alat ukur radiasi di bidang kedokteran nuklir
Post on 26-Jul-2015
614 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI
Alat Ukur Radiasi di Bidang Kedokteran Nuklir
DISUSUN OLEH:
AGUNG KURNIAWAN
NIM 030800152
JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR PRODI ELEKTROMEKANIK
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
2010
Jalan Babarsari PO BOX 6101/YKBB, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55281 Telp (0274) 484085 Fax (0274) 489715
PENDAHULUAN
Semakin bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat di Indonesia sebagai hasil
dari pembangunan nasional yang berkesinambungan maka terjadi peningkatan pemenuhan
kebutuhan kesehatan oleh setiap individu. Selain itu pola epidemiologi penyakit di Indonesia juga
mengalami pergeseran terutama di kota-kota besar sehingga saat ini penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, degeneratif, dan onkologi telah termasuk dalam 10 jenis penyakit pembunuh
terbanyak.
Oleh karena itu perlu suatu terobosan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang
terjadi tersebut. Peranan dari ilmu kedokteran nuklir dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
penanggulangan berbagai masalah kesehatan itu.
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran merupakan suatu terobosan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat penting di abad 20. Penggunaan isotop radioaktif dalam
kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri Danlos yang menggunakan radium untuk
pengobatan penyakit tubercolusis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir
adalah George C. de HEVESSY, dialah yang meletakkan dasar prinsip perunut dengan
menggunakan radioisotop alam Pb-212. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop
alam tidak lagi digunakan.
Bidang iptek ini, yang sekarang berkembang pesat dan dikenal sebagai ilmu kedokteran
nuklir. Kedokteran Nuklir adalah cabang dari ilmu kedokteran yang memanfaatkan radiofarmaka
(senyawa kompleks dari radioisotop sumber terbuka berumur paro relatif pendek dengan suatu
sediaan farmasi yang spesifik untuk organ tertentu) dan peralatan deteksi nuklir (deteksi sinar
gamma atau beta) yang dilengkapi perangkat lunak khusus untuk mengetahui fungsi dan atau
anatomi organ tertentu dalam rangka diagnostik suatu kelainan / penyakit dan atau terapi penyakit.
Keunggulan kedokteran nuklir adalah kemampuannya mendeteksi bahan-bahan yang ditandai
dengan perunut radioaktif. Di samping itu teknik nuklir berperan pula dalam kajian-kajian dan
penelitian-penelitian untuk lebih memahami proses fisiologi dan patofisiologi dari kelainan yang
terjadi di berbagai organ tubuh manusia sampai tingkat seluler bahkan molekuler. Berbagai disiplin
ilmu kedokteran seperti endokrinologi, nefrologi, kardiologi, neurologi, onkologi dan sebagainya
telah lama memanfaatkan teknik ini.
Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat
dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama dengan
digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang dahulu hanya
menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang sederhana, kini telah berkembang
menjadi peralatan canggih kamera gamma dan berbagai peralatan lain yang dapat menampilkan citra
alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi serta statik maupun dinamik.
Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai
disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung,
dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir ini.
