akuntansi sektor publik

42
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di sektor ekonomi. Definisi dari pembangunan ekonomi adalah “usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita” (Irawan dan Suparmoko, 1992:14). Sementara itu definisi lain menyatakan hal yang berbeda“pembangunan ekonomi merupakan kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional” (Lemhanas, 1997:23). Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya. Hampir di setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara yang sudah maju menjadikan

Upload: riski-hargia

Post on 02-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: akuntansi sektor publik

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang

giat melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di sektor

ekonomi. Definisi dari pembangunan ekonomi adalah “usaha-usaha untuk

meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya

pendapatan riil per kapita” (Irawan dan Suparmoko, 1992:14). Sementara itu definisi

lain menyatakan hal yang berbeda“pembangunan ekonomi merupakan kemampuan

suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien

sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional” (Lemhanas, 1997:23). Dari

dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang baik

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter

pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh

bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya.

Hampir di setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara

yang sudah maju menjadikan kegiatan sektor konstruksi sebagai pemacu pembangunan

ekonominya. Hal ini terjadi karena sektor konstruksi memiliki keterkaitan yang sangat

erat terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.

Page 2: akuntansi sektor publik

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sektor Konstruksi

Mengacu kepada UU No 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi yang dimaksud

dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan

konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi

pengawasan pekerjaan konstruksi. Sementara itu pekerjaan konstruksi sendiri

didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan

pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,

mekanikal, elektrikalserta tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya,

untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Sedangkan konstruksi sendiri adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa

bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik

digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan antara

lain : gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air

dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan

pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Kegiatan

konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran dan perbaikan

bangunan.

Selain itu, sektor konstruksi menurut BPS adalah suatu kegiatan yang hasil

akhirnya berupa bangunan atau konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat

kedudukannya, baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan

lainnya. Hasil kegiatan yang diciptakan oleh kegiatan ini dapat dilihat melalui gedung,

jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase,

1

Page 3: akuntansi sektor publik

bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik,

transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunkiasi. Sektor industri pengolahan,

sektor pertambangan non migas merupakan sektor-sektor penyedia bahan baku

konstruksi, sedangkan sektor pertanian, pertambangan migas dan sektor jasa merupakan

pengguna hasil kegiatan sektor konstruksi yang cukup besar.

B. Sektor dan Sub Sektor Konstruksi

1. Jenis-jenis konstruksi

Sebagian besar pemilik umumnya hanya tertarik membeli jenis tertentu fasilitas

dibangun, mereka harus menyadari praktek-praktek industri yang umum untuk jenis

konstruksi yang bersangkutan kepada mereka. Demikian pula, industri konstruksi

merupakan konglomerasi segmen cukup beragam dan produk. Beberapa pemilik bisa

mendapatkan fasilitas yang dibangun hanya sekali dalam waktu yang lama dan

cenderung untuk mencari keuntungan jangka pendek. Namun, banyak pemilik akuisisi

berkala membutuhkan fasilitas baru atau memperbaiki fasilitas yang ada.Secara

kolektif, pemilik memiliki lebih banyak kekuatan untuk mempengaruhi industri

konstruksi dari yang mereka sadari karena, dengan tindakan individu mereka, mereka

dapat memberikan insentif atau disinsentif untuk inovasi, efisiensi dan kualitas

konstruksi. Ini adalah untuk kepentingan semua pihak bahwa pemilik mengambil minat

aktif dalam pembangunan dan mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap

kinerja industri.

Dalam merencanakan untuk berbagai jenis konstruksi, metode pengadaan layanan

profesional, pemberian kontrak konstruksi, dan pembiayaan fasilitas yang dibangun bisa

2

Page 4: akuntansi sektor publik

sangat berbeda. Untuk tujuan diskusi, spektrum luas fasilitas yang dibangun dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, masing-masing dengan karakteristik

sendiri.

a. Penyiapan Lahan

Meliputi usaha pembongkaran dan penghancuran gedung atau bangunan lain

serta pembersihannya, termasuk peledakan, tes pengeboran, pengurukan dan perataan,

pemindahan tanah, pembuatan saluran untuk mengeringkan lahan. Tidak termasuk di

dalamnya penyiapan lahan untuk usaha pertambangan, seperti untuk pertambangan batu

bara dan minyak/gas.

