ansn ind ins alat ukur radiasi

Upload: erna-mariani

Post on 02-Apr-2018

273 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    1/73

    DAFTAR ISI

    BAB. I PENDAHULUAN . 01A. Latar Belakang ...... 01

    Tujuan Instruksional Umum ... 01Tujuan Instruksional Kusus ... 01

    BAB II MEKANISME DETEKSI DAN PENCACAHAN ... 02A. Prinsip dasar Kerja Alat Ukur Radiasi ... 02B. Pengelompokan Alat Ukur Radiasi ... 03C. Mekanisme Deteksi Radiasi .. 04

    1. Proses Ionisasi .... 042. Proses Sintilasi ... 043. Proses Termoluminensi .. 054. Efek Pemanasan . 06

    5. Reaksi Kimina ... 06D. Cara Pengukuran Radiasi .. 071. Cara Pulsa ... 072. Cara Arus 08

    E. Sistem Pencacahan 101. Sistem Pencacahan Integral . 112. Sistem Pencacahan Differencial .. 11

    BAB III DETEKTOR ISIAN GAS . 13A. Sistem Kerja .. 13B. Detektor Kamar Pengionan ....... 18C. Detektor Proporsional ... 20D. Detektor Geger Muller .. 22

    BAB IV. DETEKTOR SEMIKONDUKTOR .. 31A. Sistem Kerja ... 31B. Jenis Detektor Semikonduktor ... 33C. Kelebihan Detektor Semikonduktor . 36

    BAB V. DETEKTOR SINTILASI .. 36A. Sistem Kerja ... 37

    B. Bahan Sintilasi ... 38C. Jenis Detektor Sintilasi .. 38D. Tabung Photomultiplier . 39

    BAB VI. DETEKTOR NEUTRON . 42A. Sistem Kerja .. 42B. Jenis Detektor Neutron .. 43

    1. Boron Trifluoride Proportional Counter 43

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    2/73

    2. Boron Lined Proportional Counter 443. Halium Proportional Counter 444. Gas Recoil Proportional Counter .. 445. Superheated Drop Detector 45

    BAB VII ALAT UKUR RADIASI PERORANGAN .. 46A. Sifat Alat Ukur Radiasi Perorangan .......... 46B. Jenis-Jenis Alat Ukur Radiasi/ Monitor Radiasi Perorangan . 47

    1. Dosimeter Saku .. 472. Fim Badge .. 493. Dosimeter Termoliminensi (TLD) . 53

    C. Bioassay dan Whole Body Counting . 56

    BAB VIII PEMANTAUAN LINGKUNGAN .. 58A. Monitor Radiasi . 58B. Monitor Kontaminasi . 60

    BAB IX SPEKTROSKOPI . 61A. Sistem Kerja ... 61B. Resolusi .. 64C. Analisis Kualitatif .. 64D. Analisis Kuantitatif 64

    BAB X. PEMILIHAN, UJI FUNGSI DAN KALIBRASI .. 65A. Pemilihan Alat Ukur Radiasi . 65B. Uji Fungsi Alat Ukur Radiasi 66

    C. Kalibrasi Alat Ukur Radiasi .. 68Daftar Pustaka 70

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    3/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    4/73

    BAB II

    MEKANISME DETEKSI DAN PENCACAHAN

    A. Prinsip Dasar Kerja Alat Ukur Radiasi

    Hal yang paling mendasar untuk mengendalikan bahaya radiasi adalah

    mengetahui besarnya radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi

    (zat radioaktif atau mesin pemancar radiasi), baik melalui pengukuran

    maupun perhitungan. Keberadaan radiasi tidak dapat dirasakan secara

    langsung oleh sistem panca indera manusia. Radiasi tidak bisa dilihat,

    dicium, didengar, maupun dirasakan. Oleh sebab itu, untuk keperluan

    mengetahui adanya dan mengukur besarnya radiasi, manusia harus

    mengandalkan pada kemampuan suatu peralatan khusus.

    Pada prinsipnya, pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan

    menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan

    interaksi (saling-tindak) antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur

    radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang mampu mengenali adanya

    radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu detektor, maka akan terjadi

    interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut (terjadi pemindahan

    energi dari radiasi yang datang ke bahan detektor). Perpindahan energi ini

    menimbulkan berbagai jenis tanggapan ( response ) yang berbeda-beda dari

    bahan detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan oleh suatu

    detektor terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan bahan detektor

    yang digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya radiasi

    dilakukan dengan mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu

    detektor.

    Untuk mengukur besarnya tanggapan yang diberikan oleh bahan detektor,

    maka detektor tersebut dihubungkan dengan peralatan khusus yang mampu

    mengubah tanggapan-tanggapan tersebut menjadi sinyal-sinyal elektronik.

    Selanjutnya, sinyal-sinyal elektronik tersebut diubah/dikonversikan ke

    dalam besaran tertentu. Dengan menggunakan faktor konversi tertentu, besaran-besaran tersebut dapat ditampilkan secara digital/analog sebagai

    2

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    5/73

    hasil akhir berupa angka-angka yang menunjukan besarnya radiasi yang

    diterima oleh bahan detektor.

    B. Pengelompokan Alat Ukur Radiasi

    Hingga saat ini, telah dikembangkan berbagai jenis alat ukur radiasi dengan

    spesifikasi dan keunggulannya masing-masing. Dilihat dari garis besar

    pemanfaatannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

    yaitu: (1). Untuk kegiatan proteksi radiasi, dan (2). Untuk kegiatan

    aplikasi/penelitian radiasi nuklir. alat ukur radiasi yang digunakan untuk

    kegiatan proteksi radiasi harus memiliki kemampuan untuk menunjukan

    nilai intensitas atau dosis radiasi yang mengenai alat tersebut. Nilai

    intensitas atau besaran dosis radiasi yang ditunjukkannya itu dapat

    dijadikan sebagai bahan acuan oleh seorang pekerja radiasi untuk dapat

    langsung mengambil tindakan tertentu. Sedangkan alat ukur radiasi yang

    digunakan untuk kegiatan aplikasi radiasi dan penelitian biasanya

    ditekankan memiliki kemampuan untuk dapat menampilkan nilai kuantitas

    /spektrum energi dari radiasi yang mengenainya.

    Dari segi cara pembacaannya, alat ukur radiasi juga dapat dibedakan pula

    menjadi dua kelompok, yaitu: (1). Alat ukur pasif, yaitu alat ukur radiasi

    yang hasil pengukurannya tidak dapat dibaca secara langsung, melainkan

    harus melalui proses khusus terlebih dahulu. Contoh alat ukur radiasi pasif,

    antara lain: Film badge dan TLD badge. (2). Alat ukur aktif, yaitu alat ukur

    radiasi yang hasil pengukurannya dapat dibaca secara langsung. Contoh

    alat ukur radiasi aktif, antara lain: surveimeter dan dosimeter saku.

    Selain itu, berdasarkan fungsinya terhadap manusia atau lingkungan, alat

    ukur radiasi dapat dibedakan pula menjadi dua kelompok, yaitu: (1). alat

    ukur radiasi untuk pemonitoran dosis perseorangan, yaitu alat yang

    digunakan untuk mengukur besarnya radiasi yang diterima oleh tubuh

    manusia. Alat ini dapat berupa alat ukur aktif atau alat ukur pasif, dan (2).

    alat ukur radiasi yang digunakan untuk pemonitoran lingkungan.

    3

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    6/73

    C. Mekanisme Deteksi Radiasi

    Detektor radiasi bekerja dengan cara mendeteksi perubahan yang terjadi di

    dalam bahan detektor/medium penyerap. Perubahan ini terjadi karena

    adanya perpindahan energi dari radiasi ke medium tersebut. Terdapat

    beberapa mekanisme yang pada umumnya digunakan untuk mendeteksi

    dan mengukur radiasi, yaitu: (1). Proses ionisasi, (2). Proses sintilasi, (3).

    Proses termoluminensi, (4). Efek pemanasan, dan (5). Reaksi kimia.

    1. Proses Ionisasi

    Ionisasi pada suatu medium secara langsung dapat disebabkan oleh

    radiasi partikel alpha dan beta; dan ionisasi secara tidak langsung dapat

    disebabkan oleh Sinar-X, sinar gamma, dan neutron. Kumpulan/jumlah

    pasangan ion yang terjadi/diproduksi berkaitan erat dengan jumlah

    energi radiasi yang mengakibatkan terjadinya proses ionisasi tersebut.

    Dalam proses ionisasi ini, energi radiasi diubah menjadi peristiwa

    terlepasnya sejumlah elektron dari atomnya (energi listrik).

    Bila diberikan medan listrik terhadap pasangan ion yang terbentuk itu,

    maka elektron akan bergerak menuju ke kutub positif, sedangkan

    residual atom -nya yang bermuatan positif akan bergerak menuju kutub

    negatif. Pergerakan elektron-elektron tersebut dapat menginduksikan

    arus atau tegangan listrik. Arus dan tegangan listrik yang ditimbulkan ini

    dapat diukur dengan menggunakan peralatan penunjang misalnya

    Ampermeter atau Voltmeter. Semakin besar energi radiasinya, maka

    akan dihasilkan lebih banyak pasangan ion. Semakin banyak pasangan

    ion, maka arus atau tegangan listrik yang ditimbulkannya akan semakin

    besar pula.

    2. Proses Sintilasi

    Yang dimaksud dengan proses sintilasi adalah terpancarnya sinar tampak pada saat terjadinya perpindahan/transisi elektron dari tingkat energi

    4

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    7/73

    yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Perpindahan

    elektron seperti ini dapat terjadi di dalam bahan detektor. Perpindahan

    elektron dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang

    lebih tinggi terjadi karena adanya proses eksitasi. Dalam proses

    kembalinya elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat

    energi yang lebih rendah/keadaannya semula, maka akan dipancarkan

    energi yang berupa foton sinar-X. Karena bahan detektor ditambahkan

    bahan pengotor berupa unsur aktivator, yang berfungsi sebagai

    penggeser panjang gelombang, maka radiasi yang dipancarkannya bukan

    lagi Sinar-X melainkan berupa sinar tampak.

    Proses sintilasi ini akan terjadi apabila terdapat kekosongan elektron

    pada orbit elektron yang lebih dalam. Kekosongan elektron ini dapat

    disebabkan karena lepasnya elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau

    proses loncatnya elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi (lintasan

    elektron yang lebih luar) karena dikenai radiasi. Semakin besar energi

    radiasi yang diterima, maka akan terjadi kekosongan elektron di orbit

    sebelah dalam akan semakin banyak, sehingga percikan cahaya yang

    dikeluarkannya akan semakin banyak. Cahaya tampak yang terjadi ini

    selanjutnya akan dikonversikan menjadi sinyal elektrik.

    3. Proses Termoluminensi

    Pada prinsipnya, proses termoluminensi ini hampir sama dengan proses

    sintilasi. Letak perbedaannya adalah: pada proses sintilasi, elektron yang

    tereksitasi akan kembali ke orbit semula secara langsung (selang waktu

    yang sangat cepat) sambil memancarkan Sinar-X yang selanjutnya

    dikonversikan menjadi cahaya tampak, sedangkan pada proses

    termoluminensi, untuk membuat elektron-elektron yang tereksitasi

    kembali ke orbitnya semula, maka medium detektornya harus

    dipanaskan terlebih dahulu sampai dengan temperatur tertentu. Sebelum

    medium detektor tersebut dipanaskan, elektron-elektron masih

    terperangkap pada keadaan eksitasinya, sehingga tidak bisa kembali keorbitnya semula.

