analisis dana pihak ketiga non performing loan...
Post on 08-Apr-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING LOAN,
CAPITAL ADEQUECY RATIO, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO
TERHADAP RETURN ON ASSETS SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK PERSERO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Di susun oleh :
AGUS PAUZI
106081002374
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Agus Pauzi
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 11Agustus 1988
Alamat : Jl. Utan Jati RT 005/06 No.05, Kalideres
Jakarta Barat 11830
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Telepon : 02192373052-083873754229
Email : Pauzi_agus@ymail.com/Sie_bonthot@yahoo.co.id
Motto Hidup : “If There Is A Will There Is A way”
Pendidikan :
1. MI Manba’ul Khairaat Tahun 2000
2. Mts Da’il Khairaat Tahun 2003
3. MA Da’il Khairaat Tahun 2006
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB Tahun 2011
PengalamanOrganisasi :
1. Anggota Divisi Olahraga BEM FEB Jurusan Manajemen Universitas
Islam Negeri Jakarta 2007/2008
2. Anggota Purna Paskibraka Indonesia Madrasah Aliyah DKI Jakarta
2005
3. Bendahara Umum Purna Paskibraka Indonesia Madrasah Aliyah
Jakarta Barat 2010/2012
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Third Party
Funds, Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) toward Return on Assets (ROA) and its implication to
Credit Distribution at Persero Bank. This research used path analysis method
with decomposition model. The result of substructure I indicate that Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) have significantly effect to Return on Assets (ROA) at Persero Bank.
The result of substructure II indicate that Third Party Funds, Non Performing
Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), and
Return On Assets (ROA) have significantly effect to Credit Distribution.
Keywords: Third Party Funds, Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA),
and Credit Distribution
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) serta
implikasinya pada penyaluran Kredit di Bank Persero. Penelitian ini
menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi. Hasil pengujian
pada substruktur I menunjukkan bahwa variable Non Performing Loan (NPL),
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
signifikan terhadap Return on Assets (ROA) Bank Persero. Hasil pengujian pada
substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran
Kredit.
Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on
Assets (ROA), penyaluran Kredit.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat,
karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ANALISIS DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING
LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO
TERHADAP RETURN ON ASSETS SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PENYALURAN KREDIT PADA BANK PERSERO (PERIODE JANUARI
2005 – JUNI 2010)”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke
jaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya
skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril
maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibunda Hj. Romelah tercinta yang telah yang memberikan dukungan
moral, material, dan spiritual yang tidak terhingga. Semoga Allah
Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta
kemuliaan kepada beliau, dan semoga penulis dapat membahagiakan
beliau meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah beliau
berikan, amin Ya Robbal ’Alamin.
2. Untuk ayahanda tercinta Almarhum H. Ma’mun bin H. Idi yang telah
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi selama masa kritis, terima
kasih atas doa dan kasih sayangnya kepada semua cucu dan cicitnya.
Semoga Beliau diterima Iman Islamnya, diampuni segala dosanya, dan
dilapangkan dalam kuburnya. Amin Ya Robbal ’Alamin.
ix
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pudek Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Murdiyah Hayati S. Kom, MM, selaku Dosen Tetap Fakultas Ekonomi
dan Bisnis dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan
yang bermanfaat selama penulis.
7. Kakak-kakakku yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
turut memberikan dukungan serta doa kepada penulis.
8. Izatun Milah yang tak pernah letih untuk senantiasa mendoakan yang
terbaik dan meneriakkan kata-kata semangat serta selalu ada dalam suka
maupun duka.
9. Teman-teman Manajemen Perbankan A yang telah meluangkan waktunya
untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Besar Manajemen B 2006 khususnya Faizal, Fadhil, Diaz,
Rayhan, Rifqi, Amero, Apri, Beno, Dipta, Eep, Eko, Erlangga, Rezy, dll.
Terimakasih untuk suka maupun duka kita selama menjadi civitas
akademika UIN Jakarta, semoga tali silaturahmi kita akan terus terjalin
sampai kapanpun.
11. Keluarga Besar penghuni Anggrek 4 yang sudah memberikan izin tempat
kepada penulis selama penullis menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga Besar Purna Paskibraka Indonesia Madrasah Aliyah Jakarta
Barat, terutama ketua umum Ashabul Kahfi. Terima kasih banyak atas doa
dan motivasi serta dukungannya untuk selalu memberikan semangat
kepada penulis.
x
13. Sahabat terbaik, Miftahul Jannah dan Iman Nurjaman yang telah banyak
meluangkan waktu untuk ribuan cerita, doa, dan semangatnya.
Terimakasih untuk persahabatan ini.
14. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, suatu
kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.
Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil
penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan,
karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis sendiri.
Jakarta, 15 Juni 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis ........................................................................ 14
B. Kredit Perbankan......................................................................... 23
C. Dana Pihak ketiga (DPK) ............................................................ 31
D. Non Performing Loan (NPL) ....................................................... 34
E. Capital Adequecy Ratio (CAR)..................................................... 34
F. Loan to Deposit Ratio (LDR)........................................................ 35
G. Return On Assets (ROA) .............................................................. 36
H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 37
I. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................ 41
J. Kerangka Pemikiran .................................................................... 44
K. Paradigma Penelitian ................................................................... 47
L. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 48
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 51
D. Metode Analisis ............................................................................ 52
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 62
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................. 65
B. Penemuan dan Pembahasan........................................................ 69
C. Interpretasi Hasil ......................................................................... 122
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ................................................................................... 127
B. Implikasi........................................................................................ 129
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 130
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 134
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1
2.2
Kerangka Pemikiran
Paradigma Penelitian
46
47
3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4 terhadap Y 53
3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, dan Y terhadap Z 54
4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Persero 72
4.2 Non Performing Loan (NPL) Bank Persero 75
4.3 Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Persero 77
4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero 79
4.5 Return on Asset (ROA) Bank Persero 81
4.6 Penyaluran Kredit Bank Persero 83
4.7 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan 85
4.8 Diagram Jalur Substruktur I 89
4.9 Diagram Jalur Substruktur II 96
4.10 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming 108
4.11 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming 109
4.12 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming 113
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) 61
4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Persero 71
4.2 Non Performing Loan (NPL) Bank Persero 74
4.3 Capital Adequecy Ratio (CAR) Bank Persero 76
4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero 78
4.5 Return On Assets (ROA) Bank Persero 80
4.6 Penyaluran Kredit Bank Persero 82
4.7 Hasil Korelasi antara DPK, NPL, CAR, dan LDR 85
4.8 Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA 90
4.9 Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA
terhadap penyaluran Kredit
97
4.10 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan
Endogen
104
4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, NPL, CAR, dan
LDR terhadap ROA serta implikasinya terhadap
penyaluran Kredit
105
4.12 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi 106
4.13 Hasil Perhitungan Pengaruhantar Variabel SetelahTrimming 107
4.14 Hasil Korelasi antara DPK, NPL, CAR, dan LDR setelah
Trimming
109
4.15 Hasil Uji Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, dan LDR
terhadap ROA
110
4.16 Hasil Uji Pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR dan ROA Pada
Kredit
114
4.17 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming 119
4.18 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh
Langsung dan TidakLangsung, dan Pengaruh Total tentang
DPK (X1), NPL(X2), CAR (X3), LDR (X4), dan ROA (Y) pada
Kredit (Z)
122
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data-Data 135
2 Hasi AMOS 16 Sebelum Trimming 138
3 Hasi AMOS 16 Setelah Trimming 144
4 Data Mentah/Asli
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di
suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti
konkritnya adalah krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat tahun
2008 yang dengan cepat mempengaruhi keadaan ekonomi negara lain.
Pergeseran arus modal yang besar dan tiba-tiba pada berbagai negara
memberikan guncangan pada stabilitas sistem keuangan di banyak negara.
(Bank Indonesia, 2008). Namun dalam kondisi seperti itu, Indonesia tidak
berada pada kondisi terburuk jika dibanding negara-negara lain. Secara
umum, kinerja makroekonomi Indonesia pada tingkat pertumbuhan
ekonominya dapat dikatakan cukup bagus. Hal ini terlihat dengan
terjaganya keseimbangan antara sisi permintaan dan penawaran yang
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan perekonomian di
Indonesia mampu terus tumbuh tanpa harus mengorbankan stabilitas
harga. (Bank Indonesia, 2009)
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam
perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan
dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar
melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor
2
perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara
unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi yang
kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari
masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang
telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk
pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan.
Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi
perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan
peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya.
(Hempel, 1994 dalam Bachruddin, 2006).
Dengan semakin berkembangnya dunia perbankan dewasa ini yang
disertai dengan krisis keuangan global, maka persaingan antar bank,
khususnya antar bank yang sejenis akan semakin ketat. Untuk menjaga
kelangsungan hidup bank dalam menghadapi persaingan yang ketat
tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya
yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik agar dapat
menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian
tujuan perusahaan di masa yang akan datang. (Alfan Indrawan, 2009)
Pencapaian tujuan yang dimaksud tersebut pada suatu bank adalah
memaksimalkan laba dengan mengelola modal yang dimiliki dan
mengatur kewajiban dengan baik. Faktor yang mempengaruhi
profitabilitas diantaranya jumlah kecukupan modal, manajemen
pengalokasian dana pada aktiva likuid dalam arti likuiditas, serta efisiensi
3
dalam menekan biaya operasi. (Mahmoedin, 2004 dalam Alfan Indrawan,
2009).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang
bersangkutan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diperoleh adanya
suatu informasi tentang posisi keuangan, aliran kas, dan informasi lain
yang berkaitan dengan kinerja bank yang bersangkutan. Berdasarkan
laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim
dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank. Informasi mengenai
kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait, baik
dari pihak bank sendiri, pihak luar bank (seperti kreditur, investor, dan
nasabah), dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, untuk
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku saat itu. (Diana
Puspitasari, 2009)
Kemampuan bank dalam menghasilkan profit akan bergantung
kepada kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mengelola
asset dan liabilities yang ada. Salah ukuran untuk melihat kinerja
keuangan perbankan adalah melalui Return On Asset (ROA). Menurut
Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA
dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap
total aset (total aktiva). Semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja
4
keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return)
semakin besar.
Semenjak krisis 1998 industri perbankan di Indonesia masih lesu
apalagi penawaran kredit bank untuk UMKM, penurunan kredit
disebabkan oleh turunnya kemauan bank untuk memberikan pinjaman
pada tingkat suku bunga yang berlaku. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan menurunnya keinginan untuk memberikan kredit dapat
bersumber dari faktor internal bank maupun faktor eksternal. Faktor
internal seperti rendahnya kualitas aset perbankan, tingginya non-
performing loans dan anjloknya modal perbankan akibat depresiasi dan
negative interest margin menurunkan kemampuan bank untuk
memberikan pinjaman. (Agung, dkk (2001 :21).
Menurut Harmanta dan Ekananda (2005:71), krisis pada tahun
1998 mengakibatkan melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan
berdampak menurunnya lending capacity perbankan, sehingga
mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Selain itu,
kondisi perbankan itu sendiri seperti masih tingginya kredit macet yang
dialami perbankan dan timbulnya masalah penurunan permodalan
berakibat pada turunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit.
Masih lambatnya pertumbuhan kredit perbankan setelah
mengalami penurunan yang sangat tajam pada awal krisis merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan mengapa proses pemulihan ekonomi
Indonesia berjalan lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara Asia
5
lainnya yang terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Meskipun
kondisi makroekonomi khususnya moneter telah relatif membaik
dibandingkan pada saat krisis, sebagaimana tercermin antara lain dari
relatif rendahnya tingkat suku bunga, jumlah kredit yang disalurkan
perbankan belum cukup menjadi pelumas dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi untuk kembali pada tingkat sebelum krisis. (Agung, dkk
(2000:18)
Agenor et. al (2000:14) dalam studi literaturnya menyebutkan
bahwa sebab-sebab menurunnya penyaluran kredit perbankan kepada
sektor swasta di Asia setelah krisis tahun 1997 masih menimbulkan
perdebatan di antara para ekonom. Sebagian ekonom berpendapat bahwa
menurunnya penyaluran kredit perbankan disebabkan oleh ”credit
crunch” yang menimbulkan fenomena credit rationing sehingga terjadi
penurunan penawaran kredit oleh perbankan (supply side constraint).
Credit crunch juga biasa disebut quantity rationing, dimana suku bunga
pinjaman tidak lagi berfungsi dalam menyeimbangkan permintaan dan
penawaran kredit. Credit rationing sebagai suatu kondisi dimana nasabah
tertentu tidak mendapatkan kredit walaupun mereka mau membayar suku
bunga pinjaman yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Agung, dkk
(2001:21) credit crunch adalah pembatasan suplai kredit yang bersifat
non-harga (non-price credit constraint) sebagai akibat peraturan
perbankan yang terlalu mengikat seperti peraturan masalah modal dan
6
legal lending limit atau akibat penurunan kualitas aset dan profitabilitas
perbankan.
Menurut Adhly Basar P dan Ihsan Ismady P (2009), pada 2010
perbankan Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan perannya
sebagai lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum recovery
dari krisis finansial. Banyak kalangan, khususnya kalangan dunia usaha
dan pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar
dalam menggerakkan perekonomian. Perkembangan perbankan sepanjang
tahun 2009 menunjukkan adanya recovery setelah krisis global yang
berlangsung pada medio 2008. Hal tersebut tercermin dengan adanya
pertumbuhan aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada
periode Juni hingga Desember 2009 yang relatif lebih tinggi dibanding
semester pertama 2009.
Kondisi perekonomian yang cukup kondusif tersebut telah
mendorong perbankan untuk terus meningkatkan kinerjanya. Rasio
permodalan (CAR) mencapai 17,4% (Juni 2010), dengan kualitas kredit
yang cukup baik tercermin dari NPL gross yang hanya sebesar 3,3%.
Selain itu, pertumbuhan kredit pada semester I 2010 tercatat sebesar
18,8% (yoy) atau lebih tinggi dari total pertumbuhan tahun 2009 (10,0%).
Kualitas kredit yang terkendali dan penyaluran kredit yang meningkat
menyebabkan profitabilitas perbankan cukup tinggi dengan ROA 2,9%.
Sejalan dengan hal tersebut, kondisi likuditas perbankan secara umum
dapat terjaga dengan baik. Walaupun demikian, pertumbuhan DPK yang
7
sedikit melambat perlu mendapat perhatian mengingat DPK merupakan
sumber dana terbesar bagi perbankan. (Kajian Stabilitas Keuangan (2010).
Menurut Hana Rosdiana (2010), bank yang dalam kegiatan
usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing
dalam mengarahkan dana masyarakat maupun menyalurkan dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan
adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka
akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah
dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan
kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat.
Bank juga tidak asal meningkatkan jumlah dan tingkat suku bunga
penyaluran kreditnya. Untuk menghindarkan resiko NPL yang tinggi dari
penyaluran kredit yang tidak efisien. Dalam hal ini perlu untuk
mempertimbangkan alokasi dana yang efisien. Seperti penyaluran kredit
yang bisa memberikan return yang tinggi dimana tingkat NPL tidak terlalu
tinggi. Karena pengalokasian dana yang tepat sangat mempengaruhi
jumlah modal bank.
Menurut Perry Warjiyo (2004: 26), dalam kenyataannya perilaku
penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang
tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan
kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital
Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans),
8
dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Muliaman Hadad (2004) menambahkan
selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan
yang tercermin dalam rasio return on assets juga berpengaruh terhadap
keputusan bank untuk menyalurkan kredit.
Pemaparan tersebut di atas menjelaskan bahwa setiap perusahaan
baik perbankan ataupun tidak, dalam mengembangkan kinerjanya dan
memutuskan penyaluran kredit tak lepas dari variabel mikro dan rasio-
rasio keuangan.
Menurut Hasibuan (2007), rasio NPL digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL
maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin
meningkat.
