akuntansi sektor publik
Post on 02-Jan-2016
23 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang
giat melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di sektor
ekonomi. Definisi dari pembangunan ekonomi adalah “usaha-usaha untuk
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil per kapita” (Irawan dan Suparmoko, 1992:14). Sementara itu definisi
lain menyatakan hal yang berbeda“pembangunan ekonomi merupakan kemampuan
suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien
sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional” (Lemhanas, 1997:23). Dari
dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang baik
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter
pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh
bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya.
Hampir di setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara
yang sudah maju menjadikan kegiatan sektor konstruksi sebagai pemacu pembangunan
ekonominya. Hal ini terjadi karena sektor konstruksi memiliki keterkaitan yang sangat
erat terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sektor Konstruksi
Mengacu kepada UU No 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi yang dimaksud
dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi. Sementara itu pekerjaan konstruksi sendiri
didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikalserta tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya,
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Sedangkan konstruksi sendiri adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa
bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik
digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan antara
lain : gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air
dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan
pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Kegiatan
konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran dan perbaikan
bangunan.
Selain itu, sektor konstruksi menurut BPS adalah suatu kegiatan yang hasil
akhirnya berupa bangunan atau konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat
kedudukannya, baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan
lainnya. Hasil kegiatan yang diciptakan oleh kegiatan ini dapat dilihat melalui gedung,
jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase,
1
bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik,
transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunkiasi. Sektor industri pengolahan,
sektor pertambangan non migas merupakan sektor-sektor penyedia bahan baku
konstruksi, sedangkan sektor pertanian, pertambangan migas dan sektor jasa merupakan
pengguna hasil kegiatan sektor konstruksi yang cukup besar.
B. Sektor dan Sub Sektor Konstruksi
1. Jenis-jenis konstruksi
Sebagian besar pemilik umumnya hanya tertarik membeli jenis tertentu fasilitas
dibangun, mereka harus menyadari praktek-praktek industri yang umum untuk jenis
konstruksi yang bersangkutan kepada mereka. Demikian pula, industri konstruksi
merupakan konglomerasi segmen cukup beragam dan produk. Beberapa pemilik bisa
mendapatkan fasilitas yang dibangun hanya sekali dalam waktu yang lama dan
cenderung untuk mencari keuntungan jangka pendek. Namun, banyak pemilik akuisisi
berkala membutuhkan fasilitas baru atau memperbaiki fasilitas yang ada.Secara
kolektif, pemilik memiliki lebih banyak kekuatan untuk mempengaruhi industri
konstruksi dari yang mereka sadari karena, dengan tindakan individu mereka, mereka
dapat memberikan insentif atau disinsentif untuk inovasi, efisiensi dan kualitas
konstruksi. Ini adalah untuk kepentingan semua pihak bahwa pemilik mengambil minat
aktif dalam pembangunan dan mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap
kinerja industri.
Dalam merencanakan untuk berbagai jenis konstruksi, metode pengadaan layanan
profesional, pemberian kontrak konstruksi, dan pembiayaan fasilitas yang dibangun bisa
2
sangat berbeda. Untuk tujuan diskusi, spektrum luas fasilitas yang dibangun dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, masing-masing dengan karakteristik
sendiri.
a. Penyiapan Lahan
Meliputi usaha pembongkaran dan penghancuran gedung atau bangunan lain
serta pembersihannya, termasuk peledakan, tes pengeboran, pengurukan dan perataan,
pemindahan tanah, pembuatan saluran untuk mengeringkan lahan. Tidak termasuk di
dalamnya penyiapan lahan untuk usaha pertambangan, seperti untuk pertambangan batu
bara dan minyak/gas.
b. Industri Konstruksi Khusus
Industri konstruksi khusus biasanya melibatkan proyek-proyek skala yang
sangat besar dengan tingkat kompleksitas teknologi yang tinggi, seperti kilang minyak,
pabrik baja, pabrik pengolahan kimia dan pembangkit listrik tenaga batu bara atau
nuklir. Pemilik biasanya sangat terlibat dalam pengembangan proyek, dan lebih memilih
untuk bekerja dengan desainerpembangun sehingga total waktu untuk penyelesaian
proyek dapat dipersingkat. Mereka juga ingin memilih tim desainer dan pembangun
dengan siapa pemilik telah mengembangkan hubungan kerja yang baik selama
bertahun-tahun.
