nasional yang mengacu pada Pasal 1 ayat 1 

Undang­Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (UU Desa). Pada pasal ini juga 

dijelaskan bahwa desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan 

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, 

hak asal usul, dan/atau hak tradisional. Ketentuan ini menjadikan desa berdaulat untuk 

mengelola sumberdayanya sendiri. 

 

Melalui undang­udang tersebut, desa memiliki keleluasaan untuk mengatur sumber 

daya yang ada di desa meliputi sumber daya manusia, kekayaan alam, dan termasuk 

hak untuk mengelola anggaran keuangan desa. Hak­hak untuk mandiri yang tertuang 

menjadi undang­undang tersebut merupakan jawaban atas tuntutan dari beragam 

bentuk pemerintahan masyarakat yang terbentuk sejak sebelum dan sesudah Negara 

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  terbentuk. 

 

 

Page 2: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 2

 

Sebagai negara yang berlandaskan hukum, selain hak yang diberikan terdapat 

kewajiban yang harus dipenuhi sebagai pertanggungjawaban kembali kepada 

masyarakat. Kemudian hal yang menjadi salah satu kewajiban yang harus 

dilaksanakan desa adalah merancang, melaksanakan dan melaporkan penggunaan 

anggaran dan pengelolaan sumber daya desa. Ketiga kegiatan tersebut dituntut untuk 

dapat diakses dengan mudah oleh publik. Hal ini tertuang dalam Undang­Undang No. 

14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).  

 

Undang­undang KIP menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana 

pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan 

keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Ketentuan ini 

dikuatkan juga dalam Pasal 82 UU Desa. Di sisi lain, pada Pasal 2 ayat 3 UU KIP 

mewajibkan setiap informasi publik tersebut dapat diperoleh dengan cepat dan tepat 

waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Untuk memenuhinya, diperlukan sebuah 

sistem sistem informasi yang sekaligus dapat mendukung tata kelola sumber daya bagi 

desa. Ketentuan sistem informasi desa ini telah diatur di UU Desa, khususnya pada 

pasal 86.  

 

Berdasar kedua amanat undang­undang tersebut, sistem informasi untuk desa yang 

dapat diakses secara mudah, cepat dan tepat waktu adalah dengan memanfaatkan 

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan teknologi ini meliputi 

pemanfaatan internet, aplikasi sistem informasi desa dan teknologi mobile. Semua 

teknologi tersebut hendaknya bersifat terbuka dan tidak bergantung pada salah satu 

vendor. Sehingga tidak menambah beban baru bagi desa. 

 

 

B. Rumusan Masalah Penetrasi  internet di seluruh wilayah Indonesia masih tergolong rendah. Berdasar data 

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2014 pengguna 

internet Indonesia berada di kisaran 30% (72 juta pengguna). Itupun didominasi oleh 

pengguna internet melalui perangkat mobile.  

 

 

 

Page 3: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 3

 

 

Gambar 1. Penetrasi Internet di Indonesia dan pelanggan telepon genggam per 100 

penduduk 

 

Menurut APJII, masalah tersebut karena sejumlah besar pengguna internet masih 

terkonsentrasi di kota­kota besar. Juga tidak terlepas dari minimnya infrastruktur 

internet di berbagai daerah terpencil di Indonesia.  Terlebih program Palapa Ring untuk 

internet kabel bawah laut wilayah Indonesia bagian timur yang memungkinkan layanan 

broadband internet , belum kunjung selesai. 

 

 

 

 

Page 4: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 4

 

 

Gambar 2. Kabel bawah laut yang saat ini aktif dan melalui Indonesia  

 

Melihat kondisi dan kecenderungan tersebut, implikasinya adalah masih sangat sedikit 

penduduk berpendidikan tinggi yang mau kembali untuk ikut membangun desanya. 

Sementara desa membutuhkan tenaga­tenaga pendamping untuk mengelola sumber 

daya desa. Sehingga dapat menyebabkan penerapan undang­undang dan peraturan 

lainnya yang berkaitan dengan desa menjadi tersendat.  

 

Mengelola sumber daya desa tidak terlepas dari pengelolaan data kependudukan. 

