alvan penelitian tbc
Post on 23-Jan-2016
33 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ALVAN ARESTO DJARI102012295
Penelitian Epidemiologi TB Paru di Puskesmas
Skenario 3
Puskesmas “K” pada pelaksanaan Mikro Planning bulan lalu didapatkan data bahwa banyak pasien yang telah didiagnosis TB paru dan diobati dengan sistem DOTS tidak kembali lagi mengambil obat. Sementara itu angka kejadian Multi Drugs Resistance (MDR) semakin meningkat. Kepala Puskesmas ingin melakukan penelitian untuk mengetahuin faktor apa saja yang menyebabkan kunjungan follow up pasien TB tidak kembali. Berdasarkan beberapa literatur diduga faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan berobat antara lain|: usia pasien, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, jarak rumah dengan Puskesmas, efek samping obat, lamanya minum obat, dan faktor-faktor lainnya.
Umum Khusus
Untuk menganalisis beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan keteraturan berobat penderita TB.
- Menganalisis apakah usia penderita TB mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah tingkat pendidikan penderita TB mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah tingkat sosial ekonomi penderita TB mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah jenis pekerjaan penderita TB mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah jarak rumah dengan Puskesmas mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah efek samping obat mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
- Menganalisis apakah lamanya minum obat mempengaruhi keteraturan berobat pasien TB.
Tujuan Penelitian
Hipotesis
-Untuk melihat jika terdapat perbedaan diantara pasien yang patuh melakukan terapi pengobatan dengan pasien yang tidak patuh melakukan terapi pengobatan terhadap tingkat kesembuhan.
- Untuk melihat jika terdapat hubungan diantara ketidak teraturan berobat penderita TB dengan kejadian meningkatnya kasus MDR.
Manfaat Penelitian
Manfaat Pengetahuan
Diketahuinya hubungan kinerja pengawas Minum Obat dengan kesembuhan pasien TB paru kasus strategi DOTS. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan Dalam menetapkan kebijakan program DOTS khususnya mengenai kinerja PMO.
Meningkatkan keberhasilan pengobatan TB melalui program DOTS.
Rumusan Masalah
Apakah yang menyebabkan peningkatan kasus pasien baru yang terdiagnosis TB paru ?
Apakah yang menyebabkan pasien yang diterapi dengan sistem DOTS tidak kembali lagi untuk mengambil obat ?
Bagaimana menanggulangi angka Multi Drugs Resistance (MDR) yang semakin meningkat?
TINJAUAN PUSTAKA
Agent
Mycobacterium tuberkulosis
Gram Positif
0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
Bentuk batang tipis, lurus, atau
agak bengkok.
Dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam
dan alcohol, sehingga disebut
basil tahan asam (BTA) serta
tahan terhadap zat kimia dan fisik.
Juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat aerob.
HOST
Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,
perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
Puncak sedang pada usia lanjut
Pria lebih umum terkena
Penduduk dengan sosial ekonomi rendah memiliki laju lebih tinggi.
Kebiasaan sosial dan pribadi ketidakpedulian,kelalaian, gizi, kondisi kesehatan ,
tekanan fisik-mental dan tingkah laku
Lingkungan
Cara Penularan
• Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
Diagnosis TB
Diagnosis TB
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Program DOTS
METODELOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini adalah
para nara sumber yaitu pada pemegang jabatan struktural dan para koordinator kegiatan yang bertanggung jawab di puskesmas.
Objek penelitian pada penelitian kali ini adalah catatan dan laporan tahunan tentang rencana dan pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.
Instrumen Penelitian Bahan penelitian ini adalah wawancara yang
berisi sejumlah pertanyaan kepada petugas secara langsung.
Definisi OperasionalDefinisi operasional yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah penyakit radang paru dan ekstra paru yang menular dan disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
Teknik Pengumpulan DataTeknik yang digunakan pada penelitian ini adalah : Studi dokumen Data primer didapatkan dari dokumen / laporan rencana
kegiatan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Teknik wawancara Data sekunder diambil dengan melakukan wawancara
terhadap narasumber secara langsung. Peneliti memberikan pertanyaan kepada narasumber berdasarkan keterangan yang diberikan oleh narasumber.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan sesuai keadaan dan kondisi
tertentu.
