130299213 analisa-jurnal

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA, 2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikro- vaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan membrane electron (Nasrul Effendi,1998). Diabetes mellitus seperti juga penyakit degeneratif lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui komplikasi-komplikasi (Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1987). Gangguan kesehatan akibat komplikasi Diabetes Mellitus dapat berupa gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering muncul adalah perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka yang tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Luka gangrene yang telah meluas akan dilakukan amputasi (pemotongan jari kaki) untuk mencegah infeksi luka menyebar ke bagian yang lain.

Upload: dian-ratnasari

Post on 26-Jun-2015

1.186 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: 130299213 analisa-jurnal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA,

2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikro-

vaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang

kompleks disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah

disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan membrane

electron (Nasrul Effendi,1998). Diabetes mellitus seperti juga penyakit

degeneratif lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas di Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi

pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui

komplikasi-komplikasi (Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1987).

Gangguan kesehatan akibat komplikasi Diabetes Mellitus dapat berupa

gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh

darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering

muncul adalah perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008).

Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya

luka. Luka yang tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus

gangrene (Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan

berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Luka gangrene yang telah meluas

akan dilakukan amputasi (pemotongan jari kaki) untuk mencegah infeksi luka

menyebar ke bagian yang lain.

Page 2: 130299213 analisa-jurnal

2

Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah, debridemen

(membuang jaringan yang rusak), pemberian antibiotik, dan obat-obat

vaskularisasi serta amputasi. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik

mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko

amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Komplikasi

kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat inap pasien

dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan

Inggris (Yunizone, 2008).

Kejadian kaki diabetik disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah dari

pasien diabetes. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dan

berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan masalah pada

kaki pasien diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah

kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah membuat pasien

diabetes akan kehilangan sensasi sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.

Luka pada kaki dapat berkembang menjadi buruk karena pasien diabetes tidak

menyadari adanya luka tersebut. Kehilangan sensasi rasa pada pasien diabetes

disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry,

2007).

Neuropati diabetik terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Gejala yang

umum terjadi adalah rasa kebas dan kelemahan pada kaki dan tangan. Masalah

kedua adalah adanya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan

ketidakadekuatan sirkulasi darah ke kaki dan tangan. Sirkulasi darah perifer yang

buruk akan menyebabkan luka dan infeksi sulit untuk sembuh. Pasien diabetes

yang merokok akan semakin memperparah sirkulasi darah karena viskositas darah

meningkat sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian

ekstremitas tubuh. Luka akan sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang

diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry,

2007).

Page 3: 130299213 analisa-jurnal

3

Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non

farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan

dalam perawatan luka diabetes mellitus (Suriadi, 2004). Berbagai penelitian

ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti

kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman

(Dixon, 2003). Madu memiliki sifat anti bakteri yang membantu mengatasi

infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta

meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan (Hamad,

2008). Pembalutan luka gangrene diabetic dengan madu alami akan mengurangi

infeksi, antibakteri, antiinflamasi, merangsang repon imun terhadap luka diabetes.

Pada pasien dengan DFU (Diabetic Foot Ulcus) perlu dilakukan 2 kali dressing,

dressing yang pertama dilakukan dengan normal saline, hidrogen peroksida dan

solusi pyodine dengan mengangkat jaringan nekrotik. Sedangkan pada dressing

kedua dilakukan pembalutan steril dengan madu alami yang ditempatkan di atas

luka. Kemudian seluruh kaki itu dibalut dengan kassa steril dan perban untuk

mencegah luka terkontaminasi. Penggantian balutan dilakukan setiap 24 jam, 48

jam dan 2 kali dalam seminggu tergantung pada perkembangan luka. Pada

beberapa penelitian, penggunaan pembalutan madu alami terbukti dapat

meningkatkan status vaskuler, kebersihan luka, mengurangi bau dan nyeri, serta

meningkatkan perubahan warna dasar luka yang mengarah pada kesembuhan.

