alk12 jadi
Post on 30-Jun-2015
267 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAYA TAHAN LABA
Analisis ini membantu menghasilkan ramalan kekuatan laba untuk penilaian yang andal.
Analisis keuangan yang baik dapat mengenali komponen laba yang stabil dan dapat diprediksi
atau komponen yang mampu “bertahan” (persistent).
Penyusunan Ulang dan Penyesuaian Laba
Aktivitas analisis ekuitas antara lain adalah menyusun laba dan komponen laba sehingga
dapat memisahkan elemen yang stabil, normal, dan terus-menerus dengan elemen acak, tidak
tentu, tidak biasa dan tidak berulang. Penyusunan ulang juga berguna untuk mengetahui
elemen laba kini yang seharusnya dicakup dalam hasil operasi pada satu atau beberapa periode
sebelumnya.
Informasi mengenai Daya Tahan Laba
Analisis hasil operasi untuk menyusun dan menyesuaikan laba membutuhkan informasi
yang relevan dan andal. Sumber informasi ini yaitu:
1. Laporan laba rugi
2. Laporan keuangan lainnya dan catatan atas laporan keuangan
3. Management Discussion and Analysis (MD&A)
Informasi relevan mencakup informasi yang mempengaruhi kemampuan laba untuk
dapat dibandingkan dan diinterpretasikan. Misalnya, perubahan kombinasi produk, inovasi
teknologi, penghentian kerja dan keterbatasan bahan baku.
Penyusunan Ulang Laba dan Komponen Laba
Penyusunan ulang dan penyesuaian laba dapat membantu menetapkan kekuatan laba
suatu perusahaan. Penyusunan ulang bertujuan untuk menyusun komponen laba guna
menyajikan klasifikasi yang lebih berarti dan format yang relevan untuk analisis. Komponen
dapat dibagi, diatur atau dihilangkan pengaruh pajaknya, tetapi totalnya harus direkonsiliasi
terhadap laba bersih untuk tiap periode. Perlakuan yang sama diterapkan pada komponen
seperti ekuitas dalam laba (rugi) anak perusahaan atau afiliasi yang belum direkonsiliasi.
Komponen yang dilaporkan setelah pajak harus dikeluarkan bersamaan dengan dampak pajak
mereka jika diklasifikasi uleng terpisah dari laba operasi yang berlanjut.
Pengungkapan pajak penghasilan memungkinkan kita dapat memisahkan faktor yang
tidak menurunkan atau meningkatkan pajak. Pemisahan ini memungkinkan untuk menganalisis
sifat berulang dari faktor ini. Selain itu kita harus menambahkan faktor seperti pajak luar negeri
tambahan, beban yang bukan pengurang pajak, serta pajak negara dan pajak lokal
Penyesuaian Laba dan Komponen Laba
Proses penyesuaian menggunakan data dari laporan laba rugi yang disusun ulang dan
informasi yang tersedia lainnya untuk meletakkan komponen laba pada periode yang lebih
layak. Analis harus berhati-hati meletakkan pos luar biasa pada periode tertentu. Selain itu,
manfaat pajak penghasilan dari kerugian operasi yang ditarik ke depan seharusnya dipindahkan
pada tahun terjadinya kerugian. Untuk perubahan prinsip atau estimasi akuntansi, seluruh
jumlah tahun yang dianalisis harus disesuaikan dalam basis yang dapat diperbandingkan.
Kemampuan analis untuk menyesuaikan seluruh periode berdasarkan basis yang dapat
diperbandingkan tergantung dari ketersediaan informasi. Tujuan dari penyesuaian adalah untuk
menempatkan komponen laba pada periode yang paling sesuai.