Karena selama ini desa selalu menjadi objek pengambilan data tanpa dikembalikan 

kembali kepada desa. Sedangkan desa dapat memanfaatkan data tersebut untuk 

mendukung tata kelola Pemerintah Desa yang lebih baik. Ini yang kemudian dikenal 

dengan kemandirian data. Ketika desa berdaulat dan mandiri data, maka akan 

diketahui kebijakan dan kegiatan yang tepat bagi desa. Data yang dimiliki desa dalam 

sistem informasi juga dapat diterapkan untuk membantu pelayanan kepada masyarakat 

yang lebih cepat dan akurat. Bahkan hingga kebutuhan surat­menyurat untuk warga. 

 

Meski demikian, setelah penerapan Sistem Informasi Desa dapat dijalankan, 

permasalahan tidak berhenti di sini. Isu desa yang tengah menjadi arus utama, 

mengundang banyak vendor untuk menawarkan beragam aplikasi Sistem Informasi 

Desa. Jika setiap wilayah menerapkan aplikasi yang berbeda­beda ini, tentunya akan 

sulit bagi Pemerintah Desa dan Pemerintah Nasional membaca beragam format data 

 

Page 5: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 5

 

tersebut. Maka tantangannya adalah apapun aplikasinya, hasil keluaran Sistem 

Informasi Desa dapat dibaca dan diagregasi oleh pemerintah supra desa. 

 

 

C. Deskripsi Akhir tahun 2011 hingga tiga tahun berjalan, terdapat lebih dari lima ratus dan terus 

bertambah desa­desa yang memanfaatkan internet untuk mengabarkan desanya 

sendiri. Desa­desa yang tergabung dalam Gerakan Desa Membangun tersebut berhasil 

mengusulkan dan memakai alamat internet sebagai identitas desa. Yaitu domain 

desa.id. Desa Bersuara melalui internet ini menjadi pintu masuk bagi desa­desa untuk 

mempelajari beragam pengetahuan. Hingga tercapai tata kelola Pemerintah Desa yang 

lebih baik, mandiri dan berdaulat. 

 

Desa Bersuara merupakan serangkaian usaha untuk menyebarluaskan informasi yang                 

ada di desa ke ranah publik. Suatu desa bisa dikatakan telah menerapkan konsep desa                           

bersuara bila dia mampu mengelola informasi yang ada di desanya (mengumpulkan,                     

mendokumentasikan, mengemas, dan menyebarluaskan) sehingga informasi itu             

diketahui oleh publik. Pada saat yang sama publik mampu diajak untuk menanggapi,                       

mempergunakan, dan menindaklanjuti informasi itu untuk memberikan empati atau                 

mendukung desa dalam menyelesaikan masalahnya. 

  

Untuk menyebarluaskan informasi desa, desa dapat mempergunakan beragam media                 

informasi, salah satunya adalah website desa. Website desa merupakan salah satu                     

media yang memiliki daya jelajah sangat luas, bahkan mendunia. Saat desa memiliki                       

website, desa bisa menyebarluaskan informasi di desanya, seperti berita desa, produk                     

unggulan, kondisi desa, maupun laporan desa, yang dapat diakses oleh siapapun,                     

kapanpun, dan dimanapun. 

 

Untuk menegaskan identitas desa di dunia internet, desa sebaiknya menggunakan                   

nama domain DESA.ID. Domain DESA.ID merupakan kode domain yang hanya bisa                     

diakses oleh desa, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengelola rumah                     

tangganya berdasarkan hak asal­usul maupun hak tradisinonalnya (Pasal 1 UU No 6                       

Tahun 2014 tentang Desa).  

 

Page 6: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 6

 

  

Keberadaan website desa (desa.id) telah memberi warna baru dunia internet di                     

Indonesia. Pada November 2013, jumlah website desa hampir mencapai angka 1000.                     

Angka ini cukup fantastis karena sebagian besar desa mampu mengelola website justru                       

berasal dari daerah yang tidak memiliki akses internet yang bagus. Untuk sekadar                       

mengunggah konten, mereka susah payah mencari titik akses di kota terdekat.                     

