analisis faktor - faktor yang mempengaruhi ...repository.ub.ac.id/9474/1/cindy yosari .pdftabel 3.3...
Post on 23-Nov-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENERIMAAN
PAJAK PENGHASILAN
(Studi pada Aparatur Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Kota Malang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Skripsi pada Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
CINDY YOSARI
105030400111004
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
MALANG
2017
Lampiran 3 Curriculum Vitae
Nama : Cindy Yosari
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 24 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : jl. Komp. Sutera Alba 3/16 kel. Alam Sutera Serpong
Telepon : 085230452545
E-mail : cindychindut@yahoo.com
Pendidikan : SD IBA Palembang (2004)
SMPN 1 Sukaraja Bogor (2007)
SMA Bina Warga 1 Palembang (2010)
S1 Administrasi Perpajakan Universitas Brawijaya (2017)
Kupersembahkan Karyaku
Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Kakak-kakak dan Adikku Tersayang
vi
RINGKASAN
Cindy Yosari, 2015, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
Penghasilan (Studi pada Aparatur Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota
Malang), Ketua : Hamidah Nayati Utami Dr., S.Sos, M.Si; Anggota : Arik Prasetya S.Sos, M.Si,
Ph.D.
Penelitian ini dilatarbelakangi Faktor-Faktor yang berpengaruh pada Penerimaan Pajak
Penghasilan setiap tahunnya sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
faktor-faktor yang diteliti dalam penerimaan pajak penghasilan. Faktor-faktor dalam penelitian
ini merupakan upaya aparatur pajak guna mencapai indikator keberhasilan dalam penerimaan
pajak penghasilan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner, serta data
sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi. Obyek penelitian ini adalah Kantor Pelayanan
Pajak Madya Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dan Sosialisasi Pajak
berpengaruh pada Penerimaan Pajak Penghasilan. Aparatur pajak membangun kepatuhan Wajib
Pajak melalui adanya sosialisasi pajak serta konsultasi terhadap Wajib Pajak, sehingga
menyadarkan Wajib Pajak atas kewajiban perpajakannya. Namun masih terdapat dua faktor yang
belum memberikan pengaruh secara baik, yaitu Pemeriksaan Pajak serta Pengetahuan dan
Pemahaman Wajib Pajak. Hal ini disebabkan masih adanya Wajib Pajak yang melakukan
penghindaran pajak dan tidak jujur dalam melakukan pencatatan perpajakannya, serta kurangnya
pemahaman Wajib Pajak tentang pentingnya perpajakan.
Saran yang direkomendasikan adalah pihak aparatur pajak lebih tegas dalam menindak
Wajib Pajak yang berlaku curang, dan mengembangkan cara-cara baru untuk menyampaikan
ketentuan perpajakan pada Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak dengan mudah memahami
kewajibannya dalam bidang perpajakan dan Penerimaan Pajak Penghasilan akan meningkat.
Kata Kunci : Penerimaan Pajak Penghasilan, Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak,
Pemeriksaan Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak.
vii
SUMMARY
Cindy Yosari, 2015, Analysis of Factors that Affect the Receipt of Income Tax (Studies on
Tax Office Madya of Malang), Chairman : Hamidah Nayati Utami Dr., S.Sos, M.Si; Member :
Arik Prasetya S.Sos, M.Si, Ph.D.
The background of this research is the factor which affect the receipt of tax income every
year base on Regulation No.36 of 2008 which is the fourth change over the regulation No. 7 of
1983 about income tax. This study aim to analyze how much influence the factors studied in
income tax revenue. The factors in this study are an effort by tax apparatus to achieve indicator
of success in income tax revenue.
This study uses descriptive method wih quantitative approach. It employs primary data
whichis obtained through questionnaire and secondary data which is obtained through
documentation. The study is taken place in Tax Office Madya of Malang.
The result of this study is that taxpayer compliance and tax dissemination had effect on
income tax revenue. The tax authorities build taxpayer compliance through the socialization of
taxes as well as consultation on taxpayer, thus awakening the taxpayer for his tax obligations.
But there are still two factors that have not given influence, namely tax audit and knowledge and
understanding of the taxpayer. This is due to to the existence of taxpayers who do tax evasion
and dishonest in recording the tax reporting, as well as a lack of understanding of taxpayers
about the importance of taxation.
Recommended advice is the tax authorities are more assertive in cracking down on
taxpayers cheating, and developing new ways to pass tax regulations on taxpayers so that
taxpayers easily to understand the obligations of taxation and income tax revenue will increase.
Keywords : Income Tax Receipts, Taxpayer Compliance, Tax Socialization, Tax Audits,
Knowledge and Understanding of the Taxpayer.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi
pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang
diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Administrasi Perpajakan
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Keluargaku tersayang, Mom, Daddy, Adikku Abdul Fattah, yang selalu
memberikan cinta, dukungan, arahan, motivasi, serta doanya hingga
terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Brawijaya Malang.
3. Bapak Kadarisma Hidayat, Drs, M.Si selaku Ketua Prodi Perpajakan Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
4. Ibu Hamidah Nayati Utami, Dr, S.Sos, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak
Arik Prasetya, S.Sos, M.Si, Ph.D selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu waktu, tenaga, dan pikiran dengan ikhlas, sabar, dan tulus serta member
bimbingan, motivasi dan arahan selama penyusunan skripsi.
5. Teman-teman seperjuangan perpajakan 2010 yang telah berbagi pengetahuan dan
pengalaman demi perjuangan penyelesaian skripsi yang luar biasa ini, terutama
Benny, Debby, dan Dita.
ix
6. Jauhar Andre Wicaksono selaku teman terdekat yang selalu setia mendampingi,
mendengarkan keluh kesah, memberi semangat, dukungan, dan doa.
7. Teman-teman Kesumba yang memberikan semangat dan doanya, terutama adikku
Fa’izah Putri.
8. Teman-teman DISMA yang terus memberikan semangat dan masukan-masukan
untuk penulisan skripsi ini terutama Chandra Yudistira dan Mbak Dilla Janati.
9. Para informan beserta seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Madya kota
Malang yang telah berbagi informasi dan banyak membantu dalam kelancaran
penelitian skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang
telah membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat peniliti
harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan yang berarti bagi
pihak yang membutuhkan.
Malang, Juni 2017
Cindy Yosari
xi
DAFTAR ISI
MOTTO ............................................................................................................................iii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................ iv
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... v
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................................... vi
RINGKASAN .................................................................................................................... vii
SUMMARY ......................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A Latar Belakang ................................................................................................ 1
B Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
C Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
D Kontribusi Penelitian ..................................................................................... 11
E Sistematika Pembahasan ................................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 15
A Kajian Empiris............................................................................................... 15
1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 15
B Kajian Teoritis ............................................................................................... 17
1 Definisi Pajak .............................................................................................. 17
2 Fungsi Pajak ................................................................................................ 18
3 Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................... 18
4 Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak ...................................................... 20
5 Asas-Asas Perpajakan ................................................................................ 22
6 Pajak Penghasilan ....................................................................................... 23
7 Sanksi Perpajakan ....................................................................................... 29
8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak .............................. 30
C Hubungan Antar Variabel.............................................................................. 46
D Model Konseptual ......................................................................................... 48
E Model Hipotesis ............................................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 52
A Jenis Penelitian ............................................................................................ 52
B Lokasi Penelitian ........................................................................................... 52
C Konsep, Variabel, dan Definisi Operasional Variabel .................................. 53
D Skala Pengukuran .......................................................................................... 58
E Populasi dan Sampel ...................................................................................... 60
xii
F Sumber Data .................................................................................................. 61
G Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 62
H Instrumen Penelitian ...................................................................................... 63
I Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 63
J Teknik Analisis Data ...................................................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 75
A Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 75
B Gambaran Umum Responden........................................................................ 82
C Analisis Data ................................................................................................. 85
1 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 85
2 Analisis Deskriptif ...................................................................................... 88
3 Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................ 107
4 Uji Hipotesis ............................................................................................. 110
D Pembahasan ................................................................................................ 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 131
A Kesimpulan ................................................................................................. 131
B Saran ............................................................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 135
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 139
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Peran Perpajakan pada APBN Tahun 2011 – 2015 .......................................... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 15
Tabel 2.2 Tarif Pajak ....................................................................................................... 29
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ......................................................................... 55
Tabel 3.2 Skala Likert ..................................................................................................... 59
Tabel 3.3 Interval Kelas Skala Likert .............................................................................. 60
Tabel 3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................................................... 66
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................................... 82
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 83
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 84
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ......................................... 84
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Kolomogorov-Smirnov ....................................... 85
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................................... 87
Tabel 4.7 Dasar Interpretasi Skor Indikator Dalam Variabel Penelitian ......................... 90
Tabel 4.8 Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ..... 90
Tabel 4.9 Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Sosialisasi Pajak ................. 93
Tabel 4.10 Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Pemeriksaan Pajak ............. 96
Tabel 4.11 Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Pemahaman dan Pengetahuan
Pajak ............................................................................................................... 101
Tabel 4.12 Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Penerimaan PPh ............... 104
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Liner Berganda ......................................................... 108
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Parsial ...................................................................................... 112
Tabel 4.15 Tabel ANOVA .............................................................................................. 118
Tabel 4.16 Tabel Distribusi F .......................................................................................... 119
Tabel 4.17 Tabel Coefficients .......................................................................................... 122
Tabel 4.18 Tabel Distribusi t ........................................................................................... 123
Tabel 4.19 Tabel Coefficients .......................................................................................... 129
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prosedur Pemeriksaan Pajak ........................................................................... 40
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian ........................................................................................ 49
Gambar 2.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 50
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Madya Malang ........................................................ 79
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Scatterplot ............................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam
melaksanakan pembangunan ini pemerintah mengandalkan dana dari dua sumber
pokok yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana
luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (grant), sedangkan sumber
dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak yang
dikumpulkan. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus berusaha
mengoptimalkan sumber dana dalam negeri, yaitu berupa pajak.Menurut
Mardiasmo (2006:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu
bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak pribadi maupun badan,
sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah
yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi maupun
badan.Agar dapat menjadi bangsa yang mandiri pemerintah harus berusaha
semaksimal mungkin untuk meningkatkan sumber pendanaan dalam negerinya
2
yaitu dengan meningkatkan penerimaan pajaknya.Perkembangan perekonomian
global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi
berbagai sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi berbagai
sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pelaksanaan
penerimaan dana dari dalam negeri ini diantaranya melaui sistem perpajakan
dengan asas-asas keadilan, jelas, sederhana didalam pemungutannya dan
mengandung unsur-unsur pendorong bagi kegiatan usaha produktif. Dalam
pengenaan pajak ada beberapa kriteria agar terciptanya Pajak Adil ada beberapa
asas pemungutan Pajak, yaitu:
1. Equality, (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan).
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan penghasilan Wajib Pajak.
2. Certainty, (asas kepastian hukum). Semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU.
3. Convinience, (asas tepat waktu atau asas kesenangan). Pajak harus
dipungut pada saat yang tepat (saat yang paling baik) bagi Wajib Pajak ,
misalnya pada saat Wajib Pajak baru menerima penghasilannya.
4. Efficiency, (asas ekonomis). Biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin. Jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar
dari hasil pemungutan pajak.
Pajak merupakan komponen fundamental dari setiap upaya untuk
membangun bangsa.Pada umumnya, negara berkembang seperti Indonesia
mengandalkan penerimaan pajak sebagai penopang Anggaran Pendapatan dan
3
Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.Pajak dipergunakan untuk membiayai
pelayanan publik dan pembangunan seperti fasilitas umum warga negara sampai
belanja untuk pembelian alat pertahanan negara dan hasilnya dapat dinikmati oleh
semua rakyat Indonesia.Dalam perkembangannya, pajak merupakan komponen
utama penerimaan dalam negeri. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya proporsi
penerimaan pajak terhadap total APBN, yaitu sekitar 80 persen dari seluruh
penerimaan negara.
Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan penerimaan
negara dalam sektor pajak dikarenakan peran perpajakan menjadi sektor
penyumbang utama dalam pembiayaan belanja negara yang dituangkan dalam
APBN dan setiap tahunnya tidak dapat dipastikan apakah akan meningkat ataupun
menurun dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Peran Perpajakan terhadap APBN untuk tahun 2011 - 2015
No. Tahun Anggaran Jumlah Target (Triliun Rupiah)
Persentase
target pajak
pada target
APBN (%)
APBN Pajak
1. 2011 1.210,6 873,9 72
2. 2012 1.358,2 1.016,2 75
3. 2013 1.529,7 1.192,9 78
4. 2014 1.667,1 1.280,4 76
5. 2015 1.793,6 1.201,7 67
Sumber :Menteri Keuangan, 2016
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, dua bulan pertama
tahun ini, realisasi penerimaan PPh orang pribadi naik 23% dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun lalu. Berdasarkan data Dirjen Pajak,
realisasi PPh orang pribadi tahun lalu mencapai Rp 16,52 triliun. Dengan
4
kenaikan 23%, artinya realisasi PPh orang pribadi pada periode yang sama pada
tahun ini mencapai Rp 20,32 triliun(http://nasional.kontan.co.id/news/ditjen-
pajak-optimis-kejar-pajak-orang-pribadi). Alasan lain adalah untuk mengurangi
ketergantungan terhadap dana bantuan luar negeri yang semakin besar dan secara
nyata membawa dampak terhadap kondisi perekonomian negara, baik secara
makro maupun mikro.
Hutang negara yang terus meningkat memberikan dampak yang besar bagi
penerimaan negara kedepannya.Menyadari hal ini, penggalian dan usaha
peningkatan penerimaan pajak terus diupayakan melalui berbagai kebijakan
dibuat oleh pemerintah untuk mendukung hal tersebut.Demikian pula dalam
struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pajak juga
mempunyai peran penting dalam menyokong pendapatan daerah. Selain dari pajak
daerah itu sendiri yang merupakan bagian dari pendapatan asli daerah, struktur
pendapatan dalam APBD juga didukung oleh dana perimbangan dari bagi hasil
pajak, baik pajak pusat maupun pajak provinsi dan dana atas pendapatan lain yang
diakui. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di kota Malang, tercantum
dalam struktur APBD, Pajak Daerah merupakan bagian dari Pendapatan Asli
Daerah sedangkan dana perimbangan dari bagi hasil pajak terdiri dari bagi hasil
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dan dana perimbangan dari
bagi hasil pajak provinsi.
Salah satu pos dalam APBD yang termasuk dalam penerimaan pendapatan
daerah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.Menurut Undang-Undang
5
Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 pasal (1) menyatakan Pajak Penghasilan adalah
pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Penelitipenerimaan pajak belum maksimal
penerimaannya, sehingga peneliti ingin memastikan bahwa faktor-faktor seperti
Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak yang diberikan oleh pihak Kantor
Pelayanan Pajak Madya Kota Malang, Pemeriksaan Pajak serta Pemahaman
Wajib Pajak tentang Perpajakan memiliki pengaruh terhadap penerimaan
khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.Peningkatan
penerimaan pajak tidak terlepas dari peran pemerintah dan wajib pajak yang ada,
karena tanpa adanya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya mustahil penerimaan pajak akan meningkat. Undang-undang
Perpajakan Indonesia sejak tahun 1984 menganut sistem self-assesment dimana
Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban dan
haknya, mulai dari menghitung, memungut, memotong, serta menyetorkan dan
melaporkan sendiri pajak penghasilan terutangnya.
Pada dasarnya, penerapan self-assessment itu sendiri terbentuk apabila
kondisi kepatuhan sukarela masyarakat telah terbentuk tetapi pada kenyataannya
di Indonesia, menunjukkan tingkat kepatuhan masih terbilang rendah. Kepatuhan
itu sendiri membangun kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya,
seperti yang dikatakan oleh Suhendra (2010) pada penelitiannya bahwa tingkat
kepatuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak
dikarenakan apabila tingkat kepatuhan Wajib Pajak tinggi maka kesadaran akan
kewajiban perpajakan pun akan semakin tinggi. Sehingga masyarakat sudah
6
menumbuhkan dalam diri mereka bahwa membayar pajak adalah sebuah
kewajiban yang harus dipenuhi terhadap negara. Maka secara tidak langsung
Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang telah memiliki
kesadaran dan secara sukarela membayar pajak. Selain itu, menurut Bwoga
(2005:01) bahwa masih banyak Wajib Pajak yang belum patuh terhadap
kewajiban perpajakannya.
Undang-undang sendiri menghendaki bahwa dengan memberikan
kepercayaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan akan
mendorong Wajib Pajak agar lebih mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku sehingga memberikan pengaruh meningkatnya
sumber penerimaan negara yang berasal dari pajak. Dalam pelaksanaan
kepatuhannya, Wajib Pajak harus mengerti tentang ketentuan dan perundang-
undangan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, Dirjen Pajak mengadakan
sosialisasi pajak pada jangka waktu tertentu. Sosialisasi Pajak sendiri memiliki
pengaruh positif terhadap penerimaan pajak, seperti yang dikemukakan oleh Diani
(2014) bahwa sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak
dikarenakan diikutinya penerapan materi sosialisasi pada kewajiban
perpajakannya sehingga sosialisasi memberikan kontribusi praktis terhadap
penerimaan pajak. Dengan diadakannya sosialisasi Wajib Pajak mampu
memahami penerapan peraturan perpajakan serta praktiknya dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya.
Adanya penelitian sebelumnya diharapakan sosialisasi pajak memiliki
pengaruh yang positif pula terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
7
Pajak Madya Kota Malang. Setelah Wajib Pajak menerapkan peraturan
perpajakan yang diketahuinya, petugas pajak memiliki kewajiban untuk
melakukan pemeriksaan pajak terhadap kewajiban perpajakan pada Wajib Pajak
yang ditanganinya. Sejak diberlakukannya system self-assessment dalam
perpajakan Indonesia mulai tahun fiskal 1984, fiskus, dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak, berkewajiban untuk memberikan pelayanan, pengawasan, dan
pembinaan terhadap Wajib Pajak, dalam rangka pelaksanaan sistem perpajakan.
Diharapkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diupayakan
agar tetap berada pada ruang lingkup peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Di dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan, fungsi
pemeriksaan yang sebelumnya dilakukan pula pengawasan sekaligus pembinaan
merupakan konsekuensi dari pemberian kepercayaan itu kepada Wajib Pajak.
Oleh karena itu, pemeriksaan harus dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak
dengan dibarengi dengan upaya penegakan hukum yang diwujudkan dengan
pengenaan sanksi di bidang perpajakan. Tujuannya untuk mencapai suatu keadilan
dalam pemungutan pajak dan meningkatnya penerimaan negara yang berasal dari
pajak (Yoseph, 2005:01).Kegiatan penegakan hukum terdiri dari tiga pilar yaitu,
pemeriksaan pajak, penyidikan pajak dan penagihan pajak. Kegiatan penegakan
hukum bertujuan mendorong Wajib Pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan
yang berlaku. Dalam sistem ini, diharapkan Wajib Pajak memiliki kesadaran
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kejujuran dalam menghitung
pajaknya, memiliki hasrat atau keinginan yang baik untuk membayar pajak, dan
disiplin dalam menjalankan peraturan perundang-undangan perpajakan.
8
Pemeriksaan Pajak juga perlu dilakukan karena tujuan dari pemeriksaan itu
sendiri adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib
Pajak. Tujuan lainnya yaitu dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.545/KMK.04/2000. Menurut Aisiyah (2009) semakin sering pemeriksaan
dilakukan dalam melaksanakan intensifikasi, maka semakin banyak Wajib Pajak
yang patuh dalam membayar pajak sehingga berpengaruh pula pada
meningkatnya penerimaan pajak. Pemeriksaan bukan hanya memeriksa kurang
atau lebihnya pembayaran pajak tetapi juga berguna untuk mengetahui penafsiran
undang-undang perpajakan yang salah, adanya salah perhitungan, pelaporan
penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dan pelanggaran-
pelanggaran lainnya sehingga dapat dicegahnya penggelapan pajak maupun
berkurangnya penerimaan pajak. Dari adanya penelitian sebelumnya ini
diharapkan pemeriksaan pajak memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak
terutama pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
Setelah dilakukannya pemeriksaan perpajakan diharapkan Wajib Pajak
memiliki pemahaman yang lebih atas peraturan dan ketentuan perpajakan.