Sedangkan untuk Laporan Laba Rugi Bakrie Sumatera pada selama lima tahun dari 2004-2008 disajikan kembali sebagai berikut:
2004 2005 2006 2007 2008PENJUALAN BERSIH 696.447.294 883.309.955 1.180.622.019 1.949.017.782 2.931.418.722 BEBAN POKOK PENJUALAN 433.122.836 575.764.843 769.679.861 1.278.975.125 1.909.396.602 LABA KOTOR 263.324.458 307.545.112 410.942.158 670.042.657 1.022.022.120 BEBAN USAHA: Penjualan 1.943.417 5.431.153 12.910.724 38.625.180 98.952.135 Umum dan administrasi 60.568.171 74.238.587 105.873.573 142.546.274 163.373.071 Jumlah Beban Usaha 62.511.588 79.669.740 118.784.297 181.171.454 262.325.206 LABA USAHA 200.812.870 227.875.372 292.157.861 488.871.203 759.696.914 PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Bagian laba perusahaan asosiasi 0 0 0 0 (78.689.723)Laba (rugi) selisih kurs - bersih (48.924.753) (33.775.627) 45.813.714 (80.306.224) (243.036.843)Penghasilan bunga 951.951 1.531.415 3.354.709 40.934.102 31.124.165 Laba (rugi) penjualan aktiva tetap 609.066 39.462 98.205 (376) 0 Beban bunga dan keuangan (41.485.385) (45.289.671) (70.179.893) (169.803.767) (188.983.710)Laba penjualan investasi saham pada anak perusahaan
13.922.051 20.441.317 0 78.387.692 0
Rugi penghapusan tanaman perkebunan (1.328.049) (1.209.383) (1.238.733) (1.548.729) (1.528.946)rugi penyertaan pada anak perusahaan (3.774.714) 0 0 0 0 Lain-lain - bersih 20.106.252 (8.498.263) (19.541.583) (12.604.115) 1.193.536 Jumlah Beban Lain-lain - Bersih (59.923.581) (66.760.750) (41.693.581) (144.941.417) (479.921.521) LABA SEBELUM TAKSIRAN MANFAAT (BEBAN) PAJAK
140.889.289 161.114.622 250.464.280 343.929.786 279.775.393
TAKSIRAN MANFAAT (BEBAN) PAJAK Periode berjalan (12.569.184) (49.924.520) (76.803.643) (85.038.529) (121.435.632)
Tangguhan (32.929.212) 12.013.221 (763.117) (16.036.307) 15.230.194 Jumlah Taksiran Beban Pajak (45.498.396) (37.911.299) (77.566.760) (101.074.836) (106.205.438) LABA SEBELUM POS LUAR BIASA 95.390.893 123.203.323 172.897.520 242.854.950 173.569.955 Pos Luar Biasa 10.010.000 0 0 0 0 LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN
105.400.893 123.203.323 172.897.520 242.854.950 173.569.955
LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASIKAN SEBELUM DIAKUSISI (9.484.700) (7.487.748) 0 (36.471.715) 0 LABA SEBELUM HAK HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN 95.916.193 115.715.575 172.897.520 206.383.235 173.569.955 HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN 0 0 0 192.037 (591)LABA BERSIH 95.916.193 115.715.575 172.897.520 206.575.272 173.569.364 LABA BERSIH PER SAHAM: 68 50 74 70,33 45,85
Penyusunan Ulang Laporan Laba Rugi Komparatif
PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tahun 2005-2008
(Dalam Ribuan Rupiah)
2005 2006 2007 2008
Pendapatan :
Penjualan Bersih 883.309.955 1.180.622.019 1.949.017.782 2.931.418.722
Penghasilan bunga 1.531.415 3.354.709 40.934.102 31.124.165
Total Pendapatan 884.841.370 1.183.976.728 1.989.951.88
4
2.962.542.887
Biaya dan Beban :
Beban Pokok Penjualan
(Catatan 1)
529.499.957 720.392.412 1.193.199.273 1.877.949.522
Penjualan 5.431.153 12.910.724 38.625.180 98.952.135
Umum dan Administrasi
(Catatan 2)
70.860.925 102.371.728 129.767.934 144.310.828
(Laba) rugi selisih kurs - bersih 33.775.627 (45.813.714) 80.306.224 243.036.843
Lain-lain bersih (Catatan 3) 1.279.777 2.643.341) 4.481.351 13.385.425
Amortisasi goodwill(Catatan 3) 4.718.599 4.718.599 8.974.695 26.589.196
Amortisasi biaya penerbitan
(Catatan 3)
18.927.247 20.388.930
Jasa manajemen (Catatan 3) (10.816.476) (33.257.291)
Refinancing cost atas hutang
bank kepada RZB – Austria
(Catatan 3)
16.466.325
Penghapusan uang muka
penyertaan saham (Catatan 3)
1.000.000
Koreksi hutang lebih catat
(Catatan 3)
3.568.676
Penghapusan dana yang
dibatasi penggunaannya
(Catatan 3)
8.628.117
Penyusutan (Catatan 4) 49.642.548 52.789.294 98.554.192 50.509.323
(Laba) rugi penjualan aktiva
tetap
(39.462) (98.205) 376 -
Bagian laba perusahaan
asosiasi
- - - 78.689.723
Beban bunga dan keuangan 45.289.671 70.179.893 189.803.767 188.983.710
Rugi penghapusan tanaman 1.209.383 1.238.733 1.548.729 -
perkebunan
Laba penjualan investasi
saham pada anak perusahaan
(20.441.317) - - -
Total Biaya dan Beban 723.726.748 933.512.448 1.646.022.09