b. Industri Konstruksi Khusus

Industri konstruksi khusus biasanya melibatkan proyek-proyek skala yang

sangat besar dengan tingkat kompleksitas teknologi yang tinggi, seperti kilang minyak,

pabrik baja, pabrik pengolahan kimia dan pembangkit listrik tenaga batu bara atau

nuklir. Pemilik biasanya sangat terlibat dalam pengembangan proyek, dan lebih memilih

untuk bekerja dengan desainerpembangun sehingga total waktu untuk penyelesaian

proyek dapat dipersingkat. Mereka juga ingin memilih tim desainer dan pembangun

dengan siapa pemilik telah mengembangkan hubungan kerja yang baik selama

bertahun-tahun.

Meskipun inisiasi proyek tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,

rentang peramalan permintaan panjang adalah faktor yang paling penting sejak proyek

tersebut padat modal dan memerlukan cukup banyak waktu perencanaan dan konstruksi.

Peraturan pemerintah seperti Penetapan Badan Perlindungan Lingkungan dan Komisi

3

Page 5: akuntansi sektor publik

Pengaturan Nuklir di Amerika Serikat juga dapat sangat mempengaruhi keputusan

proyek-proyek ini.

Kegiatan konstruksi khusus terdiri dari :

1) Pemasangan pondasi dan pilar, meliputi kegiatan khusus pemasangan berbagai

pondasi dan pilar gedung, jalan dan jembatan, konstruksi pengairan serta dermaga.

2) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran

untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan

tekanan tinggi.

3) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran

untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan

tekanan tinggi.

4) Pemasangan steiger, meliputi kegiatan khusus pemasangan steiger pada bangunan

gedung, jalan, jembatan, konstruksi pengairan atau dermaga.

5) Pembuatan atap, meliputi kegiatan khusus pemasangan atap gedung baik tempat

tinggal maupun non tempat tinggal.

6) Pemasangan bangunan atau konstruksi prefab dan pemasangan kerangka baja,

meliputi kegiatan khusus pemasangan prefab dab kerangka baja.

7) Konstruksi khusus lainnya, meliputi usaha konstruksi khusus lainnya yang belum

disebutkan sebelumnya.

8) Instalasi gedung, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan instalasi

yang berada di dalam gedung atau bangunan. Kegiatan tersebut meliputi instalasi air

bersih, air limbah dan saluran drainase; instalasi listrik, termasuk di dalamnya

instalasi air conditioning; instalasi gas, instalasi elektronika, seperti pemasangan

4

Page 6: akuntansi sektor publik

sistem alarm, sirkuit televisi, sound sistemdan mekanikal, seperti lift, tangga

berjalan, ban berjalan dan pintu otomatis.

9) Instalasi bangunan sipil, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan

instalasi bangunan sipil. Kegiatan tersebut terdiri dari pemasangan dan pemeliharaan

instalasi listrik jalan raya, jalan kereta api dan lapangan udara; pemasangan dan

pemeliharaan instalasi navigasi laut dan sungai seperti instalasi menara suar, lampu

suar, pelampung suar, lampu pelabuhan dan sejenisnya; pemasangan dan

pemeliharaan instalasi meteorologi dan geofisika skala kecil, sedang atau besar.

Pemasangan dan pemeliharaan instalasi navigasi udara, seperti navigasi Konstruksi

Komunikasi Udara, pemancar dan penerima sinyal, vasi, lampu pendekatan,

pemasangan dan pemeliharaan instalasi telekomunikasi pada sentral

telepon/telegraf, stasiun pemancar radar, microwave, stasiun bumi kecil/stasiun

satelit dan sejenisnya termasuk kegiatan pemasangan transmisi dan jaringan

telekomunikasi; dan instalasi sipil lainnya.