Pemahaman Wajib Pajak atas peraturan-peraturan perpajakan terkait dianggap
penting dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Menurut Dimas (2014)
pemahaman serta pengetahuan Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya
membangun kesadaran dan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak
terutangnya sehingga berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Semakin tinggi
9
tingkat pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan dan tata cara
kewajiban perpajakannya, semakin tinggi pula penerimaan dikarenakan tingginya
kemauan untuk membayar pajak. Peneliti mengharapkan dalam penelitian ini
Pemahaman Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak khusunya
pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
Salah satu media untuk memberikan pemahaman terhadap Wajib Pajak
adalah dengan diadakannya sosialisasi dan pelatihan pajak. Kantor Pelayanan
Pajak Madya Kota Malang pula memberikan konstribusi besar dalam penelitian
ini, karena Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang menangani Wajib Pajak
besar yang berfokus pada Pajak Penghasilan yang dibayarkan. Peneliti menilai
aparatur pajak dapat memberikan penilaian mengenai variabel-variabel yang
diteliti secara akurat. Atas dasar itu pula peneliti memilih lokasi penelitian pada
Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang. Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk menganalisis seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi besarnya penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Kota Malang dan dengan demikian maka peneliti mengambil judul, “Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan” (Studi Pada
Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dirumuskan dalam latar belakang, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah:
10
1. Bagaimana gambaran faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak yang
diantaranya adalah Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak,
Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman pajak dalam penerimaan Pajak
Penghasilan?
2. Apakah tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan
Pajak serta Pemahaman pajak secara simultan berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota
Malang?
3. Apakah tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan
Pajak serta Pemahaman pajak secara parsial berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota
Malang?
4. Diantara faktor Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan
Pajak, dan Pemahaman pajak manakah yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan
Pajak Madya Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran tentang faktor yang mempengaruhi
penerimaan Pajak Penghasilan yang diantaranya adalah Kepatuhan Wajib
Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman pajak.
11
2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari faktor Kepatuhan Wajib
Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Kota Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari faktor Kepatuhan
Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman
pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan
Pajak Madya Kota Malang.
4. Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan pengaruhnya
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Kota Malang.
D. Kontribusi Penelitian
Dari penelitian mengenai efektivitas kegiatan kunjungan terhadap Wajib
Pajak ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pihak-pihak yang
terkait antara lain:
1. Kontribusi Akademis
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu administrasi perpajakan.
b. Pada masa yang akan datang dapat disempurnakan dan dapat
dijadikan sebagai referensi dan masukan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang mempunyai tema yang sama atau hampir sama
dengan penelitian ini.
12
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi peneliti sendiri
(1) Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,
pemahaman serta kepekaan peneliti tentang strategi
perkembangan dalam sistem dan adminitrasi perpajakan
sehingga dapat menambah wawasan dalam berpikir praktis.
(2) Dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peneliti dalam
menerapkan apa yang sudah di dapat selama masa kuliah dengan
kenyataan empiris di lapangan.
b. Bagi instansi terkait
Diharapkan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat bagi intansi
terkait, serta dapat memberikan konstribusi dalam perkembangan
sistem dan adminitrasi perpajakan di instansi setempat, sehingga
instansi akan menjadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki
apa yang menjadi kekurangan pada instansi terkait. Perbaikan yang
dimaksud adalah upaya strategis yang dapat dilakukan secara
internal lembaga pemerintah.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai informasi pembanding bagi peneliti lain yang membahas
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang, sehingga menjadi
lebih baik pada masa mendatang. Dan digunakan sebagai bahan
masukan untuk peneliti-peneliti selanjutnya dengan tema yang sama.
13
E. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima (5) yang merupakan rangkaian antara
bab yang satu dengan bab yang lainnya, adapun sistematika penulisan ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yang berupa penjelasan mengenai
keterkaitan kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak dan
Pemahaman pajak terhadap Penerimaan Pajak, yang terdiri dari: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta
sistematika pembahasan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Memuat mengenai pengertian dan teori yang terkait dengan pembahasan
dimana hal tersebut terdiri dari beberapa teori yang mendukung dalam
pembahasan dan penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini merupakan penjelasan mengenai metodologi penelitian kuantitatif
yang digunakan, termasuk di dalam jenis penelitian, lokasi penelitian,
variabel dan pengukuran, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan
metode analisis.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
14
Bab ini menjelaskan secara garis besar profil perusahaan, penyajian data hasil
penelitian, dan analisis data dan interpretasi.
BAB V : Penutup
Bab ini memberikan simpulan atas permasalahan yang telah dievaluasi oleh
peneliti, serta saran terkait dengan hasil penelitian untuk menunjang
penelitian selanjutnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Empiris
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis . Berikut merupakan penelitian
terdahulu berupa beberapa jurnal dan skripsi terkait dengan penelitian yang
dilakukan penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
Euphrasia
Susy
Suhendra
(2010)
Pengaruh
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
Badan
Terhadap
Peningkatan
Penerimaan
Pajak
Penghasilan
Badan
Tingkat
Kepatuhan Wajib
Pajak Badan ( ),
Pemeriksaan
Pajak ( ), Pajak
Penghasilan
Terutang ( ),
dan Penerimaan
Metode yang
digunakan
adalah metode
analisis regresi
Variabel tingkat
kepatuhan ) dan
Pajak Penghasilan
terutang ( )
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Penerimaan Pajak
Penghasilan
16
Pajak
Penghasilan pada
KPP (Y)
Penghasilan (Y).
Variabel pemeriksaan
pajak ( ) tidak
berpengaruh terhadap
Penerimaan Pajak
Penghasilan
Penghasilan (Y)
Marisa
Herryanto
dan Agus
Arianto Toly
(2013)
Pengaruh
Kesadaran
Wajib Pajak,
Kegiatan
Sosialisasi
Perpajakan,
dan
Pemeriksaan
Pajak terhadap
Penerimaan
Pajak
Penghasilan di
KPP Pratama
Surabaya
Sawahan
Kesadaran Wajib
Pajak Badan ( ),
Sosialisasi
Perpajakan ( ),
Pemeriksaan
Pajak ( ), dan
Penerimaan Pajak
Penghasilan
Penghasilan (Y)
Model
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Variabel tingkat
kesadaran berpengaruh
negatif terhadap
Penerimaan Pajak
Penghasilan
Penghasilan (Y).
Variabel pemeriksaan
dan kegiatan sosialisasi
pajak berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan
Penghasilan (Y).
Aisiyah
Khuriana
(2009)
Pengaruh
Penyuluhan,
Pelayanan,
Pemeriksaan
dan Tingkat
Pemahaman
Wajib Pajak
terhadap
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
Dalam
Membayar
Pajak
Penghasilan
Orang Pribadi
Penyuluhan ( ),
Pelayanan ( ),
Pemeriksaan
( ), Tingkat
Pemahaman
Wajib Pajak
( )dan
Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Variabel Penyuluhan
( ), Pelayanan ( ),
Pemeriksaan ( ),
Tingkat Pemahaman
Wajib Pajak ( )
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
Sumber : data yang diolah, 2015
17
B. Kajian Teoritis
1. Definisi Pajak
Menurut Soeparman (dalam disertasi di Univeritas Padjajaran tahun 1964)
yang dikutip oleh Prastowo (2010 : 08) “pajak adalah iuran wajib, berupa uang
atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum”. (Mardiasmo 2006 : 01) Mengutip dari
pernyataan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH mengenai definisi pajak yaitu :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari definisi yang dikutip oleh Mardiasmo tersebut ditambahkan bahwa
dalam definisi yang telah disebutkan itu memiliki beberapa unsur-unsur yaitu :
a. Iuran dari rakyat kepada negara, berarti yang berhak memungut pajak
hanyalah negara. Dan iuran tersebut merupakan uang bukan barang.
b. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut berdasarkan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat di tunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
18
Jadi, pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara
dengan tujuan untuk membiayai pembangunan negara dan fasilitas negara yang
nantinya akan dinikmati oleh warga negara itu sendiri.
2. Fungsi Pajak
Pajak memiliki peran yang penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara karena fungsinya. Berikut adalah fungsi-fungsi dari pajak menurut
Yustinus (2010:09) :
a. Fungsi anggaran (budgetair) yang berarti pajak berfungsi sebagai
pembiayaan untuk pembangunan dan penyelenggaraan negara.
Biasanya, Penerimaan Pajak Penghasilan sebagai pelaksanaan fungsi
anggaran tercermin dalam APBN.
b. Fungsi mengatur, pajak berfungi sebagai alat kebijakan ekonomi-politik
yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau tingkat konsumsi
masyarakat. Sebagai contoh, untuk melindungi produksi dalam negeri,
negara dapat menerapkan tarif bea masuk; agar daya beli rakyat
berpenghasilan rendah terjaga, negara dapat memberikan fasilitas
berupa pajak ditanggung pemerintah; dan sebagainya.
3. Pemungutan Pajak
a. Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :
(1) Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
19
pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai
berikut:
(a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada
pada fiskus.
(b) Wajib Pajak bersifat pasif.
(c) Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
(2) Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
(3) Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Dalam melakukan pemungutan pajak aparat pajak pun menemukan
hambatan dalam pelaksanaannya seperti, menurut Mardiasmo (2006:09), yaitu:
a. Perlawanan pasif dimana merupakan kondisi yang mempersulit
pemungutan pajak yang timbul dari kondisi struktur perekonomian,
20
kondisi sosial masyarakat, perkembangan intelektual penduduk, moral
warga masyarakat dan tentunya sistem pemungutan pajak itu sendiri.
b. Perlawanan aktif dimana masyarakat berusaha untuk menghindari,
menyelundupkan, memanipulasi, melalaikan, dan meloloskan pajak
yang ditujukan kepada fiskus, bentuknya antara lain tax avoidance
(usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang –
undang) dan tax evasion (usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang – undang seperti menggelapkan pajak.
4. Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak
Menurut Tjahjono dan Husein (1997) , pembagian pajak dibagi menjadi :
a. Menurut golongannya
(1) Pajak Langsung, pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada
orang lain. Contohnya : Pajak Penghasilan.
(2) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak-pajak yang bebannya dapat
dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian
administratif pajak tidak langsung merupakan pajak yang dipungut
setiap terjadi peristwa atau perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan
akte. Contoh pajak tidak langsung : PPN, bea materai, bea balik
nama.
b. Menurut sifatnya
21
(1) Pajak Subyektif, ialah pajak yang memperhatikan pertama-tama
keadaan pribadi Wajib Pajak, untuk menetapkan pajaknya harus
ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat
dengan keadaan materialnya contoh : PPh Orang Pribadi yang
ditentukan berdasarkan kemampuan orang pribadi tersebut
membayar pajak.
(2) Pajak Objektif, (bersifat kebendaan) pertama-tama melihat kepada
objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan,
perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar; kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan)
yang bersangkutan langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah
subjek pajak dalam negri atau luar negeri, contohnya PPN, PPnBM,
dan PBB.
c. Menurut lembaga pemungut
(1) Pajak Negara (Pajak Pusat) , Pajak yang dipungut pemerintah pusat
yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan
dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga
negara pada umumnya. Contohnya : Pajak yang dipungut oleh
Dirjen Pajak (meliputi: PPh, PPN, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Materai, Bea Lelang) dan Pajak yang dipungut oleh Bea Cukai.
(2) Pajak Daerah, Pajak yang dipungut oleh daerah seperti provinsi,
kabupaten maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah
22
masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah
tangga daerah masing-masing. Contohnya : Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C,
Pajak Parkir.
5. Asas – Asas Perpajakan
Asas-asas Perpajakan terbagi sebagai berikut :
a. Asas Pemungutan
(1) Equality, (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas
keadilan). Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus
sesuai dengan kemampuan penghasilan Wajib Pajak.
(2) Certainty, (asas kepastian hukum). Semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU.
(3) Convinience, (asas tepat waktu atau asas kesenangan). Pajak harus
dipungut pada saat yang tepat (saat yang paling baik) bagi Wajib
Pajak , misalnya pada saat Wajib Pajak baru menerima
penghasilannya.
23
(4) Efficiency, (asas ekonomis). Biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin. Jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih
besar dari hasil pemungutan pajak.
b. Asas Pengenaan Pajak
(1) Asas domisili yaitu negara mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
apabila mereka tinggal di Indonesia.
(2) Asas sumber yaitu negara mengenakan pajak dilihat dari sumber
penghasilannya yang berada di Indonesia bukan dimana Wajib
Pajak tersebut tinggal.
(3) Asas Kebangsaan yaitu negara mengenakan pajak dengan
berlandaskan pada status kewarganegaraan dari Wajib Pajak yang
memperoleh penghasilan.
6. Pajak Penghasilan
a. Pengertian Penghasilan Menurut Ketentuan Perundang-undangan
Perpajakan.
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak
atau bagian tahun pajak. Penghasilan yang diperoleh orang pribadi dapat
dibedakan menurut ketentuan fiskal sebagai berikut :
(1) Penghasilan bukan objek pajak (tidak dikenai pajak)
(2) Penghasilan merupakan objek pajak (dikenai pajak)
24
(3) Penghasilan merupakan objek pajak yang dikenakan secara final.
Di Indonesia, menurut Soemitro (1993:18) dalam Ordonansi Pajak
Penghasilan yang dikenakan pajak hanya hasil yang keluar dari 4 macam
sumber yang disebutkan dalam undang-undang, yaitu sumber usaha dan
tenaga, sumber harta tak gerak, sumber modal bergerak, dan sumber
pembayaran berkala.Dalam undang-undang baru Pasal 4 ayat 1 Undang-
Undang Pajak Penghasilan, penghasilan didefinisikan sebagai berikut :
“Penghasilan yang menjadi obyek pajak penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak, dengan nama atau bentuk apapun”.
Begitu pula dalam undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1994 dalam Pasal 1 menyatakan bahwa Pajak Penghasilan
dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun Pajak.
b. Jenis – jenis Pajak Penghasilan
(1) PPh Pasal 4 ayat (2) atau lebih dikenal dengan sebutan PPh Final,
adalah penghasilan yang dikenai pajak yang sifatnya final alias
tidak bisa dikreditkan. Penghasilan yang termasuk PPh Final adalah
penghasilan yang berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi,
25
penghasilan berupa hadiah undian, penghasilan dari transaksi saham
dan sekuritas lainnya, dan penghasilan dari transaksi pengalihan
harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha, jasa konstruksi, usaha
real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.
(2) PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan
pemberi kerja yang membayar gaji atau upah; bendahara
pemerintah yang membayar gaji atau upah yang sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; dana pensiun atau badan lain
yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan
nama apapun dalam rangka pensiun; badan yang membayar
honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas dan penyelanggara kegiatan yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
(3) PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan
bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang; badan-badan tertentu untuk
memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; Wajib Pajak badan
tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
26
(4) PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan seperti
bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang; dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun; hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang
telang dipotong PPh pasal 21; sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2); imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan; dan jasa lainnya.
(5) PPh Pasal 25 adalah angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu
dikurangi dengan kredit pajak dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya
bulan dalam bagian tahun pajak.
c. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang-Undang
untuk digunakan pajak. Pajak dikenakan terhadap subjek pajak yang
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
Tahun Pajak. Subjek Pajak menurut Waluyo (2010:89) yaitu :
(1) Orang Pribadi. Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat
tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri.
27
(2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan. Warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek
pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli
waris.Penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai subjek
pajak pengganti dimaksudkan agar penanganan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.
(3) Badan. Pengertian badan menurut Undang-Undang KUP
adalahsekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga,
dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
Bentuk Usaha Tetap.
(4) Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
28
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk
Usaha Tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri terpisah
dari badan.Perlakuan perpajakannya disamakan dengan subjek
pajak badan dalam negeri.
(5) Bukan Subjek Pajak Bukan termasuk Subjek Pajak adalah:
(a) Badan perwakilan negara asing;
(b) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaan
tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;
(c) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;
29
(d) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat
bukan warga Indonesia dan tidak berusaha atau melakukan
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia;
(e) Kerja Sama Teknik yaitu member manfaat kepada pemerintah
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia.
d. Tarif Pajak
Ketentuan yang mengatur tentang tarif umum adalah Pasal 17 Undang-
Undang Pajak Penghasilan, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tarif Pajak
Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Untuk lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Berjumlah sampai dengan Rp. 25.000.000
Berjumlah di atas Rp. 25.000.000s/dRp. 50.000.000
Berjumlah di atas Rp. 50.000.000s/dRp. 100.000.000
Berjumlah di atas Rp. 100.000.000s/dRp. 200.000.000
Berjumlah di atas Rp. 200.000.00
5%
10%
15%
25%
35%
Tarif Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Wajib Pajak BUT
Untuk lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Berjumlah sampai dengan Rp. 50.000.000
Berjumlah di atas Rp. 50.000.000s/dRp. 100.000.000
Berjumlah di atas Rp. 100.000.000
10%
15%
30%
7. Sanksi Perpajakan
Menurut Resmi (2003:62) sanksi perpajakan terjadi karena terdapat
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan.Dalam Undang-
30
Undang Perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan
sanksi pidana. Pelaksanaan pengenaan sanksi perpajakan kepada Wajib Pajak
dapat berupa sanksi administrasi saja atau sanksi pidana saja, tetapi dapat dikenai
oleh kedua sanksi tersebut.
a. Sanksi Administrasi, merupakan pembayaran kepada negara, khususnya
yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi dibedakan
menjadi 3 (tiga), yaitu sanksi berupa bunga, sanksi berupa denda
administrasi, dan sanksi berupa kenaikan.
b. Sanksi Pidana, dalam Undang-Undang Perpajakan sanksi pidana dapat
berupa denda pidana, pidana kurungan maupun pidana penjara.
8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan
Penerimaan negara dari sektor pajak merupakan komponen utama untuk
membiayai APBN setiap tahunnya. Agar dapat menjadi bangsa yang mandiri,
pemerintah harus berusaha maksimal untuk meningkatkan sumber pendanaan
penerimaan salah satunya yaitu dengan penerimaan pajak. Adapun faktor-faktor
yang perlu diperhatikan oleh Dirjen Pajak, dimana faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak. Dalam penelitian ini, akan
dibahas 4 faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan, yaitu
Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman
Wajib Pajak.
a. Kepatuhan Wajib Pajak
31
Kepatuhan secara terminologi berasal dari kata patuh yang berarti
menurut perintah dan taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan
merupakan sifat patuh, ketaatan, tunduk, atau patuh. Kepatuhan yang
dibahas dalam penelitian ini berupa kepatuhan Wajib Pajak yaitu tingkat
kepatuhan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya. Kewajiban pajak tersebut berupa tepat
waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan dalam dua
tahun terakhir, tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda, dan membayar
pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan No.235/KMK.03/2003 bahwa kriteria Wajib Pajak patuh
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
192/PMK./2007 berupa :
(1) Tepat waktu dalam menyampikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir.
(2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
(3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
(4) Dalam 2 (dua) tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan
dalam hal terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan,
32
koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing – masing
jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
(5) Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal.
Masalah kepatuhan Wajib Pajak merupakan masalah penting baik bagi
negara maju maupun berkembang dikarenakan apabila Wajib Pajak tidak
patuh makan akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak yang pada
akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan negara
berkurang. Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu:
(1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam undang – undang perpajakan. Misalnya ketentuan
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
(SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah
melaporkan SPT PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret
maka Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi
isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu
keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi semua
33
ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang –
undang perpajakan.
(2) Kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur,
lengkap, dan benar SPT sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke
Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu berakhir.
Kepatuhan Wajib Pajak adalah sifat patuh atau ketaatan Wajib Pajak
pada perintah-perintah yang dimaksud dalam Keputusan Keuangan No.