8
2.682.767.494
Laba Sebelum Taksiran
Manfaat (Beban) Pajak
161.114.622 250.464.280 343.929.786 279.775.393
Taksiran Manfaat (Beban)
Pajak :
Periode berjalan (49.924.520) (76.803.643) (85.038.529) (121.435.632)
Tangguhan 12.031.221 (763.117) (16.036.307) 15.230.194
Jumlah Taksiran Beban Pajak (37.911.299
)
(77.566.760) (101.074.836) (106.205.438)
Laba Sebelum Hak Minoritas
Atas Laba Bersih Anak
Perusahaan
123.203.323 172.897.520 242.854.950 173.569.955
Laba Bersih Anak Perusahaan
Yang Dikonsolidasikan
Sebelum Diakuisisi
(7.487.748) - (36.471.715) -
Laba Sebelum Hak Minoritas
Atas Rugi Bersih Anak
115.715.575 172.897.520 206.383.235 173.569.955
Perusahaan
Hak Minoritas atas Rugi Bersih
Anak Perusahaan
- - 192.037 (591)
Laba Bersih 115.715.575 172.897.520 206.575.272 173.569.364
Catatan 1 :
Beban Pokok Penjualan 575.764.843 769.679.861 1.278.975.12
5
1.909.396.602
Dikurang : Penyusutan &
Amortisasi
(46.264.886) (49.287.449) (85.775.852) (31.447.080)
529.499.957 720.392.412 1.193.199.27
3
1.877.949.522
Catatan 2 :
Umum dan Administrasi 74.238.587 105.873.573 142.546.274 163.373.071
Dikurang : Penyusutan &
Amortisasi
(3.377.662) (3.501.845) (12.778.340) (19.062.243)
70.860.925 102.371.728 129.767.934 144.310.828
Catatan 3 :
Lain-Lain bersih 8.498.263 19.541.583 12.604.115 355.410
Dikurang : Amortisasi goodwill (4.718.599) (4.718.599) (8.974.695) (26.589.196)
Dikurang : Amortisasi biaya
penerbitan
(18.927.247) (20.388.930)
Ditambah : Jasa manajemen 10.816.476 33.257.291
Dikurang : Refinancing cost
atas hutang bank kepada RZB –
Austria
(16.466.325)
Dikurang : Penghapusan uang
muka penyertaan saham
(1.000.000)
Ditambah : Koreksi hutang
lebih catat
3.568.676
Dikurang : Penghapusan dana
yang dibatasi penggunaannya
(8.628.117)
1.279.777 2.643.341 4.481.351 13.385.425
Catatan 4 :
Penyusutan & Amortisasi
(Catatan 1)
46.264.886 49.287.449 85.775.852 31.447.080
Penyusutan & Amortisasi
(Catatan 2)
3.377.662 3.501.845 12.778.340 19.062.243
Total Penyusutan 49.642.548 52.789.294 98.554.192 50.509.323
Laporan Laba Rugi PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tahun 2005-2008 Yang Disesuaikan
(Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Laba Per Saham)
2005 2006 2007 2008
Laba bersih yang dilaporkan 115.715.575 172.897.520 206.575.272 173.569.364
Dampak Laba Bersih Anak
Perusahaan Yang
Dikonsolidasikan Sebelum
Diakuisisi
7.487.748 - 36.471.715 -
Dampak Hak Minoritas atas
Rugi Bersih Anak Perusahaan
- - (192.037) 591
Dampak Rugi penghapusan
tanaman perkebunan
1.209.383 1.238.733 1.548.729 -
Dampak Laba penjualan
investasi saham pada anak
perusahaan
(20.441.317
)
- - -
Dampak Laba rugi penjualan
aktiva tetap
(39.462) (98.205) 376 -
Dampak Bagian laba
perusahaan asosiasi
- - - 78.689.723
Laba bersih yang disesuaikan 103.931.927 174.038.048 244.404.055 252.259.678
Berikut adalah ikhtisar keuangan untuk Bakrie Sumatera dan Astra Agro Lestari (Industri Sejenis) selama lima tahun dari 2004-2008:
BAKRIE SUMATERA:
ASTRA AGRO LESTARI:
BAKRIE SUMATERA (Ribu Rp):
2004 2005 2006 2007 2008
PENJUALAN BERSIH 696.447.294 883.309.955 1.180.622.01
9 1.949.017.782 2.931.418.722 LABA USAHA 200.812.870 227.875.372 292.157.861 488.871.203 759.696.914 BEBAN USAHA 495.634.424 655.434.583 888.464.158 1.460.146.579 2.171.721.808
% Beban Usaha / Penjualan Bersih
71,17 74,20 75,25 74,92 74,08
% Kenaikan Laba Usaha 0,00 13,48 28,21 67,33 55,40
ASTRA AGRO LESTARI (Juta Rp):
2008 2007 2006 2005 2004Penjualan Bersih 8.161.217 5.960.954 3.757.987 3.370.936 3.472.524 Laba usaha 3.377.344 2.906.045 1.198.597 1.198.615 1.284.812 Beban Usaha 4.783.873 3.054.909 2.559.390 2.172.321 2.187.712
% Beban Usaha / Penjualan Bersih 58,62 51,25 68,11 64,44 63,00
% Kenaikan Laba Usaha
16,22 142,45 0,00 -6,71 0,00
Terlihat bahwa Bakrie Sumatera adalah industri yang lebih efisien karena persentase beban
usaha terhadap penjualan bersih lebih kecil dibandingkan persentase beban usaha terhadap
penjualan bersih Astra Agro Lestari. Bakrie Sumatera juga mengalami pertumbuhan laba yang
lebih stabil dibandingkan dengan Astra Agro Lestari. Tetapi apabila dilihat dari nilai laba usaha
yang lebih tinggi, Astra Agro Sumatera lebih unggul dibandingkan dengan Bakrie Sumatera.