Meskipun inisiasi proyek tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,
rentang peramalan permintaan panjang adalah faktor yang paling penting sejak proyek
tersebut padat modal dan memerlukan cukup banyak waktu perencanaan dan konstruksi.
Peraturan pemerintah seperti Penetapan Badan Perlindungan Lingkungan dan Komisi
3
Pengaturan Nuklir di Amerika Serikat juga dapat sangat mempengaruhi keputusan
proyek-proyek ini.
Kegiatan konstruksi khusus terdiri dari :
1) Pemasangan pondasi dan pilar, meliputi kegiatan khusus pemasangan berbagai
pondasi dan pilar gedung, jalan dan jembatan, konstruksi pengairan serta dermaga.
2) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran
untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan
tekanan tinggi.
3) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran
untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan
tekanan tinggi.
4) Pemasangan steiger, meliputi kegiatan khusus pemasangan steiger pada bangunan
gedung, jalan, jembatan, konstruksi pengairan atau dermaga.
5) Pembuatan atap, meliputi kegiatan khusus pemasangan atap gedung baik tempat
tinggal maupun non tempat tinggal.
6) Pemasangan bangunan atau konstruksi prefab dan pemasangan kerangka baja,
meliputi kegiatan khusus pemasangan prefab dab kerangka baja.
7) Konstruksi khusus lainnya, meliputi usaha konstruksi khusus lainnya yang belum
disebutkan sebelumnya.
8) Instalasi gedung, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan instalasi
yang berada di dalam gedung atau bangunan. Kegiatan tersebut meliputi instalasi air
bersih, air limbah dan saluran drainase; instalasi listrik, termasuk di dalamnya
instalasi air conditioning; instalasi gas, instalasi elektronika, seperti pemasangan
4
sistem alarm, sirkuit televisi, sound sistemdan mekanikal, seperti lift, tangga
berjalan, ban berjalan dan pintu otomatis.
9) Instalasi bangunan sipil, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan
instalasi bangunan sipil. Kegiatan tersebut terdiri dari pemasangan dan pemeliharaan
instalasi listrik jalan raya, jalan kereta api dan lapangan udara; pemasangan dan
pemeliharaan instalasi navigasi laut dan sungai seperti instalasi menara suar, lampu
suar, pelampung suar, lampu pelabuhan dan sejenisnya; pemasangan dan
pemeliharaan instalasi meteorologi dan geofisika skala kecil, sedang atau besar.
Pemasangan dan pemeliharaan instalasi navigasi udara, seperti navigasi Konstruksi
Komunikasi Udara, pemancar dan penerima sinyal, vasi, lampu pendekatan,
pemasangan dan pemeliharaan instalasi telekomunikasi pada sentral
telepon/telegraf, stasiun pemancar radar, microwave, stasiun bumi kecil/stasiun
satelit dan sejenisnya termasuk kegiatan pemasangan transmisi dan jaringan
telekomunikasi; dan instalasi sipil lainnya.
10) Penyelesaian Konstruksi Sipil adalah tahap akhir konstruksi sipil, seperti
pemasangan kaca dan aluminium, pengerjaan lantai, dinding, peralatan saniter dan
plafon gedung; pengecatan; pengerjaan interior dan dekorasi dalam penyelesaian
akhir, pengerjaan eksterior dan pertamanan pada bangunan gedung atau konstruksi
sipil lainnya dan kegiatan penyelesaian akhir lainnya pada gedung atau konstruksi.
c. Industri Konstruksi Umum
Konstruksi umum meliputi konstruksi sipil gedung dan konstruksi selain
gedung.