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR
maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
(sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank
tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar
9
bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003
dalam Diana Puspitasari, 2009).
Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut
mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. LDR
adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana
pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan
keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara
dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi
(Kasmir, 2004).
Menurut Darmawan (2004) dalam Billy Arma Pratama (2009)
bahwa Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Ali (2004) dalam Billy Arma
Pratama juga mengatakan bahwa NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang
ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus
menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya
modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi
besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab
sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009).
Menurut Siti Sumiati (2009) dalam Hana Rosdiana bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia
10
besarnya ditentukan oleh seberapa besar modal yang dimiliki yang terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap. Serta besarnya ATMR dimana bobot
risiko masing-masing aktiva telah ditetapkan. Sesuai dengan prinsip yang
telah ditetapkan BI, kewajiban penyediaan minimum bank didasarkan
pada resiko aktiva bank yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang
bersifat administratif yang merupakan kewajiban komitemn dan kontjusi,
dimana resiko aktiva tersebut dapat berupa resiko kredit, fluktuasi bunga,
fluktuasi nilai tukar, dan fluktuasi harga dari surat-surat berharga. Dampak
dari peraturan mengenai CAR tersebut adalah batasan-batasan yang harus
diperhatikan oleh bank dalam rangka melakukan pengembangan usahanya
adalah apabila batasan CAR tidak diperhatikan, resiko yang mugkin terjadi
adalah penurunan tingakat CAR bank yang pada akhirnya akan
berimplikasi kepada penurunan tingkat kesehatan bank.
Rasio Loan to Deposit (LDR) ialah rasio yang mengukur
kemampuan melempar dana berdasarkan sumber dana yang tertentu. Rasio
ini mirip dengan rasio asset/kewajiban untuk perusahaan biasa. Pinjaman
kredit biasanya merupakan asset yang penting dan terbesar untuk bank,
sedangkan deposito merupakan sumber dana penting dan terbesar untuk
bank. Semakin tinggi angka ini semakin tidak likuid bank tersebut, karena
sebagian besar dana tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh
deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak, semakin tinggi
angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut, karena bank tersebut
mampu melempar dana lebih efektif. Ada trade-off antara tingkat
11
keuntungan dengan risiko. (Hanafi dan Halim (2005:349-350) dalam
Muhammad Yahya).
Apabila dilihat dari Laporan Kajian Stabilitas Keuangan dan
Tinjauan Kebijakan Moneter 2009 secara keseluruhan pertumbuhan
ekonomi dan kondisi perbankan secara umum di Indonesia semakin
membaik. Seharusnya lembaga keuangan khususnya bank harus terus
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi agar pertumbuhan
ekonomi dapat meningkat. Namun, mengapa kebijakan moneter dan
kondisi perbankan yang cukup solid tidak dibarengi oleh pertumbuhan
kredit yang disalurkan oleh bank.
Dengan latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya
fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengetahui
variabel apa saja yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan. Maka
peneliti memilih judul yaitu “Analisis Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets (ROA) Serta
Implikasinya Terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan
yang ada sebagai berikut:
12
1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan
(NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap Return On Assets (ROA)?
2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan
(NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) dan Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran Kredit ?
3. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan
(NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran Kredit baik secara
langsung maupun secara tidak langsung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Perfroming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan
to Deposit Ratio (LDR terhadap return On Assets (ROA).
b) Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Perfroming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to
Deposit Ratio (LDR, dan return On Assets (ROA) terhadap
penyaluran Kredit.
c) Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Dana
Pihak Ketiga (DPK), Non Perfroming Loan (NPL), Capital
13
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR, dan return
On Assets (ROA) terhadap penyaluran Kredit.
2. Manfaat Penelitian
a) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
antara teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan
kenyataan yang sebenarnya di bank persero.
b) Bagi Fakultas
Untuk memberikan sumbangan pikiran sebagai bahan
perbandingan kepada semua pihak yang melakukan penelitian
lebih lanjut.
c) Bagi Perbankan
Memberikan sumbangan berupa pemikiran mengenai bidang
perbankan dalam menetapkan kebijakan – kebijakan yang
berkaitan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan
– kebijakan yang bersifat operasional, salah satunya dalam hal
penyaluran kredit di Bank Persero.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Lembaga Keuangan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republilk
Indonesia Nomor 792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan
usaha yang memiliki kegiatan di bidang keuangan berupa penghimpunan
dan penyaluran dana kepada masyarakt terutama untuk membiayai
investasi perusahaan.
Menurut Sukirno (2004: 273-274) yang dimaksudkan dengan
lembaga keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang
kegiatan utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka.
Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan
kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi
“pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat.
2. Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan,dan deposito. Kemudian bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang bagi masyarakat yang
membutuhkan. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk menukar
uang, mentransfer, menerima segala bentuk pembayaran dan setoran
seperti pembayaran listrik, pajak, air, uang kuliah dan lain-lain.
15
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Sedangkan menurut Kasmir (2003:11), mengartikan bank secara
sederhana sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan
yang kegiatan utamanya meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana ,
serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas perbankan lainnya dengan
tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3. Jenis-Jenis Bank
Jenis-jenis bank di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam UU
no.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU
no.10 Tahun 1998 hanya meliputi bank umum, dan BPR saja. Namun
secara teoritis, klasifikasi bank adalah sebagai berikut :
16
a. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya
1) Bank Sentral
Bank Sentral merupakan bank pemerintah yang memegang
otoritas moneter, dengan tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang
dalam negri.
Untuk lebih jelasnya, menurut UU No.3 Tahun 2004, Bank
Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi perbankan serta menjalani fungsi sebagai lender of the
last resort. Di Indonesia yang dimaksud dengan Bank Sentral
adalah Bank Indonesia.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
a) Tujuan Bank Indonesia
Menurut UU RI No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, dijelaskan
tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud
Bank Indonesia melaksanakan kebijakan berkelanjutan,
17
konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan
umum pemerintah di bidang perekonomian.
b) Tugas Bank Indonesia
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia
mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
(2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
(3) mengatur dan mengawasi bank
2) Bank Umum
Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia
No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering
disebut bank komersial (commercial bank).
3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum.
18
b. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya
Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas
bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik
swasta asing.
1) Bank Milik Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian
maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh
keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank
milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan
tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank DKI, Bank
Jateng, dan sebagainya.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta pula. Contohnya
Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo,
Bank Niaga, dan lain-lain.
3) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
19
Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN
AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.
c. Jenis Bank Menurut Operasionalnya
1) Bank Konvensional
Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia adalah “menurut apa yang sudah menjadi
kebiasaan”. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti
adat, kebiasaan, kelaziman.
Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank
yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena
metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan
telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi
hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan
mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat
antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro;
menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan
kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit
konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan
antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-
jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali
amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.
20
2) Bank Syariah
Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-
an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus
1990.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam
operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
d. Jenis Bank Menurut Valas
1) Bank Devisa
Menurut Siamat (2004:29), bank devisa adalah bank yang dalam
kegiatan usahanya dapat melaksanakan transaksi dalam valuta
asing, setelah memperoleh pertsetujuan dari Bank Indonesia, antara
lain menerima simpanan dan memberikan kredit dengan valuta
asing misalnya letter of credit and travellers check.
2) Bank Non Devisa
Sedangkan bank non devisa adalah kebalikannya dari bank devisa
yakni bank yang tidak dapat melaksanakan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan valuta asing.
21
e. Jenis Bank Menurut Geografinya
1) Bank Lokal (community or local bank), adalah bank yang
beroperasi secara terbatas di daerah tertentu
2) Bank Regional (regional bank), yaitu bank yang beroperasi di
pasar regional
3) Bank Multinasional (multinational bank), yaitu bank yang
lingkupnya sampai tingkat nasional maupun internasional
f. Jenis Bank Menurut Struktur Organisasinya
1) Bank Unit, adalah bank yang menggabungkan atau kantor saja
untuk melayani semua jenis keuangan
2) Bank Cabang, adalah bank yang melayani beberapa lokasi
sehingga ada satu kantor pusat dan beberapa kantor cabang
3) Holding Company Bank, adalah bank yang memiliki satu atau lebih
bank
4) Multi Holding Company Bank, adalah bank yang memiliki
perusahaan yang bergerak di perbnakan dan non bank
4. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Secara
garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa
adanya himpunan dana dari masyarakat luas maka bank tidak dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya, karena bagian terpenting dalam
22
operasional bank adalah penyaluran pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan, hal tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar yang
dihasilkan oleh bank.
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:9), penjelasan fungsi
bank yang lebih spesifik yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
berminat menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan
disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank
tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah
dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank.
Pihak bank juga akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya
pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak
bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,
debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu
membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur
mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban
lainnya pada saat jatuh tempo.
23
b. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter
dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling
berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak dapat
berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan uang,
sehingga dapat membangun perekonomian masyarakat.
c. Agent of Service
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini
antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang
berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
B. Kredit Perbankan
a. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credo atau Credere”
yang berarti kepercayaan (believe, trust) atau dalam bahasa Latin
24
“Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam hal ini dapat
diartikan bahwa seorang debitur yang memperoleh pinjaman telah
mendapatkan kepercayaan dari bank bahwa debitur tersebut tidak akan
menyalahgunakan pinjaman yang diberikan dan akan mengembalikannya
pada saat yang telah ditetapkan (jatuh tempo).
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
b. Fungsi dan tujuan kredit
Menurut Kasmir (2002:105-109), mengemukakan secara garis
besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan daya guna uang. Dengan adanya kredit dapat
meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan
saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan
diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh sepenerima kredit.
2) Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang. Dalam hal ini
uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
25
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh
bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang
yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4) Meningkatkan peredaran uang. Kredit dapat pula menambah atau
memperlancar arus dari suatu wilayah kewilayah lainnya, sehingga
jumlah barang yang beredar dari satu wilayah kewilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang
beredar.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat
dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit
yang diberikan akan menambah jumlah barang ayng diperlukan oleh
masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekpor barang dari
dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
6) Untuk meningkatkan kegairahan usaha. Bagi penerima kredit akan
dapat meningkatkan kegairahan keusahaannya karena adanya
tambahan modal yang banyak.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit
yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk
membangun pabrik, maka pabrik tersebut membutuhkan tenaga
kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
26
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman
internasional dapat meningkatkan saling membutuhkan antara
sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh
Negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya.
Adapun tujuan penyaluran kredit di kemukakan oleh Kasmir
(2002) adalah sebagai berikut:
1) Mencari keuntungan. Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk
bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2) Membantu usaha nasabah. Tujuan lainnya adalah untuk membantu
usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun
dana untuk modal kerja. Dengan dana itu maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperlas usahanya.
3) Membantu pemerintah. Baik pemerintah semakin banyak kredit yang
disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat
semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan
berbagai sektor.
Menurut Hesty Rinjiyani (2009:1) penyaluran kredit merupakan
kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank.
Penggunaan dana untuk menyalurkan kredit ini mencapai 70% - 80%
dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama pendapatan
bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk bunga. Dalam
27
pemberian kredit, antara bank satu dengan bank yang lainnya tidak
selalu sama, baik syarat-syarat maupun prosedurnya. Kredit yang
diberikan oleh bank dapat berbentuk kredit jangka pendek, jangka
menengah ataupun jangka panjang. Syarat kredit jangka pendek pada
umumnya lebih lunak dibandingkan kredit jangka panjang. Hal ini
disebakan oleh karena kredit jangka panjang pada umumnya meliputi
jumlah dana yang besar dan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
Dalam melakukan proses penyeleksian permohonan kredit yang
diajukan oleh debitur, menurut Hesty Rinjiyani (2009:2-3) bank
menggunakan “The Five C’s of Credit Analysis” sebagai berikut:
a. Character
Watak calon debitur yang terpercaya dan jujur diharapkan debitur
dengan watak ini akan berusaha menjaga nama baiknya untuk
memenuhi kewajiban utangnya dengan pihak bank. Karena dalam
kerjasama antara kedua belah pihak, yang paling dibutuhkan adalah
kepercayaan, sehingga apabila karakter debitur baik maka kerjasama
keduanyapun akan baik pula.
b. Capacity
Penilaian pihak bank bahwa piutangnya dapat dibayar kembali
oleh debitur dari berbagai sumber dana, termasuk hasil penjualan harta
perusahaan, hasil penjualan saham perusahaan dari pemegang saham
perusahaan maupun dari penjamin kredit.
28
c. Capital
Kondisi harta operasional calon debitur yang mendukung
kemampuan produk mereka untuk bersaing di pasar akan meningkatkan
hasil penjualan dan keuntungan yang dicapai. Pemilik perusahaan akan
mempunyai andil yang besar akan kepemilikan harta operasional
perusahaanya. Harta operasional perusahaan bukan berasal dari lease
finansing. Berdasarkan kondisi diatas bank dapat menilai kemampuan
debitur untul: mengembalikan pinjamannya.
d. Collateral
Fungsi utama jaminan bagi bank adalah memperkecil jumlah
kerugian yang akan diderita oleh bank, apabila debitur tidak memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo.
e. Condition of Economy
Bank memperhatikan kondisi ekonomi internasional pada
umumnya dan kondisi nasional pada khususnya serta kebijaksanaan
pemerintah yang berdampak langsung atau tidak langsung terhadap
kondisi ekonomi nasional.
c. Jenis-jenis kredit
Menurut Kasmir (2003: 76), secara umum jenis-jenis kredit yang
dialurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1) Dilihat dari segi kegunaan
Maksud jenis kredit lihat dari segi kegunaannya adalah untuk
melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam
29
kegiatan utamaatau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi
kegunaan terdapat dua jenis kredit :
a) Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru
dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih
lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama
suatu perusahaan. Kredit investasi menurut ketentuan Paket
Kebijaksanaan 25 Maret 1989 adalah kredit jangka menengah atau
panjang untuk membiayai pengadaan barang-barang modal maupun
jasa yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi modernisasi ekspansi,
relokasi dan pendirian proyek baru.
b) Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contohnya
kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar
gaji karyawan, atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses
produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang
diberikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada dan juga
untuk menambah modal kerja debitur.
2) Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan
pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuannya adalah:
30
a) Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberika untuk
menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan
untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu yang baik
berupa barang dan jasa.
b) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
penambahan barang atau jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
c) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier
atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam
jumlah tertentu.
3) Dlihat dari segi jangka waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian
kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasan
kredit ini adalah:
a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
31
b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang janga waktunya berkisar
antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit ini dapat
diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan
kredit ini menjadi kredit jangka panjang.
c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka pengambalianya
paling panjang, berkisar diatas tiga tahunatau lima tahun. Biasanya
kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.
4) Dilihat dari segi jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya dalah setiap pemberian
suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat
berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit ini adalah:
a) Kredit dengan jaminan, yaiu kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud
atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan
dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama
berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
C. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Riyadi (2004:63), dana yang berasal dari masyarakat biasa
disebut dengan sumber Dana Pihak Ketiga (DPK), sedangkan yang berasal
32
dari Pasar Uang disebut dana pihak kedua. Sumber Dana Pihak ketiga dari
segi mata uangnya, dibedakan menjadi :
I. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah
Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak
ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk.komponen DPK ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka
(Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan, dan kewajiban-kewajiban
lainnya yang terdiri dari kewajiban sdewgera yang dapat dibayar, surat-
surat berhaga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran pinjaman,
dan lainnya. Tidak termasuk dan yang berasal dari bank sentral.
II. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing
Yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihakm
ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk Bank Indonesia,
bank lain (pnjaman melalui pasar uang 0. DPK valuta asing terdiri atas
Giro, Call Money, Deposit On Call (DOC), Deposito Berjangka, Margin
Profit, Setoran Pinjaman, Pinjaman Yang Diterima, dan Kewajiban-
Kewajiban Lainnya dalam valuta asing.