Diharapkan penggunaan pembalutan madu alami dapat menjadi salah satu

pilihan dalam pengobatan pada pasien yang mengalami luka kaki diabetes karena

bahan yang digunakan merupakan bahan alami sehingga efek samping dapat

diminimalisir.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa penyakit diabetes,

komplikasi luka gangren diabetik dan terapi yang digunakan dalam menangani

luka gangren diabetik

Page 4: 130299213 analisa-jurnal

4

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada

klien diabetes dengan komplikasi luka gangren diabetik

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus

2. Mengetahui komplikasi luka gangren diabetik

3. Mengetahui dan menganalisa terapi perawatan luka gangren diabetik

4. Mengetahui penggunaan pembalutan madu alami sebagai salah satu

alternative terapi perawatan luka gangren diabetik

Page 5: 130299213 analisa-jurnal

5

BAB 2

TINJAUAN TEORI PENYAKIT

2.1 Definisi

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999).

Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu

sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya

sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis

dari insulin atau keduanya.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pasien diabetes

mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap insulin atau penurunan

produksi insulin oleh pankreas. Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes yang

dapat mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan

sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Penyakit diabetes menyebabkan

juga penyakit makrovaskuler (penyakit ginjal dan mata) dan mikrovaskuler yang

mencakup infark miokard dan stroke (Smeltzer, 2000).

2.2 Epidemiologi

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12

juta orang. Tujuh juta dari 12 juta orang tersebut telah terdiagnosis, selebihnya belum

terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru

didiagnosis setiap tahunnya (Healthy People 2000, 1990). Sebagian besar penderita

diabetes berusia lebih dari 65 tahun, dengan proporsi diabetes tipe II sebanyak 8,6%.

Di Amerika Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika

memiliki angka insidens diabetes yang lebih tinggi daripada penduduk kulit putih. Di

Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan dan amputasi.

Page 6: 130299213 analisa-jurnal

6

Penyakit diabetes merupakan penyakit yang menyebabkan komplikasi yang cukup

serius dan berakibat pada kematian. Komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes

berkontribusi terhadap angka rawat inap sehingga biaya medis yang dikeluarkan akan

meningkat pula. (Smeltzer, 2000).

Pada pasien diabetes, salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah neuropati

diabetic yang terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Beberapa penelitian di

Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penyandang

diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-

30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat

dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik (Monalisa, 2004). Studi epidemiologi

melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes

khususnya diakibatkan oleh gangren diseluruh dunia.

2.3 Etiologi

Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi, diabetes mellitus tipe I, diabetes

mellitus tipe II, diabetes gestasional dan diabetes dengan tipe spesifik lain.

Diabetes tipe I adalah disebabkan sel beta pankreas yang dirosakkan secara

permanen akibat proses autoimun. Diabetes mellitus tipe II mempunyai

prevalensi yang lebih tinggi dan merupakan akibat dari resistensi insulin.

Diabetes gestasional pula merupakan diabetes yang didapat sewaktu hamil dan

yang terakhir adalah diabetes dengan tipe spesifik yang lain. Diabetes ini terjadi

akibat sekunder dari penyakit-penyakit lain, contohnya sindrom Cushing’s,

pankreatitis dan akromegali (NIH, 2008).

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola

familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin

maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel

sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

Page 7: 130299213 analisa-jurnal

7

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler

yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien

dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal

ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif

insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara

komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal

dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi

insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai

untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II

disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok

heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada

orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor

risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

2.4 Tanda dan gejala

Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes

Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu

a. Keluhan TRIAS yaitu banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat

badan.

b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl

c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada

penderita Diabetes Mellitus adalah poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan

menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, dan dapat timbul luka

Page 8: 130299213 analisa-jurnal

8

2.5 Patofisiologi

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel

yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat

berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan

makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur

karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%

sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut

terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel

macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar

glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon

insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi

glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal

tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah

adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa

menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan

sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine

yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang

dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,

hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus

menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport

glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan

karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk

melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga

menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang

Page 9: 130299213 analisa-jurnal

9

dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan

keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu

banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.

Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut

koma diabetik (Price,1995).