5
1) Konstruksi Sipil Khusus Gedung, meliputi usaha pembangunan gedung yang
dipakai untuk bangunan hunian biasa, gedung pendidikan, peribadatan, balai
pengobatan, perkantoran, penginapan, pusat perdagangan, kawasan industri/pabrik,
gedung terminal/stasiun, gedung olah raga, gedung kesenian/hiburan, bangunan
pergudangan, dan hanggar.
2) Konstruksi sipil selain gedung meliputi :
a) Konstruksi jalan, jembatan, dan landasan pesawat terbang adalah usaha
pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, jembatan, dan landasan pesawat
terbang, termasuk kegiatan pembangunan penunjang landasan dan perlengkapannya,
seperti pagar atau tembok penahan, trotoir jalan, marka jalan, rambu-rambu.
b) Konstruksi Jalan dan Jembatan Kereta Api, meliputi usaha pembangunan,
pemeliharaan dan perbaikan rel, jembatan dan jalan layang kereta api.
c) Bangunan Terowongan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan
terowongan bawah tanah, pegunungan, perbukitan dan bawah permukaan air.
d) Konstruksi pengairan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan
bendungan, waduk, jaringan irigasi serta tanggul pengendali banjir.
e) Konstruksi sistem penyaluran dan penampungan air bersih, air limbah dan drainase,
meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan seperti bangunan
penyadap dan transmisi air baku, bangunan pengolah air baku, bangunan menara air
dan reservoir air, jaringan transmisi dan distribusi serta tangki air bersih, saluran air
limbah kota, jaringan drainase pemukiman, bangunan pompa, basin retensi.
f) Konstruksi pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak dan gas , meliputi
usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan bangunan pengolahan minyak dan
6
gas, termasuk bangunan dan transmisi penyadap minyak, bangunan pengolahan
reservoir minyak/gas, jaringan penyaluran dan tangki minyak gas.
g) Pengerukan, meliputi pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam
dan kanal pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat.
h) Konstruksi Dermaga, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan
dermaga, sarana pelabuhan, penahan gelombang, dan sejenisnya.
d. Industri Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi
Kegiatan konstruksi elektrik dan telekomunikasi meliputi :
1) Konstruksi Elektrikal, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan
pembangkit tenaga listrik, transmisi tegangan tinggi dan distribusi, pembangunan
gardu induk, pemasangan tiang listrik, konstruksi listrik penunjang angkutan kereta
api, meteorologi dan geofisika.
2) Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai,
meliputi pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan menara, pelampung suar,
lampu sinyal pelabuhan dan peralatan suar lainnya.
3) Telekomunikasi Navigasi Udara dan Peralatan Penyelematan, meliputi usaha
pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan pemancar/penerima radar, konstruksi
antena, dan sejenisnya.
4) Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan
dan perbaikan konstruksi sinyal lalu lintas dan telekomunikasi kereta api.
7
5) Sentral Telekomunikasi, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan
sentral telepon telegraf, konstruksi menara pemancar/penerima radar microwave,
bangunan bumi kecil dan stasiun satelit.
6) Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi Lainnya, meliputi usaha pembangunan,
pemeliharaan dan perbaikan konstruksi elektrikal dan telekomunikasi lainnya.
e. Konstruksi Perumahan Hunian
Pembangunan perumahan termasuk rumah hunian untuk satu keluarga, tempat
tinggal multi-keluarga, dan apartemen bertingkat tinggi. Selama pengembangan dan
pembangunan proyek tersebut, para pengembang atau sponsor yang akrab dengan
industri konstruksi biasanya melayani sebagai pemilik pengganti dan mengambil alih,
membuat perjanjian kontrak yang diperlukan untuk desain dan konstruksi, dan mengatur
pembiayaan dan penjualan struktur selesai. Desain perumahan Hunian biasanya
dilakukan oleh arsitek dan insinyur, dan pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor
yang menyewa subkontraktor untuk pekerjaan khusus struktural, mekanikal, listrik dan
lainnya. Pengecualian untuk pola ini adalah untuk rumah keluarga tunggal yang dapat
dirancang oleh pembangun juga.
