analisis kebangkrutan perusahaan dengan …
Post on 26-Nov-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN
METODE ALTMAN Z-SCORE
Oleh :
1. Eva Karla
2. Erni Karyati
UNIVERSITAS GUNADARMA
JANUARI 2021
1
ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN
METODE ALTMAN Z-SCORE
Eva Karla
eva_karla@staff.gunadarma.ac.id
Erni Karyati
erni_k@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi kebangkrutan
PT. Bluebird Tahun 2018 Semakin berkembangnya perekonomian dan teknologi
menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Ketidakmampuan
mengantisipasi perkembangan ekonomi global akan mengakibatkan berkurangnya
kegiatan usaha perusahaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebangkrutan
perusahaan.
Metode analisis yang digunakan adalah metode Altman Z-score. Metode ini
menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk mengetahui kondisi kesehatan
perusahaan dan kinerja keuangan. Analisis Kebangkrutan Altman Z-Score adalah alat
yang digunakan untuk meramal tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan
menghitung nilai dari beberapa rasio.
Dari hasil penulisan ilmiah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja
keuangan PT. Blue Bird Tbk dalam keadaan kinerja keuangan perusahaan yang baik,
karena pada Tahun 2018 nilai overall Z-score berada diatas titik cut off 2,60 dan
dinyatakan sehat.
Kata Kunci : Analisis Kebangkrutan, Altman Z-Score
(Daftar Pustaka : 2000 – 2018)
2
PENDAHULUAN
Peningkatan kinerja harus dijaga oleh perusahaan agar kondisi perusahaan tetap
stabil dan tidak mendekati kebangkrutan. Gejala awal kebangkrutan biasanya ditandai
dengan kesulitan keuangan masing-masing perusahaan, jika kesulitan keuangan tersebut
tidak langsung ditangani oleh pihak perusahaan, maka kebangkrutan akan terjadi pada
perusahaan tersebut. Prediksi mengenai perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan, yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan salah satu analisis yang
penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, investor, otoritas
pembuat peraturan, auditor, maupun manajemen.
Dalam era globalisasi yang semakin maju, media transportasi berkembang
sehingga bisa diakses secara onlinedengan menggunakan internet, yang mana hal
tersebut semakin marak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berpengaruh
terhadap kondisi keuangan perusahaan transportasi di Indonesia, khususnya perusahaan
taksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kehadiran taksi online pada tahun 2015
berdampak negatif bagi beberapa perusahaan taksi konvensional. Untuk menghadapi
ketatnya persaingan usaha, perusahaan taksi konvensional harus dapat merancang
strategi agar dapat terus bertahan dan memenuhi tujuan utamanya untuk meraih
keuntungan.
Sama halnya dengan PT Blue Bird Tbk merupakan sebuah perusahaan
transportasi asal Indonesia. Perusahaan ini melayani jasa transportasi dan pariwisata.
PT Blue Bird Tbk didirikan pada tahun 1972 di Jakarta. PT Blue Bird TBK adalah
operator taksi terbesar di Indonesia yang menguasai pangsa pasar sekitar 43% di sektor
jasa taksi Indonesia. Dengan menggunakan kode saham BIRD di Indonesian Stock
Exchange, saham BIRD yang di awal tahun bertengger tinggi di angka Rp 7000 per
lembar, harus jatuh di angka Rp 2900 per lembarnya. Penyebab dari turunnya saham
BIRD adalah karena munculnya kompetitor baru yaitu taksi online seperti Gojek, Grab
dan Uber.
Prediksi kebangkrutan dapat dilakukan dengan menggunakan model Altman Z-
Score, yaitu model yang dikembangkan dengan menggunakan rasio laporan keuangan
dan analisis diskriminan berganda untuk memprediksi kebangkrutan bagi perusahaan
publik. Dari hasil perhitungan Altman Z-Score tersebut maka dapat diketahui apakah
perusahaan benar terindikasi financial distress atau tidak. Sehingga dari hasil analisis Z-
Score dapat ditentukan faktor-faktor yang perlu diperbaiki agar perusahaan terhindar
dari kebangkrutan.