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................... 4
i. DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. 4
ii. DAFTAR BLOK DIAGRAM..................................................................................................... 5
iii. DAFTAR TABEL....................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................... 7
A. Kedokteran Nuklir dan Jenis-jenis Teknik yang Digunakan...................................................... 7
B. Peralatan...................................................................................................................................... 9
I. Teknik in-Vitro...................................................................................................................... 9
Pencacah Gamma dengan Detektor Sintilasi NaITl
II. Teknik in-Vivo....................................................................................................................... 10
II.1 Teknik in-Vivo imaging................................................................................................ 10
Kamera Gamma
II.2 Teknik in-Vivo non-Imaging........................................................................................ 14
Renograf
PENUTUP......................................................................................................................................... 18
Kesimpulan........................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 19
3
TINJAUAN PUSTAKA
i. DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kamera Gamma......................................................................................................... 10
Gambar 2 Tampilan Menu Utama.............................................................................................. 11
Gambar 3 Tampilan Menu Pasien.............................................................................................. 12
Gambar 4 Tampilan Menu Akusisi............................................................................................ 12
Gambar 5 Tampilan Laporan Hasil Analisis.............................................................................. 13
Gambar 6 Slide Materi Pembelajaran........................................................................................ 13
Gambar 7 Perangkat Keras Renograf Dual Probes.................................................................... 15
Gambar 8 Tampilan Perangkat Lunak Reno XP........................................................................ 16
Gambar 9 Kurva Renogram....................................................................................................... 16
Gambar 10 Tipikal Pola-pola Renogram..................................................................................... 17
4
ii. DAFTAR BLOK DIAGRAM
Halaman
Blok Diagram 1 Sistem Pengukuran Radiasi dengan Detektor Sintilasi................................. 9
Blok Diagram 2 Kamera Gamma............................................................................................. 10
Blok Diagram 3 Renograf BI-756............................................................................................ 15
5
iii. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Perbedaan Pencitraan Kedokteran Nuklir dan Radiologi......................................... 8
6
PEMBAHASAN
Kedokteran Nuklir dan Jenis-jenis Teknik yang Digunakan
Kedokteran Nuklir adalah cabang dari ilmu kedokteran yang memanfaatkan radiofarmaka
(senyawa kompleks dari radioisotop sumber terbuka berumur paro relatif pendek dengan suatu
sediaan farmasi yang spesifik untuk organ tertentu) dan peralatan deteksi nuklir (deteksi sinar
gamma atau beta) yang dilengkapi perangkat lunak khusus untuk mengetahui fungsi dan atau
anatomi organ tertentu dalam rangka diagnostik suatu kelainan/penyakit dan atau terapi penyakit.
Pada kedokteran nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi in-vivo)
maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan
sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas
percobaan).
Teknik in-vitro adalah teknik dimana cuplikan biologik dari subyek penelitian direaksikan
dengan suatu radioisotop didalam tabung dalam rangka penetapan kadar zat tertentu didalam
cuplikan tersebut untuk keperluan diagnostik fungsi organ atau sistem. Salah satu teknik invitro yang
banyak dipakai adalah teknik Radio Immuno Assay (RIA) dan Immuno Radio Metric Assay (IRMA).
Alat utamanya adalah Pencacah Gamma (Gamma Counter). Zat-zat yang dapat ditetapkan kadarnya
adalah hormon, protein endogen, obat, penanda tumor, penanda infeksi dan lain-lain.
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui
mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh
dari pasien dapat berupa:
1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapt diperoleh dengan bantuan
peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik in-vivo imaging).
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angka-angka yang
menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra
atau gambar yang diperoleh dengan kamera positron.
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dan sebagainya) yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi
(teknik in-vivo non-imaging).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi
mengenai fungsi organ yang diperiksa.
Teknik in-vivo imaging adalah teknik dimana radiofarmaka (yang spesifik untuk organ
tertentu) diberikan kepada subyek penelitian (secara oral, parenteral, inhalasi dan lain-lain)
kemudian dilakukan pendeteksian sinar gamma dari radioisotop yang terakumulasi didalam organ
target dengan alat pendeteksi. Pendeteksian dapat dilakukan secara planar dinamik (cacahan per-
image per satuan waktu secara serial sejak sesegera setelah radiofarmaka disuntikkan sampai dengan
waktu tertentu) atau planar statik (cacahan per-image per satuan waktu, setelah jeda waktu tertentu
paska penyuntikkan radiofarmaka) atau SPECT (suatu teknik tomografi) atau pencacahan seluruh
tubuh (whole body). Data yang dihasilkan berupa gambar serial, kurva cacahan VS waktu, hasil
analisis kuantitatif oleh perangkat lunak, gambar statik biasa, gambar statik tomografik atau gambar
seluruh tubuh. Alat utamanya adalah Kamera Gamma (Gamma Camera) Planar atau SPECT.
