air untuk farmasi
Post on 06-Feb-2016
52 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. Pengolahan Air Produksi
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal tersebut disebabkan
karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair,
cairan infus, dan lain-lain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien).
Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari persyaratan air yang digunakan
produk yang dibuat, misalnya air murni atau air untuk injeksi. Berikut adalah standar air yang
digunakan untuk produksi sesuai dengan persyaratan CPOB.
Mekanisme kerja Purified Water System
Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai
cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan
digunakan untuk produksi. Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city
water), Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep well
(sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang
memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air
menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra
filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).
1. Multimedia filter
Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel
yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-
12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel
(tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga
sering juga disebut dengan sand filter).
2. Active Carbon filter
Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan
tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang
sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi
sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine,
benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.
3. Water Softener Filter
Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan
tingginya tingkat kesadahan air.
4. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat
menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari
lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron).
5. EDI (Elektonic De-Ionization)
EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion
(+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus
listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu
regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam
tanki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping
system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
Mekanisme kerja Water for Injection (WFI)
Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari purified water system, yang
selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan) dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk
membunuh bakteri. Sesuai dengan persyaratan CPOB yang terbaru, proses destilasi menggunakan 6
(enam) kolom destilasi, artinya air yang digunakan untuk produk-produk steril tersebut mengalami 6
kali proses destilasi. Dengan unit ini diperoleh air untuk injeksi yang memenuhi persyaratan Water
For Injection (WFI). Selanjutnya, WFI yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank pada
suhu 70-80oC sebelum didistribusikan untuk produksi produk steril.
Beberapa hal lain yang diatur dalam CPOB Terkini sebagai persyaratan penting air untuk
produksi yang sebelumnya tidak diatur dalam CPOB yang lama (2001) , antara lain :
Daerah mati (dead legs/kran) harus sekecil mungkin (maksimum 3 x diameter pipa)
Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24 jam)
Pipa distribusi (terutama untuk produk steril) menggunakan baja anti karat jenis SS 316L
Pipa distribusi menggunakan double tube
Pipa distribusi tidak boleh ditanam atau menempel pada dinding ruang produksi, tapi harus
terdapat jarak yang cukup antara pipa dengan dinding untuk memudahkan pembersihan
Tanki penampung dari bahan SS 316 L yang dilengkapi dengan fasilitas CIP (cleaning in place)
yang memungkinkan proses pembersihan tanki secara menyeluruh
Parameter pengoperasian : suhu, konduktifitas, flow rate, porositas filter, dan lain-lain harus
didokumentasikan
Terdapat gambar skematik titik-titik pemakaian air
Terdapat sistem alert (peringatan) dan action limit (batas tindakan) pada sistem pengolahan air.
Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk proses produksi, walaupun
demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko pencemaran bisa ditekan seminimal mungkin
selama distribusi dalam pipa penyalur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan
untuk pengolahan air, antara lain adalah:
1. Luas bangunan harus cukup luas untuk menampung tangki-tangki pengolahan air
2. Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah tumbuhnya lumut dan
jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak)
3. Posisi lantai bangunan harus lebih tinggi dari sekitarnya untuk mencegah air hujan masuk ke
dalam dan dapat menyebabkan pencemaran.
B. Pengolahan Air Limbah
Sumber-sumber Limbah Industri Farmasi Formulasi
Limbah industri farmasi formulasi dapat dari berbagai sumber dari kegiatan tersebut dan terbagi
menjadi tiga jenis limbah, yaitu padat, cair dan gas. Adapun komponen-komponen limbahnya
sebagai berikut :
a) Produk yang gagal dan terbuang.
b) Tumpahan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan-bahan pembantu.
c) Debu ( dari pencampuran dan pencetakan tablet)
d) Air buangan dari pencucian peralatan dan sterilisasi
e) Buangan dari laboratorium
f) Air buangan dari toilet, WC dan kamar mandi.
g) Bahan kemasan yang tak terpakai.
h) Limbah dari laboratorium
Karakterisasi limbah industri farmasi formulasi
a) Mengandung sisa pencucian
b) peralatan seperti desinfektan,
c) bahan sterilisasi dan deter-gen.
d) Memiliki nilai BOD yang tinggi
e) Mengandung antibiotik, dan bahan kimia lainnya.
f) Memiliki kandungan padatan yang tinggi.