Pada pasien diabetes, terjadi suatu kondisi hiperglikemia atau peningkatan

kadar glukosa. Akibat dari hiperglikemia akan menimbulkan peningkatan

viskositas darah. Pada saat pasien diabetes mengalami luka, maka luka tidak akan

cepat sembuh karena sirkulasi darah tidak lancar akibat peningkatan viskositas

darah. Selain itu, resistensi vaskuler yang meningkat akibat aterosklerosis yang

berasal dari gangguan metabolisme pada pasien diabetes juga akan memberikan

dampak pada kesembuhan luka. Ditambah pula dengan komplikasi neuropati atau

kerusakan saraf perifer akan membuat pasien menjadi lebih rentan untuk

mengalami luka karena pasien kehilangan sensasi panas, dingin dan sebagainya.

Pada pasien diabetes yang mengalami luka, bila tidak dirawat dengan baik akan

berkembang menjadi gangrene dan berakibat pada kejadian amputasi. Bagian

tubuh yang paling sering mengalami luka adalah kaki dan tangan.

DM Tipe I DM Tipe II

Idiopatik, usia, genetik, dll Reaksi Autoimun

sel β pancreas hancur Jmh sel β pancreas menurun

Defisiensi insulin

Page 10: 130299213 analisa-jurnal

10

2.6 Komplikasi dan Prognosis

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah

a) Akut

1) Hipoglikemia dan hiperglikemia

2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit

jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).

3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,

nefropati.

4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom

berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,

1990).

Hiperglikemia Lipolisis meningkat Katabolisme protein meningkat

Penurunan BB polipagi

Glukoneogenesis

meningkat Gliserol asam lemak

bebas meningkat Glukosuria

Ketogenesis Kehilangan elektrolit urine Diuresis Osmotik

Kehilangan cairan hipotonik

ketoasidosis Hiperosmolaritas Polidipsi ketonuria

coma

Page 11: 130299213 analisa-jurnal

11

b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

1) Neuropati diabetik

2) Retinopati diabetik

3) Nefropati diabetik

4) Proteinuria

5) Kelainan koroner

6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

a. Grade 0 : tidak ada luka

b. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

c. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

d. Grade III : terjadi abses

e. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

f. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah

distal

Sekitar 60 % pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti

orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan

kemungkinan untuk meninggal lebih cepat (Mansjoer, 2000)

2.7 Pengobatan

Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai

berikut :

a. Obat Hipoglikemik Oral

1. Golongan sulfonilurea/ sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat

golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat

golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh

sel – sel beta pankreas.

Page 12: 130299213 analisa-jurnal

12

2. Golongan biguanad/metformin

Obat ini mempunyai efek memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan

(glukosa perifer )

3. Golongan inhibitor alfa glikosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran

pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.

Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.

b. Pemberian insulin

1. Indikasi insulin

Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100 UI/ml

injeksi) Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe II yang

kehilangan berat badan secara dratis.

2. Jenis insulin

a. insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin cristalin zink, dan

semilente

b. insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH (Netral Protamine

Hagerdon)

c. insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2.8 Pencegahan

Pencegahan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai

berikut :

1. Diet

Mengurangi makanan yang berlemak, menghindari makanan manis dan

perbanyak konsumsi serat. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,

status gizi, umur, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan

berat badan.

Syarat diet DM hendaknya dapat:

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

Page 13: 130299213 analisa-jurnal

13

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

4) Mempertahankan kadar KGD normal

5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

7) Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan

kalorinya.

1) Diit DM I : 1100 kalori

2) Diit DM II : 1300 kalori

3) Diit DM III : 1500 kalori

4) Diit DM IV : 1700 kalori

5) Diit DM V : 1900 kalori

6) Diit DM VI : 2100 kalori

7) Diit DM VII : 2300 kalori

8) Diit DM VIII : 2500 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau

diabetes komplikasi,

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J

yaitu:

J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah

J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya.