Faktor Penentu Daya Tahan Laba
Faktor-faktor penentu daya tahan laba antara lain:
1. Manajemen laba
2. Keragama
3. Tren
4. Insentif
Tren dan Daya Tahan Laba
Laba yang mencerminkan tren pertumbuhan yang stabil lebih diinginkan. Tren ini dapat dinilai
melalui metode statistik atau dengan pernyataan tren (trend statement). Tren laba memberi
informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan masa depan dan menilai kualitas
manajemen. Distorsi akuntansi yang mempengaruhi tren harus diwaspadai, terutama mengenai
perubahan prinsip akuntansi dan dampak kombinasi usaha, utamanya pembelian.
Manajemen dan Daya Tahan Laba
Beberapa bentuk manajemen laba yang harus diwaspadai mencakup:
o Perubahan metode atau asumsi akuntansi.
o Menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa)
o Mandi besar (big bath)
o Penurunan nilai
o Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban
Insentif dan Daya Tahan Manajemen
Insentif bagi manajer sangat terkait dengan laba perusahaan. Pada awalnya manejemen
melaporkan laba yang terlalu rendah sehingga menciptakan cadangan untuk dapat digunakan
pada tahun berikutnya. Dengan adanya insentif kinerja bagi manajer, dan penggunaan angka
akuntansi untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analis harus menyadari adanya
potensi manajemen laba dan bahkan salah saji. Analis harus mampu mengenali perusahaan
yang memiliki dorongan kuat untuk melakukan manajemen laba, dan kemudian meneliti praktik
akuntansi perusahaan untuk memastikan integritas laporan keuangan.
PENILAIAN EKUITAS BERBASIS LABA
Deskripsi penilaian ekuitas perusahaan tradisional dilakukan berdasarkan metode diskonto arus
kas (discounted cash flow- DFC method) dimana nilai ekuitas perusahaan dihitung berdasarkan
ramalan arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas. Ramalan ini lalu didiskonto menggunakan
biaya modal perusahan.
Hubungan antara Harga Saham dengan Data Akuntansi
Berikut ini adalah model penilaian akuitas berbasis saham akuntansi:
Vt = BVt + E(RI¿¿t+1)
(1+k )1¿ +
E(RI¿¿t+2)(1+k )2
¿ + E(RI¿¿t+3)
(1+k )3¿ + …
E(RI¿¿t+n)(1+k )n
¿ + …
Keterangan:
BVt = nilai buku akhir periode t
RI t+n = laba sisa pada periode t+n, dan
K= biaya modal
Berikut ini merupakan data mengenai laporan laba rugi dari PT Bakrie Sumatera Plantation
setelah dilakukan penyesuaian beserta nilai buku pada setiap akhir tahunnya :
Tahun 2005-2008 Yang Disesuaikan
(Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Laba Per Saham)
2005 2006 2007 2008
Laba bersih yang disesuaikan 103.931.927 174.038.048 244.404.055 252.259.678
Nilai Buku pada akhir tahun 490.727.471 642.485.319 2.385.205.980 2.470.178.284
Biaya modal (k) :
Tahun ke-1 = 174.038.048−103.931 .927
103.931 .927 = 0.6745 / 67,45%
Tahun ke- 2 = 244.404 .055−174.038 .048
174.038 .048 = 0,4043 / 40,43%
Tahun ke-3 =252.259.678−244.404 .055
244.404 .055 = 0,0321 / 3,21%
Average biaya modal (k) = (67,45% + 40,43% + 3,21%) : 3
= 37,03%
Penilaian perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation yang dihitung pada akhir tahun 2005 –
2008 berdasarkan model penilain ekuitas berbasis akuntansi diatas adalah adalah:
Nilai perusahaan = 490.727.471+{174.038 .048−(37,03% x 490.727 .471)}
(1+0,3703)1 +
{244.404 .055−(37,03% x642.485 .319)}(1+0,3703)2
+ {252.259 .678−(37,03% x 2.385.205 .980)}(1+0,3703)3
= 490.727.471 + (5.603.396,70) + 34.572.242,90 + (245.228.004,1)
= 274.468.313,1 (Dalam Ribuan Rupiah)
Model ini secara langsung memperlihatkan pentingnya profitabilitas masa depan dalam menilai
perusahaan, yaitu dengan menggunakan estimasi laba bersih dan nilai buku masa depan. Dari
hasil perhitungan atas niali perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation tersebut dapat terlihat
bahwa dari sudut pandang seorang investor, perusahaan ini memiliki nilai yang baik dimana
terlihat dari jumlah positif angka nilai perusahaan, serta dari situ dapat diketahui bahwa
perusahaan memiliki ekspektasi yang baik dalam hal pemberian/pembagian dividennya bagi
investor. Hal ini tercermin dari profitabilitas masa depan yang terukur dalam net incomenya
(ekspektasinya).