Berbagai produk berbasis simpanan banyak dikeluarkan oleh
pihak-pihak bank konvensional dalam bentuk dan kemasan yang berbeda-
beda. Menurut Riyadi (2004:63), bila dana pihak ketiga ditinjau dari segi
biaya yang harus dibayar bank, sumber dana dapat dikelompokkan
menjadi Dana Berbiaya dan Dana Tidak Berbiaya
33
a) Sumber Dana Berbiaya
Sumber dana berbiaya pada umumnya adalah dana-dana yang
berasal dari masyarakat, baik dana pihak ketiga mauoun dana pihak
kedua (tidak termasuk penerbitan saham).
Pada umumnya jenis-jenis simpanan pada Sumber Dana
Berbiaya mencakup simpanan giro (demand deposit), simpanan
tabungan (saving deposit), simpanan deposito (time deposit), dan
kewajiban-kewajiban lainnya seperti kewajiban segera yang dapat
dibayar, surat berharga yang diterbirtkan, pinjaman yang diterima, dan
setoran pinjaman.
b) Dana Tidak Berbiaya
Menurut Riyadi (2004:65), hampir semua sebagian dana bank
memiliki beban biaya yang harus ditanggung oleh terutama dana yang
berasal dari Dana Pihak Ketiga da Dana Pihak Kedua, sehingga dapat
dikatakan tidak ada dana yang tanpa biaya bagi suatu bank. Namun
jika ditelah lebih mendalam terdapat jenis dana yang tidak
mengandung unsur biaya, sperti modal yang disetor (modal saham),
agio saham, laba tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum,
dengan tujuan lainnya, deposito berjangka yang telah jatuh tempo dan
belum dicairkan oleh nasabah, transfer masuk yang belum dibayar,
hasil inkaso keluar yang belum dibayar, dan utang pajak kepada
pemerintah pusat, asalkan tidak lewat waktu (terlambat) pada saat
pembayaran.
34
D. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) gross merupakan rasio yang
menunjukkan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas 3
sampai dengan 5. Jika NPL suatu bank selalu tinggi maka akan
mempengaruhipermodalan bank tersebut karena dengan NPL yang tinggi
akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi PPAP yang
terbentuk. Bila hal ini terus menerus terjadi maka mungkin saja modal bank
tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP. Karena itulah bank
menginginkan NPL yang rendah. Nilai NPL yang rendah akan meningkatkan
nilai profitabilitas bank (Riyadi, 2004:141). Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
E. Capital Adequecy Ratio (CAR)
Menurut Riyadi (2003:142) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.
CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan
modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk
melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi.
35
Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah membagi
Modal Bank (Bank’s Equities) dengan Risk Weighted Assets (ATMR). Dari
rumus tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank semakin agresif
menyalurkan dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko (karena
mengharapkan pendapatan bunga yang lebih besar), sudah seharusnya bank
tersebut juga harus memiliki modal yang semakin besar.
Rumus perhitungan CAR adalah:
F. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Warjiyo (2004: 26), dalam kenyataannya perilaku penawaran
kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang
bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh
persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu
sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit
macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
Menurut Riyadi (2003;146), LDR adalah perbandingan antara total
kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun
oleh Bank. LDR juga LDR akan menunjukan tingkat kemampuan Bank
dalam menyaluran dana pihan ketiga yang dihimpun oleh Bank yang
bersangkutan. Menurut Ahamd Faishol (2007: 151) LDR yaitu rasio antara
36
jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh
Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maksimal LDR yang di
perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rumus Loan to
Deposit Ratio adalah:
G. Return on Asset (ROA)
Menurut Riyadi (2007: 156) ROA adalah rasio profitabilitas yang
menunjukkan perbandingan antara laba dengan total asset bank, rasio ini
menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank
yang bersangkutan. Dalam bukunya, Mishkin (2007:232) menyatakan bahwa,
because owners of a bank must know whether their bank is being managed
well, they need good measures of bank profitability. A Basic measure of bank
profitability is return on assets (ROA).
Rumus penghitungan ROA (Return on Asset) :
37
H. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diana Puspitasari (2009)
dengan judul, “Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku
Bunga SBI Terhadap ROA”, diperoleh hasil bahwa variabel PDN dan suku
bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan, variabel CAR, NIM, dan
LDR berpengaruh positif signifikan, sedangkan variabel NPL dan BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh
variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 72%, sedangkan
sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam
model penelitian.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ferdi Rindhatmono (2005)
dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank
Pasca Merger Di Indonesia”, diketahui M & A dengan pooling data dari tahun
1999-2004 dan dianalisis dengan metode regresi berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa BOPO, NPL, NIM, CAR dan market share mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank pasca merger di
Indonesia, sedangkan LDR tidak signifikan. Secara keseluruhan, bank pasca
merger di Indonesia mempunyai ratio BOPO, NPL, NIM, LDR, CAR dan MS,
belum dapat memenuhi batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh regulator.
Hal ini membuktikan bahwa bank pasca merger di Indonesia yang telah
melakukan merger sejak tahun 1999, belum dapat melaksanakan fungsi
intermediasi secara optimal dan persoalan merger bukan merupakan
38
permasalahan keuangan semata-mata, tetapi juga kepada persoalan non
finansial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh R. Taufik Ahmad Hidayat
(2010) dengan judul, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Portofolio Kredit
Terhadap Profitabilitas Bank Bri Unit Dalem Kaum Bandung”, Penelitian ini
bersifat deskriptif verifikatif dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda terhadap data yang bersumber dari neraca dan laporan rutin bulanan
Bank BRI Unit Dalem Kaum Bandung. Sebelum melakukan analisis regresi
linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap data
penelitian. Setelah melalui uji asumsi klasik dan analisis, hasil penelitian
menunjukkan bahwa selama periode penelitian, dana pihak ketiga dan
portofolio kredit secara simultan dan parsial tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA maupun NIM Bank BRI Unit Dalem Kaum
Bandung.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astohar (2009) dengan judul,
“Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan yang
Diproksikan Dengan ROA dan ROE”, Sampel dalam penelitian ini sebanyak
84 perbankan yang masuk dalam bank domestik sebanyak 62, Bank Campuran
sebanyak 12 dan Bank Asing sebanyak 10 bank, dengan menggunakan alat
analisis regresi berganda. Hasil yang diperoleh adalah ukuran (size), capital
adequacy ratio (CAR), pertumbuhan deposito, loan to deposit ratio (LDR)
dan listed (kepemilikan bank oleh publik) mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan, sedangkan kepemilikan
39
saham oleh perusahaan (institusi) dan kurs Rupiah pada Dollar tidak
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas
perbankan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama
(2010) dengan judul, “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan”, diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit
perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.
Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk
meningkatkan penyaluran kredit Bank Umum harus melakukan
penghimpunan dana secara optimal, mengoptimalkan kegunaan sumber daya
finansial (modal) yang dimiliki, dan memiliki manajemen perkreditan yang
baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hana Rosdiana (2010) dengan
judul, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR Terhadap ROA dan Dampaknya
Pada Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero”, analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode path analysis. Dari hasil pengujiannya
pada sub struktur I setelah trimming, diketahui variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
memiliki pengaruh secara simultan pada Return on Assets (ROA) di Bank
40
Persero sebesar 0,632. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki
pengaruh yang positif pada Return on Assets (ROA), sedangkan Non
Performing Loan (NPL) memilki pengaruh yang negatif pada Return on Assets
(ROA) di Bank Persero. Hasil pengujian pada sub struktur II setelah trimming,
diketahui variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), dan Loan to Deposit ratio (LDR) memiliki pengaruh secara simultan
terhadap Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero sebesar 0,854. Hasil
pengujian secara parsial, diketahui variabel Capital Adequacy Ratio (CAR),
dan Non performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero, sedangkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Penawaran Kredit investasi pada Bank Persero.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Himaniar Triasdini (2010)
dengan judul, “Pengaruh CAR, NPL, dan ROA Terhadap Penyaluran Kredit
Modal Kerja”, dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap penelitian ini
diketahui secara simultan bahwa CAR, NPL, dan ROA berpengaruh secara
signifikan. Sedangkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa CAR
nilai t hitung dari CAR sebesar 3,375 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang
berarti CAR berpengaruh positif dan signifikan. Untuk NPL diperoleh nilai t
hitung sebesar -2,509 dengan tingkat signifikansi 0,048 yang berarti NPL
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran Kredit Modal Kerja.
41
Sedang untuk ROA diperoleh t hitung sebesar 1,991 dengan tingkat
signifikansi 0,009 yang berarti ROA berpengaruh positif dan signifikan.
I. Keterkaitan Antar Variabel
1) Variabel DPK dengan ROA
Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan dimana
kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan maka, sumber
sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang
kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus
lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih
bunga tersebutlah bank memiliki keuntungan. (Kasmir, 2007).
2) Variabel NPL dengan ROA
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember
2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah
terhadap total 26 kredit yang diberikan. NPL yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu
bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga
berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank
(Kasmir, 2004).
42
3) Variabel CAR dengan ROA
Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai
capital yang optimal. Capital yang optimal dapat diartikan sebagai struktur
modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan
atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan
(Ratnawati, 2007)
4) Variabel LDR dengan ROA
Arifin (2002 : 70) yang menyatakan bahwa terlalu banyak
likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan terlalu sedikit akan
berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang yang tidak dapat
diketahui sebelumnya, yang dapat berakibat meningkatkan biaya dan
akhirnya menurunkan profitabilitas.
5) Variabel DPK dengan Kredit
Baik giro, deposito maupun tabungan turut memberikan andil di
dalam kehidupan Perbankan, pengumpulan atas dana-dana tersebut
digunakan Perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga
untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yaitu
memberikan kredit kepada masyarakat. (Amiranti Marsya, 2009:18).
6) Variabel NPL dengan Kredit
Nilai NPL yang tinggi akan menyebabkan bank cenderung
mengurangi jumlah kredit yang disalurkannya. Karena NPL yang tinggi
mengharuskan bank untuk menmbah cadangan penghapusan yang lebih
43
besar dan menyebabkan akan lebih berhati-hati sehingga mengurangi
alokasi dana bank dalam bentuk penyaluran kredit.
7) Variabel CAR dengan Kredit
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang
diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR
maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan
untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi
kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.
8) Variabel LDR dengan Kredit
Menurut Warjiyo (2004), dalam kenyataannya perilaku penawaran
kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang
bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh
persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu
sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah
kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to
Deposit Ratio).
9) Variabel ROA dengan Kredit
Rendahnya pertumbuhan kredit selama semester I 2009 disebabkan
antara lain oleh menurunnya kebutuhan kredit pengusaha di sektor riil
terkait dengan daya beli masyarakat dan ekspor yang menurun, masih
tingginya suku bunga kredit perbankan (meskipun BI rate secara konsisten
44
telah diturunkan), dan sikap bank yang cenderung sangat berhati-hati
dalam mengucurkan kreditnya. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami
peningkatan, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan meningkatnya
penyaluran kredit perbankan. (Kajian Stabilitas Keuangan, 2009).
J. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data
yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang
telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti
merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode
analisis yang digunakan adaah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis
jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar
variabel.
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan
data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti
adalah Bank Persero. Variabel yang diteliti adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel eksogen. Sedangkan yang akan menjadi
variabek endogen adalah Return On Assets (ROA) dan Kredit yang
disalurkan.
45
Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank
Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pengambilan data dari masing –
masing variabel endogen maupun eksogen diperoleh dari Statistik Perbankan
Indonesia dan Laporan Kebijakan Moneter melalui situs resmi Bank Indonesia
(www.bi.go.id).
Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan
struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk
berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian datan disimpan dengan
menggunakan software AMOS 16. Dari output tersebut dapat dianalisa
korelasi, hubungan antara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model
(Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat
mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti
bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian :
46
Bank Indonesia
Bank Persero
DPK
ROA
NPL
Analisis Jalur
Hubungan langsung dan tidak langsung
Interpretasi
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Penyaluran
Kredit
Penyaluran
Kredit
CAR
LDR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
47
K. Paradigma Penelitian
Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat
digambarkan sebuah konstruk dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai
berikut:
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
Keterangan:
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK) Y = Return on Asset (ROA)
X2 = Non Performing Loan (NPL) Z = Penyaluran Kredit
X3 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X4 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
X1
X2
X3
X4
Y
Z
e1
e2
rx3x4
rx2x3
rx1x2
rx2x4
rx1x3
rx1x4
px1y
px2y
px3y
px4y
pyz
px1z
px4z
px2z
px3z
48
L. Hipotesis
Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut :
1) DPK, NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA
Ho : DPK, NPL, CAR, dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA
Ha : DPK, NPL, CAR, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA
2) DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA terhadap Penyaluran Kredit
Ho : DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA tidak berpengaruh signifikan
terhadap Penyaluran Kredit.
Ha : DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap
Penyaluran Kredit.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun dalam penelitian ini sesuai dengan latar belakang serta
perumusan masalah yang telah ditetapkan, penulis menggunakan pendekatan
korelasi. Menurut Umar (2002: 50), penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi disebut penelitian korelasi. Perbedaan yang utama dengan metode
lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan hanya sekedar
deskripsi (Fox, 1969). Peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah
hubungan yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari beberapa
literatur. Menurut Indriantoro (1999: 147) “ Data sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)”. Data sekunder
dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang sudah tersedia. Data
sekunder yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah data historis, struktur
organisasi, laporan keuangan, anggaran dan lain sebagainya.
Objek dalam penelitian ini adalah Bank Persero dan untuk
mendapatkan data dan informasi yang akurat sebagai alat analisa dengan
50
menggunakan data sekunder dari hasil publikasi Bank Indonesia yang dimulai
dari bulan Januari 2005 sampai Juni 2010, serta data-data lainnya yang
dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya
ilmiah, dan internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi
terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi,
kemudian dilakukan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan.
Ruang lingkup penelitian ini akan membahas pengaruh tentang
variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga
(X1), Non Performing Loan (X2), Capital Adquecy Ratio (X3), dan Loan to
Deposit Ratio (X4) terhadap Return On Assets (Y) serta implikasinya terhadap
penyaluran Kredit (Z) pada Bank Persero.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Metode
judgement sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Hamid, 2007:29).
Judgement sampling yaitu teknik sampling yang satuan samplingnya
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki
dalam pengambilan sampel.
51
Kriterianya sebagai berikut (Mafizhatun Nurhayati, 2007) :
a) Merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian).
b) Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen
yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan
yang diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau
mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia buat. (Ahmad
Nurfadly, mistercela21.wordpress.com).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara ;
1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari literatur, jurnal-
jurnal yang dipublikasikan, laporan penelitian sebelumnya, serta
berbagai sumber lainnya.
2. Data penelitian ini menurut waktunya merupakan data time series atau
juga disebut data deret waktu yang merupakan data deret waktu yang
merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu dalam
berbagai interval waktu tertentu (Umar:2000:83). Pada penelitian ini
data time series yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dimulai dari
Januari tahun 2005 sampai dengan Juni 2010.
52
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan
menggunakan AMOS 16.
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model
yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan
lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi
oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan
nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai
goodness of fit. (Ghozali, 2008:21).
Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan
beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan
pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara.
Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar
variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam
model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat
dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar
pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel
intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan
langsung dan tidak langsung. (Ghozali, 2008:93).
Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 2 (dua)
substruktur linier sebagai berikut:
53
X1
X2
X4
X3
Y
e1
Sub struktur I :
Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4 terhadap Y
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat
model sebagai berikut:
Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYX3 + ρYX4 + 1
Keterangan :
Y = Return On Assets (ROA)
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Non Performing Loan (NPL)
X3 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X4 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
1 = Residual Error
54
Sub struktur II :
Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, dan Y
Terhadap Z
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat
model sebagai berikut:
Z = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 + ρZX4 + ρZY + 2
Keterangan :
Z = Penyaluran Kredit
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Non Performing Loan (NPL)
X3 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X4 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
Y = Return On Asset (ROA)
2 = Residual Error
Hair et. al (1998) dalam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan
pemodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu:
X1
X2
X4
X3
Y Z
e2
55
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,
dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan
variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an
seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua
variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis
yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis
untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam
model merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang
perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar
model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun
measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau
eksogen dengan variabel indikator atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan
Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian
atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan
dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data
mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data
56
outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung.