Page 14: 130299213 analisa-jurnal

14

J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status

gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of

relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:

BB (Kg)

BBR = X 100 %

TB (cm) – 100

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %

2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %

3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %

- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

- Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita

DM yang bekerja biasa adalah:

1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari

2) Normal : BB X 30 kalori sehari

3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari

4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat

insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat

badan. Bagi penderita DM melakukan ohlaraga dengan teratur tetapi jangan

melakukan olahraga yang terlalu berat. Latihan

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan

setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten

Page 15: 130299213 analisa-jurnal

15

pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin

dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen

d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru

f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah

satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-

macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi

kelompok, dan sebagainya.

Page 16: 130299213 analisa-jurnal

16

2.9 Pathway

Rasa Haus meningkat Gangguan Pola Eliminasi

Osmotik diuresis Poliuri

Kerusakan integritas kulit

Diuresis

Luka tidak sembuh Volume urine meningkat

Terdapat luka Osmolaritas urine meningkat

Resiko Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Suplai O2 kejaringan

menurun

Glukosuria

Nutrisi Tidak masuk ke sel

Peningkatan kadar gula

darah Polifagi

Hiperglikemia

Transport glukosa ke sel

menurun

Peningkatan Glukogenesis

Diabetes Melitus

DEFISIENSI INSULIN

Viskositas

darah >>>

Page 17: 130299213 analisa-jurnal

17

BAB 3

INTERVENSI YANG DISARANKAN

3.1 PICOT FRAME WORK

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berbagai macam komplikasi

akibat penyakit Diabetes mellitus antara lain ulkus, gangren. Gangren adalah

proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis,

namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.

Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan

berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar

di tungkai.

Pada pasien Diabetes Mellitus, luka atau jaringan tubuh yang rusak akan lebih

sulit sembuh karena ketidakseimbangan fungsi organ tubuhnya, yaitu

vaskularisasi (gangguan saraf tepi) dan sistem peredaran darah. Luka di tubuh

pasien menjadi membusuk karena tidak mendapatkan asupan darah yang cukup.

Tekhnik perawatan luka diabetik dengan menggunakan madu telah banyak

digunakan diberbagai Negara. Penggunaan madu dalam dunia medis adalah

sebagai antibakteri karena dengan madu memiliki tekanan osmotik yang tinggi,

madu memiliki effect terhadap Hydrogen Peroxide, dan madu memiliki Ph antara

3.2-4.5 yang dapat mencegah per-tumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan

infeksi. Selain itu madu memiliki osmolaritas yang tinggi, kadar glukosa yang

tinggi dan beberapa komponen organik lain, kandungan madu juga memiliki

komposisi yang sesuai dengan zat yang dibutuhkan oleh manusia sehingga madu

tidak dianggap sebagai benda asing. Dengan kandungan tersebut madu memiliki

kemampuan untuk membersihkan luka, menyerap cairan edema, memicu

granulasi jaringan, epitelialisasi dan peningkatan nutrisi. Oleh karena itu

Page 18: 130299213 analisa-jurnal

18

kelompok bermaksud untuk melakukan literatur view terhadap penggunaan madu

apakah terdapat pengaruh perawatan luka dengan penggunaan madu terhadap

penyembuhan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus.

3.2 Sumber Literatur

Kami mendapatkan literatur dari web yang berjudul Pengaruh Perawatan

Luka dengan Penggunaan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Diabetik pada

Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Ulin Banjarmasin oleh penulis jurnal

Hammad. Dan jurnal pendukung lain yang berjudul Efek Hepatoprotektif Dan

Hepatoregeneratif Madu Sari Paliasa Yang Dihasilkan Oleh Apis Mellifera L.

Terhadap Kerusakan Hati Tikus Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida Kajian