Perkalian Penilaian Dasar
Dua pengukuran penilaian yang sering digunakan adalah rasio ‘harga terhadap nilai buku’ (price
to book-PB) dan rasio ‘harga terhadap laba’ (price to earning - PE). Melalui perbandingan rasio
dasar ini dengan angka implicit pada harga pasar saham terkini, kita dapat mengevaluasi nilai
investasi suatu perusahaan milik publik.
Rasio Harga terhadap Nilai Buku
Rasio harga terhadap nilai buku (price to book – PB ratio) dihitung sebagai berikut:
Nilai pasar ekuitasNilaibuku ekuitas
Berikut ini adalah perhitungan untuk PB ratio dengan menggunakan rasio diatas yang dilakukan
pada PT Bakrie Sumatera Plantation dimana data-datanya diperoleh dari sumber:
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock:
Keterangan\
tahun
2005 2006 2007 2008
Nilai pasar
ekuitas (Dalam
407 951 2,230 255
Rupiah)
Nilia buku
ekuitas
490.727.471.0
00/2.331.000.0
00 saham
642.485.319.000/
2.331.000.000
saham
2.385.205.980.00
0/3.787.875.000
saham
2.470.178.284,0
00/3.787.996.93
5 saham
PB rasio 1,933 3,450 3,541 0,391
Dari hasil perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa nilai dari PB ratio dari tahun 2005-2007
terus mengalami peningkatan. Nilai PB ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan akan laba sisa perusahaan. Dengan kata lain, pada tahun 2005 hingga
tahun 2007, perusahaan mengalami peningkatan laba sisa. Selain itu, nilai yang terkandung
dalam PB ratio perusahaan pada tahun-tahun tersebut menunjukkan adanya ekspektasi yang
lebih tinggi dari pasar terhadap net income perusahaan. Namun untuk tahun 2008, nilai PB
rationya adalah kurang dari 1. Hal tersebut mengindikasikan laba sisa perusahaan untuk tahun
tersebut mengalami penurunan, serta menunjukkan bahwa ekspektasi pasar terhadap net
income perusahaan lebih rendah.
Rasio Harga terhadap Laba
Rasio harga terhadap laba (price to earning – PE ratio) dihitung sebagai berikut:
Nilai pasar ekuitasLababersi h
Persamaan ini pada dasarnya memberikan dua pemahaman penting;
1. Rasio PE berhubungan terbalik dengan biaya modal, yaitu rasio ini lebih rendah untuk
biaya ekuitas yang lebih tinggi dan sebaliknya, serta
2. Rasio ini berhubungan positif dengan taksiran pertumbuhan laba per saham relatif
terhadap pertumbuhan normal .
Rasio PE tidak terkait dengan tingkat laba absolute, hanya memperlihatkan tingkat di mana laba
per saham diharapkan meningkat terhadap taksiran pertumbuhan.
Berikut ini adalah perhitungan untuk PE ratio dengan menggunakan rasio diatas yang dilakukan
pada PT Bakrie Sumatera Plantation dimana data-datanya diperoleh dari sumber:
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock:
Keterangan\tahun 2005 2006 2007 2008
Nilai pasar ekuitas
(Dalam Rupiah)
407 951 2,230 255
Laba bersih 103.931.9
27.000/2.
331.000.0
00 saham
174.038.048.000/
2.331.000.000
saham
244.404.055.000/
3.787.875.000
saham
252.259.678,000/
3.787.996.935
saham
PB rasio 9,128 12,737 34,561 3,829
Dari hasil perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa setiap tahunnya, yakni sejak tahun dari
2005 sampai tahun 2007, PE ratio-nya terus mengalami peningkatan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laba perusahaan mengalami peningkatan,terlihat dari nilai yang positif
lebih dari 1. Sedangkan pada tahun 2008, nilai dari PE rationya menurun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laba perusahaan tersebut mengalami penurunan.
Berikut ini merupakan tampilan dari Grafik dari Rasio PB dan Rasio PE pada PT Bakrie Sumatera
Plantation :
2005 2006 2007 20080
5
10
15
20
25
30
35
40
PB RatioPE Ratio
2005 2006 2007 2008Rp-
Rp50,000,000
Rp100,000,000
Rp150,000,000
Rp200,000,000
Rp250,000,000
Rp300,000,000
Laporan Laba Rugi Sebelum DisesuaikanLaporan Laba Rugi Setelah Disesuaikan
Setelah melakukan penyusunan ulang dan penyesuaian dengan menghapus komponen-
komponen yang bersifat acak, tidak tentu, tidak biasa dan tidak berulang pada laporan laba rugi
PT. Bakrie Sumatera Plantations, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa pergerakan laba
PT. Bakrie Sumatera Plantations adalah positif, dan penurunan laba yang dilaporkan oleh
perusahaan, bukan diakibatkan oleh komponen laba yang stabil, melainkan diakibatkan oleh
komponen laba yang bersifat acak, tidak tentu dan tidak berulang. Sehingga terdapat indikasi
manajemen laba dari fenomena ini, namun setelah kami telaah lebih lanjut, bahwa penurunan
ini lebih disebabkan oleh faktor non-operasi yang terdapat pada akun bagian laba perusahaan
asosiasi.