Pengolahan limbah
Demi menghindari pencemaran terhadap lingkungan, maka industri farmasi perlu melakukan
pengolahan terhadap limbah yang dihasilkannya mulai dari limbah padat, cair dan gas. Cara
pengendalian limbah-limbah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Limbah padat
Limbah padat yang antara lain berasal dari packing material bahan baku, dan debu hasil
produksi ditanggulangi dengan cara melakukan pembakaran di incenator, sementara gas yang
terbentuk dari pembakaran tersebut disalurkan melalui lime water filter. Pengendalian
selanjutnya dilakukan dengan dust collector, deduster, dan cyclone dengan water jet.
2. Limbah gas
Limbah gas yang berasal dari mesin-mesin penunjang seperti diesel dan boiler ditangani
dengan cara dibuang melalui cerobong asap yang mempunyai ketinggian yang cukup, sehingga
gas tersebut terencerkan oleh udara.
3. Limbah laboratorium
Limbah laboratorium yang berasal dari suatu pemeriksaan dengan menggunakan pereaksi
yang mengandung logam berat ditanggulangi dengan melalui suatu proses pengendapan sebagai
sulfida dan kemudian endapan tersebut ditanam dalam bak beton. Sedangkan cairan yang sudah
bebas logam berat disalurkan ke dalam waste water treatment sebelum dialirkan ke sungai.
4. Limbah cair
Limbah cair yang berasal dari pencucian peralatan, mesin tangki, dan lain-lain
ditanggulangi dengan peralatan waste water treatment plane. Sebelum limbah tersebut mengalir
ke sungai maka limbahn diproses terlebih dahulu pada peralatan tersebut melalui proses
equalisasi, netralisasi, presipitasi, sedimentasi, kolam aerob-fakultatif, bak kontrol, tempat
lumpur, dissolved air flotation dan filtrasi.
a. Equalisasi
Air limbah sebelumnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkan benda-benda kasar
dan minyak, kemudian diendapkan sebentar agar partikel-partikel awal yang kasar tidak
ikut pada proses selanjutnya tetapi untuk limbah yang berasal dari antibiotik dilakukan
proses penghilangan racun(detoksikasi). Penyaringan ini juga berguna untuk menyaring
kandungan lemak pada air limbah. Setelah itu barulah air limbah masuk pada tangki
ekualisasi, pada proses ini dilakukan pengadukan agar air limbah yang berasal dari
berbagai sumber tersebut menjadi sama (homogen).
b. Netralisasi
Setelah air limbah sudah homogen karakteristiknya maka dilakukan neutralisasi.
Neutralisasi bertujuan agar pH air limbah berada pada kondisi netral sehingga mudah untuk
diolah. pH yang diinginkan sekitar 6,5-8,5 agar pada saat proses aerobik pH tersebut
optimal bagi mikroorganisme. Netralisasi diberikan larutan kimia tergantung pH awal
limbah, jika asam maka ditambahkan NaOH dan jika basa ditambah H2SO4. Namun pada
proses ini terbentuk endapan yang akan langsung dialirkan pada bak sludge untuk
kemudian dikelola lebih lanjut.
c. Presipitasi
Air limbah kemudian masuk kedalam bak presipitasi. Pada bak ini air limbah diberikan
penambahan bahan kimia lime(kombinasi dari kalsium klorida, magnesium klorida,
alumunium klorida, dan garam-garam besi). Hal ini bertujuan untuk mengurangi bahan-
bahan terlarut organik dan kandungan logam berat seperti sulfat, flourida dan fosfat dengan
cara mengendapkan limbah. Kemudian dilanjutkan pada bak sedimentasi.
d. Sedimentasi
Proses pengendapan limbah setelah melalui proses presipitasi. Air limbah didiamkan
minimal delapan jam agar limbah bnar-benar terpisah dari lumpurnya. Pengendapan limbah
dengan penambahan koagulan dan flokulan. Kemudian lumpur tersebut dialirkan ke bak
sludge dan air limbah dialirkan lagi untuk proses selanjutnya, yaitu aerob-fakultatif.
e. Aerob-Fakultatif
Pada kolam ini dibuat dengan kedalaman dengan massa penahanan 20 hari atau lebih.