Dahsyatnya, desa­desa itu justru mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi               

warganya berkat promosi dan pemasaran produk unggulan desa secara online. 

  

Sebutlah Karangnangka, sebuah desa di lereng Gunung Slamet di Kecamatan                   

Kedungbanteng, Banyumas. Lewat website mereka http://karangnangka.desa.id           

beragam produk unggulan desa dipublikasikan secara rutin. Ada benih ikan, susu segar,                       

mebeler, es cream, peternakan, dan lainnya. Dampaknya, komoditas desa itu tak                     

sekadar diketahui oleh warga setempat tapi juga para pelaku ekonomi di daerah lainnya.                         

Sekarang penjualan benih ikan gurami warga Desa Karangnangka sudah berlangsung                   

antarkota sehingga setiap hari total omzet benih yang terjual mencapai 2­3 juta rupiah. 

  

Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan internet merupakan                 

media yang tren penggunanya terus meningkat setiap tahun. Pada 2013, ada 82 juta                         

penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Pada 2014, APJII memprediksi ada 107                     

juta pengguna internet dan pada 2015 ada 138 juta pengguna. Jumlah itu merupakan                         

pangsa pasar potensial yang sangat besar bagi pemasaran produk­produk unggulan                   

desa. 

  

Hal itu menunjukkan keberadaan website desa memiliki hubungan yang erat dengan tata                       

kelola dunia perdesaan. Keberadaan website desa tak sekadar sebagai media untuk                     

menyebarluaskan informasi (infomobilisasi) dari desa tapi juga untuk mendorong                 

tumbuhnya para pelaku ekonomi dan pemasaran produk unggulan di dunia perdesaan                     

(mobilisasi sumberdaya). Bila tren di sejumlah desa itu mampu direplikasi oleh                     

desa­desa lainnya, maka bukan hal yang mustahil bila 5­10 tahun ke depan, desa                         

mampu menjadi garda depan pertumbuhan ekonomi nasional. 

 

  

 

Page 7: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 7

 

    

  

  

Manfaat website desa makin besar bila konten yang dipublikasikan mendapat apresiasi                     

publik, hal itu ditandai dengan: 

1. Angka kunjungan website yang terus meningkat. Angka kunjungan ditandai                   

dengan tiga hal, yaitu jumlah pengunjung, lama waktu kunjungan, dan seberapa                     

besar komentar yang diberikan para pengunjung. 

2. Informasi yang kita sebarkan di website menjadi topik obrolan dan disebarluaskan                       

di forum atau media sosial. Semakin banyak pegiat online menjadikan informasi                     

kita sebagai topik obrolan akan meningkatkan popularitas website kita. 

3. Informasi yang kita sebarkan menjadi bahan rujukan pengambilan keputusan                   

pengunjung, misalnya: kita mempublikasikan beras bermutu dari desa kita, lalu                   

banyak orang membeli beras tersebut maka informasi kita sudah menjadi rujukan                     

bagi pembeli beras.  

 

Desa Bersuara diawali dengan kepemilikan website desa. Website desa ini menjadi 

media untuk mengabarkan berita desa, menampilkan monografi, video, gambar, hingga 

Peraturan Desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan 

pelaporan anggaran desa. Mengiringi website desa, sosial media menjadi sarana untuk 

mempromosikan desa. Pemanfaatan internet ini menjadikan tidak lagi menjadikan desa 

hanya sebagai pengakses internet melainkan juga sebagi penyumbang konten. 

Aktifitas ini yang kemudian mendapatkan istilah Desa 2.0. Melihat fungsinya sebagai 

media untuk menampilkan informasi, website desa merupakan salah satu komponen 

 

Page 8: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 8

 

dari Sistem Informasi Desa. Pembuatan website desa terbuka untuk umum, bisa dibuat 

oleh siapa saja, atau dapat mendaftarkan melalui alamat http://desa.web.id  

 

Penyediaan dan update website desa seringkali membutuhkan tenaga pendamping 

untuk membuatkan maupun sekedar tempat bertanya. Meja Bantu atau helpdesk 

menjadi ruang untuk bertanya, berdiskusi dan belajar antar desa tentang Sistem 

Informasi Desa hingga tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Ketidaktersediaan 

Meja Bantu di suatu daerah akan berimplikasi pada desa­desa yang telah diberikan 

pelatihan tentang Sistem Informasi Desa, kemudian tidak ada tempat untuk 

mendampingi desa dalam hal teknis didekatnya.  