Teknik estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb
dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai
digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan
unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang
digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML
sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik
estimasi lain seperti weight least square (WLS), generalized least square
(GLS) dan asymptotivally distribution free (ADF).
Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer,
sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini
berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi
adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique
estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan
melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar
untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert
information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error
variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar
koefisien estimasi.
Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model
planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,
57
apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam
buku Ghozali (2008) terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik
model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan).
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-
square ( 2 ). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of
freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang
diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini
menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p)
yang lebih besar dari tingkat signifikansi ( ) dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi
sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti
harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p 0.05) karena
mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan
data observasi.
b. CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini
untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. al (1977) dalam Imam
Ghozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan
58
ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne (1988)
mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.
c. Goodness of Fit Index (GFI)
Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan
Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0
(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang
lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak
belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di
atas 90% sebagai ukuran good fit.
d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)
Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan
ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-square
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA
antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil
uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau
competing model strategy dengan jumlah sampel besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan
baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan
model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.
a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of
59
freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null
model. Nilai yang direkomendasikan adalah 0,90.
b. Tucker-Lewis Index (TLI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index
(NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi
analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini
menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara
proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai
1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah 0,90.
c. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara
proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no
fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai
absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya
direkomendasikan 0,90.
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah
koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan
dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai
dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini
mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2
didalam multiple regression.
Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka
penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.
60
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)
Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas
dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0
sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih
parsimony.
b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)
Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi dari
NFI. PNFI memasukkan jumlah degree of freedom yang digunakan
untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik.
Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model
dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk
membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang
direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian
jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai
0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.
61
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan
Imam Ghozali (2008)
Cut of value Keterangan
Absolut Fit
Probabilitas2 Tidak signifikan (p > 0.05)
Model yang diusulkan cocok/fit
dengan data observasi
2 /df 5
< 2
- Ukuran yang reasonable
- Ukuran fit
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 x 0.08
- good fit
- very good fit
- outstanding fit
- reasonable fit
GFI > 0.9 good fit
Incremental Fit
AGFI 0.9 good fit
TLI 0.9 good fit
NFI 0.9 good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0-1.0 lebih besar lebih baik
PGFI 0-1.0 lebih besar lebih baik
(Sumber : Ghozali, 2008)
Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus
62
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi,
maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data
terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan metode analisis yang akan digunakan, maka disusunlah
definisi variabel-variabel yang akan digunakan. Definisi variabel-variabel
tersebut adalah sebagai berikut :
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuan menghimpun dana masyarakat. Dana yang dihimpun dari
masyarakat akan diputar bank agar dana tersebut dapat bertambah. Salah
satu cara menambah dana yang sudah ada yaitu dengan menyalurkan
dana tersebut kepada pembiayaan.
Non Performing Loan (NPL)
Rasio ini menunjukkan tingkat kelancaran penyaluran
pembiayaan yang telah dilakukan oleh bank. Karena NPL adalah rasio
kolektibilitas pembiayaan dari tingkat 3 sampai 5. Pembiayaan dikatakan
lancar apabila tidak masuk koletibilitas 3, sehingga pembiayaan tersebut
tidak dikategorikan macet sehingga bank terhindar dari resiko gagal
bayar. Oleh karena itu, NPL dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
melihat sejauh mana tingkat keberhasilan bank dalam menyalurkan
pembiayaan dengan kredit konsumsi. Rumus yang digunakan adalah :
63
NPL= X100%Dikucurkan YangKredit Total
Bermasalah YangKredit
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untukmengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko. Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat
harus memiliki CAR paling sedikit 8%. CAR dapat dirumuskan sebagai
berikut:
CAR = X100%ATMR
Kas
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri digunakan. Besarnya LDR menurut
peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2002). Semakin
tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR = X100%DPK Total
berikan di yangKredit Total
64
Return On Assets (ROA)
Menurut Kasmir (2003:281), ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen menghasilkan income dari pengelolaan asset
dan memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi secara overall.
ROA diukur dengan melihat laba bersih sebelum pajak dengan membagi
rata-rata asset dikali 100%. Jadi ROA digunakan dalam penelitian ini
untuk melihat sejau mana tingkat keberhasilan bank dalam mengeloal
assetnya semakin besar ROA, semakin bagus tingkat kebehasilan bank
tersebut. Rumusnya sebagai berikut :
ROA = Asset Total
PajakSetelah Labax 100%
Kredit
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank persero adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Yang termasuk dalam bank
persero antara lain:
1. Bank Mandiri
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik
Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo), bergabung menjadi Bank Mandiri.
Sejarah keempat Bank (BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo)
tersebut sebelum bergabung menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri lebih
dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank nasional tersebut telah turut
membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan Indonesia, dan
masing-masing telah memainkan peranan yang penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia.
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di
Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di
66
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan
nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden
atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto",
suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan
Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember
1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Sejarah Bank Rakyat Indonesia
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah
sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa
perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI
sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali
setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama
menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU
No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan
Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan
Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam
Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan
Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun
1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara
Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi,
67
Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara
Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang
Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun
1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan
fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia
Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing
menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor
Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968
menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan
No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status
BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih
100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini,
sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan
saat ini.
3. Bank Negara Indonesia (BNI).
Adalah sebuah bank pemerintah di Indonesia. BNI dipimpin oleh
seorang Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Gatot M. Suwondo.
BNI adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia.
68
Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1946. Saat ini BNI
mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI
juga mempunyai unit perbankan syariah.
Sejarah BNI:
Tahun 1946 : Didirikan dan dipersiapkan menjadi Bank Sirkulasi
atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola
mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara
Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang
Republik Indonesia atau ORI.
Tahun 1955 : Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank
pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank
devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank
Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara
yuridis melalui Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1955. Di tahun
yang sama Bank Negara Indonesia membuka cabang pertamanya di luar
negeri, yaitu di Singapura.
4. Bank Tabungan Negara (BTN).
Adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk
perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan.
Sejak tahun 2000, bank ini dipimpin oleh Iqbal Latanro sebagai direktur
utama dan Dzaki Baridwan sebagai komisaris utama.
69
Sejarah BTN:
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia
pada tahun 1897. Pada tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh
pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama
dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga
akhirnya pada tahun 1998 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang
berlaku saat ini.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan
bantuan Microsoft Excel 2010, SPSS 17.0 dan Software Amos 16 untuk
apat megolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang
diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen ; Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Loan to
deposit Ratio (LDR), sedangkan variabel endogen ; Return on Assets
(ROA) dan Penyaluran Kredit. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif Variabel Dana Pihak Ketiga
Pada dasarnya dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh
bank dari masyarakat. Dana tersebut dapat berupa giro, tabungan
70
ataupun deposito yang berasal dari nasabah perorangan atau badan
hukum.
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal
1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Menurut Riyadi (2004:79) Sumber Dana Pihak Ketiga dari segi
mata uangnya dibedakan menjadi :
1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah
Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam
bentuk rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk
maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari Giro,
Simpanan Berjangka (deposito dan Sertifikat Deposito), tabungan
dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban
segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan,
pinjaman yang diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak
termasuk dana yang berasal dari bank sentral.
2) Sumber Dana Pihak ketiga Valuta Asing
Sedangkan yang dimaksud Dana Pihak Ketiga Valuta
Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing
kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk
71
termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar
uang).
Data dana pihak ketiga yang digunakan adalah jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga pada kelompok Bank Persero
periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010. Data DPK tersebut
terdiri atas giro, deposito, dan tabungan dalam bentuk rupiah
maupun valas yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia
pada situs www.bi.go.id.
Tabel 4.1
Dana Pihak Ketiga (per miliyar rupiah)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 369,704 426,133 472,915 532,878 649,338 756,125
Feb 366,388 427,578 469,799 524,205 645,356 731,073
Mar 367,765 426,754 475,222 521,856 654,751 746,188
Apr 370,794 424,799 473,697 528,568 657,564 744,188
Mei 368,892 434,191 475,388 530,964 659,249 745,012
Jun 389,020 434,871 497,053 563,202 684,450 778,439
Jul 387,818 430,130 502,842 564,933 677,812 -
Agu 392,914 437,092 495,955 535,128 696,359 -
Sep 401,565 447,182 499,326 575,568 694,161 -
Okt 401,788 457,196 500,878 604,913 699,218 -
Nov 407,162 463,738 507,603 621,880 720,979 -
Des 431,397 480,394 571,008 669,827 783,384 -
(Sumber : Data diolah)
Tabel 4.1 menunjukan perkembangan jumlah dana pihak
ketiga pada Bank Persero periode Januari 2005 – Juni 2010. Pada
masa penelitian ini jumlah Dana Pihak Ketiga terendah terjadi pada
bulan Februari 2005 yaitu sebesar Rp.366.388 (miliyar), sedangkan
72
jumlah Dana Pihak Ketiga tertinggi terjadi pada bulan November
2010 yaitu sebesar Rp.798.125 (miliyar).
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.1
Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK)
(Sumber : Data diolah)
Pada grafik di atas, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan
kecenderungan yang terus meningkat, hal ini sejalan dengan
perkembangan jumlah kantor Bank Persero yang terus meningkat
sehingga semakin besar juga dana masyarakat atau Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dapat diserap oleh Bank Persero.
b. Analisis Deskriptif Non Performing Loan (NPL)
Menurut Manurung dan Rahardja (2004: 196), NPL (Non
Performing Loan) terbagi menjadi dua, yaitu kredit tak lancar dan
kredit macet, kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan
pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.
73
Sedangkan kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan
dikategorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya
penyelamatan kredit. NPL (Non Perfoming Loan) atau tingkat kredit
macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari
keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. NPL juga
merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja
perbankan, bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.
Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah
mengeluarkan peratuaran Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menetapkan NPL maksimim
5%. Semakin rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang
bermasalah/macet pada bank tersebut semakin kecil begitupun
sebaliknya semakin tinggi NPL suatu bank maka akan semakin besar
kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut. NPL yang
digunakan adalah NPL pada Bank Kelompok Persero.
Data NPL yang digunakan adalah perkembangan NPL pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Data NPL tersebut diperolah dari Statistik Perbankan Indonesia pada
situs www.bi.go.id pada tanggal 1 November 2010.
74
Tabel 4.2
Non Performing Loan (NPL)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,0643 0,1533 0,1083 0,0689 0,043 0,0319
Feb 0,0643 0,1595 0,1105 0,0679 0,0453 0,0326
Mar 0,059 0,1608 0,1043 0,0559 0,0497 0,0307
Apr 0,0618 0,1569 0,1082 0,0569 0,0503 0,0314
Mei 0,114 0,1617 0,1076 0,0556 0,0513 0,0336
Jun 0,1301 0,1603 0,1003 0,0515 0,0466 0,0301
Jul 0,1441 0,1639 0,1013 0,0511 0,0481 -
Agu 0,1574 0,1632 0,1008 0,0502 0,048 -
Sep 0,1529 0,154 0,0868 0,0462 0,0436 -
Okt 0,1461 0,163 0,085 0,0458 0,0449 -
Nov 0,1529 0,1593 0,0809 0,048 0,0428 -
Des 0,1475 0,107 0,065 0,0374 0,0346 -
(Sumber : Data diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan tingkat NPL pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Pada masa penelitian ini NPL terendah terjadi pada bulan Juni 2010
yaitu sebesar 0,301, sedangkan NPL tertinggi terjadi pada bulan Juli
2006 yaitu sebesar 0,1639.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
75
Gambar 4.2
Grafik Non Performing Loan (NPL)
(Sumber: Data diolah)
Grafik diatas menunjukkan kecenderungan NPL yang terus
menurun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan aktiva
produktif Bank Persero yang semakin membaik, karena masyarakat
yang mengalami kredit macet sudah sedikit jumlahnya. Hal ini tampak
pada periode Januari 2005 hingga Juni 2010 terjadi penurunan Non
Performing Loan dengan tingkat rata-rata sebesar -18,83 persen per
tahunnya.
c. Analisa Deskriptif Capital Adequecy Ratio (CAR)
Menurut Riyadi (2006:161) Capital Adequacy Ratio (CAR)
yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki
oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi
kecukupan modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR
juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank
76
yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil
(lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam
kategori bank tidak sehat, namun apabila persentase CAR terlalu besar
berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund).
Data CAR yang digunakan adalah perkembangan CAR pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Data CAR tersebut diperolah dari Statistik Perbankan Indonesia pada
situs www.bi.go.id
Tabel 4.3
Capital Adequecy Ratio (CAR)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,2376 0,2093 0,2227 0,2052 0,157 0,1567
Feb 0,2339 0,2049 0,2243 0,2094 0,1562 0,1562
Mar 0,2299 0,2194 0,2053 0,1992 0,1553 0,1615
Apr 0,2321 0,2219 0,215 0,187 0,1485 0,1537
Mei 0,2058 0,2169 0,2117 0,1679 0,1457 0,1513
Jun 0,1983 0,2038 0,1963 0,1545 0,1421 0,1413
Jul 0,2009 0,2085 0,196 0,1574 0,1381 -
Agu 0,1989 0,2068 0,2023 0,1539 0,1351 -
Sep 0,1978 0,1925 0,2297 0,1505 0,1327 -
Okt 0,1992 0,2054 0,1984 0,1435 0,1311 -
Nov 0,2019 0,2063 0,1906 0,14 0,1277 -
Des 0,1943 0,212 0,1785 0,1431 0,1381 -
(Sumber : Data diolah)
Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan tingkat CAR pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Pada masa penelitian ini CAR terendah terjadi pada bulan November
77
2009 yaitu sebesar 0,1277, sedangkan CAR tertinggi terjadi pada bulan
Januari 2005 yaitu sebesar 0,2376.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.3
Grafik Capital Adequecy Ratio (CAR)
(Sumber: Data diolah)
Grafik di atas menggambarkan fluktuasi tingkat kecukupan
modal Bank Persero yang cenderung menurun, hal ini tampak pada
periode Januari 2005 hingga Juni 2010 terjadi penurunan Capital
Adequacy Ratio dengan tingkat rata-rata sebesar -5,64 persen. Hal ini
disebabkan peningkatan kredit yang tidak sebanding dengan
peningkatan modal, sehingga menyebabkan rasio permodalan (CAR)
cenderung menurun.
d. Analisis Deskriptif Loan to Depoit Ratio (LDR)
Menurut Ahmad Faishol (2007: 151) LDR yaitu rasio antara
jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima
oleh Bank.
78
Menurut Riyadi (2003;146), LDR adalah perbandingan antara
total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat
dihimpun oleh Bank. LDR juga LDR akan menunjukan tingkat
kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun
oleh Bank yang bersangkutan.
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Data LDR yang digunakan adalah perkembangan LDR pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Data LDR tersebut diperolah dari Statistik Perbankan Indonesia pada
situs www.bi.go.id.
Tabel 4.4
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,4927 0,584 0,5898 0,6412 0,7145 0,7008
Feb 0,5062 0,5824 0,5978 0,6592 0,7306 0,7338
Mar 0,5128 0,5915 0,6062 0,6854 0,734 0,7375
Apr 0,5161 0,5943 0,6032 0,6935 0,7368 0,7497
Mei 0,5378 0,5909 0,6066 0,7162 0,745 0,7653
Jun 0,5271 0,6013 0,6188 0,7131 0,7479 0,7563
Jul 0,5294 0,6025 0,6142 0,7442 0,7564 -
Agu 0,5353 0,6007 0,6359 0,7898 0,7564 -
Sep 0,5312 0,603 0,6433 0,766 0,7464 -
Okt 0,5317 0,595 0,6553 0,7589 0,7495 -
Nov 0,529 0,5957 0,6628 0,7556 0,7368 -
Des 0,5104 0,5993 0,6237 0,7027 0,6955 -
(Sumber : Data diolah)
79
Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan tingkat LDR pada
kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005 – bulan Juni 2010.