Mekanisme Kerja Madu Sari Paliasa Terhadap Perbaikan Fungsi Hati oleh

Aliyah , Using honey in wound care oleh P. C. Molan, A brief review of the use of

honey as a clinical dressing oleh P. C. Molan, Pengaruh Frekuensi Perawatan

Luka Bakar Derajat II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama

Penyembuhan Luka oleh Dina Dewi SLI, Sanarto, Barotut taqiyah, Management

Of Diabetic Foot By Natural Honey oleh J Ayub Med Coll Abbottabad, The Effect

of Honey on Granulating Tissue of The Mandibular Bone oleh Anastasia Dessy

Harsono dan Gentur Sudjatmiko

Literature didapat dengan cara melakukan searching di internet menggunakan

kata kunci luka diabetes, perawatan luka dengan madu, lama penyembuhan luka,

dan frekuensi penyembuhan luka. Dari beberapa kata kunci tersebut kemudian

dilakukan akses ke beberapa situs terkait sehingga diperoleh beberapa penelitian

terkait penggunaan terapi tersebut. Beberapa alamat dari literature yang kami

temukan adalah sebagai berikut :

a. http://ajcn.nutrition.org/content/20/11/1158.full.pdf+html,

b. http://www.aann.org/pdf/cpg/aannaneurysmalsah.pdf,

c. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/171092130_0854-1159.pdf,

Page 19: 130299213 analisa-jurnal

19

d. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21171/1/ruf-nov2007-

2%20(2).pdf,

e. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/628/648

_umm_scientific_journal.pdf,

f. http://alulum.baak.web.id/files/1.%20hamad%20juli%202009.pdf,

g. ftp://www.hitl.washington.edu/pub/publications/r-2006-39/r-2006-39.pdf,

h. http://phytopharmacology.inforesights.com/files/pp3v1i17.pdf,

i. http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/handle/10289/2030/Mola

n%20%20sing%20honey%20in%20wound%20care.pdf?sequence=1,

j. http://www.aiuc.it/upload/documenti/7/47/POG_FINAL_JWCpubl.pdf,

k. http://www.woundsinternational.com/pdf/content_87.pdf,

l. http://www.klinion.nl/files/files/Brief%20review%20of%20the%20use%2

0&%20evidene%20for%20honey%20promoting%20wound%20healing.p

df?phpMyAdmin=e45916cab4b966193627d0ad8837577,

m. http://www.bioline.org.br/pdf?sr06036,

n. http://www.ahrq.gov/about/nursing/palliative.pdf,

o. http://www.acadjourn.org/JMPR/PDF/pdf2008/Jan/Odimegwu%20et%20

al.pdf, http://www.wounds-uk.com/pdf/content_9537.pdf,,,,

p. http://www.formatex.info/microbiology3/book/14-22.pdf,

q. http://www.woundsuk.com/pdf/content_9192.pdf,

r. http://www.jbclinpharm.com/Volume2Issue4Articles/PDF/JBCP_V2_I4_

Pr_61.pdf,

s. http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file/CD003861_revise

d.pdf,

t. http://www.myrenasys.com/downloads/NPWT_Clinical_Evidence_Chart.

pdf,

u. http://www.mylightwave.com/docs/HighBeam%20Research%20Lowlevel

%20laser%20therapy%20for%20diabetic%20foot%20wound%20healing.

_Wound%20care_.pdf,

Page 20: 130299213 analisa-jurnal

20

v. http://ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/21-1/Makhdoom.pdf,

http://63.241.4.68/files/pdfs/publications/JWC_15_8_Teot.pdf,

https://www.walsallhealthcare.nhs.uk/media/91855/enc%2011%20%20wo

und%20management%20policy%20final.pdf

Literature yang diperoleh merupakan hasil penelitian terkini (5 tahun terakhir)

dan beberapa penelitian juga membahas terkait keefektifan perawatan luka

diabetes dengan terapi lain. Sehingga dapat dibuat perbandingan tingkat

keefektifan terapi madu dengan terapi komplementer lainnya terhadap

penyembuhan luka diabetes.

3.3 Teori dan Konsep Intervensi

3.3.1 Definisi

Pengaruh terapi madu untuk kesembuhan luka diabetes merupakan terapi terapi

komplementer dalam keperawatan luka. Di Indonesia, terdapat peraturan terapi

koplementer yang berlaku seperti pengobatan komplementer alternative berdasarkan

Permenkes RI, nomor: 1109/menkes/per/2007 sebagai berikut:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): hipnoterapi,

mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.

2. System pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, naturopati,

homeopati, aromaterapi, dan ayurveda.