Hubungan Rasio PB dan Rasio PE pada PT Bakrie Sumatera Plantation
Seperti telah diperlihatkan, rasio PB merupakan fungsi dari profitabilitas masa depan relatif
terhadap nilai buku dan pertumbuhan nilai buku, sementara rasio PE merupakan fungsi dari
profitabilitas masa depan ralatif terhadap tingkat laba saat ini. Maka,berikut ini implikasi
kombinasi dari rasio PB dan rasio PE.
P/B Tinggi P/B Rendah
P/E Tinggi Taksiran laba sisa (RI) positif.
Laba yang meningkat.
(Perusahaan dengan kinerja
baik)
Taksiran laba sisa (RI)negatif.
Laba yang meningkat.
(Perusahaan dalam
perbaikan)
P/E Rendah Taksiran laba sisa (RI) positif.
Laba yang menurun.
(Perusahaan yang menurun)
Taksiran laba sisa (RI) negatif.
Laba yang menurun.
(Perusahaan dengan kinerja
buruk)
Berdasarkan implikasi kombinasi tersebut serta perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan keadaan PT Bakrie Sumatera Plantation untuk tahun 2005-2008 yang
disajikan dalam tabel berikut ini :
P/B Ratio P/E Ratio Keadaan Perusahaan
2005 Tinggi Tinggi Kinerja Perusahaan
Baik
2006 Tinggi Tinggi Kinerja Perusahaan
Baik
2007 Tinggi Tinggi Kinerja Perusahaan
Baik
2008 Rendah Rendah Kinerja Perusahaan
Buruk
KEKUATAN LABA DAN PERAMALAN UNTUK TUJUAN PENILAIAN
Kekuatan Laba
Kekuatan laba (earning power) mengacu pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan
terjadi di masa depan. Dengan sedikit pengecualian, kekuatan laba diakui sebagai faktor utama
dalam penilaian perusahaan. Model penilaian berbasis akuntansi mencakup kapitalisasi
kekuatan laba, di mana kapitalisasi ini melibatkan penggunaan suatu faktor atau penggandaan
yang mencerminkan biaya modal dan taksiran risiko dan pengembalian masa depan. Banyak
analisis laba dan keuangan yang ditujukan untuk menentukan kekuatan laba.
Mengukur Kekuatan Laba
Kekuatan laba merupakan konsep yang berasal dari analisis keuangan, bukan akuntansi. Konsep
ini melihat stabilitas dan daya tahan laba serta komponen laba. Laporan keuangan digunakan
untuk menghitung kekuatan laba. Penghitungan ini membutuhkan pengetahuan, penilaian,
pengalaman, dan perspektif. Laba merupakan pengukuran yang paling andal dan relevan untuk
tujuan penilaian. Meskipun penilaian berorientasi masa depan, kita harus mengakui relevansi
kinerja perusahaan saat ini dan sebelumnya untuk mengestimasi kinerja masa depan. Laba
periode terakhir yang melampaui siklus usaha mencerminkan kinerja operasi aktual dan
memberikan kita suatu perspektif atas aktivitas operasi di mana kita dapat mengestimasi
kinerja masa depan. Penilaian sangat penting untuk beberapa keputusan (seperti investasi,
pemberian pinjaman, perencanaan pajak, keputusan pengadilan atas perselisihan penilaian).
Karenanya, estimasi penilaian harus kredibel dan dapat dipertahankan, dan kita harus meneliti
jika terdapat penyimpangan dari norma.
Rentang Waktu Kekuatan Laba
Periode satu tahun seringkali terlalu singkat untuk mengukur laba dengan andal. Hal ini
desebabkan sifat aktivitas investasi dan pendanaan yang sebagian besar jangka panjang,
dampak siklus usaha, dan adanya berbagai faktor tidak berulang. Pengukuran terbaik kekuatan
laba suatu perusahaan adalah dengan menggunakan laba rata-rata (kumulatif) selama
beberapa tahun.
Berikut ini adalah laba PT Bakrie Sumatera Plantations tbk selama 5 tahun (tahun 2004-2008)
TAHUN LABA BERSIH
2004 95.916
2005 115.716
2006 172.898
2007 206.575
2008 173.569
Dari tabel tersebut terlihat bahwa laba perusahaan memiliki kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun. Namun, pada tahun 2008, laba perusahaan mengalami penurunan.
2004 2005 2006 2007 20080
50000
100000
150000
200000
250000
LABA BERSIH
LABA BERSIH
Laba bersih pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007, padahal,
penjualan bersihnya mengalami peningkatan yang signifikan. Penyebab menurunnya laba
bersih ini berasal dari penghasilan (beban) lain-lain. Pada tahun 2008, laba sebelum taksiran
manfaat (beban) pajak mencapai Rp 279,78 milyar, turun 18,65% dibandingkan tahun 2007.