Pada masa penelitian ini LDR terendah terjadi pada bulan Februari
2005 yaitu sebesar 0,5062, sedangkan LDR tertinggi terjadi pada bulan
Mei 2010 yaitu sebesar 0,7653.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.4
Grafik Loan to Deposit Ratio (LDR)
(Sumber: Data diolah)
Grafik diatas menunjukkan peningkatan LDR sebesar 7,57
persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan
bank membayar penarikan yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya,
semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah pula kemampuan
likuiditas bank.
80
e. Analisis Deskriptif Return On Assets (ROA)
Menurut Riyadi (2007:156) ROA adalah rasio profitabilitas
yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total asset bank,
rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
Data yang digunakan adalah data perkembangan Return on
Asset (ROA) pada kelompok Bank Persero periode bulan Januari 2005
– bulan Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan
Indonesia pada situs www.bi.go.id.
Tabel 4.5
Return on Asset (ROA)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,0331 0,0151 0,0287 0,0328 0,0289 0,029
Feb 0,0333 0,0176 0,0305 0,0234 0,0292 0,0277
Mar 0,0343 0,0193 0,0274 0,0274 0,0274 0,0305
Apr 0,0371 0,0223 0,0271 0,0263 0,0263 0,0295
Mei 0,0327 0,0208 0,0276 0,0265 0,026 0,0287
Jun 0,005 0,0202 0,0267 0,0243 0,0268 0,0296
Jul 0,0069 0,0196 0,0266 0,0269 0,0264 -
Agu 0,0074 0,0196 0,0268 0,0273 0,0264 -
Sep 0,0042 0,0212 0,0265 0,0262 0,0257 -
Okt 0,0057 0,0208 0,0268 0,0265 0,0267 -
Nov 0,0102 0,0219 0,0268 0,026 0,0263 -
Des 0,0245 0,0222 0,0276 0,0272 0,0271 -
(Sumber : Data diolah)
Tabel 4.5 menunjukkan perkembangan Return on Assets
(ROA) pada Bank Persero periode Januari 2005 – Juni 2010. Pada
masa penelitian ini Return on Assets (ROA) terendah terjadi pada
81
bulan September 2005 yaitu sebsesar 0,0042 atau 0,42%, sedangkan
Return on Assets (ROA) tertinggi terjadi pada bulan April 2005 yaitu
sebesar 0,0371 atau 3,71%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.5
Grafik Return on Assets (ROA)
(Sumber : Data diolah)
Grafik diatas menggambarkan kinerja Bank Persero dilihat
dari sisi kinerja profitabilitas yang diukur dengan Return on Assetss
(ROA). Selama periode Januari tahun 2005 hingga Juli tahun 2007,
Bank Persero mengalami penurunan laba dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 5,6 persen per tahun. Namun, menjelang awal
tahun 2008, perolehan laba cenderung meningkat sebesar 0,9 persen
dari tahun sebelumnya. Return On Assets mengalami penurunan
kemungkinan dipicu oleh peningkatan Non Performing Financing
(NPF) yang mengharuskan bank harus menanggung biaya
pencadangan aktiva produktif sehingga berpotensi menurunkan
82
profitabilitas. Meski demikian, secara keseluruhan pertumbuhan
Return on Assetss (ROA) Bank Persero mengalami peningkatan.
f. Analisis Deskriptif Penyaluran Kredit
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Data penyaluran kredit yang digunakan adalah total jumlah
kredit yang disalurkan oleh Bank Persero pada periode Januari 2005 –
Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia
pada situs www.bi.go.id.
Tabel 4.6 Penyaluran Kredit (per milyar rupiah)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 219,663 248,857 278,924 341,685 463,971 529,897
Feb 224,061 249,020 280,831 345,568 471,491 536,471
Mar 229,003 252,438 288,095 357,685 480,597 550,334
Apr 232,515 252,442 285,751 366,576 484,482 557,986
Mei 237,331 256,565 288,366 380,303 491,163 570,164
Jun 241,680 261,466 307,579 401,660 511,883 588,755
Jul 242,734 259,171 308,882 407,019 512,725 -
Agu 248,357 262,567 315,353 422,633 523,875 -
Sep 250,470 269,642 321,204 440,864 518,113 -
Okt 251,583 272,047 328,201 459,042 524,081 -
Nov 251,768 276,265 336,427 469,900 531,249 -
Des 256,413 287,910 356,151 470,665 544,870 -
(Sumber: Data diolah)
83
Tabel 4.6 menunjukkan perkembangan penyaluran kredit pada
Bank Persero periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian
ini jumlah penyaluran Kredit terendah terjadi pada bulan Januari 2005
yaitu sebesar Rp. 219.663,- (Milyar), dimana jika diperhatikan terjadi
kecenderungan peningkatan penyaluran Kredit dari bulan ke bulan
sampai tingkat tertinggi yaitu pada bulan Juni 2010 sebesar Rp.
588.755,- (Milyar).
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut
dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
Gambar 4.6
Grafik Penyaluran Kredit Bank Persero
(Sumber: Data diolah)
Grafik di atas menunjukkan perkembangan penyaluran kredit
pada Bank Persero selama periode Januari 2005 sampai Juni 2010
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan
peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
Bank Persero selama periode Januari 2005 hingga Juni 2010. Dengan
84
rata-rata peningkatan sebesar 19,6 persen per tahun menunjukkan
konsistensi Bank Persero dalam menyalurkan kredit sebagai lembaga
intermediasi untuk membantu menggerakkan perekonomian dalam
negeri.
2. Analisis Jalur Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap Return On Assets (ROA) serta Implikasinya terhadap
Penyaluran Kredit Pada Bank Persero
Analisis jalur ini dibagi menjadi tiga substruktur. Substruktur yang
pertama menganalisis pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR sebagai
variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Substruktur
yang kedua menganalisis pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA
sebagai variabel eksogen terhadap penyaluran Kredit sebagai variabel
endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16, maka
dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut.
85
Gambar 4.7
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
(Sumber: Output Amos 16)
a. Analisis Korelasi
Korelasi antara DPK, NPL, CAR, dan LDR Kelompok Bank
Persero dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.7
Hasil Korelasi antara DPK, Modal Inti dan Inflasi
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas
DPK < - - > NPL -0.773 0.000
DPK < - -> CAR -0.857 0.000
DPK < - -> LDR 0.880 0.000
NPL < - -> CAR 0.675 0.000
NPL < - -> LDR -0.742 0.000
CAR < - -> LDR -0.866 0.000
( Sumber : data diolah)
DPK
NPL
CAR
LDR
.63
ROA
.99
KREDIT
e1
e2
-.74
-.87
-.88
.67
.88
-.77
.23
.89
.31
-.85
-.04
.66
-.14
-.15
.11
86
1) Korelasi antara DPK dan Non Performing Loan (NPL)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel DPK dan NPL sebesar -0,773. Untuk menafsirkan angka
tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:
0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara
dua variabel
Ha;ρ ≠ 0 : Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua
variablel
Pengujian berdasarkan signifikan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Korelasi sebesar -0,773 mempunyai maksud hubungan
antara variabel DPK dan NPL sangat kuat dan berlawanan.
Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan DPK, maka NPL akan
mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel
87
tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0 0 < 0,05 maka tidak
cukup bukti untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0
sehingga korelasi signifikan.
2) Korelasi antara DPK dengan Capital Adequecy Ratio (CAR)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel DPK dan CAR sebesar -0.875. Korelasi sebesar -0.875
mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan CAR
sangat kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya jika DPK
mengalami kenaikan maka nilai dari CAR akan mengalami
penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka tidak cukup
bukti untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga
korelasi signifikan.
3) Korelasi antara DPK dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel DPK dan LDR sebesar 0.880. Korelasi sebesar 0.880
mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan LDR
sangat kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan
DPK, maka nilai dari LDR akan mengalami kenaikan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas
sebesar 0,000 > 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho; ρ =
0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
88
4) Korelasi antara NPL dan CAR
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel NPL dan CAR sebesar 0.675. Korelasi sebesar 0.675
mempunyai maksud hubungan antara variabel NPL dan CAR kuat
dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan NPL, maka nilai
dari CAR akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. Korelasi dua
variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 > 0,05
maka telah cukup bukti untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha;
ρ ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
5) Korelasi antara NPL dan LDR
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel NPL dan LDR sebesar -0.742. Korelasi sebesar -0.742
mempunyai maksud hubungan antara variabel NPL dan LDR kuat
dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan NPL,
maka nilai dari LDR akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar
0,000 > 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho; ρ = 0 dan
menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
6) Korelasi antara CAR dan LDR
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel CAR dan LDR sebesar -0.866 Korelasi sebesar -0.866
mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan LDR
sangat kuat dan berlawanan. Searah artinya apabila terjadi kenaikan
89
CAR, maka nilai dari LDR akan mengalami penurunan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas
sebesar 0,000 > 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho; ρ =
0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
b. Analisis Jalur Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Loan
to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA)
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur
pertama adalah sebagai berikut.
Gambar 4.8
Diagram Jalur Substruktur I
(Sumber : Output Amos 16)
Analisis jalur sub struktur yang pertama adalah menganalisis
pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA baik secara
DPK
NPL
CAR
LDR
.63
ROA
e1
-.74
-.87
-.68
.67
.88
-.77
.23
.89
.31
-.85
90
simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh
secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square
Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara
individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel
Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat
signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel
Regression Weight kolom Probability. (Lihat Lampiran) .Adapun
hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16 adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.8
Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA
Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square
DPK - - > ROA 0.229 0.242
0.629
NPL - - > ROA -0.854 0.000
CAR - - > ROA 0.890 0.000
LDR - - > ROA 0.309 0.085
(Sumber : data diolah)
Untuk melihat pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR secara
gabungan terhadap ROA, kita dapat melihat hasil perhitungan pada
tabel 4.8 khususnya angka R square.
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,629. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel DPK, NPL,
CAR, dan LDR secara gabungan terhadap ROA dengan cara
91
menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus
berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,629 x 100%
KD = 62,9%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel
DPK, NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA secara gabungan adalah
62,9%, sedangkan sisanya sebesar 37,1% (100%-62,9%) dipengaruhi
oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat
diterangkan dengan menggunakan variabel DPK, NPL, CAR, dan
LDR adalah sebesar 62,9%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh
variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 37,1%.
Untuk melihat besarnya pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR
terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel
4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom
probabilitas.
1) Pengaruh antara variabel DPK dengan ROA
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
DPK dengan ROA, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,242 > 0,05. maka
tidak cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0.
92
Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel DPK dengan
ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 0.229 atau
22,9%
Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh yang positif dan tidak
signifikan terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh R. Taufik Ahmad Hidayat (2010) bahwa Dana Pihak
Ketiga dan portofolio kredit secara simultan dan parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA maupun NIM. Hal
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007)
bahwa total DPK tidak signifikan terhadap ROA. Dalam penelitian
juga menunjukkan untuk mengukur tingkat profitabilitas/rentabilitas
suatu bank variabel DPK tinggi tidak menjadi tolok ukur bank
memperoleh laba yang tinggi. Walaupun secara teori jika DPK tinggi
berarti masyarakat mempercayakan uangnya untuk dikelola oleh
bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari
pihak ketiga yaitu tabungan, giro dan deposito. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kesowo dalam Kuncoro
dan Suhardjono (2002).
2) Pengaruh antara variabel NPL dengan ROA
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
Inflasi dengan Return on Assets (ROA), dapat melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
93
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel NPL dengan ROA. Besarnya
pengaruh NPL pada ROA sebesar -0,854 atau -85,4%.
NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ROA. Artinya, apabila NPL mengalami kenaikan, maka
ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani
Prastiyaningtyas (2010) pada Bank Umum Go Public Yang Listed di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008, bahwa NPL berpengaruh
signifikan negatif terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan
ROA. Menurut catatan Bank Indonesia, kredit macet disebabkan
antara lain penurunan kualitas kredit yang disebabkan oleh
penurunan kondisi keuangan debitor, keterlambatan pembayaran,
masalah pembayaran lain, buruknya prospek usaha debitor dan efek
penerapan Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Bank Umum. Peningkatan NPL membutuhkan
pencadangan yang lebih besar, sehingga mengurangi laba operasi
(Fitriani Prastiyaningsih, 2007)
3) Pengaruh antara variabel CAR dengan ROA
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
CAR dengan ROA, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
94
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel CAR dengan ROA. Besarnya
pengaruh CAR dengan ROA sebesar 0,890 atau 89%.
CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila CAR mengalami kenaikan, maka ROA juga
akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini
didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Amiranti Masya
(2009) yang secara rinci berpendapat bahwa rasio CAR berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan dengan Edward Gagah Purwana (2009)
yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas (ROA). Pendanaan yang efisien akan terjadi
bila perusahaan mempunyai capital yang optimal. Capital yang
optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya
modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan
(Ratnawati, 2007)
4) Pengaruh antara variabel LDR dengan ROA
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
LDR dengan ROA dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
95
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,085 > 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
tidak ada hubungan linier antara variabel LDR dengan ROA.
Besarnya pengaruh LDR dengan ROA sebesar 0,309 atau 30,9%.
LDR memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alfan Indrawan (2009), bahwa variabel LDR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Arifin (2002 : 70) yang menyatakan bahwa terlalu banyak
likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan terlalu sedikit
akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang yang
tidak dapat diketahui sebelumnya, yang dapat berakibat
meningkatkan biaya dan akhirnya menurunkan profitabilitas.
Terlebih bank syariah yang dilarang melakukan peminjaman dana
yang berbasis bunga, tentu akan sulit memperoleh dana.
c. Analisis Jalur Pengaruh Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequecy ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return
On Assets (ROA) terhadap penyaluran Kredit
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua
adalah sebagai berikut.
96
Gambar 4.9
Diagram Jalur Substruktur II
(Sumber : Output Amos 16)
Analisis jalur sub struktur yang kedua adalah menganalisis
pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA terhadap penyaluran
Kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat
besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi
pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara
variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi
pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat
signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel
Regression Weight kolom Probability. Untuk melihat besarnya
pengaruh Ketiga tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran. Adapun
Ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 16
adalah sebagai berikut.
DPK
NPL
CAR
LDR
ROA
.53
KREDIT
e2
.89
.28
-.68
.17
-.58
-.55 2.81
-2.36
-.15
.92
-.42
97
Tabel 4.9
Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA terhadap
penyaluran Kredit
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square
DPK - - > Kredit 0.658 0.000
0.991
NPL - - > Kredit -0.145 0.000
CAR - - > Kredit -0.150 0.000
LDR - - > Kredit 0.111 0.000
ROA - - > Kredit -0.038 0.046
(Sumber : data diolah)
Untuk melihat pengaruh variabel DPK, NPL, CAR, LDR, dan
ROA terhadap penyaluran Kredit secara gabungan dapat dilihat pada
tabel 4.9 kolom R square.
Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,991. Angka
tersebut menjelaskan bahwa pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan
ROA terhadap penyaluran Kredit secara gabungan adalah 99,1%
(0,991 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 0,9% (100% - 99,1%)
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan
yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel DPK, NPL,
CAR, LDR, dan ROA terhadap penyaluran Kredit sebesar 99,1%,
sementara pengaruh 0,9% disebabkan oleh variabel-variabel lain di
luar model ini.
Untuk melihat besarnya pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan
ROA terhadap penyaluran Kredit secara parsial, digunakan kolom
98
estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi
digunakan kolom probabilitas.