Madu telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan

India) mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan merekomendasikan

penggunaannya sebagai pengobatan. Papyrus bahasa dari mesir kuno menyebutkan

pengobatan luka bakar menggunakan madu. Tentara Rusia dan tentara Cina juga

menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu telah

digunakan untuk Mengobati luka bakar dan ulkus untuk mengurangi dan

mempercepat penyembuhan luka. Dalam sebuah penelitian di India disebutkan bahwa

madu memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka bakar

derajat II dibandingkan cara konvensional atau terapi lainnya.

Page 21: 130299213 analisa-jurnal

21

3.3.2 Mekanisme

Madu banyak mengandung glukosa, fruktosa, air, asam amino, vitamin biotin,

asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik, proksidin, tiamin, kalsium, zat besi,

magnesium, fosfor, dan kalium. Madu juga mangandung zat antioksidan dan H2O2.

Madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topical pada luka melalui peningkatan

jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan (Aljady et

al., 2000). Selain itu menurut Lusby (2006) madu juga dapat meningkatkan waktu

kontraksi pada luka. Madu juga merangsang pertumbuhan jaringan baru sehinga

selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka

pada kulit. Madu memiliki efek osmotic dengan tingginya kadar gula dalam madu

terutama fruktosa, dan kadar air yang sangat sedikit menyebabkan madu memiliki

efek osmotik yang tinggi. Dengan adanya efek tersebut memungkinkan

mikroorganisme yang ada dalam tubuh sukar tumbuh dan berkembang. Madu

memiliki kadar asam yang tingi dengan pH sekita antara 3.2-4.5 (sangat asam).

Dengan adanya kadar asam yang tingi inilah mikroorganisme yang tidak tahan asam

(seperti kuman TBC) akan mati. Madu mampu mengabsorbsi pus atau nanah atau

luka, sehingga secara tidak langsung madu akan membersihkan luka tersebut. Madu

menimbulkan efek analgetik (penghilang nyeri), mengurangi iritasi, dan dapat

mengeliminasi bau yang menyengat pada luka. Madu juga berfungsi sebagai

antioksidan karena adanya vitamin C yang banyak terkandung pada madu. Secara

tidak langsung madu mengeliminasi zat radikal bebas yang ada pada tubuh kita

(Abdillah, 2008).

3.3.3 Indikasi dan kontraindikasi

3.3.3.1 Indikasi

Menurut hasil penelitian beberapa jurnal indikasi penggunaan terapi madu

yaitu pada luka diabetes (gangren), luka yang mengalami nekrosis, luka dengan

kondisi kering yang membutuhkan kelembapan dalam proses penyembuhannya, luka

Page 22: 130299213 analisa-jurnal

22

yang belum mendapat terapi pengobatan misalnya antibiotic, dan luka dengan bau

tidak sedap.

3.3.3.2 Kontraindikasi

Kontraindikasi dari terapi madu pada luka yaitu jenis luka yang telah

mengalami kerusakan sampai pada saraf sehingga berpotensi untuk di amputasi.

Selain itu, kontraindikasi dari terapi madu adalah pasien yang mengalami inflamasi

dan nyeri akut, pada luka dengan kondisi balutan tidak dapat diganti dalam waktu

tertentu (Anonim, 2006).

3.3.4 Efek samping

Madu dengan cepat dapat membersihkan infeksi dari luka. Kemampuan madu

sangat efektif bahkan untuk strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu

tidak memiliki sifat seperti antiseptik atau antibiotik, sehingga madu tidak

menyebabkan kerusakan pada proses penyembuhan luka melalui efek samping

(Johnson, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu dalam perawatan

luka tidak memiliki efek samping apapun.

3.3.5 Efektivitas dan kemanan penggunaan

Pengkajian luka gangren meliputi beberapa factor yaitu warna dasar luka,

kebersihan luka, ada tidaknya nyeri pada luka, bau luka (pus di luka) dan keadaan

vaskulerisasi. Keefektifan penggunaan madu pada perawatan luka gangrene telah

banyak dibuktikan melalui beberapa penelitian baik di dalam maupun luar negeri.