Kolam ini diberikan mikroorganisme untuk merombak limbah tersebut. Sumber oksigen
berasal dari ganggang yang berada diatas perairan . Proses ini digunakan juga sebagai
stabilisasi.
f. Bak Kontrol
Pada bak kontrol ini berfungsi sebagai pengecekan kualitas limbah sebelum dibuang ke
sungai. Pengecekan limbah dimaksudkan agar limbah cair tersebut memenuhi baku mutu
limbah cair kegiatan industri farmasi. Jika belum memenuhi maka limbah dikembalikan
kepada proses IPAL.
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI FARMASI
PARAMETER PROSES PEMBUATAN
BAHAN FORMULA
(Mg/L)
FORMULASI
PENCAMPURAN
BOD5 100 75
COD 300 150
TSS 100 75
TOTAL-N 30 -
FENOL 1,0 -
Ph 6,0-9,0 6,0-9,0
g. Pengolahan lumpur
Lumpur yang berasal dari bak lumpur kemudian dilakukan dissolved air flotation
,tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Kemudian selanjutnya lumpu tersebut melewati tahapan
filtration yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan
sekaligus mengurangi volume lumpur. Setelah itu lumpur tersebut dibakar pada insinerator.
5. Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) Industri Farmasi
Selain limbah yang dapat diolah sebenarnya sebagian besar yang dihasilkan oleh kegiatan
industri farmasi merupakan limbah berbahaya dan beracun yang pelu dikelola lebih lanjut agar
tidak membahayakan lingkungan.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau Konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup Manusia serta Makhluk Hidup lainnya (PP no. 18 tahun 1999 tentang
Limbah B 3). Adapun sumber sumber dari limbah B3 tersebut berasal dari sludge IPAl, oli
bekas, bahan baku kadaluwarsa, Pengolahan limbah tersebut awalnya dibakar pada rotarkiln
merupakan salah satu jenis incinerator. Setelah itu baru abu dari sisa pembakaran pada
insinerator dibawa ke suatu perusahaan pengolahan limbah B3 untuk kemudian dikelola melalui
penimbunan atau landfill.
6. Minimalisasi Limbah
Untuk meminimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara mengurangi sumber
penghasil limbah (source reduction) dan daur ulang (recycling and reuse).
Pengurangan Sumber Limbah Daur Ulang
a) Penggantian/substitusi bahan baku untuk mengurangi jumlah, volume dan toksisitas limbah
b) Limbah yang dikeluarkan digunakan kembali (re-use), di daur ulang (recycling), atau
diambil kembali (recovery).
c) Modifikasi proses, bertujuan untuk efisiensi proses yang potensial mengeluarkan limbah
dan sekaligus mengganti dan memutakhirkan proses yang ramah lingkungan
Dalam hal ini limbah dihilangkan cemarannya dan diperoleh bahan yang relatif berharga
d) Good Operating Practices, dapat membantu mengurangi limbah dan kehilangan bahan
yang tumpah, tercecer, dan bocor. Meliputi materials handling, waste management and plan
management.
Terdapat 3 hal yang diatur di dalam Sistem Pengolahan Air, yaitu :
1. Spesifikasi Mutu Air 2. Sistem Pemurnian Air 3. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air
1. Spesifikasi Mutu Air
Secara garis besar, Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut :
Air Pasokan (Feed Water) Air Murni (Purified Water) Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW) Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI) Air dengan Mutu Tertentu untuk Proses dan Pembuatan Bentuk Sediaan
Berikut adalah sebagian persyaratan spesifikasi mutu macam-macam air yang digunakan :
Sedangkan penggunaan dari masing-masing air tersebut adalah sbb :
Catatan : Persyaratan Air Murni dan Air Untuk Injeksi, dapat dilihat pada masing-masing monografi (lihat Farmakope terbaru)
2. Sistem Pemurnian Air
Kecuali untuk pembuatan WFI, sistem pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam kompendia. Jadi Industri Farmasi masing-masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sbb :
Ketersediaan ruang untuk instalasi Beban struktural dalam bangunan Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan pengawasan) Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara aman.