10) Penyelesaian Konstruksi Sipil adalah tahap akhir konstruksi sipil, seperti

pemasangan kaca dan aluminium, pengerjaan lantai, dinding, peralatan saniter dan

plafon gedung; pengecatan; pengerjaan interior dan dekorasi dalam penyelesaian

akhir, pengerjaan eksterior dan pertamanan pada bangunan gedung atau konstruksi

sipil lainnya dan kegiatan penyelesaian akhir lainnya pada gedung atau konstruksi.

c. Industri Konstruksi Umum

Konstruksi umum meliputi konstruksi sipil gedung dan konstruksi selain

gedung.

5

Page 7: akuntansi sektor publik

1) Konstruksi Sipil Khusus Gedung, meliputi usaha pembangunan gedung yang

dipakai untuk bangunan hunian biasa, gedung pendidikan, peribadatan, balai

pengobatan, perkantoran, penginapan, pusat perdagangan, kawasan industri/pabrik,

gedung terminal/stasiun, gedung olah raga, gedung kesenian/hiburan, bangunan

pergudangan, dan hanggar.

2) Konstruksi sipil selain gedung meliputi :

a) Konstruksi jalan, jembatan, dan landasan pesawat terbang adalah usaha

pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, jembatan, dan landasan pesawat

terbang, termasuk kegiatan pembangunan penunjang landasan dan perlengkapannya,

seperti pagar atau tembok penahan, trotoir jalan, marka jalan, rambu-rambu.

b) Konstruksi Jalan dan Jembatan Kereta Api, meliputi usaha pembangunan,

pemeliharaan dan perbaikan rel, jembatan dan jalan layang kereta api.

c) Bangunan Terowongan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan

terowongan bawah tanah, pegunungan, perbukitan dan bawah permukaan air.

d) Konstruksi pengairan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan

bendungan, waduk, jaringan irigasi serta tanggul pengendali banjir.

e) Konstruksi sistem penyaluran dan penampungan air bersih, air limbah dan drainase,

meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan seperti bangunan

penyadap dan transmisi air baku, bangunan pengolah air baku, bangunan menara air

dan reservoir air, jaringan transmisi dan distribusi serta tangki air bersih, saluran air

limbah kota, jaringan drainase pemukiman, bangunan pompa, basin retensi.

f) Konstruksi pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak dan gas , meliputi

usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan bangunan pengolahan minyak dan

6

Page 8: akuntansi sektor publik

gas, termasuk bangunan dan transmisi penyadap minyak, bangunan pengolahan

reservoir minyak/gas, jaringan penyaluran dan tangki minyak gas.

g) Pengerukan, meliputi pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam

dan kanal pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat.

h) Konstruksi Dermaga, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan

dermaga, sarana pelabuhan, penahan gelombang, dan sejenisnya.

d. Industri Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi

Kegiatan konstruksi elektrik dan telekomunikasi meliputi :

1) Konstruksi Elektrikal, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan

pembangkit tenaga listrik, transmisi tegangan tinggi dan distribusi, pembangunan

gardu induk, pemasangan tiang listrik, konstruksi listrik penunjang angkutan kereta

api, meteorologi dan geofisika.

2) Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai,

meliputi pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan menara, pelampung suar,

lampu sinyal pelabuhan dan peralatan suar lainnya.

3) Telekomunikasi Navigasi Udara dan Peralatan Penyelematan, meliputi usaha

pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan pemancar/penerima radar, konstruksi

antena, dan sejenisnya.

4) Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan

dan perbaikan konstruksi sinyal lalu lintas dan telekomunikasi kereta api.

7

Page 9: akuntansi sektor publik

5) Sentral Telekomunikasi, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan

sentral telepon telegraf, konstruksi menara pemancar/penerima radar microwave,

bangunan bumi kecil dan stasiun satelit.

6) Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi Lainnya, meliputi usaha pembangunan,

pemeliharaan dan perbaikan konstruksi elektrikal dan telekomunikasi lainnya.

e. Konstruksi Perumahan Hunian

Pembangunan perumahan termasuk rumah hunian untuk satu keluarga, tempat

tinggal multi-keluarga, dan apartemen bertingkat tinggi. Selama pengembangan dan

pembangunan proyek tersebut, para pengembang atau sponsor yang akrab dengan

industri konstruksi biasanya melayani sebagai pemilik pengganti dan mengambil alih,

membuat perjanjian kontrak yang diperlukan untuk desain dan konstruksi, dan mengatur

pembiayaan dan penjualan struktur selesai. Desain perumahan Hunian biasanya

dilakukan oleh arsitek dan insinyur, dan pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor

yang menyewa subkontraktor untuk pekerjaan khusus struktural, mekanikal, listrik dan

lainnya. Pengecualian untuk pola ini adalah untuk rumah keluarga tunggal yang dapat

dirancang oleh pembangun juga.