235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak yang dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007. Jadi,
tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah tingkat ketaatan Wajib Pajak pada
perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dan
dijelaskan dalam keputusan diatas.
b. Sosialisasi Pajak
Sosialisasi adalah suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem
nilai, norma, dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk
transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang
efektif (Basalamah, 2004:196). Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang
dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada
masyarakat dan khususnya Wajib Pajak agar mengetahui segala hal
mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan melalui
metode-metode yang tepat (Susanto,2012). Menurut Susanto (2012) dalam
34
www.pajak.go.id sebagaimana dinyatakan Dirjen pajak bahwa kesadaran
membayar pajak datangnya dari diri sendiri, maka menanamkan pengertian
dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari lingkungan keluarga sendiri
yang terdekat, melebar kepada tetangga, lalu dalam forum-forum tertentu
dan ormas-ormas tertentu melalui sosialisasi. Dengan tingginya intensitas
informasi yang diterima oleh masyarakat maka dapat secara perlahan
merubah mindset masyarakat tentang pajak kearah yang positif. Berbagai
sarana-sarana informasi untuk mengakomodasi masyarakat agar merasa
mudah, cepat dan benar dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Peneliti menjadikan upaya yang dilakukan oleh DJP sebagai dasar untuk
menentukan suatu indikator, mengingat Kantor Pelayanan Pajak Madya
Malang telah menerapkan upaya sosialisasi tersebut. Dalam sosialisasi tentu
diperlukan berbagai macam cara dan upaya. Dapat dikatakan tolak ukur
keberhasilan jika tujuan akhir sosialisasi ini mampu mencapai target. Dalam
hal ini, digunakanlah dimensi untuk mengevaluasi tingkat efektivitas
sosialisasi pajak. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, yaitu (Vedhayana,2012):
(1) Penyuluhan, aktivitas ini dianggap penting sebagai tahap awal
untuk melakukan penyebaran informasi-informasi terkait
perpajakan.
35
(2) Penyelenggaraan, kegiatan ini berhubungan erat dengan instansi
ataupun KPP setempat dalam rangka pengadaan acara ataupun
metode-metode yang akan digunakan selanjutnya.
(3) Metode sosialisasi yang digunakan, Hal ini merupakan suatu
langkah lanjutan atas konsep metode sosialisasi sebelumnya.
(4) Media yang digunakan, Alat ataupun sarana yang digunakan dalam
tahapan-tahapan metode awal yang telah ditetapkan sebelumnya
kepada masyarakat luas sesuai dengan kebijakan dan perkembangan
yang berlaku.
Beragam bentuk sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan :
(1) Berdasarkan Metode Penyampaian
Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal maupun informal.
(a) Acara Formal biasanya menggunakan format acara yang
disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya: sosialisasi
bendaharawan, sosialisasi PPh 21 karyawan, seminar
perpajakan, dan lainnya.
(b) Acara Informal biasanya menggunakan format acara yang lebih
santai dan tidak resmi. Contohnya: ngobrol santai dengan
wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan lainnya.
(2) Berdasarkan Segmentasi
Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok pelajar
dan mahasiswa, kelompok pengusaha tertentu, kelompok profesi
36
tertentu, ataupun kelompok ormas tertentu. Menanamkan kesadaran
tentang pajak sejak dini, akan sangat berpengaruh terhadap pola
pikir anak-anak dan menimbulkan rasa kebanggaan terhadap pajak.
(3) Berdasarkan Media yang dipakai
Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik dan media
cetak. Misalnya, dilakukan dengan talkshow di radio atau televisi,
membuat opini, ulasan dan rubrik tanya jawab di Koran, tabloid
atau majalah. Bentuk propaganda lainnya seperti : spanduk, banner,
papan iklan/billboard, dan sebagainya.
c. Pemeriksaan
(1) Pengertian Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –
undangan perpajakan (Mardiasmo, 2006:52). Apabila menganut pada
pasal 1 angka 25 UU KUP, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Dalam
37
pemeriksaan hal yang perlu kita pegang dari awal adalah beberapa
prinsip kunci berikut (Prastowo, 2010:169):
(a) Pemeriksaan pajak adalah konsekuensi logis dari penerapan
system self-assessment, dimana Wajib Pajak diberi
kewenangan dan keleluasaan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak
terutangnya.
(b) Undang – undang menjamin bahwa Wajib Pajak yang diperiksa
memiliki hak yang tidak boleh diabaikan. Oleh sebab ini, kita
perlu memahami hak dan kewajiban agar proses dapat diikuti
dengan baik.
(2) Tujuan Pemeriksaan
Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) UU KUP, Direktur Jendral Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk tujuan berikut:
(a) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak, yang dilaksanakan dalam hal :
1) Menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan
lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak;
2) Menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan
rugi;
38
3) Tidak menyampaikan atau menyampaikan surat
pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam surat teguran;
4) Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia
untuk selama – lamanya; atau
5) Menyampaikan surat pemberitahuan yang memenuhi
kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis resiko (risk based
selection) yang mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
(b) Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan, meliputi :
1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara
jabatan;
2) Penghapusan NPWP;
3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP);
4) Wajib Pajak mengajukan keberatan;
5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
6) Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
39
7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
8) Penentuan satu atau lebih tempat terutangnya PPN;
9) Pemeriksaan dalam rangka Pemahaman Wajib Pajak;
10) Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang
jangka waktu kompensasi kerugian;
11) Sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
dan/atau;
12) Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
(3) Sasaran Pemeriksaan
Menurut Mardiasmo (2006:41), yang menjadi sasaran pemeriksaan
maupun penyidikan adalah untuk mencari adanya:
(a) Interpretasi undang-undang yang tidak benar
(b) Adanya kesalahan hitung
(c) Penggelapan secara khusus dari Penghasilan
(d) Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya,yang
dilakukan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya
(4) Prosedur Pemeriksaan Pajak
Menurut Prastowo (2010:181) secara umum, pemeriksaan pajak
menempuh proses sebagai berikut :
40
Gambar 2.1 Prosedur Pemeriksaan Pajak
Sumber: data yang diolah,2015
(a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini, pemeriksa melakukan langkah – langkah
persiapan berikut:
1) Mempelajari berkas Wajib Pajak atau data lain yang
tersedia.
2) Melakukan analisis terhadap SPT dan laporan keuangan
Wajib Pajak, umumnya menggunakan analisis rasio dan
analisis tren.
3) Identifikasi masalah.
4) Pengenalan lokasi Wajib Pajak
5) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
6) Menyusun program pemeriksaan yang meliputi program
pemeriksaan, prosedur, dan tujuan yang hendak dicapai.
7) Menentukan buku, catatan, dan dokumen yang akan
dipinjam.
Tahap
Persiapan
Pelaksanaan
Pemeriksaan Pajak
Penyelesaian
Pemeriksaan
Pajak
Tugas
Tambahan
Tindak Lanjut
41
8) Menyiapkan saran pemeriksaan seperti tanda pengenal,
SP3, dan berbagai formulir lain, termasuk kertas segel dan
materai.
(b) Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, pemeriksa
melakukan hal – hal sebagai berikut:
1) Memeriksa Wajib Pajak di tempat domisili (dalam hal
pemeriksaan lapangan) dan di kantor pajak (dalam hal
pemeriksaan kantor).
2) Melakukan penilaian atas pengendalian internal untuk
menentukan kembali cakupan pemeriksaan.
3) Pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan.
4) Melakukan konfirmasi ke pihak ketiga, jika diperlukan
atau diwajibkan.
5) Menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan.
6) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
7) Melakukan closing conference (pembahasan akhir) dengan
Wajib Pajak.
(c) Penyelesaian Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak pada umumnya diselesaikan dengan
membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota
Penghitungan Pajak (Nothit).
42
(d) Tugas Tambahan
Selain pemeriksaan rutin yang menghasilkan LPP, pemeriksa
pajak juga mendapat tugas tambahan dalam proses pemeriksaan ini,
antara lain sebagai berikut :
1) Penelitian Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU). Untuk
memastikan ada tidaknya perubahan jenis usaha. Jika
terjadi perubahan, pemeriksa wajib membuat laporan
perubahan tersebut.
2) Tunggakan PBB. Umumnya berada di luar lingkup
pemeriksaan, tetapi tetap akan dihimbau untuk dilakukan
pelunasan.
3) Daftar harta. Pemeriksa pajak membuat daftar harta Wajib
Pajak yang akan dimanfaatkan oleh seksi penagihan untuk
dijadikan bahan tindakan Pemahaman Wajib Pajak.
4) Pembayaran hasil pemeriksaan. Pemeriksa juga diberi
tanggung jawab untuk ikut memastikan Wajib Pajak
melunasi utang pajak yang timbul akibat pemeriksaan.
(e) Tindak Lanjut
Tindak lanjut pemeriksaan :
1) Dalam hal ini pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, tindak lanjut yang
ditempuh adalah membuat laporan Pemeriksaan Pajak ,
43
Nota penghitungan (Nothit), dan Surat Ketetapan Pajak
(SKPKB, SKPLB, SKPN, SKPKBT,STP).
2) Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain, tindak lanjut
berupa pembuatan LPP sebagai bahan pembuat keputusan.
3) Dalam hal pemeriksaan bukti permulaan, tindak lanjut
berupa pembuatan LPP bukti permulaan sebagai bahan
penyidikan pajak
(5) Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
(a) Kewajiban Wajib Pajak antara lain :
1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
2) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
3) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
4) Mengisi dengan benar SPT dan dilaporkan dalam batas
waktu yang telah ditentukan
5) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan
6) Jika Wajib Pajak diperiksa wajib :
a) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib
pajak, atau objek yang terutang pajak.
44
b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan
guna kelancaran pemeriksaan
7) Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta,
Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk
keperluan pemeriksaan.
(b) Hak-hak Wajib Pajak antara lain :
1) Mengajukan keberatan dan banding
2) Menerima tanda bukti pemasukan SPT
3) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan
4) Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT
5) Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran
pembayaran pajak
6) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang
dikenakan dalam surat ketetapan pajak
7) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
8) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan
sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah
9) Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan
kewajiban pajaknya
45
10) Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak
11) Mengajukan surat keberatan dan surat banding
d. Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman Wajib Pajak sangat mempengaruhi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Kurangnya pemahaman dan
pengetahuan Wajib Pajak terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan menyebabkan Wajib Pajak merasa tidak memiliki kewajiban
untuk membayar pajak. Pemahaman Wajib Pajak juga dapat diartikan
sebagai suatu proses perbuatan, atau cara yang dilakukan oleh Wajib Pajak
untuk mengetahui, mengerti, dan memahami tentang perpajakan. Menurut
Fikriningrum (2012:14) ciri-ciri Wajib Pajak yang memahami peraturan
perpajakan adalah :
(1) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(2) Memiliki Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan
kewajiban Wajib Pajak
(3) Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan
(4) Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai Pengusaha Tidak
Kena Pajak (PTKP), PKP, dan Tarif Pajak.
(5) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan
melalui sosialisasi
(6) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui
training perpajakan.
46
Melihat pada perkembangan di Indonesia, yang menjadi masalah adalah
pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan itu sendiri. Masih
banyak pula Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP serta minimnya
pemahaman tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak itu sendiri. Diperlukan
pemahaman yang tinggi dari Wajib Pajak untuk mewujudkan self-
assessment, karena pada dalam sistem ini Wajib Pajak diberi kepercayaan
dan tanggungjawab sepenuhnya.
C. Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan empat variabel untuk meneliti apakah
keempat variabel ini memiliki pengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
1. Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Dikatakan oleh Suhendra (2010) bahwa tingkat kepatuhan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan, dikarenakan apabila
tingkat kepatuhan Wajib Pajak tinggi maka kesadaran akan kewajiban perpajakan
pun akan semakin tinggi. Sehingga masyarakat sudah menumbuhkan dalam diri
mereka bahwa membayar pajak adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap negara.
47
2. Sosialisasi Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk
memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya Wajib Pajak
agar mengetahui segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata
cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Sosialisasi bertujuan untuk
memberikan pengertian terhadap Wajib Pajak mengenai tata cara perpajakan
beserta peraturannya guna membangun kepatuhan atas kewajiban perpajakannya.
Seperti yang dikatakan oleh Diani (2014) bahwa sosialisasi berpengaruh
signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dikarenakan diikutinya
penerapan materi sosialisasi pada kewajiban perpajakannya sehingga sosialisasi
memberikan kontribusi praktis terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
3. Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan. Menurut Aisiyah (2009)
semakin sering pemeriksaan dilakukan dalam melaksanakan intensifikasi, maka
semakin banyak Wajib Pajak yang patuh dalam membayar pajak sehingga
berpengaruh pula pada meningkatnya Penerimaan Pajak Penghasilan.
Pemeriksaan bukan hanya memeriksa kurang atau lebihnya pembayaran pajak
tetapi juga berguna untuk mengetahui penafsiran undang-undang perpajakan
yang salah, adanya salah perhitungan, pelaporan penghasilan yang tidak sesuai
48
dengan keadaan sebenarnya, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya sehingga
dapat dicegahnya penggelapan pajak maupun berkurangnya Penerimaan Pajak
Penghasilan.
4. Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan
Pemahaman Wajib Pajak diartikan sebagai suatu proses perbuatan, atau cara
yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengetahui, mengerti, dan memahami
tentang perpajakan. Salah satu media untuk memberikan pemahaman terhadap
Wajib Pajak adalah dengan diadakannya sosialisasi dan pelatihan pajak. Menurut
Dimas (2014) pemahaman serta pengetahuan Wajib Pajak terhadap kewajiban
perpajakannya membangun kesadaran dan kemauan Wajib Pajak untuk
membayar pajak terutangnya sehingga berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan. Semakin tinggi tingkat pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan
perpajakan dan tata cara kewajiban perpajakannya, semakin tinggi pula
penerimaan dikarenakan tingginya kemauan untuk membayar pajak.
D. Model Konseptual
Kerangka penelitian adalah pokok-pokok atau tiang-tiang dari suatu usul
penelitian yang memberikan gambaran bagaimana suatu penelitian itu dilakukan dan
bagaimana hasil penelitian itu diperkirakan setelah selesai nanti (Mardalis, 2008:32).
Dalam penelitian ini kita mengetahui laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka
yang tidak stabil setiap tahunnya dan cendrung menunjukkan kenaikan ataupun
49
penurunan. Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan seperti kepatuhan Wajib pajak, sosialisasi
tentang perpajakan, pemeriksaan pajak dan Pemahaman Wajib Pajak. Berdasarkan
landasan teori serta tinjauan pustaka diatas maka disusun kerangka penilitian sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
Sumber : Data yang diolah,2015
E. Model Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
Kepatuhan Wajib
Pajak
Sosialisasi Pajak
Pemeriksaan
Pajak
Pemahaman
Wajib Pajak
PENERIMAAN
PAJAK
PENGHASILAN (Y)
50
Gambar 2.3 Hipotesis Penelitian
Keterangan :
: Kepatuhan Wajib Pajak
: Sosialisasi Pajak
: Pemeriksaan Pajak
: Pemahaman Wajib Pajak
Y : Penerimaan Pajak Penghasilan
: Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
(keterkaitan secara parsial)
Kepatuhan Wajib
Pajak(
Sosialisasi
Pajak )
Pemeriksaan
Pajak(
Penerimaan Pajak
Penghasilan
(Y)
Pemahaman
Wajib Pajak (
51
: Pengaruh masing-masing variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (keterkaitan secara simultan)
1. Rumusan Hipotesis Secara Simultan
Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak , Pemeriksaan Pajak dan
Pemahaman Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
Penerimaan Pajak PenghasilanKantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
2. Rumusan Hipotesis Secara Parsial
: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan
Pajak PenghasilanKantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
: Sosialisasi Perpajakan berpengaruh positif terhadap Penerimaan
Pajak PenghasilanKantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
: Pemeriksaan Pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak
PenghasilanKantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
: Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan
Pajak PenghasilanKantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksplanatori (Explanatory Research), dengan menggunakan jenis
pendekatan kuantitatif karena penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Alasan peneliti memilih penelitian
explanatory ini diharapkan mampu memberikan penjelasan atas uji hipotesis
yang telah diajukan mengenai pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak ( ), Sosialisasi
Pajak ( ), Pemeriksaan Pajak ( ), dan Pemahaman Wajib Pajak ( ) terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau wilayah untuk diadakannya suatu
penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan administrasi perpajakan.
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Madya
Kota Malang yang beralamatkan di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.29-31
Malang. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut dikarenakan peneliti
ingin mengetahui seberapa besar pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi
53
Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman Wajib Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
C. Konsep, Variabel, dan Definisi Operasional Variabel
Untuk menjalankan konsep ini dengan baik, maka diperlukan variabel yang
mendukung konsep yang telah ada untuk membatasi secara jelas suatu penelitian.
1. Variabel
Sugiyono mengatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (2010:58). Dalam penelitian
ini digunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai stimulus, prediktor, antecedent
atau dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel yang terikat (dependen). Ada 4
(empat) variabel independen yang digunakan yaitu variabel Kepatuhan
Wajib Pajak ( ), Sosialisasi Perpajakan ( ), variabel Pemeriksaan
Pajak ( ) dan Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak ( ).
b. Variabel Dependen
Variabel ini disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen atau
dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat
adalah variabel yang atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
54
bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y).
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel penelitian, yaitu :
a. Variabel Independen (Variabel Bebas) terdiri dari :
(1) Kepatuhan Wajib Pajak ( ) merupakan persepsi responden
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Indikator dalam variabel ini kepatuhan terhadap kewajiban
pepajakan Wajib Pajak.
(a) Kepatuhan Formal
(b) Kepatuhan Materiil
(2) Sosialisasi Pajak ( ) merupakan upaya Dirjen Pajak untuk
memberikan pengetahuan kepada Wajib Pajak. Indikator terkait
dijelaskan pada tahapan penyusunan rencana sosialisasi, yaitu :
(a) Cara memberikan sosialisasi
(b) Media yang digunakan
(3) Pemeriksaan Pajak ( ) merupakan kegiatan mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya.