7
Pemeriksaan fungsi organ (disebut juga scanning) yang dapat dilakukan adalah otak, kelenjar air
mata, kelenjar ludah, tiroid, paru, jantung, kelenjar mamae, lambung, usus, ginjal, hati, limpa,
empedu, tulang (spot atau seluruh tubuh), kelenjar getah bening, infeksi dan lain-lain.
Teknik in-vivo non-imaging adalah teknik dimana radiofarmaka (yang spesifik untuk organ
tertentu) diberikan kepada subyek penelitian (secara oral atau parenteral) kemudian dilakukan
pendeteksian sinar gamma atau betha dari radioisotop yang terakumulasi didalam organ target
dengan alat pendeteksi dan data yang dihasilkan berupa cacahan atau kurva cacahan VS waktu. Alat
yang digunakan misalnya adalah Renograf, Thyroid Uptake, Heliprobe dan lain-lain. Pemeriksaan
fungsi organ yang dapat dilakukan adalah ginjal, tiroid, infeksi Helicobacter pylori, dan lain-lain.
Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hasil-berbeda dengan pencitraan dalam
radiologi, ditampilkan dalam tabel di bawah.
Parameter Kedokteran Nuklir Radiologi
Sumber Radiasi Zat radioaktif yang terbuka Pesawat pembangkit radiasi
Pembentukan Citra
Emisi radiasi, perbedaan akumulasi radioisotop dalam berbagai bagian tubuh
Transmisi radiasi; perbedaan daya tembus radiasi terhadap berbagai bagian tubuh
Informasi yang diberikan
Terutama fungsional Terutama anatomis-morfologis
Tabel 1. Perbedaan Pencitraan Kedokteran Nuklir dan Radiologi
8
Bahan SintilatorRadiasi
cahaya
Photo MultiplierTube
Anoda
dapat memancarkan cahaya Katoda Meter
Peralatan
I. Teknik in-Vitro
Pencacah Gamma dengan Detektor Sintilasi NaITl
Pembahasan Detektor Sintilasi NaITl
Detektor sintilasi berfungsi sebagai alat konversi dari radiasi gamma menjadi sinar tampak
dengan waktu yang sangat cepat (kerlipan cahaya). Detektor sintilasi dengan bahan sintilator
yang berasal dari kristal sodium iodine (NaI) dan aktivator thalium (Tl) dikenal dengan nama
detektor sintilasi NaI(Tl). Aktivator thalium yang muncul sebagai impuritas dalam struktur
kristal, mempermudah terjadinya perubahan energi yang terserap ke dalam kristal menjadi
cahaya. Simbol kimia dari kristal sodium iodine dan thalium adalah NaI(Tl).
Tabung pengganda elektron (PMT)
Proses sintilasi yang dihasilkan oleh kristal mempunyai intensitas cahaya yang belum cukup
kuat untuk dapat dilihat. Untuk itu perlu dikonversikan dalam bentuk pulsa elektronik, proses
konversi dari cahaya menjadi arus listrik dilakukan oleh tabung pengganda elektron (PMT).
Kolimator
Pancaran radiasi yang mengenai objek akan memancarkan radiasi hambur, dan
mempengaruhi ketajaman gambar yang dihasilkan. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan
suatu alat yang disebut kolimator. Kolimator hanya meneruskan radiasi yang searah dengan
detektor, sedangkan yang tidak searah akan diserap oleh kolimator.
Blok Diagram 1. Diagram Sistem Pengukuran Radiasi dengan Detektor Sintilasi
9
II. Teknik in-Vivo
Teknik ini terbagi menjadi dua, antara lain teknik in-vivo imaging dan teknik in-vivo non-imaging.
II.1 Teknik in-Vivo imaging
Kamera Gamma
Pembahasan Kamera Gamma
Peralatan Kamera Gamma merupakan alat diagnostik medik yang dapat
menghasilkan citra anatomi dan fungsi organ dengan cara mendeteksi berkas radiasi dari
radioisotop.