HASIL PENELITIAN BERUPA DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER. DATA PRIMER YAITU WAWANCARA DENGAN KEPALA DINAS KESEHATAN, KEPALA PUSKESMAS, KEPALA PROGRAM P2TB, DOKTER PUSKESMAS, DAN PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM. DATA SEKUNDER BERUPA LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN BULAN PUSKESMAS . CONTOH DATA TERSEBUT SEBAGAI BERIKUT :
HASIL PENELITIAN
Data dan Kondisi Puskesmas
Sumber DanaDana yang diterima Puskesmas berasal dari berbagai sumber
sesuai dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas. Berikut perincian dana yang diperoleh Puskesmas untuk program P2TB Paru :
Sumber dari Global Fund (WHO) yang digunakan untuk menunjang program.
Uang operasional dari APBD berupa PMT bagi petugas medis dan paramedis.
Manajemen Penemuan Penderita TBPenemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya
penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Promotive Case Finding.
Sistem rujukan laboratorium TB Ada 2 jenis Puskesmas berdasarkan sistem rujukan lab TB
yaitu puskesmas satelit (PS) dan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM). Fungsi PS adalah melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai fiksasi sediaan dahak untuk pemeriksaan TB. Kemudian sediaan dikirim ke PRM untuk dilakukan pembacaan hasil. Setiap 3 bulan sekali, hasil pemeriksaan TB di cross check di Dinas Kesehatan.
Pengawasan Minum Obat Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang
pengawas minum obat (PMO). Tugasnya adalah mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Distribusi logistik obat dan non obat Logistik OAT terdiri atas Kombipak dan FDC/KDT (Fixed
Drug Combination/Kombinasi Dosis Tetap). Logistik non OAT terdiri atas:1. Alat Laboratorium yaitu 3 buah mikroskop cahaya, wadah
sputum, slide dan objek glass2. Bahan diagnostik yaitu bahan untuk fiksasi dan pewarnaan
preparat.3. Barang cetakan seperti buku pedoman, formulir pencatatan
dan pelaporan.
Analisa indikator
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu 2:
• Angka Penjaringan Suspek• Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang
diperiksa dahaknya• Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien
TB paru• Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien• Angka Notifikasi Kasus (CNR)• Angka Konversi• Angka Kesembuhan• Angka Kesalahan Laboratorium
Tujuan Analisa indikator untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan (marker of progress).
Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti: sahih (valid), sensitif dan Spesifik (sensitive and specific), dapat dipercaya (realiable), dapat diukur (measureable), dapat dicapai (achievable).
Angka Penjaringan Suspek Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara
100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).
Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek Adalah presentase pasien BTA positif yang ditemukan
diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
Angka ini idealnya adalah sekitar 5 - 15%.
Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat/diobati
Adalah presentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua pasien Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien.Tuberkulosis paru yang diobati.
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).
Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TBAdalah presentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara
seluruh pasien TB tercatat.Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan
ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)Adalah presentase jumlah pasien baru BTA positif yang
ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.
Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70%.
Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)Adalah angka yang menunjukkan jumlah penderita yang
tercatat diantara 100.000 penduduk disuatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.
Angka Konversi (Conversion Rate)Angka konversi adalah presentase pasien baru TB paru BTA
positif yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Contoh perhitungan angka konversi untuk pasien baru TB paru BTA positif :
Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.
Angka Kesembuhan (Cure Rate)Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan
presentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang dengan tujuan:
Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%.
Angka Keberhasilan PengobatanAngka keberhasilan pengobatan adalah angka yang
menunjukkan presentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Angka Kesalahan Laboratorium (Error Rate)Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan
laboratorium yang menyatakan presentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji silang (cross check) oleh BLK atau laboratorium rujukan lain.
Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%. Apabila error rate ≤ 5 % dan positif palsu serta negatif palsu keduanya ≤ 5% berarti mutu pemeriksaan baik.
Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan antara lain kepatuhan pasien untuk berobat dipengaruhi beberapa faktor yaitu, faktor pendidikan, sosial ekonomi, jarak rumah pasien dengan Puskesmas, lamanya berobat dan efek samping obat yang dikonsumsi
Melakukan penyuluhan
Penyediaan sarana dan prasaran untuk pengobatan TB
Melakukan monitoring
Melakukan evaluasi dari program yang sedang dijalankan
Penutup
top related