1. Pengaruh antara variabel DPK dengan Penyaluran Kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK) dengan Penyaluran Kredit, dapat melakukan
langkah-langkah analisis sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan
Penyaluran Kredit. Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
Penyaluran Kredit sebesar 0,658 atau 65,8%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Artinya, apabila terjadi
kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK), maka Penyaluran Kredit juga
akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawati (2007)
menyatakan bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap
penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada
sektor UMKM. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peran
intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di
Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia.
99
Bank adalah sebagai organisasi (Lembaga Keuangan) yang
berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali pada masyarakat. Jumlah dana yang
dihimpun bank dari masyarakat sudah tentu berupa simpanan
tabungan, deposito dan giro. Semakin tinggi (besar) dana yang
dihimpun bank dari masyarakat maka jumlah penghimpunan dana
bank pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu bank harus
menyalurkan dananya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.
(Arief Wibowo, 2007:43)
2. Pengaruh antara variabel NPL dengan Penyaluran Kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel NPL
dengan Penyaluran Kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel NPL dengan Penyaluran Kredit.
Besarnya pengaruh NPL pada Penyaluran Kredit sebesar -0,145 atau -
14,5%.
NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
Penyaluran Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan NPL, maka
Penyaluran Kredit akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Himaniar Triasdini (2010) yang
meneliti tentang pengaruh CAR, NPL, dan ROA terhadap Penayluran
100
Kredit Modal Kerja, menurutnya bahwa variabel NPL memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit
Modal Kerja.
Nilai NPL yang tinggi akan menyebabkan bank cenderung
mengurangi jumlah kredit yang disalurkannya. Karena NPL yang
tinggi mengharuskan bank untuk menmbah cadangan penghapusan
yang lebih besar dan menyebabkan akan lebih berhati-hati sehingga
mengurangi alokasi dana bank dalam bentuk penyaluran kredit.
3. Pengaruh antara variabel CAR dengan Penyaluran Kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel CAR
dengan Penyaluran Kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel CAR dengan Penyaluran Kredit.
Besarnya pengaruh CAR pada Penyaluran Kredit sebesar -0,150 atau -
15%.
CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
Penyaluran Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka
Penyaluran Kredit akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Billy Arma Pratama (2009) yang
meneliti tentang pengaruh Analisis Faktro-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Penayaluran Kredit Perbankan, menurutnya bahwa variabel
101
CAR memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap
Penyaluran Kredit Perbankan. Semakin rendah CAR emakin besar
jumlah kredit yang akan disalurkan. Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank
dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan
menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan
operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR maka semakin besar
pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan
pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang
diakibatkan oleh penyaluran kredit.
4. Pengaruh antara variabel LDR dengan Penyaluran Kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel LDR
dengan Penyaluran Kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel LDR dengan Penyaluran Kredit.
Besarnya pengaruh LDR pada Penyaluran Kredit sebesar 0,111 atau
11,1%.
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Penyaluran Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan LDR, maka
Penyaluran Kredit juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerry Danistyo (2009) yang
102
meneliti tentang pengaruh Analisis Faktro-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan dan Penawaran Kredit UMKM di Indonesia, menurutnya
bahwa variabel LDR memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap Penawaran Kredit UMKM. Hasil estimasinya menunjukkan
bahwa penawaran kredit semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya LDR. Sehingga dalam hal ini menandakan bahwa fungsi
intermediasi perbankan semakin membaik.
Menurut Warjiyo (2004), dalam kenyataannya perilaku
penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang
tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan
kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital
Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing
Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
5. Pengaruh antara variabel ROA dengan Penyaluran Kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel ROA
dengan Penyaluran Kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,046 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel ROA dengan Penyaluran Kredit.
Besarnya pengaruh ROA pada Penyaluran Kredit sebesar -0,038 atau -
3,8%.
103
ROA memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
Penyaluran Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan ROA, maka
Penyaluran Kredit akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudi Mulyadi
(2009) yang meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Kredit Investasi Yang Dialokasikan Bank
Umum Nasional, menurutnya bahwa jumlah ROA baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek secara individu berpengaruh positif
terhadap jumlah alokasi kredit investasi, namun hanya dalam jangka
panjang saja variabel ROA signifikan terhadap jumlah alokasi kredit
investasi. Rendahnya pertumbuhan kredit selama semester I 2009
disebabkan antara lain oleh menurunnya kebutuhan kredit pengusaha
di sektor riil terkait dengan daya beli masyarakat dan ekspor yang
menurun, masih tingginya suku bunga kredit perbankan (meskipun BI
rate secara konsisten telah diturunkan), dan sikap bank yang cenderung
sangat berhati-hati dalam mengucurkan kreditnya. Jadi meskipun ROA
cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak dibarengi
dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. (Kajian Stabilitas
Keuangan, 2009).
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Francisca dan Siregar (2008) yang menggunakan metode regresi
berganda dengan SPSS 15, bahwa ROA memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap volume kredit. Selain itu, hal ini juga
104
tidak sesuai dengan pendapat Muliaman Haddad (2004) yang
menyatakan bahwa besarnya ROA menjadi salah satu keputusan bank
untuk menyalurkan kredit.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen
dan endogen tersebut diatas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.10
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
DPK ROA 0.229 0.242 Tidak Signifikan
NPL ROA -0.854 0.000 Signifikan
CAR ROA 0.890 0.000 Signifikan
LDR ROA 0.309 0.085 Tidak Signifikan
DPK Kredit 0.658 0.000 Signifikan
NPL Kredit -0.145 0.000 Signifikan
CAR Kredit -0.150 0.000 Signifikan
LDR Kredit 0.111 0.000 Signifikan
ROA Kredit -0.038 0.046 Signifikan
(Sumber : data diolah)
3. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum,
maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut.
105
Tabel 4.11
Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR
Terhadap ROA Serta Implikasinya Terhadap Penyaluran Kredit
Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan
(Imam Ghozali, 2008)
Hasil Keterangan
Absolut Fit
Prob. 2 Tidak signifikan (p > 0.05) - Model tidak cocok
2 /df
5
< 2
- -
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 x 0.08
0.801 Poor Fit
GFI 0.9 1 Perfect Fit
Incremental Fit
AGFI 0.9 - -
TLI 0.9 - -
NFI 0.9 1 Perfect Fit
Parsimonious Fit
PNFI 0-1.0 0 Poor Fit
PGFI 0-1.0 0 Poor Fit
(Sumber : data diolah)
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak
Terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini
disebabakan dalam model tersebut masih banyak pengaruh antar variabel
yang tidak signifikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis jalur
model trimming. Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang
digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila coefisien betanya
106
(eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah
satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan
yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi
Indeks Goodness
of Fit
Cut-Off Value
Hasil Uji
Sebelum
Trimming
Trimming I
Absolut Fit
Prob.2
Tidak signifikan (p
> 0.05) - 0.244
Df 0 1
2 /df
5
< 2
- 1.356
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 x 0.08
0.801 0.074
GFI 0.9 1 0.993
Incremental Fit
AGFI 0.9 - 0.856
TLI 0.9 - 0.991
NFI 0.9 1 0.998
PNFI 0-1.0 0 0.067
PGFI 0-1.0 0 0.047
(Sumber : data diolah)
107
Pada trimming pertama, jalur (panah) DPK terhadap ROA
dihilangkan karena memeliki probabilitas 0.242 > 0.05 (tidak signifikan).
Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan menghilangkan jalur
(panah) DPK terhadap ROA, diperoleh indeks kesesuaian model yang
cukup baik dan sudah tidak menunjukkan probabilitas yang lebih dari
0,005. Dari modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan
dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming
Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
NPL - - > ROA -0.908 0.000 Signifikan
CAR - - > ROA 0.793 0.000 Signifikan
LDR - - > ROA 0.387 0.022 Signifikan
DPK - - > Kredit 0.658 0.000 Signifikan
NPL - - > Kredit -0.144 0.014 Signifikan
CAR - - > Kredit -0.150 0.000 Signifikan
LDR - - > Kredit 0.111 0.000 Signifikan
ROA - - > Kredit -0.038 0.044 Signifikan
(Sumber: data diolah)
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur
yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan
sebagai berikut:
108
1. Untuk menganalisis pengaruh NPL, CAR, dan LDR terhadap ROA.
2. Untuk menganalisis pengaruh DPK, NPL,CAR, LDR, dan ROA
terhadap Penyaluran Kredit.
4. Analisis Jalur Setelah Trimming
Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 2 (dua) sub
struktur. Yang pertama adalah pengaruh antara NPL, CAR, dan LDR
terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Yang kedua
manganalisis pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA trhadap
Penyaluran Kredit baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil
perhitungan setelah trimming dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat
digambarkan diagram jalur setelah trimming sebagai berikut.
Gambar 4.10
Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming
(Sumber : Output Amos 16)
DPK
NPL
CAR
LDR
.62
ROA
.99
KREDIT
e1
e2
-.74
-.87
-.88
.67
.88
-.77
-.14
.79
.39
-.91
-.04
.66
-.15
.11
109
Tabel 4.14
Hasil Korelasi antara DPK, NPL, CAR, dan LDR setelah Trimming
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas
DPK < - - > NPL -0.773 0.000
DPK < - -> CAR -0.875 0.000
DPK < - -> LDR -0.880 0.000
NPL < - -> CAR 0.675 0.000
NPL < - -> LDR -0.742 0.000
CAR < - -> LDR -0.866 0.000
( Sumber : data diolah)
Korelasi antara DPK, NPL, CAR, dan LDR kelompok Bank
persero tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming.
a. Analisis Jalur Pengaruh NPL, CAR, dan LDR Terhadap ROA
Secara Simultan dan Parsial
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur
pertama adalah sebagai berikut.
Gambar 4.11
Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming
(Sumber : data diolah)
NPL
CAR
LDR
.62
ROA
-.74
-.87
.67
.79
.39
-.91
e1
110
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut.
Tabel 4.15
Hasil Uji Pengaruh antara CAR, NPL, LDR terhadap ROA
Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square
NPL - - > ROA -0,908 0,000
0,621 CAR - - > ROA 0,793 0,000
LDR - - > ROA 0,387 0,022
(Sumber : data diolah)
Besarnya pengaruh variabel NPL, CAR, dan LDR terhadap
ROA secara simultan adalah 62,1%, sedangkan sisanya sebesar
37,9% (100%-62,1) dipengaruhi oleh faktor lain. Besarnya
pengaruh NPL terhadap ROA sebesar -0.908 atau -90,8%,
pengaruh CAR terhadap ROA sebesar 0.793 atau 79,3% dan
pengaruh LDR terhadap ROA sebesar 0,387 atau 38,7%.
1) Pengaruh antara variabel NPL terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya,
ada hubungan linier antara variabel Non Performing Loan (NPL)
dengan Return on Assets (ROA). Besarnya pengaruh DPK pada
ROA yaitu sebesar -0,908 atau -90,8%.
NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan NPL, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai
111
dengan penelitian Diana Puspitasari (2009) yang meneliti tentang
Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan
Suku Bunga SBI Terhadap ROA, menurutnya bahwa Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) dapat diterima. Peningkatan
Non Performing Loan (NPL) akan mempengaruhi profitabilitas
bank, karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank
harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya
sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang
diperoleh 90 bank. Non Performing Loan (NPL) yang rendah
mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin baik.
2) Pengaruh antara variabel CAR terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000< 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya,
ada hubungan linier antara variabel CAR dengan Return on Assets
(ROA). Besarnya pengaruh CAR pada Return on Assets (ROA)
sebesar 0,793 atau 79,3%.
CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada
Return on Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR,
maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami peningkatan,
begitu juga sebaliknya. Kecukupan modal bank mencerminkan
112
modal sendiri perusahaan, semakin besar kecukupan modal bank
maka semakin besar ROA, karena dengan modal yang besar,
manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya
kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan. (Ahmad
Buyung Nusantara, 2009:61)
3) Pengaruh antara variabel LDR terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,022< 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya,
ada hubungan linier antara variabel LDR dengan Return on Assets
(ROA). Besarnya pengaruh LDR pada Return on Assets (ROA)
sebesar 0,387 atau 38,7%.
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada
Return on Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan LDR,
maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami peningkatan,
begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Astohar
(2009) yang meneliti tentang Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Di Indonesia,
menurutnya bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
perbankan (ROA dan ROE) di Indonesia. Dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) perbankan terbukti berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perbankan di Indonesia. Hal ini
113
membuktikan bahwa peningkatan LDR semakin meningkat pula
profitabilitas perbankan (ROA dan ROE).
b. Analisis Jalur Pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA
terhadap Penyaluran Kredit Secara Simultan dan Parsial
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua
adalah sebagai berikut.
Gambar 4.12
Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming
(Sumber : Output Amos 16)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut.
DPK
NPL
CAR
LDR
.62
ROA
.99
KREDIT
e2
-.74
-.87
-.88
.67
.88
-.77
-.14
-.04
.66
-.15
.11
114
Tabel 4.16
Hasil Uji Pengaruh antara DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA pada
Kredit
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square
DPK - - > Kredit 0.658 0.000
0.991
NPL - - > Kredit -0.144 0.000
CAR - - > Kredit -0.150 0.000
LDR - - > Kredit 0.111 0.000
ROA - - > Kredit -0.038 0.044
(Sumber : data diolah)
Besarnya pengaruh variabel DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA
terhadap Penyaluran Kredit secara simultan adalah 99,1%, sedangkan
sisanya sebesar 0,9% (100%-99,1%) dipengaruhi oleh faktor lain.
Besarnya pengaruh DPK terhadap Penyaluran Kredit sebesar 0.658
atau 65,8% dan NPL terhadap Penyaluran Kredit sebesar -0,144 atau
14,4%, CAR terhadap Penyaluran Kredit sebesar -0,150 atau 15%,
LDR terhadap Penyaluran Kredit sebesar 0,111 atau 11,1%, dan ROA
terhadap Penyaluran Kredit sebesar -0,038 atau 3,8%
1. Pengaruh antara variabel DPK dengan Penyaluran Kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima H1. Artinya,
ada hubungan linier antara variabel DPK dengan disalurkan.
Besarnya pengaruh DPK terhadap kredit yang disalurkan sebesar
0,658 atau 65,8%.
115
Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap Kredit yang disalurkan. Artinya, apabila
terjadi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK), maka kredit yang
disalurkan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma
Pratama (2010) bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
Kenaikan dan penurunan alokasi KUK karenanya sangat
dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum.
Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank
umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi KUK.
(Condro Wahyu Sujati, 2007:86).
2. Pengaruh antara variabel NPL dengan Penyaluran Kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel NPL terhadap Kredit kredit yang
disalurkan. Besarnya pengaruh NPL terhadap kredit yang
disalurkan sebesar -0,144 atau -14,4%.
NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Kredit yang disalurkan. Artinya, apabila nilai NPL
meningkat maka Kredit yang disalurkan akan mengalami
penurunan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan
116
menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan
program Eviews, yang menemukan bahwa variabel NPL secara
parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif
terhadap Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja bank Umum
pada sector UMKM. Selama masa observasi NPL kredit Investasi
dan Modal Kerja yang tinggi menyebabkan Kredit Investasi dan
Modal Kerja bank Umum kepada sector UMKM berkurang.
Sebaliknya, NPL yang rendah secara signifikan meningkatkan
Kredit Investasi bank Umum kepada sector ini. Hasil ini sejalan
dengan fenomena dimana NPL yang tinggi menyebabkan bank
harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar
sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit juga
semakin berkurang.
3. Pengaruh antara variabel CAR dengan Penyaluran Kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel CAR terhadap Kredit kredit yang
disalurkan. Besarnya pengaruh CAR terhadap kredit yang
disalurkan sebesar -0,150 atau -15%.
CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kredit yang disalurkan. Artinya, apabila nilai CAR
meningkat maka kredit yang disalurkan akan mengalami
penurunan, begitu pula sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan
117
penelitian yang dilakukan oleh Amiranti Marsya (2009), Hal ini
dikarenakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan
kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga
mengurangi permodalan bank.