Gambar 1. Kamera Gamma
Secara garis besar peralatan Kamera Gamma terdiri dari 3 bagian yaitu bagian
deteksi, bagian pencitraan dan bagian mekanik. Bagian deteksi terdiri dari detektor kristal
sintilator NaI(Tl), penguat awal dan bagian pengolah sinyal, dari bagian ini dihasilkan
sinyal berbobot posisi X, Y dan Z. Bagian pencitraan terdiri dari modul antar muka dan
perangkat lunak akuisisi dalam komputer, bagian ini mengolah sinyal masukan menjadi
suatu citra obyek. Sedang bagian mekanik terdiri dari beberapa sistem mekanik beserta
kontrol penggerak mekanik. Blok diagram Kamera Gamma diperlihatkan dalam blok
diagram 2.
Blok Diagram 2. Kamera Gamma
Pemakaian alat untuk pemeriksaan pasien secara ringkas dapat diterangkan sebagai
berikut. Mula-mula pasien dilakukan penanganan klinis sesuai dengan kasus yang 10
dideritanya, kemudian pasien ditempatkan pada meja pasien, detektor diarahkan kebagian
organ yang diperiksa. Detektor akan mendeteksi zarah radiasi yang dipancarkan oleh isotop
yang terakumulasi dalam organ pasien. Pulsa-pulsa listrik yang dihasilkan oleh detektor
akan dikuatkan oleh rangkaian penguat awal, oleh bagian pengolah sinyal pulsa tersebut
dibobotkan kedalam bentuk sinyal posisi berdimensi X dan Y. Selain itu, pulsa keluaran
detektor juga dicek kebenarannya sebagai bobot energi oleh penganalisis tinggi pulsa
(Single Chanel Analyzer), sehingga pulsa yang sesuai dengan bobot energi isotop saja yang
dilewatkan, oleh teknik logika pulsa ini dibentuk menjadi sinyal Z.
Sinyal X, Y dan Z yang dihasilkan, diumpankan ke bagian masukan modul antarmuka
pencitraan untuk diubah menjadi sinyal digital agar dapat dipahami oleh perangkat lunak
akuisisi pada komputer. Hasil perekaman data akan dicitrakan oleh perangkat lunak
akuisisi Medicview menjadi citra organ pasien, selanjutnya citra organ ini dilakukan
analisis menggunakan studi pasien, pengolahan data citra, penyimpanan file, pelaporan dan
pengiriman file kepada dokter maupun bagian lain untuk penanganan lebih lanjut.
Perangkat Lunak Medicview
Pengoperasian perangkat lunak pelatihan ini sama seperti pengoperasian perangkat
lunak Medicview saat digunakan untuk akuisisi data pasien. Setelah program diaktifkan,
akan tertampil Menu Utama yang berisi beberapa short cut fungsi operasi seperti
diperlihatkan pada Gambar 2. Fungsi dari setiap short cut diterangkan dalam manual
Medicview Akuisisi.
Gambar 2. Tampilan Menu Utama
Dari short cut Patient akan ditampilkan menu pasien, yang berisi daftar semua nama
pasien yang tercantum pada kotak daftar pasien dan nama studi pasien yang tercantum pada
kotak studi pasien. Data pasien beserta studinya merupakan data yang sudah tetap dan
nantinya akan diproses kembali pada saat akuisisi data. Tampilan menu pasien
diperlihatkan dalam Gambar 3.
Pilih nama pasien yang akan dilakukan pemeriksaan, maka akan tertampil form isian
data pasien yang telah terisi, kemudian pilih akuisisi sehingga tertampil menu akuisisi
seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 4.
Dalam menu akuisisi tertampil beberapa parameter pengaturan seperti arah posisi
pasien, pembesaran citra, pengaturan warna citra, posisi pasien, citra organ yang diperiksa
dan daftar materi teori pembelajaran.
Jika pengaturan dirasakan telah cukup, selanjutnya dimulai pengambilan data dengan
menekan Start Recording, lamanya akuisisi data sesuai dengan batas waktu atau jumlah
cacah yang telah ditentukan, setelah selesai akuisisi data kemudian tampilan akan kembali
ke menu pasien.