Pasar perumahan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum,

undang-undang perpajakan, dan kebijakan moneter dan fiskal pemerintah. Sering kali,

sedikit peningkatan permintaan total akan menyebabkan investasi yang besar dalam

konstruksi, karena banyak proyek perumahan bisa dimulai di lokasi yang berbeda oleh

individu yang berbeda dan pengembang pada saat yang sama. Karena relatif mudah

masuk, setidaknya pada ujung bawah pasar, pembangun baru yang tertarik untuk

8

Page 10: akuntansi sektor publik

pembangunan perumahan. Oleh karena itu, pasar ini sangat kompetitif, dengan potensi

risiko tinggi serta penghargaan yang tinggi.

f. Kelembagaan dan Konstruksi Bangunan Komersial

Konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial mencakup berbagai macam

jenis dan ukuran proyek, seperti sekolah dan universitas, klinik kesehatan dan rumah

sakit, fasilitas rekreasi dan stadion olahraga, jaringan toko ritel dan pusat perbelanjaan

besar, gudang dan pabrik manufaktur ringan, dan gedung pencakar langit untuk kantor

dan hotel. Para pemilik bangunan tersebut mungkin atau mungkin tidak terbiasa dengan

praktek industri konstruksi, tetapi mereka biasanya dapat memilih konsultan profesional

yang kompeten dan mengatur pembiayaan fasilitas yang dibangun sendiri. Specialty

arsitek dan insinyur sering terlibat untuk merancang jenis tertentu bangunan, sementara

pembangun atau kontraktor umum melaksanakan proyek-proyek tersebut dapat juga

khusus hanya jenis bangunan.

Karena biaya yang lebih tinggi dan kecanggihan yang lebih besar bangunan

kelembagaan dan komersial dibandingkan dengan perumahan, segmen pasar ini dibagi

oleh pesaing lebih sedikit. Sejak pembangunan beberapa bangunan tersebut adalah

sebuah proses panjang yang sekali dimulai akan memakan waktu untuk melanjutkan

sampai selesai, permintaan kurang peka terhadap kondisi perekonomian secara umum

daripada untuk perumahan spekulatif. Akibatnya, pemilik dapat menghadapi oligopoli

kontraktor umum yang bersaing di pasar yang sama. Dalam situasi oligopoli, hanya

sejumlah terbatas pesaing ada, dan harga sebuah perusahaan untuk layanan mungkin

sebagian didasarkan pada strategi bersaing di pasar lokal.

9

Page 11: akuntansi sektor publik

2. Fungsi sektor konstruksi

a. Fungsi Penggerak

Pembangunan infrastruktur menjadi andalan untuk keluar dari krisis ekonomi

karena merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian dengan kemampuannya :

1) Menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang cukup lama.

2) Membantu peningkatan distribusi pendapatan.

3) Menstimulasi sektor produksi lain dengan dampak berganda (multiplier effect).

b. Fungsi Pemicu

Pembangunan infrastruktur dikatakan menjadi pemicu yang memacu percepatan

pemulihan ekonomi disebabkan karena beberapa alasan berikut :

1) Daya serap tenaga kerjanya membantu mengatasi masalah pengangguran.

2) Merangsang konsumsi pemerintah dan masyarakat sehingga memutar roda

perekonomian.

3) Efisiensi yang dihasilkan dari infrastruktur yang baik akanmengefisienkan biaya dan

pada gilirannya meningkatkan daya saing perdagangan dan industri nasional.

4) Kemampuannya menggerakan sektor riil yang lain akan membangkitkan kembali

sektor riil yang mengalami kelesuan.