4. Pengaruh antara variabel LDR dengan Penyaluran Kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel LDR terhadap kredit yang
disalurkan. Besarnya pengaruh LDR terhadap Kredit Investasi
sebesar 0,111 atau 11,1%.
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kredit yang disalurkan. Artinya, apabila terjadi kenaikan
nilai LDR maka kredit yang disalurkan juga akan mengalami
kenaikan. Hasil penelitian Dewi Nur sa’adah (2006) dan Nila
Kurniawati (2010), menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif
signifikan terhadap Kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang penulis lakukan. Kenaikan simpanan masyarakat selalu
diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang
disalurkan oleh perbankan. Karena simpanan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap ekonomi perbankan terutama di bidang
penyaluran kredit.
118
5. Pengaruh antara variabel ROA dengan Penyaluran Kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel ROA terhadap kredit yang
disalurkan. Besarnya pengaruh ROA terhadap Kredit Investasi
sebesar -0,038 atau -3,8%.
ROA memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kredit yang disalurkan. Artinya, apabila terjadi kenaikan
pada nilai ROA maka kredit yang disalurkan akan mengalami
penurunan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh penelitian Himaniar Triasdini (2006), menunjukkan bahwa
Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyaluran Kredit Modal Kerja. Adanya perbedaan hasil antara
penelitian ini dengan sebelumnya dimungkinkan terjadi karena
dalam penggunaan data tahunan amatan dalam variabel ROA ini
terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan
terjadinya pengaruh yang negatif.
c. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Setelah Trimming
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai
berikut.
119
Tabel 4.17
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
(Sumber : data diolah)
Dilihat dari nilai chi-square sebesar 1,356 dengan probabilitas
0,244 yang jauh diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris
sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit
Laporan
Statistik
Nilai yang
Direkomendasikan
(Imam Ghozali, 2008)
Hasil Keterangan
Absolut Fit
2 (prob.) Tidak signifikan (p > 0.05) 1.356(0.244) Model cocok
Df 1
2 /df 5
< 2 1.356 good fit
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 x 0.08
0.074 good fit
GFI > 0.9 0.993 good fit
Incremental Fit
AGFI 0.9 0.856 good fit
TLI 0.9 0.991 good fit
NFI 0.9 0.998 good fit
Parsimonious
Fit
PNFI 0-1.0 0.067 Lebih besar lebih
baik
PGFI 0-1.0 0.047 Lebih besar lebih
baik
120
lainnya seperti CMIN/DF ( 2 /df) sebesar 1,356 yang dapat
disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada dibawah 2.
Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti GFI, TLI,
NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa
model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan.
Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu kriteria tidak fit maka
dapat melihat kriteria fit yang lainnya.
d. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui ROA,
kredit yang disalurkan, serta melalui ROA dan Kredit yang disalurkan
dan pengaruh total dari DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA pada kredit
yang disalurkan dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut:
1) Pengaruh antara variabel DPK terhadap Kredit
DPK memiliki pengaruh langsung (pengaruh total) terhadap Kredit
yaitu sebesar 0.658
2) Pengaruh antara variabel NPL terhadap ROA
NPL memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap
Pembiayaan sebesar -0,908.
3) Pengaruh antara variabel NPL terhadap Kredit
NPL memiliki pengaruh langsung terhadap Kredit sebesar -0,144.
Pengaruh tidak langsung NPL terhadap Kredit melalui ROA
121
sebesar 0,034 (-0.908 x -0,038). Pengaruh total NPL terhadap
kredit sebesar -0,110 (-0,144 + 0,034).
4) Pengaruh antara variabel CAR terhadap ROA
CAR memiliki pengaruh langsung (pengaruh total) terhadap ROA
yaitu sebesar 0,793.
5) Pengaruh antara variabel CAR terhadap Kredit
CAR memiliki pengaruh langsung terhadap Kredit sebesar -0,150.
Pengaruh tidak langsung CAR terhadap Kredit melalui ROA
sebesar -0,030 (0,793 x -0,038). Pengaruh total CAR terhadap
kredit sebesar 0,180 (-0,150 - 0,030).
6) Pengaruh antara variabel LDR terhadap ROA
LDR memiliki pengaruh langsung (pengaruh total) terhadap ROA
yaitu sebesar 0.387.
7) Pengaruh antara variabel LDR terhadap Kredit
LDR memiliki pengaruh langsung terhadap Kredit sebesar 0,111.
Pengaruh tidak langsung CAR terhadap Kredit melalui ROA
sebesar -0,015 (0,387 x -0,038). Pengaruh total CAR terhadap
kredit sebesar 0,096 (0,111 - 0,015).
8) Pengaruh antara variabel ROA terhadap Kredit
ROA memiliki pengaruh langsung (pengaruh total) terhadap Kredit
yaitu sebesar -0,038.
122
Tabel 4.18
Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan
Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), NPL (X2), CAR
(X3), LDR (X4) dan ROA (Y) terhadap Kredit (Z)
Pengaruh
variable
Pengaruh Kausal
Langsung
Tidak Langsung Total
Melalui Y
X1 → Z 0.658 - 0.658
X2 → Y -0.908 - -0.908
X2 → Z -0.144 0.034 -0.110
X3 → Y -0.793 - -0.793
X3 → Z -0.150 -0.030 0.180
X4 → Y 0.387 - 0.387
X4 → Z 0.111 -0.015 0.096
Y → Z -0.038 - -0.038
(Sumber : data diolah)
C. Interpretasi Hasil
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis
setelah trimming sebagai berikut :
1. Persamaan Sub Struktur I
Pembiayaan = -0.908 NPL + -0.793 CAR + 0.111 LDR + 0.379 1 ; R
square = 0,621
123
Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel
NPL, CAR, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank
Persero.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel NPL, CAR, dan LDR
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank
Persero. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Return
On Assets (ROA). Artinya, apabila NPL mengalami kenaikan, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Prastiyaningtyas (2010) pada Bank
Umum Go Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008,
bahwa NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank yang
diukur dengan ROA.
CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada Return on
Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka Return on Assets
(ROA) juga akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Kecukupan
modal bank mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin besar
kecukupan modal bank maka semakin besar ROA, karena dengan modal yang
besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam
aktivitas investasi yang menguntungkan. (Ahmad Buyung Nusantara, 2009:61)
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada Return on
Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan LDR, maka Return on Assets
(ROA) juga akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Astohar (2009) yang meneliti tentang Analisis Faktor
124
– Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Di Indonesia,
menurutnya bahwa loan to deposit ratio (LDR) perbankan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan (ROA dan ROE) di
Indonesia. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa loan to
deposit ratio (LDR) perbankan terbukti berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perbankan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa
peningkatan LDR semakin meningkat pula profitabilitas perbankan (ROA dan
ROE).
2. Persamaan Sub Struktur II
FDR = 0,658 DPK + -0,144 NPL + -0,150 CAR + 0,111 LDR + -0,038 ROA
+ 0.009 2 ; R square = 0,991
Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel
DPK, NPL, CAR, LDR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap kredit pada
Bank Persero.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui Dana Pihak Ketiga (DPK)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit yang disalurkan.
Artinya, apabila terjadi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK), maka kredit yang
disalurkan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010)
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit.
125
Kenaikan dan penurunan alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi
oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum. Semakin besar jumlah
dana dari pihak ketiga yang ada pada bank umum maka akan semakin besar
pula jumlah alokasi KUK. (Condro Wahyu Sujati, 2007:86).
NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit
yang disalurkan. Artinya, apabila nilai NPL meningkat maka Kredit yang
disalurkan akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007)
dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan
program Eviews, yang menemukan bahwa variabel NPL secara parsial
menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Kredit Investasi
dan Kredit Modal Kerja bank Umum pada sector UMKM. Selama masa
observasi NPL kredit Investasi dan Modal Kerja yang tinggi menyebabkan
Kredit Investasi dan Modal Kerja bank Umum kepada sector UMKM
berkurang. Sebaliknya, NPL yang rendah secara signifikan meningkatkan
Kredit Investasi bank Umum kepada sector ini. Hasil ini sejalan dengan
fenomena dimana NPL yang tinggi menyebabkan bank harus membentuk
cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana yang dapat disalurkan
lewat pemberian kredit juga semakin berkurang.
CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kredit
yang disalurkan. Artinya, apabila nilai CAR meningkat maka kredit yang
disalurkan akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amiranti Marsya (2009), Hal ini
126
dikarenakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada
kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi
permodalan bank.
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit
yang disalurkan. Artinya, apabila terjadi kenaikan nilai LDR maka kredit yang
disalurkan juga akan mengalami kenaikan. Hasil penelitian Dewi Nur sa’adah
(2006) dan Nila Kurniawati (2010), menunjukkan bahwa LDR berpengaruh
positif signifikan terhadap Kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
penulis lakukan. Kenaikan simpanan masyarakat selalu diikuti dengan
kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh perbankan.
Karena simpanan masyarakat sangat berpengaruh terhadap ekonomi perbankan
terutama di bidang penyaluran kredit.
ROA memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kredit
yang disalurkan. Artinya, apabila terjadi kenaikan pada nilai ROA maka kredit
yang disalurkan akan mengalami penurunan. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian Himaniar Triasdini (2006),
menunjukkan bahwa Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran Kredit Modal Kerja. Adanya perbedaan hasil antara
penelitian ini dengan sebelumnya dimungkinkan terjadi karena dalam
penggunaan data tahunan amatan dalam variabel ROA ini terjadi fluktuasi dari
tahun ke tahun sehingga menyebabkan terjadinya pengaruh yang negatif
terhadap kredit yang disalurkan.
127
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian path analysis setelah trimming pada substruktur I
diketahui bahwa variabel Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy
Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh
secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero
sebesar 0,621. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variable Non
Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero, sedangkan variable
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return On Assets
(ROA) pada Bank Persero,
2. Hasil pengujian path analysis setelah trimming pada substruktur II Dana
Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Assets (ROA)
memiliki pengaruh secara simultan terhadap Kredit yang disalurkan pada
Bank Persero sebesar 0,991. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit yang
128
disalurkan pada Bank Persero, sedangkan Non Performing Loan (NPL),
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return on Assets (ROA) memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit yang disalurkan
pada Bank Umum.
3. Pengujian substruktur I dan II, diketahui bahwa pengaruh langsung dan
tidak langsung yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki
pengaruh langsung terhadap Kredit yang disalurkan sebesar 0,658.
Pengaruh langsung Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on
Assets (ROA) sebesar -0,908. Sedangkan pengaruh tidak langsung Non
Performing Loan (NPL) terhadap Kredit yang disalurkan melalui Return
on Assets (ROA) sebesar 0,034. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
memiliki pengaruh langsung terhadap Return on Assets (ROA) sebesar
0,793. Sedangkan pengaruh tidak langsung Capital Adequacy Ratio (CAR)
terhadap Kredit yang disalurkan melalui Return on Assets (ROA) sebesar -
0,030. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh
langsung terhadap Return on Assets (ROA) sebesar 0,387. Sedangkan
pengaruh tidak langsung Loan to Deposit ratio (LDR) terhadap Kredit
yang disalurkan melalui Return on Assets (ROA) sebesar -0,015. Pengaruh
langsung Return on Assets (ROA) terhadap Kredit yang disalurkan sebesar
-0,038.
129
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
tiga 4 variabel independent yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap variabel dependent yaitu Return on Assets (ROA) dan Kredit
yang disalurkan pada kelompok Bank Persero tahun 2005 bulan Januari
hingga tahun 2010 bulan Juni. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih
mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih
banyak dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data
yang lebih akurat dan dengan rentang waktu yang lebih panjang
memungkinkan hasil penelitian lebih baik.
2. Menambah variabel – variabel independent maupun dependent yang lebih
banyak lagi, seperti variabel moneter, pendapatan masyarakat dan
sebagainya untuk memperkaya perspektif analisis.
3. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga
diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
130
DAFTAR PUSTAKA
Agenor, P.R., J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. 2000. The Credit Crunch in East
Asia : What Can Bank Excess Liquid Assets Tell Us? NBER, Inc.,
Cambridge, Working Paper 7951.
Agung, Juda, Bambang Kusmiarso. Erwin G. Hutapea. Andry Prasmuko dan
Nugroho Joko Prastowo. “Credit Crunch di Indonesia: Fakta, penyebab
dan Implikasi Kebijakan”, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia, Jakarta, 2001.
Ahmad Hidayat, R. Taufik, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Portofolio Kredit
Terhadap Profitabilitas Bank BRI Unit Dalem Kaum Bandung”, Tesis
UNPAD, Bandung, 2010.
Ali, Mashud. 2004. Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan
Risiko Operasional. Jakarta : PT. Gramedia.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta:
2006.
Ayu, Dewi Gusti, “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Rentabilitas pada
Bank Umum”, Jurnal Universitas Gunadarma, 2008.
Bachruddin, 2006, Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Syariah dan Bank
Konvensional di Indonesia dengan Formula Davis Cole’s ROE for Bank,
Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 11, No. 1.
Bank Indonesia, “Kajian Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Rendahnya Penyaluran Kredit di Kota Ambon”, 2007.
Bank Indonesia, “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia Maret 2010”,
Jakarta, 2010.
Bank Indonesia, “Laporan Tahunan Bank Indonesia 2005”, Jakarta, 2005.
Basar P, Adhly dan Ismady P, Ihsan, “Kondisi Perbankan 2009 dan Prospek
2010”, Economic Review, Desember 2009.
131
Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru, ” Bank & Lembaga Keuangan Lain”,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Dahlan, Siamat, 2004, Manajemen Lembaga Bank, Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Danistyo, Gery, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan
Penawaran Kredit UMKM Di Indonesia”, Skripsi IPB, Bogor, 2009.
Faishol, Ahmad, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Mu’amalat Indonesia
Tbk.”, JBM Januari, 2007.
Ghozali, Imam, “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan
Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.
Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul, 2005, Analisis Laporan Keuangan, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Harmanta dan Mahyus Ekananda, “Disentermediasi Fungsi Perbankan di
Indonesia pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan dan Penawaran Kredit,
sebuah pendekatan dengan Model Diseqluibrium”, Buletin Ekonomi dan
Moneter dan Perbankan, Juni 2005.
Hasibuan, Drs. H. Malayu S.P., 2007, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Indrawan, Alfan, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan Bopo Terhadap Return On Asset (ROA) Periode 2006-
2008”, Skripsi UIN, Malang, 2009.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian untuk Bisnis dan
Akuntansi”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004.
Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Kasmir, “Manajemen Perbankan”, Jakarta:Rajawali Press, 2000.
Kasmir, “Manajemen Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
132
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, cetakan kedua,
Jakarta, 2007.
Kurniawan, Taufik, “Determinan Tingkat Suku Bunga Pinjaman di Indonesia
Tahun 1983 – 2002”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2004.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, “Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI, Jakarta, 2004.
Marsya, Amiranti, “Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal
Perbankan Terhadap Penawaran Kredit UMKM”, Skripsi sarjana FISIP
UI, Jakarta, 2009.
Meydianawathi, Luh Gede, ”Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12
Nomor 2 Tahun 2007.
Miskhin, Fredric S, “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8
Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Muliaman D. Hadad ,Wimboh Santoso, dan Armida Alisjahbana, 2004, Model
dan Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi Rumah
Tangga di Indonesi, Jurnal Bank Indonesia, (Online), Oktober 2004, Hal.
1-25.
Mulyadi, Yudi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Kredit
Investasi Yang Dialokasikan Bank Umum Nasional Periode 2003 - 2007”,
Skripsi UNPAD, Bandung, 2009.
Nurfadly, Ahmad, “mistercela21.wordpress.com”, diakses tanggal 19 Juli 2011.
Nurhayati, Mafizatun, “Pemilihan Data (Sampel) Penelitian”, FE UMB, Jakarta,
2007.