11
Gambar 3. Tampilan Menu Pasien
Gambar 4. Tampilan Menu Akusisi
Hasil akuisisi data yang tersimpan dalam daftar studi pasien selanjutnya dilakukan
analisis citra atau pengolahan hasil citra. Hasil analisis disimpan atau dapat dilaporkan
kepada yang berkepentingan melalui pencetakan atau jaringan. Salah satu hasil analisis
(contoh: analisis ginjal) diperlihatkan dalam gambar 5.
12
Gambar 5. Tampilan Laporan Hasil Analisis
Salah satu slide materi pembelajaran dalam bidang instrumentasi nuklir diperlihatkan
pada Gambar 6. Dari menu yang tersedia, pengguna dapat leluasa mencoba semua shortcut,
melakukan pengaturan citra dan melakukan analisis hasil citra tanpa khawatir melakukan
kesalahan maupun akibat lainnya. Dengan sering mencoba media pembelajaran ini dan
dengan didasari pengetahuan penanganan klinis, diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pengguna, sehingga tidak gamang lagi
nantinya dalam mengoperasikan peralatan Kamera Gamma.
Gambar 6. Slide Materi Pembelajaran
13
II.2 Teknik in-Vivo non-Imaging
Renograf
Pembahasan Renograf
Renograf adalah salah satu alat yang dipergunakan dalam kedokteran nuklir untuk
membuat grafik fungsi ginjal (renal) dalam pemeriksaan dari luar tubuh (in-Vivo). Dasar
renograf adalah Spektrometri gamma yang di desain untuk kepentingan dalam bidang
kedokteran yang menyangkut prinsip keserdehanaan dan kemudahan dalam pengoperasian
artinya alat tersebut mudah dioperasikan, tidak perlu persyaratan awal maupun pengaturan
lebih lanjut. Alat ini mampu berperan sebagai pemantau dan pencacah aktivitas dari
perunut radiofarmaka yang datang, ditangkap dan dikeluarkan oleh ginjal.
Renograf dengan detektor dual probe merupakan peralatan yang relatif sederhana
yang memanfaatkan teknik nuklir. I-131 disuntikan pada pasien untuk menguji fungsi
ginjal. Keluarannya berupa kurva hubungan antara waktu dengan aktivitas. Kurva tersebut
dikenal dengan renogram.
Unit Renograf Dual Probe terdiri dari dua buah Spektrometer yang dipadukan
bersama yang terdiri dari sistem Penyedia daya tegangan DC, Detektor NaI(Tl), Penguat
awal, Penguat utama, TSCA, Counter/Timer, Interface dan personal komputer sebagai
akuisisi data. Prinsip kerjanya adalah sinar radiasi gamma yang datang akan diterima oleh
detektor NaI(Tl) dan oleh detektor akan diubah menjadi pulsa listrik, selanjutnya pulsa
keluaran detektor akan dibentuk menjadi pulsa semi gaussian dan dikuatkan oleh penguat
awal, kemudian dikuatkan lagi pada penguat utama sehingga pulsa keluaran berupa pulsa
gaussian dengan tinggi pulsa yang sudah memenuhi syarat untuk dianalisa dan diubah
menjadi bentuk digital pada TSCA yang selanjutnya pulsa digital akan dicacah pada
counter. Pulsa keluaran TSCA disamping masuk ke counter juga sebagai masukan
Interface untuk ditampilkan dalam bentuk grafik pada layar monitor. Pengujian sistem
elektronik perlu dilakukan guna mengetahui kualitas Renograf serta untuk memenuhi
standar intrumentasi nuklir yang telah ditentukan. Uji fungsi dan rekalibrasi ini dilakukan
setelah dilakukan perbaikan karakteristik sistem dan pemakaian pada kurun waktu satu
tahun. Karakteristik utama yang diuji adalah Penyedia Daya Tegangan DC yaitu LV dan
HV, stabilitas HV dan tegangan ripelnya, pulsa keluaran Penguat utama, pulsa keluaran
TSCA, Counter/Timer dan Interface.