3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia

Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak diminati oleh para

investor. Kondisi ini membuka peluang untuk bangkitnya kembali secara bertahap

sektor yang selama ini berperan penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh

karena itu Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang melandasi

10

Page 12: akuntansi sektor publik

perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai hasil yang maksimal sesuai

dengan tujuan strategis yang telah ditetapkan. Adapun tujuan strategis konstruksi

Indonesia adalah:

a. Membuka jaringan bisnis dan konektifitas antara manufaktur, pemasok dengan

Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik dalam maupun luar negeri.

b. Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi konstruksi.

c. Memperlihatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa & industri konstruksi yang

profesional.

d. Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar.

e. Meningkatkan potensi SDM jasa konstruksi secara maksimal menjadi profesional

terampil dan berdaya saing tinggi.

4. Aktivitas Sektor Konstruksi

Terdapat cukup banyak aktivitas di sektor jasa konstruksi yang pada umunya

merupakan penyediaan infrasruktur atau sarana dan prasarana pembangunan yang

dibutuhkan oleh suatu negara. Secara umum, jenis-jenis pembangunan infrastruktur di

sektor konstruksi ini meliputi pembangunan sumber daya air, transportasi, energi,

ketenagalistrikkan, pos dan telematika, permukiman dan perumahan. Pembangunan

infrastruktur tersebut dapat dibagi menjadi dua macam infrastruktur publik yaitu yang

ditunjukkan untuk keuntungan secara ekonomi dan tidak ditujukan bagi perolehan

keuntungan. Untuk penyediaan infrastruktur publik yang bersifat nonprofit umumnya

disediakan dan didanai oleh pemerintah. Pada penyediaan fasilitas publik yang dapat

menghasilkan keuntungan maka penyediaan jasa konstruksinya dapat dilakukan oleh

11

Page 13: akuntansi sektor publik

swasta atau dengan menggunakan skema publik privat partnership antara pemerintah

dengan swasta.

5. Usaha Jasa Konstruksi dan UU yang mengatur

Pekerjaan konstruksi dalam pembangunan infrastruktur adalah rangkaian

kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup

pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan (ASMET).

Karena menyangkut keselamatan masyarakat pengguna, maka pekerjaan konstruksi

hanya dapat dilaksanakan oleh pelaku jasa konstruksi yang memiliki disiplin keilmuan,

keahlian dan ketrampilan serta tanggung jawab

profesional.

Undang-undang Republik Indonesia no. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

menetapkan persyaratan baik Badan Usaha, maupun tenaga ahli dan trampil yang

bekerja di bidang jasa konstruksi harus memiliki sertifikat dan tanggung jawab

profesional yang dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan

dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan

kepentingan umum (Pasal 8, 9,10 dan 11).

6. Jamsostek Sektor Konstruksi

a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga

Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa

Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-

196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999.

b. Tahap Kepesertaan

12

Page 14: akuntansi sektor publik

Setiap  Kontraktor  Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa 

Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua 

tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut

kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

c. Adapun proyek – proyek tersebut meliputi :

1) Proyek-proyek APBD

2) Proyek-proyek atas Dana Internasional

3) Proyek-proyek APBN

4) Proyek-proyek Swasta, dll

d. Cara menjadi peserta

1) Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi  Formulir  pendaftaran kepesertaan Jasa

Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang - kurangnya

1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan.

2) Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau

Surat Perjanjian Pemborong (SPP).

e. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh

kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:

1) Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebesar

0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi.

2) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan

Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka 1 ditambah

0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp

100.000.000,- (seratus juta rupiah).

13

Page 15: akuntansi sektor publik

3) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai

dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapan angka 2 ditambah

0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak  Kerja Konstruksi dikurangi Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

4) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan

Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan angka 3 ditambah 0,12%

dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp

1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

5) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar

penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja

Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

6) Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran

tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian

Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan

maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut:

a) Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang

bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan

kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib

diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja.

b) Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari

dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar

14

Page 16: akuntansi sektor publik

secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari

dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan

yang bekerja  5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21

(dua puluh satu).

c) Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan

upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan

kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari

upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan

dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir.

d) Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,

penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam

perjanjian kerja.