    5

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    8/73

    Semakin banyak radiasi yang diterima, maka akan semakin banyak pula

    elektron yang terperangkap di orbit elektron yang lebih luar dari atom

    medium detektor. Ketika medium detektor tersebut dipanaskan sampai

    dengan temperatur tertentu, elektron-elektron tersebut kembali ke orbit

    semula dengan memancarkan sinar tampak. Sinar tampak yang timbul

    akan dikonversikan menjadi sinyal elektrik.

    4. Efek pemanasan

    Peristiwa lain yang diakibatkan oleh adanya perpindahan/penyerapan

    energi radiasi oleh medium detektor adalah timbulnya kenaikan

    temperatur pada medium. Semakin besar energi radiasi yang

    dipindahkan/diserap, maka kenaikan temperaturnya akan semakin tinggi.

    Jadi dalam mekanisme ini, energi radiasi diubah menjadi energi panas.

    Mekanisme ini jarang/tidak cocok digunakan untuk melakukan

    pengukuran radiasi secara rutin. Mekanisme pengukuran radiasi dengan

    memanfaatkan mekanisme ini memiliki tingkat sensitivitas yang sangat

    rendah (diperlukan dosis energi radiasi yang sangat tinggi untuk

    menaikan temperatur medium, dan kenaikan temperatur medium pada

    umumnya tidak tinggi). Mekanisme ini, pada umumnya hanya digunakan

    sebagai standar primer untuk peralatan kalibrasi.

    5. Reaksi kimia

    Energi radiasi dapat mengakibatkan perubahan kimia. Perubahan atau

    reaksi kimia ini juga merupakan suatu mekanisme yang sering digunakan

    dalam pengukuran radiasi. Bahan yang diradiasi dengan dosis tertentu

    akan mengalami perubahan kimia, misalnya perubahan warna.

    Selain itu radiasi juga dapat berfungsi sebagai katalisator pada reaksi

    kimia, sehingga apabila diberikan dosis radiasi dengan besar tertentu,maka reaksi kimia dalam medium dapat berlangsung lebih cepat. Jadi

    6

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    9/73

    dalam mekanisme ini, energi radiasi diubah menjadi perubahan-

    perubahan/reaksi kimia. Pada umumnya digunakan untuk menganalisa

    film fotografi untuk dosimetri perseorangan, Sinar-X medis, dan

    radiografi industri.

    D. Cara Pengukuran Radiasi

    Terdapat dua cara pengukuran radiasi, yang menampilkan hasil

    pengukurannya secara langsung, yaitu cara pulsa ( pulse mode ), dan cara

    arus ( current mode ).

    1. Cara Pulsa

    Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi

    sebuah pulsa listrik. Apabila kuantitas/jumlah radiasi yang mengenai

    suatu alat ukur semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang

    dihasilkannya akan semakin banyak pula.

    Sedangkan energi dari setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan

    sebanding dengan tingginya pulsa listrik yang dihasilkan. Jadi semakin

    besar energi radiasinya, maka akan semakin tinggi pula pulsa listrik

    yang ditimbulkannya. Tingginya pulsa yang dihasilkan dapat dihitung

    dengan persamaan:

    C

    Q

    V

    =

    (Persamaan II.1 )

    V adalah tinggi pulsa listrik yang dihasilkan, Q adalah jumlah

    muatan listrik, dan C adalah kapasitas detektor.

    7

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    10/73

    Contoh soal:

    Bila ada 100 buah radiasi dalam 10 detik, dengan energi radiasi

    sebesar 35 keV memasuki detektor gas yang mempunyai daya ionisasi

    35 eV, maka setiap radiasi tersebut akan mengionisasi detektor dan

    akan menghasilkan 1000 pasangan ion (elektron). Muatan listrik setiap

    elektron adalah 1,6 x 10 -19 Coloumb, sehingga jumlah muatan yang

    dihasilkan oleh radiasi tersebut adalah 1,6 x 10 -16 coloumb. Tinggi

    pulsa yang dihasilkan oleh muatan tersebut adalah 0,1 mVolt

    (misalkan kapasitas detektor tersebut adalah 1,6 x 10 -12 farad). Jadi

    dalam contoh ini akan menghasilkan 100 buah pulsa listrik dalam 10

    detik dengan tinggi pulsa masing-masing adalah 0,1 mVolt .

    Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur radiasi yang menggunakan

    cara pulsa ini adalah jumlah pulsa listrik (cacahan) dalam selang waktu

    pengukuran tertentu dan tinggi pulsa listriknya. Jumlah pulsa listrik

    yang ditimbulkannya akan sebanding dengan jumlah radiasi yang

    masuk detektor, sedangkan tinggi pulsa akan sebanding dengan energi

    radiasinya.

    Kelemahan alat ukur radiasi yang menerapkan cara pulsa ini adalah

    adanya kemungkinan tidak tercacahnya radiasi karena terlalu cepatnya

    proses konversi radiasi yang masuk menjadi pulsa listrik.

    Untuk dapat mengubah sebuah radiasi menjadi sebuah pulsa listrik

    dibutuhkan waktu konversi tertentu. Apabila jumlah radiasi yang akan

    diukur sedemikian banyaknya sehingga selang waktu antara dua buah

    radiasi yang berurutan lebih cepat dari konversi alat, maka radiasi yang

    terakhir tidak akan tercacah.

    2. Cara Arus

    Pada cara arus ini, radiasi yang masuk detektor tidak dikonversikan

    menjadi pulsa listrik melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per satuan waktunya akan dikonversikan menjadi arus listrik. Semakin

    8

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    11/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    12/73

    E. Sistem Pencacahan

    Seperti halnya dengan alat ukur yang digunakan untuk keperluan proteksi

    radiasi, sistem pencacah radiasi juga terdiri atas detektor dan peralatan-

    peralatan lain sebagai penunjang. Perbedaannya, peralatan penunjang pada

    alat ukur proteksi radiasi biasanya sudah merupakan satu kesatuan yang

    sifatnya portabel (mudah untuk dibawa-bawa), sedangkan pada sistem

    pencacah radiasi, peralatan-peralatan penunjang tersebut terpisah dan

    terdiri atas beberapa modul yang mengikuti standar tertentu, seperti: NIM

    ( Nuclear Instrument Module ), misalnya modul penguat ( amplifier ), modul

    sumber beda potensial, modul pencacah ( counter ), dan modul-modul

    lainnya.

    Modul-modul tersebut bersifat bongkar-pasang, sehingga suatu modul

    dapat digunakan untuk berbagai macam konfigurasi sistem pencacah.

    Sistem pencacah radiasi yang digunakan dalam aplikasi dan penelitian

    nuklir, bertujuan untuk mengukur kuantitas dan energi radiasi. Kuantitas

    radiasi merupakan jumlah radiasi yang memasuki detektor. Besarnya

    kuantitas radiasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: aktivitas

    sumber radiasi, jenis dan energi radiasi, serta jarak dan jenis penahan

    radiasi yang disimpan di antara sumber radiasi dan detektor. Sedangkan

    energi radiasi merupakan kekuatan dari setiap radiasi yang dipancarkan

    oleh suatu sumber radiasi. Besarnya energi radiasi ini bergantung pada

    jenis radionuklidanya. Jenis radionuklida yang berbeda akan memancarkan

    radiasi dengan energi yang berbeda.

    Berdasarkan pada kegunaannya, untuk mengukur kuantitas dan atau energi

    radiasi, sistem pencacah radiasi dapat dibedakan menjadi dua konfigurasi:

    10

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    13/73

    1. Sistem pencacah integral

    Sistem pencacahan ini digunakan untuk menghitung jumlah radiasi

    yang memasuki detektor tanpa memperhatikan tingkat energi

    radiasinya. Modul peralatannya dapat dikatakan sangat sederhana. Jenis

    detektor yang digunakan adalah detektor jenis G-M yang tidak dapat

    membedakan tingkat energi radiasinya.

    Gambar II.1. Sistem Pencacahan Integral

    Inverter berfungsi untuk meng-inversi-kan polaritas pulsa yang berasal

    dari detektor G-M, High Voltage Power Supply berfungsi untuk

    memberikan sumber energi listrik pada detektor G-M, Counter

    berfungsi untuk menghitung serta menampilkan jumlah pulsa dalam

    rentang waktu tertentu, sedangkan pencatat waktu berfungsi untuk

    menentukan rentang waktu pencacahan.

    2. Sistem pencacahan differensial

    Sistem pencacahan differensial ini digunakan untuk menghitung

    jumlah radiasi yang memasuki detektor dengan memperhatikan rentang

    energinya. Detektor yang digunakan harus mampu membedakan energiradiasi yang memasukinya.

    Detektor Geiger Muller

    HV

    Inverter Counter

    Pencatat Waktu

    11

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    14/73

    Gambar II.2. Sistem Pencacahan Differensial

    HV

    Detektor

    Amplifier Diskriminator

    Counter

    Pencatat Waktu

    12

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    15/73

    BAB III

    DETEKTOR ISIAN GAS

    A. Sistim Kerja

    Salah satu jenis alat ukur radiasi yang pertama kali dikenalkan dan sampai

    saat ini masih terus dan sering digunakan untuk mengukur radiasi adalah

    detektor isian gas. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan

    negatif, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. Elektroda positif

    disebut sebagai anoda yang dihubungkan ke kutub listrik positif, dan

    elektroda negatif disebut sebagai katoda yang dihubungkan ke kutub listrik

    negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder yang terbuat dari bahan

    gelas, dengan sumbu tengahnya sebagai konduktor yang berfungsi sebagai

    anoda, dan dinding (selimut) silinder berfungsi sebagai katoda. Gas yang

    digunakan sebagai bahan isian untuk detektor ini ( detektor-detektor isian

    gas yang sederhana) dapat berupa udara kering pada tekanan atmosfir.

    Gambar III.1. Detektor Isian Gas

    Apabila konstanta waktu R.C jauh lebih besar daripada waktu yang

    diperlukan untuk mengumpulkan semua ion yang terbentuk karena proses

    ionisasi, maka tinggi pulsa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    tinggi pulsa seperti yang telah dijelaskan di atas (persamaan II.1).

    d Kapasitansi C

    Katoda

    Anoda

    Resistansi R

    V(t) = Sinyal Output

    13

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    16/73

    Arus listrik yang mengalir di Resistansi R sangat kecil, alat ukur pada

    daerah arus listrik sekecil itu adalah alat ukur beda potensial. Agar

    besarnya beda potensial dapat diukur, pada arus listrik yang mengalir

    sangat kecil, harus dipasang nilai resistansi R yang besar (biasanya

    mencapi ratusan megaohm). Melakukan pekerjaan dengan menggunakan

    nilai resistor yang besar seperti ini, besarnya kelembaban udara harus

    diusahakan serendah mungkin.

    Radiasi yang memasuki detektor akan memberikan sebagian atau seluruh

    energinya untuk mengionisasi gas, sehingga timbul ion-ion positif (dari

    atom atau molekul residu) dan ion-ion negatif (elektron bebas). Radiasi

    partikel dan dapat melakukan proses ionisasi langsung pada bahan isian

    gas, sedangkan gelombang elektromagnetik/foton (Sinar-X atau sinar )

    dan neutron dapat melakukan proses ionisasi secara tidak langsung. Karena

    bahan penyerap/bahan isian detektor yang akan mengalami proses ionisasi

    adalah gas, maka disebut sebagai detektor isian gas. Sehingga pada

    umumnya, semua alat ukur radiasi jenis ini harus kedap udara dari luar

    untuk menghindari tercampurnya gas isian detektor dengan gas-gas yang

    berasal dari udara di luar detektor.