Pasar perumahan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum,
undang-undang perpajakan, dan kebijakan moneter dan fiskal pemerintah. Sering kali,
sedikit peningkatan permintaan total akan menyebabkan investasi yang besar dalam
konstruksi, karena banyak proyek perumahan bisa dimulai di lokasi yang berbeda oleh
individu yang berbeda dan pengembang pada saat yang sama. Karena relatif mudah
masuk, setidaknya pada ujung bawah pasar, pembangun baru yang tertarik untuk
8
pembangunan perumahan. Oleh karena itu, pasar ini sangat kompetitif, dengan potensi
risiko tinggi serta penghargaan yang tinggi.
f. Kelembagaan dan Konstruksi Bangunan Komersial
Konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial mencakup berbagai macam
jenis dan ukuran proyek, seperti sekolah dan universitas, klinik kesehatan dan rumah
sakit, fasilitas rekreasi dan stadion olahraga, jaringan toko ritel dan pusat perbelanjaan
besar, gudang dan pabrik manufaktur ringan, dan gedung pencakar langit untuk kantor
dan hotel. Para pemilik bangunan tersebut mungkin atau mungkin tidak terbiasa dengan
praktek industri konstruksi, tetapi mereka biasanya dapat memilih konsultan profesional
yang kompeten dan mengatur pembiayaan fasilitas yang dibangun sendiri. Specialty
arsitek dan insinyur sering terlibat untuk merancang jenis tertentu bangunan, sementara
pembangun atau kontraktor umum melaksanakan proyek-proyek tersebut dapat juga
khusus hanya jenis bangunan.
Karena biaya yang lebih tinggi dan kecanggihan yang lebih besar bangunan
kelembagaan dan komersial dibandingkan dengan perumahan, segmen pasar ini dibagi
oleh pesaing lebih sedikit. Sejak pembangunan beberapa bangunan tersebut adalah
sebuah proses panjang yang sekali dimulai akan memakan waktu untuk melanjutkan
sampai selesai, permintaan kurang peka terhadap kondisi perekonomian secara umum
daripada untuk perumahan spekulatif. Akibatnya, pemilik dapat menghadapi oligopoli
kontraktor umum yang bersaing di pasar yang sama. Dalam situasi oligopoli, hanya
sejumlah terbatas pesaing ada, dan harga sebuah perusahaan untuk layanan mungkin
sebagian didasarkan pada strategi bersaing di pasar lokal.
9
2. Fungsi sektor konstruksi
a. Fungsi Penggerak
Pembangunan infrastruktur menjadi andalan untuk keluar dari krisis ekonomi
karena merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian dengan kemampuannya :
1) Menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang cukup lama.
2) Membantu peningkatan distribusi pendapatan.
3) Menstimulasi sektor produksi lain dengan dampak berganda (multiplier effect).
b. Fungsi Pemicu
Pembangunan infrastruktur dikatakan menjadi pemicu yang memacu percepatan
pemulihan ekonomi disebabkan karena beberapa alasan berikut :
1) Daya serap tenaga kerjanya membantu mengatasi masalah pengangguran.
2) Merangsang konsumsi pemerintah dan masyarakat sehingga memutar roda
perekonomian.
3) Efisiensi yang dihasilkan dari infrastruktur yang baik akanmengefisienkan biaya dan
pada gilirannya meningkatkan daya saing perdagangan dan industri nasional.
4) Kemampuannya menggerakan sektor riil yang lain akan membangkitkan kembali
sektor riil yang mengalami kelesuan.