Penyebab utama penurunan ini adalah rugi selisih kurs bersih yang mencapai Rp 243,04 milyar
pada tahun 2008, naik 202,64% dibandingkan tahun 2007, rugi perusahaan asosiasi yang
mencapai Rp 78,69 milyar, serta beban bunga dan keuangan yang mencapai Rp 188,98 milyar,
11,30% lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Sementara itu, taksiran beban pajak mengalami
kenaikan sebesar 5,08%.
Menyesuaikan Laba Per Saham
Kekuatan laba dihitung dengan menggunakan seluruh komponen laba. Setiap pos pendapatan
dan beban merupakan bagian dari pengalaman operasi perusahaan. Berikut ini Laba per Saham
(Earning per Share) PT Bakrie Sumatera Plantations tbk dari tahun 2004 sampai 2008.
TAHUN JUMLAH SAHAM BEREDAR
(jutaan lembar)
EARNING PER
SHARE
2004 2.331 68
2005 2.331 50
2006 2.331 69
2007 3.788 70
2008 3.788 46
Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah dengan membagi laba bersih dengan jumlah
rata-rata tertimbang saham yang beredar selama periode yang bersangkutan. Earning per Share
PT Bakrie Sumatera Plantations tbk berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, EPS
mengalami penurunan dari 70 menjadi 46, yang disebabkan menurunnya laba bersih.
Sementara itu, jumlah saham beredartidak mengalami perubahan pada tahun 2008.
Berikut ini adalah perhitungan earning per share perusahaan sebagaimana diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangannya.
Laba per saham dasar (Earning Per Share) pada tahun 2007 disajikan kembali sehubungan
dengan penerbitan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu pada tahun 2008.
Pada tanggal 7 Oktober 2008, otoritas pasar modal BEI menerapkan suspend terhadap saham
PT Bakrie Sumatera Plantations tbk setelah terjadi penurunan dari Rp 710 per lembar ke Rp
460 per lembar (-35,21%) pada perdagangan 6 Oktober 2008. Penurunan harga tersebut dinilai
tidak wajar. Penurunan harga saham tidak hanya terjadi pada PT Bakrie Sumatera. Hampir
seluruh perusahaan komoditi Indonesia dan bahkan dunia mengalami hal yang sama.
Memburuknya kondisi perekonomian global telah berdampak pada turunnya permintaan atas
berbagai jenis komoditas, sehingga menyebabkan para investor bereaksi negatif terhadap
saham sektor komoditas, termasuk emiten perkebunan. Untuk memulihkan kepercayaan
investor, Manajemen perusahaan melakukan program pembelian kembali saham (share
buyback program). Alokasi dana yang dianggarkan
untuk program ini adalah sebesar Rp 150 milyar. Realisasi program ini terjadi dalam periode 21
Oktober 2008 sampai dengan 19 Januari 2009. Total lembar saham yang berhasil dibeli kembali
adalah 6,1 juta lembar saham, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 1,99 milyar. Pada
penutupan sesi perdagangan akhir Desember 2008, harga saham UNSP berada pada level Rp
260 per lembar, meningkat 40,54% dibandingkan harga terendah pada tahun 2008.
PERAMALAN LABA
Bagian utama analisis laporan keuangan dan penilaian adalah peramalan laba. Dari perspektif
analisis, evaluasi tingkat laba sangat terkait dengan peramalan laba. Hal ini disebabkan ramalan
laba yang relevan melibatkan analisis komponen laba dan penilaian mereka di masa depan.
Peramalan laba mengikuti analisis komponen laba dan melibatkan pembuatan estimasi laba
masa depan. Kita harus mempertimbangkan interaksi antar komponen dan kondisi usaha masa
depan. Kita juga harus memperhitungkan daya tahan dan stabilitas komponen-komponen laba.
Hal ini mencakup analisis elemen yang sifatnya permanen (berulang) dan sementara (tidak
berulang).
Mekanisme Peramalan Laba
Peramalan mengharuskan kita untuk menggunakan seluruh informasi yang tersedia secara
efektif, termasuk laba periode sebelumnya. Peramalan juga melibatkan manfaat dari
pemisahan (dissaggregation). Pemisahan melibatkan penggunaan laba berdasarkan lini produk
atau segmen dan terutama berguna jika segmen tersebut memiliki perbedaan risiko,
profitabilitas, atau pertumbuhan. Berikut ini kinerja PT Bakrie Sumatera Plantations tbk
berdasarkan segmen.
TAHUN 2007
TAHUN 2008
Dari data di atas, terlihat bahwa segmen yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap
penjualan PT Bakrie Sumatera Plantations tbk pada tahun 2007 dan 2008 adalah sawit dan
turunannya.