3
METODE PENELITIAN
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah prediksi kebangkrutan yang mungkin
akan dihadapi oleh PT. Blue Bird Tbk tahun 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses dan Analisis Model Altman Z-Score
1. Perhitungan dan Analisis Rasio Empat Variabel
Sebelum menghitung Z-Score dari PT. Blue Bird Tbk, terlebih dahulu dihitung
besarnya empat rasio yang telah dijelaskan sebelumnya yang terdiri dari Working
Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earning to Total Assets Ratio (X2), Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value of Equity to Book
Value of Total Liabilities Ratio (X4).
Untuk melakukan perhitungan digunakan data berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan yang diperlukan berupa laporan neraca dan laba rugi selama periode 2018.
Selain itu khusus untuk perhitungan Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
Ratio (X4) dibutuhkan data tambahan berupa nilai harga pasar per lembar saham tahun
2018 atau Market Capitalization per kuartal di akhir tahun 2018.
Adapun data – data yang di sebutkan di atas telah disajikan pada lampiran
belakang, berikut ini adalah perhitungan dari rasio empat variabel selama periode 2018
beserta analisisnya secara lengkap.
Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja terhadap Total Aktiva)
4
Rasio X1 (Working Capital to Total Assets Ratio) untuk mengukur likuiditas perusahaan
dengan membandingkan antara modal kerja dengan total aktiva perusahaan. Modal
kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan.
Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar seperti
kas, surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Dimana modal kerja
didapat dari selisih antara total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
Tabel 1
Modal Kerja
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data diolah,2020
Tabel 2
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2018, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan nilai npositif
yaitu 0.066, dikarenakan modal kerja tahun 2018 bernilai positif yang
mempengaruhi nilai X1.
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Modal Kerja
2018 1.071.773 614.987 456.786
Tahun Modal Kerja Total Aktiva X1
2018 456.786 6.955.157 0,066
5
Retained Earning to Total Assets Ratio (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
Rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan bahwa setiap Rp 1.00 aktiva
perusahaan dijamin oleh saldo laba ditahan. Laba ditahan merupakan laba atas
keuntungan perusahaan yang belum dibagi untuk periode tertentu
Tabel 3
Laba Ditahan
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tabel 4
Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2018, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan nilai 0.348.
Hal ini menujukkan bahwa setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan dijamin oleh saldo
laba ditahan sebesar Rp 0.348.
Tahun Laba Ditentukan Laba Belum
Ditentukan
Laba Ditahan
2018 40.000 2.384.410 2.424.410
Tahun Laba Ditahan Total Aktiva X2
2018 2.424.410 6.955.157 0.348
6
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (Rasio EBIT terhadap Total
Aktiva)
Rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan jumlah laba bersih sebelum bunga dan
pajak yang dapat dihasilkan dari setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan. Untuk mencapai
nilai EBIT adalah menambahkan laba sebelum beban pajak dengan biaya bunga
Tabel 5
EBIT
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah,2020
Tabel 6
Rasio EBIT terhadap Total Aktiva
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tahun Laba Sebelum
Beban Pajak
Beban Bunga EBIT
2018 606.175 65.483 671.658
Tahun EBIT Total Aktiva X3
2018 671.658 6.955.157 0.096
7
Analisis :
Tahun 2018, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan nilai 0.096. Hal ini
menunjukkan bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar Rp 0.096
dapat dihasilkan dari setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan bagi semua investor baik
pemegang dan obligasi.
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (Rasio Nilai Pasar
Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang)
Rasio X4 menunjukkan proporsi modal saham terhadap total utang dengan setiap Rp
1.00 dari total hutang digunakan untuk membiayai modal saham. Nilai pasar modal
sendiri yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan harga pasar per lembar sahamnya pada
periode yang bersangkutan.
