analisis masalah
Post on 24-Dec-2015
221 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ANALISIS MASALAH
1. Mr. Y a 40 years old, sailor, was admitted to hospital with hemoptoe. He complained that
6 hours ago he had a severe bout of coughing with fresh blood of about 2 glasses.
a. Apa hubungan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan dengan kasus? Usia produktif yaitu 20-49 tahun.
Jenis kelamin
Sebenarnya, tidak terdapat korelasi secara langsung antara penyakit pada kasus ini
dengan jenis kelamin tertentu, seperti pada kasus ini, yaitu pria. Namun, beberapa
data statistik menunjukkan penderita pria lebih banyak jumlahnya daripada
penderita wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan pria lebih dekat
dengan faktor-faktor risiko tertentu.
Tbc lebih tinggi terjadi pada orang yang bekerja di daerah yang tinggi prevalensi
Tuberkulosis, pada pekerjaan yang mengharuskan melakukan perjalanan yang
selalu berkontakan dengan iritan saluran nafas.
2. He also said that in the previous months he had had productive cough with a lot of
phleigm, mild fever, loss of appetite, rapid loss of body weight (previous weight: 70 kg),
and shortness of breath. Since a week ago, he felt his symptoms were worsening
a. Bagaimana patofisiologi batuk berdahak?
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.
b. Bagaimana patofisiologi demam ringan?
Respon inflamasi terhadap M.Tuberculosis produksi sitokin (Il-1, IL-6 dan TNF-
alfa) pembentukan asam arakhidonat pembentukan PGE 2 peningkatan set
point di hipotalamus demam.
c. Bagaimana progresi dari batuk produktif menjadi batuk berdarah?
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya
untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis
yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. Teori terjadinya perdarahan
akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen, akan tetapi beberapa laporan autopsi
membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan
percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada
hemoptoe.
perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan
aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh
darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh
darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis
pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat
menimbulkan hemoptisis masif.
3. Additional Information
Laboratory :
Hb 8,5g%, WBC 6000/uL, ESR 65 mm/hr, diff count 0/3/2/75/15/5, acid fast bacilli (-),
HIV test (+), CD4 120/uL,
Radiologi :
Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung.
a. Mengapa basil tahan asam nya negative sedangkan mengalami gejala TB?
4. Template
a. Apa saja dd
pada kasus?
b. Apa diagnosis kerja pada kasus? (skemanya)
Indikator Kasus Tb paru Pneumonia
(typical)
Bronkietaksis Karsinoma
bronkogenik
Hemoptisis + + + + +
Demam Ringan
(subfebris)
Ringan
(subfebris)
Tinggi Tinggi,
berulang
Ringan
Sesak napas + + + + +
BB , anoreksia + + + + +
Productive
cough
+ + + + +
Pembesaran
kelenjar limfe
+ + + - +
WBC - - + + -
Gambaran
Radiologi
Infiltrate
pada lobus
kanan atas
paru
infiltrat
biasanya
pada apeks
paru
Konsolidasi
biasanya pada
basis paru
Kista-kista
kecil seperti
gambaran
sarang tawon,
bronchovascul
ar marking
Nodul soliter
sirkumskripta
atau coin lesion
c. Bagaimana etiologi pada kasus? (jelaskan siklus, sifat M.Tb, dan cara penularan)
Morfologi dan Identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
1. Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran
0,2-0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan
asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan
kadangkadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C
atau lebih dari 40°C. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen.
PH optimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan dapat
mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-
30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan
basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari
dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan
disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil
ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur
dalam 2-10 menit. Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut
diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung banyak
sekali kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya
(penderita bta positif) adalah sangat menular.
Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini
mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan
dapat bertahan diudara selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat
terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang
menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah
infeksi dari satu orang keorang lain.
d. Bagaimana manifestasi klinik pada kasus?
Keluhan pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala lokal di paru dan
keluhan pada seluruh tubuh secara umum.
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuknya ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang
paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan
dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Bila proses destruksi berlanjut, sekret
dikeluarkan terus menerus sehingga batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu
penderita pada waktu siang maupun malam hari. Bila yang terkena trakea dan/atau
bronkus, batuk akan terdengar sangat keras, lebih sering atau terdengar berulang-ulang
(paroksismal). Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow sounding
cough, yaitu batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.
b. Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus). Batuk
darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis atau initial symptom
karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari
pembuluh darah pada dinding kavitas. Batuk darah pada pemeriksaan raadiologis tanpak
ada kelainan. Sering kali darah yang dibatukkan pada penyakit tuberkulosis bercampur
dahak yang mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada
tuberkulosis yang sudah sembuh karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari
bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru. Pada saat seperti ini
dahak tidak mengandung basil tahan asam (negatif).
c. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di
ujung skapula atau tempat-tempat lain).
d. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau oleh
penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi TB Paru. Penderita yang sesak
napas sering mengalami demam dan berat badan turun.
e. Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan
sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi
lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan
badannya hangat atau muka terasa panas.
f. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas
dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih
erat
g. Keringat Malam
Keringat malam bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang
dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan
sakit kepala timbul bila ada panas.
h. Gangguan Menstruasi
Hasil penelitian Indra di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 dengan menggunakan
penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional menyatakan bahwa status gizi
yang tidak normal merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan siklus
menstruasi. Status gizi yang buruk menyebabkan meningkatnya kasus penyakit
tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang rendah.