Dari berbagai penelitian rata-rata penggunaan madu untuk perawatan luka gangren

memberikan hasil yang lebih baik pada semua faktor pengkajian tersebut daripada

dressing luka yang sudah umum dipakai. Begitu juga pada proses granulasi,

epitelisasi dan pencegahan infeksinya.

Page 23: 130299213 analisa-jurnal

23

Beberapa pasien dengan gangrene berwarna dasar merah dan kuning dirawat

dengan madu menunjukkan peningkatan yang baik. Setelah dilakukan perawatan luka

gangrene dengan penggunaan madu ditemukan peningkatan dari warna dasar luka

merah menjadi 66.67% dari angka awal hanya 20%, warna dasar kuning berkurang

yaitu menjadi 26.66% dari angka awal 73.33%. Dari segi ada tidaknya pus pada luka,

luka gangrene yang dirawat dengan madu, 53.33% dari pasien tersebut lukanya bersih

dari pus, dan 33.33% pasien berkurang pusnya. Ada tidaknya pus ini juga

menentukan timbulnya bau pada luka gangrene, luka tanpa pus tidak berbau atau

baunya berkurang.

Nyeri yang timbul pada luka gangrene turut menjadi factor pengkajian kondisi

luka pada pasien diabetes, 60% dari pasien yang lukanya diobati dengan madu

menunjukkan hilangnya tanda-tanda nyeri. 80% pasien yang belum mendapat

intervensi perawatan luka dengan madu tidak ada ditemukan status vaskulernya, hal

ini menurun menjadi 50% setelah dilakukan perawatan dengna madu pada lukanya.

Madu juga memiliki efek antibakteri pada konsentrasi 1.8-11% dan pada konsentrasi

1-4% bisa menghambat strain MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus),

dari efek antibakteri tersebut setelah 3-6 hari luka infeksius yang dirawat dengan

madu menjadi steril kembali. Jaringan nekrotik pada luka gangrene secara cepat

menjadi lunak dan terpisah dari jaringan epitel sehingga lebih mudah diangkat dengan

debridement minimal.

Dalam sebuah penelitian membandingkan luka yang dirawat dengan madu

dan dengan luka yang dirawat dengan silver sulfadiazine. Dari penelitian tersebut

terbukti bahwa madu memberi hasil 114% lebih baik dalam proses epitelisasi dan

69% granulasi. Dengan proses penyembuhan yang lebih cepat, dan efek samping

yang minimal dari penggunaan madu dapat disimpulkan penggunaan madu untuk

perawatan luka gangrene cukup efektif dan aman dilakukan di rumah sakit. Melalui

kadar airnya yang rendah dan sifat hygrokopisnya madu mampu menyerap cairan

dalam bakteri, jamur dan mikroorganisme lain sehingga mereka tidak dapat tumbuh.

Page 24: 130299213 analisa-jurnal

24

Ketika madu bercampur dengan cairan tubuh, enzym glucose oxidase yang

terkandung didalamnya akan aktif dan menghasilkan Hydrogen Peroxide. Hydrogen

peroksida ini sangat efektif berperan sebagai antiseptic dan anti-inflamatory. Luka

yang diolesi dengan madu dapat menyerap air pada luka disebabkan adanya

kemampuan osmosis yang tinggi dari madu sehingga madu yang sebelumnya kental

menjadi encer, memiliki efek terhadap hidrogen perioksida, mengabsorbsi pus

(nanah) sehingga dapat mem-bersihkan luka. Karena bau pada luka tersebut

disebabkan karena adanya pus sehingga apabila pus itu terabsorbsi maka pus akan

berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang atau hilang..

Madu mempunyai komposisi yang unsur-unsur penting dan istimewa di

dalamnya sehingga, tubuh hanya perlu mensekresi kurang dari 1/200 bagian dari

madu yang dikonsumsi. Berdasarkan National Honey Board (USA) madu

mengandung air (17.1%), fruktosa (38.5%), glukosa (31%), sukrosa (1.5%), altosa

dan gula peredoksi (7.2%), trisakarida dan karbohidrat (4.2%), serta sedikit vitamin,

mineral, dan asam amino. Karena komposisi inilah madu digologkan sebagai salah

satu bahan teraman dan baik untuk kesehatan.