 

Peran Pendamping atau Meja Bantu juga nantinya yang akan memastikan desa untuk 

dapat menggunakan aplikasi Sistem Informasi Desa. Aplikasi ini juga menjadi alat bagi 

desa untuk memiliki data yang dapat diakses dengan cepat. Berdasar data yang dimiliki 

tersebut, maka desa memiliki dokumen awal untuk merancang berbagai program 

kegiatan yang akan dilaksanakan di desa. Tidak lagi berdasar perkiraan semata. 

 

 

D. Analisis Minimnya pemberitaan arus utama desa membuat desa hanya terkabarkan sesekali 

saja. Itupun biasanya hanya diberitakan ketika desa mendapat bencana atau tindak 

kriminal. Kecenderungan tersebut membuat kebutuhan, kekurangan dan keunggulan 

desa tidak terkabarkan. Menyebabkan desa terus termarjinalkan karena desa belum 

mampu bersuara. Kondisi seperti ini mendorong desa Mandalamekar, Tasikmalaya, 

Jawa Barat, untuk memanfaatkan internet agar kabar desanya diketahui masyarakat 

luas.  Melalui website desa, Mandalamekar menuliskan ragam kegiatan di desa. 

Termasuk kegiatan konservasi hutan Mandalamekar. Rekam jejak konservasi hutan di 

website desa ini kemudian terbaca dan diganjar penghargaan Seacology Prize. Sebuah 

yayasan nirlaba yang memberikan hadiah pagi para pegiat lingkungan hidup. 

 

Akhir tahun 2011 konsep ini diusung ke Banyumas, Jawa Tengah. Dimulai dari lima 

desa, terus berkembang hingga puluhan desa di Banyumas yang mau memanfaatkan 

internet untuk menyuarakan desa mereka sendiri. Percepatan ini tidak lepas dari peran 

 

Page 9: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 9

 

pendamping desa dari relawan beberapa komunitas dan Relawan TIK di Banyumas. 

Desa­desa 2.0 di Banyumas memiliki tempat dan personal meja bantu (helpdesk) untuk 

bertanya dan saling belajar, sehingga kendala teknis dapat segera teratasi. Kendala 

teknis yang teratasi terbukti berpengaruh pada semangat belajar desa yang terus 

terjaga.  

 

Semangat yang terus terjaga itu yang kemudian memunculkan keinginan desa untuk 

memiliki aplikasi Sistem Informasi Desa. Sebuah sistem yang kemudian dirumuskan 

antara Pengembang (developer) dengan Desa­desa 2.0. Tercapai rumusan aplikasi 

Sistem Informasi Desa sebagai berikut : 

1. Kode Sumber Terbuka (open source).  Kode sumber terbuka memungkinkan untuk dimodifikasi, dikembangkan dan 

disebarluaskan oleh siapa saja. Sistem tersebut mendorong banyak orang untuk 

berpartisipasi, sehingga aplikasi kode sumber terbuka akan lebih cepat dalam 

pengembangan dan implementasi di masyarakat. Baik aplikasi maupun Sistem 

Operasi (OS) kode sumber terbuka juga terbukti lebih tahan terhadap virus 

komputer maupun Perangkat Perusak (Malware).  

 

Secara aktif, GDM terus mendorong pemakaian Sistem Operasi kode sumber 

terbuka di desa­desa. Penggunaan Sistem Operasi kode sumber terbuka 

dimaksudkan untuk  memutus ketergantungan terhadap satu vendor yang 

biasanya digunakan desa adalah  versi ilegalnya. Sebagai para pelopor  yang 

hendak menerapkan tata pemerintahan yang lebih baik, akan terlihat tidak etis 

jika masih menggunakan perangkat lunak yang tidak legal untuk pelayanan 

warga. 