Indikator dalam variabel ini adalah :
(a) Pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak
(b) Pemeriksaan Pajak untuk menguji pelaksanaan ketentuan
undang-undang pajak
55
(4) Pemahaman Wajib Pajak ( merupakan tingkat pemahaman
Wajib Pajak terhadap pengetahuan tentang perpajakan meliputi
peraturan-peraturan perpajakan, sistem perpajakan, dan
administrasi pembayaran pajak. Indikator dalam variabel ini
adalah:
(a) Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak tentang
Peraturan Perpajakannya
(b) Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak tentang
Penggunaan Media Perpajakan
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Berdasarkan judul yang diangkat variabel terikat dalam penelitian ini
adalah tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) di Kantor Pelayanan
Pajak Madya Malang. Indikator yang dibahas dalam variabel ini Target
dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan dari Tahun 2011-2015.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Varibel Konsep Variabel Indikator Item
Faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan Pajak
Penghasilan
Kepatuhan Wajib
Pajak ( )
1) Kepatuhan
Formal
a) Wajib Pajak membayar
Pajak dengan tepat
waktu
b) Wajib Pajak melaporkan
SPT tepat waktu
c) Wajib Pajak tidak
memiliki tunggakan
Pajak
2) Kepatuhan
Materiil
a) Wajib Pajak bersikap
kooperatif pada petugas
dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan
b) Wajib Pajak melaporkan
SPT secara jujur dan
sesuai dengan Undang-
Undang
c) Wajib Pajak tidak
memalsukan data-data
56
pada SPT
Sosialisasi Pajak
( )
1) Cara memberikan
sosialisasi
a) KPP memberikan
seminar serta
memberikan materi
tepat sasaran sesuai
dengan fokus audience
b) Materi yang diberikan
uptodate (terbaru)
c) KPP memberikan
bimbingan atau
pelatihan teknis tentang
materi yang tidak di
mengerti oleh Wajib
Pajak
2) Media Sosialisasi a) KPP memberikan
materi atau informasi
terbaru melalui media
cetak
b) KPP memberikan materi
atau informasi terbaru
melalui media
elektronik seperti email
c) KPP memberikan materi
melalui website pajak
Pemeriksaan
Pajak ( )
1) Pemeriksaan
Pajak untuk
menguji
kepatuhan Wajib
Pajak
a) Pemeriksaan yang
dilakukan fiskus
membuat WP jujur
dalam melaporkan
perpajakannya
b) Pemeriksaan yang
dilakukan membuat WP
membayar pajak tepat
waktu
c) Pemeriksaan yang
dilakukan membuat WP
melaporkan SPT sesuai
kriteria yang ditentukan
oleh Dirjen Pajak
2) Pemeriksaan
Pajak untuk
menguji
pelaksanaan
ketentuan
undang-undang
pajak
a) Pemeriksaan yang
dilakukan membuat WP
melakukan pencatatan
laporan keuangan guna
penyusunan norma
penghitungan
b) Pemeriksaan yang
dilakukan membuat WP
cermat dan teliti dalam
mengisi SPT
c) Pemeriksaan yang
dilakukan membuat WP
membayar pajak sesuai
dengan besarnya pajak
yang terutang
Pengetahuan dan
Pemahaman
1) Pengetahuan dan
Pemahaman
a) Pengetahuan dan
Pemahaman Wajib
57
Pajak ( ) tentang Peraturan Pajak tentang hak dan
kewajibannya sebagai
Wajib Pajak
b) Pengetahuan dan
Pemahaman tentang
sanksi yang akan
dikenakan apabila
melakukan pelanggaran
perpajakan
c) Pengetahuan dan
Pemahaman mengenai
PTKP, PKP, dan tarif
pajak yang diberlakukan
2) Pengetahuan dan
Pemahaman
tentang
Penggunaan
Media Perpajakan
a) Dapat mengisi SPT
secara manual maupun
dengan e-SPT
b) Telah mendaftarkan diri
sebagai Wajib Pajak dan
mempunyai NPWP
c) Wajib Pajak mengikuti
sosialisasi pajak guna
mengikuti
perkembangan peraturan
terbaru
Penerimaan Pajak
Penghasilan
Penerimaan Pajak
Penghasilan (Y)
1) Surat Ketetapan
Pajak
a) Pihak KPP
mengirimkan Surat
Tagihan Pajak terkait
koreksi jumlah pajak
terhitung
b) Pihak KPP
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagai koreksi
jumlah pajak kurang
bayar terhutang
c) Pihak KPP sudah
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan terkait
pajak kurang bayar
tambahan apabila
ditemukan data terbaru
yang terindikasi
pengenaan pajak selama
pemeriksaan
2) Target dan
Realisasi
Penerimaan Pajak
Penghasilan
(PPh)
a) Pihak KPP menetapkan
target penerimaan PPh
setiap tahunnya
b) Pihak KPP mengenakan
denda terhadap Wajib
Pajak yang tidak
melaporkan kegiatan
usahanya
c) Pihak KPP menetapkan
bunga pajak bagi Wajib
58
Pajak yang tidak
membayar tagihan pajak
dalam batas waktu
3) Realisasi
Penerimaan Pajak
a) PPh yang dibayarkan
Wajib Pajak sudah
mencapai target
penerimaan pajak yang
ditetapkan KPP
b) Pihak KPP melakukan
mekanisme
pemindahbukuan
apabila terdapat
kesalahan penghitungan
pembayaran pajak
c) Pihak KPP
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih
Bayar sebagai kelebihan
pembayaran pajak
apabila Wajib Pajak
telah mengajukan
permohonan restitusi
Sumber : Data yang diolah, 2015
D. Skala Pengukuran
1. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi mengenai hal yang diteliti (Idrus, 2009:17). Agar penelitian ini
terarah ditentukan variabel berdasarkan hipotesis yang akan diteliti. Penelitian
ini menggunakan skala likert untuk mengukur pendapat responden.
“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala likert memiliki gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata”
(Sugiyono, 2013:93).
Adapun pernyataan dan skor dalam penelitian ini akan disajikan dalam
tabel dibawah ini:
59
Tabel 3.2 Skala Likert
Pernyataan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Dari skor skala likert diatas, dapat ditentukan besarnya kelas (panjang
interval) dengan rumus :
c =
c : perkiraan besarnya (class width, class size, class length)
k : banyaknya kelas
: nilai observasi terbesar
: nilai observasi terkecil
Maka perhitungannya sebagai berikut :
c =
= 0,8
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus diatas, maka dapat
diperoleh nilai interval kelas pada skala likert, penjelasan lebih lanjut dapat
dilihat pada tabel berikut :
60
Tabel 3.3 Interval Kelas Skala Likert
No Pernyataan Skor Interval Kelas
1. SS 5 >4,2 – 5
2. S 4 >3,4 – 4,2
3. N 3 >2,6 – 3,4
4. TS 2 >1,80 – 2,6
5. STS 1 1 – 1,80
Sumber : (Supranto, 2000:64)
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:115) Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang digunakan
sebagai populasi adalah aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Malang. Populasi berkisar 108 orang karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Malang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:116). Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik Sampling Jenuh. Teknik ini adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,
61
2010:122). Dalam penelitian ini sampel yang ditunjuk adalah para karyawan
di Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
Alasan pemilihan teknik sampel ini adalah untuk mempermudah proses
pengambilan sampel dikarenakan untuk profil Wajib Pajak yang dirahasiakan
oleh petugas pajak dan pengetahuan petugas pajak tentang Wajib Pajak yang
ditanganinya.
F. Sumber Data
Sumber data merupakan asal data yang diperoleh dan dari sumber tersebut
dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang
menjadi pusat perhatian peneliti. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dengan terjun langsung ke
objek penelitian. Data primer diperoleh langsung dari responden penelitian
yang biasanya melalui kuesioner maupun wawancara (untuk penelitian
kualitatif). Dalam penelitian ini, data primer diambil melalui kuesioner
kepada responden yaitu para ahli pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Malang.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain dan tanpa
harus terjun langsung ke objek penelitian. Data sekunder biasa digunakan
untuk memperkuat opini yang sudah ada pada data primer sehingga
menambah keyakinan terhadap suatu kesimpulan penelitian. Data sekunder
62
dalam penelitian ini berupa arsip atau dokumen tentang Penerimaan Pajak
Penghasilan pada Kantor Pajak Pratama Malang Utara, data dari internet,
undang-undang, serta informasi lain yang diperoleh dari studi pustaka untuk
beberapa teori pada tinjauan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas pada penelitian ini.
G. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis yang telah
dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis,
terarah dan sesuai dengan masalah penelitian. Teknik yang akan digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
kuesioner dan metode dokumentasi. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan sumber data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Oleh karena itu digunakanlah metode
kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Metode yang
digunakan lainnya adalah dokumentasi adalah mencari data dan
63
mengklasifikasikannya yang berupa laporan keuangan, catatan-catatan, dan
dokumen perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaaanya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar kuesioner yang terdiri dari pertanyaan atau
penyataan yang akan diberikan kepada responden guna memperoleh informasi,
serta pedoman dokumentasi yang terdiri dari data atau laporan Penerimaan
Pajak Penghasilan dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya disebut valid. Sedangkan
data yang dipercaya disebut reliable. Agar dapat diperoleh data yang valid dan
reliable, maka instrument penilaian yang digunakan untuk mengukur objek yang
akan dinilai baik tes maupun non tes harus memiliki bukti validitas dan
reliabilitas. Untuk menguji apakah konstruk (variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator
yang diamati) yang telah dirumuskan reliable dan valid, maka perlu dilakukan
pengujian reliabilitas dan validitas.
64
1. Uji Validitas
Menurut Santoso (2001:270) Suatu angket dianggap sah (valid) apabila
pernyataan dalam angket tersebut dapat mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh angket tersebut. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan dan kesahian suatu instrument (Arikunto, 2002). Uji
validitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari
kuesioner dengan menggunkan rumus Product Moment Pearson
(Sugiyono,2012:276). Formulanya adalah :
= ∑ (∑ ∑
√{ ∑ (∑ } { ∑ (∑ }
Keterangan :
r : Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari
n : Banyaknya sampel dalam penelitian
X :Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y : Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑ : Jumlah skor dalam distribusi X
∑ : Jumlah skor dalam distribusi Y
∑ : Jumlah kuadrat masing-masing X
∑ : Jumlah kuadrat masing-masing Y
(Sugiyono, 2012:188) menyatakan bahwa :
“Item yang mempunyai korelasi positif dengan criteria (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap
memenuhi syarat adalah r = 0,30.”
65
Jadi, apabila korelasi antara skor butir dengan skor total kurang dari 0,30
maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Ghozali (2006:42)
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali
kepada subyek yang sama. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable
jika memberikan nilai cronbach’s Alpha >0,60 . Reliabilitas menunjukkan
akurasi dan ketepatan dari 33 pengukurannya.
Sehingga suatu pengukur dapat dikatakan reliable jika dapat dipercaya
yaitu harus akurat dan konsisten. Berikut adalah rumus dari Alpha Cronbach :
r = [
( ] [
∑
]
Keterangan :
r : Reliabilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan
∑ : Jumlah varian butir2
: Varians total
Hasil penelitian yang dapat dipercaya harus berdasarkan pada informasi yang
dapat dipercaya. Informasi yang akurat hanya dapat diperoleh apabila informasi
66
penelitian yang digunakan memenuhi kelayakan sebagai alat pengumpul data.
Sebelum mengukur variabel yang diteliti, terlebih dahulu dilakukan pengujian alat
ukur dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas agar data yang
diperoleh dapat dipercaya dan diakui kebenarannya. Pengujian reliabilitas
ditujukan untuk mengujur sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari
suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana
pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam
pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu
variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika
koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700.
Tabel 3.4
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Variabel Item R
Kritis
R
Tabel
Ket Reliability Titik
Kritis
Reliability
Kepatuhan
Wajib Pajak
(X1)
X1.1 0,567 0,361 Valid 0,808 0,700 Reliabel
X1.2 0,739 0,361 Valid
X1.3 0,697 0,361 Valid
X1.4 0,739 0,361 Valid
X1.5 0,713 0,361 Valid
X1.6 0,814 0,361 Valid
Sosialisasi
Pajak (X2) X2.1 0,653 0,361 Valid 0,801 0,700 Reliabel
X2.2 0,740 0,361 Valid
X2.3 0,799 0,361 Valid
X2.4 0,719 0,361 Valid
X2.5 0,769 0,361 Valid
X2.6 0,583 0,361 Valid
Pemeriksaan
Pajak (X3) X3.1 0,726 0,361 Valid 0,785 0,700 Reliabel
X3.2 0,545 0,361 Valid
X3.3 0,576 0,361 Valid
X3.4 0,453 0,361 Valid
X3.5 0,491 0,361 Valid
X3.6 0,574 0,361 Valid
67
Pengetahuan
dan
Pemahaman
WP (X4)
X4.1 0,544 0,361 Valid 0,769 0,700 Reliabel
X4.2 0,685 0,361 Valid
X4.3 0,742 0,361 Valid
X4.4 0,602 0,361 Valid
X4.5 0,751 0,361 Valid
X4.6 0,755 0,361 Valid
Penerimaan
PPh (Y) Y.1 0,730 0,361 Valid 0,873 0,700 Reliabel
Y.2 0,766 0,361 Valid
Y.3 0,744 0,361 Valid
Y.4 0,717 0,361 Valid
Y.5 0,722 0,361 Valid
Y.6 0,709 0,361 Valid
Y.7 0,699 0,361 Valid
Y.8 0,656 0,361 Valid
Y.9 0,604 0,361 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada
variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2) , Pemeriksaan Pajak
(X3), Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4) dan Penerimaan Pajak
Penghasilan (Y) memiliki nilai koefisien validitas > R Tabel (0,361), hal ini
menunjukkan bahwa dinyatakan valid. Sedangkan hasil Uji Reliabilitas
menunjukkan nilai alpha cronbach > Titik Kritis > 0,700). Sehingga seluruh
variabel dinyatakan reliabel.
J. Teknik Analisis Data
Menurut Rianto (2004:128) analisis kuantitatif disebut juga analisis
statistika. Secara garis besar analisis statistika dibedakan menjadi dua macam
yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Apabila dalam
penelitian hanya bertujuan memaparkan data hasil pengamatan tanpa diadakan
pengujian hipotesis–hipotesis, digunakan analisis statistik deskriptif.
68
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:206). Teknik analisis
deskriptif bertujuan untuk menjelaskan mengenai keseluruhan data yang
dikumpulkan dengan memaparkan, mengelompokkan, dan
mengklasifikasikan ke dalam tabel yang kemudian diberi penjelasan
berdasarkan indikator yang paling dominan dan indikator terlemah. Data
penelitian ini diperoleh peneliti dari jawaban responden atas sejumlah
pertayaan yaitu jawaban-jawaban responden dari pertanyaan di dalam angket
yang mendukung penelitian. Pada bagian ini tersaji distribusi frekuensi skor
masing-masing item variable dan mean setiap item variabel. Untuk
mendeskripsikan nilai mean setiap item, indicator dan variable dalam
penelitian ini digunakan criteria dengan interval kelas yang diperoleh dari
hasil perhitungan:
(
Nilai skor jawaban responden dalam penelitian ini mengacu pada skala 5
point dari skala likert (Sugiyono, 2004), sehigga nilai jawaban responden
tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah adalah 1. Jumlah kelas /
kategori yang digunakan dalam penyusunan criteria tersebut disesuaikan
dengan skala yang digunakan yaitu 5 kelas, sehingga interval kelas adalah (5-
69
1) : 5 = 0,8. Sedangkan dasar interpretasi nilai rata-rata yang digunakan
dalam penelitian ini mengaju pada interpretasi skor menurut Sujana (2001),
dan yang digunakan oleh Noermijati (2008). Dengan demikian criteria untuk
mendeskripsikan nilai mean yang telah diperoleh setiap butir, indicator, dan
variabel.
2. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Penggunaan analisis inferensial ini dapat diperoleh informasi yang banyak
sehingga dari hasil analisis inferensial ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk melakukan generalisasi. Adapun langkah-langkah analisis inferensial
dapat melibatkan berbagai pengujian data dengan bantuan program SPSS
sebagai berikut :
a. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah koefisien regresi linear berganda pada
persamaan tersebut tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
berarti, maka dalam pelaksanaan analisis data haruslah memenuhi
asumsi-asumsi klasik. Berikut uji-uji yang akan dilakukan oleh peneliti:
(1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal, karena uji-F dan uji-t mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2009:147). Pengujian
70
dilakukan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dengan taraf signfikansi 5%. Data dinyatakan berdistribusi normal
apabila menghasilkan nilai, A.symptotic Significance > a=5%.
(2) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti terdapat hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau semua variabel bebas yang
menjelaskan dari model regresi. Model regresi linier berganda
dikatakan baik jika tidak terjadi multikolinieritas (Singgih,
2002:203). Asumsi ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas adalah dengan menggunakan nilai VIF (Variance
Inflation Factors). Jika nilai VIF dari suatu variabel melebihi 10
berarti terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan masalah
yang sering muncul dalam penelitian, maka terdapat metode untuk
menghilangkan multikolinieritas antara lain :
(a) Memperbesar ukuran sampel
(b) Memasukkan persamaan tambahan ke dalam model
(c) Metode transformasi perubahan
(3) Uji Heterokedastisitas
Dalam pengujian heteroskedesitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari
71
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka
terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi heteroskedastisitas (Singgih, 2002:208). Deteksi adanya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola pada grafik
scatterplot. Jika tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi
heterokedastisitas di model regresi yang diuji.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
regresi Linier Berganda. Tetapi sebelum dilaksanakan pengujian regresi linier
berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.
“Analisis linier berganda adalah regresi linier dimana sebuah variabel
terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas
(variabel X). Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk
mengetahui adanya pengaruh variabel bebas (independen)” (Hasan,
2002:117)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara variabel terikat yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) dengan
variabel bebas yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2),
Pemeriksaan Pajak (X3), Pemahaman Wajib Pajak (X4). Analisis regresi linier
berganda dapat digunakan jika tidak terjadi hubungan antara variabel
dependen atau variabel terikat, dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak
Penghasilan (Y) . Penelitian ini mempunyai model regresi sebagai berikut :
72
Dimana dalam penelitian ini :
Y = Variabel Terikat (Penerimaan Pajak Penghasilan)
a = Titik intercept atau constant, yaitu nilai perkiraan y jika x = 0
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Kepatuhan Wajib Pajak
X2 = Sosialisasi Pajak
X3 = Pemeriksaan Pajak
X4 = Pemahaman Wajib Pajak
e = Kesalahan pengganggu, artinya nilai-nilai dari variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam persamaan.
4. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan secara statistik
dengan melihat uji signifikan (pengaruh nyata) variabel bebas (X1, X2 ,X3dan
X4) terhadap variabel terikat (Y).
a. Uji F-Statistik
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan secara simultan antara Kepatuhan Wajib Pajak,
Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pemahaman Wajib Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Uji hipotesis pertama
menggunakan uji F, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara
73
simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2009:16).
Tahap-tahap uji F adalah :
(1) Perumusan Hipotesis
(2) Penentuan nilai kritis, Tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 5% dengan derajat kebebasan (df) = (n.k) dimana n
adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel (independen
dan dependen)
(3) Menetukan nilai F-hitung masing-masing koefisiensi regresi
(4) Kaidah pengambilan keputusan adalah:
(a) Jika F-hitung > F-Tabel, maka Ha diterima
(b) Jika F-hitung < F-Tabel, maka Ha ditolak
b. Uji t-Statistik
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa salah satu
dari keempat faktor yaitu Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak,
Pemeriksaan Pajak dan Pemahaman Pajak berpengaruh secara dominan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Pengujian ini untuk mengetahui
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai t-hitung > + t-
tabel atau t-hitung < - t-tabel maka variabel independen secara individu
berpengaruh terhadapa variabel dependen. Tahap-tahap uji t adalah :
(1) Perumusan Hipotesis
(2) Penetuan nilai kritis. Tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 5% dengan derajat kebebasan (df) = (n.k) dimana n
74
adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel (independen
dan dependen)
(3) Penetuan nilai t-hitung masing-masing koefisiensi regresi
(4) Kaidah pengambilan keputusan adalah:
(a) Jika t-hitung > t-Tabel, maka Ha diterima
(b) Jika t-hitung < t-Tabel, maka Ha ditolak
Uji hipotesis kedua untuk menentukan variabel bebas yang memiliki
pengaruh dominan terhadap variabel dependen dengan menggunakan
beta standarized (beta koefisien). Variabel yang memiliki koefisien beta
standarized terbesar adalah variabel yang memiliki pengaruh dominan
(Prasetya, 2001:59). Koefisien standardized merupakan uji yang
digunakan untuk mengetahui dan mengukur variabel-variabel bebas
mana yang berpengaruh paling tinggi dan yang paling rendah terhadap
variabel terikat.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
Gaung modernisasi membawa perubahan dalam tubuh Direktorat Jendral
Pajak. Seiring dengan visi dan misi untuk melaksanakan reformasi
perpajakan, maka modernisasi administrasi perpajakan digulirkan.
Perwujudannya melalui pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern,
salah satunya Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 dimana SMO (Saat Mulai
Operasi) ditetapkan mulai tanggal 9 April 2007. Pada masa awal pendirian
target penerimaan yang ditetapkan untuk Kantor Pelayanan Pajak Madya
Malang adalah sebesar Rp. 1.818.010,17 (juta) atau sekitar 33,37% dari total
penerimaan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-29/PJ/2007
tanggal 26 Januari 2007 sebagaimana diubah terakhir dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-31/PJ/2008 tanggal 25 Maret 2008
tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan/atau Tempat
Pelaporan Usaha bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu dalam hal Perubahan
Wajib Pajak Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang,
ditetapkan bahwa Wajib Pajak Badan yang terdaftar dan Melaporkan
76
usahanya pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang adalah sebanyak 990
Wajib Pajak.