    Karena prinsip kerjanya adalah pengumpulan muatan listrik yang terjadi

    karena adanya radiasi, maka bentuk medan elektrostatik dalam tabung juga

    memiliki pengaruh. Oleh karena itu untuk mencapai efisiensi dan

    sensitivitas yang tinggi, geometri bentuk ruangan, letak dan bentuk

    elektroda, dan campuran gas isiannya berbeda-beda.

    Karena adanya medan listrik antara katoda dan anoda, muatan-muatan

    listrik (ion positif dan ion negatif) tersebut dapat dikumpulkan. Besarnya

    medan listrik ini dapat diatur melalui pengaturan tegangan kerja ( High

    Voltage ) detektor. Elektron-elektron akan terkumpul di anoda, sedangkan

    ion-ion positif akan terkumpul di katoda. Karena elektroda-elektroda

    detektor menarik ion-ion yang muatannya berlawanan, maka akan terjadi pengurangan muatan listrik pada masing-masing elektroda. Beberapa

    14

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    17/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    18/73

    yang sangat besar. Tekanan gas isian dapat diperbesar melebihi tekanan

    atmosfir. Untuk mendeteksi partikel jenis elektron, dinding detektor harus

    dibuat setipis mungkin untuk memungkinkan partikel tersebut dapat

    mencapai dan berinteraksi dengan gas isian. Dinding biasanya terbuat dari

    plastik yang sangat tipis. Sedangkan untuk mendeteksi jenis proton,

    dinding tersebut harus dibuat lebih tipis lagi.

    Pada gambar III.2 di bawah ini akan dijelaskan hubungan antara beda

    potensial dengan jumlah ion yang dapat terkumpul pada masing-masing

    elektroda detektor isian gas.

    Gambar III.2. Hubungan antara beda potensial elektroda detektor isian gas dengan

    jumlah ion yang terkumpul pada masing-masing elektroda.

    Jumlah ion yang terkumpul dalam satuan waktu

    Beda Potensial 0 V1 V2 V3 V4

    Daerah 1 Daerah 2

    Daerah 3

    Daerah 4 Daerah 5

    16

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    19/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    20/73

    Jumlah total muatan yang terkumpul akan sebanding dengan ionisasi

    primer. Jadi tinggi pulsa yang terjadi proporsional dengan ionisasi primer,

    atau sebanding dengan energi radiasi yang masuk detektor. Oleh karena

    itu, pada daerah ini detektor dapat digunakan untuk keperluan identifikasi

    energi radiasi. Daerah ini disebut daerah proporsional .

    Daerah 4 .

    Medan listrik dalam detektor sangat kuat sehingga satu pasangan ion

    positif dan elektron cukup kuat untuk menginisiasi terjadinya guguran

    elektron ( electon avalenche ). Guguran elektron ini akan menimbulkan

    pulsa yang kuat, yang bentuk dan tingginya tidak tergantung pada ionisasi

    primer dan tipe partikel radiasi. Pulsa hanya akan tergantung pada

    elektronik pencacah. Pada daerah ini detektor tidak bisa lagi digunakan

    untuk mengidentifikasi energi radiasi. Daerah ini disebut daerah Geiger

    Muller .

    Daerah 5

    Jika tegangan detektor ditinggikan dan lebih besar lagi, ionisasi tunggal

    akan menimbulkan lucutan kontinu ( continous discharge ) dalam gas, dan

    alat tidak bisa untuk menghitung lagi. Jika detektor dioperasikan pada

    tegangan yang lebih besar dari daerah kerja 4, maka detektor akan rusak.

    Daerah ini disebut daerah discharge .

    B. Detektor Kamar Pengionan

    Kamar pengionan ialah bilik/ruangan tertutup yang berisi gas. Ionisasi yang

    terjadi pada gas isian karena radiasi akan dikumpulkan pada elektroda dan

    diukur. Medan listrik dalam bilik tersebut sangat sensitif untuk menarik elektron-elektron bebas dan ion-ion positif ke elektrodanya masing-masing.

    18

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    21/73

    Detektor ini bekerja pada daerah ionisasi. Pada daerah ini tidak terjadi

    proses multiplikasi muatan dalam detektor. Output pulsa

    sebanding/proporsional dengan energi radiasi yang masuk/diserap oleh

    detektor, sehingga energi radiasinya dapat diukur. Karena pulsa yang

    terbentuk tidak besar, maka hanya partikel-partikel pengionisasi kuat

    seperti , proton, fragmen fisi, dan ion-ion besar yang bisa dideteksi secara

    efektif dengan menggunakan jenis detektor ini.

    Partikel alfa dan beta dengan tingkat energi yang sama akan menghasilkan

    keluaran pulsa yang berbeda, pulsa dari partikel alfa akan lebih besar

    daripada pulsa dari partikel beta. Beda potensial yang digunakan pada

    umumnya kurang dari 1000 volt.

    Apabila Variable High Voltage Power Supply kita hidupkan mulai dari 0

    volt, maka akan terbentuk suatu daerah tegangan operasi yang disebut

    daerah ionisasi, namun tegangan operasi ini masih relatif rendah, namun

    sudah cukup untuk menarik ion-ion yang terbentuk ke elektroda-

    elektrodanya, sebelum ion-ion tersebut bergabung kembali/rekombinasi

    untuk membentuk atom netral gas isian.

    Pergerakan elektron menuju anoda yang dikarenakan adanya perbedaan

    potensial antara elektroda detektor tidak mungkin menghasilkan ionisasi

    sekunder. Jadi jumlah elektron yang terkumpul pada anoda hanya

    merupakan hasil ionisasi primer, sehingga tinggi pulsa yang terbentuk akan

    sebanding dengan jumlah ion primer yang dihasilkan pada proses ionisasi

    primer atau dengan kata lain faktor penguatan/multiplikasi pada detektor

    ini sama dengan satu.

    Aliran elektron di dalam detektor dapat menimbulkan aliran listrik yang

    dipakai sebagai dasar untuk pengukuran radiasi. Seperti telah disebutkan di

    atas, bahwa pada umumnya arus listrik yang timbul sebagai pulsa keluaran,

    biasanya sangat rendah kira-kira 10-12

    ampere, sehingga memerlukan

    19

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    22/73

    rangkaian elektronik penguat arus yang besar dan sangat sensitif.

    Rangkaian penguat arus ini dikenal dengan amplifier dc ( direct current ).

    Pada umumnya pengukuran radiasi dengan menggunakan jenis detektor ini

    menerapkan mode arus ( current mode ). Namun, apabila ingin

    menggunakan jenis detektor ini dengan menerapkan mode pulsa, maka

    diperlukan penguat pulsa yang sangat baik

    Dalam membuat kamar ionisasi, maka pengaruh dindingnya sangat penting

    dan harus diketahui betul karakteristiknya. Jika bahan dari dinding kamar

    ionisasi memiliki komposisi atom yang sama dengan komposisi atom gas

    isian di dalamnya, maka kamar ionisasi ini disebut dengan kamar ionisasi

    homogen. Jenis dinding lain yang sering digunakan juga ialah dinding

    plastik yang mempunyai komposisi atomik seperti komposisi atomik

    jaringan-jaringan tubuh manusia, dan diisi dengan gas yang memiliki

    komposisi atomik yang sama. Ini disebut dengan Tissue Equivalent

    Ionization Chamber .

    Keuntungan detektor jenis ini adalah, dapat membedakan energi radiasi

    yang memasukinya, serta tegangan kerja yang dibutuhkan dalam

    pengoperasiannya tidak terlalu tinggi.

    C. Detektor Proporsional

    Dibandingkan dengan daerah ionisasi, jumlah pasangan ion yang dihasilkan

    di daerah proporsional ini lebih banyak. Karena jumlah pasangan ion lebih

    banyak maka tinggi pulsa keluarannya akan lebih tinggi. Detektor yang

    bekerja pada daerah ini, pada umumnya memiliki beda potensial kerja

    antara 800 s.d. 2000 volt. Karena pulsa keluarannya lebih tinggi, maka

    pengukuran radiasi dengan menggunakan detektor ini lebih sering

    menerapkan metode pulsa.

    Dalam kurva karakteristik di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasangan ionyang dihasilkan sebanding dengan energi radiasi yang memasuki detektor,

    20

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    23/73

    sehingga detektor ini dapat membedakan energi radiasi. Misalnya: apabila

    radiasi alfa dan beta yang memiliki energi radiasi yang sama besar, maka

    radiasi alfa dapat menimbulkan pulsa yang lebih tinggi daripada radiasi .

    Namun demikian, jumlah pasangan ion atau tinggi pulsa keluaran yang

    dihasilkan juga dipengaruhi oleh tegangan kerja detektor.

    Dalam kurva tersebut slope kurva pada daerah proporsional berbentuk

    curam, yang artinya adalah sedikit saja perubahan beda potensial/tegangan

    kerja detektor maka akan meningkatkan jumlah pasangan ion juga

    avalenche -nya yang lebih banyak secara signifikan. Karena sifat detektor

    ini, maka tegangan operasi yang diperlukannya harus sangat stabil.

    Selain dipengaruhi oleh tegangan kerjanya, besarnya multiplikasi muatan

    juga tergantung pada diameter anoda. Apabila diameter anoda kecil, maka

    multiplikasi muatan yang terjadi akan semakin besar.

    Elektron-elektron yang terbentuk dari hasil proses ionisasi primer yang

    tertarik ke elektroda positif dan negatif akan mengakibatkan proses ionisasi

    sekunder. Proses ionisasi sekunder mengakibatkan jumlah ion sekunder,

    atau yang lebih dikenal dengan nama avalenche menjadi lebih banyak

    sehingga faktor pelipatan (multiplikasi) akan menjadi lebih besar dari satu.

    Proses ionisasi sekunder dapat meningkatkan jumlah ion sebanyak 10000

    kali lipat dari jumlah ion primer. Hal ini berarti bahwa untuk setiap elektron

    yang dihasilkan dalam proses ionisasi primer akan menghasilkan tambahan

    10000 elekton lagi karena terjadinya proses ionisasi sekunder ini.

    Campuran dan tekanan gas isian harus dipilih agar proses multiplikasi

    bersifat linear dengan radiasi yang diterima. Di samping itu pula, campuran

    gas isian harus dapat juga berfungsi sebagai penghenti proses multiplikasi.

    Sifat multiplikasi yang diskrit dan linear terhadap energi radiasi merupakan

    sifat dasar detektor proporsional. Tekanan gas isian menentukan pula

    proses multiplikasi.

    21

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    24/73

    Output-nya berupa rangkaian pulsa yang kemudian dihitung dengan

    menggunakan sirkuit penghitung. Rentang waktu terbentuknya pulsa serta

    pergerakan pulsa tersebut menuju sirkuit penghitung berhubungan dengan

    waktu-mati ( dead-time ) dan resolusi detektor.

    Pada umumnya waktu-mati detektor proporsional sangat singkat, kurang

    dari microsekon. Singkatnya, waktu-mati detektor proporsional

    memungkinkan bagi detektor ini untuk dapat menghitung laju pulsa yang

    tinggi. Amplitudo untuk masing-masing pulsa pada umumnya sangat kecil,

    lebih kurang berorde milivolt. Agar amplitudo pulsa ini dapat dibaca dan

    dihitung, maka diperlukan proses preamplification . Sedangkan untuk

    meningkatkan kemampuan resolusi detektor, dapat digunakan pulse height

    discrimination circuit .