Mekanisme kerja Purified Water System.
Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai
cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan
digunakan untuk produksi. Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM
(city water), Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari
Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah
(raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan.
Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut.
Purified water system terdiri dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat
Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-
Ionization (EDI).
Multimedia filter.
Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang
terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12
mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel
(tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel
(sehingga sering juga disebut dengan sand filter).
Active Carbon filter.
Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi
atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat
tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai
pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine,
benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.
Water Softener Filter.
Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan
tingginya tingkat kesadahan air.
Reverse Osmosis.
Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat
menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri
dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)
EDI (Elektonic De-Ionization).
EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+)
dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik
searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi.
Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki
penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping
system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
3. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air
Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem, dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode yang sesuai, dapat digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna.
Teknik pengendalian biokontaminasi
Salah satu permasalah yang harus mendapat perhatian serius selama penyimpanan dan distribusi air adalah masalah pengendalian proliferasi mikroba. Terdapat beberapa teknik yang digunakan terpisah atau, lebih sering, dalam kombinasi, yaitu :
Mempertahankan sirkulasi aliran turbulen secara kontinu dalam sistem distribusi air untuk mengurangi kecenderungan pembentukan biofilm
Desain sistem yang memastikan pipa sependek mungkin Dalam sistem bersuhu ambien, pipa dilindungi terhadap pengaruh pipa panas yang
berdekatan Deadlegs pada instalasi pipa lebih kecil dari tiga kali diameter pipa cabang Pengukur tekanan dipisahkan dari sistem dengan membran
Penggunaan katup diafragma yang higienis Sistem pemipaan dipasang dengan kemiringan tertentu untuk memungkinkan
pengosongan “drainable” Penghambatan pertumbuhan mikroba dengan cara berikut: – radiasi ultraviolet dalam
sistem pemipaan; mempertahankan pemanasan sistem (pada suhu acuan > 65″C); sanitasi sistem secara berkala menggunakan air panas (pada suhu acuan >70″C) atau air panas superheated atau uap murni; dan sanitasi rutin secara kimiawi menggunakan ozon atau bahan kimia yang cocok.
Jika digunakan sanitasi kimiawi, penting untuk membuktikan residu bahan kimia telah dihilangkan sebelum air digunakan. Ozon dapat dihilangkan secara efektif menggunakan radiasi ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm yang jam penggunaannya diperiksa secara berkala.
Kualifikasi dan Inspeksi Sistem Pengolahan Air
Sistem Pengolahan Air merupak sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan dilakukan harus mengikuti kaidah validasi yang mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. KD, KI dan KO sangat tergantung dari masing-masing sistem yang diinstall oleh masing-masing industri farmasi, sehingga Juknis CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. juknis CPOB (dan juga POPP CPOB) hanya memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3. Berikut ringkasan pelaksanaan KK 3 fase :
Inspeksi Sistem Pengolahan Air
SPA merupakan salah satu sarana penunjang kritis, sehingga senantiasa menjadi “subyek” inspeksi oleh Badan POM. Berikut adalah acuan yang dapat digunakan mengenai apa saja yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan inspeksi atau audit mutu :
Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem denganpenandaan fungsi alat mulai dari awall inlet sampai titik pengguna lengkap dengantitik pengambilan sampel;
Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris); Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel; Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel; Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan; Pemantauan hasil dan evaluasi tren; Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir; Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan apakah
pengendalian perubahan telah diimplementasikan; Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya; lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem; Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
PERBEKALAN STERIL
PEMICU 3
NAMA KELOMPOK :
Novia Ovi Try Permatasari
Juniarti Selvia
Rafika
Nurannisa
top related