7. Permasalahan Konstruksi

Gambaran permasalahan di bidang konstruksi yang umum terjadi

pada NSB yaitu: tingginya impor kapital, tenaga kerja, dan material

yang dapat memperburuk neraca pembayaran, nilai tukar mata uang

yang tinggi, kecuali dari pajak impor dan rendahnya tingkat suku

bunga yang mencakup capital import dan capitalintensive production,

kurangnya skill (kemampuan) dan material, termasuk kemampuan

manajerial, ketidakcukupan finansial dan keterlambatan dalam

pembayaran, lemahnya perencanaan dan sistem administrasi,

15

Page 17: akuntansi sektor publik

dominansi kontraktor luar negeri serta kurangnya kapasitas

kontraktor lokal, ketidaksesuaian target yang ingin dicapai melalui

perencanaan di bidang sosial-ekonomi yang berakibat pada arus

pekerjaan yang tidak teratur, kurang efisiensi, dan hasil dengan

kualitas yang rendah.

Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang juga

mengalami beberapa permasalahan seperti yang disebutkan diatas,

permasalahanpermasalahan industri jasa konstruksi di Indonesia

antara lain: buruknya sikap mental dan perilaku oknum ; kurangnya

daya saing dengan kontraktor asing akibat keterbasan dana dan

teknologi ; kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran

jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu

ditumbuhkembangkan.

C. Sumbangan Sektor Konstruksi terhadap PDB

1. Peran Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian di Indonesia

Krisis ekonomi telah melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

menimbulkan dampak yang sangat berat dan bahkan sampai merusak sendi-sendi

perekonomian nasional.Sebagai salah satu sektor yang memberi sumbangan

terbesar pada GDP perekonomian Indonesia, sektor konstruksi tidak bisa

dipungkiri memiliki peran strategis pada pembangunan. Peran strategis tersebut

16

Page 18: akuntansi sektor publik

antara lain pada penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas,

pendorong sektor-sektor pendukungnya, bahkan mobilisator pertumbuhan

produk nasional baik barang maupun jasa.

Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha sektor konstruksi

mengalami penurunan signifikan sebesar 7,6 persen pada tahun 2008, 7,1 persen

pada tahun 2009, 7 persen pada tahun 2010 dan 6,7 persen pada tahun 2011 hal ini

disebabkan karena nilai tukar mata uang yang terus meningkat dari tahun ke

tahun dan lemahnya perencanaan dan sistem administrasi sehingga berakibat

dengan rendahnya kualitas dari hasil sektor konstruksi tersebut. Penurunan laju

pertumbuhan PDB pada sektor konstruksi menyebabkan sumber pertumbuhan

tidak berkembang tetap stabil pada kisaran 0,4 persen dan 0,5 % (Tabel 2.1).

Tabel 8.1

Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Sektor

Konstruksi

Tahun 2008 – 2011

Tahun 2008 2009 2010 2011

% % % %

Laju Pertumbuhan 7,6 7,1 7,0 6,7

Sumber Pertumbuhan 0,5 0,4 0,5 0,4

Sumber data : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik PDB atas

dasar harga berlaku secara umum mengalami peningkatan masing-masing sebesar

419,7 triliun (2008), 555,2 triliun (2009), 660,9 triliun (2010) dan 756,5 triliun

17

Page 19: akuntansi sektor publik

(2011) dibanding tahun sebelumnya walaupun pada semester I tahun 2012

mengalami penurunan sebesar 410,1 triliun.

Hal ini berbanding lurus dengan PDB atas dasar harga konstan 2000 yang

juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 131,0 (2008), 140,3 triliun

(2009), 150,0 triliun (2010) dan 160,1 triliun (2011) dibanding tahun sebelumnya

walaupun pada semester 1 tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 82,8 triliun

(Gambar 3.2).

Diagram8.1

PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Sektor Konstruksi

Tahun 2008 – Semester I Tahun 2012

(dalam Triliun Rupiah)

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2008200920102011Semester I 2012