    Secara teoritis, detektor yang sama dapat digunakan sebagai kamar ionisasi,

    detektor proporsional, atau penghitung Geiger Muller. Perbedaan mendasar

    dari ketiga jenis detektor ini adalah terletak hanya pada perbedaan tegangan

    kerjanya. Namun, pada kenyataannya dan juga karena pertimbangan

    ekonomis-praktis, maka ketiga jenis detektor ini dibuat secara terpisah.

    Gas flow proportional counters , adalah salah satu jenis detektor

    proporsional yang sering digunakan untuk perhitungan sampel dalam fisika

    kesehatan. Detektor ini memiliki end-window yang sangat tipis agar

    memungkinkan partikel alfa dan beta dapat memasuki detektor. Gas flow

    artinya adalah harus ada aliran gas yang masuk pada bilik penghitung,

    untuk menggantikan gas isian yang telah didifusikan keluar detektor

    melalui end-window yang sangat tipis tersebut.

    Campuran gas yang pada umumnya digunakan pada detektor jenis ini salah

    satunya adalah campuran inert gas dan hidrokarbon, antara lain: gas P-10,

    yang terdiri dari 90% gas argon dan 10% metana.

    D. Detektor Geiger Muller

    22

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    25/73

    Detektor ini merupakan salah satu jenis detektor yang tertua dan sampai

    dengan sekarang masih sering digunakan, khususnya dalam bidang proteksi

    radiasi. Penggunaan detektor ini untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh

    Geiger dan Muller pada tahun 1928. Detektor G-M merupakan alat

    pencacah radiasi yang sederhana dan tidak dapat digunakan untuk

    keperluan spektroskopi.

    Beberapa peralatan ukur radiasi portabel, menggunakan detektor jenis

    Geiger Muller. Dari sudut pandang elektronika, detektor G-M sangat

    sederhana dan juga ekonomis serta pengoperasiannya yang mudah.

    Detektor ini bekerja pada daerah Geiger Muller. Pada umumnya, sebagai

    bahan gas isiannya dipilih menggunakan gas P-10, seperti halnya gas isian

    pada detektor proporsional. Namun sering juga digunakan gas Helium dan

    Argon sebagai gas isiannya.

    Jumlah pasangan ion dalam gas isian yang terjadi karena radiasi, pada

    detektor yang bekerja di daerah ini sangat banyak, bahkan dapat mencapai

    nilai saturasinya. Tinggi rendahnya pulsa keluaran tidak tergantung pada

    energi radiasi yang memasukinya. Berapa pun besarnya energi radiasi yang

    memasuki jendela detektor, banyaknya pasangan ion yang dihasilkan sama

    dengan nilai saturasinya. Jadi pulsa keluaran tabung G-M hanya

    menunjukan tinggi rendahnya muatan listrik yang terkumpul. Karena

    jumlah muatan listrik yang terkumpul sangat besar (sekitar 10 9 s.d. 10 10

    pasangan ion), sehingga amplitudo pulsa keluarannya relatif tinggi (dalam

    orde volt). Tingginya amplitudo pulsa keluaran merupakan salah satu

    keunggulan detektor G-M, karena tidak memerlukan rangkaian sirkuit

    elektronika penguat pulsa ( pre-amplifier ).

    Detektor G-M pada umumnya dapat menghitung radiasi dengan

    menerapkan metode pulsa sama halnya dengan detektor proporsional, dan

    juga dapat menghitung radiasi dengan menerapkan metode arus sama

    seperti halnya detektor kamar pengionan.

    23

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    26/73

    Tingginya tegangan kerja tabung detektor G-M, akan menimbulkan medan

    listrik yang tinggi. Tingginya medan listrik pada tabung detektor G-M

    dapat mengakibatkan terjadinya guguran elektron ( electron avalenche ).

    Pada kondisi tertentu, satu guguran elektron menjadi pemicu terjadinya

    guguran elektron berikutnya pada tempat yang berbeda di dalam tabung.

    Pada satu nilai beda potensial tertentu, medan listrik akan bersifat kritis,

    artinya setiap terjadinya guguran satu elektron akan diikuti oleh rata-rata

    satu guguran elektron lainnya. Peningkatan jumlah guguran elektron

    menyebar dengan cepat. Secara teoritis, jumlah guguran elektron dapat

    meningkat secara eksponensial dalam rentang waktu yang singkat.

    Elektron-elektron bebas yang terbentuk karena adanya guguran elektron

    mengakibatkan molekul-molekul pada gas isian akan mengalami eksitasi.

    Dalam rentang waktu yang singkat (orde nanosekon), molekul-molekul gas

    yang tereksitasi tersebut akan kembali stabil, artinya elektron-elektron pada

    molekul gas isian yang tereksitasi akan kembali pada tingkat

    energi/orbitnya semula. Perpindahan elektron dari keadaan tereksitasi

    menuju keadaan semula memancarkan gelombang elektromagnetik, dengan

    panjang gelombang yang berada pada rentang panjang gelombang cahaya

    tampak.

    Gelombang elektromagnetik ini adalah elemen penting dalam reaksi rantai

    yang terjadi dalam tabung G-M. Apabila satu foton berinterkasi fotolistrik

    dengan atom/molekul gas isian maka akan terbentuk satu elektron bebas.

    Elektron bebas tersebut akan bergerak menuju anoda dan akan memicu

    terjadinya guguran elektron lain. Karena keadaan tereksitasinya molekul

    gas isian sangat singkat, sementara foton bergerak dengan kecepatan

    cahaya, maka terbentuknya elektron bebas yang dihasilkan dari proses

    fotolistrik (elektron sekunder) hampir bersamaan dengan terjadinya

    guguran elektron yang pertama.

    Ketika Geiger discharge mencapai angka tertentu, efek kolektif dari

    guguran elektron berperan dalam menghentikan rantai reaksi yang terjadidalam tabung G-M. Berhentinya rantai reaksi dalam tabung G-M akan

    24

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    27/73

    terjadi setelah kira-kira jumlah guguran elektron berikutnya sama dengan

    jumlah elektron sebelumnya, maka seluruh pulsa keluaran memiliki besar

    amplitudo yang sama, dan tidak tergantung pada jumlah pasangan ion awal

    yang terjadi pertama kali dalam tabung G-M, sebagai akibat interaksi

    radiasi dengan molekul gas isian.

    Mobilitas ion positif jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mobilitas

    elektron. Ketika konsentrasi ion positif cukup tinggi, maka akan

    menurunkan medan listrik dalam tabung. Karena multiplikasi/reaksi rantai

    dalam gas isian memerlukan medan listrik di atas harga minimum tertentu,

    maka penurunan medan listrik itu akan menghentikan proses Geiger

    discharge .

    Pada detektor jenis ini, proses discharge terjadi sepanjang anoda. Seluruh

    proses discharge terjadi dalam waktu singkat (orde mikrosekon). Waktu ini

    lebih kecil dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk

    pulsa keluaran yang timbul karena guguran elektron tunggal.

    Proses discharge ini, harus didinginkan secara tiba-tiba ( quenching )

    untuk mencegah terjadinya proses discharge yang terus menerus serta

    untuk mencegah terjadinya multiplikasi pembentukan pulsa. Setelah proses

    Geiger discharge berhenti, ion-ion positif bergerak lambat ke katoda.

    Kemudian dinetralisir oleh elektron-elektron yang ada di permukaan

    katoda. Dalam proses ini sejumlah energi, yang disebut sebagai fungsi kerja

    (work function ), dibebaskan. Energi tersebut sama dengan energi ionisasi

    gas dikurangi dengan energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron

    dari permukaan katoda. Jika energi yang dibebaskan tersebut masih

    melebihi fungsi kerja katoda, maka energi tersebut mungkin akan

    mengeluarkan elektron lagi dari permukaan katoda. Elektron ini akan

    bergerak ke anoda, dan akan memicu guguran lain yang akan menjadi

    Geiger discharge yang kedua. Maka akan tercatat, pulsa tambahan yang

    bukan berasal dari radiasi yang masuk.

    25

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    28/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    29/73

    listrik negatif baru sebelum proses pembentukan pulsa keluaran karena

    tangkapan muatan listrik negatif sebelumnya selesai.

    Apabila detektor digunakan untuk mengukur radiasi yang tinggi, maka

    detektor ini akan menunjukan hasil bacaan pulsa awal yang tinggi dan akan

    kembali kepada titik nol dengan cepat.

    Untuk menghindari terjadinya foldback biasanya tabung G-M dilengkapi

    dengan sirkuit elektronik tambahan, ini dilakukan apabila dalam spesifikasi

    tabung G-M yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya tidak menyatakan

    bahwa: proses foldback tidak akan terjadi.

    Segera setelah satu butir partikel masuk detektor, akan terjadi muatan

    listrik positif dan negatif dalam gas isian. Muatan positif di dalam tabung

    menyebabkan medan listrik dalam detektor menurun. Radiasi yang masuk

    pada saat medan listrik menurun tidak dapat menghasilkan pulsa yang

    cukup tinggi untuk tercacah. Waktu-mati detektor adalah waktu saat

    detektor tidak dapat mencacah sama sekali. Bila sebagian muatan positif

    sudah dinetralkan maka kuat medan berangsur-angsur menjadi besar

    sehingga pulsa mulai terbentuk lagi walaupun masih kecil. Waktu ini

    dinamakan waktu pulih ( recovery time ).

    Pada beberapa sistem pencacahan pulsa harus mencapai tinggi amplitudo

    tertentu dulu untuk dapat tercacah. Waktu yang dibutuhkan untuk

    membentuk discharge kedua yang melebihi amplitudo tersebut disebut

    resolving time . Dalam prakteknya, sering disebut dengan waktu-mati saja.

    Harga waktu-mati detektor GM sekitar 50-100 sekon/cacah.

    Pada detektor GM, jika tegangan dioperasikan dari nol samapi tegangan

    yang tinggi dan hasil cacahannya digambarkan maka akan ada bagian yang

    datar. Daerah ini disebut plateau. Pada daerah plateau, jika ada perubahan

    tegangan, hasil cacahan tidak berubah secara signifikan. Tegangan kerja

    yang mulai timbulnya cacah disebut starting voltage . Bila V1 adalah

    27

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    30/73

    tegangan mulainya plateau, V2 adalah tegangan batas dari plateau . Lereng

    plateau (slope) didefinisikan sebagai berikut:

    Rumus plateau slope untuk daerah kerja detektor Geiger Muller adalah:

    V

    N N PS

    =

    /

    (Persamaan III.1.)

    V

    N N x PS

    = /100(%)

    (Persamaan III.2.)

    Rumus perubahan prosentase laju cacah setiap perubahan beda potensialsebesar 100 V adalah:

    Laju Cacah (Count/Menit)

    V1 V2

    Beda Potensial (HV)

    N1

    N2

    Gambar Hubungan antara Beda Potensial dengan Laju Cacah Detektor Geiger Muller

    28

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    31/73

    100/100

    xV

    N N PS

    =

    (Persamaan III.3.)

    ( )12 1/12104

    V V

    N N N PS

    =

    (Persamaan III.4.)