3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia
Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak diminati oleh para
investor. Kondisi ini membuka peluang untuk bangkitnya kembali secara bertahap
sektor yang selama ini berperan penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh
karena itu Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang melandasi
10
perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai hasil yang maksimal sesuai
dengan tujuan strategis yang telah ditetapkan. Adapun tujuan strategis konstruksi
Indonesia adalah:
a. Membuka jaringan bisnis dan konektifitas antara manufaktur, pemasok dengan
Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik dalam maupun luar negeri.
b. Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi konstruksi.
c. Memperlihatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa & industri konstruksi yang
profesional.
d. Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar.
e. Meningkatkan potensi SDM jasa konstruksi secara maksimal menjadi profesional
terampil dan berdaya saing tinggi.
4. Aktivitas Sektor Konstruksi
Terdapat cukup banyak aktivitas di sektor jasa konstruksi yang pada umunya
merupakan penyediaan infrasruktur atau sarana dan prasarana pembangunan yang
dibutuhkan oleh suatu negara. Secara umum, jenis-jenis pembangunan infrastruktur di
sektor konstruksi ini meliputi pembangunan sumber daya air, transportasi, energi,
ketenagalistrikkan, pos dan telematika, permukiman dan perumahan. Pembangunan
infrastruktur tersebut dapat dibagi menjadi dua macam infrastruktur publik yaitu yang
ditunjukkan untuk keuntungan secara ekonomi dan tidak ditujukan bagi perolehan
keuntungan. Untuk penyediaan infrastruktur publik yang bersifat nonprofit umumnya
disediakan dan didanai oleh pemerintah. Pada penyediaan fasilitas publik yang dapat
menghasilkan keuntungan maka penyediaan jasa konstruksinya dapat dilakukan oleh
11
swasta atau dengan menggunakan skema publik privat partnership antara pemerintah
dengan swasta.
5. Usaha Jasa Konstruksi dan UU yang mengatur
Pekerjaan konstruksi dalam pembangunan infrastruktur adalah rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan (ASMET).
Karena menyangkut keselamatan masyarakat pengguna, maka pekerjaan konstruksi
hanya dapat dilaksanakan oleh pelaku jasa konstruksi yang memiliki disiplin keilmuan,
keahlian dan ketrampilan serta tanggung jawab
profesional.
Undang-undang Republik Indonesia no. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
menetapkan persyaratan baik Badan Usaha, maupun tenaga ahli dan trampil yang
bekerja di bidang jasa konstruksi harus memiliki sertifikat dan tanggung jawab
profesional yang dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan
dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan
kepentingan umum (Pasal 8, 9,10 dan 11).
6. Jamsostek Sektor Konstruksi
a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga
Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa
Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-
196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999.
b. Tahap Kepesertaan
12
Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa
Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua
tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut
kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
c. Adapun proyek – proyek tersebut meliputi :
1) Proyek-proyek APBD
2) Proyek-proyek atas Dana Internasional
3) Proyek-proyek APBN
4) Proyek-proyek Swasta, dll
d. Cara menjadi peserta
1) Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa
Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang - kurangnya
1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan.
2) Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau
Surat Perjanjian Pemborong (SPP).
e. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:
1) Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebesar
0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi.
2) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka 1 ditambah
0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
13
3) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapan angka 2 ditambah
0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
4) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan angka 3 ditambah 0,12%
dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
5) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar
penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja
Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
6) Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.
7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan
maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut:
a) Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang
bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan
kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib
diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja.
b) Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari
dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar
14
secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari
dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan
yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21
(dua puluh satu).
c) Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan
upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan
kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari
upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan
dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir.
d) Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,
penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam
perjanjian kerja.
7. Permasalahan Konstruksi
Gambaran permasalahan di bidang konstruksi yang umum terjadi
pada NSB yaitu: tingginya impor kapital, tenaga kerja, dan material
yang dapat memperburuk neraca pembayaran, nilai tukar mata uang
yang tinggi, kecuali dari pajak impor dan rendahnya tingkat suku
bunga yang mencakup capital import dan capitalintensive production,
kurangnya skill (kemampuan) dan material, termasuk kemampuan
manajerial, ketidakcukupan finansial dan keterlambatan dalam
pembayaran, lemahnya perencanaan dan sistem administrasi,
15
dominansi kontraktor luar negeri serta kurangnya kapasitas
kontraktor lokal, ketidaksesuaian target yang ingin dicapai melalui
perencanaan di bidang sosial-ekonomi yang berakibat pada arus
pekerjaan yang tidak teratur, kurang efisiensi, dan hasil dengan
kualitas yang rendah.
Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang juga
mengalami beberapa permasalahan seperti yang disebutkan diatas,
permasalahanpermasalahan industri jasa konstruksi di Indonesia
antara lain: buruknya sikap mental dan perilaku oknum ; kurangnya
daya saing dengan kontraktor asing akibat keterbasan dana dan
teknologi ; kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran
jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu
ditumbuhkembangkan.
C. Sumbangan Sektor Konstruksi terhadap PDB
1. Peran Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian di Indonesia
Krisis ekonomi telah melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah
menimbulkan dampak yang sangat berat dan bahkan sampai merusak sendi-sendi
perekonomian nasional.Sebagai salah satu sektor yang memberi sumbangan
terbesar pada GDP perekonomian Indonesia, sektor konstruksi tidak bisa
dipungkiri memiliki peran strategis pada pembangunan. Peran strategis tersebut
16
antara lain pada penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas,
pendorong sektor-sektor pendukungnya, bahkan mobilisator pertumbuhan
produk nasional baik barang maupun jasa.
Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha sektor konstruksi
mengalami penurunan signifikan sebesar 7,6 persen pada tahun 2008, 7,1 persen
pada tahun 2009, 7 persen pada tahun 2010 dan 6,7 persen pada tahun 2011 hal ini
disebabkan karena nilai tukar mata uang yang terus meningkat dari tahun ke
tahun dan lemahnya perencanaan dan sistem administrasi sehingga berakibat
dengan rendahnya kualitas dari hasil sektor konstruksi tersebut. Penurunan laju
pertumbuhan PDB pada sektor konstruksi menyebabkan sumber pertumbuhan
tidak berkembang tetap stabil pada kisaran 0,4 persen dan 0,5 % (Tabel 2.1).
Tabel 8.1
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Sektor
Konstruksi
Tahun 2008 – 2011
Tahun 2008 2009 2010 2011
% % % %
Laju Pertumbuhan 7,6 7,1 7,0 6,7
Sumber Pertumbuhan 0,5 0,4 0,5 0,4
Sumber data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik PDB atas
dasar harga berlaku secara umum mengalami peningkatan masing-masing sebesar
419,7 triliun (2008), 555,2 triliun (2009), 660,9 triliun (2010) dan 756,5 triliun
17
(2011) dibanding tahun sebelumnya walaupun pada semester I tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 410,1 triliun.
Hal ini berbanding lurus dengan PDB atas dasar harga konstan 2000 yang
juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 131,0 (2008), 140,3 triliun
(2009), 150,0 triliun (2010) dan 160,1 triliun (2011) dibanding tahun sebelumnya
walaupun pada semester 1 tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 82,8 triliun
(Gambar 3.2).
