analisa kasus dan studi jurnal

Post on 12-Dec-2014

147 Views

Category:

Documents

9 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ANALISA KASUS DAN STUDI JURNALDemam Berdarah Dengue pada Balita

KELOMPOK 3

PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJAJARAN

Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang termasuk dalam kelompok infeksi Virus Dengue, yang terjadi akibat interaksi penyebab penyakit dengan host (penderita) dan lingkungannya.

Banyak populasi aedes aegypti sebagai vektor penyakit terkait dengan perubahan cuaca yaitu musim hujan yang terjadi pada saat musim panas.

Etiologi Penyebab utama virus dengue

Virus dengue famili Flaviviridae

4 jenis virus dengue :

• DEN-1

• DEN-2

• DEN-3

• DEN-4

vektor pembawa

• Aedes aegypti betina

• Aedes albopictus

Tanda dan Gejala

sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia)

ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasienitu

radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.

Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Diagnosa DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) yang terdiri dari :

kriteria klinis

kriteria laboratoris.

Kriteria klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :

• Uji tourniquet positif

• Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.

• Hemetamesis dan atau melena.

Pembesaran hati

Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

Kriteria laboratoris

Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

Hemokonsentrasi dilihat dari peningkatan hematokrit (Ht) 20% atau lebih

Derajat Penyakit menurut WHO

• Derajat I. Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya manifestasi ialah uji tourniquet positif.

• Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

• Derajat III. Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan mulut, kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah.

• Derajat IV. Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

Penatalaksanaan

pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi

Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

• Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.

• Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.

• Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Cairan pengganti :

Larutan fisiologis NaCl

Larutan Isotonis ringer laktat

Ringer asetat

Glukosa 5% (1,2,3)

Kasus

Anak A usia 4,5 tahun demam tinggi sudah 3 hari,

mengeluh nyeri ulu hati, sering kali muntah, nafsu makan

menurun, pusing dan badannya lemas tidak ada batuk pilek.

Ibu mengatakan anakanya BAB berwarna kehitaman dan

sempat mimisan. Ibunya membawa anak A ke bidan desa

untuk diperiksa. Dari hasil pemeriksaan Anak terlihat gelisah

Bidan melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan hasil

suhu tubuh 38,70C, nadi teraba cepat dan lemah, uji

torniquet positif.

Bidan melihat tanda gejala dari manajemen terpadu balita sakit, dan

dicurigai demam berdarah. Bidan melakukan pemasangan infuse RL dan

menganjurkan ibu untuk segera ke rumah sakit karena dikhawatirkan terjadi

demam berdarah pada anak A, harus dilakukan pemeriksaan darah untuk

mengetahui diagnosis pasti dari keluhan dan tanda gejala yang muncul.

Bidan memberikan parasetamol sebagai obat penurun panas,

menganjurkan ibu memberi banyak minum. Kemudian anak A di rujuk ke

rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dari pemeriksaan fisik di

rumah sakit didapatkan hasil teraba hati dan limfa yang membengkak. Uji

torniquet positif. Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil

trombosit 98.000, Hb 11,9gr/dl, leukosit 5,5.

Analisisis kebutuhan masyarakat

Peningkatan kasus DBD yang terjadi dipengaruhi banyak faktor diantaranya:

kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dan cara terjangkit penyakit DBD

kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Daerah tempat tinggal pun mempengaruhi angka kejadian DBD

• daerah perkotaan dengan iklim tropis

• curah hujan tinggi dan daerah pesisir pantai

• pemukiman yang kotor lebih beresiko terhadap terjadinya penyakit demam berdarah.

Pendidikan kesehatan diperlukan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara:

• Pencegahan

• Penyebaran

• penularan

Dengan pemberian pendidikan kesehatan diharapkan terdapat perubahan perilaku tentang cara menghindari penyakit dan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

masyarakat harus dapat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi spesifik sehingga masyarakat dapat mendorong keberhasilan suatu program pencegahan penyakit melalui tiga cara yaitu:

1) menyediakan informasi,

2) menyediakan dukungan politik, dan

3) menyumbangkan sumber daya

Analisis Demografi

BKKBN pusat mencatat jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 diperkirakan 245 juta orang.

Faktor lingkungan berpengaruh besar pada terjadinya wabah (epidemi) DBD

Pada tanggal 16 Februari 2004 Pemerintah Pusat melalui Departemen Kesehatan menyatakan telah terjadi KLB DBD Nasional.

Penyebab meningkatnya jumlah kasus DBD dan semakin bertambahnya wilayah yang terjangkit antara lain karena; semakin padatnya penduduk dan tingginya mobilitas penduduk.

Karena banyaknya kasus dan terutama seringnya muncul KLB, Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan faktor-faktor yang terkait dengan penularan DBD adalah

Kepadatan penduduk

Mobilitas penduduk

Kualitas perumahan

Pendidikan

Penghasilan

Sikap hidup

Golongan umur

Kerentanan tiap individu terhadap penyakit berbeda-beda.

Analisis Sumber Daya Manusia Kesehatan

Bidan sebagai tenaga kesahatan berperan dalam upaya promotif dan preventif pada penyakit demam berdarah dengue. Bidan juga berperan dalam mendeteksi dini penyakit demam berdarah dengue dengan MTBS dan melakukan promosi kesehatan mengenai PHBS

Bidan juga perlu menggerakkan peran serta masyarakat yang diprogramkan pemerintah, salah satunya jumantik.

Analisis Kebijakan Pemerintah

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (KBDM)

• Posyandu

• Dana Sehat

• Daerah Percontohan Kesehatan Lingkungan

• PHBS

Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu

1. Menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap

2.Memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya)

3.Kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD)

4.Pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan

5.Peningkatan profesionalisme pelaksana program.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M ( Menguras-Menutup-Mengubur).

3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk.

Pada tahun 2004 WHO memperkenalkan suatu pendekatan baru yaitu Komunikasi Perubahan Perilaku/KPP (Communications for Behavioral Impact /COMBI)

Kebijakan Nasional untuk P2DBD sesuai KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, terdapat program PSN DBD dimana KPP/COMBI salah satu pendekatan untuk melaksanakan PSN secara lokal spesifik. Kebijakan P2DBD adalah sebagai berikut :

• Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap P2DBD

• Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD

• Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program DBD

• Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program

• Pembangunan berwawasan lingkungan

Berdasarkan visi, misi, kebijaksanaan dan tujuan program pemberantasan penyakit DBD, maka strategi yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Pemberdayaan masyarakat

2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD

3. Peningkatan profesionalisme pengelola program.

4. Desentralisasi.

5. Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan.

TERIMAKASIH

top related