anakku mukul. kenapa, ya?

Post on 25-May-2015

1.990 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

anakku mukul. kenapa, ya?

anakku mukul. kenapa, ya?

words: tari sandjojo

Memukul adalah suatu fase dalam perkembangan anak.

Bayangkan, dari kondisi di mana semuanya terpusat pada dirinya,

tiba-tiba anak harus berinteraksi dengan anak lain.

Dalam proses belajar berinteraksi dengan anak lain, ada fase ketika anak mencari cara yang tepat.

Selain belajar aturan dalam bermain, yang paling penting, anak juga belajar

mengenal dan mengekspresikan emosinya.

Kadang, memukul itu merupakan proses belajar untuk memahami konsep sosialisasi dan emosi

yang tentunya rumit untuk anak.

Setiap aspek perkembangan; fisik, sosial, emosi, dan kognisi;

berkembang terus dengan tantangan yang berbeda pada setiap tahapannya.

Pada perkembangan emosi dan sosial anak, selalu ada tantangannya.

Untuk anak usia 1-2 tahun, karena belum lancar bicara, memukul jadi cara untuk mengekspresikan emosi.

Pada usia 4-6 tahun, tantangannya adalah memahami aturan dan berbagi.

Orang dewasa saja sulit mengekspresikan emosi dengan benar,

apalagi anak yang belum lancar bicara. Memukul lebih cepat mengekpresikan emosinya.

Sebelum kita melakukan sesuatu terhadap kebiasaan memukul itu,

kita harus tahu dulu apa alasan anak memukul.

Alasan anak melakukan tindakan agresif, seperti memukul dan mendorong,

bisa karena membela diri, stres, marah, frustrasi, atau lelah.

Bisa juga karena belum bisa mengekspresikan diri secara verbal, stimulasi berlebihan,

kurang pengawasan, atau mencari perhatian.

Jangan fokus pada ‘memukul’ saja. Cari penyebabnya,

agar bisa ditemukan jalan keluar yang tepat.

Memukul memang tidak baik. Namun, yang namanya belajar, pasti ada salahnya.

Agar tidak kebablasan, atasi sumbernya.

Observasi anak lebih dekat. Siapa yang biasanya dipukul?

Teman tertentu atau semua orang? Apakah melibatkan mainan?

Perhatikan apakah memukul hanya terjadi di sekolah atau di situasi lain juga?

Apakah di siang hari atau malam hari? Emosinya marah atau excited ?

Data dari pertanyaan-pertanyaan tadi, bisa memberi tahu kita tentang pola sikap agresif anak

dan kita bisa mencari cara mengatasinya.

Jika kita bisa tahu pola pemukulan anak, kita bisa membuat kesepakatan dengan anak

jika harus berada dalam situasi seperti itu.

Konsekuensi bisa diberikan pada anak di atas 3 tahun yang sudah bisa diajak membuat kesepakatan.

Misalnya, sering memukul di tempat bermain umum, maka untuk sementara tidak pergi ke tempat itu

karena anak belum siap bermain di sana.

Jika situasinya bisa dihindari, misalnya untuk anak yang lebih kecil, hindari saja.

Ini berlaku seperti pada anak memukul karena kelelahan. Berarti jangan ada kegiatan mendekati jam istirahat.

Isu terbesar untuk pola agresif anak di bawah 3 tahun melibatkan mainan.

Antisipasinya bisa dengan membawa mainan kesayangan anak yang boleh TIDAK dipinjamkan,

sementara mainan lain boleh.

top related