Prastiyaningtyas, Fitriani, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Perbankan”, Skripsi Sarjana UNDIP, Semarang, 2010.
Pratama, Billy Arma, “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan”, Tesis Universitas Diponogoro, 2010.
PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan, 1999.
133
Purwana, Edward Gagah, “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan To Deposit Ratio (LDR), Size, Bopo Terhadap Profitabilitas”, Tesis
UNDIP, Semarang, 2009.
Puspitasari, Diana, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan
Suku Bunga SBI terhadap ROA”, Tesis Universitas Diponogoro, 2009.
Republik Indonesia. Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998.
Republik Indonesia. Undang-Undang No.3 Tahun 2004.
Rindhatmono, Ferdi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank Pasca Merger Di Indonesia”, Tesis UNDIP, Semarang, 2005.
Rinjayani, Hesty, “Analisa Informasi Akuntansi terhadap Pemberian Kredit pada
PT. BRI (persero) Tbk Cabang Mataram”, Laporan Tugas Akhir STIE
AMM, 2009.
Riyadi, Slamet, “Banking Assets and Liabilitiy Management”, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Riyadi, Slamet, “Banking Assets and Liability Management”, Penerbit FEUI,
Jakarta, 2003.
Riyadi, Slamet, ”Banking Assets And Liability Management”, FEUI, Jakarta :
2004
Rodoni, Ahmad dan Indoyama N, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”,
Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,
2009.
Rosdiana, Hana, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR Terhadap ROA dan
Dampaknya Pada Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero”,
Skripsi FEUI, Jakarta, 2011.
Sentausa, Sentot A. 2009, Perbankan Minta BI Mempermudah Aturan,
Kompas.com. Rabu 25 Maret 2009.
Situs Bank Indonesia, “www.bi.go.id”, diakses tanggal 20 Januari 2011.
Situs Bank Indonesia, “www.bi.go.id-outlook ekonomi Indonesia”, 2009, diakses
tanggal 2 Agustus 2011.
134
Sukirno, Sadono, ”Teori Pengantar Makroekonomi”, PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2004.
Sumiati, Siti, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO Terhadap
Tingkat Profitabilitas (ROA)”, Skripsi Sarjana FEIS, Jakarta, 2009.
Triasdini, Himaniar, “Pengaruh CAR, NPL Dan ROA Terhadap Penyaluran
Kredit Modal Kerja”, Skripsi UNDIP. Bandung, 2010.
Umar, Husain, “Research Methods in Finance and Banking”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Warjiyo, Perry, “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia”, Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI, 2004.
Wibowo, Arief, “Pengaruh Jumlah Penghimpunan dana Bank, Suku Bunga
Kredit Modal Kerja, dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi
Kredit Modal Kerja pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi sarjana
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, 2007.
Yahya, Muhammad, “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Likuiditas
Perbankan Periode 2004-2008”, Skripsi UIN, Malang, 2010.
Yuliani. “Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada
Sektor Perbankan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10, Desember, 2007.
135
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Data variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 369704 426133 472915 532878 649338 756125
Feb 366388 427578 469799 524205 645356 731073
Mar 367765 426754 475222 521856 654751 746188
Apr 370794 424799 473697 528568 657564 744237
Mei 368892 434191 475388 530964 659249 745012
Jun 389020 434871 497053 563202 684450 778439
Jul 387818 430130 502842 546933 677812
Agust 392914 437092 495955 535128 696359
Sep 401565 447182 499326 575568 694161
Okt 401788 457196 500878 604913 699218
Nop 407162 463738 507603 621880 720979
Des 431397 480394 571008 669827 783384
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
B. Data Variabel Non Performing Loan (NPL)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,0643 0,1533 0,1083 0,0689 0,043 0,0319
Feb 0,0643 0,1595 0,1105 0,0679 0,0453 0,0326
Mar 0,059 0,1608 0,1043 0,0559 0,0497 0,0307
Apr 0,0618 0,1569 0,1082 0,0569 0,0503 0,0314
Mei 0,114 0,1617 0,1076 0,0556 0,0513 0,0336
Jun 0,1301 0,1603 0,1003 0,0515 0,0466 0,0301
Jul 0,1441 0,1639 0,1013 0,0511 0,0481
Agust 0,1574 0,1632 0,1008 0,0502 0,048
Sep 0,1529 0,154 0,0868 0,0462 0,0436
Okt 0,1461 0,163 0,085 0,0458 0,0449
Nop 0,1529 0,1593 0,0809 0,048 0,0428
Des 0,1475 0,107 0,065 0,0374 0,0346
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
136
C. Data Variabel Capital Adquecy Ratio (CAR)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,2376 0,2093 0,2227 0,2052 0,157 0,1567
Feb 0,2339 0,2049 0,2243 0,2094 0,1562 0,1562
Mar 0,2299 0,2194 0,2053 0,1992 0,1553 0,1615
Apr 0,2321 0,2219 0,215 0,187 0,1485 0,1537
Mei 0,2058 0,2169 0,2117 0,1679 0,1457 0,1513
Jun 0,1983 0,2038 0,1963 0,1545 0,1421 0,1413
Jul 0,2009 0,2085 0,196 0,1574 0,1381
Agu 0,1989 0,2068 0,2023 0,1539 0,1351
Sep 0,1978 0,1925 0,2297 0,1505 0,1327
Okt 0,1992 0,2054 0,1984 0,1435 0,1311
Nov 0,2019 0,2063 0,1906 0,14 0,1277
Des 0,1943 0,212 0,1785 0,1431 0,1381
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
D. Data Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,4927 0,584 0,5898 0,6412 0,7145 0,7008
Feb 0,5062 0,5824 0,5978 0,6592 0,7306 0,7338
Mar 0,5128 0,5915 0,6062 0,6854 0,734 0,7375
Apr 0,5161 0,5943 0,6032 0,6935 0,7368 0,7497
Mei 0,5378 0,5909 0,6066 0,7162 0,745 0,7653
Jun 0,5271 0,6013 0,6188 0,7131 0,7479 0,7563
Jul 0,5294 0,6025 0,6142 0,7442 0,7564
Agust 0,5353 0,6007 0,6359 0,7898 0,7564
Sep 0,5312 0,603 0,6433 0,766 0,7464
Okt 0,5317 0,595 0,6553 0,7589 0,7495
Nop 0,529 0,5957 0,6628 0,7556 0,7368
Des 0,5104 0,5993 0,6237 0,7027 0,6955
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
137
E. Data Variabel Return On Assets (ROA)
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 0,0331 0,0151 0,0287 0,0328 0,0289 0,029
Feb 0,0333 0,0176 0,0305 0,0234 0,0292 0,0277
Mar 0,0343 0,0193 0,0274 0,0274 0,0274 0,0305
Apr 0,0371 0,0223 0,0271 0,0263 0,0263 0,0295
Mei 0,0327 0,0208 0,0276 0,0265 0,026 0,0287
Jun 0,005 0,0202 0,0267 0,0243 0,0268 0,0296
Jul 0,0069 0,0196 0,0266 0,0269 0,0264
Agust 0,0074 0,0196 0,0268 0,0273 0,0264
Sep 0,0042 0,0212 0,0265 0,0262 0,0257
Okt 0,0057 0,0208 0,0268 0,0265 0,0267
Nop 0,0102 0,0219 0,0268 0,026 0,0263
Des 0,0254 0,0222 0,0276 0,0272 0,0271
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
F. Data Variabel Kredit
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jan 219663 248857 278924 341685 463971 529897
Feb 224061 249020 280831 345568 471491 536471
Mar 229003 252438 288095 357685 480597 550334
Apr 232515 252442 285751 366576 484482 557986
Mei 237331 256565 288366 380303 491163 570164
Jun 241680 261466 307579 401660 511883 588755
Jul 242734 259171 308822 407019 512725
Agust 248357 262567 315353 422633 523875
Sep 250470 269642 321204 440864 518113
Okt 251583 272047 328201 459042 524081
Nop 251768 276265 336427 469900 531249
Des 256413 287910 356151 470665 544870
(Sumber : Statistik Perbankan Indonesia)
138
Hasil Analisis Amos 16 Sebelum Trimming
DPK
CAR
LDR
NPL
,63
ROA
,99
KREDIT
-,74
-,87
-,88
,67
,88
-,77
,23
,89
,31
-,85
-,04
,66
-,15
-,14
,11
e1
e2
Notes for Model (Default model)
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments: 21
Number of distinct parameters to be estimated: 21
Degrees of freedom (21 - 21): 0
Result (Default model)
Minimum was achieved
Chi-square = ,000
Degrees of freedom = 0
Probability level cannot be computed
139
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
ROA <--- DPK ,000 ,000 1,171 ,242 par_7
ROA <--- CAR ,194 ,038 5,148 *** par_8
ROA <--- LDR ,025 ,015 1,721 ,085 par_9
ROA <--- NPL -,126 ,018 -6,984 *** par_10
KREDIT <--- ROA -626136,056 313676,156 -1,996 ,046 par_11
KREDIT <--- DPK ,613 ,028 21,820 *** par_12
KREDIT <--- CAR -542526,352 113014,601 -4,800 *** par_13
KREDIT <--- NPL -354153,762 60482,720 -5,855 *** par_14
KREDIT <--- LDR 150139,832 37814,230 3,970 *** par_15
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
ROA <--- DPK ,229
ROA <--- CAR ,890
ROA <--- LDR ,309
ROA <--- NPL -,854
KREDIT <--- ROA -,038
KREDIT <--- DPK ,658
KREDIT <--- CAR -,150
KREDIT <--- NPL -,145
KREDIT <--- LDR ,111
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
LDR <--> NPL -,003 ,001 -4,805 *** par_1
LDR <--> CAR -,002 ,000 -5,278 *** par_2
CAR <--> DPK -3425,401 645,001 -5,311 *** par_3
NPL <--> CAR ,001 ,000 4,510 *** par_4
LDR <--> DPK 9232,362 1733,077 5,327 *** par_5
NPL <--> DPK -4458,709 904,285 -4,931 *** par_6
140
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
LDR <--> NPL -,742
LDR <--> CAR -,866
CAR <--> DPK -,875
NPL <--> CAR ,675
LDR <--> DPK ,880
NPL <--> DPK -,773
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
LDR
,007 ,001 5,701 *** par_16
NPL
,002 ,000 5,701 *** par_17
CAR
,001 ,000 5,701 *** par_18
DPK
15172404564,220 2661415819,044 5,701 *** par_19
e1
,000 ,000 5,701 *** par_20
e2
113634742,932 19932852,512 5,701 *** par_21
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
ROA
,629
KREDIT
,991
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,194 -,126 ,025 ,000
KREDIT ,605 -663941,154 -275101,710 134384,787 -626136,056
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,229 ,890 -,854 ,309 ,000
KREDIT ,650 -,184 -,112 ,100 -,038
141
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,194 -,126 ,025 ,000
KREDIT ,613 -542526,352 -354153,762 150139,832 -626136,056
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,229 ,890 -,854 ,309 ,000
KREDIT ,658 -,150 -,145 ,111 -,038
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
KREDIT -,008 -121414,802 79052,053 -15755,045 ,000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
KREDIT -,009 -,034 ,032 -,012 ,000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 21 ,000 0
Saturated model 21 ,000 0
Independence model 6 639,823 15 ,000 42,655
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model ,005 1,000
Saturated model ,000 1,000
Independence model 3037169453,873 ,271 -,021 ,193
142
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model 1,000
1,000
1,000
Saturated model 1,000
1,000
1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 624,823 545,763 711,289
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model ,000 ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000
Independence model 9,843 9,613 8,396 10,943
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Independence model ,801 ,748 ,854 ,000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 42,000 47,069 87,983 108,983
Saturated model 42,000 47,069 87,983 108,983
Independence model 651,823 653,272 664,961 670,961
143
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model ,646 ,646 ,646 ,724
Saturated model ,646 ,646 ,646 ,724
Independence model 10,028 8,812 11,358 10,050
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model
Independence model 3 4
144
Hasil Analisis Amos 16 Setelah Trimming
DPK
CAR
LDR
NPL
,62
ROA
,99
KREDIT
-,74
-,87
-,88
,67
,88
-,77
,79
,39
-,91
-,04
,66
-,15
-,14
,11
e1
e2
Notes for Model (Default model)
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments: 21
Number of distinct parameters to be estimated: 20
Degrees of freedom (21 - 20): 1
Result (Default model)
Minimum was achieved
Chi-square = 1,356
Degrees of freedom = 1
Probability level = ,244
145
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
ROA <--- CAR ,173 ,033 5,170 *** par_7
ROA <--- LDR ,031 ,014 2,292 ,022 par_8
ROA <--- NPL -,134 ,017 -7,938 *** par_9
KREDIT <--- ROA -626136,056 310421,581 -2,017 ,044 par_10
KREDIT <--- DPK ,613 ,028 22,048 *** par_11
KREDIT <--- CAR -542526,352 109323,083 -4,963 *** par_12
KREDIT <--- NPL -354153,762 61858,324 -5,725 *** par_13
KREDIT <--- LDR 150139,832 38250,441 3,925 *** par_14
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
ROA <--- CAR ,793
ROA <--- LDR ,387
ROA <--- NPL -,908
KREDIT <--- ROA -,038
KREDIT <--- DPK ,658
KREDIT <--- CAR -,150
KREDIT <--- NPL -,144
KREDIT <--- LDR ,111
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
LDR <--> NPL -,003 ,001 -4,805 *** par_1
LDR <--> CAR -,002 ,000 -5,278 *** par_2
CAR <--> DPK -3425,401 645,001 -5,311 *** par_3
NPL <--> CAR ,001 ,000 4,510 *** par_4
LDR <--> DPK 9232,362 1733,077 5,327 *** par_5
NPL <--> DPK -4458,709 904,285 -4,931 *** par_6
146
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
LDR <--> NPL -,742
LDR <--> CAR -,866
CAR <--> DPK -,875
NPL <--> CAR ,675
LDR <--> DPK ,880
NPL <--> DPK -,773
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
LDR
,007 ,001 5,701 *** par_15
NPL
,002 ,000 5,701 *** par_16
CAR
,001 ,000 5,701 *** par_17
DPK
15172404564,220 2661415819,044 5,701 *** par_18
e1
,000 ,000 5,701 *** par_19
e2
113634742,932 19932852,512 5,701 *** par_20
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
ROA
,621
KREDIT
,991
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,173 -,134 ,031 ,000
KREDIT ,613 -650753,036 -270096,339 130430,766 -626136,056
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,793 -,908 ,387 ,000
KREDIT ,658 -,180 -,110 ,097 -,038
147
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,173 -,134 ,031 ,000
KREDIT ,613 -542526,352 -354153,762 150139,832 -626136,056
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,793 -,908 ,387 ,000
KREDIT ,658 -,150 -,144 ,111 -,038
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
KREDIT ,000 -108226,685 84057,423 -19709,065 ,000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK CAR NPL LDR ROA
ROA ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
KREDIT ,000 -,030 ,034 -,015 ,000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 20 1,356 1 ,244 1,356
Saturated model 21 ,000 0
Independence model 6 639,823 15 ,000 42,655
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model 6291958,860 ,993 ,856 ,047
Saturated model ,000 1,000
Independence model 3037169453,873 ,271 -,021 ,193
148
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model ,998 ,968 ,999 ,991 ,999
Saturated model 1,000
1,000
1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model ,067 ,067 ,067
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model ,356 ,000 7,890
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 624,823 545,763 711,289
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model ,021 ,005 ,000 ,121
Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000
Independence model 9,843 9,613 8,396 10,943
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model ,074 ,000 ,348 ,282
Independence model ,801 ,748 ,854 ,000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 41,356 46,183 85,149 105,149
Saturated model 42,000 47,069 87,983 108,983
Independence model 651,823 653,272 664,961 670,961
149
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model ,636 ,631 ,752 ,711
Saturated model ,646 ,646 ,646 ,724
Independence model 10,028 8,812 11,358 10,050
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 185 319
Independence model 3 4
top related