Tabel 7
Nilai Pasar Modal Sendiri
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tahun Closing Price Saham Yang
Beredar
Nilai Pasar Modal
Sendiri
2018 2.870 2.502.1 7.181.027
8
Tabel 8
Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2015, rasio modal saham terhadap total kewajiban menunjukkan nilai
4.249. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1.00 dari total kewajiban
digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp 4.249.
2. Proses Analisis Z-Score
Setelah mengetahui nilai rasio lima variabel, langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai Z-Score untuk perusahaan non manufaktur dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
Z : Overall Indeks ( Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Retained Earning to Total Assets (Laba yang Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum
Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar
: Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
Tahun Nilai Pasar Modal
Sendiri
Total Kewajiban X4
2018 7.181.027 1.689.996 4.249
9
Dari nilai Z-Score yang diperoleh maka dibandingkan nilai tersebut dengan titik
cut-off Altman untuk melihat apakah sebuah perusahaan mempunyai potensi untuk
bangkrut dan untuk menentukan rating yang didapat perusahaan dari nilai Z-Score maka
dilihat pada model EMS(Emerging Market Scoring).
Tabel 9
Titik Cut-Off yang dilaporkan Altman
Untuk Perusahaan Non Manufaktur yang telah go publik/belum go publik
Nilai Cut-Off Keterangan
Z < 1.10
Menunjukkan indikasi perusahaan
menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius, hal ini perlu ditindak lanjuti
agar tidak terjadi kebangkrutan
1.10 < Z < 2.60
Menunjukkan bahwa perusahaan berada
dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini
manajemen harus hati – hati dalam
mengelola aset – aset perusahaan agar
tidak terjadi kebangkrutan (grey area)
Z>2.60
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi
keuangan yang sehat dan tidak
mempunyai permasalahan dengan
keuangan
Sumber : Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta
Models : 2000
10
Tabel 10
Rating Ekuivalen Perusahaan terhadap Nilai Rata – rata EMS
US Equivalent Rating Average EM Score
AAA 8.15
AA+ 7.60
AA 7.30
AA- 7.00
A+ 6.85
A 6.65
A- 6.40
BBB+ 6.25
BBB 5.85
BBB- 5.65
BB+ 5.25
BB 4.95
BB- 4.75
B+ 4.50
B 4.15
B- 3.75
CCC+ 3.20
CCC+ 2.50
CCC- 1.75
D 0
Sumber : Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta
Models : 2000
11
Tabel – tabel dibawah ini merupakan indeks Z-Score Tahun 2018 untuk PT. Blue Bird
Tbk.
Tabel 11
Overall Indeks Z-Score Tahun 2018
Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Indeks Z-Score
X1 0.066 6.56 0.433
X2 0.348 3.26 1.131
X3 0.096 6.72 0.645
X4 4.249 1.05 4.461
TOTAL 6.670
Sumber : Data Diolah, 2020
Rangkuman Hasil Penelitian
Berikut akan disajikan ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
pada PT. Blue Bird Tbk Tahun 2018. Tabel dibawah ini menunjukkan rasio empat
variabel yang diperoleh perusahaan, nilai indeks Z-Score dan juga rating yang diperoleh
perusahaan.
Tabel 12
Rasio Empat Variabel
Tahun 2018
Tahun Rasio X1 Rasio X2 Rasio X3 Rasio X4
2018 0.066 0.348 0.096 4.249
Sumber : Data Diolah, 2020
12
Tabel 13
Potensi Kebangkrutan
Tahun 2018
Tahun 2018
Z-Score 6.670
Sumber : Data Diolah, 2020
Tabel 14
Rating EMS Tahun 2018
Tahun Indeks Z-Score Rating
2018 6.670 A
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
1. Dari ketiga koefisien Z-Score tiap tahun, perusahaan PT. Blue Bird Tbk
dinyatakan sehat. Hal ini karena nilai cut-off diatas 2.60 yang dinyatakan
perusahaan tersebut sehat dan terhindar dari resiko kebangkrutan
2. Pada tahun 2018 nilai koefisien Z-Score kembali menandakan PT.Blue Bird
Tbk dapat menjalin kerjasama dengan Gojek untuk menyediakan layanan taxi
Blue Bird di aplikasi Gojek, yang mengakibatkan Rasio Modal Kerja terhadap
Total Aktiva, Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva dan Rasio Pasar Modal
Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang mengalami kenaikan.