Dalam perkembangannya sesuai penetapan Direktur Jenderal Pajak
dengan ketetapannya nomor KEP-27/PJ/2012 tanggal 30 Januari 2012
sebagaimana diubah terakhir dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
nomor KEP-09/PJ.08/2012 tanggal 26 Maret 2012 tentang Tempat
Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya, Wajib
Pajak yang terdaftar dan melaporkan usahanya di Kantor Pelayanan Pajak
Madya Malang ditambah menjadi sekitar 1.500 Wajib Pajak. Bentangan
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang adalah seluas wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III yang meliputi
11 Daerah Tingkat II. Batas wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya
Malang sisi utara berbatasan dengan wilayahkerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Timur II. Kabupaten Nganjuk menjadi batas sisi Barat
Laut sedangkan Kabupaten Pasuruan menjadi batas sisi Timur Laut.
Selanjutnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
membentang keseluruhan wilayah Jawa Timur bagian Selatan dengan
Kabupaten Tulungangung sebagai batas sisi Barat Daya dan Kabupaten
Banyuwangi di sisi Tenggara. Dengan cakupan wilayah kerja yang demikian
luas, tantangan mengalokasi sumber daya agar dapat melakukan pengawasan
77
dan pelayanan terhadap Wajib Pajak secara efektif dan efeisien menjadi
prioritas kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
2. Visi dan Misi
a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
“Menjadi Kantor Pelayanan Pajak terbaik, yang menggunakan
system administrasi perpajakan modern yang efektif dan efisien,
dipercaya dan dibanggakan masyarakat.”
b. Misi
“Dapat melayani masyarakat dalam bidang perpajakan dengan
pelayanan yang excellent dan adil serta mampu turut serta
mewujudkan kemandirian pembiayaan negara sesuai dengan yang
ada.”
3. Lokasi Penelitian
Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang berkedudukan di Komplek
Araya Bussiness Center Kav 1 Jalan Raden Panji Suroso Malang. Lokasi
Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang tercakup dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III yang meliputi 11 Daerah
Tingkat II. Batas Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang sisi
utara berbatasan dengan wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Timur II. Kabupaten Nganjuk menjadi batas sisi Barat Laut,
sedangkan Kabupaten Pasuruan menjadi batas sisi Timur Laut. Selanjutnya
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang membentang ke
78
seluruh wilayah Jawa Timur bagian Selatan dengan Kabupaten Tulungagung
sebagai batas sisi Barat Daya dan Kabupaten Banyuwangi di sisi Tenggara.
4. Produk Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
a. Pelayanan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) tepat waktu
b. Pelayanan Penyelesaian permohonan pengukuhan PKP tepat waktu
c. Pelayanan restitusi PPN tepat waktu
d. Pelayanan penerbitan SPMKP tepat waktu
e. Pelayanan keberatan tepat waktu
f. Pelayanan penyelesaian SKB pemungutan PPh Pasal 22
g. Persentase realisasi pelayanan SKB PPh Pasal 23 tepat waktu
h. Pelayanan SKB PPh atas bunga deposito, tabungan, diskonto SBI
yang diterima pensiunan yang ditetapkan Menteri Keuangan tepat
waktu
i. Pelayanan SKB PPh atas penghasilan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan tepat waktu
j. Pelayanan SKB PPN atas BKP tertentu tepat waktu
k. Pelayanan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi tepat
waktu
l. Pelayanan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar tepat waktu
m. Pelayanan perubahan data dan identitas Wajib Pajak
n. Pelayanan pendaftaran e-Fin dalam rangka e-Filling
79
o. Pelayanan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh
p. Pengurangan angsuran PPh Pasal 25
q. Pelayanan pemindahbukuan
r. Pelayanan permohonan restitusi karena PLB
s. Pelayanan pembubuhan tanda bea materai
t. Pelayanan surat keterangan fiskal
u. Pelayanan pengangsuran atau penundaan pembayara tagihan pajak
v. Pelayanan pencabutan pemblokiran
w. Pelayanan pencabutan sita setelah bukti pelunasan diterima
x. Pelayanan pembatalan lelang setelah bukti pelunasan diterima
5. Struktur Organisasi dan Deskriptif Jabatan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Madya Malang
Sumber: Data yang diolah, 2016
Kepala Kantor
Sub Bagian
Umum
Seksi
Pengolahan
Data dan
Informasi
Seksi
Pelayanan
Seksi
Pemeriksaan
Seksi
Penagihan
Seksi
Pengawasan dan
Konsultasi
Kelompok Pejabat
Fungsional
80
Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang dipimpin oleh seorang Kepala
Kantor yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas bawahannya yang
terbagi dalam beberapa seksi. Masing-masing seksi mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda dengan deskriptif jabatan sebagai berikut:
a. Kepala Kantor
(1) Mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas untuk
para staf dan seluruh pegawai agar berjalan sebagaimana
mestinya sesuai Standard Operating Procedure
b. Sub Bagian Umum
(1) Melaksanakan urusan kepegawaian, keungan, tata usaha, rumah
tangga dan bantuan hukum
c. Seksi Pelayanan
(1) Penerbitan produk hukum perpajakan
(2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
(1) Melakukan pengumpulan, pencarian data dan pengolahan data
(2) Penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan
(3) Pelayanan dukungan teknis komputer
(4) Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
(5) Penyiapan Laporan Kerja
e. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
(1) Pengawasan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak
81
(2) Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
(3) Penyusunan profil Wajib Pajak
(4) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi serta evaluasi
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
(1) Pengawasan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak
(2) Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
(3) Penyusunan profil Wajib Pajak
(4) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi serta evaluasi
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
(1) Pengawasan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak
(2) Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
(3) Penyusunan profil Wajib Pajak
(4) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi serta evaluasi
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
(1) Pengawasan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak
(2) Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
(3) Penyusunan profil Wajib Pajak
(4) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi serta evaluasi
i. Seksi Pemeriksaan
82
(1) Penyusunan renacana pemeriksaan dan pengawasan pelaksanaan
aturan pemeriksaan
(2) Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
serta administrasi perpajakan yang lain
j. Seksi Penagihan
(1) Penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif
(2) Usulan penghapusan piutang pajak
(3) Penyimpanan dokumen penagihan
B. Gambaran Umum Responden
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada seluruh pegawai pajak Kantor
Pelayanan Pajak yang berjumlah 108 responden, maka dapat diperoleh gambaran
karakteristik responden berdasarkan usia responden dan jenis kelamin responden.
Gambaran karakteristik responden secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Data gambaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Status Frekuensi Persentase
Belum kawin 57 52.78
Kawin 51 47.22
Total 108 100
Sumber: Data diolah, 2016
83
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki status Belum kawin sebanyak 57 responden atau 52,78%,
sedangkan yang memiliki status sudah Kawin sebanyak 51 responden atau
47,22%.
2. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Data gambaran responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
D1 30 27.78
D3 41 37.97
S1 36 33.33
S2 1 0.92
Total 108 100
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki pendidikan D1 sebanyak 30 responden atau 27,78%, D3 sebanyak
41 responden atau 37,97%, yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 36
responden atau 33,33%, dan yang memiliki pendidikan S2 sebanyak 1
responden atau 0,92%.
3. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut :
84
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
L 65 60.19
P 43 39.81
Total 108 100
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 65 responden atau 60,19%,
sedangkan perempuan sebanyak 43 responden atau 39,81%.
4. Gambaran Responden Masa Kerja
Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa kerja Frekuensi Persentase
< 1 Tahun 0 0
1 - 5 Tahun 53 49.074
> 5 Tahun 55 50.926
Total 108 100
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden
yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun, yang memiliki masa kerja 1 –
5 tahun sebanyak 53 responden atau 49,074%, dan yang memiliki masa kerja
lebih dari 5 tahun sebanyak 55 responden atau 50,926%.
85
C. Analisis Data
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, sebelumnya dilakukan
pengujian asumsi terlebih dahulu agar model yang terbentuk memberikan
estimasi yang BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). (Gujarati, 1995).
Pengujian asumsi ini terdiri atas tiga pengujian, yakni Uji Normalitas, Uji
Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.
a) Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dalam
model regresi mengikuti sebaran normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah model dimana residualnya mengikuti distribusi normal.
Metode yang digunakan dalam menguji normalitas adalah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Residual model dikatakan mengikuti distribusi
normal apabila nilai signifikansi uji Kolmogorov-smirnov lebih besar
dari α yang digunakan. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Statistik Uji Nilai Keterangan
Kolmogorov-Smirnov Z 1,273 Data Berdistribusi
Normal Signifikansi 0,078
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016
Asumsi normalitas berdasarkan nilai signifikansi dari nilai
Kolmogorov smirnov pada model sebesar 0,078, yang lebih besar dari α
(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa residual data pada model
86
berdistribusi normal (asumsi normalitas terpenuhi). Dari hasil uji
normalitas terhadap kelompok data tersebut di atas dapat diketahui
bahwa tidak terdapat pelanggaran terhadap asumsi pengujian parametrik,
maka analisis jalur selanjutnya dapat dilakukan.
b) Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortagonal. Variabel ortagonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya, yaitu variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap
variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas
yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi.
Tolak ukur yang umum dipakai adalah nilai VIF dibawah 10 (Ghozali,
Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 2001: 57).
87
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Bebas VIF Keterangan
Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 5,832 Bebas Multikolinier
Sosialisasi Pajak (X2) 3,865 Bebas Multikolinier
Pemeriksaan Pajak (X3) 4,074 Bebas Multikolinier
Pengetahuan dan
Pemahaman WP (X4) 2,915 Bebas Multikolinier
Sumber: Data primer diolah, 2016
Pada Tabel di atas masing-masing variabel bebas yang signifikan
menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka dari hasil
pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian asumsi non-
multikolinieritas telah terpenuhi.
c) Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah data
memiliki varians yang sama (homo) (Gujarati : 177) atau adanya
perbedaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai variabel
bebas. Pengujian heterokedastisitas data dilakukan dengan menggunakan
Scatterplot. Hasil Scatterplot sebagai berikut :
88
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Scatterplot
Sumber: Data primer diolah, 2016
Dari masing-masing gambar diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola. Serta titik-titik
menyebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi tersebut, sehingga model regresi layak dipakai untuk analisa
berikutnya. Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka
dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil
interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.
2. Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan mengenai
keseluruhan data yang dikumpulkan dengan memaparkan, mengelompokkan,
dan mengklasifikasikan ke dalam tabel yang kemudian diberi penjelasan
89
berdasarkan indikator yang paling dominan dan indikator terlemah. Data
penelitian ini diperoleh peneliti dari jawaban responden atas sejumlah
pertayaan yaitu jawaban-jawaban responden dari pertanyaan di dalam angket
yang mendukung penelitian. Pada bagian ini tersaji distribusi frekuensi skor
masing-masing item variable dan mean setiap item variabel. Untuk
mendeskripsikan nilai mean setiap item, indikator dan variabel dalam
penelitian ini digunakan kriteria dengan interval kelas yang diperoleh dari
hasil perhitungan :
Nilai skor jawaban responden dalam penelitian ini mengacu pada skala 5
point dari skala likert (Sugiyono, 2004), sehigga nilai jawaban responden
tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah adalah 1. Jumlah kelas /
kategori yang digunakan dalam penyusunan kriteria tersebut disesuaikan
dengan skala yang digunakan yaitu 5 kelas, sehingga interval kelas adalah (5-
1) : 5 = 0,8. Sedangkan dasar interpretasi nilai rata-rata yang digunakan
dalam penelitian ini mengaju pada interpretasi skor menurut Sujana (2001),
dan yang digunakan oleh Noermijati (2008). Dengan demikian kriteria untuk
mendeskripsikan nilai mean yang telah diperoleh setiap butir, indikator, dan
variabel dapat dideskripsikan pada tabel 4.7 adalah sebagai berikut :
90
Tabel 4.7
Dasar Interpretasi Skor Indikator Dalam Variabel Penelitian
No Nilai / Skor Interpretasi
1 1 - 1,8 Sangat rendah / Buruk
2 > 1,8 - 2,6 Rendah / Kurang baik
3 > 2,6 - 3,4 Sedang / Cukup baik
4 > 3,4 - 4,2 Tinggi / Baik
5 > 4,2 - 5,0 Sangat Tinggi / Sangat Baik
a. Gambaran mengenai Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
Pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1) diukur menggunakan 6
indikator. Masing-masing jawaban memiliki nilai, kemudian skor
jawaban diakumulasikan yang selanjutnya digunakan untuk
mengkategorikan variabel berdasarkan rata-rata jawaban responden.
Berikut disajikan distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap
variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1).
Tabel 4.8
Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
(X1)
No Item pada Kepatuhan
Wajib Pajak (X1)
Alternatif Jawaban Mean Kategori
SS S N TS STS
1 Pihak KPP sudah
melakukan
pemantauan terhadap
Wajib Pajak, sehingga
Wajib Pajak membayar
pajak tepat waktu
28 51 20 9 0
3,91 Tinggi % 25,9 47,2 18,5 8,3 0,0
2 Pihak KPP sudah
melakukan
pemantauan pelaporan
SPT terhadap Wajib
Pajak, sehingga Wajib
Pajak melaporkan SPT
32 43 26 7 0
3,93 Tinggi % 29,6 39,8 24,1 6,5 0,0
91
tepat waktu
3 Pihak KPP sudah
memberitahukan
tentang sanksi
keterlamabatan
pembayaran pajak
kepada Wajib Pajak,
sehingga Wajib Pajak
tidak memiliki
tunggakan pajak
21 55 27 5 0
3,85 Tinggi % 19,4 50,9 25,0 4,6 0,0
4 Pihak KPP sudah
memberikan pelayanan
pajak yang baik dan
sederhana kepada
Wajib Pajak, sehingga
Wajib Pajak bersikap
kooperatif pada
petugas dalam
melaksanakan
kewajiban perpajakan
31 47 22 8 0
3,94 Tinggi % 28,7 43,5 20,4 7,4 0,0
5 Pihak KPP sudah
menyampaikan
prosuder dengan
sederhana dan
memudahkan bagi
Wajib Pajak, sehingga
Wajib Pajak
melaporkan SPT secara
jujur dan sesuai
undang-undang
26 48 26 8 0
3,85 Tinggi % 24,1 44,4 24,1 7,4 0,0
6 Pihak KPP sudah
memberitahukan
tentang sanksi yang
dikenakan atas
manipulasi data,
sehingga Wajib Pajak
tidak memalsukan
data-data pada SPT
28 42 33 5 0
3,86 Tinggi % 25,9 38,9 30,6 4,6 0,0
GRANDMEAN 3,89 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
Tabel di atas merupakan tanggapan responden, yang merupakan
pegawai pajak itu sendiri, mengenai variabel Kepatuhan Wajib Pajak
92
(X1). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Mean)
pada semua jawaban per item dalam variabel Kepatuhan Wajib Pajak
(X1). Dari data di atas di dapat item yang paling dominan adalah item
keempat yaitu “Pihak KPP telah memberikan pelayanan pajak yang baik
dan sederhana kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak bersikap
kooperatif pada petugas dalam melaksanakan kewajiban perpajakan”
dengan rata-rata (Mean) sebesar 3,94. Pada item tersebut sebanyak
43,5% yang menyatakan setuju atau sekitar 47 orang pegawai pajak yang
sependapat dengan item diatas.
Pegawai pajak berpendapat bahwa telah melakukan pelayanan
terbaiknya terhadap Wajib Pajak. Itupun didukung dengan pemantauan
pada Wajib Pajak dan pelaporan SPT Wajib Pajak oleh pegawai pajak.
Dilihat pada tabel diatas, pada item nomor 1 dan 2, sebanyak 51 orang
atau sekitar 47,2% yang menjawab setuju telah melakukan pemantauan
terhadap Wajib Pajak dan sebanyak 43 orang atau sekitar 39,8%
menjawab setuju telah melakukan pemantauan pada pelaporan SPT
Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak membayar dan melaporkan SPT tepat
waktu. Item terlemah pada variabel diatas adalah item kelima yaitu
“Pihak KPP sudah menyampaikan prosuder sederhana dan memudahkan
bagi Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak melaporkan SPT secara jujur
dan sesuai undang-undang” dengan rata-rata (Mean) 3,85. Walaupun
sebanyak 48 pegawai pajak menjawab setuju telah menyampaikan
prosuder sederhana dan memudahkan, tetapi pada kenyataannya pegawai
93
pajak merasa masih ada Wajib Pajak yang tidak jujur mengenai
pelaporan SPT-nya.
Data diatas menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Grandmean)
semua jawaban per item pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
sebesar 3,89, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel
Kepatuhan Wajib Pajak (X1) termasuk dalam kategori Tinggi atau
variabel dengan interprasi baik.
b. Gambaran mengenai Sosialisasi Pajak (X2)
Pada variabel Sosialisasi Pajak (X2) diukur menggunakan 6
indikator. Masing-masing jawaban memiliki nilai, kemudian skor
jawaban diakumulasikan yang selanjutnya digunakan untuk
mengkategorikan variabel berdasarkan rata-rata jawaban responden.
Berikut disajikan distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap
variabel Sosialisasi Pajak (X2).
Tabel 4.9
Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Sosialisasi Pajak (X2) No Item pada Sosialisasi
Pajak (X2)
Alternatif Jawaban Mean Kategori
SS S N TS STS
1 Pihak KPP sudah
memberikan sosialisasi
kepada dua fokus
sosialisasi, yaitu bagi
Calon Wajib Pajak dan
bagi Wajib Pajak Terdaftar
28 43 28 9 0
3,83 Tinggi % 25,9 39,8 25,9 8,3 0,0
2 Pihak KPP sudah
melakukan sosialisasi
dengan materi tentang
peraturan-peraturan pajak
terbaru
28 44 28 8 0
3,85 Tinggi % 25,9 40,7 25,9 7,4 0,0
3 Pada saat tidak ada
peraturan pajak terbaru 26 42 26 14 0
3,74 Tinggi % 24,1 38,9 24,1 13,0 0,0
94
yang dikeluarkan, pihak
KPP sudah kembali
memberikan penyuluhan
dengan tema materi
mengenai dasar-dasar
perpajakan (seperti: Hak
dan Kewajiban Wajib
Pajak, mengenai NPWP,
pengisian SPT secara
manual maupun
menggunakan media
komputer, serta tata cara
administrasi pajak dan
pelaporan pajak
4 Pihak KPP sudah rutin
mengadakan Tax
Gathering, Kelas Pajak
bagi Wajib Pajak terdaftar,
serta Early Tax Education
dengan sasaran calon
Wajib Pajak misalnya :
mahasiswa
32 38 28 10 0
3,85 Tinggi % 29,6 35,2 25,9 9,3 0,0
5 Pihak KPP sudah rutin
mengupayakan adanya
Help Desk, yang dibuka
untuk Wajib Pajak yang
mempunyai masalah dalam
kewajiban perpajakannya
atau kurang memahami
mengenai perpajakan
26 47 30 5 0
3,87 Tinggi % 24,1 43,5 27,8 4,6 0,0
6 Pihak KPP sudah
memberikan “suplemen”
kepada Wajib Pajak
melalui brosur, sticker
pajak ataupun spanduk
yang dipasang di luar
kantor KPP guna
mengingatkan akan
kewajiban perpajakan
32 41 29 6 0
3,92 Tinggi % 29,6 38,0 26,9 5,6 0,0
GRANDMEAN 3,84 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
Tabel di atas merupakan tanggapan responden, yang merupakan
pegawai pajak itu sendiri, mengenai variabel Sosialisasi Pajak (X2). Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Mean) pada semua
95
jawaban per item dalam variabel Sosialisasi Pajak (X2). Dari data di atas
di dapat item yang paling dominan adalah item keenam yaitu “Pihak KPP
telah memberikan “suplemen” pada Wajib Pajak melalui brosur, sticker
pajak, ataupun spanduk yang diapsang di luar kantor KPP guna
meningkatkan akan kewajiban perpajakan” dengan rata-rata (Mean)
sebesar 3,92. Pada item tersebut sebanyak 38% yang menyatakan setuju
atau sekitar 41 orang pegawai pajak yang sependapat dengan item diatas.