18

Page 20: akuntansi sektor publik

Sumber : Badan Pusat Statistik

D. Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi

Perkembangan sektor konstruksi terus meningkat sepanjang tahun hal ini

dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja yang meningkat setiap

tahunnya. Sejak tahun 2008 dapat dilihat jumlah tenaga kerja terus bertambah,

baik dari jumlah karyawan tetap maupun pekerja harian, dengan meningkatnya

jumlah tenaga kerja maka tingkat produktivitas pada sektor konstruksi

mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari nilai pekerjaan sektor konstruksi

per tahun yang terus meningkat. Tidak hanya dari segi produktivitas dan tenaga

kerja yang meningkat hal ini diikuti pula dengan jumlah upah gaji para tenaga

kerja pada sektor konstruksi. Bila dibandingkan nilai pekerjaan sektor konstruksi

antara triwulan IV tahun 2008 sebesar 74,68 dengan Triwulan II tahun 2012

sebesar 133,42 maka jumlah nilai pekerjaan sektor konstruksi telah tumbuh

sebesar 58,74%.(Tabel 4.1)

Tabel 8.2

Indeks Karyawan Tetap , Pekerja Harian , Upah Gaji , dan Nilai Pekerjaan Sektor

KonstruksiTriwulan I 2008- Triwulan II 2012

Tahun PeriodeKaryawa

n Tetap

Pekerja

Harian

Upah

Gaji

Nilai Pekerjaan Sektor

Konstruksi

Tahun 2008

Triwulan I 84.61 58.6 59.96 56.49

Triwulan II 86.58 66.03 65.33 61.91

Triwulan III 89 72 71.16 67.47

Triwulan IV 91.35 77.46 78.36 74.68

Tahun 2009 Triwulan I 92.1 75.99 75.83 72.72

19

Page 21: akuntansi sektor publik

Triwulan II 93.56 80.14 80.42 77.77

Triwulan III 94.7 86.58 86.47 84.9

Triwulan IV 96.49 91.67 91.87 91.11

Tahun 2010

Triwulan I 97.87 94.03 92.19 91.43

Triwulan II 99.61 95.17 95.12 94.38

Triwulan III 100.7 101.15 102.11 102.36

Triwulan IV 101.82 109.65 110.58 111.83

Tahun 2011

Triwulan I 99.8 108.21 108.69 108.85

Triwulan II 101.59 113.86 114.28 115.09

Triwulan III 103.26 119.02 118.94 120.36

Triwulan IV 107.39 127.58 128.44 128.82

Tahun 2012Triwulan I 105.88 125.18 126.95 126.6

Triwulan II 108.676 131.59 133.53 133.42

Tabel 8.3

Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha

20

Page 22: akuntansi sektor publik

Tahun 2008–2011 (persen)

Sumber Data : Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tabel 8.3 Ekonomi Indonesia selama tahun 2008–2011

mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,0 persen (2008), 4,6 persen

(2009), 6,2 persen(2010) dan 6,5 persen (2011) dibanding tahun sebelumnya.

Sementara padasemester I tahun 2012 bila dibandingkan dengan semester II

tahun 2011tumbuh sebesar 2,2 persen dan bila dibandingkan dengan semester I

tahun2011 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,3 persen. Sektor konstruksi mengalami

penurunan laju pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 7,6

persen (2008), 7,1 persen (2009), 7,0 persen (2010), 6,7 persen (2011) dibanding

tahun sebelumnya.

Tabel 8.4

21

Page 23: akuntansi sektor publik

Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha

Semester I-2012 (persen)

Sumber Data : Badan Pusat Statistik

Pada semester I tahun 2012, sumber pertumbuhan terbesar masihberasal dari

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 1,5 persenterhadap total pertumbuhan

sebesar 6,3 persen dengan laju pertumbuhansebesar 8,7 persen (y-on-y). Sementara

Sektor Industri Pengolahan sertaSektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan

kontribusi pertumbuhanmasing-masing sebesar 1,4 persen dan 1,0 persen dengan laju

pertumbuhanmasing-masing 5,5 persen dan sebesar 10,2 persen. Pada semester

ini,pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih yang tertinggidibanding

sektor lain.

Tabel 8.5

22

Page 24: akuntansi sektor publik

PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008–Semester I-2012 (triliun rupiah)

Dilihat dari tabel 8.5 Pendapatan Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun

2000, pada tahun 2008 mencapaiRp2.082,5 triliun rupiah dan pada tahun 2011

meningkat menjadi sebesarRp2.463,2 triliun rupiah. Sementara pada semester I tahun

2012, PDB atasdasar harga konstan sebesar Rp1.283,4 triliun rupiah. PDB

berdasarkanharga berlaku tahun 2008 sebesar Rp4.948,7 triliun rupiah dan

terusmeningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai Rp7.427,1 triliunrupiah

pada tahun 2011. Sementara pada semester I tahun 2012 nilainyasebesar Rp4.027,8

triliun rupiah.