3. Pada tahun 2018 yaitu sebesar 6.670 dan rating EMS A. Hal ini mungkin karena
pada tahun 2018 jumlah kompetitor PT. Blue Bird Tbk banyak dan kompetitor
tersebut banyak melakukan inovasi – inovasi.
4. Dari kelima jenis rasio, yang paling berpengaruh besar terhadap nilai Z-Score
adalah rasio X4 (Rasio Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang). Ini
menunjukkan bagaimana Nilai Saham bagi PT. Blue Bird Tbk sangat penting
bagi kelangsungan hidup perusahaan.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
PT. Blue Bird Tbk. dalam menghadapi prediksi kebangkrutan menggunakan Model
Altman Z-Score mempunyai modal kerja, saldo laba ditahan, laba sebelum bunga dan
pajak, nilai pasar modal sendiri yang cukup bagus dan bisa dibandingkan dengan total
asset dan total hutang dan menghasilkan nilai Z yang cukup besar yang mengantarkan
PT. Blue Bird Tbk. kepada zona aman dari beberapa zona diskriminasi dalam Model
Altman Z-Score. PT. Blue Bird Tbk. setidaknya berada dalam zona aman untuk
beberapa tahun kedepan berdasarkan laporan keuangan tahunan yang digunakan.
Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan hendaknya selalu menjaga asset keuangan dengan baik karena
jika tidak diperhatikan maka kecenderungan perusahaan berada pada daerah
rawan atau bahkan berpotensi bangkrut dimasa mendatang dapat terjadi
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat menggunakan model – model
prediksi kebangkrutan lainnya, untuk dapat dijadikan pembanding dalam
memprediksi kebangkrutan, sehingga mampu memberikan kelengkapan tentang
penelitian terhadap analisis kebangkrutan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. 2000. Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The
Z-Score and Zeta Models : 2000.
Elfika, Audia. 2015. Analisis Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score Pada PT.
Bakrieland Development Tbk Periode Tahun 2010 – 2014.
Fajar, Dino. 2013. Analisis Kebangkrutan Pada PT. Kimia Farma Tbk dengan
Metode Altman Z-Score.
Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul. 2000. Analisa Laporan Keuangan.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan.
Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
BPFE.
Septriyani, Anis. 2015. Analisis Kebangkrutan Pada PT. XL Axiata Tbk dengan
Menggunakan Metode Z-Score Periode 2010 – 2014.
Supardi dan Sri Mastuti, 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai
Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan gopublic di Bursa Efek Jakarta.
Tigris, Laresegiras. 2018. Analisis Model Altman Z-Score dalam Memprediksi
Potensi Kebangkrutan PT. Gudang Garam Tbk.
W, Filemond. 2014. Analisis Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman Z-
Score Pada PT. Kalbe Farma Tbk.
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE
BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Nomor Pengunggahan
SURAT KETERANGANNomor: 463/PERPUS/UG/2021
Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : Eva KarlaNomor Penulis : 060710Email Penulis : eva_karla@staff.gunadarma.ac.idAlamat Penulis : jl salah 1 no 81
dengan penulis lainnya sebagai berikut:Penulis ke-2/Nomor/Email : ERNI KARYATI / 990049 / erni_k@staff.gunadarma.ac.id
Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FEUG/EA/PENELITIAN/463/2021Judul Penelitian : Analisis Kebangkrutan PerusahaanTanggal Penyerahan : 30 / 01 / 2021
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.
Dicetak pada: 30/01/2021 19:55:44 PM, IP:114.79.0.203 Halaman 1/1
top related