Oleh sebab itu gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah
lanjut.
i. Anoreksia
Anoreksia yaitu tidak selera makan dan penurunan berat badan merupakan manifestasi
toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
Rendahnya asupan makanan yang disebabkan oleh anoreksia menyebabkan peningkatan
metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam tubuh. Asupan yang tidak kuat
menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh yang berlebihan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan kelainan
biokimia tubuh.
j. Lemah Badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari
yang kurang menyenangkan. Oleh sebab itu harus dianalisa dengan baik apabila dijumpai
perubahan sikap dan tempramen, perhatian penderita berkurang atau menurun pada
pekerjaan, penderita yang kelihatan neurotik.
e. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Respons Immunologi terhadap TBC
Infeksi primer Masuk dan menempel pd jalan napas
Inhalasi M.tuberculosis
Fagositosis oleh netrofil , makrofag
Massa jar.fibrosa (bag.tengah dsbt ghon tubercle)
Necrotizing caseosa
Kalsifikasi
Bakteri dalam fase dormant
Infeksi sekunder
Sistem imun ↓(HIV +)
Ghon tubercle mengalami ulserasi di dlm bronkus
Jar.parut di paru
Iritasi bronkusbatukRespon
peradangan
Infitrasi ke paru-paru
Batuk produktif
demamSesak
nafas
a. Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh akan difagosit oleh
makrofag (terutama pada alveolus mengingat port d’entree Mycobacterium
tuberculosis adalah hidung dan saluran pernapasan).
b. Masuknya Mycobacterium tuberculosis ini diperantarai oleh reseptor manosa
makrofag dan selubung glikolipid-manosa pada Mycobacterium tuberculosis lalu
bakteri ini akan masuk dan memanipulasi endosom makrofag.
c. Setelah strain virulen Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam endosom
makrofag, terjadi manipulasi berupa penghentian pematangan makrofag dan
penghentian pembentukan fagolisosom yang efektif untuk membunuh
Mycobacterium tuberculosis. Akibatnya, bakteri ini bebas berproliferasi di dalam
makrofag dan dapat menyebar ke berbagai organ lain
d. Setelah lebih dari 3 minggu sejak pajanan, terbentuk imunitas seluler terhadap
antigen Mycobacterium tuberculosis yang telah diproses pada kelenjar getah
bening regional.
e. Imunitas seluler ini disajikan dalam bentuk Major Histocompatibility Complex
(MHC) kelas II, yaitu suatu molekul yang terletak di permukaan sel leukosit
(dalam kasus ini makrofag). MHC kelas 2 ini kemudian akan dipresentasikan ke
sel TH0 CD4+.
f. Dengan bantuan interleukin 12, sel TH0 CD4+ mengalami pematangan menjadi sel
T CD4+ subtipe TH1 yang mampu mengeluarkan gamma-interferon (IFN-γ). Sel
ini juga mengakibatkan timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin yang
menandakan hipersensitivitas tubuh terhadap antigen bakteri penyebab TB.
g. IFN-γ berperan penting dalam mengaktivasi makrofag, yang kemudian akan
mengeluarkan mediator penting berupa Tumor Necrosis Factor (TNF).
h. TNF akan merekrut monosit yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi
“histiosit epiteloid” yang kemudian membentuk respons granulomatosa sebagai
usaha melokalisasi infeksi. Akibatnya terbentuklah radang granulomatosa
(termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV / lambat) dengan necrosis caseosa di
bagian sentralnya.
i. IFN-γ bersama dengan TNF akan mengaktifkan gen inducible nitric oxide
synthase (iNOS) yang menyebabkan peningkatan kadar nitrat oksida di tempat
infeksi. Nitrat oksida adalah oksidator kuat dan dapat membentuk zat nitrogen
reaktif dan radikal bebas yang mampu menimbulkan kerusakan oksidatif pada
dinding sel Mycobacterium tubrculosis sampai DNA bakteri tersebut.
j. Selain mengaktivasi makrofag, sel T CD4+ subtipe TH1 mampu merangsang
pembentukan sel T sitotoksik CD8+ yang dapat membantu membunuh
Mycobacterium tubrculosis
k. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel T γδ (T-gamma delta) juga
mampu berperan sebagai sel efektor sitotoksik yang dapat merusak makrofag
yang telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
l. Bila terjadi pajanan sekunder atau reaktivasi Mycobacterium tuberculosis,
penjamu yang telah tersensitasi ini akan merespons dengan mobilisasi cepat
sistem pertahan namun disertai dengan peningkatan pembentukan jaringan
nekrosis.
top related