Pegawai pajak berpendapat bahwa telah melakukan sosialisasi
terbaiknya terhadap Wajib Pajak. Itupun didukung dengan adanya Help
Desk yang dibuka untuk Wajib Pajak, membuka Tax Gathering dan
Kelas Pajak, serta melakukan sosialisasi mengenai peraturan pajak
terbaru. Dilihat pada tabel diatas, pada item nomor 2,4, dan 5, sebanyak
44 orang atau sekitar 40,7% yang menjawab setuju telah melakukan
sosialisasi mengenai peraturan perpajakan yang up-to-date, kemudian
sebanyak 38 orang atau sekitar 35,2% menyatakan setuju telah membuka
Tax Gathering dan Kelas Pajak khususnya bagi Calon Wajib Pajak baru
ataupun mahasiwa. Dan sebanyak 47 orang atau sekitar 43,5% menjawab
setuju dengan adanya Help Desk yang dibuka untuk Wajib Pajak yang
mempunyai masalah dalam kewajiban perpajakannya atau Wajib Pajak
masih kurang memahami mengenai perpajakan.
Item terlemah pada variabel diatas adalah item ketiga yaitu “Pada
saat tidak ada pertauran terbaru yang dikeluarkan, pihak KPP sudah
kembali memberikan penyuluhan dengan tema materi mengenai dasar-
96
dasar perpajakan (seperti: Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, NPWP,
pengisian SPT secara manual maupun online, serta tata cara administrasi
pajak dan pelaporannya” dengan rata-rata (Mean) 3,74. Walaupun
sebanyak 42 pegawai pajak menjawab setuju telah melakukan sosialisasi
tersebut, tetapi pada kenyataannya masih banyak Wajib Pajak yang
kurang mengerti dan kurang memahami betapa pentingnya pajak . Data
diatas menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Grandmean) semua
jawaban per item pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X2) sebesar 3,8,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel Sosialisasi
Pajak (X2) termasuk dalam kategori Tinggi atau variabel dengan
interprasi baik.
c. Gambaran mengenai Pemeriksaan Pajak (X3)
Pada variabel Pemeriksaan Pajak (X3) diukur menggunakan 6
indikator. Masing-masing jawaban memiliki nilai, kemudian skor
jawaban diakumulasikan yang selanjutnya digunakan untuk
mengkategorikan variabel berdasarkan rata-rata jawaban responden.
Berikut disajikan distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap
variabel Pemeriksaan Pajak (X3).
Tabel 4.10
Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Pemeriksaan Pajak (X3)
No Item pada
Pemeriksaan Pajak
(X3)
Alternatif Jawaban Mean Kategori
SS S N TS STS
1 Pihak pemeriksa sudah
melakukan
pemeriksaan rutin
26 42 31 9 0 3,79 Tinggi
% 24,1 38,9 28,7 8,3 0,0
97
terhadap Wajib Pajak
pemenuhan hak
dan/atau pelaksanaan
kewajiban perpajakan
oleh Wajib Pajak
2 Pihak pemeriksa sudah
melakukan
pemeriksaan sesuai
sasaran pemeriksaan
pajak, yaitu :
Interpretasi Undang-
Undang yang tidak
benar, adanya
kesalahan hitung,
penggelapan secara
khusus dari
penghasilan, serta
pemotongan dan
pengurangan yang
tidak seharusnya
dilakukan oleh Wajib
Pajak
32 41 27 8 0
3,90 Tinggi % 29,6 38,0 25,0 7,4 0,0
3 Pihak pemeriksa sudah
menentukan luas
pemeriksaan
berdasarkan petunjuk
yang diperoleh melalui
pencocokan data,
pengamatan,
permintaan keterangan,
konfirmasi, teknik
sampling, dan
pengujian lainnya
berkenaan dengan
pemeriksaan
19 49 33 7 0
3,74 Tinggi % 17,6 45,4 30,6 6,5 0,0
4 Sebelum melakukan
pemeriksaan, pihak
pemeriksa sudah
mempelajari data
Wajib Pajak
bersangkutan seperti :
Profil data Wajib
Pajak, analisis data
keuangan Wajib Pajak
minimal dua tahun
terakhir atau sesuai
19 47 34 8 0
3,71 Tinggi % 17,6 43,5 31,5 7,4 0,0
98
dengan data yang
tersedia, serta data-data
lain yang relevan
5 Pihak pemeriksa sudah
memberikan bukti
peminjaman secara
tertulis perihal
peminjaman buku,
catatan, atau dokumen-
dokumen lainnya
26 52 23 7 0
3,90 Tinggi % 24,1 48,1 21,3 6,5 0,0
6 Pihak pemeriksa sudah
menuangkan hasil
pemeriksaan dalam
kertas kerja
pemeriksaan (KKP)
sebagai bahan untuk
menyusun laporan
pemeriksaan pajak
(LPP)
27 49 26 6 0
3,90 Tinggi % 25,0 45,4 24,1 5,6 0,0
GRANDMEAN 3,82 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
Tabel di atas merupakan tanggapan responden, yang merupakan
pegawai pajak itu sendiri, mengenai variabel Pemeriksaan Pajak (X3).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Mean) pada
semua jawaban per item dalam variabel Pemeriksan Pajak (X3). Dari data
di atas di dapat 3 (tiga) item yang paling dominan, yang pertama adalah
item nomor 2 (dua) yaitu “Pihak pemeriksa telah melakukan pemeriksaan
sesuai sasaran pemeriksaan pajak, yaitu : Interpretasi undang-undang
yang tidak benar, adanya kesalahan hitung, penggelapan secara khusus
dari penghasilan, serta pemotongan dan pengurangan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh Wajib Pajak” dengan rata-rata (Mean) sebesar
3,90 dan pada item ini sebanyak 41 orang pegawai pajak menjawab
99
setuju atau sekitar 38%. Item dominan kedua yaitu pada item nomor 5
(lima) “Pihak pemeriksa sudah memberikan bukti peminjaman secara
tertulis perihal peminjaman buku, catatan, atau dokumen-dokumen
lainnya” dengan rata-rata (Mean) 3,90 dan pada item ini sebanyak 52
orang pegawai pajak menjawab setuju atau sekitar 48,1%. Item dominan
ketiga yaitu pada item nomor 6 (enam) “Pihak pemeriksa sudah
menuangkan hasil pemeriksaan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
sebagai bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksan Pajak ( LPP)”
dengan rata-rata (Mean) 3,90 dan pada item ini sebanyak 49 orang
pegawai pajak menjawab setuju atau sekitar 45,4%.
Dari jawab diatas dapat dilihat bahwa pegawai pajak telah
melaksanakan pemeriksaan pajak dengan memenuhi standar pemeriksaan
pajak terhadap Wajib Pajak. Adapun telah didukung dengan pemeriksaan
pajak rutin mengenai pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
perpajakan oleh Wajib Pajak. Dilihat pada tabel diatas, pada item nomor
1 (satu), sebanyak 42 orang atau sekitar 38,9% yang menjawab setuju
telah melakukan pemeriksaan rutin terhadap pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak. Item terlemah pada variabel diatas
adalah item pada nomor 4 (empat) yaitu “Sebelum melakukan
pemeriksaan, pihak pemeriksa sudah mempelajari data Wajib Pajak
bersangkutan seperti: Profil data Wajib Pajak, analisis data keuangan
Wajib Pajak minimal dua tahun terakhir atau sesuai dengan data yang
tersedia, serta data-data lain yang relevan ” dengan rata-rata (Mean) 3,71.
100
Walaupun sebanyak 47 orang pegawai pajak menjawab setuju telah
mempelajari data Wajib Pajak yang bersangkutan, tetapi pada
kenyataannya data Wajib pajak yang dipelajari pegawai pajak tidak up-
to-date atau data yang tidak sesuai dengan yang dilaporkan dan sangat
memungkinkan bahwa pegawai pajak menemukan informasi terbaru
mengenai Wajib Pajak ketika dilakukannya pemeriksaan.
Sehingga Pegawai Pajak harus melakukan pengecekan ulang
terhadap data Wajib Pajak bersangkutan. Data diatas menunjukkan
bahwa akumulasi rata-rata (Grandmean) semua jawaban per item pada
variabel Pemeriksaan Pajak (X3) sebesar 3,82, sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara umum variabel Pemeriksaan Pajak (X3)
termasuk dalam kategori Tinggi atau variabel dengan interprasi baik.
d. Gambaran mengenai Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4)
Pada variabel Pengetahuan dan Pemahaman WP (X4) diukur
menggunakan 6 indikator. Masing-masing jawaban memiliki nilai,
kemudian skor jawaban diakumulasikan yang selanjutnya digunakan
untuk mengkategorikan variabel berdasarkan rata-rata jawaban
responden. Berikut disajikan distribusi frekuensi tanggapan responden
terhadap variabel Pengetahuan dan Pemahaman WP (X4).
101
Tabel 4.11
Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Pengetahuan dan
Pemahaman WP (X4)
No Item pada
Pengetahuan dan
Pemahaman WP (X4)
Alternatif Jawaban Mean Kategori
SS S N TS STS
1 Pihak KPP sudah
memberikan
penjelasan terhadap
Wajib Pajak mengenai
hak dan kewajiban
perpajakan sebagai
warga negara
Indonesia
27 48 23 10 0
3,85 Tinggi % 25,0 44,4 21,3 9,3 0,0
2 Pihak KPP sudah
memberikan
penjelasan mengenai
istilah-istilah dalam
perpajakan seperti :
PTKP, PKP serta
penjelasan mengenai
tarif pajak yang
berlaku dan dikenakan
sesuai penghasilan
Wajib Pajak
30 44 24 10 0
3,87 Tinggi % 27,8 40,7 22,2 9,3 0,0
3 Pihak KPP sudah
menjabarkan dan
mengingatkan atas
sanksi yang dikenakan
apabila melakukan
pelanggaran
perpajakan
28 46 29 5 0
3,90 Tinggi % 25,9 42,6 26,9 4,6 0,0
4 Pihak KPP sudah
menegaskan bagi
Wajib Pajak yang
memiliki penghasilan
untuk mendaftarkan
NPWP
28 53 18 9 0
3,93 Tinggi % 25,9 49,1 16,7 8,3 0,0
5 Pihak KPP sudah
menyarankan bagi
seluruh Wajib Pajak
untuk mengikuti
sosialisasi yang
diselenggarakan guna
mengetahui
perkembangan
27 45 29 7 0
3,85 Tinggi % 25,0 41,7 26,9 6,5 0,0
102
peraturan pajak terbaru
6 Pihak KPP sudah turut
membantu Wajib Pajak
yang mengalami
kendala dalam
pengisian SPT secara
manual dengan media
e-SPT
32 40 28 8 0
3,89 Tinggi % 29,6 37,0 25,9 7,4 0,0
GRANDMEAN 3,88 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
Tabel di atas merupakan tanggapan responden, yang merupakan
pegawai pajak itu sendiri, mengenai variabel Pengetahuan dan
Pemahaman Wajib Pajak (X4). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
akumulasi rata-rata (Mean) pada semua jawaban per item dalam variabel
Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4). Dari data di atas di
dapat item yang paling dominan adalah item pa nomor 4 (empat) yaitu
“Pihak KPP telah menegaskan bagi Wajib Pajak yang memiliki
penghasilan untuk mendaftarkan NPWP” dengan rata-rata (Mean)
sebesar 3,93. Pada item tersebut sebanyak 49,1% yang menyatakan
setuju atau sekitar 53 orang pegawai pajak yang sependapat dengan item
diatas.
Pegawai pajak berpendapat bahwa telah menegaskan bagi Wajib
Pajak yang memiliki penghasilan wajib untuk memiliki NPWP. Adapun
hal ini telah didukung dengan membantu Wajib Pajak untuk lebih
mengenal istilah-istilah perpajakan , seperti: PTKP, PKP, dan lain-lain.
Serta memberikan penjelasan mengenai tariff pajak yang berlaku dan
dikenakan sesuai penghasilan Wajib pajak dan menjabarkan dan
103
mengingatkan atas sanksi yang akan dikenakan apabila melakukan
pelanggaran pajak. Tak lupa pula, pegawai pajak turut membantu Wajib
Pajak yang mengalami kendala dalam pengisian SPT secara manual
maupun online. Item terlemah pada variabel diatas ada dua (dua item,
yaitu yang pertama adalah item pada nomor 1 (satu) yaitu “Pihak KPP
sudah memberikan penjelasan terhadap Wajib Pajak mengenai hak dan
kewajiban perpajakan sebagai warga negara Indonesia” dengan rata-rata
(Mean) 3,85.
Item terlemah yang kedua adalah item pada nomor 5 (lima) “Pihak
KPP sudah menyarankan bagi seluruh Wajib Pajak untuk mengikuti
sosialisasi yang dselenggarakan guna mengetahui perkembangan
peraturan pajak terbaru” dengan rata-rata (Mean) 3,85. Walaupun
sebanyak 48 pegawai pajak menjawab setuju pada item nomor 1 (satu)
dan sebanyak 45 orang pegawai pajak yang menjawab setuju pada item
nomor 5 (lima), tetapi pada kenyataannya pegawai pajak merasa masih
banyak Wajib Pajak yang menghindari pemenuhan kewajiban
perpajakannya dan masih banyak pula Wajib Pajak yang tidak mengikuti
kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan. Data diatas menunjukkan
bahwa akumulasi rata-rata (Grandmean) semua jawaban per item pada
variabel Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4) sebesar 3,88,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel Pengetahuan
dan Pemahaman Wajib Pajak (X4) termasuk dalam kategori Tinggi atau
variabel dengan interprasi baik.
104
e. Gambaran mengenai Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
Pada variabel Penerimaan PPh (Y) diukur menggunakan 9 indikator.
Masing-masing jawaban memiliki nilai, kemudian skor jawaban
diakumulasikan yang selanjutnya digunakan untuk mengkategorikan
variabel berdasarkan rata-rata jawaban responden. Berikut disajikan
distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap variabel Penerimaan
PPh (Y).
Tabel 4.12
Distribusi Tanggapan Responden pada Variabel Penerimaan PPh (Y)
No Item pada
Penerimaan PPh (Y)
Alternatif Jawaban Mean Kategori
SS S N TS STS
1 Pihak KPP sudah
mengirimkan Surat
Tagihan Pajak atas
koreksi jumlah pajak
yang terhutang
menurut SPT Wajib
Pajak yang
bersangkutan
27 41 30 10 0
3,79 Tinggi % 25,0 38,0 27,8 9,3 0,0
2 Pihak KPP sudah
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebagai
koreksi jumlah pajak
kurang bayar yang
terhutang menurut SPT
Wajib Pajak yang
bersangkutan
28 44 25 11 0
3,82 Tinggi % 25,9 40,7 23,1 10,2 0,0
3 Pihak KPP sudah
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak
Kurang Bayar
Tambahan sebagai
kurang bayar tambahan
apabila ditemukan data
terbaru yang dapat
menyebabkan
penambahan jumlah
30 43 25 10 0
3,86 Tinggi % 27,8 39,8 23,1 9,3 0,0
105
pajak
4 Pihak KPPs sudah
menetapkan target
penerimaan pajak
penghasilan setiap
Tahunnya
31 44 24 9 0
3,90 Tinggi % 28,7 40,7 22,2 8,3 0,0
5 Pihak KPP sudah
mengenakan denda
terhadap Wajib Pajak
yang tidak melaporkan
kegiatan usahanya
28 41 30 9 0
3,81 Tinggi % 25,9 38,0 27,8 8,3 0,0
6 Pihak KPP sudah
menetapkan bunga
pajak bagi Wajib Pajak
yang tidak membayar
tagihan pajak dalam
batas waktu
pembayaran
18 46 37 7 0
3,69 Tinggi % 16,7 42,6 34,3 6,5 0,0
7 Pajak Penghasilan
yang dibayarkan Wajib
Pajak sudah mencapai
target Penerimaan
Pajak
32 36 27 13 0
3,81 Tinggi % 29,6 33,3 25,0 12,0 0,0
8 Pihak KPP sudah
melakukan mekanisme
pemindahbukuan
apabila terdapat
kesalahan
penghitungan
pembayaran pajak
28 45 27 8 0
3,86 Tinggi % 25,9 41,7 25,0 7,4 0,0
9 Pihak KPP sudah
mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih
Bayar sebagai
kelebihan pembayaran
pajak apabila wajib
pajak telah
mengajukan
permohonan restitusi
28 49 22 9 0
3,89 Tinggi % 25,9 45,4 20,4 8,3 0,0
GRANDMEAN 3,83 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
Tabel di atas merupakan tanggapan responden mengenai variabel
Penerimaan PPh (Y). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa akumulasi
106
rata-rata (Mean) pada semua jawaban per item dalam variabel
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y). Dari data di atas di dapat item yang
paling dominan adalah item pada nomor 4 (empat) yaitu “Pihak KPP
telah menetapkan target penerimaan pajak penghasilan setiap tahunnya”
dengan rata-rata (Mean) sebesar 3,90. Pada item tersebut sebanyak
40,7% yang menyatakan setuju atau sekitar 44 orang pegawai pajak yang
sependapat dengan item diatas. Pegawai pajak berpendapat bahwa setiap
tahunnya telah menetapkan target penerimaan pajak penghasilan.
Adapun hal ini telah didukung dengan pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak. Seperti pada data di atas, dapat
dilihat, bahwa pegawai pajak menjawab telah mengingatkan kepada
Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, dengan cara
seperti pihak Kantor Pelayanan Pajak telah mengenakan denda terhadap
Wajib Pajak yang tidak melaporkan kegiatan usahanya. Pada saat
pelaporan pajak, pihak Kantor Pelayanan Pajak akan mememeriksa
kembali untuk menghindari adanya kesalahan hitung, entah itu kelebihan
bayar maupun kurang bayar. Apabila setelah diperiksa terdapat indikasi
kurang bayar, maka pegawai pajak telah mengirimkan Surat Tagihan
Pajak dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagai koreksi jumlah
pajak yang kurang dibayarkan. Lalu apabila pada saat pemeriksaan
kembali dilakukan dan ditemukan data baru yang berindikasi dalam
kewajiban perpajakan seorang Wajib Pajak, maka pegawai pajak akan
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
107
Guna menyeimbangkan antara hak dan kewajiban oleh Wajib Pajak
maka pegawai pajak memperbolehkan Wajib Pajak melakukan
pemindahbukuan apabila terdapat kesalahan dalam penghitungan
pembayaran pajak. Pihak Wajib Pajak pun diperbolehkan mengajukan
permohonan restitusi apabila merasa pajak lebih bayar dan dari pihak
Kantor Pelayanan Pajak pun akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar sebagai bukti adanya kelebihan bayar. Item terlemah pada
variabel diatas adalah “Pihak KPP sudah menetapkan bunga pajak bagi
Wajib Pajak yang tidak membayar tagihan pajak dalam batas waktu
pembayaran” dengan rata-rata (Mean) 3,69. Walaupun sebanyak 46
pegawai pajak menjawab setuju pada item ini, tetapi pada kenyataannya
pegawai pajak merasa masih ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya tersebut. Wajib Pajak hanya membayar pajak yang
dikenakan ataupun pajak kurang bayar yang dikeluarkan, tetapi tidak
dengan denda keterlamabatan pembayaran pajak.
Data diatas menunjukkan bahwa akumulasi rata-rata (Grandmean)
semua jawaban per item pada variabel Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
sebesar 3,83, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) termasuk dalam kategori Tinggi atau
variabel dengan interprasi baik.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antara
variabel Kepatuhan Wajib Pajak ( ), Sosialisasi Pajak ( ), Pemeriksaan
108
Pajak ( ) dan Pengetahuan dan Pemahaman WP ( ) terhadap variabel
Penerimaan PPh (Y). Tujuannya untuk meramalkan atau memperkirakan nilai
variabel dependen dalam hubungan sebab-akibat terhadap nilai variabel lain.
a. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari pengaruh variabel
independen terhadap dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh ringkasan seperti pada Tabel berikut:
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Koefisien
Regresi thitung
p-
value Keterangan
Penerimaan
PPh (Y) Konstanta -0,444
Kepatuhan
Wajib Pajak
(X1)
0,847 4,276 0,000 Signifikan
Sosialisasi
Pajak (X2) 0,324 2,254 0,026 Signifikan
Pemeriksaan
Pajak (X3) 0,113 0,689 0,492
Tidak
Signifikan
Pengetahuan
dan Pemahaman
WP (X4)
0,218 1,662 0,100 Tidak
Signifikan
= 0,05
R = 0,869
Koefisien Determinasi (R2) = 0,755 (75,5%)
F-hitung = 79,483
F-tabel = 2,46
T-tabel = 1,983
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Setelah data diolah diperolehlah Persamaan Regresi. Persamaan
regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Dari Tabel 4.13 diatas diperoleh persamaan
109
regresi sebagai berikut:
Y = -0,444 + 0,847 X1 + 0,324 X2 + 0,113 X3 + 0,218 X4
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
(1) Nilai Konstanta sebesar -0,444, artinya jika seluruh variabel
bebas bernilai nol, maka variabel Y akan bernilai -0,444.