Deskripsi Peralatan
Sistem deteksi radiasi γ pada Renograf terdiri dari detektor sintilasi NaI(Tl) serta
peralatan elektronika disusun seperti pada gambar blok diagram 3 dan diset-up pada
kondisi kerja optimumnya agar diperoleh pencacahan yang benar dengan mengacu sistem
deteksi radiasi γ.
14
Blok Diagram 3. Renograf BI-756
1. Perangkat Keras
Bagian utama dari perangkat keras peralatan renograf adalah :
Detektor Probes
Detektor yang digunakan sebagai probes adalah jenis Scintilasi (Nal(TI)).
Detektor dilengkapi dengan kolimator dari bahan timbal untuk mengarahkan ke
masing-masing ginjal dan menghindari cross talk antar ginjal, serta menekan
gangguan latar (back ground). Probes ini dapat terpasang secara khusus pada kursi
pasien, maupun pada statif tegak. Dengan statif tegak nenubgkinkan penggunaan
sistem ini untuk keperluan lain, misalnya dengan perangkat unak khusus sebagai
pengukur Thyroid Uptake, atau untuk keperluan prosedur lain yang dikembangkan
lebih lanjut.
Gambar 7. Perangkat Keras Renograf Dual Probes
Catu daya detektor dan unit pemroses sinyal
Catu daya detektor memberikan tegangan tinggi (sekitar 1000 VDC)
yangdiperlukan untuk operasi detektor. Pemroses sinyal memperkuat sinyal dari
detektor, membentuk sinyal menjadi pulsa gaussian, memisahkan pulsa sesuai
pilihan energi isotop dengan teknik Single Channel Analyzer (SCA), serta mencacah
pulsa per 4 detik. Saat ini unit detektor terdiri dari Modul Tegangan Tinggi dan
Add-On Card untuk ISA bus. Untuk mengikuti trend perkembangan komputer
sedang dikembangkan modul akuisis data dengan memanfaatkan teknologi
Universal Serial Bus (USB).
15
Gambar 8. Tampilan Perangkat Lunak Reno XP
2. Perangkat Lunak (software)
Tersedia beberapa versi software yang digunakan dengan sistem operasi DOS, Window
98, dan Window XP. Versi DOS memungkinkan pemanfaatan komputer lama jenis 486,
sedangkan versi Windows yang memerlukan PC Pentium (dengan memori minimum 16
MB untuk Window 98 dan 32 MB untuk Window XP) lebih menawarkan kemudahan
bagi operator (user friendly). Operasi perangkat lunak renograf mengharuskan operator
setiap hari melakukan uji kualitas alat (spectum check, ULD-LLD setting, Chi-Square
Test) sebelum digunakan untuk pemeriksaan pasien. Secara umum aplikasi renograf
terdiri dari: akuisisi data pasien baru, menyimpan data pasien, membuka
kembali/memeriksa/menganalisa file data pasien, dan mencetak data hasil pemeriksaan.
Parameter yang ditampilkan meliputi cacah (count) maksimum masing-masing ginjal
beserta waktu pencapaiannya, waktu pencapaian 2/3 dan T1/2, reno indeks, up-take
relatif, serta cacah pada menit ke sepuluh.
Kurva Renogram
Berdasarkan renogram akan memberikan informasi tentang keadaan fungsi ginjal
meliputi respon vasculer, kapasitas uptake dan kemampuan mengeluarkan perunut. Ada
beberapa pola bentuk renogram yang berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal yang
dipergunakan sebagai acuan dalam dianogse.
Gambar 9. Kurva Renogram
16
Kurva renogram seperti dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Fase pertama disebut fase pembuluh darah (respon vasculer).
2. Fase kedua disebut uptake atau konsentrasi.
3. Fase ketiga disebut fase ekskresi atau eliminasi.
Fase I, berlangsung sangat cepat sekali yaitu hanya berlangsung sekitar 12 detik,
terjadinya setelah perunut radioisotop disuntikkan kedalam pembuluh darah.
Fase II, menggambarkan kapasitas pengambilan bahan perunut oleh ginjal (sistem
nefron) akan terjadi proses sekresi tubuler dan filtrasi glomerular. Perunut akan bertambah
sampai terjadi puncak kesetimbangan (T max.) yang sebelumnya akan menurun (awal
sekresi). Pada keadaan normal fase kedua ini berlangsung antara 2-5 menit setelah injeksi.