Diagram8.1
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Sektor Konstruksi
Tahun 2008 – Semester I Tahun 2012
(dalam Triliun Rupiah)
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2008200920102011Semester I 2012
18
Sumber : Badan Pusat Statistik
D. Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi
Perkembangan sektor konstruksi terus meningkat sepanjang tahun hal ini
dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja yang meningkat setiap
tahunnya. Sejak tahun 2008 dapat dilihat jumlah tenaga kerja terus bertambah,
baik dari jumlah karyawan tetap maupun pekerja harian, dengan meningkatnya
jumlah tenaga kerja maka tingkat produktivitas pada sektor konstruksi
mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari nilai pekerjaan sektor konstruksi
per tahun yang terus meningkat. Tidak hanya dari segi produktivitas dan tenaga
kerja yang meningkat hal ini diikuti pula dengan jumlah upah gaji para tenaga
kerja pada sektor konstruksi. Bila dibandingkan nilai pekerjaan sektor konstruksi
antara triwulan IV tahun 2008 sebesar 74,68 dengan Triwulan II tahun 2012
sebesar 133,42 maka jumlah nilai pekerjaan sektor konstruksi telah tumbuh
sebesar 58,74%.(Tabel 4.1)
Tabel 8.2
Indeks Karyawan Tetap , Pekerja Harian , Upah Gaji , dan Nilai Pekerjaan Sektor
KonstruksiTriwulan I 2008- Triwulan II 2012
Tahun PeriodeKaryawa
n Tetap
Pekerja
Harian
Upah
Gaji
Nilai Pekerjaan Sektor
Konstruksi
Tahun 2008
Triwulan I 84.61 58.6 59.96 56.49
Triwulan II 86.58 66.03 65.33 61.91
Triwulan III 89 72 71.16 67.47
Triwulan IV 91.35 77.46 78.36 74.68
Tahun 2009 Triwulan I 92.1 75.99 75.83 72.72
19
Triwulan II 93.56 80.14 80.42 77.77
Triwulan III 94.7 86.58 86.47 84.9
Triwulan IV 96.49 91.67 91.87 91.11
Tahun 2010
Triwulan I 97.87 94.03 92.19 91.43
Triwulan II 99.61 95.17 95.12 94.38
Triwulan III 100.7 101.15 102.11 102.36
Triwulan IV 101.82 109.65 110.58 111.83
Tahun 2011
Triwulan I 99.8 108.21 108.69 108.85
Triwulan II 101.59 113.86 114.28 115.09
Triwulan III 103.26 119.02 118.94 120.36
Triwulan IV 107.39 127.58 128.44 128.82
Tahun 2012Triwulan I 105.88 125.18 126.95 126.6
Triwulan II 108.676 131.59 133.53 133.42
Tabel 8.3
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
20
Tahun 2008–2011 (persen)
Sumber Data : Badan Pusat Statistik
Dilihat dari tabel 8.3 Ekonomi Indonesia selama tahun 2008–2011
mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,0 persen (2008), 4,6 persen
(2009), 6,2 persen(2010) dan 6,5 persen (2011) dibanding tahun sebelumnya.
Sementara padasemester I tahun 2012 bila dibandingkan dengan semester II
tahun 2011tumbuh sebesar 2,2 persen dan bila dibandingkan dengan semester I
tahun2011 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,3 persen. Sektor konstruksi mengalami
penurunan laju pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 7,6
persen (2008), 7,1 persen (2009), 7,0 persen (2010), 6,7 persen (2011) dibanding
tahun sebelumnya.
Tabel 8.4
21
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Semester I-2012 (persen)
Sumber Data : Badan Pusat Statistik
Pada semester I tahun 2012, sumber pertumbuhan terbesar masihberasal dari
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 1,5 persenterhadap total pertumbuhan
sebesar 6,3 persen dengan laju pertumbuhansebesar 8,7 persen (y-on-y). Sementara
Sektor Industri Pengolahan sertaSektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan
kontribusi pertumbuhanmasing-masing sebesar 1,4 persen dan 1,0 persen dengan laju
pertumbuhanmasing-masing 5,5 persen dan sebesar 10,2 persen. Pada semester
ini,pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih yang tertinggidibanding
sektor lain.
Tabel 8.5
22
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008–Semester I-2012 (triliun rupiah)
Dilihat dari tabel 8.5 Pendapatan Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun
2000, pada tahun 2008 mencapaiRp2.082,5 triliun rupiah dan pada tahun 2011
meningkat menjadi sebesarRp2.463,2 triliun rupiah. Sementara pada semester I tahun
2012, PDB atasdasar harga konstan sebesar Rp1.283,4 triliun rupiah. PDB
berdasarkanharga berlaku tahun 2008 sebesar Rp4.948,7 triliun rupiah dan
terusmeningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai Rp7.427,1 triliunrupiah
pada tahun 2011. Sementara pada semester I tahun 2012 nilainyasebesar Rp4.027,8
triliun rupiah.