(2) Koefisien regresi Kepatuhan Wajib Pajak (X1) sebesar 0,847,
artinya jika Kepatuhan Wajib Pajak (X1) meningkat sebesar 1
satuan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,847 satuan.
(3) Koefisien regresi Sosialisasi Pajak (X2) sebesar 0,324, artinya
jika Sosialisasi Pajak (X2) meningkat sebesar 1 satuan, maka
variabel Y akan meningkat sebesar 0,324 satuan.
(4) Koefisien regresi Pemeriksaan Pajak (X3) sebesar 0,113, artinya
jika Pemeriksaan Pajak (X3) meningkat sebesar 1 satuan, maka
variabel Y akan meningkat sebesar 0,113 satuan.
(5) Koefisien regresi Pengetahuan dan Pemahaman WP (X4)
sebesar 0,218, artinya jika Pengetahuan dan Pemahaman WP
(X4) meningkat sebesar 1 satuan, maka variabel Y akan
meningkat sebesar 0,218 satuan.
b. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya
pengaruh atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat persentase pengaruh
yang diberikan variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak
110
(X2), Pemeriksaan Pajak (X3) dan Pengetahuan dan Pemahaman Wajib
Pajak (X4), terhadap variabel Penerimaan PPh (Y). Setelah diketahui
nilai R sebesar , maka koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
KD = R2 X 100%
= ()2 X 100%
= %
Dengan demikian, maka diperoleh nilai KD sebesar % yang
menunjukkan arti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak
(X2), Pemeriksaan Pajak (X3) dan Pengetahuan dan Pemahaman WP
(X4) memberikan pengaruh simultan (bersama-sama) sebesar % terhadap
Penerimaan PPh (Y). Sedangkan sisanya sebesar % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diamati
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan bagian penting dalam penelitian, setelah
data terkumpul dan diolah. Kegunaan utamanya adalah untuk menjawab
hipotesis yang dibuat oleh peneliti.
a. Uji F (Simultan)
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui
apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain
model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya signfikan, maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan,
111
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai
berikut :
(1) H0 ditolak jika F hitung > F tabel
(2) H0 diterima jika F hitung < F tabel
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut
(1) H0 : Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2),
Pemeriksaan Pajak (X3) dan Pengetahuan dan Pemahaman WP
(X4) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan PPh (Y).
(2) Ha : Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2),
Pemeriksaan Pajak (X3) dan Pengetahuan dan Pemahaman WP
(X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Penerimaan PPh (Y).
Setalah dilakukan olah data, diperoleh nilai Fhitung sebesar 79,483 dan
nilai Ftabel sebesar 2,460. Dapat dilihat bahwa nilai Fhitung dari Ftabel
(79,483 > 2,460). Sehingga diambil keputusan H0 pada taraf α = 5%.
Sehingga disimpulkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi
Pajak (X2), Pemeriksaan Pajak (X3) dan Pengetahuan dan Pemahaman
WP (X4) secara bersama-sama terhadap Penerimaan PPh (Y).
b. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebas pembentuk model regresi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (Y). Variabel bebas pembentuk model regresi
112
disimpulkan berpengaruh signifikan jika nilai thitung > ttabel atau -thitung <
-ttabel atau nilai signifikansi (p-value) < 0,05. Pengujian variabel-variabel
tersebut secara parsial adalah sebagai berikut
Tabel 4.14
Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Variabel Independen thitung p-value Keterangan
Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 4,276 0,000 Signifikan
Sosialisasi Pajak (X2) 2,254 0,026 Signifikan
Pemeriksaan Pajak (X3) 0,689 0,492 Tidak Signifikan
Pengetahuan dan
Pemahaman WP (X4) 1,662 0,100 Tidak Signifikan
(1) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
Hipotesis uji yang digunakan adalah:
H0 : β1 = 0 (variabel X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap
Y)
Ha : β1 ≠ 0 (variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap Y)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung pada variabel
Kepatuhan Wajib Pajak (X1) sebesar 4,276, sedangkan nilai t
tabel dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila
dibandingkan maka nilai t hitung > t tabel (4,276 > 1,983).
Pengujian ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak (X1) berpengaruh
signifikan terhadap Penerimaan PPh (Y).
113
(2) Variabel Sosialisasi Pajak (X2)
Hipotesis uji yang digunakan adalah:
H0 : β2 = 0 (variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap
Y)
H1 : β2 ≠ 0 (variabel X2 berpengaruh signifikan terhadap Y)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung pada variabel
Sosialisasi Pajak (X2) sebesar 2,254, sedangkan nilai t tabel
dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan
maka nilai t hitung > t tabel (2,254 > 1,983). Pengujian ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Sosialisasi Pajak (X2) berpengaruh signifikan terhadap
Penerimaan PPh (Y).
(3) Variabel Pemeriksaan Pajak (X3)
Hipotesis uji yang digunakan adalah:
H0 : β3 = 0 (variabel X3 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y)
Ha : β3 ≠ 0 (variabel X3 berpengaruh signifikan terhadap Y)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung pada variabel
Pemeriksaan Pajak (X3) sebesar 0,689, sedangkan nilai t tabel
dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan
maka nilai t hitung < t tabel (0,689 < 1,983). Pengujian ini
menunjukkan bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pemeriksaan Pajak (X3) berpengaruh tidak signifikan
terhadap Penerimaan PPh (Y).
114
(4) Variabel Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4)
Hipotesis uji yang digunakan adalah:
H0 : β4 = 0 (variabel X4 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y)
Ha : β4 ≠ 0 (variabel X4 berpengaruh signifikan terhadap Y)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung pada variabel
Pengetahuan dan Pemahaman WP (X4) sebesar 1,662,
sedangkan nilai t tabel dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983.
Bila dibandingkan maka nilai t hitung < t tabel (1,662 < 1,983).
Pengujian ini menunjukkan bahwa Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pengetahuan dan Pemahaman WP (X4)
berpengaruh tidak signifikan terhadap Penerimaan PPh (Y).
Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel Kepatuhan
Wajib Pajak dan Sosialisasi Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara simultan dan parsial. Dan
dari sini dapat diketahui bahwa keempat variabel bebas tersebut yang
paling dominan pengaruhnya terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
adalah Kepatuhan Wajib Pajak karena memiliki nilai koefisien beta dan t
hitung paling besar.
115
D. Pembahasan
1. Gambaran faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak penghasilan yang
dibahas dalam penelitian ini ada 4 (empat), yaitu Kepatuhan Wajib Pajak,
Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Pengetahuan dan Pemahaman Wajib
Pajak. Pada data yang di dapat dari pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu para
pegawai pajak yang dimintai keterangan melalui kuisioner, didapatlah gambaran
mengenai keempat faktor yang mendukung dalam penelitian ini. Faktor yang
pertama adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Pada skor jawaban-jawaban yang
diutarakan pada kuisioner, didapat Grandmean sebesar 3,89 dengan interpretasi
baik. Faktor kepatuhan Wajib Pajak ini menjelaskan bahwa pelayanan dari pihak
pegawai pajak yang baik dan sederhanalah yang membuat Wajib Pajak merasa
patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan Wajib Pajak ini pun di dukung dengan adanya Wajib Pajak yang
telah membayar pajak dan melaporkan SPT tepat pada waktunya. Pegawai pajak
pun terus mengingatkan untuk tepat waktu membayar pajak agar tidak
dikenakannya sanksi keterlambatan sehingga Wajib Pajak tidak memiliki
tunggakan pajak. Tidak hanya mengingatkan betapa pentingnya membayar pajak
tepat waktu, pegawai pajak pun memberikan prosuder sederhana dalam mengisi
SPT sesuai dengan undang-undang perpajakan. Serta, menjelaskan sanksi-sanksi
terkait apabila Wajib Pajak tidak mengisi SPT sesuai undang-undang sehingga
tidak adanya Wajib Pajak yang memanipulasi data-data pada SPT. Faktor yang
kedua adalah Sosialisai Pajak.
116
Dari data yang didapat, pegawai pajak memberikan sosialisasi melalui brosur,
Sticker pajak ataupun spanduk yang terpasang di luar Kantor Pelayanan Pajak
merupakan sosialisasi yang rutin dilakukan oleh pegawai pajak. Selain itu, Help
Desk pun diupayakan guna Wajib Pajak yang memiliki masalah dan/atau kurang
memahami dalam kewajiban perpajakannya. Begitu pula dengan rutinnya
memberikan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan pajak terbaru kepada Wajib
Pajak. Bagi Wajib Pajak terdaftar, pegawai pajak memberikan sosialisasi melaui
Tax Gathering dan Kelas Pajak untuk lebih mengenal dan mengetahui betapa
pentingnya pajak beserta pelaporan dan tata cara administrasinya. Bagi para calon
Wajib Pajak, dari pegawai pajak telah mengadakan Early tax dengan sasaran
mahasiswa.
Mengapa mahasiswa? Seperti diketahui, banyak mahasiswa dan mahasiswi
yang sudah mulai merintis kegiatan usaha. Alangkah baiknya, mahasiswa pun
lebih memahami pengenaan pajak pada kegiatan usahanya. Faktor yang ketiga
yaitu Pemeriksaan Pajak. Setelah melihat jawaban yang diberikan oleh pegawai
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang, dilihat bahwa dalam
melakukan pemeriksaan sasaran yang dikenakan adalah adanya interpretasi
undang-undang yang tidak benar, adanya kesalahan hitung, penggelapan secara
khusus dari penghasilan, maupun pemotongan dan pengurangan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh Wajib Pajak. Pihak pemeriksa pun menjawab telah
memenuhi tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak. Ditunjukkan dalam data yang
di dapat dari pegawai pajak, bahwa pegawai pajak sudah mempelajari data Wajib
117
Pajak yang akan diperiksa beserta analisis keuangan Wajib Pajak minimal dua
tahun terakhir serta data-data lain yang relevan.
Kemudian pihak pemeriksa pun telah memberikan bukti peminjaman secara
tertulis perihal peminjaman buku, catatan, atau dokumen-dokumen lainnya
apabila diperlukan dan pemeriksa pun menuangkan hasil pemeriksaan dalam
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebagai bahan untuk menyusun Laporan
Pemeriksaan Pajak. Faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan
yang terakhir adalah pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak. Dalam penelitian
ini kita dapat melihat bagaimana pegawai pajak menilai pengetahuan dan
pemahaman Wajib Pajak mengenai perpajakan yang dikenakan pada kegiatan
usahanya. Pegawai pajak telah melakukan sosialisasi guna memberikan
pengetahuan serta pemahaman pada Wajib Pajak. Dilihat pada jawaban kuisioner
yang diisi para pegawai pajak, diketahui bahwa pihak pegawai pajak telah
menegaskan bagi Wajib Pajak yang memiliki penghasilan untuk mendaftarkan
NPWP sebagai seorang Wajib Pajak. Pegawai pajak telah menjelaskan hak dan
kewajiban perpajakan sebagai warga negara Indonesia beserta sanksi-sanki
apabila melakukan pelanggaran perpajakan.
Adapun pegawai pajak telah menjelaskan mengenai istilah-istilah perpajakan
kepada Wajib Pajak baru maupun lama, seperti Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), Penghasilan Kena Pajak (PKP), serta penjelasan mengenai tarif-tarif
yang diberlakukan dan dikenakan sesuai penghasilan para Wajib Pajak tersebut.
Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan mengisi SPT secara manual maupun
online atau kesulitan dalam melakukan penghitungan pajak yang dikenakan pada
118
Wajib Pajak tersebut, pegawai pajak pun siap membantu. Dengan adanya interaksi
aktif antara Wajib Pajak dan pegawai pajak ini, diharapkan menambah
pengetahuan serta pemahaman Wajib Pajak tersebut.
2. Pengaruh secara simultan
Tabel 4.15
ANOVA
Model Sum of
Squares
df Mean
Squares
F Sig.
1. Regression
Residual
Total
3.050,338
988,208
4.038,546
4
103
107
762,585
9,594
79,483
Sumber: data yang diolah, 2016
Peneliti melakukan penelitian tentang adanya pengaruh secara simultan
(secara bersama-sama) pada keempat variabel bebas terhadap variabel independen
yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan. Peneliti menggunakan SPSS untuk
menganalisis linier berganda pada hasil uji F. Peneliti menggunakan tingkat
signifikasi atau tingkat kesalahan 0,05 atau 5%. Dapat diketahui bahwa pada
hipotesis, memiliki pengaruh secara simultan dari Penerimaan Pajak Penghasilan
(Y) dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Kepatuhan Wajib Pajak ( ),
Sosialisasi Pajak ( ), Pemeriksaan Pajak ( ), dan Pengetahuan dan Pemahaman
Wajib Pajak ( ). Untuk mengambil keputusan tersebut dapat digunakan dua cara,
yaitu:
a. Pertama, lihat nilai signifikasi (simbol Sig. pada tabel diatas), nilai Sig.
tertera sebesar 0,000 maka dengan mudah kita dapat menyimpulkan
bahwa variabel Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan
Pajak, serta Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
119
Hal ini diikuti dengan tingkat signifikasi 0,05 sebagai nilai cut off dari
nilai signifikasi, yang berarti apabila nilai signifikasi dibawah 5% maka
seluruh variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan
begitupun sebaliknya.
b. Kedua, yaitu dengan membandingkan F-Hitung dan F-tabel. Cara ini
sedikit rumit dikarenakan kita harus mengetahui terlebih dahulu mana F-
hitung dan F-tabel. F-hitung adalah nilai F yang dihasilkan dalam tabel
ANOVA diatas yaitu sebesar 79,483. Setelah itu ditentukan nilai F-tabel
yaitu dengan cara menghitung jumlah df (degree of freedom) terlebih
dahulu yaitu dengan cara:
= n – (k + 1)
= 108 – (4 + 1) = 103
= k
= 4
Dimana n adalah jumlah sampel sedangkan k adalah jumlah variabel
bebas. Selanjutnya dilihat pada tabel distribusi pada tingkat signifikasi
0,05.
Tabel 4.16
Tabel Distribusi F
α = 0,05 df2 = k
df1 = n-
(k+1) 1 2 3 4 5
1 161.448 199.500 215.707 224.583 230.162
2 18.513 19.000 19.164 19.247 19.296
3 10.218 9.552 9.277 9.117 9.013
4 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256
120
5 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050
.
.
.
101 3.935 3.086 2.695 2.462 2.304
102 3.934 3.085 2.694 2.461 2.303
103 3.933 3.085 2.693 2.460 2.303
104 3.932 3.084 2.692 2.459 2.302
105 3.932 3.083 2.691 2.458 2.301
Dengan nilai sebesar 103 dan sebesar 4 maka pada saat ditarik
garis vertikal horizontal dan mendapatkan angka F tabel sebesar 2,460.
Angka yang didapat dari F tabel kita bandingkan dengan nilai F hitung
yang kita dapat pada tabel ANOVA diatas yaitu 79,483. Nilai F tabel
2,460 lebih kecil dibandingkan F hitung 79,483 maka disimpulkan
variabel Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pemeriksaan Pajak,
serta Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
Kepatuhan yang dibahas dalam penelitian ini berupa kepatuhan Wajib Pajak
yaitu tingkat kepatuhan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kewajiban pajak tersebut
berupa tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan
dalam dua tahun terakhir, tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda, dan membayar
pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Alasan Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dikarenakan Wajib Pajak
yang patuh akan melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib Pajak untuk
membayar pajak sehingga nantinya membantu untuk meningkatkan penerimaan
121
pajak penghasilan. Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat membangun kesadaran di
dalam diri Wajib Pajak, sehingga pengaruh kedepannya dapat meningkatkan
peneriman pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang.
Variabel Sosialisasi Pajak dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Kota Malang karena sosialisasi pajak merupakan upaya pegawai pajak
untuk memberikan informasi terbaru mengenai ketentuan perpajakan yang baru
diberlakukan. Tidak hanya peraturan pajak terbaru saja, tetapi kegiatan sosialisasi
pajak memberikan ruang bagi Wajib Pajak untuk berkonsultasi mengenai sistem
perpajakan yang masih kurang dimengerti sehingga Wajib Pajak menumbuhkan
rasa peduli untuk membayar pajak.
Variabel Pemeriksaan Pajak sendiri diperkuat penelitian terdahulu oleh
Aisiyah (2009) semakin sering pemeriksaan dilakukan dalam melaksanakan
intensifikasi, maka semakin banyak Wajib Pajak yang patuh dalam membayar
pajak sehingga berpengaruh pula pada meningkatnya penerimaan pajak.
Pemeriksaan bukan hanya memeriksa kurang atau lebihnya pembayaran pajak
tetapi juga berguna untuk mengetahui penafsiran undang-undang perpajakan yang
salah, adanya salah perhitungan, pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya sehingga dapat
dicegahnya penggelapan pajak maupun berkurangnya penerimaan pajak.
Variabel Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel penerimaan pajak penghasilan pada Kantor
Pelayanan Pajak Madya Malang karena pengetahuan dan pemahaman seorang
Wajib Pajak membangun kemauan untuk membayar pajak. Wajib Pajak
122
mengetahui sebab atau alasan mengapa diadakannya pajak, untuk saja pajak yang
dipungut negara itu digunakan. Apabila wajib pajak telah mengetahui dan
memahami, tidak hanya mengetahui sekedar sistem dan tata cara membayar pajak,
dari dalam diri wajib akan tumbuh kemauan untuk membayar pajak atas
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
3. Pengaruh secara parsial
Tabel 4.17
Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1. (Constant)
Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)
Sosialisasi Pajak
(X2)
Pemeriksaan
Pajak (X3)
Pengetahuan dan
Pemahaman
Wajib Pajak (X4)
-,444
,847
,324
,113
,218
2,024
,198
,144
,164
,131
,503
,216
,068
,138
-,219
4,276
2,254
,689
1,662
,827
,000
,026
,492
,100
Sumber: data yang diolah, 2016
Pada tabel Coefficients diatas, disajikan informasi untuk melihat pengaruh
keempat variabel terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara individu
(parsial). Cara yang digunakan pun ada 2 (dua) untuk melihat pengaruh per-
variabelnya terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan, yaitu:
a. Cara yang pertama dengan melihat nilai signifikasi per variabel pada
tabel diatas (dengan simbol Sig.). apabila nilai signifikasinya lebih kecil
dari 0,05 maka dapat disimpulkan variabel tersebut berpengaruh secara
parsial terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
123
b. Cara yang kedua adalah dengan cara membandingkan nilai t-hitung
dengan t-tabel. Nilai t-hitung adalah nilai yang dihasilkan oleh SPSS dan
dapat kita lihat pada kolom t pada tabel Coefficients diatas. Nilai t-tabel
kita dapat dengan menggunakan rumus df = n-k-1, dimana n merupakan
jumlah sampel yang digunakan dan k merupakan jumlah dari variabel
bebas yang diteliti. Nilai t-tabel yang didapatkan dengan menggunakan
rumus tersebut dalah df = 108 – 4 – 1= 103. Setelah mendapat nilai df
maka selanjutnya kita buka tabel t statistic dan kita lihat pada signifikasi
0,05. Nilai yang didapat pada tabel t dibandingkan dengan nilai t-hitung,
apabila nilai t-hitung lebih besar dibandingkan nilai t-tabel maka dapat
disimpulkan variabel tersebut berpengaruh pada variabel dependennya.