    N1 dan N2 adalah laju cacah pada V1 dan V2, jika harganya 10 %/100

    volt maka detektor itu baik. Hal ini berarti tegangan berubah 100 volt ada

    kenaikan laju cacah 5 %. Di atas V2 tegangan terlalu tinggi untuk detektor

    ini sehingga terjadi pulsa yang terus menerus. Jika detektor dioperasikan di

    atas tegangan V2, maka akan rusak. Tegangan kerja detektor diambil padadaerah plateau .

    Karena satu pasangan ion yang terbentuk dalam gas dapat memicu Geiger

    discharge penuh, maka efisiensi pencacahan untuk sembarang partikel

    bermuatan yang masuk daerah aktif adalah 100%. Dalam situasi praktis,

    efisiensi pencacah efektif ditentukan oleh probabilitas radiasi masuk

    jendela detektor tanpa absorpsi atau hamburan.

    Ada beberapa alasan mengapa detektor jenis GM jarang digunakan untuk

    mendeteksi neutron. Untuk neutron termal gas GM memiliki tampang

    lintang tangkapan yang kecil. Gas yang mempunyai tampang lintang

    tangkapan yang tinggi (BF6) lebih cocok dioperasikan pada daerah

    proporsional.

    Neutron cepat dapat mereproduksi inti rekoil dalam gas isian yang dapat

    menghasilkan pasangan ion. Karena itu tabung Geiger terutama yang berisi

    gas Helium dapat mendeteksi netron cepat. Tetapi detektor isian gas untuk

    netron dioperasikan sebagai detektor proporsional.

    Sinar gamma dapat dideteksi dengan jalan sinar gamma tersebut

    berinteraksi dengan dinding detektor. Interaksi tersebut menghasilkan

    elektron. Jika interaksi tersebut terletak di bagian dalam dinding elektron

    29

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    32/73

    tersebut bisa masuk gas detektor. Kemudian elektron tersebut dideteksi

    oleh detektor GM sebagaimana biasanya.

    Efisiensi pencacahan gamma tergantung pada: (1). Probabilitas sinar

    gamma yang berinteraksi dengan dinding dan menghasilkan elektron, dan

    (2). Probabilitas elektron tersebut mencapai gas dalam tabung GM.

    Probabilitas interaksi sinar gamma dengan materi meningkat dengan

    naiknya nomor atom materi. Karena itu dinding detektor GM untuk sinar

    gamma dibuat dengan materi yang nomor atomya tinggi. Bismuth (z=83)

    digunakan secara luas. Bagaimanapun efisiensi GM untuk gamma jarang

    lebih besar dari beberapa persen. Ketebalan dinding dibuat sedemikian rupa

    agar interaksi besar. Tetapi jika terlalu tebal akan melebihi range elektron

    dan elektron tidak bisa mencapai gas, biasanya tebal dinding sekitar 1-2

    mm.

    Detektor ini dapat dibuat dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

    Walau demikian, pada umumnya di lapangan, jenis detektor ini dibuat

    dengan bentuk silinder, dan dikenal dengan nama G-M tube . Detektor G-M

    yang kecil telah cukup sensitif untuk mengukur dosis radiasi yang rendah.

    Bagi detektor jenis kamar ionisasi, untuk memperoleh tingkat sensitivitas

    yang sama, harus dibentuk dengan ukuran yang lebih besar. Apabila

    detektor jenis ini, akan digunakan untuk mengukur radiasi alfa dan beta,

    maka detektor ini harus memiliki jendela detektor yang sangat tipis, yang

    memungkinkan partikel alfa dan beta dapat memasukinya.

    Secara umum, detektor jenis isian gas tidak cukup efektif untuk mengukur

    radiasi gamma. Namun demikian, untuk detektor isian gas jenis G-M

    memerlukan rangkaian sirkuit elektronik tambahan dan dipsanang dalam

    bungkus padat, apabila digunakan sebagai peralatan survai radiasi gamma.

    Apabila detektor G-M akan digunakan sebagai peralatan dose-meter atau

    dose-rate meter, maka detektor ini harus memiliki tanggapan (response)

    yang sama dengan jaringan tubuh manusia, pada seluruh rentang energinya.

    30

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    33/73

    Detektor G-M akan mengalami over-response pada energi kira-kira di

    bawah 200 keV, sehingga diperlukan filtrasi yang cocok, yang dipasang

    mengelilingi tabung detektor G-M untuk menjamin bahwa respon

    energinya linear. Hal ini disebut dengan kompensasi energi.

    31

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    34/73

    BAB IV

    DETEKTOR SEMIKONDUKTOR

    A. Sistim Kerja

    Konduktivitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk

    mengalirkan arus listrik. Detektor semikonduktor, pada prinsipnya bekerja

    melalui konsep pengukuran perubahan konduktivitas suatu bahan yang

    disebabkan oleh adanya radiasi ionisasi. Detektor semikonduktor memiliki

    kesamaan dengan jenis detektor isian gas dalam beberapa prinsip sistem

    kerjanya.

    Semikonduktor adalah bahan-bahan yang dapat mengalirkan arus listrik,

    namun kemampuan daya hantarnya tidak sebaik bahan konduktor, juga

    dapat menghambat aliran arus listrik, namun daya hambatnya tidak sebaik

    bahan insulator. Pada dasarnya, terdapat juga bahan-bahan isolator yang

    terbuat dari bahan semikonduktor tidak dapat mengalirkan arus listrik. Hal

    ini disebabkan semua elektronnya berada di pita valensi, sedangkan di pita

    konduksinya tidak ditempati oleh elektron.

    Detektor bahan semikonduktor, merupakan jenis detektor yang masih baru.

    Detektor ini memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih efisien

    dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat, serta

    memiliki resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.

    Energi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh

    bahan, dan memberikan energi yang cukup, sehingga beberapa elektron

    dalam kristal berpindah dari pita valensi ke pita konduksi, sehingga

    menyisakan hole . Pasangan elektron dan hole ini seperti juga pasangan ion

    dalam zat cair atau gas, akan bergerak apabila ada beda tegangan, seperti

    ion positif dan ion negatif. Ingat bahwa muatan positif dalam bahan

    semikonduktor pada kenyataannya tidak bergerak. Yang sebenarnya terjadi

    adalah bahwa hole-hole dalam kristal akan diisi oleh elektron-elektrontetangganya, elektron-elektron yang bergerak ini pun akan

    32

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    35/73

    meninggalkan/membuat hole-hole baru di tempatnya semula. Hal ini

    menyebabkan seolah-olah hole itu bergerak.

    Pada umumnya bahan semikonduktor yang sering digunakan adalah silikon

    (Si) dan Germanium (Ge). Untuk meningkatkan daya hantar listrik-nya,

    maka ditambahkan bahan pengotor ( doping ). Apabila bahan pengotor

    memiliki kelebihan elektron sehingga aliran listrik adalah pergerakan

    muatan negatif dalam bahan, yang dikenal dengan sebutan semikonduktor

    tipen. Apabila bahan pengotor menambah hole, aliran listrik disebabkan

    oleh adanya pergerakan efektif muatan positif dalam bahan, yang dikenal

    dengan sebutan semikonduktor tipep.

    Detektor terdiri dari tipen dan tipep. Semikonduktor tipen dihubungkan

    dengan kutub positif dari tegangan listrik, sedangkan semikonduktor tipep

    dihubungkan dengan kutub negatif dari tegangan listrik. Hal ini

    menyebabkan pembawa muatan positif akan tertarik ke kutub negatif (atas),

    dan pembawa muatan negatif akan tertarik ke kutub positif (bawah). Hal ini

    menyebabkan timbulnya lapisan kosong muatan ( depletion layer ). Lapisan

    kosong muatan ini sama dengan halnya volume sensitif pada ruangan

    dalam kamar ionisasi. Dengan timbulnya lapisan muatan yang kosong ini,

    maka tidak akan timbul arus listrik. Bila ada radiasi pengion memasuki

    daerah ini, akan terbentuk pasangan ion-ion baru, yaitu elektron dan hole

    yang masing-masing akan bergerak ke kutub positif dan kutub negatif.

    Tambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya

    pulsa atau arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah menjadi

    energi listrik.

    Detektor semikonduktor sangat teliti dalam membedakan energi radiasi

    yang mengenainya atau disebut memiliki resolusi yang tinggi. Sebagai

    gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi gamma biasanya memiliki

    resolusi sebesar 50 keV, artinya detektor ini dapat membedakan energi dari

    dua buah radiasi yang memasukinya bila kedua radiasi tersebut memiliki

    perbedaan energi lebih besar daripada 50 keV. Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya memiliki resolusi 2 keV. Jadi

    33

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    36/73

    terlihat bahwa detektor semikonduktor jauh lebih teliti untuk membedakan

    energi radiasi.

    Sebenarnya kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu diperlukan

    dalam pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan survai radiasi.

    Akan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis dan

    kadar bahan, kemampuan ini mutlak diperlukan.

    Kelemahan dari detektor semikonduktor ini adalah harganya lebih mahal,

    pemakaiannya harus hati-hati karena mudah rusak dan beberapa jenis

    detektor semikonduktor harus didinginkan pada nitrogen cair.

    B. Jenis Detektor Semikonduktor

    Beberapa jenis detektor semikonduktor:

    1. Surface barrier: untuk mengukur radiasi alfa dan beta;

    Detektor ini memiliki lapisan jenisp yang sangat tipis, yang diletakan

    di atas lapisan jenisn. Detektor ini sangat efektif dalam pendeteksian

    partikel bermuatan dan pemisahan tingkat energi yang berbeda-beda.

    Kemampuan untuk memisahkan energi yang berbeda-beda disebut

    dengan resolusi energi. Detektor surface barrier dapat memisahkan tiga

    kelompok partikel alfa dari Am-241 dengan energi 5,486; 5,443; dan

    5,389 MeV.

    Satu masalah pada detektor surface barrier yang harus mendapat

    perhatian adalah permukaan kristal harus selalu tetap bersih dan bebas

    dari minyak atau bahan-bahan pengotor lainnya. Selain itu, detektor ini

    sangat sensitif terhadap cahaya, karena foton cahaya dapat mencapai

    volume sensitif-nya dan menghasilkan pasangan elektron dan hole .

    2. PIPS (Passivate Implant Planar Silicon): untuk mengukur radiasi alfa

    dan beta;

    Salah satu metode yang digunakan untuk memasukan bahan pengotor pada permukaan semikonduktor adalah dengan memberikan paparan

    34

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    37/73

    berkas ion pada permukaan menggunakan akselerator. Sebagai contoh:

    kristal silikon diberi paparan berkas ion boron, akan memiliki lapisanp

    yang terbentuk pada permukaannya. Metode pemberian doping ini akan

    membuat kristal lebih stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh kondisi

    lingkungan.

    Detektor ini dapat digunakan dalam spektrometri alfa, monitoring beta,

    deteksi beta berenrgi rendah dan ion-ion berat.

    3. HPGe: untuk mengukur radiasi gamma;

    Detektor semikonduktor germanium memiliki efisiensi yang tinggi

    untuk mengukur radiasi gamma, namun pada kenyataannya detektor

    Ge(Li) harus tetap berada dalam temperatur yang sangat rendah,

    walaupun sedang tidak digunakan, pada umumnya digunakan nitrogen

    cair. Hal inilah yang merupakan salah satu keterbatasan jenis detektor

    ini. Apabila bahan pengotor dalam kristal germanium tetap rendah, hal

    ini dapat menyebabkan untuk mendapatkan volume sensitif relatif lebih

    kecil. Jenis detektor ini disebut dengan High Purity Germanium

    Detektor. Detektor jenis ini dapat disimpan dalam ruangan dengan

    temperatur kamar tanpa menimbulkan kerusakan pada kristalnya,

    namun harus tetap didinginkan sebelum digunakan untuk mengurangi

    jumlah panas yang ditimbulkan oleh elektron dalam pita konduksi.