23

Page 25: akuntansi sektor publik

Tabel 8.6

Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008–Semester I-2012 (persen)

Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasarharga berlaku

menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahuntersebut. Tiga sektor utama:

Sektor Pertanian; Industri Pengolahan; danPerdagangan, Hotel, dan Restoran

mempunyai peran lebih dari separuhdari total perekonomian yaitu sebesar 56,3 persen

pada tahun 2008, 55,0persen (2009), 53,8 persen (2010) dan 52,8 persen (2011) serta

52,3 persenpada semester I tahun 2012.

Pada tahun 2011 Sektor Industri Pengolahanmemberi kontribusi terhadap total

perekonomian sebesar 24,3 persen,Sektor Pertanian 14,7 persen, dan Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran13.8 persen, sama halnya pada semester I tahun 2012

24

Page 26: akuntansi sektor publik

komposisi ini tidakmengalami perubahan yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar

23,6persen, Sektor Pertanian 15,0 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, danRestoran

13,7 persen.

25

Page 27: akuntansi sektor publik

E. PENUTUP

Peran jasa konstruksi meskipun bukan yang paling dominan dalam

perekonomian nasional tetapi memberikan kontribusi yang tinggi dalam menjaga

kelancaran aktivitas ekonomi. Hal ini mengingat output dari aktivitas sektor konstruksi

sebagian besar merupakan pembangunan infrastruktur fisik yang sangat dibutuhkan

dalam aktivitas perekonomian. Pembangunan infrastruktur tersebut baik secara

langsung maupunt tidak langsung akan mendorong aktivitas sektor ekonomi lain yang

meningkatkan PDB. Pertumbuhan sektor konstruksi sejak proses pemulihan dari krisis

ekonomi 1998 sudah menunjukkan tingkat kestabilan dalam kontribusi pembentukan

PDB nasional. Akan tetapi , lapangan usaha dibidang jasa konstruksi selama ini masih

bergantung pada ketersediaan dana pembangunan dan proyek-proyek yang disediakan

oleh pemerintah. Kondisi ini perlu mendapat perhatian mengingat anggaran

pembangunan pemerintah terbatas sehingga keterlibatan swasta harus semakin

ditingkatkan.

Para investor sektor konstruksi dalam negeri yang relatif sudah cukup baik dapat

menjadi barometer dan juga lokomotif pergerakan sektor konstruksi. Regulasi

pembatasan presentase pemodal asing di sektor konstruksi bisa menjadi langkah awal

dalam penguatan investor dalam negeri. Stimulus fiskal dapat menjadi alternatif solusi

bagi peningkatan aktivitas sektor konstruksi terutama pada aktivitas yang mampu

menyerap tenaga kerja dan penguatan jaringan efisien. Dalam jangka panjang, investor

atau pelaku jasa konstruksi dalam negeri harus mampu bersaing tidak hanya dalam

26

Page 28: akuntansi sektor publik

proses pemenangan tender proyek tetapi yang terpenting adalah menciptakan pelaksaan

pembangunan proyek konstruksi yang efisien dan efektif dan bekerja secara profesional.

F. DAFTAR PUSTAKA

A. Affandi, L. 2011. Perekonomian Indonesia (Online)

(http://luthfiaffandi.blogspot.com/2011/05/perekonomian-indonesia.html), diakses

19 Februari 2013

B. Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: Pradnya

Paramita.

C. Irawan & Suparmoko. Pembangunan Ekonomi, (Online),

(http://elasq.wordpress.com/pengertian-pertumbuhan-ekonomi-menurut/), diakses

19 Februari 2013.

D. Lemhanas. 1997. Indonesia dalam Pencapaian Pembangunan Ekonomi Masa Orde

Baru. Surabaya: Erlangga.

E. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik

Nasional Republik Indonesia (Online), (http://www.bps.go.id) diakses 19 Februari

2013.

F. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi. 2000. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

27

Page 29: akuntansi sektor publik

28