Kemiringan (inclination) dari fase II dapat memberikan informasi kondisi proses ginjal.
Fase III, menggambarkan proses ekskresi atau pembuangan (eliminasi) perunut
radioisotop dari ginjal. Laju dan bentuk kurva dari fase III ini mencerminkan keadaan
fungsional segmen ekskresi dari ginjal mulai dari pelvis renalis sampai dengan ureter.
Dalam analisis kurva renogram, dilakukan dengan melihat beberapa ciri atau parameter
meliputi: Kemiringan (Slope) dari setiap fase, Waktu paruh dari kurva naik maupun turun,
Perbandingan (Ratio) dari level laju pencacahan.
Tipikal Pola-pola Renogram
Gambar 10. Tipikal Pola-pola Renogram
17
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi
terbuka berasal dari desintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajiri perubahan
fisiologis, anatomi, dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan
penelitian kedokteran.
2. Pada kedokteran nuklir, radioisotop dimasukkan ke dalam tubuh pasien (in-vivo) maupun hanya
direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya,
yang diambl dari tubuh pasien yang dikenal dengan studi in-vitro.
3. Alat utama teknik in-vitro adalah Pencacah Gamma (Gamma Counter). Zat-zat yang dapat
ditetapkan kadarnya adalah hormon, protein endogen, obat, penanda tumor, penanda infeksi dan
lain-lain.
4. Teknik in-vivo terbagi menjadi dua, antara lain teknik in-vivo imaging dan teknik in-vivo non-
imaging.
5. Alat utama teknik in-vivo imaging adalah Kamera Gamma (Gamma Camera) Planar atau
SPECT. Pemeriksaan fungsi organ (disebut juga scanning) yang dapat dilakukan adalah otak,
kelenjar air mata, kelenjar ludah, tiroid, paru, jantung, kelenjar mamae, lambung, usus, ginjal,
hati, limpa, empedu, tulang (spot atau seluruh tubuh), kelenjar getah bening, infeksi dan lain-
lain.
6. Alat utama yang digunakan pada teknik in-vivo non-imaging misalnya adalah Renograf, Thyroid
Uptake, Heliprobe dan lain-lain. Pemeriksaan fungsi organ yang dapat dilakukan adalah ginjal,
tiroid, infeksi Helicobacter pylori dan lain-lain.
18
7. DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=8&ved=0CBwQFjAH&url=http
%3A%2F%2Fwww.batan.go.id%2Fptkmr%2FAlara%2FBulAlara%2520Vol
%25201_1%2520Ags%252097%2FBAlara1997_01108_021.pdf&ei=FCRIS-
P1Kors7AOnlMDXCw&usg=AFQjCNGwx7_iIHcsit73Fc2EbHOusbHgAw, diakses pada tanggal
9 Januari 2010.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:pi1e-MSkpPwJ:www.aagos.ristek.go.id/nuklir/
renograf_dual_robes.pdf+renograf&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShtSMJthu3ioq1b9V
meFGCyqGTIqM4n4P5E8KoRcZuvx9pVo3MB36-
eJKIqUtMelKqqDGtUIE16W94QIOBoo_1LmWVAxCAuTMpbFECokQJninmjjC7ExbBuhURLkn
zw7MZFirl5&sig=AHIEtbSuQwAnaBwHUaYB-0cpU9x2vXZ_tQ, diakses pada tanggal 9 Januari
2010.
http://www.infonuklir.com/modules/news/makepdf.php?storyid=60, diakses pada tanggal 10
Januari 2010.
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/22-djuningran-229-239.pdf, diakses
pada tanggal 10 Januari 2010.
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/39-sigit-bachtiar-hal-391-397.pdf,
diakses pada tanggal 10 Januari 2010.
http://adigayani.blogspot.com/2009/08/detektor-sintilasi.html, diakses pada tanggal 31 Januari
2010.
19
top related