    Seperti detektor Ge(Li), detektor ini juga efisien digunakan untuk

    mengukur radiasi gamma.

    4. LEGe: untuk mengukur radiasi Sinar-X dan gamma;

    LEGe merupakan kependekan dari Low Energy Germanium Detektor,

    merupakan konsep baru dalam geometri detector germanium dengan

    beberapa kelebihan tersendiri dibandingkan dengan detector planar atau

    coaxial dalam beberapa aplikasi. Detektor LEGe dibuat dengan jendela

    bagian depan yang tipis. Kapasitansi detektor lebih kecil daripada

    detektor planar dengan ukuran yang sama. Bising ( noise ) pada amplifier

    pada umumnya meruapakan fungsi dari kapasitansi detektor, namundetektor LEGe memiliki bising yang lebih rendah, sehingga memiliki

    35

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    38/73

    resolusi yang lebih baik pada energi yang rendah dan menengah.

    Detektor LEGe memiliki daerah aktif 50 mm2 s.d. 38 mm2 dan dengan

    ketebalan berkisar antara 5 mm s.d. 20 mm. . Untuk meningkatkan

    respon pada tingkat eneergi yang rendah, biasanya dilengkapi dengan

    jendela tipis yang terbuat dari bahan Be. Untuk aplikasi yang

    melibatkan energi di atas 30 keV, detektor LEGe dapat dilengkapi

    dengan jendela yang terbuat dari bahan alumunium setebal 0,5 mm.

    5. SiLi: untuk mengukur radiasi Sinar-X.

    Detektor jenis ini sama dengan detektor semikonduktor Ge(Li), namun

    memiliki kelebihan yaitu detektor ini dapat disimpan pada temperatur

    kamar tanpa menimbulkan kerusakan pada kristal, dan dapat

    dioperasikan pada temperatur kamar. Untuk meningkatkan

    kemampuannya, detektor ini dapat didinginkan dengan menggunakan

    nitrogen cair sebelum digunakan. Silikon memiliki nomor atom yang

    lebih rendah dibandingkan dengan germanium, hal ini berarti

    kemungkinan berinteraksinya dengan radiasi gamma lebih kecil.

    Detektor semikonduktor Si(Li) tidak lebih efisien dalam pengukuran

    radiasi gamma, apabila dibandingkan dengan detektor Ge(Li), namun

    sangat efisien untuk mengukur radiasi gamma yang memiliki energi

    yang rendah (kira-kira kurang dari 150 keV) atau Sinar-X dan partikel

    beta atau elektron.

    6. Ge (Li)

    Detektor semikonduktor yang terbuat dari bahan-bahan seperti silikon

    dan germanium, dapat ditambahkan ke dalamnya bahan lithium.

    Daerah, tempat ditambahkannya bahan lithium tersebut dinamakan

    sebagai intrinsic region atau lithium drifted yang berada di antara bahan

    semikonduktor jenis p dan jenis n. Besar kecilnya ukuran instrinsic

    region menentukan volumen sensitif sebuah detektor. Salah satu

    kelebihan detektor semikonduktor untuk pengukuran radiasi gamma

    adalah ukuran detektor yang pada umumnya berukuran kecildibandingkan dengan detektor isian gas. Jenis detektor yang terbuat dari

    36

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    39/73

    bahan semikonduktor, yang ke dalam kristal germanium-nya

    ditambahkan bahan lithium disebut sebagai detektor Ge(Li).

    Pada temperatur ruangan, atom-atom lithium akan terus bergerak

    melalui kristal germanium akan mengubah ukuran instrinsic region, hal

    inilah yang menjadikan detektor Ge(Li) harus selalu berada dalam

    temperatur yang sangat rendah, bahkan pada saat detektor jenis ini tidak

    sedang digunakan. Detektor Ge(Li) merupakan detektor yang efisien

    dalam pengukuran radiasi gamma dan memiliki resolusi energi yang

    baik.

    C. Kelebihan detektor semikonduktor dibandingkan dengan detektor

    isian gas

    1. Detektor berukuran lebih kecil;

    2. Memiliki resolusi energi yang lebih baik untuk seluruh jenis radiasi;

    3. Memiliki efisiensi yang lebih tinggi untuk radiasi gamma;

    4. Fast timing characteristic yang memungkinkannya dapat mengukur

    laju cacah yang tinggi;

    5. Memiliki volume detektor efektif yang daoat diatur sesuai dengan jenis

    radiasi yang diukurnya.

    37

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    40/73

    BAB V

    DETEKTOR SINTILASI

    A. Sistim Kerja

    Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian, yaitu: bahan sintilator dan

    photomultiplier. Detektor sintilasi bekerja memanfaatkan radiasi

    fluoresensi (biasanya cahaya) yang dipancarkan ketika elektron dari

    keadaan tereksitasi kembali ke keadaan dasarnya pada pita valensi. Bahan

    yang dipilih sebagai bahan detektor adalah bahan yang memungkinkan

    peristiwa kerlipan cahaya tersebut dapat terjadi dalam waktu yang sangat

    cepat (kira-kira 1 sekon).

    Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas, yang akan

    menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier

    digunakan untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan

    sintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme pendeteksian radiasi pada

    detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

    Proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi kerlipan

    cahaya di dalam bahan sintilator;

    Proses pengubahan kerlipan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam

    tabung photomultiplier.

    Penyerapan radiasi gamma yang berenergi 1 MeV dalam detektor sintilasi

    menghasilkan kira-kira 10.000 eksitasi elektron, dan jumlah radiasi

    elektromagnetik dalam bentuk cahaya. Efisiensi pendeteksian detektor gas

    terhadap radiasi gamma sangat rendah kira-kira 1%. Dengan mengguakan

    kristal sintilasi padat, dapat diperoleh efisiensi pendeteksian radiasi gamma

    yang cukup tinggi, bervariasi antara 20 s.d. 30 %.

    38

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    41/73

    B. Bahan sintilator

    Dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang

    dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan

    tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar ( ground state ), seluruh elektron

    berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Ketika terdapat

    radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwa energinya

    akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga elektron

    tersebut dapat melompat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian

    elektron-elektron tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi

    bahan aktivator sambil memancarkan percikan cahaya.

    Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan

    dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar energinya

    semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini

    kemudian ditangkap oleh photomultiplier.

    C. Jenis Detektor Sintilasi

    Beberapa kristal sintilator yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Kristal NaI(Tl): digunakan untuk mengukur radiasi gamma dan Sinar-

    X.

    Detektor sintilasi NaI(Tl) dibuat dari kristal tunggal natrium iodida

    (NaI) yang sudah sedikit diberi pengotor Talium (Tl). Karena kristal

    NaI bersifat higroskopis, maka kristal tersebut ditutup rapat-rapat dalam

    wadah alumunium (Al) yang dilapisi cromium (Cr). Di antara kristal

    NaI(Tl) dan dnding wadah Al dimasukan reflektor berupa serbuk

    mangan oksida (MnO) atau Alumunium trioksida (Al2O3). Kristal

    NaI(Tl) direkatkan pada sebuah tabung pelipat ganda elektron

    menggunakan perekat bening yang terbuat dari silikon. Pada ujung

    tabung pelipat ganda elektron terdapat elektroda peka cahaya yang

    disebut fotokatoda.

    2. Kristal ZnS(Ag): digunakan untuk mengukur radiasi alpha dan beta;

    39

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    42/73

    3. Kristal LiI(Eu): digunakan untuk mengukur radiasi neutron lambat

    karena unsur Li akan bereaksi dengan neutron menghasilkan partikel

    alfa. Partikel alfa yang dihasilkannya akan mengeksitasi bahan

    sintilator sehingga mwnghasilkan percikan cahaya. Jadi proses sintilasi

    di sini terjadi secara tidak langsung.

    4. Sintilator organik: sintilator organik ini dibuat dari bahan organik

    seperti anthracene atau stilbene. Sintilator ini dapat berupa cair

    (sintilator cair) atau berupa padat. Kegunaan utama sintilator cair ini

    adalah untuk pengukuran radiasi beta aktivitas rendah ( low level

    counting ).

    D. Tabung photomultiplier

    Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, tabung multiplier berfungsi untuk

    mengubah percikan cahaya tersebut menjadi berkas elektron, sehingga

    dapat diolah lebih lanjut sebagai pulsa/arus listrik.

    Tabung multiplier terbuat dari tabung hampa yang kedap cahaya dengan

    photokatoda yang berfungsi sebagai sensor cahaya pada salah satu

    ujungnya. Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan

    memancarkan elektron bila dikenai percikan cahaya. Elektron yang

    dihasilkan akan diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode

    pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder

    bila dikenai oleh elektron.

    Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju

    dinode kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan

    seterusnya sehingga elektron yang terkumpul pada dinode terakhir

    berjumlah sangat banyak. Dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron

    tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.

    40

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    43/73

    Apabila radiasi gamma memasuki tabung detektor maka akan terjadi

    interaksi radiasi gamma dengan bahan detektor. Interaksi itu dapat

    menghasilkan efek fotolistrik, hamburan compton dan produksi pasangan.

    Karena reaksi ini maka elektron-elektron bahan detektro akan terpental

    keluar sehingga atom-atom itu berada dalam keadaan tereksitasi. Atom-

    atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasarnya sambil

    memancarkan kerlipan cahaya. Cahaya yang dipancarkan itu selanjutnya

    diarahkan ke foto katoda sensitif. Apabila foto katoda terkena kerlipan

    cahaya, maka dari permukaan foto katoda itu akan dilepaskan elektron.

    Antara foto katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang diberi tegangan

    tinggi dan diatur sedenikian rupa sehingga tegangan dinoda yang di

    belakangnya selalu lebih tinggi daripada tegangan dinoda di depannya.

    Perbedaan tegangan antara dinoda kira-kira 100 volt. Elektron yang

    dilepaskan oleh fotokatoda akan dipercepat oleh medan listrik dalam

    tabung pelipat ganda elektron menuju dinoda pertama. Dalam proses

    tumbukan antara elektron dan dinoda akan dilepaskan elektron-elektron

    lain yang kemudian dipercepat menuju dinoda kedua dan seterusnya.

    Dinoda terakhir yang terdapat dalam tabung pengganda elektron berupa

    anoda.

    Hasil akhir jumlah pelipatan elektron tergnatung pada jumlah dinoda.

    Tabung pelipat ganda elektron yang mempunyai 10 tingkat

    dinodamisalnya, pada anoda (dinoda terakhir yang sekaligus berperan

    sebagai pelat pengumpul elektron) bisa didapatkan faktor penggandaan

    elektron antara 107-108. Dengan demikian, sinar gamma yang dideteksi

    akan menghasilkan pulsa listrik sebagai keluaran dari detektor NaI(Tl).

    Tenaga elektron yang dilepaskan ini bergantung pada intensitas sinar

    gamma yang mengenai detektor. Makin tinggi energi elektron, makin tinggi

    pula pulsa listrik yang dihasilkannya, sedang makin banyak elektron yang

    dilepaskan, makin banyak pula cacahan pulsanya.