3.4 Implikasi dan Rekomendasi intervensi

Penggunaan madu pada luka gangrene sela perawatan luka telah menunjukkan

manfaat yang signifikan dan efek samping yang minimal. Dalam penggunaannya

madu tersebut disesuaikan konsentrasinya agar proses penyembuhan luka maksimal

dan tanpa efek samping. Penggunaan madu langsung pada luka mungkin

menimbulkan rasa lembab yang oleh sebagian orang dikhawatirkan akan membantu

perkembangbiakan bakteri dan mikroorganisme penyebab infeksi pada luka, akan

tetapi dari penelitian telah dibuktikan bahwa kandungan madu mempunyai manfaat

menekan pertumbuhan bakteri walau kondisi luka lembab oleh madu.

Perawat yang melakukan intervensi perawatan luka tetap harus

memperhatikan factor psikologis pasien agar selama perawatan, pasien merasa

Page 25: 130299213 analisa-jurnal

25

tenang. Berikut intervensi-intervensi tambahan bagi pasien diabetes dengan luka

gangren dan mendapat intervensi perawatan luka dengan madu.

Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko

Rasional : meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi dan

infeksi serta mengurangi kekhawatiran pasien

Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat perawatan

luka

Rasional : mengurangi nyeri pada luka

Jelaskan pada pasien rasional penggunaan madu dan efek sampingnya

pada kondisi luka pasien

Rasional : mengurangi ansietas pasien

Page 26: 130299213 analisa-jurnal

26

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi pembalutan luka dengan madu alami pada pasien dengan luka

gangrene diabetes merupakan suatu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan

penyembuhan jaringan yang mengalami luka akibat komplikasi ulkus diabetes.

Pembalutan luka dengan menggunakan madu alami berfungsi sebagai antibakteri,

antiinflamasi, antifungi, antiseptik, dapat menurunkan nyeri, dapat mempercepat

penyembuhan pada jaringan luka. Efek samping pada penggunaan madu sangat

minimal bahkan menurut beberapa penelitian penggunaan madu dalam perawatan

luka tidak menimbulkan efek samping apapun. Selain melakukan perawatan yang

benar pada luka gangren diabetik, perlu juga pasien dianjurkan untuk mengatur diet

makanannya karena diet yang tepat akan dapat mengontrol kadar gula darah. Kadar

gula darah yang baik akan membuat sirkulasi darah menjadi lancar pula, dan luka

akan cepat sembuh.

4.2 Saran

Dalam perawatan luka gangren diabetik, perawat perlu memperhatikan

kesterilan. Karena luka gangren diabetik mudah sekali mengalami infeksi. Perawat

perlu lebih sering mempraktekkan perawatan luka dengan madu alami karena khasiat

madu tersebut sangat efektif terhadap penyembuhan luka. Perawat perlu untuk

melakukan riset perkembangan mengenai manfaat lain dari madu. Jadi, madu tidak

hanya digunakan untuk perawatan luka saja. Bagi mahasiswa perlu kiranya untuk

membuat penelitian mengenai penggunaan madu dalam perawatan luka, tidak hanya

untuk luka diabetes tetapi dapat digunkan untuk luka bakar atau luka jenis

Page 27: 130299213 analisa-jurnal

27

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :

EGC

http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-magazine-outlines-evidence.html

diakses tanggal 28 Oktober 2012

http://www.sdearthtimes.com/et0100/et0100s17.html diakses tanggal 28 Oktober

2012

Ikram, Ainal.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia

Lanjut Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.Jakarta: Media

Aesculapius

Price A. S, Wilson M. Lorraine. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Sjaifullah,Noer H. M,.1999.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Hall and Guyton.1997.Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare.2000.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.Jakarta : EGC

Soegondo, Sidartawan.dkk.2007.Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.Jakarta

: Balai Penerbit FKUI

Tjokronegoro,Arjatmo.2002.Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Cet.2.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Tomlinson, David.2002.Neurobiology of Diabetic Neuropathy.USA : Elsevier

Science

Page 28: 130299213 analisa-jurnal

28

LAMPIRAN