Tabel 4.18
Tabel Distribusi t
df= n-k-1 Α
0.1 0.05 0.025 0.01 0.005
1 6.314 12.706 25.452 63.657 127.321
2 2.920 4.303 6.205 9.925 14.089
3 2.353 3.182 4.177 5.841 7.453
4 2.132 2.776 3.495 4.604 5.598
5 2.015 2.571 3.163 4.032 4.773
.
.
.
101 1.660 1.984 2.275 2.625 2.870
102 1.660 1.983 2.275 2.625 2.869
103 1.660 1.983 2.275 2.624 2.869
104 1.660 1.983 2.274 2.624 2.868
105 1.659 1.983 2.274 2.623 2.868
a. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Berdasarkan hasil t test antara X1 (Kepatuhan Wajib Pajak) dengan Y
(Penerimaan Pajak Penghasilan) menunjukkan t hitung = 4,276. sedangkan nilai t
124
tabel dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan maka nilai t
hitung > t tabel (4,276 > 1,983), maka X1 (Kepatuhan Wajib Pajak) terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerimaan Pajak Penghasilan dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh Kepatuhan Wajib Pajak atau dengan adanya
peningkatakan Kepatuhan Wajib Pajak maka Penerimaan Pajak Penghasilan akan
mengalami peningkatan secara nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Madya Kota
Malang, seperti adanya konsultasi antara Wajib Pajak dengan Petugas Pajak
dilakukan agar Wajib Pajak memiliki rasa kesadaran dan patuh untuk membayar
pajak atas penghasilan yang telah didapatnya. Diberikannya konsultasi
meningkatkan tingkat pemahaman Wajib Pajak untuk aktif bertanya dan
memenuhi rasa ingin tahu Wajib Pajak sehingga menimbulkan rasa patuh betapa
pentingnya membayar pajak. Pentingnya membayar pajak pun akan menimbulkan
kewajiban yang tidak dapat dihindari sebagai seorang Wajib Pajak. Dengan
ditanamkannya rasa patuh di dalam diri Wajib Pajak, maka akan berpengaruh pula
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.
b. Pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Berdasarkan hasil t test antara X2 (Sosialisasi Pajak) dengan Y (Penerimaan
Pajak Penghasilan) nilai t hitung sebesar 2,254, sedangkan nilai t tabel dengan
derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan maka nilai t hitung > t tabel
(2,254 > 1,983). maka pengaruh X2 (Sosialisasi Pajak) terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa Penerimaan Pajak Penghasilan dapat dipengaruhi secara
125
signifikan oleh Sosialisasi Pajak atau dengan diadakannya Sosialisasi Pajak secara
rutin maka Penerimaan Pajak Penghasilan akan mengalami peningkatan secara
nyata. Hal ini mengandung arti bahwa semakin rutin diadakannya Sosialisasi
Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Madya Kota Malang mengakibatkan
Penerimaan Pajak Penghasilan juga semakin meningkat.
Dari hasil penelitian diperkuat oleh Diani (2014) bahwa sosialisasi
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak dikarenakan diikutinya
penerapan materi sosialisasi pada kewajiban perpajakannya sehingga sosialisasi
memberikan kontribusi praktis terhadap penerimaan pajak. Indonesia sendiri
menerapakan sistem self-assesment pada Wajib Pajaknya. Wajib Pajak diberikan
kepercayaan penuh untuk melakukan penghitungan, pemungutan, penyetoran
pajak dan melaporkan sendiri pajak penghasilan yang menjadi kewajibannya.
Akan tetapi, masih banyak Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan terbatas
mengenai kewajiban perpajakannya.
Maka dari itu, hendaknya pihak Kantor Pelayanan Pajak Madya Kota Malang
mengadakan kegiatan Sosialisasi Pajak secara rutin. Dengan diadakannya
sosialisasi, Wajib Pajak mampu memahami penerapan peraturan perpajakan serta
praktiknya dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat
disimpulkan Sosialisasi Pajak berbanding lurus dengan Penerimaan Pajak
Penghasilan atau berpengaruh signifikan secara parsial.
c. Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Berdasarkan hasil t test antara (Pemeriksaan Pajak) dengan Y (Penerimaan
Pajak Penghasilan) nilai t hitung sebesar 0,689, sedangkan nilai t tabel dengan
derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan, maka nilai t hitung > t tabel
126
(0,689 > 1,983). maka pengaruh (Pemeriksaan Pajak) terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan adalah tidak signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerimaan Pajak Penghasilan tidak
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Pemeriksaan Pajak. Pada Kantor
Pelayanan Pajak Madya Malang Pemeriksaan Pajak tidak memberikan pengaruh
pada Penerimaan Pajak Penghasilan yang di dapat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneilitian yang telah diteliti oleh
Wildaniashri (2014) bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ciamis
dikarenakan masih rendahnya pemeriksaan pajak yang dilakukan aparat
perpajakan. Biaya pemeriksaan yang tidak sedikit pun bisa menghambat aparat
pajak untuk melakukan pemeriksaan dan tidak adanya biaya pemasukan atau
pemeriksaan yang tidak menghasilkan juga dapat menurunkan Penerimaan Pajak
Penghasilan. Dalam penelitian ini, Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Madya Malang dapat diukur berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB) yang diterbitkan dari hasil pemeriksaan. Aparat pajak telah
mengeluarkan SKPKB kepada wajib pajak yang bersangkutan akan tetapi dapat
ditarik kesimpulan bahwa SKPKB tersebut kurang diperhatikan oleh wajib pajak.
Pemeriksaan Pajak merupakan upaya untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
penyelewengan maupun penggelapan pajak oleh wajib pajak yang telah diberikan
kepercayaan self-assessment agar peraturan perpajakan dapat dilakukan
sebagaimana mestinya.
Pemeriksaan Pajak merupakan instrument untuk menentukan tingkat
kepatuhan wajib pajak, baik formal maupun material dari peraturan perpajakan
127
yang tujuan utamanya adalah untuk menguji seorang wajib pajak, dimana
kepatuhan wajib pajak merupakan posisi strategis dalam meningkatkan
penerimaan pajak. Untuk itu, diharapakan aparat perpajakan agar lebih tegas
dalam menghadapi wajib pajak yang tidak patuh dalam pelaporan perpajakannya.
Dari hasil penelitian ini diharapakan Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
dapat memberikan pengawasan dan penyluhan yang berkesinambungan terhadap
wajib pajak. Dengan demikian, pemeriksaan pajak mempunyai peran dalam
meningkatkan penerimaan pajak untuk kedepannya.
d. Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan
Berdasarkan hasil t test antara (Pengetahuan dan Pemahaman Pajak)
dengan Y (Penerimaan Pajak Penghasilan) nilai t hitung sebesar 0,689, sedangkan
nilai t tabel dengan derajat bebas 103 (n-k-1)= 1,983. Bila dibandingkan, maka
nilai t hitung > t tabel (1,662 > 1,983), maka pengaruh (Pengetahuan dan
Pemahaman Pajak) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan adalah tidak
signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Penerimaan Pajak Penghasilan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
Pengetahuan dan Pemahaman Pajak. Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang
Pemeriksaan Pajak tidak memberikan pengaruh pada Penerimaan Pajak
Penghasilan yang di dapat.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang diungkapkan oleh
Pancawati (2011) bahwa tidak terdapat pengaruh antara pengetahuan dan
pemahaman pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan dikarenakan sebagian
besar wajib pajak berpendidikan rendah. Hal ini menimbulkan kurangnya
128
pengetahuan tentang peraturan pajak, sehingga pemahaman tentang peraturan
pajak pun dinilai kurang. Hal ini pula lah yang membuat penerimaan pajak
penghasilan menurun, dikarenakan rendahnya kemauan wajib pajak untuk
membayar pajak. Wajib pajak masih belum mengerti mengapa harus membayar
pajak? Apa alasan untuk membayar pajak?. Harapan yang perlu dilakukan oleh
pihak fiskus adalah peningkatan diadakannya pelatihan dan sosialisasi
sehubungan dengan peraturan pajak yang ada serta peraturan yang terkait pada
wajib pajak bersangkutan.
Kemudian dalam sosialisasi tersebut pun hendaknya dijelaskan tentang
pentingnya pembayaran pajak untuk pembiayaan pemerintah daerah dan
pemerintah pusat. Bukan hanya itu, pajak yang dikumpulkan pun digunakan untuk
pembangunan negara lebih baik. Pada penelitian yang saya teliti, para pegawai
pajak sudah memberikan kontribusi penuh untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada wajib pajak. Akan tetapi, asumsi yang dapat diambil adalah
kemauan wajib pajak tersebut untuk membayar pajak yang ditagih. Wajib pajak
bisa jadi sudah mengerti mengenai pajak yang dikenakan, tetapi kembali kepada
kemauan wajib pajak tersebut untuk membayar pajak terutang.
Berbagai alasan dapat dikeluarkan oleh wajib pajak terkait kemauan wajib
pajak untuk membayar pajaknya. Harapannya fiskus dapat menekankan kembali
bahwa betapa pentingnya pajak yang dikumpulkan untuk pembangunan dan
pembiayaan bagi daerah maupun negara Indonesia. Penekanan pada sanksi berat
yang dikenakan pada wajib pajak yang tidak mau membayar pajak pun dapat
dilakukan, sehingga diharapkan penerimaan pajak penghasilan pun meningkat.
129
4. Faktor yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan
Tabel 4.19
Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1. (Constant)
Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)
Sosialisasi
Pajak (X2)
Pemeriksaan
Pajak (X3)
Pengetahuan
dan
Pemahaman
Wajib Pajak
(X4)
-,444
,847
,324
,113
,218
2,024
,198
,144
,164
,131
,503
,216
,068
,138
-,219
4,276
2,254
,689
1,662
,827
,000
,026
,492
,100
Sumber: data yang diolah, 2016
Tabel diatas merupakan tabel hasil SPSS yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan faktor manakah yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan. Variabel yang memberikan pengaruh paling
dominan adalah variabel Kepatuhan Wajib Pajak dari keempat variabel bebas
yang diteliti. Cara menentukan variabel Kepatuhan Wajib Pajak merupakan
variabel yang memberikan pengaruh paling dominan adalah dengan cara melihat
nilai signifikasi dan melihat nilai β yang dimiliki setiap variabel pada tabel diatas.
Pertama, eliminasi variabel yang berpengaruh tidak signifikan dengan
membandingkan nilai signifikasi pada tabel diatas dengan α = 0,05. Tabbel diatas
menuliskan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak dan Pengetahuan dan Pemahaman
Wajib Pajaklah yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan dengan nilai
signifikasi 0,492 dan 0,100, dimana nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 dan
130
didapatlah variabel Kepatuhan Wajib Pajak dan Sosialisasi Pajak yang
memberikan pengaruh secara signifikan dengan nilai signifikasi 0,000 dan 0,026.
Kemudian, kita lihat kembali pada tabel diatas khususnya pada kolom β untuk
melihat variabel yang memberikan pengaruh paling dominan. Nilai β disini adalah
0, dimana variabel yang memiliki nilai β semakin menjauhi angka 0 merupakan
variabel yang memberikan pengaruh paling dominan. Diantara kedua variabel
Kepatuhan Wajib Pajak dan Sosialisasi Pajak nilai β Kepatuhan Wajib Pajak lah
yang paling jauh dari 0, yaitu 0,847 sedangkan untuk variabel Sosialisasi Pajak
nilai β yaitu 0,324. Kepatuhan Wajib Pajak menjadikan variabel yang
memberikan pengaruh terbesar pada penerimaan pajak penghasilan, dikarenakan
tinggi atau rendahnya Wajib Pajak yang patuh. Tingginya Wajib Pajak yang patuh
memberikan peningkatan terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Begitu pula, dengan rendahnya Wajib Pajak yang patuh akan memberikan
penurunan dalam penerimaan pajak penghasilan. Kepatuhan Wajib Pajak disini
meliputi Wajib Pajak yang telah memenuhi kepatuhan formal dan kepatuhan
materiil, yang meliputi Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dan pelaporan
perpajakannya secara tepat waktu, tidak adanya tunggakan pajak, Wajib Pajak pun
bersifat kooperatif dan melaporkan SPT sesuai dengan undang-undang
perpajakan.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang
mempunyai pengaruh pada Penerimaan Pajak Penghasilan. Dalam penelitian ini
variabel bebas yang digunakan adalah variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X1),
Sosialisasi Pajak (X2), Pemeriksaan Pajak (X3), dan Pengetahuan dan Pemahaman
Wajib Pajak (X4),sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Penerimaan
Pajak Penghasilan (Y).
Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat
diketahui :
a. Dari jawaban kuisioner yang dibagikan kepada pegawai pajak Kantor
Pelayanan Pajak Madya Malang, didapatlah gambaran keempat variabel
bebas terhadap penerimaan Pajak Penghasilan(Kepatuhan Wajib Pajak
(X1), Sosialisasi Pajak (X2), Pemeriksaan Pajak (X3), dan Pengetahuan dan
Pemahaman Wajib Pajak (X4)). Menurut pegawai pajak KPP Madya,
indikator yang paling diutamakan adalah pelayanan yang baik dan
sederhana terhadap Wajib Pajak, sehingga Kepatuhan Wajib Pajak itu
terjadi. Kemudian untuk variabel bebas yang kedua Sosialisasi Pajak,
pegawai pajak membagikan brosur, sticker dan memasang spanduk di luar
kantor guna mengingatkan masyarakat tentang pentingnya pajak. Variabel
132
bebas yang ketiga yaitu Pemeriksaan Pajak, pegawai pajak rutin
melakukan pemeriksaan dengan sasaran bahwa Wajib Pajak sudah taat
dalam memenuhi pelaksanaan kewajiban perpajakannya serta melakukan
pemeriksaan sesuai dengan aturan yang berlaku. Variabel yang terakhir
adalah Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak yang dinilai dan
dipantau oleh pegawai pajak mengenai aturan perpajakan dan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan.
b. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan dilakukan dengan pengujian F-test. Dari
hasil analisis regresi linier berganda diperoleh keempat variabel bebas
yang diteliti yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2),
Pemeriksaan Pajak (X3), dan Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak
(X4), mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel
Penerimaan Pajak Penghasilan dapat diterima.
c. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) keempat variabel
bebas (Kepatuhan Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Pajak (X2), Pemeriksaan
Pajak (X3), dan Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X4)) terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan dilakukan dengan pengujian t-test.
Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa terdapat dua variabel yang
133
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
yaitu Kepatuhan Wajib Pajak dan Sosialisasi Pajak.
d. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel Kepatuhan Wajib
Pajak mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar.
Sehingga variabel Kepatuhan Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang
paling kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya maka variabel
Kepatuhan Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain.
Adapun saran yang diberikan, antara lain:
1. Diharapkan pihak perusahaan dapat mempertahankan serta meningkatkan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan karena variabel Kepatuhan Wajib
Pajak mempunyai pengaruh yang dominan dalam mempengaruhi
Penerimaan Pajak Penghasilan, diantaranya dengan memperhatikan
kebutuhan Wajib Pajak dalam bidang pengetahuan perpajakan, sehingga
Wajib Pajak mudah untuk mengerti dan menerapkan pelayanan yang
ramah dan cepat terhadap Wajib Pajak sehingga Penerimaan Pajak
Penghasilan akan meningkat. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa sosialisasi pajak berpengaruh secara positif terhadap penerimaan
pajak penghasilan, maka peneliti menyarankan agar kantor pelayanan
pajak dapat mengadakan sosialisasi sesering mungkin dan sedini mungkin
134
bagi Wajib Pajak. Sedini mungkin disini dimaksudkan untuk pengusaha-
pengusaha muda yang sudah memulai usahanya sambil menempuh
pendidikan mengerti akan perpajakan yang berlaku di negara Indonesia
sehingga penerimaan pajak penghasilan dapat meningkat.
2. Melihat pada penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya peningkatan
upaya dalam memberikan atau menyampaikan materi perpajakan kepada
peserta sosialisasi pajak, dikarenakan dalam penelitian ini ditemukan
pengaruh secara signifikan yang diberikan oleh variabel sosialisasi pajak,
akan tetapi pada variabel pengetahuan dan pemahaman wajib pajak
memberikan pengaruh secara tidak signifikan. Dapat dilihat bahwa tidak
terjadinya timbal balik antara sosialisasi pajak dengan pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak. Maka dari itu, diharapkan pihak aparat pajak
menemukan cara terbaru untuk menympaikan mater-materi perpajakan
terhadap wajib pajak agar wajib pajak mudah memahami materi
perpajakan yang terkait.
3. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan diharapkan
hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-
variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah
masuk dalam penelitian ini.
135
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian :Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.
Agus, Yoseph. 2005. Pemeriksaan Pajak di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek ed. Revisi V.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Basalamah, Anies S. 2004. Perilaku Organisasi Memahami dan Mengelola Aspek
Humaniora dalam Organisasi. EdisiTiga. Depok: Usaha Kami.
Bwoga, Hanantha. dan Tony Marsyahrul. 2005. Pemeriksaan Pajak Indonesia.
Jakarta: PT Grasindo.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika-teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hardiansyah, Haris. 2011. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya., Galia
Indonesia, Jakarta.
Idrus, Muhammad. 2009 .Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif, Edisi Kedua. Yogyakarta: Erlangga.
Kountur, Ronny, Ph.D..2004. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis. Jakarta: Penerbit PPM.
Mardalis. 2008. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mardiasmo, Prof.,Dr.,MBA.,Ak.. 2006. Perpajakan Edisi Revisi 2006.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Prastowo, Yustinus. 2010 Panduan Lengkap Pajak. Depok: Raih Asa Sukses
136
Rahardjo,Budi., dan Djaka Saranta. (2002). Dasar-Dasar Perpajakan Bagi
Bendaharawan Sebagai Pedoman Pelaksanaan Pemungutan/Pemotongan
dan Penyetoran/Pelaporan. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Resmi, Siti. 2003. Perpajakan : Teori & Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian : Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sevilla, Consuelo. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia.
Singgih, Santoso. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Edisi Kedua.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif &Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi, edisi ke-6. Jakarta. Erlangga.
Tjahjono, Achmad., dan Muhammad Husein Fakhri. (1997). Perpajakan Edisi
Pertama. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN.
Waluyo,Dr., M.Sc., Ak.,. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi 9. Jakarta. Penerbit
Salemba Empat.
Zain, Moch. Drs.,dan Drs. Kustadi Arinta. (1984). Pembaharuan Perpajakan
Nasional. Bandung: Penerbit Alumni
Dokumen :
Fikriningrum, WindaKurnia. 2012. (AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Candisari). Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
137
Fitriani, Dina W. Oktober 2009, Journal of Indonesian Applied Economics,
Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi. Volume 03 No.02. 10 Mei 2015.
Herryanto, Marisa.,danAgusArianto. 2013. Tax & Accounting Review, Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi, dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya
Sawahan.Volume1,No.1
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/akuntansi-
pajak/article/view/html, 26 November 2014.
Khuriana, Aisiyah. 2009. (Pengaruh Penyuluhan, Pelayanan, Pemeriksaan, dan
Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi). Skripsi.
Universitas Brawijaya.
Nurrohman, Alfian. 2010. (Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak Daerah di Kota Surakarta). Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Ongkowijoyo, Lukas. 2010. (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak
Penghasilan). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Priambudi, Adam A. 2013. (Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak,
Sanksi Pajak, serta Pelayanan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM di Kota Surabaya). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Susanto,Herry. 2012.
MembangunKesadarandanKepedulianSukarelaWajibPajak.http://www.paj
ak.go.id/content/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-
pajak. 30 November 2014.
Susy, Euphrasia Suhendra. April 2010, Jurnal Ekonomi Bisnis, Pengaruh Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan. Volume 15 No.1,
http://ejournal.gunadarma.ac.id/files/journals/8/article/346/public/htm, 26
November 2014.
138
Vedhayana, Hendy Eka. 2012. (Pengaruh Sosialisasi dan Kualitas Pelayanan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP
Pratama Malang Utara. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Undang-undang :
Keputusan Menteri Keuangan No. 192/PMK./2007 tentang Kriteria Wajib Pajak
yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara perpajakan
Surat Edaran Pajak No. SE-98/PJ/2011 tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan
top related