23
Tabel 8.6
Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008–Semester I-2012 (persen)
Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasarharga berlaku
menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahuntersebut. Tiga sektor utama:
Sektor Pertanian; Industri Pengolahan; danPerdagangan, Hotel, dan Restoran
mempunyai peran lebih dari separuhdari total perekonomian yaitu sebesar 56,3 persen
pada tahun 2008, 55,0persen (2009), 53,8 persen (2010) dan 52,8 persen (2011) serta
52,3 persenpada semester I tahun 2012.
Pada tahun 2011 Sektor Industri Pengolahanmemberi kontribusi terhadap total
perekonomian sebesar 24,3 persen,Sektor Pertanian 14,7 persen, dan Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran13.8 persen, sama halnya pada semester I tahun 2012
24
komposisi ini tidakmengalami perubahan yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar
23,6persen, Sektor Pertanian 15,0 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, danRestoran
13,7 persen.
25
E. PENUTUP
Peran jasa konstruksi meskipun bukan yang paling dominan dalam
perekonomian nasional tetapi memberikan kontribusi yang tinggi dalam menjaga
kelancaran aktivitas ekonomi. Hal ini mengingat output dari aktivitas sektor konstruksi
sebagian besar merupakan pembangunan infrastruktur fisik yang sangat dibutuhkan
dalam aktivitas perekonomian. Pembangunan infrastruktur tersebut baik secara
langsung maupunt tidak langsung akan mendorong aktivitas sektor ekonomi lain yang
meningkatkan PDB. Pertumbuhan sektor konstruksi sejak proses pemulihan dari krisis
ekonomi 1998 sudah menunjukkan tingkat kestabilan dalam kontribusi pembentukan
PDB nasional. Akan tetapi , lapangan usaha dibidang jasa konstruksi selama ini masih
bergantung pada ketersediaan dana pembangunan dan proyek-proyek yang disediakan
oleh pemerintah. Kondisi ini perlu mendapat perhatian mengingat anggaran
pembangunan pemerintah terbatas sehingga keterlibatan swasta harus semakin
ditingkatkan.
Para investor sektor konstruksi dalam negeri yang relatif sudah cukup baik dapat
menjadi barometer dan juga lokomotif pergerakan sektor konstruksi. Regulasi
pembatasan presentase pemodal asing di sektor konstruksi bisa menjadi langkah awal
dalam penguatan investor dalam negeri. Stimulus fiskal dapat menjadi alternatif solusi
bagi peningkatan aktivitas sektor konstruksi terutama pada aktivitas yang mampu
menyerap tenaga kerja dan penguatan jaringan efisien. Dalam jangka panjang, investor
atau pelaku jasa konstruksi dalam negeri harus mampu bersaing tidak hanya dalam
26
proses pemenangan tender proyek tetapi yang terpenting adalah menciptakan pelaksaan
pembangunan proyek konstruksi yang efisien dan efektif dan bekerja secara profesional.
F. DAFTAR PUSTAKA
A. Affandi, L. 2011. Perekonomian Indonesia (Online)
(http://luthfiaffandi.blogspot.com/2011/05/perekonomian-indonesia.html), diakses
19 Februari 2013
B. Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: Pradnya
Paramita.
C. Irawan & Suparmoko. Pembangunan Ekonomi, (Online),
(http://elasq.wordpress.com/pengertian-pertumbuhan-ekonomi-menurut/), diakses
19 Februari 2013.
D. Lemhanas. 1997. Indonesia dalam Pencapaian Pembangunan Ekonomi Masa Orde
Baru. Surabaya: Erlangga.
E. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik
Nasional Republik Indonesia (Online), (http://www.bps.go.id) diakses 19 Februari
2013.
F. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. 2000. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
27
28
top related