 

2. Multiplatform.  Sistem informasi Desa hendaknya bisa diakses dari mana saja dan dari media 

apa saja. Faktor ini sejalan dengan semangat pemakaian perangkat lunak kode 

sumber terbuka. Jika mudah diakses dan tidak bergantung pada satu vendor, 

maka hal ini tidak menambah beban baru bagi desa. Desa juga dapat 

menentukan sendiri teknologi yang tepat sesuai dengan kondisinya. 

 

 

Page 10: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 10

 

3. Beragam Fitur.   Aplikasi Sistem Informasi Desa merupakan sebuah sistem yang membantu 

desa untuk mengelola data kependudukan, yang berarti desa memiliki data 

warganya sehingga bisa digunakan untuk menentukan kegiatan dan kebijakan 

di wilayahnya. Sistem ini juga dapat membantu tata kelola pemerintahan, yang 

berarti SID mempunyai kemampuan untuk surat­menyurat, sensus penduduk 

miskin, dan buruh migran. Tidak menutup kemungkinan jika terdapat kebutuhan 

lain bisa ditambahkan ke dalam aplikasi SID ini. 

 

Berdasar kebutuhan­kebutuhan tersebut, menghasilkan aplikasi SID bernama “Mitra 

Desa”. Sebuah aplikasi kode sumber terbuka berbasis web (web­based) yang dapat 

dioperasikan secara online maupun offline.  

 

Pada perkembangan selanjutnya, selain peran pendamping, pejabat pemangku 

kebijakan yang berpihak kepada desa juga bisa mempercepat penerapan Sistem 

Informasi Desa. Desa­desa 2.0 yang didukung oleh Kepala Daerah akan mendapat 

dukungan fasilitas dan kebijakan sesuai kondisi masing­masing daerah. 

Undang­undang Desa juga merupakan produk kebijakan yang dapat dimanfaaatkan 

desa sebagai dasar untuk mempercepat implementasi SID. 

 

E. Kesimpulan Undang­undang No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan penerapan Sistem Informasi 

Desa. Sebuah sistem yang memungkinkan desa untuk melaporkan kegiatan dan 

anggarannya ke publik. Sesuai dengan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan 

Informasi Publik. Media pelaporan ini adalah dengan pemanfaatan website desa yang 

sekaligus menjadi desa bersuara. Sistem Informasi Desa ini memungkinkan bagi desa 

untuk memiliki kemandirian data. Kemandirian data tersebut dapat digunakan untuk 

mengelola sumber daya desa itu sendiri. Percepatan penerapan SID dapat terlaksana 

dengan adanya peran pendamping dan dukungan dari Pemerintah. 

 

 

 

 

 

Page 11: Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber Daya Desa

 Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber Daya Desa || 11

 

F. Rekomendasi Memenuhi amanat UU Desa, SID perlu diterapkan sebagai media untuk mengelola 

sumber daya desa. Upaya yang perlu dilakukan untuk mempercepat penerapannya 

adalah : 

1. Dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat dalam bentuk sarana­prasarana 

dan juga kebijakan. 

2. Terdapat Meja Bantu di setiap wilayah yang mampu merespon dengan cepat 

pertanyaan, kendala dan kebutuhan teknis desa di wilayah tersebut. 

3. Tiap desa mempunyai website desa berdomain desa.id sebagai identitas desa di 

internet. 

4. Aplikasi Sistem Informasi Desa yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan 

desa. Dikembangkan dengan sistem sumber kode terbuka dan multiplatform, 

sehingga tidak membebani desa terhadap satu vendor teknologi informasi. 

Aplikasi tersebut juga hendaknya dapat diakses secara online dan offline. 

 

G. Daftar Pustaka Undang­Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 

 

Undang­Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa 

 

Press Release APJII tentang Profil Internet Indonesia. 

http://www.apjii.or.id/v2/read/content/info­terkini/213/press­release­profil­terkini­internet­

industri­ind.html  

 

Pemaparan Infrastruktur dan Tata Kelola Internet di Indonesia. 

https://citizenlab.org/2013/10/igf2013­pemaparan­infrastruktur­dan­tata­kelola­internet­

di­indonesia/