Minyak sawit memiliki jumlah aktiva Rp 4.129,68 milyar dan jumlah kewajiban Rp 800,65
milyar. Pendapatan dari segmen ini Rp 2.527,56 milyar, dan laba kotor Rp 735,56 milyar.
Dibandingkan tahun 2007, jumlah aktiva meningkat 40,01%, jumlah kewajiban menurun
14,94%, pendapatan meningkat 40,69%, dan laba kotor meningkat 56,04%.
Karet alam memiliki jumlah aktiva Rp 927,89 milyar dan jumlah kewajiban Rp 262,14 milyar.
Segmen karet alam memperoleh pendapatan sebesar Rp 776,64 milyar dan laba kotor sebesar
Rp 307,98 milyar. Dibandingkan tahun 2007, jumlah aktiva meningkat 73,45%, jumlah
kewajiban 150,14%, pendapatan 35,44%, dan laba kotor 54,18%.
Segmen minyak sawit memiliki penjualan yang lebih besar dibandingkan segmen karet alam.
Selain itu, segmen minyak sawit juga memiliki laba kotor yang lebih besar.
Penelitian analisis mengungkapkan berbagai karakteristik dalam laba. Pertumbuhan laba
tahunan seringkali bergerak secara acak. Bagi beberapa pengguna, hal ini berarti pertumbuhan
laba tidak dapat diramalkan. Peramalan laba yang andal tidak dapat dihasilkan ekstrapolasi
sederhana dari pertumbuhan atau tren laba masa lalu. Namun dilakukan dengan menganalisis
komponen laba dan mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia. Salah satu sumber
informasi relevan yang berguna untuk peramalan laba adalah Management Discussion and
Analysis. Bahasan tersebut mengandung informasi atas pandangan dan perilaku manajemen
mengenai masa depan, beserta pembahasan faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan.
Manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations tbk sendiri pada tahun 2008, fokus operasionalnya
adalah pertumbuhan jangka panjang. Sejak tahun 2007, perusahaan mendorong pertumbuhan
ini dengan kerja sama inovatif dalam pendanaan, penerapan EVA, dan pemantapan tata kelola
perusahaan yang baik. Karena orientasinya pertumbuhan jangka panjang, maka kemungkinan
perusahaan akan terus memperbaiki proses bisnis internal yang pada akhirnya akan berdampak
pada peningkatan laba pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini juga didukung oleh permintaan
pasar akan minyak sawit yang terus meningkat dan kurs Rupiah yang relatif membaik setelah
tahun 2008 (pada tahun 2008, penurunan laba bersih perusahaan terutama disebabkan oleh
rugi selisih kurs)
Elemen Peramalan Laba
Meskipun peramalan laba bergantung pada prospek masa depan, prospek peramalan harus
bergantung pada bukti saat ini dan masa lalu. Kita meramalkan taksiran kondisi masa depan
berdasarkan bukti ini. Laba merupakan pendapatan dikurangi beban, dan peramalan laba
mencerminkan hal tersebut.
Elemen lain pada peramalan laba adalah memeriksa kewajaran ramalan. Untuk tujuan ini,
seringkali digunakan angka pengembalian investasi modal. Jika ramalan laba menghasilkan
pengembalian yang sangat berbeda dengan pengembalian masa lalu atau pengembalian
industri, kita harus menilai kembali ramalan dan prosesnya. Selain itu, kondisi keuangan
perusahaan juga merupakan elemen peramalan laba lainnya.
Melaporkan Peramalan Laba
Ketertarikan terhadap pengungkapan ramalan laba oleh perusahaan memperlihatkan
peningkatan. Kita harus menyadari bahwa peramalan manajemen (pihak internal) berbeda
dengan peramalan yang dilakukan analis keuangan (pihak eksternal). Keandalan peramalan
tergantung dari akses informasi dan asumsinya. Penggunaan peramalan manajemen atau analis
pada analisis tergantung pada penilaian asumsi yang mendasarinya. Sebaiknya peramalan
dilakukan dengan niat baik dengan landasan yang layak. SEC menyarankan agar peramalan
disajikan dalam format laporan keuangan dan disertai informasi yang cukup bagi investor untuk
menilai keandalan.
Laporan Interim Untuk Pengawasan dan Revisi Estimasi Laba
Menilai kekuatan laba atau peramalan laba suatu perusahaan bergantung pada estimasi kondisi
masa depan yang tidak dapat dibuktikan. Analisis harus terus menerus mengawasi kinerja
perusahaan dan membandingkannya dengan peramalan dan asumsi terkini. Laporan keuangan
interim merupakan sumber informasi yang berharga untuk mengawasi kinerja. Laporan ini
berguna untuk merevisi estimasi kekuatan laba dan peramalan laba. Namun, laporan interim
memiliki keterbatasan yang terkait dengan kesulitan untuk meletakkan komponen laba pada
periode kurang dari satu tahun.
BAPEPAM sendiri mengharuskan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk
menyampaikan laporan keuangan interim per kuartal. Laporan ini sama seperti laporan
keuangan satu tahun, yaitu terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
top related