    Pulsa listrik dari detektor akan diproses lebih lanjut oleh penguat awal dari peralatan elektronik berupa penganalisis saluran ganda (MCA) sehingga

    41

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    44/73

    pada layar penganalisis itu dapat ditampilkan spektrum radiasi gamma yang

    ditangkap oleh detektor. Data tampilan spektrum gamma pada layar

    penganalisis dapat dipakai untuk analisis spektrometri gamma baik secara

    kuantitatif maupun kualitatif.

    Detektor sintilasi NaI(Tl) memiliki efisiensi yang cukup baik untuk radiasi

    gamma. Kerlipan cahaya yang dipancarkan dari bahan pemendar memiliki

    panjang gelombang sekitar 4200 angstrom pada temperatur kamar dengan

    waktu peluruhannya 0,25 detik. Waktu peluruhan ini merupakan waktu

    yang diperlukan untuk memancarkan sekitar 63 % dari cahaya foton yang

    disimpan oleh bahan detektor. Kadar Talium sebanyak 0,1 % akan

    menghasilkan efisiensi detektor yang lebih besar dengan menurunnya

    temperatur.

    Karakteristik dari detektor NaI(Tl) ini, adalah:

    a. Memiliki pancaran kerlipan cahaya yang tinggi dari energi radiasi yang

    tersimpan dalam bahan detektor;

    b. Memiliki nomor atom (Z) yang tinggi karena adanya atom Iodine (I):

    c. Bahan pemendar padat dengan rapat jenis sebesar 3,57 gr/cm3 memiliki

    kemungkinan interaksi per cm yang cukup tinggi,

    Untuk pencacahan beta, dapat dengan cara melarutkan sampel pada bahan

    sintilator toluenen,, hal ini dapat meningkatkan efisiensi pencacahan

    sebesar 100 %.

    42

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    45/73

    BAB VI

    DETEKTOR NEUTRON

    A. Sistim Kerja

    Neutron merupakan partikel yang tidak bermuatan listrik seperti elektron

    dan proton. Karena tidak bermuatan, neutron tidak dapat menyebabkan

    ionisasi secara langsung terhadap materi yang dikenai atau dilewatinya.

    Namun demikian, apabila neutron berinteraksi dengan materi, neutron akan

    menyebabkan ionisasi sekunder. Dengan melakukan deteksi/pengukuran

    terhadap partikel/ion hasil dari proses ionisasi sekunder, inilah pengukuran

    terhadap radiasi neutron dapat dilakukan.

    Neutron cepat ( fast neutron ) dapat dideteksi melalui hasil interaksinya

    dengan bahan-bahan yang banyak mengandung atom hidrogen. Jenis

    interaksi antara neutron dengan inti atom hidrogen adalah tumbukan elastis.

    Tumbukan elastis antara neutron dengan inti atom hidrogen akan

    mengeluarkan partikel proton dari inti atom. Deteksi terhadap neutron

    dilakukan dengan ionisasi yang dilakukan oleh proton yang keluar dari inti

    atom hidrogen akibat tumbukan ini. Untuk deteksi neutron cepat sering

    digunakan alat ukur proporsional dengan bahan isian yang memiliki kadar

    atom hidrogen yang tinggi, seperti polietilin. Peralatan ini memiliki

    kepekaan yang sangat rendah dan sulit untuk melakukan pengukuran di

    bawah laju dosis radiasi 50 Sv/jam.

    Interaksi nuklir yang sering terjadi, yang digunakan dalam deteksi neutron

    adalah reaksi antara neutron dengan bahan boron-10 dan lithium-6. Boron-

    10 memiliki penampang lintang tangkapan yang tinggi (4010 barn)

    terhadap neutron termik. Interaksi antara neutron dengan kedua bahan ini

    menghasilkan radiasi partikel alfa. Partikel alfa ini yang akan melakukan

    ionisasi terhadap bahan detektor.

    43

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    46/73

    Neutron termik dapat dideteksi pula dengan memanfaatkan interaksi antara

    neutron dengan helium-3 yang menghasilkan proton dan tritium. Sistem

    pendeteksian ini lebih disukai dibandingkan dengan pendeteksian yang

    menggunakan gas boron-10, karena reaksi ini tidak sensitif terhadap

    gangguan sinar gamma. Dalam daerah yang memiliki radiasi campuran

    sinar gamma dan neutron, lebih mudah melakukan pengukuran neutron

    dengan menggunakan detektor proporsional.

    Tiga jenis interaksi yang pertama disebutkan merupakan interaksi neutron

    yang sering terjadi pada neutron dengan energi kira-kira/kurang dari 0,5

    eV. Neutron dengan tenaga ini disebut sebagai neutron lambat.

    B. Jenis detektor neutron

    1. Boron trifluoride proportional counter

    Gas Boron trifluoride, diperkaya dengan boron-10 digunakan dalam

    penghitung proporsional isian gas. Pada prinsipnya, detektor jenis ini

    sangat peka/sensitif untuk mengukur radiasi neutron termik, dan tidak

    sensitif untuk neutron cepat. Apabila detektor ini digunakan untuk

    mendeteksi neutron dengan energi intermediate dan cepat (energinya di

    atas 1 MeV), detektor ini harus ditambahkan dengan dikelilingi oleh

    bahan pemoderasi neutron, seperti polyethylene, untuk mengurangi

    energi/kecepatan neutron cepat menjadi neutron termal. Filter yang

    terbuat dari bahan cadmium dapat ditambahkan untuk lebih

    menyeragamkan respon energi.

    Detektor ini dapat digunakan untuk mengukur radiasi neutron dengan

    energi mulai dari energi thermal sampai dengan energi 10 MeV.

    Detektor ini dapat dipakai untuk membedakan laju dosis neutron termik

    dan neutron cepat di medan radiasi neutron campuran dengan

    memodifikasi teknik pengukuran sebagai berikut:

    44

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    47/73

    Jika detektor ini dipakai untuk pengukuran langsung (tanpa

    ditambah bahan moderator), maka akan terpantau oleh detektor

    hanyalah laju dosis neutron termik saja;

    Jika detektor ini diberikan bahan tambahan moderator polietilin dan

    dilapisi lempeng filter bahan cadmium, maka neutron termik akan

    terserap oleh bahan filter cadmium, sehingga yang terdeteksi hanya

    neutron cepat saja.

    2. Boron lined proportional counter

    Boron digunakan sebagai pelapis ( liner ) di dalam dinding proportional

    counter yang memungkinkan dikatakan sebagai proportional gas

    daripada boron trifluoride. Namun untuk tingkat stabilitasnya tidak

    sebaik stabilitas yang dimiliki oleh boron trifluoride proportional

    counter.

    3. Helium proportional counter

    Helium propotional counter menggunakan helium sebagai bahan target

    radiasi partikel neutron dan sebagai gas isian dalam detektor. Dalam hal

    aspek-aspek yang lainnya, jenis detektor ini sama dengan detektor jenis

    boron trifluoride proportional counter.

    4. Gas recoil proportional counter

    Neutron dengan tingkat energi di atas 500 keV dapat dideteksi dengan

    menggunakan proportional counter yang diisi dengan gas seperti

    methane yang berisi porsi lebih banyak atom hidrogen, neutron cepat

    akan bertumbukan dengan atom hidrogen. Secara alternatif, atom

    hidrogen dapat diperoleh dengan menggunakan bahan seperti

    polyethylene pada dinding counter. Counter ini ditutup/dilapisi dengan

    lembaran tipis cadmium yang akan meng-absorp neutron slow dan

    neutron thermal.

    45

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    48/73

    5. Superheated drop detector

    Superheated drop detector berisi microscopic liquid drops dalam bahan

    seperti gel. Neutron yang datang akan memberikan energinya pada liquid

    drops tersebut untuk membuatnya mendidih dengan cepat dan berubah

    menjadi butiran-butiran/gelembung. Terdapat audible pop yang

    dikumpulkan dan direkam dengan menggunakan peralatan tertentu.

    Cartridge yang berisi superheated liquid harus diganti pada saat seluruh

    drops telah mendidih.

    Pengukuran laju dosis ekuivalen dari neutron sulit untuk dilakukan karena

    faktor kualitas untuk neutron ini cukup bervariasi tergantung pada

    energinya. Salah satu alat yang dapat secara langsung dapat mengukur

    laju dosis ekuivalen dari neutron adalah neutron rem meter. Alat ini pada

    umumnya digunakan untuk pendeteksian neutron di instalasi nuklir. Alat

    ini dapat dipasang pada posisi yang tetap atau dapat juga bersifat portable.

    46

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    49/73

    BAB VII

    ALAT UKUR RADIASI PERORANGAN

    A. Sifat alat ukur radiasi perorangan

    Alat ukur atau lebih tepatnya dikatakan alat monitor radiasi perseorangan,

    ada pula yang menyebutnya sebagai dosimeter perorangan harus bersifat

    ringan dan mudah untuk dibawa kemana-mana. Selain itu pula, harus

    terbuat dari bahan yang cukup kuat agar dapat menahan penggunaan sehari-

    hari, harus dapat mendeteksi dan mencatat dosis radiasi yang kecil maupun

    yang besar, secara konsisten dan tepat. Pengaruh-pengaruh

    eksternal/lingkungan seperti: temperatur yang tinggi, kelembaban, dan

    mechanical shock tidak boleh mempengaruhi unjuk kerja alat ini. Karena

    banyak Pekerja Radiasi (PR) yang diharuskan menggunakan alat ini, secara

    ekonomis alat ini pun semaksimal mungkin memiliki harga yang murah.

    Ditinjau dari dari sudut pandang tingkat sensitivitasnya, jenis alat monitor

    perseorangan dikelompokan lagi sesuai dengan medan radiasi dan jenis

    radiasi yang ada dalam lingkungan pekerjaan tempat Pekerja Radiasi yang

    bersangkutan tersebut bekerja. Contohnya: untuk dosimeter film emulsi,

    dikelompokan menjadi: (1). Dosimeter film neutron, yang digunakan untuk

    memonitor dosis radiasi neutron, dan (2). Dosimeter film gamma, yang

    digunakan untuk memonitor dosis radiasi gamma. Demikian halnya dengan

    TLD, ada yang didesain untuk memonitor radiasi beta (elektron), radiasi

    sinar gamma, maupun campuran berbagai jenis radiasi seperti: beta-

    gamma, neutron-gamma, serta neutron-beta-gamma.

    Interpretasi dan evaluasi terhadap penerimaan dosis radiasi yang telah

    diterima oleh pekerja radiasi didasarkan pada hasil rekaman alat monitor

    perorangan ini. Evaluasi ini, pada umumnya dilakukan secara berkala,

    misalnya: setiap bulan atau kwartalan. Sebagai penunjang, pada saat

    melakukan pekerjaan, pada umumnya pekerja radiasi dilengkapi tidak hanya dengan satu jenis alat monitor radiasi perorangan, yang

    47

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    50/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    51/73

    Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan

    tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Peralatan

    lain yang dibutuhkan adalah charger untuk me-reset skala jarum quartz.

    Kelemahannya, dosimeter ini tidak menyimpan informasi dosis yang

    telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang

    baik). Hal ini disebabkab oleh adanya kebocoran elektrostatik pada

    detektor. Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang

    ditunjukan jarum akan berubah. Untuk menghindari kebocoran yang

    seperti ini, diperlukan adanya sistem isolasi yang bagus pada

    elektrodanya. Laju kebocoran dosimeter yang normal untuk dosimeter

    saku yang baik harus kurang dari 3 % dalam periode 48 jam. Dosimeter

    yang kebocorannya lebih dari 5 % pembacaan skala penuh per hari tidak

    boleh digunakan. Selain itu, dosimeter ini kurang teliti dan memiliki

    rentang energi pengukuran tertentu yang relatif lebih sempit

    dibandingkan dengan alat monitor perorangan yang lain.

    Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang

    diintegrasikan dengan komponen elektronika sehingga skala

    pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum, melainkan

    dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka

    hasil pengukurannya. Dosimeter saku digital ini juga tidak membutuhkan

    peralatan charger terpisah karena sudah built-in di dalamnya. Setiap kali

    diaktifkan, secara otomatis dosimeter ini menampilkan angka nol.

    Jenis dosimeter yang telah disebutkan di atas, digolongkan pada jenis

    dosimeter saku jenis baca langsung. Dosimeter saku jenis bacaan

    langsung tersedia dengan jangkauan kepekaan skala penuh

    penyimpangannya sebesar 1 mSv sampai 100 mSv. Dosimeter ini

    memberikan tanggapan dengan tingkat kebergantungannya terhadap

    energi cukup tinggi, terutama untuk foton dengan energi kurang dari 300

    keV. Terhadap foton dengan energi yang lebih dari 300 keV,

    tanggapannya cukup akurat dengan simpangan 10 % dari nilaisebenarnya. Sedang untuk foton dengan energi yang di bawah 300 keV,

    49

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    52/73

    kesalahan hasil pembacaannya bisa mencapai faktor 2 atau 3 kali nilai

    yang sebenarnya.

    Ada pula dosimeter saku jenis kapasitor. Dosimeter ini pada prinsipnya

    merupakan detektor kamar ionisasi, namun tidak menghasilkan

    tanggapan secara langsung karena muatan listrik yang terkumpul pada

    proses ionisasi akan disimpan terlebih dahulu seperti halnya suatu

    kapasitor.

    Prinsip kerja dari dosimeter saku jenis ini adalah dengan memanfaatkan

    fenomena kapasitor listrik. Apabila pada kapasitor diberi muatan listrik

    Q, maka antara kedua keping kapasitor akan terdapat perbedaan

    potensial sebesar V, yang besarnya adalah V=Q/C, C adalah kapasitas

    dari kapasitor. Jika dosimeter menerima radiasi pengion, maka akan

    terjadi ionisasi di dalam ruang sensitif kapasitor tersebut. Proses ionisasi

    ini menghasilkan ion-ion yang selanjutnya akan tertarik pada keping-

    keping kapasitor. Tertariknya ion-ion listrik tersebut mengakibatkan

    berkurangnya beda potensial di antara kedua keping kapasitor itu.

    Besarnya penurunan keping kapasitor ini sebanding dengan besarnya

    dosis radiasi yang masuk.

    Pembacaan dosimeter perseorangan ini dengan menggunakan peralatan

    khusus, yang berfungsi sekaligus pengisi muatan listrik kapasitor pada

    dosimeter ini akan digunakan. Dosimeterr ini pada umumnya memiliki

    rentang pengukuran 200 mR atau 2 mSv dengan ketelitian sekitar 15 %

    untuk energi foton dari 50 keV sampai 2 MeV.

    2. Film Badge

    Alat pemantau dosis radiasi perorangan yang lazim digunakan adalah

    film badge. Detektor jenis ini menggunakan detektor berupa film

    fotografi, serta memanfaatkan sifat radiasi ionisasi yaitu menghitamkan

    pelat film yang dilewatinya. Dosimeter film emulsi dibuat dari bahan

    dasar berupa selulosa asetat yang dilapisi bahan sensitif radiasi padasalah satu atau kedua permukaannya. Lapisan yang sensitif ini disebut

    50

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    53/73

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    54/73

    Gambar VII.1. Konstruksi Holder Film merk Chiyoda

    Radiasi yang mengenai film, akan berinteraksi dan mengionisasi AgBr,

    semakin besar radiasi yang mengenainya, maka akan semakin banyak

    pasangan ion Ag + dan Br - yang terbentuk. Pemrosesan film dimulai

    dengan memasukan film ke dalam larutan developer , Ag + akan berubah

    menjadi hitam berwarna perak. Pemrosesan film selanjutnya adalah

    dengan memasukan film ke dalam larutan pemantap (fixer), larutan ini

    akan melarutkan sisa-sisa AgBr, dan AgBr yang sebagai logam perak

    akan semakin diperkuat sebagai film laten.

    Sebelum menentukan hasil pembacaan film, harus dibuat terlebih dahulu

    kurva kalibrasi. Dengan membandingkan antara tingkat kehitaman film

    dengan dosis radiasi yang sebenarnya.

    Sensitivitas film dipengaruhi oleh energi radiasi yang mengenainya. Bilamenggunakan filter, maka terdapat suatu batas (cut off) energi. Bila

    energi radiasinya lebih besar daripada batas tersebut, maka film akan

    sensitif dan sensivitasnya relatif tidak dipengaruhi lagi oleh energi

    radiasi. Bila energi radiasinya lebih kecil daripada batas, maka film tidak

    sensitif atau film tidak akan mempengaruhi perubahan kimia. Batas

    energi tersebut di atas sangat ditentukan oleh jenis filter dan jenis radiasi.

    6 7 8

    5 43

    1 2 Keterangan:1 : Tanpa filter; 2 : Plastik 0,5mm 3 : Plastik 1,5 mm 4 :

    Plastik 3,0 mm 5 : Alumunium 0,6 mm 6 : Tembaga 0,3 mm 7 :Sn 0,8 mm + Pb 0,4 mm 8 : Cd 0,8mm + Pb 0,4 mm

    52

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    55/73

    Film-film yang digunakan dalam dosimeter film badge sangat tergantung

    pada energi dalam kisaran energi yang rendah, dan radiasi gamma

    maksimal 0,2 MeV. Ketergantungan energi ini timbul dari kenyataan

    bahwa penampang lintang fotoelektrik perak dalam bentuk emulsi

    meningkat jauh lebih cepat daripada penampang lintang fotoelektrik

    udara atau jaringan tubuh manusia untuk energi foton di bawah 0,2 MeV.

    Sensitivitas maksimum film untuk foton gamma teramati pada rentang

    tenaga 30 s.d. 40 keV. Di bawah energi ini, tingkat sensitivitas film

    menurun karena adanya pelemahan radiasi oleh pembungkus kertas.

    Sebagai akibat dari ketergantungan energi ini, film badge tidak berguna

    bagi foton Sinar-X yang energinya kurang dari 0,2 MeV, kecuali apabila

    filmnya dikalibrasikan dengan radiasi distribusi energi sinar-X.

    Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal penting yaitu

    batas saturasi tingkat kehitaman film dan masalah fadding. Apabila film

    telah mencapai batas saturasinya, maka penambahan dosis radiasi tidak

    akan mempengaruhi tingkat kehitaman film. Oleh karena itu, film badge

    harus sudah diproses sebelum dosis radiasi yang mengenainya mencapai

    nilai saturasinya. Beberapa jenis film memiliki tingkat saturasi dosis 2

    rad (0,02 gray). Sedangkan masalah fadding adalah peristiwa perubahan

    tingkat kehitaman film karena pengaruh temperatur dan kelembaban.

    Dosimeter film badge memiliki sifat akumulatif yang lebih baik daripada

    dosimeter saku. Keuntungan lainnya adalah film badge dapat

    membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan memiliki rentang

    pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Selain itu,

    film yang telah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang lebih

    teliti serta dapat didokumentasikan. Kelemahannya adalah untuk

    mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses terlebih dahulu

    secara khusus serta membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca

    tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

    Film badge mampu mengukur penyinaran sinar gamma antara 10 mR sampai dengan 1800 R yang berasal dari radium, radiasi partikel beta

    53

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    56/73

    yang energi maksimumnya 400 keV, dengan dosis radiasi antara 50 mrad

    sampai dengan 1000 rad, radiasi neutron thermal dari 5 mrad sampai

    dengan 500 rad dan neutron cepat dengan dosis radiasi 4 mrad sampai

    dengan 10 rad.

    Netron cepat yang energinya di atas 0,5 MeV dapat dimonitor dengan

    film penjejak nuklir seperti Eastman Kodak NTA yang ditambahkan

    pada film badge. Radiasi neutron pada film badge menyebabkan adanya

    proton rekoil (proton yang terpental) yang disebabkan oleh tumbukan

    elastis inti atom hidrogen dalam pembungkus kertas, emulsi, dan film.

    3. Dosimeter Termoluminensi (TLD)

    Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor

    yang digunakan adalah kristal anorganik thermoluminensi, misalnya

    bahan LiF. Proses yang terjadi pada detektor ini apabila dikenai radiasi

    sama halnya dengan proses detektor sintilasi. Perbedaannya adalah

    bahwa cahaya tampak baru akan dipancarkan, setelah kristal dipanaskan.

    Proses ini disebut proses termoluminensi. Senyawa lain yang sering

    digunakan untuk TLD adalah CaSO 4, CaF 2 yang mengandung bahan

    pengotor Mn.

    Sebagaimana diketahui bahwa beberapa bahan memiliki kemampuan

    untuk menyimpan energi radiasi pengion yang diterimanya. Jika bahan

    tersebut mendapat rangsangan berupa energi panas yang cukup maka

    akan dipancarkan cahaya tampak dengan intensitas sebanding dengan

    energi total yang diserap oleh bahan tersebut. Materi-materi yang

    memiliki sifat tersebut disebut fosfor. Selain bahan-bahan yang telah

    disebutkan di atas, bahan-bahan lain yang termasuk bahan fosfor, antara

    lain: NaCl, LiB 4O7.

    Zat padat dengan struktur kristal memiliki berbagai macam kerusakan

    kisi-kisi kristal di dalamnya. Beberapa kerusakan kisi-kisi itu disebabkanantara lain oleh hilangnya atom-atom atau ion-ion dari bahan, struktur

    54

  • 7/27/2019 Ansn Ind Ins Alat Ukur Radiasi

    57/73

    bidang kristal yang terputus atau adanya bahan-bahan asing (pengotor)

    yang terdapat dalam kristal. Pada daerah di sekitar terjadinya kerusakan

    kisi tersebut sering kali terbentuk pusat-pusat muatan listrik yang dapat

    menarik muatan listrik yang berlawanan. Oleh sebab itu, jika elektron

    bergerak memasuki daerah kerusakan di mana terdapat pusat muatan

    positif, maka elektron akan tertarik oleh pusat muatan tersebut.

    Sebaliknya ion positif dapat tertarik memasuki daerah kerusakan kisi-kisi

    dimana terdapat muatan listrik negatif.

    Jika pusat-pusat muatan yang terbentuk cukup kuat, maka pusat muatan

    itu mampu mengikat ion yang tertarik padanya. Pusat-pusat muatan yang

    cukup kuat itu disebut sebagai perangkap, sedangkan kemampuan

    perangkap dalam mengikat ion disebut kedalaman perangkap. Tingkat

    kedalaman perangkap tergantung pada tingkat kerusakan kisi. Jika satu

    jenis kristal ditambahkan bahan pengotor, maka diperoleh kristal dengan

    satu jenis perangkap.

    Banyak perangkap-perangkap yang tidak stabil secara termik sehingga

    akan melepaskan tangkapannya pada suhu kamar. Pada perangkap yang

    stabil, elektron akan tetap terperangkap sampai dengan kisi diberikan

    energi panas yang cukup.

    Radiasi ionisasi yang memasuki detektor akan berinteraksi dengan kristal

    termoluminensi, menyebabkan elektron yang berada dalam pita valensi

    berpindah ke pita kon